Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan penyelenggaraan program pendidikan di sekolah tidak

terlepas dari peranan guru sebagai tenaga pendidik dan merupakan tanggung

jawab kepala sekolah. Kepala sekolah dan guru dapat dikatakan sebagai ujung

tombak keberhasilan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan untuk

mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam Undang-Undang Pendidikan

Republik Indonesia No. 20 (2003:2) tentang Sistem Pendidikan Nasioanal

dinyatakan pendidikan merupakan:

“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan


proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Dari kutipan di atas, jelaslah bahwa untuk mengembangkan potensi

peserta didik melalui suatu proses pembelajaran yang merupakan usaha sadar

dan terencana dalam rangka meningkatkan kecerdasan, kepribadian dan

keterampilan yang berlandasan pada kekuatan spiritual keagamaan, yang

mencakup di dalamnya akhlak yang mulia. Sehingga peserta didik menjadi

manusia trampil, mandiri dan berguna bagi kehidupan pribadinya, orang lain,

bangsa dan negara. Diharapkan penyelenggaraan pendidikan tersebut dapat

berjalan dengan baik sebagaimana mestinya.

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) merupakan

salah satu mata pelajaran wajib di sekolah yang diharapkan dapat membantu

1
2

pencapaian tujuan pendidikan nasional. Oleh sebab itu pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan(Penjasorkes) perlu dilaksanakan dengan baik dan

teratur mulai dari Sekolah Dasar sampai tingakat Sekolah Menengah Atas. Di

dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006

(2006:195) dijelaskan bahwa:

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara


keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran
jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan
sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup
sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani
terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan nasional.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat di kemukakan bahwa

pendidikan jasmani yang diajarkan di sekolah sangat penting bagi peserta didik

dalam mengembangkan berbagai keterampilan gerak dan keterampilan berfikir.

Di samping itu juga pendidikan jasmani tersebut dapat menstabilkan emosional,

tindakan moral dan meningkatkan kebugaran jasmani. Selanjutnya melalui

aktivitas jasmani terpilih dapat menerapkan pola hidup sehat dan lingkungan

yang bersih.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan di sekolah, salah satu faktor pendukung adalah bagaimana

kemampuan dan kreaktivitas guru dalam proses pembelajaran. Menurut

Undang-Undang Guru No. 14 tahun 2005 pasal 1, ditegaskan mengenai tugas

utama guru yaitu : “Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
3

formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”. Artinya guru merupakan

salah satu faktor utama penentu keberhasilan pendidikan di samping faktor-

faktor lain seperti sarana dan prasarana pendidikan, lingkungan yang kondusif,

tersedianya perpustakaan, kemampuan dan kreaktivitasan guru dalam mngajar,

motivasi siswa dalam pembelajaran.

Dalam kegiatan belajar mengajar guru berusaha untuk menyampaikan

sesuatu hal yang disebut “pesan”, dalam setiap kegiatan belajar siswa juga

berusaha memperoleh suatu hal. Misalnya saja dalam pembelajaran pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan (penjasorkes) suatu hal yang dimaksud adalah

bisa berupa pengetahuan, wawasan, dan keterampilan yaitu yang berhubungan

dengan pendidikan jasmani dan olahraga. Untuk mengukur keberhasilan siswa

dalam pembelajaran penjasorkes diperlukan adanya evaluasi yang dilakukan

oleh guru penjasorkes tersebut.

Evaluasi hasil belajar menurut Dimyati dkk (2006:200) yaitu

“merupakan suatu proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan

penilaian atau pengukuran hasil belajar”. Sebelum melakukan evaluasi

pembelajaran seperti membuat perencanaan evaluasi pelaksanaan evaluasi dan

menentukan hasil evaluasi dalam suatu proses pembelajaran, guru penjasorkes

harus melakukan beberapa hal yaitu perencanaan materi pembelajaran sesuai

dengan kurikulum yang berlaku, melaksanakan pembelajaran, memilih metode

dan media yang tepat dalam pembelajaran, dan meningkatkan motivasi siswa

dalam belajar.

Berdasarkan pengamatan dan observasi yang penulis lakukan di SMP

Negeri 26 Kota Padang, dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani


4

olahraga dan kesehatan yang berhubungan dengan evaluasi mata pelajaran

penjasorkes belum terlaksana dengan baik. Hal ini diperoleh informasi dari

beberapa orang guru kelas dan siswa yang mengatakan guru penjasorkes dalam

memberikan penilaian tidak berdasarkan kemampuan yang dimiliki siswa.

Misalnya saja masih ada guru yang menilai siswa berdasarkan hasil akhir

evaluasi belajar saja tanpa memandang proses dari pembelajaran tersebut, dan

ada juga guru yang menilai siswa berdasarkan pendekatan siswa dengan guru,

latar belakang ekonomi siswa, kedudukan sosial siswa dalam masyarakat, selain

itu di dalam penilaian sumatif (semester) guru lebih cenderung menilai aspek

kognitif (pengetahuan) sehingga kurang memperhatikan aspek afektif dan

psikomotor.

