Anda di halaman 1dari 22

BAB XII

SPESIFIKASI TEKNIS

PERSYARATAN TEKNIK PEKERJAAN SIPIL

Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN

1. Termasuk dalam Pekerjaan Sipil ini adalah Pekerjaan sebagai berikut :


a. Yang dimaksud dengan bangunan adalah bangunan pedukung Instalasi, yaitu SPL, Bak
Intake, Bendung, Bronjong, Talud, Bangunan Rumah Pompa dan sebagainya.
b. Pekerjaan Tanah untuk galian, timbunan dan lainnya pada pekerjaan Bendung, Bronjong,
Talud, fondasi bangunan. atau galian lainnya
c. Pekerjaan Instalasi Pipa pada bangunan.
d. Pekerjaan Pasangan dan Plesteran
e. Pekerjaan Beton
f. Pekerjaan Pengecatan.

Pasal 2
PEKERJAAN TANAH.

1. RUANG LINGKUP.
Semua pekerjaan tanah yang diperlukan dalam pelaksanaan, walaupun tidak disebutkan
dengan jelas dalam Uraian dan Syarat - Syarat ini harus juga dilaksanakan oleh Kontraktor
dengan baik sesuai dengan gambar atau petunjuk yang diberikan oleh Direksi.
Pekerjaan tanah yang harus dilaksanakan pada garis besarnya meliputi :
a. Pembersihan Lapangan.
b. Pekerjaan Galian.
c. Pekerjaan Penimbunan.
d. Pekerjaan Pemadatan.
e. Pekerjaan Pembuangan Tanah Sisa Galian.
Sedangkan peralatan yang umum diperlukan untuk pekerjaan tanah meliputi :
a. Skop, tanduk-tanduk untuk tanah keras/berbatu.
b. Pompa-pompa air pada tempat yang berair.
c. Penumbuk untuk memadatkan tanah (alat mekanis ataupun manual).
2. PEMBERSIHAN LAPANGAN.
Tempat pekerjaan harus bersih dari rintangan-rintangan, sedangkan pohon-pohon atau pagar
hidup tidak boleh ditebang atau disingkirkan kecuali bila berada di dalam batas penggalian. Bila
disebabkan oleh sesuatu hal Kontraktor harus mengadakan penebangan, maka Kontraktor
harus meminta izin/petunjuk dulu dari Direksi. Semua biaya yang berhubungan dengan pasal
ini menjadi tanggungan Kontraktor.
3. PEKERJAAN GALIAN.TANAH UNTUK BANGUNAN-BANGUNAN.
a. Pada dasarnya jenis tanah galian adalah tanah biasa. Khusunya pada bangunan penangkap,
jenis tanah dapat dinyatakan sebagai tanah keras atau batu cadas.
b. Untuk galian bendung, talud dan bangunan yang bersinggungan dengan sungai, jenis tanah
dapat dikategorikan sebagai tanah lumpur , pasir berlumpur atau batu cadas.
c. Dimensi galian harus disesuaikan dengan dimensi bangunan yang akan dibuat hingga
terdapat ruang gerak yang leluasa untuk melaksanakan pembuatan bangunan yang
dimaksud.
d. Harus dijaga agar pada saat pelaksanaan, tebing galian tidak runtuh atau longsor yang
dapat merusak struktur atau membebani struktur di mana struktur tersebut belum saatnya
menerima beban yang sesuai.
e. Air yang tergenang atau mengaliri galian harus dipompa ke luar. Untuk itu Kontraktor harus
menyediakan pompa air.
f. Galian pada Bangunan yang ditempatkan di sungai seperti bangunan Intake, SPL, bendung,
bronjong dan talud harus diberi penghalang air (dipele) dengan konstruksi papan atau
lainnya hingga air tidak mengganggu jalannya pekerjaan dan tidak melarutkan
semen/adukan.
g. Dasar galian harus bersih dan rata, batu-batuan yang timbul di atas dasar galian harus
dising-kirkan dan lubang bekas batu ditimbun kembali dengan pasir atau sirtu.
h. Bila batu cukup besar dan sulit disingkirkan tetapi tidak menimbulkan perubahan pada
dimensi struktur, maka batu tersebut dapat dibiarkan pada tempatnya dan menjadi bagian
dari struktur tersebut. Apabila menyebabkan penyimpangan pada dimensi struktur, batu
tersebut dengan cara apapun harus disingkirkan dan lubang bekas batu ditimbun pasir atau
sirtu dan dipadatkan dengan baik atau dengan persetujuan Direksi, lokasi bangunan
dipindahkan ke tempat yang lebih tinggi.
4. TIMBUNAN TANAH.
a. Urugan tanah untuk tiap pekerjaan harus dilaksanakan selapis demi selapis, dan tiap lapis
harus dipadatkan. Timbunan tanah harus bersih dari kotoran organik dan sebagainya.
b. Timbunan tanah yang dilakukan sembarangan ( tidak baik ) dimana tanah timbunan amblas
(turun), harus ditimbun kembali dengan bahan yang sama..
c. Kelebihan tanah timbunan/galian yang tidak terpakai harus dibuang ketempat yang
ditentukan Direksi.
5. PASANGAN BATU KOSONG
a. Pasangan Batu Kosong dilaksanakan sebagai pengganti pasangan fondasi pada bangunan-
bangunan Intake, SPL, Reservoir dan Bak-Bak Penampung lainnya.
b. Berdasar fungsinya sebagai pengganti fondasi, pelaksanaannya dilakukan sebagai berikut :
= Galian tanah harus mencapai tanah yang stabil, bebas dari lumpur dan dipadatkan
dengan menggunakan stamper.
= Di area yang berawa, lumpur harus diangkat sampai mencapai tanah dasar.
= Batu kali disusun dengan rapi dan rapat hingga tidak ada celah yang mengakibatkan batu
masih bisa goyang. Batu yang dipasang tidak boleh lebih kecil dari 15 cm, terikat dengan
tanah di bawahnya dan disusun setinggi minimum 20 cm.
= Permukaan pasangan batu kosong harus dibuat rapi, merata dan rata air (water pas) dan
tidak boleh bergelombang lebih dari 5 cm. Pengrataan permukaan boleh dilakukan
dengan menambah batu yang berkururan lebih kecil.
c. Pada pasangan batu kosong, sela di antara batu diisi dengan pasir dilaksanakan di bawah
pasangan pondasi, sebelum pasangan batu kosong dikerjakan, di bawahnya dihampar
lapisan pasir setebal 10 cm
6. TIMBUNAN PASIR UNTUK BANGUNAN-BANGUNAN.
a. Timbunan pasir pada bangunan-bangunan adalah bagian dari kekuatan struktur, jadi harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Timbunan harus padat dengan permukaan yang rata
air hingga dapat menyalurkan beban berat struktur atasnya secara merata ke tanah.
b. Timbunan pasir tidak boleh mempunyai kandungan air jenuh. Indikasi sederhana tentang
batas jenuh yang dapat diterima/diijinkan adalah timbunan cukup padat, bila ditekan
dengan telapak tangan dengan beban badan orang dewasa tidak melesak dan pada bekas
telapak tidak terdapat tanda-tanda air. Pada kondisi ini kapasitas daya dukung timbunan
kira-kira = 0.5 kg/cm2.
c. Timbunan pasir ini terdapat pada bangunan SPL dan semua bangunan yang ditunjukkan
dalam gambar, dihampar di atas pasangan batu kosong, kemudian di atasnya dicor lantai
kerja.
7. PENIMBUNAN KEMBALI.
a. Semua bahan timbunan harus bebas dari batu-batu, sampah, atau bahan-bahan lain yang
menurut Direksi tidak sesuai sebagai bahan timbunan.
b. Kontraktor dapat menimbun kembali dengan bahan bekas galian, dengan catatan bekas
galian yang banyak mengandung batu tidak boleh digunakan. Bahan bekas galian yang
dapat dipakai adalah lempung pasir yang bebas dari kotoran dan disetujui Direksi.
c. Dari kedalaman 20-40 cm di atas pipa hingga permukaan, galian ditimbun dengan tanah
bekas galian yang bebas batu-batu dengan tangan atau metode mekanis yang disetujui
kemudian dipadatkan dengan pemadat untuk mencegah menurunnya permukaan setelah
selesainya pekerjaan penimbunan.
8. PENYINGKIRAN DAN PERBAIKAN PENGERASAN JALAN (RECONDITIONING).
Kontraktor harus menyingkirkan pengerasan permukaan jalan untuk galian pipa, memasang
gate valve, street box atau konstruksi lainnya. Semua kerusakan jalan, akibat pekerjaan
pemasangan pipa tersebut, harus dikembalikan atau diperbaiki kembali menjadi seperti semula
dengan biaya dari Kontraktor. Biaya untuk ini harus dimasukkan dalam penawaran dengan
satuan lumpsum.
9. PEMBUANGAN TANAH SISA.
Tanah sisa galian yang tidak terpakai hatus diangkut dan dibuang terutama disekitar tempat-
tempat pekerjaan. Tanah ini harus diratakan baik-baik sehingga tidak mengganggu aliran air
atau menimbulkan gangguan-gangguan lain disekitarnya.

