Anda di halaman 1dari 106

RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

SPESIFIKASI UMUM

BAB I
DATA PROYEK

Pasal 1 : Nama pekerjaan dari proyek ditentukan oleh Owner seperti berikut ini
:
Pembangunan Lapangan Bola Kaki Krueng Mane (Lanjutan)

Pasal 2 : Tempat dan lokasi pekerjaan ditentukan oleh Owner seperti berikut ini
:
Kabupaten Aceh Utara

Pasal 3 : Item-Item Pekerjaan yang harus dikerjakan dan diselesaikan oleh


Kontraktor Pelaksana ditentukan oleh Owner dalam : Kontrak Kerja
Dan Bill of Quantity

BAB II
KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN

Pasal 1 : Penanggung Jawab Pelaksanaan ( Kontraktor Pelaksana )

1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan


Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi, maka Kontraktor Pelaksana
untuk proyek seperti yang disebutkan dalam BAB I diatas adalah
Perusahaan seperti yang disebutkan dalam Kontrak Kerja Fisik.

2. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan secara


seluruhnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan di dalam Dokumen
Kontrak.
1
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

3. Tugas dan kegiatan Kontraktor Pelaksana adalah seperti yang


disebutkan dalam Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana
Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002
Tentang Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi atau menurut
perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh Owner dalam
Kontrak Kerja Fisik.

4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan struktur organisasi


pelaksana lapangan proyek kepada Owner yang didalamnya
tercantum beberapa tenaga ahli Kontraktor Pelaksana dengan
posisi minimal seperti berikut atau sesuai yang diajukan:
1. Site Manager;
2. Pengawas Lapangan;
3. Draftman;
4. Administrasi Proyek; dan
5. Operator Computer.

5. Jumlah personil atau tenaga ahli yang ditempatkan harus sesuai


dengan bobot pekerjaan yang ditangani dan disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi dan Owner.
6. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur
organisasi lapangan proyek yang diajukan oleh Kontraktor
Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan minimal selama jam
kerja.

7. Pengantian tenaga ahli oleh Kontraktor Pelaksana selama proses


pelaksanaan pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi.

8. Site Manager harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner dan


diketahui oleh Konsultan Supervisi jika hendak meninggalkan lokasi
pekerjaan dalam jangka waktu lebih dari 3 hari.

2
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
9. Konsultan Supervisi berhak mengajukan kepada Owner untuk
pengantian tenaga ahli Kontraktor Pelaksana yang berada dilokasi
pekerjaan jika tenaga ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan
dan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik.

10. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Kontraktor


Pelaksana harus mampu memberikan keputusan yang bersifat
teknis dan administratif di lokasi pekerjaan.

Pasal 2 : Sub Pelaksana Pekerjaan / Sub Kontraktor

1. Penunjukan Sub Pelaksana pekerjaan / Sub Kontraktor hanya dapat


dilakukan dengan sepengatahuan dan rekomendasi tertulis dari
Konsultan Supervisi serta mendapat persetujuan dari Owner.

2. Apabila hasil pekerjaan Sub Pelaksana tidak memenuhi semua


persyaratan di dalam kontrak Kerja ataupun tidak memenuhi target
prestasi yang harus dicapai pada suatu tahap pekerjaan, maka
Konsultan Supervisi berhak menginstruksikan kepada Kontraktor
Pelaksana untuk menganti Sub Pelaksana pekerjaan tersebut
dengan yang lain, dan yang disetujui dan Kontraktor Pelaksana
harus menjalankan instruksi tersebut.

3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan untuk meninggalkan


kewajibannya dengan cara menyerahkan Kontrak Kerja sebagian
atau seluruhnya kepada pihak lain (Sub Pelaksana Pekerjaan) tanpa
seijin atau persetujuan Owner.

4. Apabila tidak disebutkan dalam Kontrak Kerja, maka Kontraktor


Pelaksana tidak dibenarkan untuk men-sub-kan sebagian
pekerjaan yang menjadi kewajibanya tanpa persetujuan Owner dan
Konsultan Supervisi.

5. Dalam hal sudah mendapat persetujuan Owner dan Konsultan


Supervisi, maka Kontraktor Pelaksana tetap bertanggung jawab

3
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
penuh atas segala kelalaian dan kesalahan-kesalahan yang dibuat
oleh Sub Kontraktor, sehingga kesalahan dan kelalaian tersebut
merupakan kesalahan dan kelalaian Kontraktor Pelaksana sendiri.
6. Sub Kontraktor adalah pihak-pihak yang mempunyai Kontrak Kerja
langsung dengan Kontraktor Pelaksana, yaitu dalam menyediakan
dan mengerjakan bagian-bagian pekerjaan khusus sesuai dengan
keahliannya.

7. Kontraktor Pelaksana tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas


hasil pekerjaan Sub Kontraktor.

Pasal 3 : Gambar Pelaksanaan ( Shop Drawing )

1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar


Pelaksanaan (Shop Drawing) untuk pekerjaan-pekerjaan yang
memerlukannya, terutama untuk pekerjaan-pekerjaan yang
Gambar Detailnya tidak dijelaskan dalam Gambar Bestek.

2. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan Shop Drawing ditentukan


oleh Konsultan Supervisi dalam masa konstruksi.

3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan


sebelum Shop Drawing yang menjadi kewajibannya di setujui oleh
Konsultan Supervisi.

4. Shop Drawing tidak boleh merubah/merevisi Gambar Bestek


kecuali atas persetujuan Konsultan Perencana.

5. Shop Drawing tidak boleh merubah, memperbesar dan


memperkecil kuantitas maupun kualitas pekerjaan.

Pasal 4 : Gambar Lapangan Dan Dokumen Lapangan

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu set Gambar Bestek


/Gambar Revisi dalam format kertas A3, satu set Shop Drawing,

4
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
satu set Spesifikasi Teknis dan satu set Bill of Quantity dilokasi
pekerjaan pada setiap kantor lapangan.

2. Gambar Bestek, Gambar Revisi, Shop Drawing, Spesifikasi Teknis,


dan Bill of Quantity ditempatkan pada tempat yang baik dan dalam
kedaan yang rapi.

Pasal 5 : Buku Instruksi Dan Buku Tamu

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu buah Buku Instruksi


dan Buku Tamu dilokasi pekerjaan pada setiap kantor lapangan
dan ditempatkan pada tempat yang baik.

2. Buku Instruksi berisikan instruksi-instruksi dilokasi pekerjaan yang


dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi dan Owner untuk
dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana yang berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan.
3. Buku Instruksi harus mencantumkan tanggal instruksi, waktu
instruksi, nama dan jabatan yang memberi instruksi, dan tanda
tangan yang memberi instruksi.

4. Instruksi Konsultan Supervisi dan Owner yang berada dalam Buku


Instruksi harus diketahui dan ditanda tangani oleh Kontraktor
Pelaksana minimal Supervisor Lapangan untuk dilaksanakan.

5. Kontraktor Pelaksana juga harus menyediakan buku tamu di kantor


lapangan yang diletakan pada tempat yang baik. Semua tamu yang
berkunjung ke lokasi pekerjaan harus terdata dan mengisi buku
tamu ang telah disediakan oleh Kontraktor Pelaksana.

Pasal 6 : Gambar Hasil Pelaksanaan ( Asbuilt Drawing )

1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Hasil


Pelaksanaan (Asbuilt Drawing) yang sesuai dengan hasil

5
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
pelaksanaan pekerjaan dilapangan sebelum serah terima tahap
pertama dilakukan.

2. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan As Built Drawing adalah


pekerjaan yang berhubungan dengan instalasi berikut ini dan
pekerjaan –pekerjaan lain yang ditentukan oleh Konsultan
Supervisi.
3. As Built Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana dan
Owner.

4. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menyerahkan 5 set As Built


Drawing yang telah disetujui kepada Konsultan Supervisi, Owner
dan Konsultan Perencana kepada Owner.

5. Satu set As Built Drawing yang telah disetujui harus disimpan di


tempat yang baik pada bangunan oleh Owner atau pengguna
bangunan.

Pasal 7 : Rencana Waktu Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana waktu


penyelesaian pekerjaan (time schedule) keseluruhan kepada
Konsultan Supervisi dan Owner sebelum dimulainya pelaksanaan
pekerjaan kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

2. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaiankan pekerjaan sesuai


dengan rencana waktu penyelesaian pekerjaan keseluruhan yang
telah disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner kecuali
ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

3. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan rencana waktu


penyelesaian pekerjaan keseluruhan yang telah disetujui oleh
Konsultan Supervisi kepada Owner.

6
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
4. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan rencana waktu
penyelesaian pekerjaan mingguan pada tahap pelaksanaan
pekerjaan kepada Konsultan Supervisi.

5. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana


penyelesaian pekerjaan mingguan yang diajukan oleh Kontraktor
Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang dapat
dipertanggung jawabkan secara teknis.

6. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan


pekerjaan karena kesalahan dalam menyusun waktu pemnyelesaian
pekerjaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.

7. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan


pekerjaan karena factor cuaca seperti hujan yang lebih dari 1 hari
kerja dan dibuktikan dengan catatan cuaca dalam Laporan Harian
yang disetujui oleh Konsultan Supervisi harus diperhitungkan untuk
penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.

8. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan


pekerjaan karena factor-factor non teknis yang lebih dari 3 hari
kerja dan diketahui oleh Konsultan Supervisi seperti permasalahan
dengan tanah/lahan pekerjaan sehingga Kontraktor pelaksanan
tidak bisa memasuki dan memulai pekerjaan, ganguan keamanan
dari masyarakat setempat harus diperhitungkan untuk
penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.

9. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan


pekerjaan karena permasalahan yang berhubungan dengan
Spesifikasi Teknis, Gambar Disain, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja
dimana tidak ada keputusan yang pasti dari Konsultan Supervisi
dan Owner lebih dari 3 hari kerja harus diperhitungkan untuk
penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.

7
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
10. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan
pekerjaan yang disebabkan oleh hal-hal selain seperti yang
disebutkan dalam point 6, point 7 dan point 8 tidak boleh
diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan kecuali
ditentukan lain dalam Kontrak Kerja dengan persetujuan Konsultan
Supervisi dan Owner.

11. Lamanya penambahan waktu atau jumlah hari kerja tambahan


yang diberikan kepada Kontraktor Pelaksana karena alasan-alasan
seperti yang disebutkan pada point 6, point 7 dan point 8 adalah
menurut keputusan Konsultan Supervisi dan Owner.

Pasal 8 : Request Material Dan Request Pekerjaan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan permohonan penggunaan


semua material bangunan (request material) sebelum material
bangunan tersebut dipakai dan dimasukan kelokasi pekerjaan.

2. Request Material yang diajukan Kontraktor Pelaksana harus disertai


dengan contoh material dan disetujui oleh Konsultan Supervisi dan
Owner.

3. Persetujuan Request Material yang diajukan oleh Kontraktor


Pelaksana dianggap sah dan diakui apabila disetujui minimal oleh
Konsultan Supervisi.

4. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan dan menyerahkan satu


set contoh material yang telah disetujui kepada Konsultan
Supervisi.

5. Material bangunan yang tidak disetujui oleh Konsultan Supervisi


dan Owner tidak boleh dipakai sebagai material bangunan dan
harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.

8
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
6. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan permohonan
(request pekerjaan) untuk pekerjaan yang akan dikerjakan.

7. Request Pekerjaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus


disetujui oleh Konsultan Supervisi.

8. Kontraktor pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan tanpa


Request Material atau jika Request Pekerjaan yang diajukan belum
disetujui oleh Konsultan Supervisi.

9. Item-item pekerjaan yang memerlukan Request Pekerjaan


ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 9 : Metode Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Metode Pelaksanaan


terhadap pekerjaan Pembesian Plat Lantai, Pengecoran Plat Lantai,
Eriction Konstruksi Baja dan Eriction Konstruksi Kuda-Kuda serta
pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukanya.

2. Metode Pelaksanaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana


harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika


Metode Pelaksanaan yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan
Supervisi.

4. Item-item pekerjaan yang memerlukan Metode Pelaksanaan


ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 10 : Rencana Material Dan Peralatan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana material dan


peralatan mingguan yang akan digunakan untuk penyelesaian
pekerjaan setiap minggu kepada Konsultan Supervisi.

9
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

2. Semua material dan peralatan sesuai dengan rencana material dan


peralatan mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana
harus berada dilokasi pekerjaan.

3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana


material dan peralatan mingguan yang diajukan oleh Kontraktor
Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang dapat
dipertanggung jawabkan secara teknis.

Pasal 11 : Rencana Tenaga Kerja

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana pengunaan


tenaga kerja mingguan yang akan digunakan untuk penyelesaian
pekerjaan setiap minggu kepada Konsultan Supervisi.

2. Semua tenaga kerja sesuai dengan rencana tenaga kerja mingguan


yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi
pekerjaan.

3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana


penggunaan tenaga kerja mingguan yang diajukan oleh Kontraktor
Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang dapat
dipertanggung jawabkan secara teknis.

Pasal 12 : Pekerjaan Diluar Jam Kerja

1. Pekerjaan-pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh


Kontraktor Pelaksana dengan alasan mempercepat proses
penyelesaian pekerjaan harus diketahui oleh Konsultan Supervisi.

2. Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh personil Konsultan


Supervisi untuk pengawasan pekerjaan diluar jam kerja normal
yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

10
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap kualitas


pekerjaan yang dilakukan diluar jam kerja normal atau pada malam
hari.

Pasal 13 : Laporan Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana wajib membuat laporan harian, laporan


mingguan, dan laporan bulanan kepada Konsultan Supervisi
tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan.

2. Format laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan


yang dibuat oleh Kontraktor pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk melakukan pemeriksaan
langsung kelapangan akan kebenaran data yang ada dalam
laporan harian, laporan minnguan, dan laporan bulanan yang
dibuat oleh Kontraktor Pelaksana.

4. Laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan dibuat


dalam rangkap 4 (empat). Salah satu tembusan laporan harian,
laporan mingguan, dan laporan bulanan harus berada pada lokasi
pekerjaan. Masing-masing Laporan harian, laporan mingguan dan
bulanan harus diserahkan kepada Konsultan Supervisi dan Owner.

Pasal 14 : Surat Menyurat Dan Komunikasi

1. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana


yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya
administratif harus melalui dan ditujukan kepada Konsultan
Supervisi serta Owner.
2. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana
yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya
teknis harus melalui dan ditujukan kepada Konsultan Supervisi juga
diketahui oleh Owner.

11
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

3. Surat menyurat atau perizinan yang berhubungan dengan Instansi


lain di luar proyek tidak perlu melalui dan diketahui oleh Konsultan
Supervisi. Kontraktor Pelaksana tetap wajib memberikan informasi
tentang hal tersebut kepada Konsultan Supervisi.

Pasal 15 : Rapat Koordinasi Dan Rapat Lapangan (Site Meeting)

1. Rapat koordinasi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali


setiap minggu, dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.

2. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat koordinasi dengan


diwakili minimal oleh Site Manager atau Supervisor Lapangan.

3. Kosumsi rapat koordinasi tersebut disiapkan oleh Kontraktor


Pelaksana kecuali ditentukan lain oleh Owner.

4. Rapat lapangan (site meeting) diselenggarakan sekurang-


kurangnya 1 (satu) kali setiap minggu, dipimpin oleh Owner atau
Konsultan supervisi.

5. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat lapangan dengan


diwakili minimal oleh Supervisor lapangan.
6. Kosumsi rapat lapangan tersebut disiapkan oleh Kontraktor
Pelaksana kecuali ditentukan lain oleh Owner.

Pasal 16 : Wewenang Owner (Pemberi Tugas) Memasuki Lokasi Pekerjaan

1. Owner (Pemberi Tugas) dan para wakilnya mempunyai wewenang


untuk memasuki lokasi pekerjaan dan bengkel kerja atau tempat-
tempat lain dimana Kontraktor Pelaksana melaksanakan pekerjaan
untuk Kontrak.

2. Jika pekerjaan dilakukan pada tempat-tempat lain yang dilakukan


oleh Sub Kontraktor Pelaksana menurut ketentuan dalam Sub

12
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
Pelaksanaan, maka Kontraktor Pelaksana harus memberikan
jaminan agar supaya Owner dan para wakilnya mempunyai
wewenang untuk memasuki bengkel kerja dan tempat-tempat lain
kepunyaan Sub Pelaksana pekerjaan.

3. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memberikan instruksi


langsung dilapangan kepada Kontraktor Pelaksana dan Konsultan
Supervisi untuk suatu perbaikan atau perubahan jika dalam proses
pelaksanaan pekerjaan ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity dan Kontrak
Kerja.

4. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memerintahkan


Konsultan Supervisi secara tertulis untuk menghentikan proses
pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana
sementara waktu jika ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity dan Kontrak
Kerja.

5. Kontraktor Pelaksana harus menjamin dan bertangung jawab


penuh akan keselamatan Owner dan para wakilnya selama berada
dilokasi pekerjaan.

Pasal 17 : Progress Payment

1. Jika tidak ditentukan lain dalam Kontrak Kerja maka Hasil Pekerjaan
Kontraktor Pelaksana di bayar berdasarkan metode Progress
Payment. Artinya Tagihan Kontraktor Pelaksana dibayar
berdasarkan Progress Realisasi Pekerjaan yang telah diselesaikan
dilapangan.

2. Progress Payment Kontraktor Pelaksana diajukan kepada Konsultan


Manajemen Konstruksi dan diperiksa kebenaran realisasi pekerjaan
dilapangannya oleh Konsultan Supervisi.

13
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
3. Konsultan Manajemen Konstruksi dapat menunda atau
membatalkan Progress Payment Kontraktor Pelaksana jika
berdasarkan pengamatan sendiri atau laporan/rekomendasi
Konsultan Supervisi tentang adanya pekerjaan-pekerjaan yang
tidak sesuai Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity.

4. Progress Payment Kontraktor Pelaksana baru dapat dibayar oleh


Owner jika telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.