Berdasarkan kenyataan di atas, dapat diartiakan bahwa guru pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan dalam evaluasi, belum efektif dan memahami

fungsi evaluasi serta ketentuan dalam mengevaluasi pembelajaran mata

pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tersebut. Misalnya saja

bagaimana perencanaan evaluasi, pelaksanaan evaluasi dan menentuan hasil

evaluasi terhadap siswa dalam mata pelajaran penjasorkes tersebut. Maka pada

kesempatan ini penulis ingin melakukan suatu penelitian benar atau tidak guru

penjasorkes tersebut sudah melakukan evaluasi dalam mata pelajaran

penjasorkes sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian

judul penelitian ini adalah Tinjauan Tentang Pelaksanaan Evaluasi Mata

Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan di SMP Negeri 26 Kota

Padang”.
5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Perencanaan evaluasi mata pelajaran penjasorkes

yang belum mengacu pada materi pembelajaran.

2. Memilih metoda dan media yang kurang tepat dalam

pembelajaran penjasorkes.

3. Pelaksanaan evaluasi penjasorkes belum tuntas

sesuai dengan tujuan.

4. Hasil evaluasi mata pelajaran penjasorkes belum

efektif dan tidak tepat sasaran.

5. Materi pembelajaran mata pelajaran penjasorkes

belum terlaksana dengan baik.

6. Memotivasi siswa masih rendah dalam pembelajaran

penjasorkes.

7. Lingkungan belajar yang belum kondusif dalam

proses pembelajaran mata pelajaran penjasorkes.

C. Pembatasan Masalah

Berhubung karena terbatasnya waktu, kemampuan dan informasi maka

penulis membatasi masalah hanya mengenai :

1. Perencanaan evaluasi mata pelajaran penjasorkes

yang belum mengacu pada materi pembelajaran.

2. Pelaksanaan evaluasi penjasorkes belum tuntas

sesuai dengan tujuan.


6

3. Hasil evaluasi mata pelajaran penjasorkes belum

efektif dan tidak tepat sasaran.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka

rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah perencanaan evaluasi mata pelajaran

penjasorkes di SMP Negeri 26 Kota Padang?

2. Bagaimana pelaksanaan evaluasi pada mata pelajaran

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMP Negeri 26 Kota

Padang?

3. Bagaimana hasil evaluasi pada mata pelajaran

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMP Negeri 26 Kota

Padang?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka

tujuan penelitian adalah untuk mengetahui:

1. Perencanaan evaluasi pengajaran mata pelajaran

penjasorkes di SMP Negeri 26 Kota Padang.

2. Pelaksanaan evaluasi mata pelajaran penjasorkes di

SMP Negeri 26 Kota Padang.

3. Hasil evaluasi mata pelajaran penjasorkes di SMP

Negeri 26 Kota Padang.


7

F. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini nantinya bermanfaat bagi:

1. Penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana

pendidikan pada Jurusan Pendidikan di Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Padang.

2. Fakultas Ilmu Keolahragaan sebagai bahan untuk memperkaya literature

hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa.

3. Mahasiswa sebagai bahan bacaan dan bahan kajian di Perpustakaan.

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang.

4. Guru mata pelajaran penjasorkes sebagai bahan masukan tambahan ilmu

pengetahuan tentang evaluasi pembelajaran di SMP Negeri 26 Kota

Padang.

5. Kepala sekolah dalam upaya meningkatkan pengawasan pelaksanaan

evaluasi pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.

6. Peneliti selanjutnya sebagai bahan referensi dalam meneliti kajian yang

sama secara lebih mendalam.


8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teoritis

1. Pengertian Evaluasi

Siswa dan guru merupakan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan

pembelajaran, tentu mereka berkeinginan mengetahui proses dan hasil

kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Untuk mengetahui baik atau

buruknya proses dan hasil kegiatan pembelajaran, maka seorang guru harus

menyelenggarakan evaluasi. Dalam arti luas evaluasi menurut Purwanto

(1994:3) adalah “suatu proses merencanakan, memperoleh dan

menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-

alternatif keputusan

Sementara Nana Sudjana (1990:3) mengatakan pengertian evaluasi

adalah “sebagai proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek

tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu”. Kemudian Abdurrahman dan

Ratna (2003:24) menjelaskan evaluasi dalam pembelajaran adalah “kegiatan

untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar, mengolah dan

menafsirkan informasi tersebut dengan menggunakan acuan tertentu.

Selanjutnya Dimyati dkk (2006:192) mengatakan pengertian

evaluasi belajar dan pembelajaran adalah “proses untuk menentukan nilai

belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan

penilaian dan/atau pengukuran belajar dan pembelajaran”. Norman E.

