Anda di halaman 1dari 8

Erdila P.

12 / XI-MIA 2

Kisah klasik
Putih Abu-Abu

Tidak terasa satu tahun berlalu sejak aku duduk di bangku kelas 1 di SMAN 48 Jakarta. Kini aku sudah
memasuki tahun kedua,dan aku akan mendapat banyak teman baru karena sistem random class di
sekolah ini. Yang dulunya 1-A3,menjadi 2-A5

Setelah mengetahui kelas baruku dan melihat daftar nama di kelas itu,aku mendengar anak kecil
menangis. Aku cari-cari,ternyata dia di pinggir lapangan bola basket dekat kelas baruku yang hanya
berjarak 2 kelas dari papan pengumuman tadi.

“Adek,kamu kenapa? Kok nangis?” tanyaku kasihan sambil mengelus rambutnya karena dia menangis
sendirian

“Huuuhuuu.. hikss.. bo-bo-bolanya bii-kin- es –krim-ku-jaaa.. hiks hiks.. jatuhhh” jawabnya tersendat-
sendat. Sepertinya, es krimnya terjatuh terhantam bola basket yang dimainkan anak-anak lain yang
sedang bermain basket di lapangan itu. Entah kenapa tidak ada yang peduli

“Ohh.. yaudahh,ayoo kakak beliin lagi di kantin yuk,jadi jangan nangis lagi yaa” bujukku agar dia
berhenti menangis. Ternyata dia anak bu kantin,aku mengingatnya. Terkadang,bu kantin
mengajaknya

“Beneran kak?” dia langsung berhenti menangis dan sumringah. Aishhh, menggemaskan sekali anak
kecil ini

“Iyaaa, yukk”
***

“Naura!” Cindy menepuk bahuku. Cindy adalah sahabatku sejak kelas 1

“Apa sih Cin? Ngagetin aja”

”Kamu darimana sih? Ngapain juga sendirian di pinggir lapangan kayak gini. Aku mau ngasih kamu
kabar bagus nih”

“Aku tadi abis dari kantin. Ehmm..kabar bagus apa?” tanyaku penasaran

Ternyata cindy memberitahu aku bahwa satu bulan lagi akan ada pendaftaran calon ketua osis. Aku
pernah curhat ke Cindy bahwa aku sangat ingin membanggakan mama dan juga aku ingin
menunjukkan ke teman-teman terutama Rafa, bahwa aku bukan anak manja,dengan cara menjadi
ketua osis. Dan aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan itu.

***

Saat masuk ke ruang kelas baru,tidak sengaja aku bertubrukan dengan Rafa,teman sekelas aku dulu
di kelas 1 yang super ngeselin. Aku membencinya karena dia telah merusak gelang pemberian terakhir
nenek kepadaku sebelum dia meninggal. Dia merusaknya hanya karena aku memanggilnya gentong,
itupun karena dia juga menyebutku anak manja. Parahnya, aku satu kelas lagi dengan dia,

“Kalo jalan itu pakek mata dong…” aku langsung sewot

“Hei anak manja,dimana mana jalan itu pakek kaki. Nggak bisa mikir ya? Hahaaa”

Rafa memanggilku seperti itu karena dulu mama pernah masuk ke kelasku hanya untuk
mengantarkan lunchbox ku yang tertinggal. Mama selalu khawatir aku telat makan karena aku punya
penyakit maag

“Percuma ya,ngomong sama orang yang IQ nya rendah” balasku

“IQ lo tu yang rendah.. eh,lo mau daftar jadi ketua osis? Tadi nggak salah dengerkan gue? Anak
manja kaya lo mana bisa mimpin organisasi,mau jadi apa osis di sekolah kita nanti.
Hahaha,Naura..Naura” ejek si Rafa

Entah darimana Rafa tahu bahwa aku ingin mendaftar untuk calon ketua osis,sepertinya dia
menguping pembicaraan ku dengan Cindy saat di dekat lapangan basket. Tapi aku tidak menjawab
pertanyaan dia dan langsung pergi begitu saja ke kamar mandi. Ingin rasanya membasuh muka karena
setiap kali aku berbicara dengan dia,rasanya selalu ingin marah. Cindy langsung duduk dan memasang
earphone di telinganya karena dia juga sudah malas mendengar pertengkaran ku dengan Rafa sejak
kelas 1.

