Anda di halaman 1dari 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STRES KERJA


PADA PENGEMUDI BUS RAPID TRANSIT (BRT) KORIDOR II
KOTA SEMARANG

Muchamad Bachrul Ulum, Ida Wahyuni, Ekawati


Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: muchbachrululum9596@gmail.com

Abstract: Occupational stress describes the physical, mental, and emotional


reaction of worker who perceive that their work demands exceed their abilities
and their resource to do the work. The research aims to analyze the related
factors of occupational stress on Bus Rapid Transit (BRT) Drivers performance in
Semarang. The design of research conducted in this research is the explanatory
research using cross sectional approach. The data was collated by using GHQ-
12 questionnaire technique which arranged baseds on theoretically study. Driver
at Bus Rapid Transit (BRT) corridor II in Semarang with the total 37 drivers as a
respondent. The result of research showed that there was correlation between
personality (ρ=0,006) and individual role in organization (ρ=0,002) through
occupational stress, but there was no correlation between age (ρ=0,485), work
period (ρ=0,505) and job relationship (ρ=0,851) through occupational stress. The
future, Bus Rapid Transit (BRT) management should have provide socialization
of hazard risk in work and the transparency of decision making in problem
solving.

Keywords: Occupational stress, driver bus

PENDAHULUAN Bus Rapid Transit (BRT)


Transportasi atau adalah alat transportasi massal yang
perhubungan berfungsi sebagai dapat dijangkau siapapun, dengan
penggerak, pendorong dan adanya transportasi ini dapat
penunjang pembangunan. Tujuan meningkatkan keselamatan dan
utama penyelenggaraan urusan mengurangi kecelakaan, memiliki
perhubungan adalah terjaminnya akses yang mudah dijangkau, sistem
penumpang atau barang yang jaringan yang terpadu dan
diangkut sampai ke tempat tujuan terintegrasi dengan baik, seperti
dalam keadaan baik seperti pada ticketing, kedisiplinan dan
saat awal diangkut.1 keteraturan berlalu lintas,
Transportasi tersedianya informasi aktual dan
merupakan salah satu masalah yang akurat yang memudahkan
paling banyak terjadi di kota-kota penumpang serta ramah lingkungan.
besar di Indonesia. Pada dasarnya Sistem Bus Rapid Transit (BRT)
permasalahan transportasi di pertama kali diimplementasikan di
perkotaan terjadi karena Kota Jakarta dengan sebutan Trans-
peningkatan jumlah kendaraan Jakarta pada tahun 2004.
bermotor seiring dengan Sedangkan di Kota Semarang
pertumbuhan jumlah penduduk. sistem Bus Rapid Transit