Gronlund dalam Purwanto (1994:4) merumuskan “Evaluasi adalah suatu

8
9

proses sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh

mana tujuan pengajaran dapat dicapai oleh siswa”.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

ditarik suatu kesimpulan bahwa evaluasi merupakan proses untuk

menentukan nilai belajar atau hasil belajar siswa yang diperoleh melalui

suatu proses pembelajaran. Misalnya saja evaluasi dalam pembelajaran mata

pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, dapat diartikan

sebagai proses untuk menentukan nila yang diperoleh siswa dari proses

pembelajaran penjasorkes tersebut. Selanjutnya dalam evaluasi ada

beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk lebih memahami apa yang

dimaksud dengan evaluasi yaitu : kegiatan evaluasi merupakan proses yang

sistematis. Ini berarti evaluasi merupakan kegiatan yang terencana dan

dilakukan secara berkesinambungan.

Di dalam kegiatan evaluasi, diperlukan berbagai informasi atau data

yang menyangkut objek yang sedang dievaluasi. Dalam pengajaran kegiatan

data yang dimaksud mungkin berupa perilaku atau penampilan siswa selama

mengikuti pelajaran, nilai mid semester, nilai ujian akhir semester dan lain

sebagainya. Berdasarkan data itulah selanjutnya diambil suatu keputusan

sesuai dengan maksud dan tujuan evaluasi yang sedang dilaksanakan. Setiap

kegiatan evaluasi khususnya evaluasi pengajaran tidak dapat dilepaskan dari

tujuan-tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Selanjutnya Slamet (1988:6)

menjelaskan bahwa ada empat pengertian evaluasi menurut deskriptifnya

yaitu:
10

1)Evaluasi adalah proses memahami atau memberi arti,


mendapatkan dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi
petunjuk pihak-pihak pengambil keputusan. 2) Evaluasi adalah
kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya yang bersangkutan
dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil
belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kegiatan
belajar. 3) Dalam rangka pengembangan sistem instruksional,
evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk menilai seberapa jauh
program telah berjalan seperti yang telah direncanakan. 4) Evaluasi
adalah suatu alat untuk menentukan apakah tujuan pendidikan telah
berada dijalan yang diharapkan.

Dari kutipan di atas, jelaslah bahwa pengertian evaluasi adalah suatu

tindakan atau kegiatan untuk menentukan nilai sesuatu, seberapa jauh

program yang telah dirancang dapat meningkatkan

kemampuan/keterampilan peserta didik. Program yang dimaksud adalah

merupakan bagian integral dari pendidikan, sehingga arah dan tujuan

evaluasi harus sejalan dengan tujuan pendidikan.

2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi dalam Pendidikan

Menurut Muthohir (1996:6) mengemukakan bahwa tujuan khusus

evaluasi pendidikan ada 2 yaitu: “a. Untuk mengetahui kemajuan belajar

peseta didik setelah ia menyadari pendidikan dalam jangka waktu tertentu

dan b. Untuk mengetahui tingkat efisien metode-metode pendidikan yang

dipergunakan pendidikan dalam jangka waktu tertentu.” Sementara Dimyati

dkk (2006:200) mengatakan hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar pada

akhirnya difungsikan dan ditujukan untuk keperluan yaitu:

1)Untuk diagnostik dan pengembangan adalah penggunaan hasil dari


kegiatan evaluasi hasil belajar sebagai dasar pendiagnosisan
kelemahan dan keunggulan siswa. 2) Untuk seleksi , sebagai dasar
untuk menentukan siswa-siswa yang paling cocok untuk jenis
jabatan atau jenis pendidikan tertentu. 3) Untuk kenaikan kelas,
menentukan apakah siswa dapat dinaikan ke kelas yang lebih tinggi
11

atau tidak. 4) Untuk penempatan, agar siswa dapat berkembang


sesuai dengan kemampuan dan potensi yang mereka miliki.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

guru mengadakan pengembangan kegiatan pembelajaran untuk

meningkatkan hasil belajar siswa berdasarkan diagnosis dan guru

memutuskan dan menentukan siswa dalam kenaikan kelas. Di samping itu

evaluasi hasil belajar sangat berguna untuk menentukan tingkat

kemampuan dan potensi siswa untuk menempatkan siswa pada kelompok

yang sesuai, hasil belajar siswa tersebut sebagai bahan pertimbangan

dalam mengambil keputusan.

Belajar bukanlah menghafal dan bukan pula mengingat, Menurut

Sudjana (2003:28) mengemukakan bahwa belajar suatu proses yang ditandai

dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahaan sebagai hasil

proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk yang ada pada

setiap individu, seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap dan

tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kemampuan, daya reaksi, daya

penerimaan, dan lain-lain.

Purwanto (1994:81) mengatakan, belajar adalah suatu perubahan di

dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada

reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, dan suatu

pengertian. Selanjutnya Mudzakir (1995:34) mengemukakan belajar adalah

suatu usaha perbuatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, dengan

sistematis mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik, mental,


12

panca indra, otak dan anggota tubuh lain, demikian pula aspek kejiwaan,

seperti intelegensi, bakat, motivasi, minat dan sebagainya.