Pasal 3
PEKERJAAN BETON BERTULANG PRAKTIS / TAK BERTULANG.

1. Yang dimaksud dengan beton bertulang praktis adalah bagian-bagian konstruksi beton yang
berfungsi sebagai penguat-penguat yang kekuatan beton dan penulangannya tidak dihitung
secara khusus. Kekuatan minimum beton ini harus dapat mencapai kelas K175. Penulangan
untuk kolom dan balok diperhitungkan dengan luas penampang minimum sebesar A = 1% dari
luas penampang kolom atau balok dan mengikuti petunjuk penulangan yang tercantum dalam
PBI 1971 NI-2.
2. Pada umumnya beton bertulang praktis digunakan untuk sloof, kolom penguat tembok
bangunan tidak bertingkat dan digunakan dan balok atau plat dengan bentang lebih kecil dari
1,50 m. Meskipun demikian persyaratan bahan adalah sama dengan yang tercantum pada
Pasal 4.
3. Pada bagian konstruksi yang menahan beban yang berat, kolom-kolom yang berdiri sendiri dan
balok-balok yang menggantung dengan bentang lebih dari 2,00 m penulangan dan penampang
beton diperhitungkan secara sederhana, jadi pelaksanaannya harus dianggap sebagai bagian
struktur meskipun dimensinya lebih kecil.
4. Beton ini dilaksanakan untuk :
=. Bagian konstruksi yang memerlukan penguat dari bangunan Rumah Pompa, bendung, talud
dan lain-lainnya
=. Plat penutup manhole dan bagian konstruksi yang tidak terendam air dengan penulangan
khusus seperti yang tercantum pada gambar.
5. Campuran Beton :
Dasar campuran adalah K175. Yaitu terdiri dari 1 bagian semen, 2 bagian pasir dan 3 bagian
kerikil dalam volumenya yang ditakar dengan kotak takaran yang ukurannya adalah adalah
seperti di bawah ini :

18,5

50 40

Ukuran takaran ini telah disesuaikan untuk tiap 50 kg semen (1 zak).


 Pelaksanaan di lapangan harus sesuai dengan gambar bestek.
 Beton tak bertulang dengan mutu kekuatan B100, dilaksanakan untuk lantai kerja, rabat
beton dan semua yang ditunjukkan dalam gambar. Campuran yang digunakan adalah 1
bagian semen, 3 bagian pasir dan 5 bagian kerikil dengan takaran seperti di atas.

Pasal 4
PEKERJAAN BETON BERTULANG STRUKTURAL.

1. Pekerjaan beton bertulang dengan campuran adukan 1 bagian semen, 2 bagian pasir dan 3
bagian kerikil dalam volumenya, untuk mencapai kelas beton K 225 kedap air, dilaksanakan
untuk :
a. Dinding dan Lantai Saringan Pasir Lambat .
b. Dinding dan Lantai Bak Penangkap, Penampung, Reservoir dan semua Bak Air lainnya.
2. Peraturan-peraturan mengenai pelaksanaan pekerjaan beton yang tidak tercantum dalam RKS
ini, dipakai peraturan yang termuat dalam PBI 1971 sebagai syarat, dan berlaku sepenuhnya..
3. Bahan :
a. Pasir .

- Pasir (Agregat halus) tidak boleh mengandung bahan organis, kotoran, debu, tanah dan
lumpur.

- Pasir terdiri dari butir-butiran tajam dan keras, kekal tidak pecah atau hancur oleh cuaca.
- Agregat halus harus terdiri dari butiran dengan ukuran sbb:
0,25 mm - 1 mm minimum = 80 – 95 % berat.

1,00 mm - 4 mm maximum = 3–1 2 % berat.

>4 mm maximum = 3 % berat.


Dengan pengertian pasir sangat halus dengan diameter lebih kecil dari pada 0,25 mm dan
butiran kasar diatas 4 mm tidak boleh terdapat dalam pasir tersebut.
b. Batu Pecah.

= Batu Pecah (agregat kasar) harus terdiri dari butir-butir keras dan tidak berpori.

= Paling sedikit tiga sisi batu merupakan sisi pecahan. Kerikil bulat idak boleh dicampurkan

= Agregat kasar tidak boleh mengandung kotoran dan lumpur. Apabila terdapat kotoran dan
lumpur harus dicuci dengan menyemprotnya dengan air bertekanan minimum 2
atmosfer.
= Butir agregat kasar adalah sbb:

Butir tidak boleh lebih besar dari pada 35 mm.

Butir tidak boleh lebih kecil dari pada 15 mm.

Butir dengan ukuran 20 - 30 mm berkisar antara 75 % berat.


c. Besi Beton.

= Baja beton yang digunakan adalah baja polos U24 sesuai PBI 1971 NI 2.

= Ukuran yang terdapat pada gambar adalah ukuran teknis. Ukuran yang berlaku di pasar
atau yang tertera dalam nota pembelian tidak boleh digunakan sebagai pedoman
pengadaan bahan ini.

= Pengawasan terhadap proses pelaksanaan pembesian ini harus dilakukan secara


kontinyu mulai dari bahan yang didatangkan, sampai perakitannya. Pengawasan yang
kontinyu ini diperlukan untuk mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan yang
berkaitan dengan syarat bahan
d. Semen.

= Bahan semen disesuaikan dengan rekomendasi Pemerintah yang resmi, yaitu Portland
Cement Type I yang sesuai dengan kondisi iklim setempat.
= Penggunaan merek dagang yang kurang lazim harus mendapat persetujuan tertulis dari
Direksi berdasar Laporan Hasil Pengujian Sample Rencana Campuran (Mix Design)
4. Campuran Beton :
a. Dasar campuran adalah K225 (beton kedap air) dengan semen ± 398 kg/m 3 beton. Yaitu
terdiri dari 1 bagian semen, 2 bagian pasir dan 3 bagian kerikil dalam volumenya yang
ditakar dengan kotak takaran yang ukurannya adalah sebagai berikut :

18,5

50 37

Ukuran takaran ini telah disesuaikan untuk tiap 50 kg semen (1 zak).


b. Kontraktor harus bertanggung jawab mengenai hasil campurannya. Untuk itu disarankan
meng-gunakan Mix Design (trial mix) yang direkomendasikan dari Laboratorium Uji Mutu
yang diakui (PU, UNTAD dsb)
c. Semen yang digunakan adalah 398 kg per m3 beton.
d. Kontraktor harus bersedia memeriksakan Pelaksanaan Pekerjaan Beton ini pada
Laboratorium Uji Mutu PU atau UNTAD dengan mengirimkan kubus beton yang diperlukan,
minimum 20 buah.
5. Dimensi struktural beton :