594
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

diperkenalkan pada tahun 2009 sebulan. Menjadi perhatian 4% sopir


dengan sebutan Trans-Semarang.2 mengatakan mengalami stres,
Stres adalah masalah yang marah dan tidak peduli dengan
sering terjadi pada tenaga kerja. pengendara lain di jalan ketika
Dalam sebuah penelitian kesehatan mengendarai kendaraanya setiap
mental, bahwa dari 1 dari 5 pekerja hari. Meskipun jumlahnya sedikit
mengambil cuti sakit karena stres, tetapi ini akan memicu terjadinya
namun kebanyakan pekerja tidak banyak masalah dan kerugian yang
mengakui bahwa mereka besar.5 Berdasarkan hasil studi
sebenarnya sakit karena stres. Dari pendahuluan diketahui pada Bus
hasil penelitian The American Rapid Transit (BRT) koridor II rute
Institute of Stres mengatakan bahwa Terboyo – Sisemut yang merupakan
stres dan sakit yang disebabkannya, jalur sibuk, karena merupakan jalan
membuat negara Amerika masuk dan keluar Kota Semarang
mengalami kerugian sebesar 300 ke Solo, Jogja dan Surabaya. Rute
miliar dolar pertahun. Adapun koridor II ini merupakan kondisi jalan
komunitas Eropa secara resmi yang berat karena mengalami
mengatakan bahwa stres kemacetan di jam tertentu
merupakan permasalahan khususnya pada pagi hari pukul
kesehatan yang terkait pekerjaan 06.30 – 07.30 WIB, pukul 12.00 –
terbesar kedua yang dihadapi oleh 13.00 WIB, dan pukul 17.00 – 18.00
para pekerja di Eropa.3 Menurut WIB yang merupakan jam – jam
World Health Organization (WHO) sibuk pengguna jalan. Selain itu,
pada tahun 2014, dijelaskan bahwa kerusakan berupa jalan berlubang di
banyak negara sebesar 8% penyakit beberapa titik dan juga terdapat
yang diakibatkan oleh pekerjaan kontur jalan yang menanjak. Jika
adalah depresi. Penelitian oleh dilihat panjang rute koridor II
Labour Force Survey tahun 2014 berjarak 60 Km dari Terboyo –
ditemukan adanya 440.000 kasus Sisemut dan sebaliknya, maka
stres akibat kerja di Inggris dengan setiap 1 driver mendapatkan
angka kejadian sebanyak 1.380 tuntutan kerja 8 trip dalam sehari.
kasus per 100.000 pekerja yang Kapasitas penumpang pada koridor
mengalami stres akibat kerja. II adalah 42 penumpang, kapasitas
Sebesar 35% stres akibat kerja lebih kecil dari pada koridor I. dalam
berakibat fatal dan diperkirakan hari sehari perjalanan BRT pada koridor
kerja yang hilang sebesar 43%. Di II mencapai 140 trip bus. Pengemudi
Indonesia survei yang dilakukan BRT pada koridor II berjumlah 37
pada tahun 2012 oleh Regus Asia orang, pembagian driver juga sesuai
diperoleh hasil bahwa 64% pekerja dengan pull masing-masing. Di pull
di Indonesia mengalami peningkatan Terboyo tersedia 10 bus dan 2 bus
stres dibandingkan pada tahun cadangan, sedangkan di pull
2011.4 Sebuah survei yang Ungaran tersedia 14 bus dan 1 bus
dilakukan di Eropa menyatakan cadangan. Tujuan penelitian ini
bahwa 12% sopir mengatakan adalah menganalisis faktor-faktor
sering merasa stres, marah atau yang berhubungan dengan stres
tidak peduli dengan pengendara lain kerja pada pengemudi Bus Rapid
di jalan. Lebih dari 15% sopir Transit (BRT) koridor II Kota
mengalami hal yang sama sekali Semarang.
dalam seminggu dan 16% sopir
mengalami hal yang sama dalam