***
Saat aku berjalan menuju kamar mandi, aku teringat kata kata Rafa tadi. Benar juga,aku belum
terbiasa memimpin organisasi seperti osis,yaa walaupun waktu SMP aku pernah menjadi ketua ekskul
English club,tapi kan itu hanya organisasi kecil,tidak seperti osis. Saat aku memikirkan semua itu di
benakku,tiba tiba “dukkkk!” bola basket mengenai perutku. Seperti yang aku bilang tadi,kelasku dekat
lapangan basket

“Kamu nggak-papa?” sambil menjulurkan tangan,cowok itu meminta maaf. Sepertinya dia yang tidak
sengaja melempar bola ke arahku

“Iya nggakpapa. Aku bisa berdiri sendiri kok” jawabku sambil memegangi perut. Untung aku tidak
pingsan seperti yang terjadi di drama-drama
“Ehmm,yaudah,sekali lagi sorry”

Dengan santainya dia langsung pergi dengan bola basket di tangannya setelah mendengar aku tidak
apa-apa. Yaa, memang aku tidak pingsan. Tapi,aku tidak terlalu memperdulikannya.
***

Setelah membasuh muka di kamar mandi,aku kembali ke kelas. Cindy masih asyik mendengarkan
musik sambil membaca novel. Ingin rasanya pulang dan menonton film di kamar,tapi bel belum
berbunyi. Walaupun tidak ada pelajaran,tetap saja harus pulang setelah bel berbunyi. Aku
memutuskan untuk membaca novel dulu. Aku selalu membawa novel di tasku,dan saat aku buka,di
dalam tas ku ada botol minumah teh dingin

“Cin, ini dari kamu?” tanyaku setelah melepas earphone dari telinga Cindy

“Lah,dari siapa itu ra?” Cindy malah berbalik tanya

“Aku pikir dari kamu.. kan kamu dari tadi di sini…”

“Aku nggak tau,Ra… Soalnya aku tadi sempet ke kelas sebelah sebentar pinjam novel ke temen aku,
dan kayaknya tadi disini juga nggak ada siapa-siapa tuh selain aku,Rafa tadi juga langsung keluar”
Cindy menjelaskan

“Penggemar rahasia kamu kali, Ra. Haha” tambah cindy

Kalau bukan Cindy,terus siapa? Apa iya penggemar rahasia? Ah nggak mungkin,paling paling ada
orang salah memasukkan minuman ini ke tas aku.

***
Bel pulang sekolah pun berbunyi, aku langsung pulang. Hari ini mama tidak bisa menjemputku karena
katanya dia ada urusan penting di Rumah Sakit tempatnya bekerja. Jadi aku pulang dengan Cindy
berboncengan motor, untung rumah kami searah.

“Makasih ya, Cin. Hati-hati di jalan ya….”


“Oke,Ra. Daaa……” sambil melambaikan tangan kirinya
“Daaa….” akupun melambaikan tangan

Di kamar,aku membokar isi tas ku. Seperti di sinetron,barangkali ada surat atau note atau apalah yang
berhubungan dengan minuman tadi yang belum aku minum. Aku menjadi penasaran . Dan yang benar
saja,ada kertas kecil bertuliskan :
“Sorry ra, dan juga keep fight buat bisa jadi ketua osis”
“Lah,kenapa dia meminta maaf? Darimana dia tahu aku ingin jadi ketua osis? Tapi dia benar, aku
harus bisa jadi ketua osis,aku akan berusaha” aku berbicara sendiri dan berusaha meyakinkan diriku.
Aku mulai penasaran siapa orang ini. Dan entah kenapa,aku merasakan hal yang aneh.

***
(satu bulan kemudian)

“Waahh,ternyata yang berminat nggak banyak nih” kataku sambil memegangi kertas daftar siswa
yang mencalonkan diri menjadi ketua Osis di papan pengumuman

“ Iya tuh,Ra. Jadi saingan kamu nggak banyak deh. Eh eh,kok ada nama Rafa juga? Jadi dia ikutan?!!”

