Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah HIV/ AIDS adalah maslah besar yang mengancam Indonesia dan banyak Negara
di seluruh dunia. UNAIDS, badan WHO yang mengurusi masalah AIDS, memperkirakan
jumlah odha di seluruh dunia pada Desember 2004 adalah 35,9 – 44,3 juta orang. Saat ini
tidak ada Negara yang terbebas dari HIV/ AIDS. HIV/ AIDS menyebabkan berbagai krisis
secara bersamaan, menyebabkan krisis kesehatan, krisis pembangunan Negara, krisis
ekonomi, pendidikan dan juga krisis kemanusiaan. Dengan kata lain HIV/ AIDS
menyebabkan krisis multidimensi. Sebagai krisis kesehatan, AIDS memerlukan respon dari
masyarakat dan memerlukan layanan pengobatan dan perawatan untuk individu yang
terinfeksi HIV. Individu yang terjangkit HIV ini biasanya adalah individu yang mendapat
darah atau produk darah yang terkontaminasi dengan HIV dan anak-anak yang dilahirkan dari
ibu yang menderita infeksi HIV.
AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubbinstein dan Amman pada
tahun 1983 di Amerika serikat. Sejak itu laporan jumlah AIDS pada anak di Amerika makin
lama makin meningkat. Kasus infeksi HIV terbanyak pada orang dewasa maupun pada anak-
anak tertinggi didunia adalah di Afrika.
Dengan demikian , pada makalah ini akan dibahas mengenai infeksi HIV yang terjadi
pada anak-anak. Hal ini perlu dibahas agar dapat melakukan tindakan yang tepat pada anak-
anak yang terkena HIV, khususnya bagi pemberi perawatan agar laju pertumbuhan anak yang
terkena HIV/AIDS dapat dikurangi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari HIV/AIDS?
2. Apa penyebab dari timbulnya penyakit HIV/AIDS?
3. Bagaimana patofisiologi HIV/AIDS?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari HIV/AIDS?
5. Apa komplikasi yang akan terjadi pada HIV/AIDS?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis pada HIV/AIDS?
7. Bagaimana pencegahan HIV/AIDS ?
8. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada penderita HIV/AIDS khususnya pada anak?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
sebagai penambah pengetahuan tentang HIV/AIDS. Selain itu juga, tujuan khusus dari
pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian dari HIV/AIDS.
2. Mengetahui penyebab dari timbulnya penyakit HIV/AIDS.
3. Mengetahui patofisiologi HIV/AIDS.
4. Mengetahui manifestasi klinis dari HIV/AIDS.
5. Mengetahui komplikasi yang akan terjadi pada HIV/AIDS.
6. Mengetahui penatalaksanaan medis pada HIV/AIDS.
7. Mengetahui pencegahan dari HIV/AIDS.
8. Mengetahui asuhan keperawatan pada penderita HIV/AIDS khususnya pada anak.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yakni virus yang menyerang
sistem imun sehingga kekebalan menjadi lemah bahkan sampai hilang. Sedangkan AIDS
adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Disease Syndrome, yakni suatu penyakit
yang disebabkan oleh virus yaitu virus HIV (Sujana, 2007).
HIV secara umum adalah virus yang hanya dapat menginfeksi manusia, memperbanyak
diri didalam sel manusia, sehingga menurunkan kekebalan manusia terhadap penyakit infeksi.
AIDS adalah sekumpulan tanda dan gejala penyakit akibat hilangnya atau menurunnya sistem
kekebalan tubuh seseorang yang didapat karena terinfeksi HIV.
AIDS adalah salah satu penyakit retrovirus epidemic menular, yang disebabkan oleh
infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler, dan
mengenai kelompok resiko tertentu, termasuk pria homoseksual, atau biseksual,
penyalahgunaan obat intra vena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya,
hubungan seksual dan individu yang terinfeksi virus tersebut. (DORLAN, 2002)
AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dan kelainan ringan dalam
respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan
dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang
jarang terjadi. (Centre for Disease Control and Prevention)