Dimensi semua bagian beton tertera pada gambar bestek/detail. Gambar detail adalah gambar
yang menentukan pelaksanaan. Jika terdapat ketidak cocokan pada ukuran pada gambar,
Kontraktor diwajibkan menanyakan perbedaan tersebut pada Direksi. Keputusan ada ditangan
Direksi dan dinyatakan secara tertulis. Keputusan ini dilampirkan dalam laporan
harian/mingguan.
6. Besar diameter besi tulangan harus sesuai dengan ketentuan dalam gambar. Ukuran yang
dicantumkan dalam gambar adalah ukuran teknis, yaitu ukuran riil diameter besi itu yang
diukur menggunakan jangka sorong (schuifmaat) di lapangan. Jika suatu diameter tidak
terdapat dipasaran, Kontraktor diwajibkan membicarakan/konsultasi terlebih dahulu dengan
Direksi. Perubahan dimensi besi tulangan ini harus dilakukan berdasar perhitungan yang dapat
dipertanggung-jawabkan dan disampaikan secara tertulis. Ukuran yang ditentukan gambar
adalah ukuran minimum.
7. Seluruh pekerjaan bekisting menggunakan kayu klas III. Untuk mendapatkan hasil cetakan yang
memenuhi syarat, pekerjaan bekisting harus dikerjakan oleh tukang yang ahli. Khusus untuk
kolom, tinggi bekisting minimum 2.00 sampai dengan maximum 2.50 m.
8. Celah-celah antara papan bekisting harus cukup rapat, agar pada waktu mengecor tidak ada air
semen yang lolos. Sebelum mulai mengecor, bagian dari bekisting harus disiram air dan
dibersihkan dari kotoran dan bagian konstruksi yang bersambungan disiram dengan air semen
kental.
9. Dalam pengecoran harus dibantu dengan Mixer dan Vibrator agar hasil pengecoran menjadi
padat dan merata. Dalam melakukan vibrasi ini ujung penggetar tidak boleh mengenai tulangan
hingga mengurangi daya rekat beton dengan baja tulangan. PBI 1971 - N2 berlaku sepenuhnya.
10. Apabila hasil pengecoran ternyata sangat jelek dan tidak dapat ditoleransi maka Kontraktor
diwajibkan membongkar seluruh hasil pekerjaan yang tidak memenuhi syarat dan melakukan
pengecoran kembali sesuai dengan mutu yang disyaratkan atas tanggungan biaya Kontraktor
sendiri. Baik dan jeleknya hasil pengecorn secara visual dapat dilihat dari keroposnya kolom
dan balok-balok atau dari pengujian di lapangan yang tercantum pada Pasal ini ayat 20.
11. Pengecoran tidak boleh dilakukan pada saat hujan yang dapat melarutkan air semen dan
merusak mutu beton yang direncanakan. Pada kondisi seperti ini pengecoran harus dihentikan.
12. Pada saat hujan, hasil pengecoran pada hari dan jam-jam yang pertama harus terlindung dari
hujan dengan memasang tenda terpal atau plastik, terutama pada pengecoran lantai dan
balok-balok.
13. Dalam kondisi normal, pengecoran tidak boleh dihentikan dengan alasan apapun. Oleh sebab
itu Kontraktor diwajibkan mempersiapkan pekejaan pengecoran ini sebaik-baiknya terutama
pengadaan semen. Apabila terpaksa, pengecoran dapat dihentikan di tempat-tempat yang
aman dan terencana. Penghentian pengecoran yang terpaksa ini tempatnya harus disetujui
Direksi. Selang pengecoran tidak boleh lebih dari 24 jam.
14. Bekisting baru boleh dibongkar setelah beton mengalami periode pengerasan sebagaimana
diatur PBI 1971, dan sementara itu penyiraman beton harus selalu dilakukan. Pembongkaran
untuk balok-balok, dinding dan lantai dapat dilakukan paling cepat 21 hari setelah pengecoran
atau sesuai rekomendasi Laboratorium.
15. Pengujian Mutu Beton di Lapangan.
Untuk melakukan kontrol terhadap mutu pekerjaan, 7 hari setelah pengecoran dilakukan,
Konsultan Pengawas bersama Direksi dan Kontraktor harus melakukan pengujian mutu beton
dengan menggunakan alat Hammer Test terutama terhadap kolom-kolom , balok-balok dan
lantai. Pengujian pada kolom dilakukan dengan terlebih dahulu membongkar cetakan (mal)
pada hari ke 7 (tujuh), pada balok dan lantai dilakukan dari atas (bagian yang terbuka). Apabila
ternyata hasil pengecoran tidak memenuhi syarat dan kesalahan tidak dapat ditoleransi, maka
beton hasil kerja tersebut harus dibongkar. Pembongkaran dilakukan dengan hati-hati agar
pembesian yang sudah terpasang tidak rusak dan dapat dipakai kembali. Agar hal di atas tidak
terjadi, Kontraktor harus mecampur pasir, kerikil dan semen dangan perbandingan sesuai mix
design (trial mix)
16. Persiapan Pengecoran Lanjutan.
Kolom, balok, dinding dan lantai yang akan dilanjutkan pengecorannya pada tahap berikutnya,
harus dipersiapkan dengan mengadakan stek beton dan tulangan sesuai petunjuk Direksi.

Pasal 5
PEKERJAAN BRONJONG, BENDUNG, TALUD DAN SEJENISNYA.

1. LINGKUP PEKERJAAN.
Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :
Pembangunan Bronjong, Bendung, Talud dan Bangunan lain dengan bahan utama batu kali
atau lainnya yang tidak dibuat dengan bahan beton atau beton bertulang.
Bangunan sejenis bendung dan talud yang dibuat dengan beton atau beton bertulang,
persyaratannya diatur pada Pasal 3 dan Pasal 4.
2. PEKERJAAN BRONJONG
a. Batu kali
Batu kali yang digunakan harus cukup besar dengan diameter tidak kurang dari 20 cm.
Rongga-rongga batu dalam bronjong harus dibuat serapat mungkin hingga bronjong menjadi
padat dan dapat berfungsi sebagai bangunan yang dapat menaikkan muka air.
b.. Kawat Bronjong
Diameter kawat bronjong tidak boleh lebih kecil dari 4 mm, bahan dari baja galvanis dengan
kekuatan tarik tidak lebih kecil dari 2400 kg/cm2. Lebar/lubang anyaman tidak boleh lebih
besar dari diameter batu kali yang terkeci, atau tidak boleh lebih besar dari 20 cm.