“Lah si tengil ini kenapa bisa ikutan juga?! Waaah,jangan sampek aku kalah dari dia nanti. Bakalan di
ejek habis habisan ntar aku sama si genthong itu”

“Eh udah bel tuh,yuk masuk “ ajak Cindy

Aku kembali ke kelas setelah bel masuk berbunyi. Di dalam tas ku,lagi lagi ada kertas kecil misterius
seperti minggu- minggu sebelumnya ketika dia selalu memberiku semangat lewat kertas kecil
tersebut. Entah kenapa aku mulai merasakan perasaan yang aneh tiap kali membaca kertas
penyemangat itu. Yang kali ini isinya :
“Hai Ra,saingan kamu untuk jadi osis nggak banyak tuh. Tetep semangat untuk
bisa jadi ketua osis. Keep fight! Aku harap kamu tambah semangat saat membaca
kertas-kertasku”

Belakangan ini aku menjadi sangat kepikiran tentang hal ini. Siapa sebenarnya dia? Entahlah,tapi
memang benar,aku selalu menjadi percaya diri lagi untuk bisa memperoleh jabatan ketua osis hanya
dengan membaca kertas- kertas yang dia tulis untukku. Aahh,siapa sih dia? aku sangat penasaran .

(seminggu kemudian)

Setelah hari hari sebelumnya aku dan kandidat lainnya melaksanakan test,wawancara,menyerahkan
dokumen dokumen,piagam daaan sebagainya, sampai akhirnya tersisa 2 kandidat terpilih,yaitu aku
dan Rafa. Aku juga tidak menyangka aku bisa mengalahkan kandidat lainnya. Entah kenapa juga pada
akhirnya Rafa yang menjadi satu dari dua kandidat terpilih itu.

Siang ini proses penentuan. Aku gugup,takut gagal . Aku memutuskan untuk duduk menyendiri di
kelas sebentar untuk menenangkan diri. Teman-teman sudah menuju ke aula untuk melihat proses
penghitungan suara.
Daaannn, lagi, kertas kecil itu ada di atas mejaku,di atas tas ku lebih tepatnya. Kali ini dengan
minuman teh botol dingin seperti yang orang ini berikan sebelumnya. Kenapa timingnya pas sekali?
Aku memang ingin minum ini agar rasa gugup ku berkurang
“Tenang aja,Ra. Yang penting kamu udah berusaha. tapi aku yakin kamu bisa
menerima apapun hasilnya”

Waah,sepertinya dia selalu mengamatiku dari kejauhan,atau memang dia keturunan dukun. Entahlah.
Setelah membaca kertas ini,aku langsung bergegas kembali ke aula. Rasa gugup ku sudah hilang
karena minuman ini dan juga kalimat di kertas ini

Saat ini,jantungku lumayan berdebar menunggu hasil perhitungan suara setelah pemungutan suara
yang dilaksanakan kemarin. Sampai akhirnya bapak Rendra selaku pembina osis memegang mikrofon

“Dengan ini saya mengumumkan,yang terpilih menjadi ketua osis baru ialah……” Pak Rendra berhenti
sejenak,berlaku seperti MC pembawa acara di televisi

“Naura Zhafira Firdaus..!! selamat..! ” disebutlah namaku. Seluruh siswa dan guru yang hadir di aula
itu bertepuk tangan. Prok ! prok ! prok!

***
Aku saaaaangat senang dan bangga. Akhirnya,aku bisa membanggakan mama,dan juga menunjukkan
ke teman-teman sekelas,terutama Rafa,bahwa aku bukan anak manja. Tentunya,aku ingin menjadi
ketua osis bukan hanya karena 2 hal itu,tetapi juga karena aku ingin menyibukkan diri lewat
berorganisasi dengan baik.

Rafa menghampiriku dan memberi selamat setelah aku turun dari panggung memberi sambutan
kepada yang hadir di aula. Yaa walapun dia nakal,toh dia juga akhirnya menjadi wakil ku,wakil ketua
osis
“Hei,Ra. Selamat ya,ternyata lo menang dari gue. Oke,gue nggak akan manggil lo anak manja lagi.
Gue juga minta maaf karena pernah ngerusak gelang lo dulu sampai lo segitu bencinya ke gue.
Selamat bekerja sama,bu ketua osis!”
“Oke deeh,aku maafin. Oke,selamat bekerja sama sama” kami saling berjabat tangan.

***
Esoknya,hari senin,setelah upacara bendera sekaligus pelantikanku dan Rafa,serta anggota osis yang
baru, aku menemukan kertas misterius itu lagi di tasku. Aku yakin,penulisnya sudah tahu bahwa aku
berhasil menjadi ketua osis. Ternyata,kali ini bukan kertas seperti biasanya,melainkan seperti surat

to : Naura Zhafira Firdaus

Selamat ketua osis cantik! Akhirnya kamu berhasil.