2.2 Etiologi
Etiologi atau penyebab dari HIV/AIDS karena terganggunya system imun dalam tubuh
ODHA. Partikel virus bergabung dengan sel DNA pasien sehingga orang yang terinfeksi HIV
akan seumur hidup tetap terinfeksi. Sebagian pasien memperlihatkan gejala tidak khas seperti
demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam dan lain sebagainya pada
3-6 minggu setelah infeksi (Sudoyo, 2006).
Selain karena terganggunya system imun, HIV juga disebabkan oleh penyebarluasan
melalui berbagai jalur penularan diantaranya:
 Ibu pada bayinya
Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan (in utero). Berdasarkan laporan
CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi adalah 0’01% sampai 0,07%.
Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi 20%
sampai 30%, sedangkan jika gejala AIDS sudah jelas maka kemungkinannya mencapai
50% (PELKESI, 1995).
Penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui kontak antara membrane mukosa
bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan (Lily V, 2004).
Penularan dari ibu ke anak yang biasa terjadi adalah sebagai berikut:
 Selama dalam kandungannya (antepartum)
 Selama persalinan (intrapartum)
 Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi (post partum)
 Bayi tertular melalui pemberian ASI
 Darah dan produk darah yang tercemar HIV/ AIDS
Sangat cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan
menyebar luas.
 Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
Alat pemeriksaan kandungan seperti spekulum, tenakulum dan alat-alat lain yang
menyentuh darah, cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV, dan langsung digunakan
untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan HIV (PELKESI, 1995).
 Penularan melalui hubungan seks
 Pelecehan seksual pada anak.
 Pelacuran anak
Sedangkan menurut Hudak dan Gallo (1996), penyebab dari AIDS adalah suatu agen viral
(HIV) dari kelompok virus yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah melalui
hubungan seksual dan mempunyai aktivitas yang kuat terhadap limfosit T yang berperan
dalam mekanisme pertahanan tubuh manusia. HIV merupakan Retrovirus yang menggunakan
RNA sebagai genom. HIV mempunyai kemampuan mengcopy cetakan materi genetic dirinya
ke dalam materi genetic sel-sel yang ditumpanginya. Sedangkan menurut Long (1996),
penyebab AIDS adalah Retrovirus yang telah terisolasi cairan tubuh orang yang sudah
terinfeksi yaitu darah, semen, sekresi vagina, ludah, air mata, air susu ibu (ASI), cairan otak
(cerebrospinal fluid), cairan amnion, dan urin. Darah, semen, sekresi vagina dan ASI
merupakan sarana transmisi HIV yang menimbulkan AIDS. Cairan transmisi HIV yaitu
melalui hubungan darah (transfusi darah/komponen darah, jarum suntik yang dipakai
bersama-sama), seksual (homo bisek/heteroseksual), perinatal (intra plasenta dan dari ASI).
Empat populasi utama pada kelompok usia pediatrik yang terkena HIV yaitu :
1. Bayi yang terinfeksi melalui penularan perinatal dari ibu yang terinfeksi (disebut juga
transmisi vertikal); hal ini menimbulkan lebih dari 85% kasus AIDS pada anak-anak yang
berusia kurang dari 13 tahun.
2. Anak-anak yang telah menerima produk darah (terutama anak dengan hemofilia).
3. Remaja yang terinfeksi setelah terlibat dalam perilaku risiko tinggi.
4. Bayi yang mendapat ASI (terutama di negara-negara berkembang).

2.3 Patofisiologi
Penyebab acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah human
immunodeficiencyvirus (HIV), yang melekat dan memasuki limfosit T helper CD4+. Virus
tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologis lainnya, dan orang itu mengalami
destruksi sel CD4+ secara bertahap. Sel-sel yang memperkuat dan mengulang respons
imunologis diperlukan untuk mempertahankan kesehatan yang baik dan bila sel-sel tersebut
berkurang dan rusak maka fungsi imun lain akan terganggu.
HIV dapat pula menginfeksi makrofag, sel-sel yang dipakai virus untuk melewati sawar
darah otak masuk ke dalam otak. Fungsi limfosit B juga terpengaruh dengan peningkatan
produksi immunoglobulin total yang berhubungan dengan penurunan produksi antibody
spesifik. Dengan memburuknya sistem imun secara progresif, tubuh menjadi semakin rentan
terhadap infeksi oportunistik dan juga berkurang kemampuannya dalam memperlambat
replikasi HIV. Infeksi HIV dimanifestasikan sebagai penyakit multisystem yang dapat bersifat
dolman bertahun-tahun karena menyebabkan imunodefisiensi secara bertahap. Kecepatan
perkembangan dan manifestasi klinis penyakit ini bervariasi orang ke orang (Bezt, Cecily
Lynn. 2009).
PEMBAGIAN STADIUM PADA HIV/AIDS
Secara umum kronologis perjalanan infeksi HIV dan AIDS terbagi menjadi 4 stadium,
antara lain (Nursalam, 2007) :
1. Stadium HIV
Dimulai dengan masuknya HIV yang diikuti terjadinya perubahan serologik ketika hadap
virus tersebut dan negatif menjadi positif. Waktu masuknya HIV kedalam tubuh hingga
HIV positif selama 1-3 bulan atau bisa sampai 6 bulan (window period).
2. Stadium Asimptomatis (tanpa gejala)
Menunjukkan didalam organ tubuh terdapat HIV tetapi belum menunjukan gejala dan
adaptasi berlangsung 5 - 10 tahun.
3. Stadium Pembesaran Kelenjar Limfe
Menunjukan adanya pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (persistent
generalized lymphadenophaty) dan berlangsung kurang lebih 1 bulan.
4. Stadium AIDS
Merupakan tahap akhir infeksi HIV. Keadaan ini disertai bermacam - macam penyakit
infeksi sekunder.
PATHWAY