595
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

METODE PENELITIAN menunjukkan bahwa masa


Jenis Penelitian ini merupakan kerja pengemudi Bus Rapid
penelitian analitik dengan Transit (BRT) terbanyak
menggunakan studi cross-sectional. dengan masa kerja baru (≤ 5
Populasi yang digunakan dalam Tahun) sebanyak 22 orang
penelitian ini adalah pengemudi Bus (59,5%).
Rapid Transit (BRT) koridor II Kota
Semarang yang berjumlah 37 orang, d. Kepribadian
dan sampel dalam penelitian ini Tabel 4. Distribusi Frekuensi
menggunakan seluruh populasi kepribadian
(Total Sampling) yaitu sebanyak 37 No kepribadian Jumlah
orang sebagai objek penelitian. f (%)
1 Tipe A 29 78,4
HASIL DAN PEMBAHASAN 2 Tipe Bi 8 21,6
1. Analisis Univariat Total 37 100.0
a. Stres Kerja dapat diketahui bahwa
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengemudi Bus Rapid Transit
Stres Kerja (BRT) yang memiliki tipe
No Stres kerja Jumlah kepribadian A berjumlah 29
f (%) orang (78.4%) atau lebih
1 Stres 16 43,2 banyak dibandingkan dengan
2 Tidak Stres 21 56,8 Pengemudi Bus Rapid Transit
Total 37 100.0 (BRT) yang memiliki tipe
menunjukkan bahwa kepribadian A.
sebagian besar pengemudi e. Peran Individu dalam
Bus Rapid Transit (BRT) yang Organisasi
tergolong tidak stres yaitu 21 Tabel 5. Distribusi Frekuensi
orang (56,8%). Peran Individu dalam
b. Umur Organisasi
Tabel 2. Distribusi Frekuensi No Peran Individu Jumlah
Umur dalam Organisasi f (%)
No Umur Jumlah 1 Kurang baik 27 73,0
f (%) 2 Baik 10 27,0
1 Tua 28 75,7 Total 37 100.0
2 Muda 9 24,3 Pada penelitian ini
Total 37 100.0 menunjukkan bahwa
menunjukan bahwa pengemudi Bus Rapid Transit
pengemudi Bus Rapid Transit (BRT) memiliki peran individu
(BRT) terbanyak adalah dalam organisasi yang kurang
pengemudi yang tua (> 35 baik sebanyak 27 orang
Tahun) sebanyak 28 orang (73,0%).
(75,7%). f. Hubungan dalam pekerjaan
c. Masa Kerja Tabel 6. Distribusi Frekuensi
Tabel 3. Distribusi Frekuensi hubungan dalam pekerjaan
Masa Kerja No Hubungan dalam Jumlah
No Masa Jumlah pekerjaan f (%)
Kerja f (%) 1 Kurang baik 18 48,6
1 Lama 15 40,5 2 Baik 19 51,4
2 Baru 22 59,5 Total 37 100.0
Total 37 100.0

596
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Pada penelitian ini menerima ilmu juga menurun.


menunjukan bahwa pengemudi Namun untuk beberapa
Bus Rapid Transit (BRT) pekerjaan lain, faktor umur
memiliki hubungan dalam yang semakin tua semakin
pekerjaan yang baik sebanyak menambah pengalaman
19 orang (51,4%). bekerja sehingga kemampuan
manajemen stres juga
2. Analisis Bivariat semakin baik. Hal ini
a. Hubungan umur dengan stres membuat faktor umur dapat
kerja memicu terjadinya stres.6
Tabel 9. Tabulasi Silang umur
dan stres kerja Pada b. Hubungan masa Kerja
pengemudi Bus Rapid Transit dengan stres Kerja
(BRT) Koridor II Kota Tabel 10. Tabulasi Silang
Semarang masa Kerja dan stres Kerja
stres Kerja stres Kerja
umur Stres Tidak Total Masa Stres Tidak Total
kerja stres % kerja kerja stres %
% % % %
Tua 39,3 60,7 100,0 Lama 33,3 66,7 100,0
Baik 55,6 44,4 100,0 Tua 50,0 50,0 100,0
p value = 0,458 p value = 0,505
Berdasarkan hasil uji Masa kerja dapat
hubungan dengan memberi pengaruh positf
menggunakan uji Chi Square, maupun negatif terhadap
diperoleh nilai signifikansi pekerjanya. Pengaruh positif
sebesar 0,458 (≤ 0,05). dapat berupa semakin lama
Sehingga dapat disimpulkan seseorang bekerja maka
bahwa tidak ada hubungan pengalaman kerja semakin
antara umur dengan stres bertambah, namun
kerja. pengaruh negatifnya adalah
penelitian ini sesuai semakin lama seseorang
dengan penelitian tentang bekerja maka pekerja
faktor-faktor yang semakin bosan dan lelah
berhubungan dengan stres karena pekerjaannya yang
kerja pada pekerja bagian monoton.7
produksi di PT X Berdasarkan hasil
menunjukkan tidak adanya penelitian hubungan antara
hubungan antara umur masa kerja dengan stres
dengan stres kerja. Hal ini kerja pada Pengemudi Bus
disebabkan karena pekerja Rapid Transit (BRT) Koridor
berumur muda memiliki II Kota Semarang dapat
kondisi fisik yang lebih kuat, diketahui bahwa tidak ada
gerakan yang lebih gesit serta hubungan yang signifikan
penglihatan dan pendengaran antara masa kerja dengan
yang lebih tajam. Sedangkan stres kerja. Dari hasil
pekerja yang berumur tua tabulasi silang menunjukkan
memiliki potensi penurunan bahwa responden yang
kondisi fisik yang lebih tinggi memiliki masa kerja lama (>
sehingga kemampuan 5 tahun) sebesar 33,3%