Semua berawal dari saat kamu membelikan es krim untuk anak kecil di pinggir
lapangan basket saat hari pertama masuk. Waktu itu,aku dan Rafa sedang
melihat lihat di papan pengumuman, waktu itu juga,aku tidak sengaja melihat
kamu. Kamu dengan perduli dan baik hatinya menenangkan anak kecil itu dan
membelikannya es krim,di saat temen-temen yang lain tidak peduli dan hanya
melewatinya begitu saja. Saat itu,aku merasakan perasaan yang aneh saat
melihat kamu,Ra. Tapi setelah itu aku langsung pergi ninggalin Rafa gitu aja
yang ada disamping aku karena urusan lain.

Yaa.. aku temannya Rafa. Aku kapten di tim basketnya. Setelah sempat
bertengkar kecil sama kamu,dia menemui aku lagi dan meluapkan perasaan
emosinya. Dari itu aku memanfaatkan untuk mencari tahu nama kamu, dan
bahkan tas kamu. Aku juga tahu kamu ingin jadi ketua osis dari dia. Katanya,
dia tahu itu karena menguping obrolan kamu dan temanmu. Tapi dia buru buru
balik ke kelas,takut ketahuan.
Aku selalu memperhatikan kamu diam diam. Itu alasannya aku bisa menulis di
kertas kertas kecil yang selalu aku taruh di tasmu. Aku minta maaf juga karena
waktu itu pernah nggak sengaja melempar bola ke perut kamu saat aku
bermain-main bola sendirian,sebenernya saat itu aku ingin bawa kamu ke
uks,tapi terlalu canggung karena kamu belum mengenal aku. Aku terlalu
pengecut untuk ngenalin diri. Makanya aku memberi kamu minuman itu sebagai
permintaan maafku.

Razka

Ternyata,selama ini,orang yang selalu memberiku semangat lewat kertas kecilnya,dia adalah orang
yang melempar bola basket ke perutku itu, diam diam dia selalu ada di
dekatku,memperhatikanku,tapi aku tidak menyadarinya. Satu lembar surat itu sudah cukup untuk
menjelaskan semuanya ke otakku.

***

(bel istirahat berbunyi)


Cindy mengajakkku ke lapangan basket untuk melihat pertandingan,katanya hari ini ada pertandingan
basket seru antara tim sekolah dengan tim dari SMA Bina Jaya. Dia bilang tim sekolah yang kaptennya
Razka.
Razka??? Mendengar nama itu aku buru buru ke lapangan basket.

Saat dipinggir lapangan basket, aku melihat dia,kapten tim basket Rafa yang dia utarakan dalam surat
tadi yang sekarang aku pegang. Yaa,itu Razka. Aku langsung tahu saat dia menoleh ke arahku, dan
tersenyum tulus. Detik itu juga,aku akhirnya menyadari perasaan-perasaan aneh sebelumnya. Aku
membalas senyuman dia.

Terima kasih,Razka,karena tanpa aku sadari,kamu selalu ada di dekat aku,dan tulus menyemangatiku
lewat kertas-kertas itu. Dan maaf,aku tidak segera menyadari ini semua sebelumnya

***

Esoknya,setelah aku dan Rafa rapat di ruang osis, kami pergi ke kantin untuk membeli makan, entah
kenapa kami bisa akur dan berbincang bincang sambil berjalan

“Eh,Ra,gimana kalo lo traktir gue? Yaa itung itung syukuran karena lo udah jadi ketua osis”
“Syukurann?? Yeee bilang aja lagi bokek, ya kaannn? Rafaa… Rafa…” ejekku

Ditengah tengah pembicaraan kami,tiba-tiba Rafa berhenti dan menepuk bahu seseorang yang ada di
depannya. Saat orang itu membalikkan badan,ternyata itu Razka

“Razka, ngapain lo disini? Ini kan belum bel istirahat?”

Saat Rafa bertanya,Razka terbengong melihat aku

“Wooy!! Kok lo bengong sih?”

“Eh. Elo, Fa. Iya nih,gue lagi jamkos. Makanya gue kesini,laper soalnya” Razka menjawab setelah
terbengong karena melihatku

“Oiya Naura,kenalin, ini kapten tim basket gue. Namanya Razka. Dan elo Ka,pastinya elo tau kan
siapa cewek disamping gue ini? Ketua osis baru kitaaa”

Tiba tiba Razka menjawab sambil tersenyum ke arahku

“Iyaa, udah kenal kok. Hai, Naura.”

“Hai, Razka “

Itulah kalimat pertama kami berdua.


**END**

Anda mungkin juga menyukai