(HIV RETROVIRUS)

(STADIUM HIV (1-3 atau 6 bulan) Sindrom mononukleosida, yaitu


MENYERANG LIMFOSIT T CD4+ demam 38-40o c, pembesaran
kelenjar getah bening dan di
Ditularkan melalui darah, semen, ketiak, disertai timbulnya bercak
sekresi vagina, ludah, air mata, ASI kemerahan pada kulit.

(STADIUM ASIMPTOMATIK (5-10


tahun)

Masuk ke dalam organ tubuh tapi Pembesaran kelenjar getah bening di


tidak mengalami gejala leher, ketiak, paha. Keluar keringat
malam hari. Lemas, BB turun
Manifestasi 5kg/bulan batuk kering, diare, bercak
di kulit,ulserasi, perdarahan, sesak
klinis nafas, kelumpuhan, gangguan
(STADIUM PEMBESARAN KELENJAR penglihatan, kejiwaan terganggu.
LIMFE 1 bulan set. Std,
Asimptomatik)

Tidak ada gejala

Kelainan otak, meningitis, kanker


kulit, luka ulserasi, infeksi yang
menyebar, TBC, diare kolik,
(STADIUM AIDS) candidiasis mulut dan pneumonia.
Tahap akhir infeksi, menyerang limfosit B
akan antibody spesifik dan system saraf
pusat, meliputi selaputnya yang sifatnya
toksik terhadap sel
2.4 Manifestasi Klinis
Masa antara terinfeksi HIV dan timbul gejala-gejala penyakit adalah 6 bulan-10 tahun.
Rata-rata masa inkubasi 21 bulan pada anak-anak dan 60 bulan/5tahun pada orang dewasa.
Tanda-tanda yang ditemui pada penderita AIDS antara lain :
1. Gejala yang muncul setelah 2 sampai 6 minggu sesudah virus masuk ke dalam tubuh:
sindrom mononukleosida yaitu demam dengan suhu badan 380 C sampai 400 C dengan
pembesaran kelenjar getah benih di leher dan di ketiak, disertai dengan timbulnya bercak
kemerahan pada kulit.
2. Gejala dan tanda yang muncul setelah 6 bulan sampai 5 tahun setelah infeksi, dapat muncul
gejala-gejala kronis : sindrom limfodenopati kronis yaitu pembesaran getah bening yang
terus membesar lebih luas misalnya di leher, ketiak dan lipat paha. Kemudian sering keluar
keringat malam tanpa penyebab yang jelas. Selanjutnya timbul rasa lemas, penurunan berat
badan sampai kurang 5 kg setiap bulan, batuk kering, diare, bercak-bercak di kulit, timbul
tukak (ulceration), perdarahan, sesak nafas, kelumpuhan, gangguan penglihatan, kejiwaan
terganggu. Gejala ini diindikasikan dengan adanya kerusakan sistem kekebalan tubuh.
3. Pada tahap akhir, orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya rusak akan menderita
AIDS. Pada tahap ini penderita sering diserang penyakit berbahaya seperti kelainan otak,
meningitis, kanker kulit, luka bertukak, infeksi yang menyebar, tuberkulosis paru (TBC),
diare kronik, candidiasis mulut dan pneumonia.
Menurut Cecily L Betz, anak-anak dengan infeksi HIV yang didapat pada masa perinatal
tampak normal pada saat lahir dan mulai timbul gejala pada 2 tahun pertama kehidupan.
Manifestasi klinisnya antara lain:
1) Berat badan lahir rendah.
2) Gagal tumbuh.
3) Limfadenopati umum.
4) Hepatosplenomegali.
5) Sinusitis.
6) Infeksi saluran pernapasan atas berulang.
7) Parotitis.
8) Diare kronik atau kambuhan.
9) Infeksi bakteri dan virus kambuhan.
10) Infeksi virus Epstein-Barr persisten.
11) Sariawan orofaring.
12) Trombositopenia.
13) Infeksi bakteri seperti meningitis.
14) Pneumonia interstisial kronik.
Selain itu ada tanda-tanda gejala mayor dan minor untuk mendiagnosis HIV menurut
klasifikasi WHO, antara lain:
Gejala mayor:
 Gagal tumbuh atau penurunan berat badan
 Diare kronis
 Demam memanjang tanpa sebab
 Tuberkolosis
Gejala minor
 Limfadenopati generalisa
 Kandidiasis oral
 Batuk menetap
 Distress pernapasan / pneumonia
 Infeksi berulang
 Infeksi kulit generalisata