c. Pemasangan
Dimensi dan penempatan bronjong harus mengikuti gambar. Bronjong yang direncanakan
pada program air bersih ini mempunyai karakteristik tersendiri yang tidak umum digunakan
pada proyek pengairan. Oleh sebab itu harus dilaksanakan dan ditempatkan sesuai gambar.
3. PEKERJAAN BENDUNG DAN TALUD.
a. Pasal ini merupakan persyaratan untuk talud, bendung, dinding bak penampung (turap
broncaptering) dan lainnya yang dibuat dari pasangan batu kali sebagaimana dinyatakan
dalam gambar.
b. Pada pasangan batu kosong, sela di antara batu diisi dengan pasir dilaksanakan di bawah
pasangan pondasi, sebelum pasangan batu kosong dikerjakan, di bawahnya dihampar
lapisan pasir setebal 10 cm.
c. Batu kali yang dipakai harus dari jenis yang keras dan tidak keropos, sudah dipecah serta
mempunyai gradasi baik dengan diameter minimum 15 cm.
d. Adukan yang digunakan pada pekerjaan pasangan batu kali ini terdiri dari 1 bagian semen
dan 5 bagian pasir. Dalam pemasangannya tidak dibenarkan sisi-sisi batu saling
bersentuhan, di antara batu harus terisi adukan.
e. Baik batu, pasir maupun air adukan yang dipakai pada pekerjaan ini harus bersih dari
lumpur dan kotoran-kotoran lainnya.
f. Pada bendung atau talud batu kali yang lapis atasnya dicor dengan beton atau beton
bertulang, sebelum dicor permukaan pasangan harus bersih dari kotoran.
4. PEKERJAAN PLESTERAN DAN SIARAN.
a. Untuk semua plesteran dinding beton dan turap yang memerlukan, digunakan 1 bagian
semen dan 3 bagian pasir (kedap air).
b. Siaran untuk dinding turap dan talud menggunakan adukan 1 bagian semen dan 3 bagian
pasir.
c. Pasir untuk plesteran dan siaran harus disaring cukup halus dengan butiran tidak lebih kecil
dari 0,25 mm.. Pasir laut dan pasir yang memiliki kandungan tanah, lumpur atau silta tidak
diboleh digunakan.
d. Sebelum pekerjaan plesteran dikerjakan, semua bidang dan siar-siarnya yang akan diplester
harus disiram air sampai jenuh. Siar-siarnya telah dikeruk sedalam lebih kurang 1 cm.
e. Tebal plesteran dinding ditentukan lebih kurang 1.5 - 2.0 cm, dikerjakan dengan rata.
f. Semua bidang plesteran dan siaran harus diaci dengan acian semen.

PERSYARATAN TEKNIK PEKERJAAN PENGADAAN PIPA

Pasal 1
U M U M.

1. Kontraktor harus menyediakan semua pipa-pipa seperti apa yang ditentukan dalam daftar
material termasuk, semua baut mur, packing karet, flens dan lainnya yang diperlukan.
2. Material dan pipa yang ditawarkan harus 100 % baru, produksi dalam negeri dan diserahkan
dalam keadaan baik tanpa cacat.
3. Spesifikasi teknis barang yang ditawarkan harus jelas dan lengkap yaitu : Pabrik asal, jenis, klas,
tebal, Standar Nasional Indonesia (SNI) dan semua informasi produk (dalam bentuk brosur) yang
diperlukan hingga memudahkan pengambilan keputusan.
4. Penyerahan Pipa dilakukan di desa/dusun/lokasi pekerjaan, jadwal penyerahan harus disetujui
oleh Pemimpin Kegiatan disaksikan oleh Asisten Teknis dan Kontraktor yang telah ditunjuk
sebagai Pelaksana Pemasangan Pipa. Segala kekurangan harus diselesaikan secepatnya agar
proses pelaksana-an pemasangan pipa tidak terhambat.
5. Penyerahan Pipa dari Kontraktor Pengadaan kepada Pemimpin Kegiatan dan Penyerahan Pipa
dari Pemimpin Kegiatan kepada Kontraktor Pelaksana Pemasangan dilengkapi dengan Berita
Acara
6. Merk pabrik pembuat pipa, spesifikasi, standar dan diameter pipa harus tertulis pada setiap pipa
yang disediakan di lapangan.

Pasal 2
PENGADAAN PIPA GALVALNIS (GIP).

1. Pipa Galvanis harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia yaitu : SNI 07-0039-1987
(Medium Class) atau ASTM 120/A 53. Untuk Ø 8” tebal minimal 6,30 mm, Ø 6” tebal minimal
6,30 mm, Ø 4” tebal minimal 5,50 mm,
2. Pipa-pipa yang cacat, penyok akibat benturan dan cacat yang lain harus diafkir dan tidak boleh
termasuk diantara pipa-pipa yang diserahkan.
3. Pengadaan Pipa GIP termasuk hal-hal sebagai berikut :
= Pipa GIP harus diserahkan dengan flanges yang sudah terpasang (dilas) pada kedua ujungnya.
= Flanges harus sudah berlubang sesuai standar.
= Pengelasan flanges pada pipa dilakukan sebagai berikut :

- Uliran pipa (drad) dipotong terlebih dahulu, digerinda dan dibentuk hingga potongan
penampang tegak lurus pada as pipa, kemudian flanges dilaskan pada pipa hingga dalam
penyambungannya nanti susunan pipa-pipa lurus benang.dan tidak bengkok-bengkok.
- Lubang-lubang kedua flanges harus sinkron, tidak boleh melenceng dari as pipa.
= Penyerahan Pipa berflens dilengkapi dengan mur baut dengan jumlah sesuai dengan
kebutuhan.
= Penyerahan Pipa dilengkapi dengan karet packing dan gasket sesuai kebutuhan.
4. Pipa yang diserahkan harus sesuai dengan spesifikasi yang ditawarkan.
5. Untuk pengadaan pipa GIP dengan  ≤ 1” (25 mm) yang penyambungannya dilakukan dengan
socket/uliran, setiap batang pipa harus disuplay lengkap dengan minimum satu socket.
6. Pada penyerahan pipa GIP  ≤ 1” (25,4 mm) ujung-ujung uliran harus masih dalam keadaan
baik, dengan socket yang mudah diputar dan masih tertutup dengan penutup plastik.
7. Apabila terdapat ujung ulir yang cacat, Kontraktor Pengadaan Pipa sedapat mungkin
memperbaikinya dan apabila tidak dapat diperbaiki, maka pipa yang cacat tersebut harus diafkir
dan Kontraktor harus menggantinya dengan pipa dengan ujung ulir yang masih baik.
8. Seal tape termasuk dalam pengadaan pipa GIP  ≤ 1” (25,4 mm) ini dan diserahkan dalam
jumlah yang cukup.

Pasal 3
PENGADAAN PIPA PVC.

1. Pipa PVC harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia yaitu SNI 06-0084-1987 dengan
tekanan nominal 10 kg/cm2.
2. Pipa yang diserahkan harus pipa PVC yang tidak rapuh/toreh, mempunyai kelenturan yang
cukup dan memiliki ciri-ciri fisik sesuai dengan yang tercantum dalam brosur yang dilapirkan
dalam penawaran.
3. Pipa-pipa yang cacat, rengat akibat benturan, pecah ujung spigot atau mofnya dan cacat yang
lain harus diafkir dan tidak boleh termasuk diantara pipa-pipa yang diserahkan.
4. Pipa PVC  < 75 mm (3”), disambung dengan menggunakan sistem sambungan lem pipa PVC.
5. Pipa PVC  < 75 mm (3”), salah satu ujung pipa disyaratkan berbentuk mof untuk
mempermudah pemasangan dan mengurangi jumlah fitting. Apabila kedua ujungnya lurus
biasa (spigot/tanpa mof) maka supplay pipa harus dilengkapi dengan minimum satu socket.
6. Penyerahan Pipa PVC  < 75 mm (3”), termasuk lem yang bermutu baik, cepat kering dan
tidak terpengaruh oleh air yang mungkin ada..
7. Pipa PVC dengan  75 mm ke atas, salah satu ujungnya harus merupakan “bell” dan
disambung menggunakan sistem sambungan cincin karet (Rubber Ring).
8. Penyerahan pipa PVC dengan  75 mm ke atas, termasuk cincin karet (Rubber Ring) dan
pelumas cincin.
9. Cincin karet harus tahan terhadap serangan mikro organisme dan semua zat yang dikandung
oleh air dan tanah dalam keadaan normal.
10. Pelumas untuk cincin karet harus tidak menimbulkan bau, rasa atau warna pada pipa.
11. Ketebalan minimum dinding pipa dan out side diameter mengikuti table berikut ini :
KETEBALAN MINIMUM
NOMINAL OUTSIDE
DINDING (MM)
DIAMETER (MM) DIAMETER (MM)
S-8 S-10 S-12,5