Pasal 18 : Pekerjaan 100%

Jika tidak ditentukan lain dalam Kontrak Kerja maka Pekerjaan yang
dinyatakan telah selesai 100% harus memenuhi beberapa persyaratan
berikut ini :

1. Item Pekerjaan 100% adalah item pekerjaan yang telah diperiksa


dan disetujui oleh Konsultan Supervisi.
2. Konsultan Supervisi tidak boleh menyetujui dan menandatangani
suatu item pekerjaan yang diklaim telah 100% oleh Kontraktor
Pelaksana jika item pekerjaan tersebut :
a. Tidak Sesuai Dengan Gambar Bestek atau Gambar Revisi;
b. Kuantitas (volume) pekerjaan tidak sesuai dengan Bill of
Quantity dan Kontrak Addendum; dan
c. Tidak sesuai dengan Spesifikasi Teknis Dan Perubahannya;

3. Kontraktor Pelaksana berhak mengajukan klaim kepada Konsultan


Manajemen Konstruksi bahwa semua pekerjaan telah selesai 100%
dengan memenuhi beberapa persyaratan seperti berikut ini :
a. Memberitahukan dan Meminta secara tertulis kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi agar Konsultan Supervisi melakukan
ispeksi atau memeriksa hasil pekerjaan yang diklaim telah 100%.
b. Menyerahkan Laporan Harian minggu terakhir pekerjaan
konstruksi;
c. Menyerahkan Laporan Mingguan terakhir pekerjaan konstruksi;

14
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
d. Menyerahkan Laporan Bulanan terakhir pekerjaan konstruksi;
e. Menyerahkan Dokumentasi Pekerjaan Konstruksi dalam kondisi
0%, 50% dan 100%.

4. Konsultan Manajemen Konstruksi harus segera memberitahukan


dan meminta Konsultan Supervisi untuk melakukan Inspeksi dan
Pemeriksaan Lapangan ( Opname ) tentang kebenaran Klaim
Kontraktor Pelaksana bahwa pekerjaan telah selesai 100%.

5. Konsultan Manajemen Konstruksi berhak menolak Klaim 100%


Kontraktor Pelaksana bila Laporan hasil Inspeksi/Pemeriksaan
Lapangan oleh Konsultan Supervisi menyatakan bahwa pekerjaan
belum 100%.

Pasal 19 : Kesalahan Pekerjaan Dan Pekerjaan Cacat

1. Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki dengan biaya sendiri


semua kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan baik pada tahap
pelaksanaan maupun pada saat sebelum Serah Terima Tahap
Pertama (PHO) dan pekerjaan dinyatakan selesai 100%.

2. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan adalah hasil pemeriksaan


bersama antara Kontraktor Pelaksana, Konsultan Supervisi dan
Owner sebelum Serah Terima Tahap Pertama (PHO) dan pekerjaan
dinyatakan selesai 100%.

3. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan dari hasil pemeriksaan


oleh Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Owner dicantumkan dalam
sebuah Daftar Pekerjaan Cacat yang ditandatangani oleh ketiga
pihak tersebut.

4. Konsultan Manajemen atau Owner harus membuat Berita Acara


Hasil Pemeriksaan Pekerjaan untuk ditandatangani oleh Kontraktor
Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Owner.

15
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
5. Semua kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan yang ada dalam
Daftar Pekerjaan Cacat menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana memperbaikinya dengan biaya sendiri.

6. Kesalahan-kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh


Kontraktor Pelaksana dikarenakan kurang memahami Gambar dan
kurangnya kontrol terhadap pekerja sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaiki dengan
biaya sendiri.

7. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor


Pelaksana karena lemahnya pengawasan dan kontrol oleh
Konsultan Supervisi dan bukan atas dasar perintah tertulis dari
Konsultan Supervisi tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana untuk memperbaikinya.
8. Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau sebab-
sebab lain tanpa ada unsur-unsur kesengajaan yang dapat
dibuktikan dalam masa pemeliharaan bangunan tetap menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaikinya
dengan biaya sendiri kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

9. Konsultan Supervisi berhak setiap saat memerintahkan Kontraktor


Pelaksana untuk memperbaiki kesalahan pekerjaan atau pekerjaan
cacat pada masa pelaksanaan.

10. Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan cacat


harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 20 : Buku Petunjuk Penggunaan Bangunan ( Operation Hand-Book )

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri bersama dengan


Konsultan Perencana harus membuat Buku Petunjuk Penggunaan
atau system operasi (Operation Hand-Biook) sebelum masa Serah
Terima Pertama untuk semua peralatan dan instalasi yang ada
dalam bangunan seperti :

16
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
a. Instalasi Listrik;
b. Instalasi Air Bersih dan Air Kotor;

2. Operation Hand-Book harus diserahkan kepada Owner dan


pengguna bangunan dengan memberikan penjelasan yang
diperlukan.

3. Operation Hand-Book harus disimpan dengan baik dalam


bangunan pada tempat yang ditentukan oleh Owner atau
pengguna bangunan.

Pasal 21 : Petunjuk Bangunan Dan Nama Ruangan

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri bersama dengan


Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi, Owner dan Pemilik
Bangunan/Pengguna Bangunan harus membuat petunjuk dan
Nama semua ruangan berdasarkan fungsinya masing-masing
sebelum masa Serah Terima Pertama (PHO).

2. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri bersama dengan


Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner juga harus
membuat Petunjuk Pintu Masuk Utama dan Pintu Keluar Utama
untuk semua bangunan dari material yang dapat dilihat dengan
mudah pada siang hari maupun malam hari.

3. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri bersama dengan


Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner harus
membuat Duplikat Denah Bangunan ukuran 100 x 60 cm untuk
masing-masing lantai dan ditempatkan pada daerah sekitar tangga
atau ruang tunggu.

17
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
Pasal 22 : Penyelesaian Dan Serah Terima Pekerjaan

1. Setelah pekerjaan dianggap terlaksana 100% berdasarkan Progress


100% yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dan telah disetujui
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan Supervisi dan
Owner , maka pihak Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan
Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan Owner bersama-sama
menandatangani Berita Acara Serah Terima Pertama ( PHO ) kecuali
ditentukan lain oleh Owner.

2. Sebelum Berita Acara Serah Terima Pertama ditandatangani


berdasarkan klaim progress 100% yang diajukan Kontraktor
Pelaksana, maka Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan
Owner bersama-sama melakukan Pemeriksaan Lapangan.

3. Pekerjaan-pekerjaan cacat, tidak sempurna dan tidak sesuai


kualitas maupun kuantitas terutama dari segi fungsi bangunan
yang ditemukan dalam Pemeriksaan Lapangan adalah menjadi
kewajiban Kontraktor Pelaksana memperbaikinya sebelum Serah
Terima Pertama ditandatangani dan hal ini harus dituangkan dalam
Berita Acara Pemeriksaan dalam bentuk Daftar Pekerjaan Cacat.

4. Kontraktor pelaksana juga harus menyerahkan Asbuilt Drawing dan


Buku Petunjuk Penggunaan Bangunan (Hand Book) yang telah
disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner
sebelum Berita Acara Serah Terima Pertama ditandatangani.

5. Konsultan Supervisi akan mengeluarkan rekomendasi tertulis akan


realisasi perbaikan dari semua item dalam Daftar Pekerjaan Cacat
dan Asbuilt Drawing yang telah selesai dilaksanakan oleh
Kontraktor Pelaksana untuk keperluan penandatanganan Berita
Acara Serah Terima Pertama (PHO).
6. Setelah masa pemeliharaan dilampaui dan sesudah semua
perbaikan-perbaikan dilaksanakan dengan baik, Konsultan
Supervisi akan mengeluarkan rekomendasi tertulis mengenai

18
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
selesainya pekerjaan dan perbaikan yang berarti Serah Terima
Kedua ( FHO ) kedua dari pihak Kontraktor Pelaksana kepada
Owner.

Pasal 23 : Pemanfaatan Bangunan Oleh Pemilik/Pengguna Bangunan

1. Pemamfaatan dan penggunaan bangunan oleh Pemilik Bangunan


hanya boleh dilakukan setelah Berita Acara Serah Terima antara
Owner (Pemberi Tugas) dengan Pemilik/Bangunan ditanda tangani
kecuali ditentukan lain oleh Owner dengan kesepakatan tertulis
bersama Kontraktor Pelaksana.

2. Pemilik Bangunan tidak boleh menempati, menggunakan


bangunan dan memamfaatkan semua fasilitas yang ada dalam
bangunan selama bangunan masih dalam proses Serah Terima
antara Kontraktor Pelaksana dengan Owner kecuali ditentukan lain
oleh Owner dengan kesepakatan tertulis bersama Kontraktor
Pelaksana.

3. Pemamfaatan bangunan oleh siapapun sebelum Serah Terima


antara Owner dan Pemilik Bangunan ditandatangani harus dengan
persetujuan Owner dan Kontraktor Pelaksana.

4. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap


perbaikan dengan biaya sendiri semua cacat dan kerusakan yang
timbul akibat penggunaan bangunan oleh Pemilik Bangunan yang
telah disetujuinya bersama dengan Owner.

Pasal 24 : Penanggung Jawab Pengawasan

1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan


Penyedia Jasa Konsultasi, maka Konsultan Supervisi untuk proyek
seperti yang disebutkan dalam BAB I diatas adalah Perusahaan
seperti yang disebutkan dalam Kontrak Kerja Konsultan Supervisi.