2.5 Komplikasi
1. Pneumonia Pneumocystis carinii (PPC).
2. Pneumonia interstitial limfoid.
3. Tuberkulosis (TB).
4. Virus sinsitial pernapasan.
5. Candidiasis esophagus.
6. Limfadenopati
7. Diare kronik
2.6 Penatalaksanaan Medis
Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi apabila terinfeksi HIV maka terapinya yaitu :
1. Pengendalian infeksi oportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi oportuniti, nosokomial,
atau sepsis, tindakan ini harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan yang
kritis.
2. Terapi AZT (Azitomidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik
transcriptase.
3. Terapi antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas sistem immun dengan menghambat replikasi virus atau
memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obatan ini adalah: didanosina,
ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD4+ dapat larut.
4. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron
5. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat
replikasi HIV.
6. Rehabilitasi bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis, membantu megubah
perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak berisiko, mengingatkan
cara hidup sehat dan mempertahankan kondisi hidup sehat.
7. Pendidikan untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang sehat,
hindari sters, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi imun. Edukasi ini
juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana menghadapi kenyataan ketika
anak mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.

2.7 Pencegahan
Pencegahan infeksi HIV primer pada semua golongan usia kemungkinan akan
memengaruhi epidemil global lebih dari terapi apa pun dimasa depan yang dapat diketahui.
Kesalahan konsepsi mengenai factor resiko untuk infeksi HIV adalah target esensial untuk usaha
mengurangi perilaku resiko, terutama diantara remaja. Untuk dokter spesialis anak, kemampuan
member kMAonsultasi pada pasien dan keluarga secara efektif mengenai praktik seksual dan
penggunaan obat adalah aliran utama usaha pencegahan ini. Bahkan pendidikan dan latihan
tersedia dari The American Medical Assosiation dan The American Academy of Pediatrics yang
dapat membantu dokter pediatric memperoleh kenyamanan dan kompetensi yang lebih besar pada
peran ini.
Pencegahan infeksi HIV pada bayi dan anak harus dimulai dengan tepat dengan
pencegahan infeksi pada perempuang hamil. Langkah kedua harus menekan pada uji serologi HIV
bagi semua perempuan hamil. Rekomendasi ini penting karena uji coba pengobatan mutakhir
menunjukkan bahwa protocol pengobatan bayi menggunakan obat yang sama selama beberapa
minggu secara signifikan mengurangi angka transmisi dari ibu ke bayi.
Pemberian zidovudin terhadap wanita hamil yang terinfeksi HIV-1 mengurangi penularan
HIV-1 terhadap bayi secara dermatis. Penggunaan zidovudin (100 mg lima kali/24 jam) pada
wanita HIV-1 dalam 14 minggu kehamilan sampai kelahiran dan persalinan dan selama 6 minggu
pada neonatus (180 mg/m2 secara oral setiap jam) mengurangi penularan pada 26% resipien
palasebo sampai 8% pada resipien zidovudin, suatu perbedaan yang sangat bermakna. Pelayanan
kesehatan A.S. telah menghasilkan pedoman untuk penggunaan zidovudin pada wanita hamil HIV-
1 positif untuk mencegah penularan HIV-1 perinatal. Wanita yang HIV-1 positif, hamil dengan
masa kehamilan 14-34 minggu, mempunyai anak limfosid CD4 + 200/mm atau lebih besar, dan
sekarang tidak berada pada terapi atteretrovirus dianjurkan menggunakan zidovudin. Zidovudin
intravena (dosis beban 1 jam 2 mg/kg/jam diikuti dengan infus terus menerus 1 mg/kg/jam sampai