50 (2”) 63 3,8 3,0 2,4

63 (2,5”) 75 4,5 3,6 2,9

75 (3”) 90 5,4 4,3 3,5

100 (4”) 110 6,6 5,3 4,2

125 (5”) 140 8,3 6,7 5,4

150 (6”) 160 9,5 7,7 6,2

200 (8”) 200 11,9 9,6 7,7

250 (10”) 250 14,8 11,9 9,6

300 (12”) 315 18,7 15,0 12,1


PEMASANGAN PIPA, FITTING/ACCESSORIES DAN
PENGADAAN FITTING/ACCESSORIES

Pasal 1
PENGADAAN FITTING (JOINTING MATERIALS) DAN ACCESSORIES.
1. Untuk menjaga tersedianya fitting dan accessories yang diperlukan dalam pemasangan pipa,
pengadaan keduanya dimasukkan dalam satu paket pemasangan pipa.
2. Penyambungan pipa harus dilakukan dengan fitting yang benar. Misalnya penyambungan pipa
GIP ke PVC harus menggunakan soket drad dalam atau drad luar. Tidak dibolehkan menyambung
pipa GIP ke PVC dengan lem.
3. Fitting dan Accessories yang diperlukan pada dasarnya telah tercantum dalam gambar,
sedangkan jumlahnya telah tercantum dalam BQ.
4. Mengingat keadaan lapangan di mana kemungkinan masih terdapat fitting yang belum termasuk
di dalam daftar fitting/accessories pada BQ maka Kontraktor harus memperhitungkan
kekurangan ini dengan sebaik-baiknya.
5. Ke dalam BQ telah dimasukkan biaya overhead accessories, overhead ini disarankan digunakan
secara efisien dan efektip
6. Meskipun penyambungan harus dilaksanakan sesuai standar yang berlaku dan kemungkinan
masih ada kekurangan dalam daftar fitting/accessories, dengan adanya biaya overhead
fitting/accessories, maka tidak ada addendum atau Pekerjaan Tambah Kurang dalam
penyediaan accessories dan semua peralatan penyambungan pipa.
7. Meskipun Seal Tape untuk pemasangan pipa GIP  ≤ 1,00” (25 mm) dan lem untuk pemasangan
pipa PVC telah disediakan oleh Kontraktor Pengadaan Pipa, Kontraktor Pemasangan harus
menyediakan bahan ini apabila terjadi kekurangan. Kekurangan dapat terjadi karena
penggunaan bahan berlebihan. Demikian juga halnya bila terjadi kekurangan lem pada
pemasangan pipa PVC. Kontraktor harus menyediakan kekurangannya. Demikian juga bila
terdapat kekurangan mur baut atau karet packing karena tercecer dan gasket karena pemakaian
yang berlebihan, Kontraktor harus menyediakan kekurangannya.
8. Gate Valve Dan Stopkran.
a. Penggunaan Gate Valve atau Stop kran tertera dalam gambar bersama accessories/fitting
lainnya.
b. Valve yang beroperasi dibawah tekanan 2 kg/cm2 atau diameter di bawah 100 mm,
digunakan stopkran, harus dengan badan dari bronze dan hand wheel dari cast iron atau
melleable iron.
c. Valve yang berperasi di atas tekanan 2 kg/cm2 atau diameter di atas 100 mm digunakan gate
valve, harus dengan badan dari besi tuang dan spidler dari bronse. Kedua ujungnya berupa
flange yang harus sudah diberi lubang dengan ukuran sesuai Standar.
d. Permukaan badan Gate valve baik yang berada di bawah permukaan tanah (dalam box valve)
atau yang berada di atas tanah harus dicat atau diter.
e. Pada setiap valve harus jelas kelihatan ukuran dan merk/kode perusahaan.
f. Harus tidak bocor pada tekanan minimal 7,5 kg/cm2
g. Valve harus dilengkapi dengan perlengkapan sambungan (jointing material).termasuk packing.

Pasal 2
PEMASANGAN PIPA
1. PENGUKURAN JALUR PIPA.
a. Semua Jalur Pipa diameter besar maupun kecil harus diukur ketinggiannya (level) sesuai
dengan gambar rencana. Pengukuran harus dilakukan dengan alat yang dapat dipercaya,
seperti waterpas, slang plastik, theodolit atau apa saja yang kebenarannya dapat
dipertanggung jawabkan.
b. Kesalahan dalam pemasangan pipa yang tidak sesuai dengan rencana jalur ketinggiannya
yang mengakibatkan air tidak mencapai sasaran adalah tanggung jawab Kontraktor.
c. Kontraktor harus memperbaiki/membongkar pasang kembali pipa bila ternyata jalur
ketinggian pemasangannya tidak benar dan air tidak mencapai sasaran. Biaya untuk
perbaikan ini adalah tanggungan Kontraktor sepenuhnya.
d. Alokasi Biaya Pengukuran Jalur telah tercantum dalam BQ.
e. Kontraktor harus melakukan pengukuran jalur dengan disaksikan dan disetujui Pengawas.
2. PEKERJAAN GALIAN TANAH UNTUK PEKERJAAN PERPIPAAN
a. Lebar galian pipa disesuaikan dengan ketentuan pada gambar dan harus cukup untuk dapat
meletakan pipa dan menyambungkannya dengan baik. Bila diperlukan galian harus dibuat
dengan lebar ekstra, seperti untuk memasukan penyangga, penguat galian dan peralatan-
peralatan pipa atau bila struktur tanah merupakan tanah lepas/pasir yang mudah longsor.
b. Dasar galian yang tidak sesuai dengan yang disyaratkan (lumpur atau endapan rawa) harus
diganti dengan tanah biasa, sirtu atau pasir. Batu-batu, dan bahan-bahan kasar yang muncul
di atas dasar galian harus disingkirkan hingga terdapat ruang sekurang-kurangnya 10 cm
sekeliling tiap sisi pipa untuk pipa  50 mm atau yang lebih kecil dan 20 cm untuk pipa yang
lebih besar dan peralatannya.
c. Sekeliling lubang galian harus dijaga tetap bersih dan bebas dari timbunan tanah hasil galian.
d. Kedalaman galian pipa ditentukan dengan tabel di bawah ini :

100-120
< 30 mm 40-50 mm 60-80 mm 150 mm 200 mm
mm
H 30 cm 40 cm 50 cm 70 cm 85 cm 100 cm

Di mana :  = Diameter nominal pipa

H = Kedalaman galian pipa

3. TIMBUNAN PASIR UNTUK PEKERJAAN PERPIPAAN.


a. Mengingat kondisi daaerah merupakan daerah tanah berpasir, maka timbunan pasir tidak
dimasukkan dalam anggaran.
b. Timbunan tanah berpasir setempat tidak boleh mengandung batu. Bila ada batu dalam
timbunan itu harus dikeluarkan dari galian tanah pipa.
c. Apabila pada galian terdapat tanah basah/lembek, maka tanah basah/lembek ini harus
dibuang dan diganti dengan tanah berpasir sehingga didapat dasar tanah yang rata dan
padat.
d. Semua galian di tanah yang berbatu harus ditimbun dengan tanah berpasir mulai dari dasar
setebal 10 cm secara merata. Tanah berpasir yang dipergunakan tidak bercampur
kerikil/batu.
e. Pada dasarnya 20 - 40 cm di atas pipa harus ditimbun dengan tanah berpasir dan dipadatkan
dengan baik. Kontraktor harus bekerja dengan hati-hati dalam penempatan timbunan ini, agar
tidak terjadi kerusakan-kerusakan dan penggeseran pipa.
f. Jika ternyata harus ada timbunan pasir yang tidak ditunjukkan dalam gambar atau RKS, dan
jika menurut Direksi harus digunakan pada sebagian dari pekerjaan, Kontraktor harus
menyediakan dan menimbun dengan pasir sesuai petunjuk Direksi. Timbunan pasir ini
dimasukkan dalam pekerjaan tambah kurang.