597
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

mengalami stres kerja, Tipe B 0,0 100,0 100,0


sedangkan responden yang p value = 0,006
memiliki masa kerja baru (≤ Tipe kepribadian telah
5 tahun) sebesar 50% tidak dilakukan untuk mencari
mengalami stres kerja. Hasil hubungan antara hasil tes
penelitian ini sesuai dengan kepribadian tertentu dengan
penelitian Nanne Esterlita reaksi terhadap stres dan
tentang hubungan antara atau penyakit yang
umur, masa kerja dan berkaiatan dengan stres.
beban kerja dengan Hasil penelitian menemukan
kejadian stres kerja pada dua pola perilaku yang
petugas pemadam masing-masing terjadi dari
kebakaran di dinas satu perangkat ciri
pemadam kebakaran kota kepribadian yang majemuk,
Manado menunjukkan tidak yaitu tipe A dan tipe B.
adanya hubungan antara Individu dengan kepribadian
masa kerja dengan stres tipe A digambarkan sebagai
kerja. Hal ini disebabkan orang yang memiliki derajat
karena petugas pemadam dan intensitas yang tinggi
kebakaran tersebut adalah untuk ambisi, dorongan untuk
sebagian masa kerjanya 1-2 percapaian dan pengakuan,
tahun dan itu masih kebersaingan dan
tergolong masa kerja baru, keagresifan. Sebaiknya pola
sehingga beban tugas yang perilaku individu dengan
diterima belum dapat kepribadian tipe B
memicu terjadinya stres. digambarkan lebih
Sebaliknya masa kerja lama menggampangkan dan
dapat memicu stres santai. Seseorang dengan
dikarenakan pekerjaan tipe kepribadian tipe A
monoton yang dilakukan cenderung mengalami stres
bertahun-tahun.8 dibanding kepribadian B.10
Hasil penelitian ini tidak Berdasarkan hasil
sesuai dengan teori yang penelitian hubungan antara
dikemukakan oleh Sentot kepribadian dengan stres
Imam Wahjono dalam kerja pada Pengemudi Bus
bukunya yang menyebutkan Rapid Transit (BRT) Koridor
bahwa pengalaman pada II Kota Semarang dapat
pekerjaan cenderung diketahui bahwa ada
berhubungan dengan stres hubungan yang signifikan
kerja.9 antara kepribadian dengan
stres kerja. Dari hasil tabulasi
c. Hubungan kepribadian silang menunjukkan bahwa
dengan stres Kerja responden yang memiliki
Tabel 11. Tabulasi Silang kepribadian kurang baik
kepribadian dan stres Kerja sebesar 55,1% mengalami
stres Kerja stres kerja, sedangkan
Total responden yang memiliki
kepribadian stres Tidak
stres % kepribadian baik sebesar
% % 100% tidak mengalami stres
Tipe A 55,1 44,9 100,0 kerja. Hasil penelitian ini