persalinan) dianjurkan selama proses kelahiran. Pada semua keadaan dimana ibu mendapat
zidovudin untuk mencegah penularan HIV-1, bayi harus mendapat sirup zidovudin (2 mg/kg setiap
6 jam selama usia 6 minggu pertama yang mulai dan8 jam sesudah lahir). Jika ibu HIV-1 positif
dan tidak mendapatkan zidovudin, zidovudin harus dimulai pada bayi baru lahir sesegera mungkin
sesudah lahir, tidak ada bukti yang mendukung kemajuan obat dalam mencegah infeksi HIV-1
bayi baru lahir sesudah 24 jam. Ibu dan anak diobati dengan zidovudin harus diamati dengan ketak
untuk kejadian-kejadian yang merugikan dan didaftar pada PPP untuk menilai kemungkinan
kejadian yang merugikan jangka lama. Saat ini, hanya anemia ringan reversible yang telah
ditemukan pada bayi. Untuk melaksanakan pendekatan ini secara penuh, semua wanita harus
mendapatkan prenatal yang tepat, dan wanita hamil harus diuji untuk positivitas HIV-1.
Penularan seksual. Pencegahan penularan seksual mencakup penghindaran pertukaran cairan-
cairan tubuh. Kondom merupakan bagian integral program yang mengurangi penyakit yang
ditularkan secara seksual. Seks tanpa perlindungan dengan mitra yang lebih tua atau dengan
banyak mitra adalah biasa pada remaja yang terinfeksi HIV-1.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK
DENGAN HIV-AIDS
Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada anak dengan HIV/ AIDS mencakup hal-hal sebagai
berikut:
1. Data Subjektif, mencakup:
a. Pengetahuan klien tentang AIDS
b. Data nutrisi, seperti masalah cara makan, BB turun
c. Dispneu (serangan)
d. Ketidaknyamanan (lokasi, karakteristik, lamanya)
2. Data Objektif, meliputi:
a. Kulit, lesi, integritas terganggu
b. Bunyi nafas
c. Kondisi mulut dan genetalia
d. BAB (frekuensi dan karakternya)
e. Gejala cemas
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran TTV
b. Pengkajian Kardiovaskuler
c. Suhu tubuh meningkat, nadi cepat, tekanan darah meningkat. Gagal jantung
kongestif sekunder akibat kardiomiopati karena HIV.
4. Kaji riwayat imunisasi
5. Kaji riwayat yang berhubungan dengan faktor risiko terhadap AIDS pada anak-anak
(mis., penularan HIV dari ibu kepada anak pada saat kehamilan, pemajanan terhadap
produk darah)
6. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang HIV/AIDS
7. Observasi adanya manifestasi AIDS pada anak-anak seperti gagal tumbuh,
limfadenopati, hepatosplenomegali
8. Kaji status nutrisi
a. Kaji adanya infeksi oportunistik
b. Kaji adanya pengetahuan tentang penularan

Selain faktor di atas, hal yang perlu dikaji adalah semua faktor yang mempengaruhi
sistem imun antara lain:
a. Pengkajian Kardiovaskuler
Suhu tubuh meningkat, nadi cepat, tekanan darah meningkat. Gagal jantung
kongestif sekunder akibat kardiomiopati karena HIV.
b. Pengkajian Respiratori
Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak napas, takipnea, hipoksia, nyeri dada,
napas pendek waktu istirahat, gagal napas.
c. Pengkajian Neurologik
Sakit kepala, somnolen, sukar konsentrasi, perubahan perilaku, nyeri otot, kejang-
kejang, enselofati, gangguan psikomotor, penurunan kesadaran, delirium,
meningitis, keterlambatan perkembangan.
d. Pengkajian Gastrointestinal
Berat badan menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan, bercak putih
kekuningan pada mukosa mulut, faringitis, candidisiasis esophagus, candidisiasis
mulut, selaput lender kering, pembesaran hati, mual, muntah, colitis akibat diare
kronis, pembesaran limfa.
e. Pengkajain Renal
f. Pengkajaian Muskuloskeletal
Nyeri otot, nyeri persendian, letih, gangguan gerak (ataksia)
g. Pengkajian Hematologik
h. Pengkajian Endokrin

Untuk menegakkan diagnosis, maka pemeriksaan penunjang perlu dilakukan.


Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain:
 TB (PPD): untuk menentukan pemajanan dan atau penyakit aktif (harus diberikan
dengan panel anergi untuk menentukan hasil negative-palsu pada respons defisiensi
imun). Pada pasien AIDS, 100% akan memiliki mikobakterium TB positif pada
kehidupan mereka bila terjadi kontak.
 Serologis:
 Tes antibody serum: skrining HIV dengan ELISA. Hasil tes positif mungkin akan
mengindikasikan adanya HIV tetapi bukan merupakan diagnosa.
 Tes blot western: mengkonfirmasikan diagnosa HIV.
 Sel T limfosit: penurunan jumlah total.
 Sel T4 helper (indikator system imun yang menjadi media banyak proses system
imun dan menandai sel-B untuk menghasilkan antibody terhadap bakteri asing):
jumlah yang kurang dari 200 mengindikasikan respons defisiensi imun hebat.
 Tes PHS: pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif.
 Pemeriksaan neurologis, mis. EEG, MRI, skan CT otak, EMG/pemeriksaan konduksi
saraf: diindikasikan untuk perubahan mental, demam yang tidak diketahui asalnya
dan/atau perubahan fungsi sensori/motor (Doenges, 2001:836).

Dapatkan riwayat imunisasi


 Dapatkan riwayat yang berhubungan dengan faktor resiko terhadap aids pada anak-
anak: exposure in utero to HIV-infected mother, pemajanan terhadap produk darah,
khususnya anak dengan hemophilia, remaja yang menunjukan prilaku resiko tinggi.
 Obsevasi adanya manifestasi AIDS pada anak-anak: gagal tumbuh, limfadenopati,
hepatosplenomegali
 Infeksi bakteri berulang
 Penyakit paru khususnya pneumonia pneumocystis carinii (pneumonitys inter
interstisial limfositik, dan hyperplasia limfoid paru).
 Diare kronis
 Gambaran neurologis, kehilangan kemampuan motorik yang telah di capai
sebelumnya, kemungkinan mikrosefali, pemeriksaan neurologis abnormal
 Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian missal tes antibody serum.

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada anak dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV) adalah sebagai berikut:
 Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh, adanya
organisme infeksius.
 Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekambuhan
penyakit, diare, kehilangan nafsu makan, kandidiasis oral.
 Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan pembatasan fisik, hospitalisasi,
stigma sosial terhadap HIV.