Thorndike dan Hagen dalam Muthohir (1996:8) lebih merinci tujuan

evaluasi pendidikan dalam delapan bidang yang tidak jauh berbeda dengan

pembagian fungsi menurut Stanlay. Kedelapan bidang fungsi tersebut

adalah: “ Bidang pengajaran, hasil belajar, diagnosis dan hasil perbaikan,

fungsi penempatan, fungsi seleksi, bimbingan dan penyuluhan kurikulum,

penilaian kelembagaan.” Dalam bidang pengajaran, evaluasi bertujuan

untuk menetapkan kompetensi isi pengajaran spesifik yang dimiliki oleh

peserta didik.dan untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Dalam

bidang hasil belajar, evaluasi bertujuan untuk mengetahui perbedaan

kemampuan peserta didik dan untuk mengukur keberhasilan mereka baik

secara individual maupun secara kelompok. Evaluasi juga bertujuan untuk

melakukan diagnosis terhadap kesulitan belajar peserta didik yang

selanjutnya dipakai sebagai upaya untuk mengadakan perbaikan terhadap

cara belajar dan mengajar yang ada.

Menurut Sumadi Suryabrata dalam Thoha (1996:9) tujuan evaluasi

pendidikan dapat dikelompokkan dalam tiga klafikasi yaitu:

a) Klasifikasi berdasarkan fungsinya evaluasi, b) Psikologik,


evaluasi dapat dipakai sebagai kerangka acuan kemana diharuskan
menurut tujuan pendidikan, c) didaktik/ instruksional, d)
Administrator/manajeral klasifikasi berdasarkan keputusan
pendidikan, e) klasifikasi formatif dan sumatif.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan fungsi evaluasi pendidikan bila

dilihat dari kepentingan masing-masing pihak sebagai berikut :

a. Fungsi evaluasi pendidikan bagi guru adalah :


13

1) Mengetahui kemajuan belajar peserta didik.

2) Mengetahui kedudukan masing-masing individu

peserta didik dalam kelompoknya.

3) Mengetahui kelemahan-kelemahan dalam cara

mengajar mengajar.

4) Memperbaiki proses belajar mengajar.

5) Menentukan kelulusan peserta didik.

b. Bagi peserta didik, evaluasi pendidikan berfungsi untuk

mengetahui kemampuan dan hasil belajar, memperbaiki cara belajar dan

menumbuhkan motivasi dalam belajar

c. Bagi sekolah, evaluasi pendidikan befungsi untuk mengukur

mutu hasil pendidikan, mengetahui kemajuan dan kemunduran sekolah,

membuat keputusan kepada peserta didik dan mengadakan perbaikan

kurikulum.

3. Fungsi Evaluasi dalam Pembelajaran

Secara rinci, fungsi evaluasi dalam pendidikan dan pengajaran dapat

dikelompokkan menjadi tiga fungsi yaitu :

a. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta

keberhasilan siswa setelah melakukan kegiatan belajar selama waktu

tertentu.

b. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran.

Pengajaran sebagai suatu sistem yang terdiri atas beberapa komponen

yang saling berkaitan satu sama lain, antara lain adalah tujuan, bahan
14

pengajaran, metode dan kegiatan belajar mengajar, alat dan sumber

pengajaran dan prosedur dan evaluasi.

c. Untuk keperluan Bimbingan dan Konseling (BK)

Menurut Arikunto (1997:6) hasil evaluasi yang telah dilaksanakan

oleh guru terhadap siswanya dapat dijadikan sumber informasi bagi

pelayanan Bimbingan dan Konseling oleh para konselor sekolah seperti :

a. Sebagai dasar-dasar dalam menangani kasus-kasus tertentu di


antara siswa, b. Sebagai acuan dan melayani kebutuhan-kebutuhan
siswa dalam rangka bimbingan karier, c. Untuk membuat diagnostik
mengenal kelemahan/kekuatan siswa atau kemampuan siswa, d.
Untuk mengetahui dalam hal-hal apa seseorang/sekelompok siswa
memerlukan pelayanan remedial, e. Untuk keperluan pengembangan
dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan.

Sejalan dengan itu, Thoha (dalam Abdurrahman dan Ellya Ratna,

2003:15-16) juga mengemukakan dua fungsi evaluasi. Pertama, fungsi

monitoring. Dalam fungsi ini dapat dijelaskan, (1) kesiapan siswa dalam

menempuh suatu program pengajaran, (2) mengetahui hasil yang dicapai

dalam proses pembelajaran yang telah dilakasanakan, (3) mengetahui

apakah bahan pelajaran dapat dilanjutkan atau diulangi, (4) memperoleh

informasi dalam memberikan bimbingan terhadap siswa mengenai jenis

pendidikan yang cocok, (5) membandingkan apakah prestasi yang dicapai

siswa telah sesuai dengan kemampuannya, (6) menafsirkan tingkat

kematangan siswa untuk melanjutkan keprogram pendidikan yang telah

tinggi, dan (7) mengetahui efisiensi dan efektivitas metode pembelajaran

yang digunakan. Kedua, funsi evaluatif. Pada tahapan ini berfungsi sebagai

berikut (1) Prognostik, yakni evaluasi yang bertujuan untuk meramalkan

atau memprediksi sesuatu dalam menghadapi langkah selanjutnya,


15

misalnya, tes bakat, tes intelegensi dan pretes, (2) Diagnostik, yaitu evaluasi

yang ditujukan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa dan

penyebabnya, misalnya tes dimaksudkan untuk menentukan keberhasilan

siswa, misalnya tes sumatif, ulangan umum, dan ujian akhir.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi evaluasi

dalam proses belajar mengajar, yakni untuk mengetahui tingkat

keberhasilan program pengajaran siswa setelah melakukan kegiatan belajar

selama waktu tertentu, disamping itu dapat mengetahui kelemahan-

kelemahan siswa dan penyebabnya dalam program pengajaran.