Pasal 3
PEMASANGAN DAN PENYAMBUNGAN PIPA GIP.
4. PEMASANGAN DAN PENYAMBUNGAN PIPA GIP.
a. Lintasan Pipa yang beroperasi pada tekanan di atas 2 kg/cm2 , penyambungan dilakukan
dengan steel flanges.
b. Jalur pipa GIP baik yang tertanam maupun yang tidak tertanam atau tergantung di tepi tebing
penyambungannya menggunakan steel flanges.
c. Dalam memasang pipa harus diupayakan agar kedua pipa berada pada as yang lurus, dengan
demikian baut dapat masuk ke dalam lubang flanges dengan baik.
d. Penyambungan Pipa dengan Socket.
= Pemasangan pipa GIP  ≤ 1,00” (25 mm), penyambungan dilakukan dengan socket.
Kecuali ditentukan lain, seperti pada pelintasan jembatan pipa, pipa tergantung di tebing
dan lain-lain.
= Pada perpipaan instalasi SPL, Reservoir dan lainnya, penyembungan pipa semuanya
menggunakan socket dan uliran. Kecuali bila ditentukan dengan cara lain sesuai gambar.
= Dalam melakukan penyambungan pipa, uliran pipa harus dilapis dengan plastic seal yang
cukup, dilapis meni besi atau lem pipa PVC yang bermutu baik untuk menghindari
kebocoran.
= Bagian terlemah dari pipa GIP adalah bagian ujung ulirnya. Oleh sebab itu bagian ini harus
dijaga agar tidak kena benturan atau pukulan. Kebocoran sering terjadi pada bagian
sambungan yang ulirannya rusak. Dalam pengangkutan perlu dijaga agar penutup uliran
dari plastik jangan sampai terlepas
= Dalam memasang pipa harus diupayakan agar kedua pipa berada pada as yang lurus,
dengan demikian uliran ujung pipa dapat masuk ke dalam socket dengan baik.
= Bekas coating yang terkelupas harus ditutup dengan meni besi.
e. Pada sudut-sudut belokan yang kecil dan tidak memungkinkan digunakan bend, maka bila
dipan-dang aman, penggunaan Gibault Joint (dresser) diperbolehkan.
f. Pembuatan Bend yang tidak terdapat di pasaran dapat dilakukan sendiri oleh Kontraktor
dengan syarat sebagai berikut :
= Bend tidak boleh terbuat dari bagian-bagian yang terlalu banyak dilas. Maksimum 2
sambungan las. Pengelasan harus rapi, satu alur dan tidak bocor pada tekanan 10 kg/cm2.
Kontraktor disarankan telah menguji kebocoran di bawah tekanan pada bend las-lasan
yang diserahkannya. Bila terjadi kebocoran, Kontraktor harus memperbaiki atau
menggantinya.
= Pada pembengkokan, diameter pipa harus tetap sama. Perubahan bentuk pipa dari aslinya
akan mengakibatkan bend tersebut di afkir.
g. Pada pelintasan-pelintasan baik sungai atau yang lain, penyembungan Pipa GIP dilakukan
dengan flanges. Demikian juga untuk semua jalur pipa GIP yang tertanam maupun tidak
tertanam.
h. Apabila pemotongan pipa dilakukan dengan las dan tidak diberikan flanges atau uliran baru,
penyambungan harus dilakukan dengan Gibault Joint (dresser).
i. Persyaratan sambungan flanges adalah sebagai berikut :
= Semua bagian harus dibersihkan secara seksama.
= Packing karet dipotong sesuai ukuran flanges dan ditempatkan secara cermat.
= Pada setiap baut harus dilengkapi dengan ring/washer. Baut, mur dan ring,
sebelum dipasang, harus dicelup dalam ter atau solar.
= Baut-baut harus dikeraskan pelan-pelan dalam urutan yang tepat hingga tegangan kerja
baut dan packingnya merata.
= Packing karet dilumas dengan gasket pada kedua permukaannya.
j. Kecuali kalau ditentukan lain oleh Direksi, nomor, jenis, dan panjang baut-baut harus sesuai
dengan standar yang berlaku dan untuk setiap baut harus dipakai sebuah mur yang dan dua
buah washer/ring.