598
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

sejalan dengan yang pencapain kemarin untuk


dilakukan oleh Raudhatul memulai pencapaian yang
Jannah yang mengatakan sekarang, sebagai sarana
bahwa ada hubungan yang melatih komunikasi baik
signifikan antara tipe dengan sesama rekan
kepribadian dengan stres pengemudi ataupun dengan
kerja.36 Hasil penelitian ini atasan, serta sebagai wadah
sesuai dengan teori untuk mencari solusi jika
Friedman yang mengatakan terdapat masalah dalam
bahwa kepribadian tipe A pekerjaan baik yang dialami
cenderung sangat secara individu maupun
berpengaruh terhadap kelompok.11 Hal ini dilakukan
timbulnya stres kerja. Tipe A sebelum bekerja, dapat
yakni mereka yang agresif meningkatkan motivasi
dan kompetitif, menetapkan pengemudi dalam
standar-standar tinggi dan mengetahui degan jelas apa
meletakkan diri mereka yang menjadi peran dan
dibawah tekanan waktu yang tanggung jawabnya tersebut.
konstan. Terhadap hubungan d. Hubungan peran individu
yang kuat antara tipe dalam organisasi dengan strs
kepribadian A dengan Kerja
timbulnya stres kerja Tabel 12. Tabulasi Silang
dibanding dengan tipe B.10 peran individu dalam
Hal ini membuat organisasi dan strs Kerja
responden bingung dalam Peran stres Kerja
menjalankan tugas dan individu Tidak Total
perannya, sehingga semakin dalam stres %
stres
banyak peran yang dimiliki organisasi % %
pengemudi dalam suatu Kurang 59,3 40,7 100,0
organisasi, maka akan baik
semakin memicu timbulnya Baik 0,0 100,0 100,0
stres kerja pada pengemudi p value = 0,002
dan untuk meminimalisir hal
tersebut, upaya yang dapat Berdasarkan hasil penelitian
dilakukan yaitu dengan hubungan antara peran
mengadakan briefing singkat individu dalam organisasi
selama 10 menit sebelum dengan stres kerja pada
bekerja. Pemandu jalannya Pengemudi Bus Rapid Transit
briefing yaitu penanggung (BRT) Koridor II Kota
jawab operasional koridor II. Semarang dapat diketahui
Kegiatan briefing diawali bahwa ada hubungan yang
dengan doa dan di tutup signifikan antara peran
dengan yel-yel atau jargon. individu dalam organisasi
Tujuan dari adanya dengan stres kerja. Dari hasil
briefing tersebut yaitu agar tabulasi silang menunjukkan
para pengeudi lebih paham bahwa responden yang
dengan apa yang menjadi memiliki peran individu dalam
tugas dan tanggung organisasi kurang baik
jawabnya pada hari itu, sebesar 59,3% mengalami
membahas tentang stres kerja, sedangkan

599
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

responden yang memiliki responden yang memiliki


peran individu dalam hubungan dalam pekerjaan
organisasi yang baik sebesar yang kurang baik sebesar
100% tidak mengalami stres 38,9% tidak mengalami stres
kerja. Hasil penelitian ini kerja, sedangkan responden
sejalan dengan penelitian yang memiliki hubungan
Sutarto Wijono tentang dalam pekerjaan yang baik
pengaruh kepribadian tipe A sebesar 52,6%. Hasil
dan peran terhadap stres penelitian ini sejalan dengan
kerja manajer madya tahun penelitian Nadia Yolanda
2006 menunjukkan adanya tentang analisis hubungan
hubungan antara peran faktor pekerjaan dengan
individu dalam organisasi stres kerja bidan di rumah
dengan stres kerja. Hal ini sakit X menunjukkan tidak
disebabkan oleh adanya hubungan antara
ketidakjelasan peran dan hubungan dalam pekerjaan
sasaran yang pada akhirnya dengan stres kerja.
mengarahkan pada Terjalinnya hubungan dalam
ketidakpuasan kerja. pekerja pekerjaan yang baik,
yang memiliki kepuasan kerja menyebabkan pekerja
yang rendah akan mendapat dukungan sosial
mengakibatkan ketegangan dari pihak terlibat yang
saat bekerja dan kebosanan nantinya akan mengurangi
sehingga terbentuk sumber terjadinya stres. Ini dianggap
stres yang nyata.12 sebagai salah satu faktor
e. Hubungan huungan dalam utama dalam pemicu
13
pekrjaan dengan strs Kerja terjadinya stres kerja.
Tabel 11. Tabulasi Silang Hasil ini tidak sesuai
hubungan dalam pekerjan dan dengan teori yang
strs Kerja dikemukan oleh Hurrell dkk
stres Kerja yang mengatakan salah satu
Hubungan faktor yang mempengaruhi
dalam Tidak Total
stres % stres kerja adalah hubungan
pekerjaan stres
% % interpersonal. Hubungan
Kurang 38,9 61,1 100,0 kerja yang tidak baik
baik terungkap dalam gejala-
Baik 47,4 52,6 100,0 gejala adanya kepercayaan
p value = 0,851 yang rendah, taraf
Berdasarkan hasil penelitian pemberian support yang
hubungan antara hubungan rendah, dan minat yang
dalam pekerjaan dengan rendah dalam pemecahan
stres kerja pada Pengemudi masalah dalam organisasi.
Bus Rapid Transit (BRT) Hubungan komunikasi yang
Koridor II Kota Semarang tidak jelas antara pekerja
dapat diketahui bahwa tidak satu dengan pekerja lainnya
ada hubungan yang dapat menyebabkan
signifikan antara hubungan komunikasi yang tidak sehat.
dalam pekerjaan dengan Sehingga pemenuhan
stres kerja. Dari hasil tabulasi kebutuhan dalam organisasi
silang menunjukkan bahwa terutama yang berkaitan