3. Prinsip-prinsip Dasar Tes Hasil Belajar

Ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam

menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut benar-benar dapat mengukur

tujuan pelajaran, mengukur keterampilan siswa yang diharapkan (Purwanto,

2003:23) mengemukakan enam teknik dalam menyusun tes hasil belajar:

1) Tes tersebut hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar


yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional. 2) Tes
tersebut mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan
bahasa pelajaran yang telah diajarkan. agar dapat mengukur soal-soal
tes yang benar-benar. 3) Tes tersebut mencakup bermacam-macam
bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar
yang diinginkan sesuai dengan tujuan. 4) tes tersebut didesain sesuai
dengan hasil yang diinginkan, dalam tahap ini penyusunan dan
penyelenggaraan tes harus disesuaikan dengan tujuan dan fungsinya
sebagai alat evaluasi yang diinginkan. 5) Tes tersebut dibuat seandal
(reliabel) mungkin sehingga mudah diinterprestasikan denngan baik,
dalam teknik ini tes tersebut dibuat reliabel. 6) Tes tersebut
digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar
guru, tes belajar ini selain digunakan untuk mengukur keberhasilan
cara belajar siswa, juga untuk mencari yang berguna untuk
memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri
(evaluasi formatif).
16

Berpedoman pada kutipan di atas, maka dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa dalam mengukur hasil belajar tujuan merupakan

landasan sekaligus sebagai penentuan kriteria penilaian, jika tujuan tidak

jelas, maka penilaian terhadap tes hasil belajar tidak akan terarah sehingga

hasil penilaian mencerminkan isi pengetahuan, dengan kata lain, hasil

penilaian tidak valid, yaitu tidak mengukur apa yang sebenarnya diukur.

Untuk sampel yang repsentatif dalam mengukur hasil belajar siswa, guru

hendaknya menyusun terlebih dahulu tabel spesifikasi (blu-print atau kisi-

kisi) yang memuat rincian topik dan penentuan jumlah serta jenis soal yang

disesuaikan dengan tujuan khusus dari setiap topik yang bersangkutan.

Kemudian untuk dapat mengukur bermacam-macam performan hasil

belajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran yang diharapkan, diperlukan

kecakapan menyusun berbagai macam bentuk soal dan alat evaluasi, untuk

mengukur hasil belajar yang berupa keterampilan, misalnya tidak tepat

kalau hanya menggunakan soal yang berbentuk esay yang jawabannya

hanya menguraikan dan bukan melakukan atau mempraktekkan sesuatu,

oleh karena itu penyusunan suatu tes harus disesuaikan dengan jenis

kemampuan hasil belajar yang hendak diukur dengan tes tersebut.

Di samping itu tes yang dibuat harus reliabel, indikasi reliabel dilihat

berdasarkan alat yang digunakan dapat menghasilkan suatu gambaran (hasil

pengukuran) yang benar-benar dapat dipercaya saat dilakukakan berulang-

ulang pada objek yang sama maka hasilnya akan tetap sama/ relatif sama.

Selanjutnya tes yang dilakukan berguna bagi siswa dan guru, yaitu dalam
17

mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam belajar dan mengukur tingkat

keberhasilan guru dalam mengajar.

4. Perencanaan Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi belum lah cukup bila dilakukan dengan tes semata, tanpa

dilengkapi dengan non-tes, seperti pengamatan (observasi). Wawancara, tes

skala sikap dan nilai-nilanya dengan cara pengamatan dapat diketahui dari

aktifitas siswa, sehingga dengan cara demikian evaluasi benar-benar

menggambarkan penilaian komprehensif yang mencakup tiga ranah yaitu

ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Menurut Maslich (2007:83) sebelum melaksanakan evaluasi pada

pembelajaran Penjasorkes, guru terlebih dahulu melaksanakan perencanaan

terhadap evaluasi pengajaran. Langkah–langkah yang harus dilaksanakan

adalah:

1)Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang


akan disusun. 2) Membuat kisi-kisi yang berisi tentang perincian
variabel dan jenis instrument yang akan digunakan. Kisi-kisi disebut
juga dengan tabel spesifikasi atau blue print. 3) Membuat butir-butir
instrument. 4) Menyunting instrument. Instrumen yang telah dibuat
disusun serta dibuatkan petunjuk pengisian, identitas dan sebagainya.