5. PEMOTONGAN PIPA.
a. Bila Kontrtaktor harus memotong-motong pipa GIP untuk menyesuaikan keperluan,
pemotongan harus direncanakan dengan baik hingga rencana pengadaan bahan tidak
melampaui target. Pemotongan harus dibuat secara rapi dan tegak lurus as pipa. Ujung-ujung
yang terpotong harus diratakan seperti ujung-ujung yang asli.
b. Bila pemotongan dilakukan dengan alat las karbit bekas las harus diratakan dengan gerinda.
6. ULIRAN PIPA.
a. Dalam membuat uliran baru dari potongan pipa yang diperlukan, tidak dibenarkan
memperkecil diameter pipa tersebut terlebih dahulu. Alat snij yang digunakan harus sesuai
diameternya dengan pipa yang akan dibuat ulirannya dan dikerjakan bertahap sesuai dengan
sistem peralatannya. Ujung ulir pipa tidak boleh berbentuk kerucut terpancung, harus silindris.
b. Dalam membuat uliran harus dijaga agar coating pipa tidak terlalu banyak terkelupas. Bekas
terkelupasnya coating ini harus ditutup dengan meni besi.
Pasal 4
PEMASANGAN DAN PENYAMBUNGAN PIPA PVC.
1 PENURUNAN PIPA KEDALAM GALIAN.
a. Semua pipa, sambungan-sambungan dan valne/katup-katup harus diturunkan kedalam galian
secara hati-hati, dengan peralatan derek tali, atau peralatan yang memadai untuk
menghindari retaknya pipa dan rusaknya accessories.
b. Pemasangan accessories seperti, valve, tee, bend dan lain-lainnya tidak boleh dilakukan di
luar alur/galian pipa untuk menghindari kerusakan pada fittingnya dan mengakibatkan
kebocoran.
c. Dalam keadaan apapun juga, pipa tidak boleh dijatuhkan kedalam galian. Jika terjadi
kerusakan pada pipa, sambungan, katup dan peralatan lainnya waktu pengangkutan,
kerusakan harus segera dilaporkan kepada Direksi.
d. Direksi akan menyuruh Kontraktor untuk mengadakan perbaikan atau membuang bahan-
bahan yang rusak tersebut.
e. Pipa harus dipasang dalam alur galian yang kering. Apabila alur galian terendam air akibat
adanya air tanah atau hujan, alur harus dikeringkan dulu dengan pompa yang kapasitasnya
memadai.
2. PEMERIKSAAN SEBELUM PEMASANGAN.
a. Pipa dan alat penyambungnya harus diperiksa dengan teliti terhadap retak-retak dan
kerusakan-kerusakan lainnya di gudang, sebelum diangkut ke lapangan. Pemeriksaan
dilakukan lagi di lapangan sebelum pipa diturunkan ke dalam alur galian.
b. Ujung spigot harus diperiksa secara seksama, karena bagian ini rentan kerusakan pada waktu
pengangkutan. Kerusakan pada bagian ini mengharuskan pipa dipotong dan membentuk
ujung spigot yang baru.
c. Pipa atau peralatan yang rusak harus diletakkan dekat galian untuk diperiksa oleh Direksi.
Direksilah yang akan menentukan apakah masih bisa dipakai atau disingkirkan.
3. PEMBERSIHAN PIPA DAN PERALATAN.
a. Seluruh kotoran dan sisa lapisan (coating) harus dihilangkan dari ujung-ujung pipa baik
pada bell dan spigot. Bagian luar dari ujung spigot dan bagian dalam dari bell harus
dibersihkan, kering dan bebas dari semua fet/minyak sebelum pipa dipasang.
b. Bagian dalam akhir mof atau bell dan bagian luar ujung spigot, harus dibersihkan dari minyak,
pasir dan benda-benda asing lainnya.
c. Jika dipakai gelang karet untuk sambungan, maka gelang karet yang melingkar harus
dipasang dan dimasukan kedalam alur pada bell.
4. PERLETAKAN PIPA .
a. Pada waktu pipa diletakkan dalam alur galian harus dijaga agar tidak ada bahan galian yang
keras masuk ke dalam pipa. Selama pekerjaan berlangsung, tidak boleh ada bahan-bahan,
peralatan, pakaian atau barang-barang lain diletakkan di dalam pipa.
b. Pada waktu meletakkan pipa dalam galian, letak ujung spigot harus tepat dengan bell dan
dipasang dengan lintasan sudut yang benar.
c. Pipa harus terletak dengan betul dan timbunan harus dipadatkan.
d. Harus dijaga agar kotoran tidak masuk kedalam ruang antara sambungan. Jika pemasangan
pipa berhenti pada suatu saat, ujung pipa harus ditutup dengan bahan penutup yang disetuju
oleh Direksi.
POMOTONGAN PIPA.
a. Pomotongan pipa untuk sambungan, tee atau katup (valve) harus dikerjakan dengan rapi dan
teliti tanpa menyebabkan kerusakan pada pipa, ujungnya harus dibuat halus, rata dan
diserongkan dengan sudut 150.
b. Potongan harus tegak lurus sumbu pipa, tidak boleh serong.
PEMASANGAN.PIPA
a. Pipa PVC diameter di bawah 75 mm (3”), dapat disambung dengan menggunakan sistem
sambungan lem pipa PVC. Lem yang digunakan harus yang bermutu baik, cepat kering dan
tidak terpengaruh oleh air yang mungkin ada. Pada saat penyambungan, permukaan pipa
harus benar-benar kering dan bersih
b. Pemasangan pipa harus pada posisi yang betul menurut aliran air dan alur galian yang
direnca-nakan. Ujung spigot pipa harus dimasukkan kedalam mof atau socket dengan berhati-
hati agar tidak menyentuh tanah. Sambungan harus dilakukan hingga ujung spigot menyentuh
dasar mof atau socket, ditekan dengan tangan atau peralatan lain yang disetujui oleh Direksi.
c. Lapisan tipis minyak gelang harus dilapiskan baik pada permukaan bagian dalam dari alur
bell. Minyak harus berasal dari persediaan yang diberikan pabrik dan disetujui oleh Direksi.
Tidak diperkenankan mempergunakan bahan yang tidak disetujui.
d. Jika dipakai sambungan dengan solvent cement, maka bagian yang akan disambung harus
dibersihkan dari debu, kotoran dan air. Oleskan solvent cement secukupnya sampai merata
pada ujung pipa ke dalam mof , socket atau bagian dalam dari fitting yang akan disambung.
e. Pipa harus dipasang dengan ujung mof atau bell menghadap ke arah tekanan yang terbesar.
f. Jika pipa diletakkan pada sudut miring dan aliran air naik, pemasangan harus dimulai dengan
ujung mof atau bell pada bagian atas.
g. Sambungan potongan pipa PVC tidak dibenarkan dilakukan dengan membentuk sendiri mof
pipa dengan cara membakar/memanaskan.
h. Sambungan potongan harus dilakukan dengan socket atau flanged socket. Socket atau
flanged socket ini harus sudah tersedia di lapangan sebelum pekerjaan pemasangan
dilakukan.
7 PEMASANGAN PIPA.YANG TIDAK BENAR, LINTASAN, BELOKAN DAN DEFLEKSI YANG DIIZINKAN
Pipa tidak boleh dipasang, bila pada galian terdapat hal-hal sebagai berikut:
a. Pada galian yang berbelok dimana radius belokan lebih kecil dari pada ketentuan besarnya
defleksi yang diijinkan untuk pipa PVC. Pada kondisi ini Direksi dapat memerintahkan
penggunaan bend yang sesuai.
b. Pada galian yang terlalu dangkal karena tanah berbatu, galian harus diperdalam, atau jalur
pipa dipindahkan dengan konsekuensi terjadinya pekerjaan tambah kurang dan adendum
Kontrak.
c. Apabila kejadian ini disebabkan karena Kontraktor mengubah lintasan pipa dari yang
direncanakan, biaya pengadaan dan pemasangan bend atau pemindahan jalur pipa ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
d. Kontraktor harus mengikuti persyaratan teknis sebagai berikut
= Pipa harus dipasang pada lintasan dan sudut belokan yang sesuai dengan nilai yang
diijinkan

= Jika perlu membuat belokan berjari-jari panjang pada lintasan pipa, maka besarnya
defleksi harus sesuai dengan persyaratan pabrik. Petunjuk-petunjuk Direksi harus
diikuti.

= Galian pada belokan harus dibentuk sebagai lengkungan. Sambungan pipa harus
ditempatkan pada lintasan yang lurus dan titik tengah pipa harus diletakkan pada
puncak lengkungan.
e. Bila terjadi penyimpangan karena adanya struktur / benda lain yang tidak tampak seperti
kabel telepon, listrik, batu sangat besar dan sebagainya yang tidak tercantum dalam
gambar rencana hingga menimbulkan hambatan yang mengganggu kemajuan pekerjaan,
maka Direksi berhak mengubah gambar rencana. Jika perubahan ini menyebabkan adanya
pekerjaan tambah/kurang maka akan diadakan addendum. Apabila kejadian ini
disebabkan karena Kontraktor mengubah lintasan pipa dari yang direncanakan, maka
biaya pemindahan jalur pipa ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
f. Kontraktor harus berhati-hati dalam penggalian dan persiapan galian, hingga adanya
konstruksi-konstruksi lain yang terletak di bawah tanah dapat diketahui. Kerusakan yang
terjadi terhadap konstruksi-konstruksi lain tersebut menjadi tanggungjawab Kontraktor.

Pasal 5
PENEMPATAN VALVE DAN VALVE BOX.
1. PERSYARATAN UMUM.
a. Valve/Katup dengan perlengkapan lainnya harus diset dan dipasang pada pipa seperti yang
disyaratkan pada Pasal-Pasal sebelumnya tentang kebersihan, perletakan, penyambungan
pipa dsb.
b. Semua uliran accessories harus dilapis dengan plastic seal.
c. Dijaga agar pemasangan semua katup tegak lurus ke bumi, tidak diperbolehkan miring-miring.
2. LOKASI VALVE / KATUP.
Lokasi katup harus sesuai dengan gambar rencana atau pengarahan Direksi, diletakkan di
tempat yang mudah didapat dan terlindung.
3. BAK KATUP (VALVE BOX).
a. Untuk valve/katup dengan diameter di bawah 25 mm (1”) dan berupa stopkran untuk
keperluan Hidran Umum, kran tugu Valve Box dibuat dari potongan pipa PVC AW 4” dengan
dop dan dicor sesuai gambar.
b. Untuk valve/katup dengan 25 mm (1”) ≤ diameter valve ≤ 75 mm (3”) dan berupa stopkran
untuk keperluan junction joint, bak katup/valve box dibuat dari beton tak bertulang, dibentuk
seperti gambar.
c. Untuk valve/katup dengan diameter di atas 75 mm dan berupa gate valve untuk keperluan
junction joint pada jaringan transmisi, dinding, lantai dan penutup bak katup/valve box dibuat
dari beton bertulang dan dicor di tempat.
d. Plat penutup harus tahan benturan dan tidak mudah tergeser dan menyebabkan valve box
terbuka.
e. Tempat-tempat vavle box ini harus ditandai dengan jelas agar mudah didapat waktu
perbaikan.

