Fix Antibodi DN Antigen
Fix Antibodi DN Antigen
Oleh :
JURUSAN FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Antigen
dan Antibodi ini. Makalah yang telah terselesaikan ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Imunologi.
Proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................. 1
1.3. Tujuan Penulisan .................................................................................. 1
1.4. Manfaat Penulisan ................................................................................ 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Mahasiswa mendapat wawasan lebih mengenai Imunologi khususnya tentang
Antigen dan Antibodi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dengan MHC kelas I, dan ini dikatakan sebagai MHC kelas I restriksi (Kuby 1999,
Tizard 2000). Limfosit adalah sel yang ada di dalam tubuh hewan yang mampu
mengenal dan menghancurkan bebagai determinan antigenik yang memiliki dua
sifat pada respons imun khusus, yaitu spesifitas dan memori. Limfosit memiliki
beberapa subset yang memiliki perbedaan fungsi dan jenis protein yang diproduksi,
namun morfologinya sulit dibedakan (Abbas et al. 2000). Limfosit berperan dalam
respons imun spesifik karena setiap individu limfosit dewasa memiliki sisi ikatan
khusus sebagai varian dari prototipe reseptor antigen. Reseptor antigen pada
limfosit B adalah bagian membran yang berikatan dengan antibodi yang
disekresikan setelah limfosit B yang mengalami diferensiasi menjadi sel fungsional,
yaitu sel plasma yang disebut juga sebagai membran imunoglobulin. Reseptor
antigen pada limfosit T bekerja mendeteksi bagian protein asing atau patogen asing
yang masuk sel inang (Janeway et al. 2001). Mekanisme kerja sistem imun
disajikan pada Gambar 2 (Cann 1977).
4
Sel limfosit B berasal dari sumsum tulang belakang dan mengalami
pendewasaan pada jaringan ekivalen bursa. Jumlah sel limfosit B dalam keadaan
normal berkisar antara 10 dan 15%. Setiap limfosit B memiliki 105 B cell receptor
(BCR), dan setiap BCR memiliki dua tempat pengikatan yang identik. Antigen
yang umum bagi sel B adalah protein yang memiliki struktur tiga dimensi. BCR
dan antibodi mengikat antigen dalam bentuk aslinya. Hal ini 9 membedakan antara
sel B dan sel T, yang mengikat antigen yang sudah terproses dalam sel (Kresno
2004). Jajaran ketiga sel limfoid adalah natural killer cells (sel NK) yang tidak
memiliki reseptor antigen spesifik dan merupakan bagian dari sistem imun
nonspesifik. Sel ini beredar dalam darah sebagai limfosit besar yang khusus
memiliki granula spesifik yang memiliki kemampuan mengenal dan membunuh sel
5
abnormal, seperti sel tumor dan sel yang terinfeksi oleh virus. Sel NK berperan
penting dalam imunitas nonspesifik pada patogen intraseluler (Janeway et al. 2001).
Antibodi diproduksi oleh sistem imun spesifik primer pada pemulihan pada
infeksi virus dan pertahanan pada serangan infeksi virus. Sel T lebih berperan pada
pemulihan infeksi virus. Sitotoksik sel T (CTLs) atau CD8 berperan pada respons
imun terhadap antigen virus pada sel yang diinfeksi dengan cara membunuh sel
yang terinfeksi untuk mencegah penyebaran infeksi virus. Sel T helper (CD4)
adalah subset sel T yang berperan membantu sel B untuk memproduksi antibodi.
Limfokin disekresikan oleh sel T untuk mempengaruhi dan mengaktivasi makrofag
dan sel NK sehingga meningkat secara nyata pada penyerangan virus (Mayer 2003).
Patogen yang mampu dijangkau oleh antibodi adalah hanya antigen yang berada
pada peredaran darah dan di luar sel, padahal beberapa bakteri patogen, parasit, dan
virus perkembangan replikasinya berada di dalam sel sehingga tidak dapat dideteksi
oleh antibodi. Penghancuran patogen ini membutuhkan peran limfosit T sebagai
imunitas yang diperantarai oleh sel. Limfosit T mengenal sel yang terinfeksi virus,
virus yang menginfeksi sel bereplikasi di dalam sel dengan memanfaatkan sistem
biosintesis sel inang. Derivat antigen dari replikasi virus dikenal oleh limfosit T
sitotoksik. Sel tersebut mampu mengontrol sel yang terinfeksi sebelum replikasi
virus dilangsungkan secara lengkap. Sel T sitotoksik merupakan ekspresi dari
molekul CD8 pada permukaannya (Janeway et al. 2001).
Sel T adalah sel di dalam salah satu grup sel darah putih yang diketahui
sebagai limfosit dan memainkan peran utama pada kekebalan selular. Sel T mampu
membedakan jenis patogen dengan kemampuan berevolusi sepanjang waktu demi
peningkatan kekebalan setiap kali tubuh terpapar patogen. Hal ini dimungkinkan
karena sejumlah sel T teraktivasi menjadi sel T memori dengan kemampuan untuk
berkembangbiak dengan cepat untuk melawan infeksi yang mungkin terulang
6
kembali. Kemampuan sel T untuk mengingat infeksi tertentu dan sistematika
perlawanannya, dieksploitasi sepanjang proses vaksinasi, yang dipelajari pada
sistem kekebalan tiruan.