Berdasarkan kutipan di atas, maka jelaslah bahwa langkah awal yang

harus dilakukan guru sebelum melakukan evalusi dalam pembelajaran

adalah menyusun intrumen sesuai dengan tujuan dan kemudian membuat

kisi-kisi butir soal dengan membuat suatu tabel yang memuat tentang

perincian aspek isi dan aspek prilaku beserta imbangan atau proporsi yang

dikehendaki. Kemudian disusun berdasarkan petunjuk pengisian yang telah

ditetapkan. Selanjutnya evaluasi harus dilakukan secara objektif maksudnya


18

evaluasi tersebut harus berdasarkan bukti-bukti yang nyata. Selain itu

evaluasi juga dilaksanakan secara komprehensif artinya evaluasi itu sedapat

mungkin harus meliputi semua aspek kepribadian peserta didik.

5. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Penjasorkes

Pelaksanaan evaluasi atau penilaian merupakan tugas lanjutan dari

guru untuk menilai apakah tujuan, kemampuan dalam menerima pelajaran

dan hasil belajar di kelas telah dicapai oleh siswa. Penilaian yang dilakukan

guru Penjasorkes dilihat dengan menguji siswa dalam melaksanakan

gerakan yang telah dipelajarinya dan bagaimana siswa mengembangkan

gerakan tersebut. Penilaian ini diambil dengan menggunakan laporan hasil

pengamatan guru di setiap akhir pelajaran.

Dengan adanya lembar pengamatan tersebut maka memudahkan

guru dalam memberikan penilaian yang objektif karena dari hasil

pengamatan tersebut nilai yang diperoleh siswa dijadikan sebagai patokan

keberhasilan siswa. Fungsi penilaian yang diberikan guru kepada siswa di

akhir semester menurut Arikunto (1997:282) adalah, “Fungsi instruksional,

fungsi informativ, fungsi bimbingan, dan fungsi administrativ”. Fungsi

instruksional adalah mengusahakan agar pengembangan belajar siswa

mencapai tingkat yang optimal sehingga dapat memberikan umpan balik

yang dicerminkan sebagai hasil yang telah dicapai siswa dalam pengajaran.

Fungsi informatif adalah memberikan nilai siswa kepada ortunya

agar mereka mengetahui kemajuan yang diperoleh anaknya di sekolah,

sehingga orang tua dapat memberikan perhatian yang lebih lagi dalam

menunjang pendidikan anaknya. Fungsi bimbingan adalah memberikan


19

gambaran nilai siswa sehingga petugas bimbingan sekolah dapat membantu

mengarahkan siswa sehingga mencapai pribadi siswa yang seutuhnya.

Fungsi administratif adalah menentukan kelulusan siswa, menempatkan

siswa, pemberian siswa, pemberian rekomendasi untuk melanjutkan belajar

dan memberikan gambaran tentang prestasi siswa kepada calon pemakai

tenaganya.

Pelaksanaan evaluasi belajar siswa pada pembelajaran pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan dilakukan dengan penilaian tes kemampuan

dasar yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan memperagakan

berbagai kegiatan yang diberikan guru setelah melalui proses pembelajaran.

Setelah penilaian dilakukan, maka diberikan remedial terhadap siswa yang

belum mampu menyelesaikan tugasnya untuk melengkapi kekurangan

nilainya.Dalam pelaksanaan tes perbuatan (motorik), soal-soal disampaikan

dalam bentuk tugas. Dengan demikian tes perbuatan ini digunakan untuk

menilai aspek kemampuan yang bersifat psikomotor atau keterampilan.

Pada dasarnya pendididkan jasmani merupakan bagian dan

pendidikan secara keseluruhan bertujuan untuk mengembangkan aspek

kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas

emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui

aktivitas jasmani dan olahraga. Menurut umar (2004:15) “pendidikan

jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani

yang direncanakan secara sistematis, bertujuan untuk mengembangkan dan

meningkatkan individu secara organik, neoromuskuler, perceptual, kognitif,

dan emosional dalam kerangka system pendidikan nasional”. Adapun aspek


20

yang akan dilihat dari proses pelaksanaan evaluasi pengajaran menurut

Depdikbud (1996:14) adalah “Menyusun alat evaluasi, memberikan nilai

balikan hasil evaluasi dan menganalisis alat evaluasi”. Artinya kegiatan

evaluasi pengajaran yang akan dilihat dalam penelitian ini meliputi :

menyusun kisi-kisi soal, membuat item soal, melaksanakan evaluasi,

memberi skor dan penilaian, mengadministrasikan hasil penilaian dan

penggunaan hasil penilaian.

6. Hasil Evaluasi Mata Pelajaran Penjasorkes

Setelah melakukan analisis data, seorang guru sebagai evaluator

masih harus menyusun laporan tentang evaluasi pembelajaran yang telah

mereka laksanakan. Dalam laporan hasil evaluasi pembelajaran harus

berisikan pokok-pokok yaitu tujuan evaluasi, problematika, berupa

pertanyaan-pertanyaan yang telah dicari jawaban melalui pengetahuan

evaluasi pembelajaran, lingkup dan motodologi evaluasi pembelajaran dan

pelaksanaan evaluasi pembelajaran serta hasil evaluasi pembelajaran.