600
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dengan kehidupan social 3. Peran individu dalam


dapat menghambat organisasi yang dialami oleh
perkembangan sikap dan Pengemudi Bus Rapid
pemikiran antara pekerja Transit (BRT) Koridor II Kota
satu dengan yang lainnya. Semarang kurang baik
Selain itu hubungan yang (73,0%).
tidak baik antara anggota 4. Hubungan dalam pekerjaan
organisasi kerja merupakan yang dialami oleh Pengemudi
salah satu faktor dari Bus Rapid Transit (BRT)
pembangkit stres di tempat Koridor II Kota Semarang
kerja. baik (51,4%).
Hasil dari penelitian ini, 5. Sebagian besar Pengemudi
baik dengan sesama rekan Bus Rapid Transit (BRT)
kerja maupun dengan atasan Koridor II Kota Semarang
saling memiliki kebiasaan tidak mengalami stres kerja
bercanda dan saling sharing (56,8%).
terkait masalah pekerjaan. 6. Tidak ada hubungan antara
Sehingga para pengemudi umur dengan stres kerja
menjadi akrab satu sama pada Pengemudi Bus Rapid
lain. Hubungan dalam Transit (BRT) Koridor II Kota
pekerjaan tidak memberikan Semarang (p=0,638).
kontribusi besar terhadap 7. Tidak ada hubungan antara
terjadinya stres pada masa kerja dengan stres
pengemudi Bus Rapid kerja pada Pengemudi Bus
Transit (BRT). Terjadinya Rapid Transit (BRT) Koridor
stres kerja bisa disebabkan II Kota Semarang (p=0,505).
oleh faktor lain yang lebih 8. Ada hubungan antara
dapat memicu timbulnya kepribadian dengan stres
stres kerja seperti adanya kerja pada Pengemudi Bus
tuntutan tugas yang tinggi. Rapid Transit (BRT) Koridor
II Kota Semarang (p=0,004).
KESIMPULAN 9. Ada hubungan antara peran
Berdasarkan hasil penelitian yang individu dalam organisasi
telah dilakukan, dapat disimpulkan dengan stres kerja pada
bahwa: Pengemudi Bus Rapid
1. Sebagian besar kelompok Transit (BRT) Koridor II Kota
umur Pengemudi Bus Rapid Semarang (p=0,017).
Transit (BRT) Koridor II Kota 10. Tidak ada hubungan antara
Semarang adalah umur tua hubungan dalam pekerjaan
(>35tahun) (75,7%) dan dengan stres kerja pada
sebagian besar masa kerja Pengemudi Bus Rapid
Pengemudi Bus Rapid Transit (BRT) Koridor II Kota
Transit (BRT) Koridor II Kota Semarang (p=0,851).
Semarang adalah masa kerja
baru (≤ 5 Tahun) (59,5%). SARAN
2. Kepribadian yang dialami Berdasarkan hasil penelitian yang
oleh Pengemudi Bus Rapid telah dilakukan peneliti memberikan
Transit (BRT) Koridor II Kota saran sebagai berikut:
Semarang kurang baik
(78,4%).