Respon yang dilakukan oleh sel T adalah interaksi yang terjadi antara reseptor
sel T (bahasa Inggris: T cell receptor, TCR) dan peptida MHC pada permukaan sel
sehingga menimbulkan antarmuka antara sel T dan sel target yang diikat lebih lanjut
oleh molekul co-receptor dan co-binding. Ikatan polivalen yang terjadi
memungkinkan pengiriman sinyal antar kedua sel.[2] Sebuah fragmen peptida kecil
yang melambangkan seluruh isi selular, dikirimkan oleh sel target ke antarmuka
sebagai MHC untuk dipindai oleh TCR yang mencari sinyal asing dengan lintasan
pengenalan antigen. Aktivasi sel T memberikan respon kekebalan yang berlainan
seperti produksi antibodi, aktivasi sel fagosit atau penghancuran sel target dalam
seketika. Dengan demikian respon kekebalan tiruan terhadap berbagai macam
penyakit diterapkan.
7
B. Sel B
Sel B adalah limfosit yang memainkan peran penting pada respon imun
humoral yang berbalik pada imunitas selular yang diperintah oleh sel T. Fungsi
utama sel B adalah untuk membuat antibodi melawan antigen. Sel B adalah
komponen sistem kekebalan tiruan.
2.3 ANTIGEN
Antigen adalah zat-zat asing yang pada umumnya merupakan protein yang
berkaitan dengan bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh. Beberapa berupa
olisakarida atau polipeptida, yang tergolong makromolekul dengan BM > 10.000
yang dapat merangsang respon imun dan dapat bereaksi dengan antibodi.
Antigen merupakan bahan asing yang dikenal dan merupakan target yang
akan dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh. Antigen ditemukan di permukaan
8
seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal, sistem kekebalan seseorang tidak
bereaksi terhadap selnya sendiri. Sehingga dapat dikatakan antigen merupakan
sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun, terutama dalam produksi antibodi.
Antigen biasanya protein atau polisakarida, tetapi dapat juga berupa molekul
lainnya, termasuk molekul kecil (hapten) dipasangkan ke protein-pembawa. Sistem
kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis
yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem
kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi
bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh.
Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang,
sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan
flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan
pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan
meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker. Dalam faktanya kekuatan
antibody seseorang tersebut dalam melawan antigen yang terdapat dalam tubuh
seseorang.
9
2.3.1 Jenis – jenis Antigen
10
Asam nukleat adalah antigen yang tidak imunogenik
Protein adalah antigen yang imunogenik
2.4 ANTIBODI
Antibodi adalah protein yang dapat ditemukan pada darah atau kelenjar
tubuh vertebrata lainnya, dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk
mengidentifikasikan dan menetralisasikan benda asing seperti bakteri dan virus.
Mereka terbuat dari sedikit struktur dasar yang disebut rantai. Tiap antibodi
memiliki dua rantai berat besar dan dua [rantai ringan]. Antibodi diproduksi oleh
tipe sel darah yang disebut sel B. Terdapat beberapa tipe yang berbeda dari rantai
berat antibodi, dan beberapa tipe antibodi yang berbeda, yang dimasukan kedalam
isotype yang berbeda berdasarkan pada tiap rantai berat mereka masuki. Lima
isotype antibodi yang berbeda diketahui berada pada tubuh mamalia, yang
memainkan peran yang berbeda dan menolong mengarahkan respon imun yang
tepat untuk tiap tipe benda asing yang berbeda yang ditemui.
11
dengan pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel. Antibodi biasanya
disingkat penulisaanya menjadi Ab.
a. Imunoglobulin G
12
b. Imunoglobulin A
IgA dihasilkan paling banyak dalam bentuk dua monomer Y (suatu dimer)
oleh sel-sel yang terdapat berlimpah pada membran mukosa. Jumlah dalam serum
sedikit. Banyak terdapat dalam saluran nafas, cerna, kemih, air mata, keringat,
ludah dan air susu. Fungsi utama IgA adalah untuk mencegah pertautan virus dan
bakteri ke permukaan epitelium. Fungsinya menetralkan toksin dan virus,
mencegah kontak antara toksin/ virus dengan sel sasaran dan mengumpalkan/
mengganggu gerak kuman yang memudahkan fagositosis.
c. Imunoglobulin M
d. Imunoglobulin E
13
disekresikan oleh sel plasma di kulit, mukosa, serta tonsil. Jika bagian ujung IgE
terpicu oleh antigen, akan menyebabkan sel melepaskan histamin yang
menyebabkan peradangan dan reaksi alergi. Mudah diikat oleh sel mastosit, basofil
dan eosinofil. Kadar tinggi pada kasus: alergi, infeksi cacing, skistosomiasis,
trikinosis. Proteksi terhadap invasi parasit seperti cacing.
e. Imunoglobulin D
14
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54998/5/BAB%20II%20TINJAUA
N%20PUSTAKA.pdf
file:///C:/Users/Ifan%20Abimanyu/Downloads/S1-2015-316071-introduction.pdf
15