Hasil evaluasi pembelajaran menurut Dimyati (2006:231) yaitu

“berisikan tujuan pengajaran, tolak ukur, data yang diperoleh, dan

dilengkapi dengan sejumlah informasi yang mendorong penemuan evaluasi

pembelajaran, sehingga dengan mudah pembuat keputusan dapat memahami

tingkat keberhasilan pembelajaran”. Dengan demikian dapat diartikan hasil

evaluasi pembelajaran penjasorkes yang memuat tujuan pembelajaran

penjasorkes, data dan informasi tentang kemajuan siswa, sehingga


21

menghasilkan suatu keputusan dalam pencapaian hasil belajar yang

diperoleh siswa dari proses pembelajaran penjasorkes.

Hasil evaluasi pembelajaran penjasorkes dapat dikatakan sebagai

suatu proses penentuan nilai, jasa, atau manfaat kegiatan pembelajaran

berdasarkan kriteria tertentu melalui kegiatan pengukuran dan penilaian

dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olaharag dan kesehatan. Hal ini

bisa berupa penilaian terhadap pengetahuan, keterampilan motorik dan

sikap siswa setelah melalui proses pembelajaran.

B. Kerangka Konseptual

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan pada bagian terdahulu,

yang berhubungan dengan variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu

perencanaan evaluasi pembelajaran, pelaksanaan evalusi pembelajaran, dan

hasil evaluasi pembelajaran. Sebelum evaluasi pembelajaran dilaksanakan,

guru harus membuat perencanaan evaluasi seperti merumuskan tujuan yang

akan dicapai dengan instrumen yang akan disusun. Dan membuat kisi-kisi yang

berisi tentang perincian variabel dan jenis instrument yang akan digunakan.

Kisi-kisi disebut juga dengan tabel spesifikasi atau blue print. Kemudian

membuat butir-butir instrument dan menyunting instrument. Instrumen yang

telah dibuat disusun serta dibuatkan petunjuk pengisian, identitas dan

sebagainya.

Kemudian melaksanaka evaluasi tersebut sesuai dengan funsi dan

tujuan pembelajaran. Selanjutnya baru dilakukan laporan dari hasil evaluasi


22

syang berisikan tujuan pengajaran, tolak ukur, data yang diperoleh, dan

dilengkapi dengan sejumlah informasi yang mendorong penemuan evaluasi

pembelajaran, sehingga dengan mudah pembuat keputusan dapat memahami

tingkat keberhasilan yang dicapai siswa dalam mata pelajaran pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan. Berikut gambaran kerangka konseptual yang

dapat dibuat jika diambil dari komponen-komponen diatas, tentang evaluasi

dalam mata pelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri 26 Kota Padang

antara lain sebagai berikut:

Evaluasi mata pelajaran


penjaskesorkes pada SMP
Negeri 26 Kota Padang

Perencanaan Pelaksanaan Hasil evaluasi


evaluasi evaluasi pembelajaran
pembelajaran pembelajaran (Out put)

Gambar 1. Kerangka konseptual

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah perencanaan evaluasi pembelajaran mata pelajaran

Penjasorkes di SMP Negeri 26 Kota Padang?


23

2. Bagaimanakah Pelaksanaan evaluasi pembelajaran mata pelajaran

Penjasorkes di SMP Negeri 26 Kota Padang ?

3. Bagaimanakah hasil evaluasi pembelajaran mata pelajaran

Penjasorkes pada SMP Negeri 26 Kota Padang?


24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk

mendeskripsikan mengenai situasi-situasi atau gejala-gejala dari suatu objek. Hal

ini sesuai dengan Arikunto (1996) yaitu “Penelitian deskriptif adalah penelitian

yang tidak bermaksud untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya

menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel gejala atau keadaan”.

Dengan demikian penelitian ini hanya akan mengungkapkan bagaimana

pelaksanaan evaluasi bidang studi pendidikan jasmani di SMP Negeri 34 Kota

Padang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 34 Kota Padang.

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan

Desember tahun 2015.

C. Populasi dan sampel

1 Populasi

Sudjana (1989:6) menyebutkan" Populasi adalah totalitas semua

nilai yang memungkinkan hasil menghitung atau mengukur kualitatif dan

kuantitatif dari pada karakteristik atau ciri-ciri tersebut mengenai

sekumpulan objek yang lengkap dan jelas dan ingin dipelajari sifat-sifatnya"

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VII yang ada di

SMP Negeri 26 Kota Padang yang berjumlah 260 orang ditambah 3 orang
25

guru penjasorkes. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 di bawah

ini.

Tabel 1.
Distribusi Populasi Penelitian

Jumlah siswa
No Populasi Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 Kelas VII-1 12 orang 14 orang 26 orang
2 Kelas VII-2 12 orang 14 orang 26 orang
3 Kelas VII-3 13 orang 11 orang 24 orang
4 Kelas VII-4 10 orang 14 orang 24 orang
5 Kelas VII-5 13 orang 16 orang 39 orang
6 Kelas VII-6 11 orang 12 orang 23 orang
7 Kelas VII-7 13 orang 10 orang 23 orang
8 Kelas VII-8 18 orang 20 orang 38 orang
9 Kelas VII-9 21 orang 16 orang 37 orang
Jumlah 125 orang 137 orang 263 orang
Sumber : Kantor tata usaha SMP Negeri 26 Kota Padang

2 Sampel

Mengingat jumlah populasi penelitian ini maka, metode yang

digunakan yaitu sesuai dengan pendapat Hadi (1993:321) dalam Nurhayati

2008 "Jika populasinya lebih dari seratus maka sampelnya minimal 10%-

25%".