19
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
2. Tugas dan kegiatan Konsultan Supervisi adalah seperti yang
disebutkan dalam Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana
Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002
Tentang Penyedia Jasa Pengawas Konstruksi atau menurut
perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh Owner dalam
Kontrak Kerja konsultan Supervisi.

3. Konsultan Supervisi harus mengajukan struktur organisasi


pengawasan lapangan proyek kepada Owner dimana didalamnya
tercantum beberapa tenaga ahli Konsultan Supervisi dengan posisi
minimal seperti berikut atau seperti yang diajukan :
1. Site Engineer/Team Leader;
2. Inspector;
3. Tenaga Administrasi; dan
4. Operator Computer.

4. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur


organisasi pengawasan lapangan proyek yang diajukan oleh
Konsultan Supervisi harus berada dilokasi pekerjaan minimal
selama jam kerja.

5. Konsultan Supervisi harus menyerahkan Struktur Organisasi


pengawasan lapangan proyek yang telah disetujui oleh Owner
kepada Kontraktor Pelaksana.

6. Pengantian tenaga ahli oleh Konsultan Supervisi selama proses


pelaksanaan pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh Owner.

7. Leader harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner jika hendak


meninggalkan lokasi pekerjaan dalam jangka waktu lebih dari 3
hari.

8. Kontraktor Pelaksana berhak mengajukan kepada Owner untuk


pengantian tenaga ahli Konsultan Supervisi yang berada dilokasi

20
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
pekerjaan jika tenaga ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan
dan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik.

9. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Konsultan


Supervisi harus mampu memberikan keputusan yang bersifat
teknis di lokasi pekerjaan.

10. Konsultan Supervisi harus membuat laporan mingguan dan laporan


bulanan kepada Owner atas segala hal yang menyangkut
pelaksanaan pekerjaan oleh Kontraktor pelaksana.

11. Bentuk, format, dan isi laporan Konsultan Supervisi adalah


berdasarkan hasil diskusi dengan Owner.

Pasal 25 : Instruksi Konsultan Supervisi

1. Kontraktor Pelaksana harus mematuhi dan melaksanakan semua


instruksi atau perintah yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi
yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.

2. Semua instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi harus


dalam bentuk tulisan

3. Instruksi Konsultan Supervisi dalam bentuk lisan dibenarkan dan


harus diikuti oleh Kontraktor Pelaksana selama disertai oleh alasan-
alasan yang jelas dan sesuai dengan Spesifikasi Teknis.

4. Instruksi dari Konsultan Supervisi dapat berupa hal-hal seperti


disebutkan dibawah ini :

5. Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga


membahayakan bagi konstruksi, atau pekerjaan finishing yang
kurang baik atau hal-hal lain yang menyimpang dari Spesifikasi
Teknis dan Gambar Bestek.

21
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
6. Perintah untuk menyingkirkan material/bahan bangunan yang
tidak sesuai dengan Spesifikasi Teknis.

7. Perintah untuk mengantikan Pelaksana lapangan dari Kontraktor


Pelaksana yang dianggap kurang mampu.

8. Perintah untuk melakukan penambahan tenaga kerja dengan


alasan untuk mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan.

9. Perintah untuk melakukan perubahan-perubahan pada metode


pelaksanaan Kontraktor Pelaksana yang dianggap tidak tepat
sehingga dapat mengurangi kualitas dan memperlambat proses
penyelesaian pekerjaan.

Pasal 26 : Perubahan-Perubahan Disain Dan Perbedaan-Perbedaan

1. Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan persetujuan


Owner berhak mengadakan perubahan-perubahan pada Gambar
Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity yang wajib
dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.

2. Kontraktor Pelaksana dengan alasan apapun tidak boleh


melakukan perubahan pada Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan
Bill of Quantity tanpa persetujuan Konsultan Supervisi atau
Konsultan Perencana.

3. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis


yang dilakukan oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi Dan
Owner harus disampaikan secara tertulis kepada Kontraktor
Pelaksana untuk dilaksanakan.

22
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

4. Perubahan-perubahan pada Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis


yang dilakukan oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana, dan
Owner secara lisan atau tidak tertulis tidak wajib untuk
dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana. Resiko karena
melaksanakan Instruksi tidak tertulis sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

5. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis


tidak boleh menambah biaya pelaksanaan pekerjaan secara
keseluruhan dari biaya pelaksanaan yang ada dalam Kontrak Kerja
kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Owner.

5. Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena


perubahan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis yang diusulkan
oleh Konsultan Perencana dan Owner dilakukan oleh Konsultan
Perencana diketahui oleh Owner.

6. Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena


perubahan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis yang diusulkan
oleh Kontraktor Pelaksana dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana
diketahui oleh Konsultan Supervisi dan disetujui oleh Owner.

7. Kontraktor berhak memeriksa hasil perhitungan akan


kuantitas/volume pekerjaan dan biaya yang dilakukan oleh
Konsultan Perencana.

8. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ditemukan ketidak sesuaian


antara Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, dan Bill of Quantity
Konsultan Supervisi tidak dibenarkan mengambil keputusan secara
sepihak tetapi harus melaporkannya kepada owner untuk tindakan
selanjutnya.

9. Konsultan Supervisi dengan persetujuan Konsultan Perencana dan


Owner berhak menentukan acuan mana yang harus dipegang bila

23
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
terjadi perbedaan antara Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, dan bill
of Quantity kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

10. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan
Supervisi, jika terjadi perbedaan antara Gambar Bestek, Spesifikasi
Teknis dan Bill of Quantity maka urutan acuan yang harus
dipegang ditentukan seperti berikut :
1. Kontrak Kerja;
2. Bill of Quantity;
3. Gambar Bestek serta Gambar Revisi; dan
4. Spesifikasi Teknis.

Pasal 27 : Struktur Organisasi Proyek

1. Struktur Organisasi Proyek dibuat oleh Konsultan Supervisi dengan


persetujuan Owner.

2. Struktur Organisasi Proyek harus dapat menjelaskan secara umum


hubungan antara semua pihak yang terlibat dalam proyek.

3. Struktur Organisasi Proyek adalah pedoman administratif yang


harus diikuti oleh semua pihak yang terlibat dalam proyek.

4. Perubahan-perubahan pada Struktur Organisasi Proyek harus


segera diberitahukan secara tertulis kepada semua pihak yang
terlibat dalam proyek.

5. Struktur Organisai Proyek dibuat dalam format kertas A3 dan


diletakan pada posisi yang mudah dilihat dan dibaca pada Direksi
Keet ( Kantor Konsultan Supervisi ) dan Kantor Kontraktor
Pelaksana.

Pasal 28 : Ketentuan Lain

24
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
1. Spesifikasi Teknis ini adalah ketentuan yang mengikat bagi
Kontraktor Pelaksana dan merupakan bagian dari Kontrak Kerja
yang harus dipatuhi dan dilaksanakan.

2. Semua aturan dan persyaratan yang terdapat dalam Spesifikasi


Teknis harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana
walaupun hal tersebut tidak disebutkan dalam Gambar Bestek dan
Bill of Quantity kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau
oleh Konsultan Supervisi dengan Persetujuan Owner.

3. Jika terjadi perbedaan antara aturan yang terdapat dalam


Spesifikasi Teknis dan aturan dalam Kontrak Kerja maka aturan
yang menjadi acuan adalah aturan yang terdapat dalam Kontrak
Kerja.

4. Hal-hal yang belum ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini akan


ditentukan kemudian oleh Konsultan Supervisi dengan persetujuan
Owner dalam proses pelaksanaan pekerjaan dan menjadi satu
ketentuan yang mengikat serta wajib diikuti oleh Kontraktor
Pelaksana.

5. Hal-hal yang ditentukan kemudian oleh Konsultan Supervisi


tersebut harus tetap mengacu pada Kontrak Kerja yang telah ada.
6. Konsultan Supervisi dengan persetujuan Owner dapat mengubah
sebagian besar atau sebagian kecil aturan yang terdapat dalam
Spesifikasi Teknis dan Kontraktor Pelaksana wajib mengikuti aturan
perubahan tersebut.

BAB III
PEKERJAAN MOBILISASI & DEMOBILISASI

25
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
Pasal 1 : Uraian Mobilisasi

Cakupan kegiatan mobilisasi yang diperlukan dalam Kontrak ini akan


tergantung pada jenis dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakan,
sebagaimana disyaratkan di bagian-bagian lain dari Dokumen
Kontrak, dan secara umum harus memenuhi ketentuan berikut :

1. Penyewaan dan pembelian sebidang tanah yang diperlukan untuk


Base Camp Kontraktor Pelaksana.

2. Mobilisasi semua Staf / Personil Kontraktor Pelaksana dan Pekerja


yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan.

3. Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan Daftar


Peralatan yang tercantum dalam Penawaran.

4. Penyedian dan Pemeliharaan Base Camp Kontraktor Pelaksana, jika


diperlukan Kantor Lapangan , Tempat Tinggal Staf, Barak Pekerja,
Bengkel Kerja, Gudang dan sebagainya.