Intervensi Keperawatan
Menurut Betz dan Sowden (2002) intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh
seorang perawat terhadap anak dan ibu yang sudah menderita infeksi HIV antara lain :
1. Lindungi bayi, anak atau remaja dari kontak infeksius, meskipun kontak biasa dari
orang ke orang tidak menularkan HIV
2. Cegah penularan infeksi HIV dengan membersihkan bekas darah atau cairan tubuh
lain dengan larutan khusus, pakai sarung tangan lateks bila akan terpajan darah atau
cairan tubuh, pakai masker dengan pelindung mata jika ada kemungkinan terdapat
aerosolisasi atau terkena percikan darah atau cairan tubuh, cuci tangan setelah
terpajan darah atau cairan tubuh dan sesudah lepasa sarung tangan, sampah-sampah
yang terrkontaminasi darah dimasukkan ke dalam kantong plastik limbah khusus.
3. Lindungi anak dari kontak infeksius bila tingkat kekebalan anak rendah dengan
cara lakukan skrining infeksi, tempatkan anak bersama anak yang non infeksi dan
batasi pengunjung dengan penyakit infeksi.
4. Kaji pencapaian perkembangan anak sesuai usia dan pantau pertumbuhan (tinggi
badan, berat badan, lingkar kepala
5. Bantu keluarga untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat kepatuhan
terhadap perencanaan pengobatan
6. Ajarkan pada anak dan keluarga untuk menghubungi tim kesehatan bila terdapat
tanda-tanda dan gejala infeksi, ajarkan pada anak dan keluarga memberitahu dokter
tentang adanya efek samping
7. Ajarkan pada anak dan keluarga tentang penjadualan pemeriksaan tindak lanjut :
nama dan nomor telepon dokter serta anggota tim kesehatan lain yang sesuai, tanggal
dan waktu serta tujuan kunjungan pemeriksaan tindak lanjut
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada ibu dan anak yang belum
terinfeksi HIV antara lain :
1. Ibu jangan melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan tanpa kondom
2. Gunakan jarum suntik steril, dan tidak menggunakan jarum suntik secara bersama
secara bergantian atau tercemar darah mengandung HIV.
3. Tranfusi darah melalui proses pemeriksaan terhadap HIV terlebih dahulu.
4. Untuk Ibu HIV positif kepada bayinya saat hamil, proses melahirkan
spontan/normal sebaiknya tidak menyusui bayi dengan ASInya
5. HIV tidak menular melalui : bersentuhan, bersalaman dan berpelukan (kontak
sosial), berciuman (melalui air liur), keringat, batuk dan bersin, berbagi makanan atau
menggunakan peralatan makan bersama, gigitan nyamuk atau serangga lain,
berenang bersama, dan memakai toilet bersama sehingga tidak perlu takut dan
khawatir tertular HIV.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A DENGAN HIV-AIDS
Contoh Kasus
Ny. G membawa anaknya ka rumah sakit karena anaknya batuk-batuk berkepanjangan yang
disertai sesak, diare yang terus-terusan dan disertai dengan demam sudah 3hari, Menurut Ny. G
anaknya batuk sudah sekitar 2 minggu tidak berhenti
Ibu klien mengatakan anaknya diare terus-terusan BAB sampai 6x dalam sehari sudah 3hari,
klien tampak lemah, mukosa bibir kering dan mata cekung. Klien demam sudah 2hari dan tidak
mau makan/menyusu karena anaknya susah menelan akibat luka-luka pada mulutnya. Ibu klien
juga mengatakan mempunyai riwayat HIV positif. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik
didapatkan TTV
Suhu : 39 0C, Nadi : 120x/m, P : 28x /m
PENGKAJIAN
I. Identitas Klien :
Nama/nama panggilan : An. A.
Tempat tanggal lahir/usia : Poasia, 27 Mei 2005/ 6 bulan 8 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Alamat : BTN Kendari Permai Blok J No.14
Tanggal masuk : 18 Mei 2011
Tanggal pengkajian : 19 Mei 2011
Diagnosa Medik : HIV-AIDS

II. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. T.L.
Umur : 27 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Agama : Islam
Alamat : BTN Kendari Permai Blok J No.14
III. Riwayat Kesehatan.
1) Keluhan Utama
Orangtua klien mengeluhkan bayinya mengalami diare disertai dengan
demam.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami diare dengan frekuensi BAB cukup tinggi sudah 3 hari dan diserta
dengan demam, terdapat bercak-bercak terasa gatal pada kulit, diare diikuti dengan
batuk, sesak dan klien tidak mau menyusu karena anaknya susah menelan akibat luka-
luka pada mulutnya. Dengan alasan tersebut orang tua klien membawa klien ke RS
untuk di periksa.
IV. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak 0-5 tahun)
1) Prenatal Care
a) Pemeriksaan kehamilan 3 kali
b) Keluhan selama hamil Ngidam, kadang-kadang demam dan lemas
c) Riwayat terkena sinar tidak ada
d) Kenaikan berat badan selama kehamilan 2 kg
e) Imunisasi 2 kali
f) Golongan darah Ibu : lupa /golongan darah ayah : A

2) Natal
a) Tempat melahirkan di Puskesmas oleh bidan
b) Lama dan jenis persalinan : Spontan/normal
c) Penolong persalinan Dokter Kebidanan
d) Tidak ada komplikasi selama persalinan ataupun setelah persalinan (sedikit
perdarahan daerah vagina).