Berdasarkan pendapat diatas, maka sampel dalam penelitian ini

diambil 16% dari populasi penelitian yaitu sebanyak 41 orang siswa yang

terdiri dari siswa Kelas VII-7, VII-8 dan VII-9 karena lebih mudah diberi

penjelasan serta ditambah 3 orang guru penjasorkes dengan teknik

purposive random sampling. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2:
26

Tabel 2
Distribusi Sampel Penelitian

No Kelas Populasi Sampel Jumlah


1 Kelas VII-7 23 orang 14 14
2 Kelas VII-8 38 orang 14 14
3 Kelas VII-9 37 orang 13 13
Jumlah 98 orang 41 41

b) Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder. Yang dimaksud data primer dalam penelitian ini adalah

data yang langsung diperoleh dari responden dengan cara menyebar angket

kepada siswa yang terpilih menjadi sampel di SMP Negeri 26 Kota Padang.

Sedangkan data sekunder adalah data yang diambil secara langsung dari

sumbernya yaitu melalui dokumen-dokumen yang berkaitan dengan

evaluasi pengajaran Penjasorkes.

2. Sumber Data

Sesuai dengan data yang diperlukan yaitu data primer, maka sumber

data dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 26 Kota Padang yang

terpilih sebagai responden.

c) Instrument Penelitian

Dalam penelitian ini, instrument untuk mengumpulkan data penelitian

dipergunakan angket yang berisikan pertanyaan tentang bagaimana perencanaan

dan pelaksanaan evaluasi bidang studi Penjasorkes pada SMP Negeri 26 Kota
27

Padang. Usaha untuk memperoleh data tentang bagaimana pelaksanaan evaluasi

bidang studi Penjasorkes pada SMP Negeri 26 Kota Padang, ditempuh prosedur

dengan penyebaran angket pada responden. Untuk mendapatkan izin dalam

pengambilan data tersebut, terlebih dahulu penulis mengurus izin penelitian ini

menurut prosedur yang berlaku.

Untuk mendapatkan instrument yang baik dalam penelitian ini, dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Penyusunan instrument

Konsep yang mendasari penyusunan instrument evaluasi bidang

studi Penjasorkes pada SMP Negeri 26 Kota Padang berawal dari definisi

operasional yang bertolak dari kajian teori. Selanjutnya diwujudkan dalam

bentuk definisi operasional variabel, kemudian dijabarkan indikator

variabelnya dan kriteria-kriteria yang relevan dengan indikator tersebut.

2. Penentuan instrumen yang digunakan

Berkaitan dengan tujuan penelitian ini guna mendeskripsikan dari

pada bagaimana pelaksanaan evaluasi bidang studi Penjasorkes pada SMP

Negeri 26 Kota Padang.

3. Menyebarkan variabel dan menyusun kisi-kisi

Dengan menjabarkan variabel menjadi susunan analisis atau

komponen-komponen yang dapat diukur pada penelitian ini mengacu pada

referensi yang relevan, kemudian mengadakan konsultasi pada pembimbing.

Dalam pembuatan angket tersebut, peneliti mengikuti bentuk skala likert

dimana setiap jawaban mempunyai alternatif pilihan untuk setiap

pertanyaan yang diberikan di antaranya sebagai berikut:


28

a. Alternatif pilihan bersifat Positif : SS (Sangat Setuju) ST (Setuju), RR

(Ragu-Ragu), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).

b. Alternatif pilihan bersifat Negatif : SS (Sangat Setuju) ST (Setuju), RR

(Ragu-Ragu), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Kuesioner

penilaian dilakukan dengan cara membuat Pernyataan Positif: Angket

yang digunakan adalah angket tertutup, yaitu jawaban yang sudah

disediakan dan responden tinggal memilih alternetatif jawaban tersebut.

d) Teknik Analisis Data

Setelah angket disebarkan dan dikumpulkan, selanjutnya dilakukan

pengolahan data berdasarkan angket yang telah dikumpulkan dan telah

memenuhi syarat untuk dianalisis. Teknik analisis data yang digunakan adalah

statistik deskriptif yang menggunakan tabulasi frekuensi (Hamzah, 2006:81) dengan

rumus sebagai berikut:

P= f x 100 %
N

Keterangan :

P = Persentase

f = Frekuensi

N = Banyak data
29

Gambaran secara kualitatif ini menggunakan klasifikasi yang

dikemukakan Arikunto (1989:155) seperti di bawah ini :

Klasifikasi Persentase
Sangat baik 81 – 100
Baik 61 – 80
Cukup 41 – 60
Kurang 21 – 40
Tidak Baik 0 – 20

Anda mungkin juga menyukai