Pasal 2 : Periode Mobilisasi

1. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Pekerjaan Mobilisasi


harus sudah selesai dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejak
tanggal Surat Perintah Mulai Kerja.

2. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan Jadwal / Program Detail


Mobilisasi kepada Konsultan Supervisi dan Owner maksimal 7 hari
terhitung sejak tanggal Surat Perintah Mulai Kerja.

Pasal 3 : Demobilisasi

1. Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah Pembongkaran Tempat


Kerja termasuk pemindahan semua Instalasi, Peralatan dan
Perlengkapan Kontraktor Pelaksana dari Tanah Milik Pemerintah

26
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
serta pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi seperti
semula sebelum pekerjaan dimulai.

BAB IV
PEKERJAAN PERSIAPAN

Pasal 1 : Papan Nama Proyek

1. Kontraktor harus membuat dan memasang Papan Nama Proyek


yang memuat tentang identitas proyek.
2. Papan nama proyek mengunakan papan/kayu dengan ukuran
minimal 150 cm x 250 cm kecuali ditentukan lain oleh Owner.

3. Papan nama proyek rangka dan kakinya terbuat dari kayu dengan
kualitas terbaik sehingga sanggup bertahan minimal sampai
selesainya pengerjaan proyek. Latar papan nama dapat berupa
papan kayu tebal minimal 2 cm atau multiplek dengan tebal
minimal 12 mm. Penggunaan bahan dan material lain harus
dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

5. Papan nama proyek belatar belakang putih dengan tulisan warna


hitam, kecuali untuk logo atau simbul dapat dipakai warna yang
bervariasi.

6. Papan nama proyek harus mencantumkan Instansi Penyandang


Dana, Instansi Pemilik Bangunan, Kontraktor Pelaksana, Konsultan
Perencana dan Konsultan Supervisi.

7. Papan juga harus mencantumkan besar anggaran pelaksanaan


proyek, waktu mulai proyek, dan waktu penyelesaian proyek.

Pasal 2 : Kantor Lapangan Konsultan Supervisi ( Direksi Keet )

27
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat kantor
konsultan Supervisi (Direksi Keet) untuk keperluan operasional
supervisi.

2. Pemamfaatan bangunan lama untuk keperluan Kantor Konsultan


Supervisi (Direksi Keet) harus dengan persetujuan Konsultan
Supervisi.

3. Direksi Keet mempunyai ukuran minimal 24 m2.

4. Direksi Keet tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran


bangunan lama.

7. Direksi Keet minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit


pintu dengan penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang
baik.

8. Lantai Direksi Keet minimal dari perkerasan beton dengan


campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan
diperhalus dengan acian beton.

9. Jika Direksi Keet harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung


maka lantai Direksi Keet harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm
dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm
dari kayu dengan kelas II.
10. Dinding Direksi Keet minimal papan ukuran 2/20 cm dengan
rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding
dapat juga dibuat dari bahan multiplek tebal 6 mm.

11. Atap Direksi Keet dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

12. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah
disebutkan diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
13. Direksi Keet harus dilengkapi minimal dengan :
a. Meja Kerja : 3 Buah

28
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
b. Kursi Kerja : 6 buah
c. Papan Tulis : 1 Buah
d. Rak Arsip : 1 Buah
e. Meja Rapat : 1 Buah
f. Kursi Rapat : 6 Buah
g. Air Minum

14. Posisi dan letak Direksi Keet ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Direksi Keet tidak
boleh berada terlalu dekat dengan posisi bangunan yang sedang
dikerjakan.

Pasal 3 : Kantor Lapangan Kontraktor Pelaksana

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Kantor


Lapangan untuk keperluan operasional pelaksanaan pekerjaan.

2. Pemamfaatan bangunan lama untuk keperluan Kantor Lapangan


harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.

3. Kantor Lapangan mempunyai ukuran minimal 24 m2.

4. Kantor Lapangan tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran


bangunan lama.

5. Kantor Lapangan minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1


unit pintu dengan penerangan yang cukup dan sirkulasi udara
yang baik.

6. Lantai Kantor Lapangan minimal dari perkerasan beton dengan


campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan
diperhalus dengan acian beton.

8. Jika Kantor Lapangan harus dibuat dalam bentuk bangunan


panggung maka lantai Kantor Lapangan harus dibuat dari papan

29
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm
minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.

9. Dinding Kantor Lapangan minimal papan ukuran 2/20 cm dengan


rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.

10. Atap Kantor Lapangan dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

11. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah
disebutkan diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.

12. Kantor Lapangan harus dilengkapi minimal dengan :


a. Meja Kerja : 3 Buah
b. Kursi Kerja : 6 buah
c. Papan Tulis : 1 Buah
d. Rak Arsip : 1 Buah
e. Meja Rapat : 1 Buah
f. Kursi Rapat : 6 Buah
g. Air Minum

13. Posisi dan letak Kantor Lapangan ditentukan bersama antara


Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor
Lapangan tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi
bangunan yang sedang dikerjakan.

Pasal 4 : Toilet / WC Dan Kamar Mandi Lapangan

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Kamar


Mandi dan WC untuk keperluan Staf Kontraktor Pelaksana, Staf
Konsultan Supervisi, dan para pekerjan dan buruh.

2. Pemamfaatan Bangunan Lama atau Kamar Mandi dan WC lama


yang telah ada dilokasi pekerjaan harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi dan Owner.

30
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
3. Kamar Mandi dan WC mempunyai ukuran minimal 12 m2.

4. Toilet/WC staf Kontraktor Pelaksana dan staf Konsultan Supervisi


harus dibuat terpisah dengan Toilet/WC serta Kamar Mandi
pekerja.

5. Kamar Mandi dan WC tidak boleh dibuat dari material hasil


bongkaran bangunan lama.

6. Lantai Kamar Mandi dan WC minimal dari perkerasan beton


dengan campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata
dan diperhalus dengan acian beton.

7. Dinding Kamar Mandi dan WC 1 meter dari lantai dibuat dari


pasangan batu bata dan diplaster sedangkan bagian atasnya boleh
dibuat dari dinding papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding
kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.

8. Atap Kamar Mandi dan WC dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

9. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah


disebutkan diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.

10. Kamar Mandi dan WC harus dilengkapi dengan Kloset jongkok,


kran air, bak tampungan air, dan saluran pembuangan air kotor.
Kamar Mandi dan WC juga harus dilengkapi dengan Septictank
dan saluran resapan.
11. Posisi dan letak Kamar Mandi dan WC ditentukan bersama antara
Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor
Lapangan tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi
bangunan yang sedang dikerjakan.

Pasal 5 : Gudang Penyimpanan Material

31
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Gudang


penyimpanan material untuk melindungi material yang tidak
segera dipakai.

2. Pemamfaatan bangunan lama dilokasi pekerjaan untuk keperluan


Gudang Penyimpanan Material harus dengan persetujuan
Konsultan Supervisi dan Owner.

3. Gudang Penyimpanan Material mempunyai ukuran minimal 50 m2.

4. Gudang Penyimpanan Material tidak boleh dibuat dari material


hasil bongkaran bangunan lama.

5. Lantai Gudang Penyimpanan Material minimal dari perkerasan


beton dengan campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang
rata dan diperhalus dengan acian beton.
6. Untuk tempat penyimpanan material semen lantainya harus dibuat
benar-benar terlindung dari rembesan air.

7. Jika Gudang Penyimpanan Material harus dibuat dalam bentuk


bangunan panggung maka lantai Gudang Penyimpanan Material
dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok
lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.

8. Dinding Gudang Penyimpanan Material minimal papan ukuran


2/20 cm dengan rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu
kelas II. Dinding dapat juga dibuat dari bahan multiplek tebal 6
mm.

9. Atap Gudang Penyimpanan Material dari bahan seng BJLS 0,20


mm.

10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah
disebutkan diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.

32
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

11. Posisi dan letak Gudang Penyimpanan Material ditentukan


bersama antara Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi.
Letak Gudang Penyimpanan Material tidak boleh berada terlalu
dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan.

12. Gudang Penyimpanan Material sebaiknya tidak diletakkan didalam


lokasi pekerjaan kecuali dalam keadaan memaksa dan sulit mencari
lokasi lain.

Pasal 6 : Barak Pekerja

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Barak


Pekerja untuk keperluan pekerja yang menginap dilokasi pekerjaan.

2. Pemamfaatan bangunan lama yang ada dilokasi pekerjaan untuk


keperluan Barak Kerja harus dengan persetujuan Konsultan
Supervisi dan Owner.

3. Barak Pekerja harus sanggup menampung semua pekerja yang


menginap dilokasi pekerjaan atau minimal berukuran 50 m2.

4. Pada Barak Pekerja harus disediakan juga dapur untuk keperluan


kosumsi sehari-hari para pekerja.

5. Barak Pekerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran


bangunan lama.

6. Lantai Barak Pekerja minimal dari perkerasan beton dengan


campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan
diperhalus dengan acian beton.
7. Jika Barak Pekerja harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung
maka lantai Gudang Penyimpanan Material dibuat dari papan
ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm
minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.
33
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

8. Dinding Barak Pekerja minimal papan ukuran 2/20 cm dengan


rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding
dapat juga dibuat dari bahan multiplek tebal 6 mm.