601
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

1. Bagi Perusahaan Stres Kerja pada Bagian


a. Mengadakan briefing setiap Produksi Industri Mebel PT. Chia
pagi sebelum melakukan Jiann Indonesia Furniture di
pekerjaan agar pengemudi Wedelan Jepara Tahun 2009.
mengetahui atau memahami 2010. 70 hal.
dengan jelas hal-hal yang 7. Hurlock EB. Psikologi
harus diperhatikan selama Perkembangan: Suatu
berkendara dengan baik. Pendekatan Sepanjang Rentang
b. Memberikan kejelasan Kehidupan. Erlangga. 2002. 447
peran/jobdesk pada saat hal.
melakukan laporan harian 8. Nikita NE, Joseph WBS, Boky H,
yaitu setelah bekerja. Kesehatan F, Universitas M,
2. Bagi Karyawan Ratulangi S. Hubungan antara
Melakukan sharing terkait Umur, Masa Kerja, dan Beban
masalah pekerjaan kepada Kerja dengan Kejadian Stres
rekan kerja maupun atasan. Kerja Pada Petugas Pemadam
Kebakaran Di Dinas Pemadam
DAFTAR PUSTAKA Kebakaran Kota Manado; 2017.
1. Mirsa, Kukuh. Kualitas 9. Wahjono, Sentot, Imam, 2010,
Pelayanan Transportasi Bus Perilaku Organisasi, Yogyakarta,
Rapid Transit (BRT). Semarang: Graha Ilmu.
FISIP UNDIP; 2017. 10. Munandar AS. Psikologi Industri
2. Firmanda, Dhanisa R. Sistem Dan Organisasi. Jakarta:
Informasi Geografi untuk Universitas Indonesia Press;
Evaluasi Lokasi Shelter Bus 2008.
Trans-Semarang. Skripsi. 11. Laila, (2014) ANALISIS
Yogyakarta. Universitas Gajah KINERJA PEKERJA USAHA
Mada; 2013. COLENAK SE-KOTA
3. Robbins, Stephen P. dan BANDUNG. S1 thesis,
Timothy A judge. 2008. Perilaku Universitas Pendidikan
Organisasi Edisi ke-12, Jakarta: Indonesia. Diunduh pada 26
Salemba Empat. Maret 2018. [online].
4. Intan Maghfiroh, Ida Wahyuni Repository.upi.edu/6657/8/S.pdf.
BK. Hubungan Stres Dan 12. Wijoyo S. Pengaruh Kepribadian
Motivasi Kerja Dengan Hasil Type A dan Peran
Kerja Operator Jahit PO. Pengembangan Karir, Dan Stres
Seventeen Glory Salatiga. J Kerja Terhdap Komitmen
Kesehat Masy. 2017;5. Organisasional. Vol. 4,
5. Sindal, Amar Singh. A Quasi- Management Analysis Journal.
Experimental Study To Assess 2015. 301-309. hal.
The Effectiveness Of Pranayama 13. Yolanda N, Tualeka R. Analisis
In The Reduction Of Stress Hubungan Faktor Pekerjaan
Among Bus Drivers In dengan Stres Kerja pada Bidan
Bangalore. Bangalore. 2009. Di Rumah Sakit Syamrabu
6. Prabowo YF. Faktor yang Bangkalan. 2007;(2004):138-47.
Berhubungan dengan Kejadian

602

Anda mungkin juga menyukai