Pasal 6
THRUST BLOCKS.
Pada setiap belokan lintasan pipa baik vertikal maupun horizontal dan semua lintasan yang
menanjak atau menurun harus dipasang thrust blocks dari beton 1 : 3 : 5 dengan angker yang
diperlukan. Ukuran dan penempatan sesuai gambar.

Pasal 7
PIPA PENGURAS (WASH OUT) JARINGAN TRANSMISI.
Jika tidak ditentukan dalam gambar, diameter pipa penguras yang terdapat dalam jaringan transmisi
minimal 3/4 kali diameter pipa utama. Cabang penguras tidak boleh disambungkan ke saluran
pembuangan atau ke saluran terendam, dimana dapat menyebabkan sifon balik kesistem distribusi.

Pasal 8
PENGUJIAN ALIRAN

1. PENGUJIAN ALIRAN DAN KEBOCORAN.


a. Setelah pipa selesai dipasang, Kontraktor bersama Pengawas dan Direksi melakukan
pengujian aliran, untuk mengetahui apakah debit yang dialirkan sesuai dengan debit yang
direncanakan dan meneliti terjadi kebocoran atau tidak.
b. Apabila terjadi penyimpangan yaitu hanya debit yang dialirkan hanya 60% dari debit yang
direncanakan, padahal seluruh prosedur dan ketentuan bestek telah dilaksanakan maka
Pengawas, Direksi dan Kontraktor harus menyampaikan hal ini kepada Konsultan Perencana.
Kemudian secara bersama-sama melakukan evaluasi.
c. Kesalahan yang terjadi pada Tahap Perencanaan akan diselesaikan sesuai Peraturan dan
Undang-Undang yang berlaku.
d. Kesalahan yang terjadi pada Tahap Pelaksanaan adalah tanggung jawab Kontraktor bersama
Pengawas dan Direksi dan harus diperbaiki sesuai Ketentuan-Ketentuan Bestek yang telah
disepakati dalam Rapat Penunjukan (Aanwijzing).
e. Semua biaya yang harus dikeluarkan untuk perbaikan ini menjadi tanggung jawab Kontraktor
sepenuhnya. Oleh sebab itu, segala perubahan yang terjadi selama proses pelaksanaan baik
dari Pengawas, Direksi atau Fihak Lain Yang Berkompeten (Kepala Desa atau Tokoh-Tokoh
Desa lainnya) harus dilakukan secara tertulis atau dituangkan dalam suatu Berita Acara
Perubahan.

2. Semua kebocoran yang terjadi dalam pengujian ini harus diperbaiki sesuai ketentuan teknis
standar. Contohnya : kebocoran akibat salah cara penyambungan, perbaikan dilakukan dengan
cara pengganti-an fitting atau dipasang fitting bila sebelumnya memang tidak dipasang.
Perbaikan dengan ikatan karet bola motor/mobil tidak dibenarkan. Kebocoran akibat pecahnya
pipa dilakukan dengan penggantian pipa, disambung dengan dresser atau gibault joint.
Perbaikan yang bersifat tidak standar ditolak.

3. Sebelum dilakukan pengujian Kontraktor harus membersihkan seluruh pipa yang terpasang
dengan penggelontoran sesuai dengan petunjuk Direksi. Penggelontoran dilakukan dengan
menguras air dari cabang penguras, dimulai dari bagian hulu dan secara berturut-turut ke bagian
hilir. Lamanya pengurasan harus dikerjakan sesuai dengan petunjuk-petunjuk Direksi.

Pasal 9
PENUTUP
1. LAIN – LAIN.
a. Kontraktor harus mengangkut barang-barang yang harus disediakannya termasuk pipa, dan
perlengkapannya dengan hati-hati agar tidak menimbulkan kerusakan pada bagian-bagiannya
baik bagian tetap maupun bagian yang dapat digerakkan. Perlengkapan tersebut harus
dipasang dengan baik, bebas dari kotoran dan mekanismenya dapat bekerja baik. Kontraktor
harus memperbaiki kesalahan selama pemasangan dan menanggung segala biaya yang
diakibatkan oleh hal tersebut.
b. Segala kerusakan yang timbul pada lapisan jalan harus diperbaiki dan dikembalikan seperti
semula oleh Kontraktor.
c. Kontraktor harus mengecat permukaan perlengkapan perpipaan yang terbuat dari besi tuang
atau GIP yang tidak tertanam setelah selesai dipasang
d. Segala accessories/perlengkapan perpipaan yang tidak dapat bekerja baik setelah
pemasangan harus dicabut dan diperbaiki oleh Kontraktor dan seluruh pembiayaannya harus
ditanggung oleh Kontraktor.
2. DOKUMENTASI
Untuk kelengkapan laporan, Kontraktor harus membuat foto-foto dokumentasi dibuat sebelum
pekerjaan dimulai dan setiap tahap pelaksanaan dan dapat menunjukkan kemajuan setiap
tahap dengan jelas. Foto dokumentasi harus pula dibuat pada setiap bagian yang penting antara
lain penulangan, pondasi dan lain-lain. Foto-foto tersebut dimasukkan kedalam album dan
diserahkan kepada Pemberi Tugas sebanyak 2 (dua) set.
3. PEKERJAAN AKHIR/FINISHING

Pekerjaan akhir dilaksanakan dengan rapih, pengecatan dan lain-lain.


4. MASA PEMELIHARAAN
Dalam masa pemeliharaan hal-hal yang kurang sempurna harus disempurnakan, semua kotoran
harus dibersihkan sehingga pada saat penyerahan kedua, pekerjaan sudah dalam keadaan
betul-betul sempurna tidak ada sela dan cacat.
5. PENYERAHAN
Pada waktu penyerahan, segala sesuatu harus sudah dilaksanakan dan dikerjakan sesuai
petunjuk dan mendekati sempurna.
6. TANGGUNG JAWAB
Segala cacat tak terlihat yang masih ada, tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor selama
jangka waktu 2 (dua) tahun.
Persyaratan Personil:
1. Manajer Lapangan adalah PJT pendidikan S1 Teknik Arsitektur/Sipil/Lingkungan
dengan pengalaman 2 tahun, atau D3 Teknik Sipil/Arsitek/Lingkungan dengan
pengalaman minimal 3 tahun atau STM/SMK dengan pengalaman minimal 4 tahun
sebanyak satu orang;
2. Pelaksana Lapangan adalah PJB, S1 Teknik Lingkungan/Sipil/Arsitek dengan
pengalaman minimal 1 tahun, atau D3 Sipil/Arsitek/Lingkungan dengan pengalaman
2 tahun atau STM/SMK Bangunan dengan pangalaman minimal 3 tahun sebanyak
satu orang;
3. Ahli Perpipaan, S1 Teknik Lingkungan dengan pengalaman minimal 2 tahun, memiliki
SKA Tata Lingkungan atau S1 Teknik Sipil pengalaman minimal 3 tahun dan memiliki
SKA Sumber Daya Air atau D3 Teknik Sipil dengan pengalaman minimal 5 tahun dan
memiliki SKA Sumber Daya Air, sebanyak satu orang;
4. Ahli Sipil, S1 Teknik Sipil pengalaman minimal 2 tahun dan memiliki SKA Struktur atau
D3 Teknik Sipil dengan pengalaman minimal 4 tahun dan memiliki SKA Struktur
sebanyak satu orang;
5. Logistik, minimal D3 pengalaman 1 tahun atau STM/SMK Bangunan dengan
pengalaman minimal 2 tahun sebanyak satu orang;
6. Tenaga Administrasi, SMA/SMK dengan pengalaman minimal 1 tahun sebanyak satu
orang;
7. Tukang Batu, memiliki sertifikat tukang batu;
8. Tukang Pipa, memiliki sertifikat tukang pipa;
9. Tukang Las, memiliki sertifikat tukang las pipa;

Anda mungkin juga menyukai