9. Atap Barak Pekerja dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah
disebutkan diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.

11. Posisi dan letak Barak Pekerja ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Supervisi.

12. Barak Pekerja tidak boleh diletakkan didalam lokasi pekerjaan.

Pasal 7 : Bengkel Kerja / Pabrikasi

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Bengkel


Kerja atau tempat Pabrikasi terutama untuk pekerjaan yang
berhubungan dengan kayu dan baja profil dan baja tulangan.

2. Pemamfaatan bangunan lama yang telah ada dilokasi pekerjaan


untuk keperluan Bengkel Kerja harus dengan persetujuan
Konsultan Supervisi dan Owner.

3. Ukuran minimal Bengkel Kerja pekerjaan untuk masing-masing


pekerjaan pabrikasi adalah 50 m2.

4. Bengkel Kerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran


bangunan lama.

5. Bangunan Bengkel Kerja dapat dibuat dari konstruksi kayu.

6. Atap Bengkel Kerja dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

34
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
7. Bengkel Kerja tidak boleh ditempatkan dalam lokasi pekerjaan
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 8 : Mushalla Dan Tempat Whuduk Lapangan

1. Kontraktor Pelaksana harus membuat Mushalla dan Tempat


Whuduk untuk keperluan Staf Kontraktor Pelaksana, Staf Konsultan
Supervisi, dan para pekerjan dan buruh.

2. Mushalla dan Tempat Whuduk mempunyai ukuran minimal 16 m2.


3. Mushalla dan Tempat Whuduk tidak boleh dibuat dari material
hasil bongkaran bangunan lama.

4. Mushalla harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung dengan


lantai papan ukuran 2,5/25 cm yang diperkuat dengan balok lantai
kayu ukuran 5/10 dengan jarak minimal 50 cm dari kayu kelas II.

5. Dinding Mushalla dari papan ukuran 2/20 cm dengan rangka


dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.

6. Lantai Mushalla dan Tempat Whuduk dari perkerasan beton


dengan campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata
dan diperhalus dengan acian beton.

7. Atap Mushalla dan Tempat Whuduk dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

8. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah


disebutkan diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.

9. Tempat Wudhuk harus dilengkapi dengan kran air minimal 3 unit


dan 1 unit saluran pembuangan air kotor.

10. Posisi dan letak Mushalla dan Tempat Whuduk ditentukan bersama
antara Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak

35
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
Kantor Lapangan tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan
posisi bangunan yang sedang dikerjakan.

Pasal 9 : Instalasi Air Bersih Dan Instalasi Listrik Sementara

1. Kontraktor Pelaksana atas biaya sendiri harus menyediakan


Instalasi air bersih dan Instalasi listrik sementara selama
berlangsungnya masa pelaksanaan pekerjaan untuk keperluan
operasional dan keperluan pekerjaan-pekerjaan konstruksi.

2. Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan Instalsi Listrik dan


Instalsi Air Bersih dan Sumber Air Bersih yang telah ada dilokasi
pekerjaan tanpa persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.

Pasal 10 : Perlengkapan Keamanan Kerja Dan P3K

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan perlengkapan keamanan


kerja untuk semua pekerja yang berada dalam lokasi pekerjaan dan
tamu yang berkunjung kelokasi pekerjaan.

2. Perlengkapan keamanan kerja dapat berupa alat-alat seperti


berikut ini :
1. Helm Pelindung Kepala;
2. Sepatu untuk melindungi kaki;
3. Pemadam Kebakaran; dan
4. Kotak P3K untuk pertolongan pertama pada kecelakaan kerja.
3. Jika terjadi kecelakaan kerja di lokasi pekerjaan yang berhubungan
dengan pelaksanaan pekerjaan maka Kontraktor Pelaksana
diwajibkan mengambil segala tindakan guna kepentingan si
korban.

4. Semua biaya yang diperlukan untuk perawatan dan pengobatan


korban kecelakaan dilokasi pekerjaan menjadi tanggungan
Kontraktor Pelaksana.

36
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

5. Yang dimaksud dengan korban dilokasi pekerjaan yang menjadi


tanggung jawab Kontraktor pelaksana adalah :
a. Personil atau semua tenaga kerja Kontraktor Pelaksana;
b. Personil Konsultan Supervisi.;
c. Owner dan para wakilnya;
d. Tamu yang berkunjung kelokasi pekerjaan; dan
e. Orang yang berada dalam lokasi pekerjaan dengan ijin dan
sepengetahuan Kontraktor Pelaksana.

Pasal 11 : Penjaga Keamanan Lokasi Pekerjaan

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus menyediakan


tempat/pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan beserta minimal 2
orang penjaga keamanan yang bekerja selama 24 jam.

2. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan bentuk dan


dimensinya ditentukan oleh Kontraktor Pelaksana.

3. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan tidak boleh


berada di dalam lokasi pekerjaan. Pos penjaga harus berada diluar
pagar pengaman lokasi pekerjaan.

BAB V
PEKERJAAN AWAL

Pasal 1 : Pembersihan Lapangan

37
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

1. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan lokasi pekerjaan dari


segala sesuatu yang dapat menggangu pelaksanaan pekerjaan
seperti bangunan lama, hasil bongkaran bangunan lama,
pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.

2. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengupasan terhadap


tanah humus setebal minimal 30 cm sebelum dilakukan pekerjaan
konstruksi terutama pekerjaan timbunan tanah.

3. Yang dimaksud dengan Muka Tanah Dasar pada Gambar Bestek


adalah muka tanah yang telah bersih dari pepohonan, semak
belukar, dan lapisan tanah humus atau muka tanah timbun yang
telah dipadatkan kecuali diitentukan lain dalam Gambar Bestek.

4. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengupasan tanah humus


tidak boleh dipakai sebagai material timbunan atau diolah kembali
untuk dipakai sebagai material bangunan.

5. Material yang dihasilkan dari bongkaran bangunan lama dan


pengupasan lapisan humus harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan
dan dibuang sejauh mungkin dari lokasi pekerjaan atau ketempat
yang tidak menggangu lingkungan hidup.

6. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengelupasan lapisan humus


tidak boleh berada dilokasi pekerjaan lebih dari 3 (tiga) hari.

Pasal 2 : Pembongkaran Konstruksi Bangunan Lama

1. Kontraktor Pelaksana harus membongkar Konstruksi Bangunan


Lama atau sisa bangunan lama sesuai dengan Gambar Bestek atau
Bill of Quantity seperti dinding , lantai, atap, plafond, perkerasan
lama dan pondasi yang ada didalam lokasi pekerjaan.
2. Sebelum melakukan pekerjaan pembongkaran Kontraktor
Pelaksana harus membuat permohonan tertulis kepada Konsultan

38
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
Manajemen Konstruksi dan diketahui Konsultan Supervisi serta
Owner.

3. Dalam melakukan pembongkran bangunan lama Kontraktor


Pelaksana harus menjamin untuk tidak merusak bangunan disekitar
lokasi pekerjaan dan bangunan-bangunan yang oleh Owner tidak
diijinkan untuk dibongkar.

4. Kerusakan-kerusakan bangunan lama dan bangunan disekitar


lokasi pekerjaan akibat aktifitas pembongkaran bangunan oleh
Kontraktor Pelaksana menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana apabila ada tuntutan ganti rugi oleh pemilik bangunan.
5. Hasil Bongkaran bangunan lama adalah milik Owner atau pemilik
bangunan. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh
terhadap keamanan, kehilangan dan pemamfaatan hasil bongkaran
bangunan lama oleh pihak-pihak ketiga tanpa seizin Owner atau
pemilik bangunan.

6. Hasil bongkaran bangunan lama tidak boleh dimamfaatkan


kembali oleh Kontraktor Pelaksana untuk material bangunan
didalam lokasi maupun diluar lokasi proyek tanpa seizin Konsultan
Supervisi dan Owner.

Pasal 3 : Penentuan Letak Bangunan ( Setting Out )

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan Seetting Out atau


pengukuran kembali akan kebenaran posisi bangunan yang akan
dibangun seperti yang telah ada dalam Lay Out bangunan pada
Gambar Bestek.

2. Pekerjaan Setting Out yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana


harus diketahui dan didampinggi oleh Konsultan Supervisi,
Konsultan Perencana, Owner dan Pemilik Bangunan.

39
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
3. Pekerjaan Setting Out tidak boleh dilakukan secara manual tetapi
harus menggunakan alat ukur seperti Theodolit dan Waterpas.

4. Hasil pekerjaan Setting Out harus menghasilkan satu ketetapan


bersama yang pasti akan elevasi tanah, elevasi bangunan, posisi
penempatan bangunan dan batas-batas lahan kerja. Ketetapan
akan elevasi dan posisi bangunan harus direalisasikan dilapangan
dengan memasang patok-patok sementara dari kayu ukuran 5/7
cm yang ditanam minimal 30 cm dalam tanah dan ujungnya
ditandai dengan cat minyak.

5. Hasil pekerjaan Seetting Out tidak boleh berbeda dengan Lay Out
bangunan yang ada dalam Gambar Bestek kecuali dengan alasan-
alasan kondisi lahan existing yang berubah dan alasan-alasan
teknis yang disetujui oleh Konsultan Perencana atau Konsultan
Supervisi.