3) Post Natal
a) Kondisi Bayi : BB lahir 2 kg, PB 45 cm
b) Pada saat lahir kondisi anak baik
c) Penyakit yang pernah dialami demam setelah imunisasi
d) Kecelakaan yang pernah dialami: tidak ada
e) Imunisasi belum lengkap
f) Alergi belum nampak
g) Perkembangan anak dibanding saudara-saudara : Anak pertama

V. Riwayat Kesehatan Keluarga


Anggota keluarga : Ibu klien positif HIV

VI. Riwayat Imunisasi


Waktu Reaksi setelah
No. Jenis Imunisasi Pemberian pemberian
1. BCG 1 bulan Demam
2. DPT Lupa Demam
3. Polio - -
4. Campak - -
5. Hepatitis Lupa lupa

VII. Riwayat Tumbuh Kembang


1.) Pertumbuhan Fisik
a. Berat Badan : BB lahir 2 kg, BB masuk RS : 5 kg.
b. Tinggi Badan : PB lahir 45 cm, PB masuk RS : 50 Cm
c. Waktu tumbuh gigi pertama : belum
d. Perkembangan tiap tahap
 Berguling : 5 bulan
 Duduk : belum
 Merangkak : belum
 Berdiri : belum
 Berjalan : belum
 Senyum kepada orang lain pertama kali : lupa
2.) Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI
b. Pemberian Susu Formula : SGM

VIII. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum klien : Lemah, gelisah dan batuk sesak
Tanda-tanda vital: Suhu : 38,5 º C
Nadi : 120x/m
Pernafasan : 28x / m

DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
- Keluarga klien mengatakan - Klien selama di RS nampak
anaknya batuk-batuk dan sesak batuk terus dan gelisah
nampak sesak sesak
- Keluarga klien mangatakan - Klien nampak teraba panas
anaknya demam terus-menerus dengan suhu 39 0C, Nadi :
120x/m, P : 28x /m dan TD :
95/60 mmHg
- Keluarga klien mengatakan - Nampak terlihat bercak-bercak
muncul bercak-bercak di tubuh dan klien selalu menangis
anaknya menggaruk badannya yang
gatal.
- Keluarga klien mengatakan, klien - Klien nampak cengeng bila
tidak mau makan/menyusu ingin disusui, berat badan klien
turun dari 5 kg menjdi 4 kg.
- Ibu klien mengatakan anaknya - Klien nampak selalu mengeluh
susah menelan akibat luka-luka ingin BAB dan diRS terhitung
pada mulutnya 4-5/hari
- Keluarga klien mengatakan - Kulit klien nampak kering,
anaknya sering BAB 6x dalam nampak cekung pada mata
sehari sudah 3hari.
- Keluarga klien mengatakan - Klien terlihat mukosa bibir
sangat khawatir dengan kondisi kering dan mata cekung
anaknya, maka dari itu anaknya di
bawa ke RS.
- Keluarga klien nampak gelisah
dan selalu menanyakan
kondisi anaknya.

ANALISA DATA

No Data Masalah Etiologi

1 DS : Bersihan jalan nafas


o Ibu klien mengatakan tidak efektif
anaknya batuk-batuk dan
sesak
DO :
o Klien selama di RS nampak
batuk terus dan gelisah
nampak sesak sesak
o Tanda-tanda vital:
 Suhu : 38,5 º C
 Nadi : 120x/m
 Pernafasan : 28x / m
 TD : 95/60 mmHg
2 DS : Hipertermi
o Ibu klien mangatakan
anaknya demam terus-
menerus
DO :
o Klien nampak teraba panas
dengan suhu 38,5
0
C, Nadi : 120x/m,
P : 28x / m dn TD : 95/60
mmHg
3 DS : Kekurangan volume
Ibu klien mengatakan cairan
anaknya sering BAB 6x
dalam sehari sudah 3hari.
ibu klien mengatakan,
klien tidak mau tidak mau
makan/menyusu
DO :
Klien terlihat mukosa
bibir kering dan mata
cekung
4 DS : Perubahan nutrisi
o ibu klien mengatakan, klien kurang dari
tidak mau tidak mau kebutuhan tubuh
makan/menyusu
o Ibu klien mengatakan
anaknya susah menelan
akibat luka-luka pada
mulutnya
DO :
o Klien nampak cengeng bila
inbin diberi makan dan
porsi makannya tidak
habis serta BB turun
menjadi 20 kg dari
25kg.Inter

DIAGNOSA

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret


2. Hipertermi berhubungan dengan pelepasan pyrogen dari hipotalamus sekunder terhadap reaksi
antigen dan antibody
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekambuhan penyakit, diare,
kehilangan nafsu makan, kandidiasis oral
4. kekurangan volume cairan b/d

Anda mungkin juga menyukai