7. Perubahan-perubahan posisi bangunan karena alasan keterbatasan


lahan atau berubahanya kondisi existing lahan harus disetujui oleh
Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner.

8. Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar hasil pekerjaan


Seeting Out dan disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan
Supervisi dan Owner.

Pasal 4 : Pagar Pelindungan Lokasi Pekerjaan

1. Kontraktor Pelaksana harus melindungi lokasi pekerjaan selama


berlangsungnya pekerjaan konstruksi dari ganguan luar.

2. Bentuk perlindungan tersebut dapat berupa Pagar Seng BJLS 0,20


mm dengan rangka kayu setinggi 2 meter dari muka tanah dan
dicat dengan rapi.

40
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
3. Pagar Pelindung lokasi pekerjaan harus segera dibuat setelah hasil
pekerjaan Setting Out disetujui oleh Konsultan Supervisi, Konsultan
Perencana dan Owner.

Pasal 5 : Pemasangan Bouwplank

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemasangan Bouwplank


sebagai acuan tetap pada semua bangunan yang akan dikerjakan
termasuk septictank dan Ground Resevoir.

2. Jarak pemasangan bouwplank dari struktur terluar bangunan yang


akan dibangun minimal 1 m dan maksimal 2 m.

3. Bouwplank dibuat dari tiang-tiang kayu ukuran 5/7 cm yang


ditanam dalam tanah minimal 40 cm dan dengan jarak maksimal
setiap tiang adalah 2 meter. Untuk keperluan acuan elevasi dipakai
papan kayu 2,5/25 cm atau kayu ukuran 2,5/7 cm yang dipaku
pada tiang-tiang kayu 5/7 cm.

4. Bouwplank harus mempunyai posisi dan elevasi yang tetap


terhadap bangunan yang akan dibangun dan tidak boleh berubah
posisi dan elevasinya sebelum struktur bangunan yang paling
rendah seperti pondasi dan sloof selesai dikerjakan.

5. Posisi penempatan bouwplank harus sesuai dengan hasil pekerjaan


Seeting Out.

6. Hasil pekerjaan pemasangan bouwplank harus disetujui oleh


Konsultan Supervisi.

Pasal 6 : Pembersihan Akhir

1. Pada saat penyelesaian pekerjaan, tempat kerja harus ditinggal


dalam keadaan bersih dan siap untuk dipakai Pemilik.

41
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
2. Kontraktor Pelaksana juga harus mengembalikan bagian-bagian
dari tempat kerja yang tidak diperuntukan dalam Dokumen
Kontrak kr kondisi semula.

BAB VI
ISU–ISU LINGKUNGAN

Pasal 1 : Sanitasi

1. Kontraktor Pelaksana Wajib menyediakan toilet sementara untuk


para pekerjanya di lapangan.

2. Kontraktor Pelaksana bertangung jawab terhadap pengosongan


dan pembersihan toilet dan lumpurnya yang diindetifikasikan dan
diusulkan oleh Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota/Kabupaten.
3. Kontraktor Pelaksana harus membongkar toilet sementara tersebut
setelah proses pembangunan dan konstruksi selesai dan
membersihkan lahannya sesuai kebutuhan.

Pasal 2 : Limbah Cair

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan lokasi yang aman untuk


menyimpan limbah padat (solid waste).

2. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan lokasi kerja dan


sekitarnya dari bahan buangan yang ditinggalkan selama proses
konstruksi, termasuk membersihkan kertas plastic, kertas bekas
semen, plastic pengikat dan kayu bekas pelindung barang, minimal
sekali dalam 2 minggu dan sebelum serah terima ke pemilik rumah
ke lokasi pembuangan resmi yang terdekat.

3. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan lokasi kerja dan


sekitarnya dari bahan buangan lain yang ditinggalkan oleh staf
Kontraktor selama proses konstruksi.

42
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

4. Kontraktor Pelaksana harus bertangung jawab dalam mengatur


pengangkutan dan buangan akhir dari limbah padat tidak beracun
pada tempat pembuangan akhir yang sudah ditunjuk oleh
pemerintah kota/kabupaten.

5. Kontraktor Pelaksana harus bertanggung jawab untuk menyimpan


limbah berbahaya pada tempat yang aman, pada lokasi kerja.

6. Kontraktor Pelaksana harus bertanggung jawab terhadap


pembuangan akhir limbah berbahaya, terutama berhubungan
dengan pemerintah kota/kabupaten, Dinas Kebersihan dan
Pertamanan.

7. Kontraktor Pelaksana harus bertanggung jawab atas pemisahan


benda-benda tak berguna dari lokasi kerja, setelah pekerjaan
selesai.

Pasal 3 : Air Bersih

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan kebutuhan air bersih


untuk proses konstruksi.

2. Kontraktor Pelaksana harus menjamin bahwa penyedian air untuk


kebutuhan sanitasi tersedia dalam jumlah yang mencukupi dalam
gedung kerja.

3. Kontraktor Pelaksana harus bertangung jawab untuk menjamin


bahwa aliran air dari lokasi pekerjaan konstruksi tidak mencemari
lingkungan sekitar.

Pasal 4 : Polusi Udara

43
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan langkah pengukuran yang


memadai, seperti penyemprotan air ke lokasi kerja dan jalan,
minimasi pencemaran dari debu.

2. Kontraktor Pelaksana harus menjamin bahwa kenderaan dan


peralatan proyek dipelihara dengan baik, mengikuti standard emisi.

Pasal 5 : Polusi Suara

1. Kontraktor Pelaksana harus mengatur jam kerja sehingga


kemungkinan bising yang ditimbulkan tidak menggangu
masyarakat setempat, antara jam 5 sore s/d 8 pagi.

2. Kontraktor Pelaksana harus melakukan koordinasi dengan Geuchik


setempat bilamana ada perubahan waktu kerja.

BAB VII
PEKERJAAN QUALITY KONTROL

Pasal 1 : Ruang Lingkup

1. Pekerjaan Quality Kontrol atau Pemeriksaan Kualitas meliputi


semua percobaan-percobaan dan pengujian-pengujian terhadap
material bangunan serta pemeriksaan-pemeriksaan terhadap hasil
kerja Kontraktor Pelaksana.

2. Yang dimaksud dengan Pekerjaan Quality Kontrol atau


Pemeriksaan Kualitas dalam Proyek ini adalah beberapa hal yang
telah ditentukan dalam Bill Of Quantity dan harus dilakukan oleh
Kontraktor Pelaksana atau seperti yang disebutkan dibawah ini :

2.1 Pemeriksaan Beton & Beton Bertulang


a. Pemeriksaan Kualitas Material Beton Diantaranya :

44
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
- Pemeriksaan Kualitas Aggregat Halus & Kasar
- Pemeriksaan Kualitas Batu Pecah / Split
- Pemeriksaan Kuat Tarik Baja Tulangan Semua Diameter
- Pemeriksaan Kualitas Air
- Pemeriksaan Standar Lainnya Sesuai Peraturan Beton
Indonesia (PBI) atau Peraturan Beton Lain Yang Berlaku Di
Indonesia

b. Pemeriksaan Kualitas Campuran Beton Diantaranya :


- Uji Job Mix Disain Dilaboratorium Beton Untuk Beton Mutu
K-250 dan K-300
- Uji Job Mix Formula dilokasi Pekerjaan Untuk Beton Mutu
K-250 dan K-300
- Pemeriksaan Kekentalan Campuran Metode Slump Test
Dilokasi Pekerjaa
- Pemeriksaan Standar Lainnya Sesuai Peraturan Beton
Indonesia (PBI) atau Peraturan Beton Lain Yang Berlaku Di
Indonesia

c. Pemeriksaan Hasil Pekerjaan Beton Diantaranya :


- Uji Tekan Benda Uji Beton Untuk Beton K-250 dan K-300
- Pengujian Standar Lainnya Sesuai Peraturan Beton
Indonesia (PBI) atau Peraturan Beton Lain Yang Berlaku Di
Indonesia
2.1 Pemeriksaan Kuat Tekan Batu Bata
2.2 Pemeriksaan Kualitas Material Timbunan Diantaranya :
- Pemeriksaan CBR Laboratorium
- Pemeriksaan CBR Lapangan

2.3 Pemeriksaan Kuat Tekan Material Paving Block


2.4 Pemeriksaan Kualitas Perkerasan Aspal Diantaranya :
- Pemeriksaan Agregat Kelas A CBR 80%
- Pemeriksaan Agregat Kelas B CBR 35%

45
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
2.5 Pemeriksaan Dan Pengujian Kuat Tarik Material Kayu Kelas I
Dan Kayu Kelas II
2.6 Pemeriksaan Dan Pengujian Material Serta Hasil Pekerjaan
Electrikal

2.7 Pemeriksaan Dan Pengujian Material Serta Hasil Pekerjaan


Mekanikal

2.8 Pemeriksaan Pemeriksaan Lain Terhadap Material Dan Hasil


Pekerjaan Yang Diminta Oleh Konsultan Supervisi, Konsultan
Manajemen Konstruksi, Konsultan Perencana Dan Owner

3 Semua material bangunan harus diperiksa dan dibuktikan


kualitasnya dengan biaya sendiri oleh Kontarktor Pelaksana dengan
cara-cara yang disetujui oleh Konsultan Supervisi.

4 Semua material atau barang jadi yang diproduksi oleh pabrik,


Kontraktor Pelaksana harus memberikan/menyerahkan Garansi
Resmi Pabrik dimana jangka waktu/masa garansi ditentukan oleh
pabrik.

5. Semua pekerjaan Quality Kontrol yang dilakukan oleh Kontraktor


Pelaksana harus diketahui, dihadiri dan disetujui oleh Konsultan
Supervisi, Konsultan Perencana serta Owner.

6. Komponen-Komponen bangunan/struktur yang gagal dalam


pemeriksaan kualitas bedasarkan laporan Laboratorium dan
Konsultan Supervisi, maka komponen-komponen
bangunan/struktur tersebut dengan biaya sendiri harus dibongkar
oleh Kontraktor Pelaksana dan digantikan dengan yang baru.

Pasal 2 : Biaya Quality Kontrol

1. Semua biaya yang harus dikeluarkan untuk pekerjaan Quality


Kontrol seperti yang disebutkan dalam Pasal 1 adalah menjadi

46
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
tanggungan dan dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana
walaupun tidak disebutkan dalam Bill of Quantity.
2. Biaya Penginapan, Transportasi dan Kosumsi Konsultan Supervisi,
Konsultan Perencana dan Owner yang turut hadir dalam Pekerjaan
Quality Kontrol menjadi tanggungan dan dibebankan kepada
Kontraktor Pelaksana.

BAB VIII
KETENTUAN TAMBAHAN

Pasal 1 : Semua hal yang tidak ditentukan dalam Spesifikasi Teknis akan
ditentukan kemudian oleh Konsultan Perencana bersama Konsultan
Manajemen Konstruksi dalam masa pelaksanaan konstruksi dengan
persetujuan Owner dan menjadi suatu ketentuan yang mengikat serta
harus dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana. Hal-hal yang
ditentukan kemudian tersebut harus tetap didasarkan pada Kontrak
Kerja.

Pasal 2 : Jika ada item-item pekerjaan dimana tidak ada penjelasan dalam
Gambar Bestek, Bill of Quantity dan Spesifikasi Teknis maka
penjelasan teknis terhadap item pekerjaan tersebut adalah
berdasarkan keputusan Konsultan Manajemen Konstruksi dengan
persetujuan Konsultan Perencana dan Owner.

Pasal 3 : Item – Item pekerjaan pada bangunan yang berbeda tetapi item
pekerjaannya sama dan konstruksinya sama dan tidak lagi dijelaskan
khusus dalam Spesifikasi Teknis tersendiri maka Spesifikasi Teknis
yang berlaku pada item pekerjaan tersebut adalah Spesifikasi Teknis
pada bangunan yang sama dengannya dimana penjelasan secara
khususnya diberikan oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 4 : Spesifikasi Teknis Arsitektur, Spesifikasi Teknis Struktur, Spesifikasi


Teknis Mekanikal & Spesifikasi Teknis Electrikal ini tidak hanya berlaku
pada Bangunan Gedung Utama saja, melainkan juga berlaku pada

47
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
semua Bangunan Lain yang disebutkan dalam Bill of Quantity, Gambar
Bestek dan Kontrak Kerja Proyek ini.

Pasal 6 : Jika tidak ditentukan lain dalam Kontrak Kerja Penggantian Material
dan Komponen Bangunan dari yang telah disyaratkan dalam Bill of
Quantity, Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis harus melalui
Perhitungkan Pengurangan Biaya Pelaksanaan ( Kontrak Addendum ).

Pasal 7 : Maksud dan tujuan setiap aturan dalam Spesifikasi Teknis adalah
menurut penjelasan Konsultan Supervisi, Konsultan Manajemen
Konstruksi dengan persetujuan Konsultan Perencana dan Owner.

Pasal 8 : Aturan Tambahan ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
Spesifikasi Teknis secara keseluruhan, berlaku dan mengikat untuk
semua Spesifikasi Teknis yang ada dalam Proyek ini.

SPESIFIKASI TEKNIK

BAB I
PEKERJAAN TANAH DAN PASIR

Pasal 1 : Tanah Timbun

1. Sebelum dilakukan pekerjaan timbunan tanah atau perbaikan


tanah Kontraktor Pelaksana harus memastikan pekerjaan galian
tanah pondasi telah selesai 100% dan disetujui oleh Konsultan
Supervisi.

48
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

2. Material timbunan adalah tanah gunung yang gembur tidak


berbungkah-bungkah, bukan tanah liat, bukan tanah sawah, bukan
hasil bongkaran bangunan lama, bukan pasir laut, bukan pasir urug
dan bukan pasir beton.

3. Material timbunan adalah tanah yang mudah dipadatkan.

4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Request Material


timbunan tanah kepada Konsultan Supervisi sebelum material
tersebut didatangkan ke lokasi pekerjaan.

5. Material timbunan yang akan dipakai harus melalui proses


pemeriksaan dan penelitian di Laboratorium Mekanika Tanah.

6. Tanah timbun harus mempunyai sifat-sifat fisik dan daya dukung


yang minimal sama atau lebih baik dari lapisan tanah dibawahnya
setelah dipadatkan.

7. Tanah timbun sekurang-kuranganya harus mempunyai angka CBR


Laboratorium minimal 10% dan angka CBR setelah pemadatan
minimal 10%.

8. Material timbunan tanah harus dipadatkan lapisan demi lapisan


dengan Alat Stamper. Tebal minimal tiap lapisan adalah 30 cm.

9. Hasil pemadatan tanah harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

10. Tidak dibenarkan mengerjakan pekerjaan lain diatas permukaan


tanah timbunan sebelum pekerjaan timbunan dan pemadatan
tanah selesai 100% serta disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 2 : Pasir Urug

49
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
1. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan bawah lantai
bangunan, pasir alas pondasi dan alas pekerjaan lantai kerja beton
Pondasi Tapak.

2. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural


dan beton non struktural.
3. Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.

4. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.

5. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10 % dari berat


keringnya.

6. Pasir urug harus dipadatkan dengan alat pemadat Stemper hingga


mencapai kepadatan yang disetujui oleh Konsultan Supervisi atau
jenuh air sebelum dilakukan pekerjaan lain diatasnya.

7. Hasil pemadatan tanah harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 3 : Galian Tanah Pondasi

1. Pekerjaan Galian harus dimulai dari elevasi paling atas atau elevasi
akhir dari timbunan tanah yang telah disetujui oleh Konsultan
Supervisi.

2. Posisi galian pondasi harus tepat benar dengan posisi perletakan


bangunan menurut hasil Setting Out atau Lay Out daerah galian
pondasi yang ada dalam Gambar Bestek.

3. Bentuk galian dan kedalaman galian pondasi sesuai dengan


Gambar Bestek.

4. Pengalian pondasi dilakukan secara manual oleh para pekerja.

50
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
5. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari
kedalaman yang diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut
harus diurug kembali dengan biaya sendiri dari Kontraktor
Pelaksana.

6. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali


dengan alat pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup
menurut Konsultan Supervisi.

7. Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau


puing-puing bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus
diangkat serta diurug kembali dengan pasir urug hingga mencapai
elevasi kedalaman yang diperlukan.

8. Hasil galian pondasi yang akan dipakai kembali untuk urugan


pondasi harus ditempatkan dengan jarak tertentu sehingga tidak
masuk kembali kedalam lubang galian dan tidak menggangu
pekerjaan konstruksi pondasi.

9. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak


berubah sebelum pekerjaan konstruksi pondasi plat lantai selesai
dikerjakan.

10. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah


sementara jika tanah disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan
mudah runtuh sehingga membahayakan pekerjaan pengalian.

11. Hasil pekerjaan galian pondasi harus disetujui oleh Konsultan


Supervisi.

Pasal 4 : Urugan Galian Pondasi

1. Urugan galian pondasi dikerjakan setelah pekerjaan konstruksi


pondasi selesai dikerjakan 100%.

51
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
2. Untuk urugan pondasi dapat digunakan tanah hasil galian pondasi
atau material lain yang disetujui oleh Konsultan supervisi.

3. Jika untuk urugan pondasi dipakai tanah lain dan bukan tanah hasil
galian pondasi maka tanah tersebut harus melalui proses
pemeriksaan di Laboratorium Tanah sebelum dipakai sebagai
material urugan pondasi dan hal ini harus diketahui serta disetujui
oleh Konsultan Supervisi. Semua biaya yang dikeluarkan untuk
pengadaan material tanah dan proses pemeriksaan di
Laboratorium Tanah dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.

4. Tanah Humus atau tanah hasil pembersihan lapangan setebal 30


cm dari muka tanah dasar tidak boleh digunakan sebagai urugan
pondasi.

5. Tanah urugan pondasi harus dipadatkan dengan alat pemadat


Stemper atau alat lain yang disetujui oleh Konsultan supervisi.

6. Pemadatan dilakukan lapis berlapis dengan ketebalan minimal


setiap lapisanya adalah 30 cm.

7. Hasil pekerjaan urugan pondasi harus disetujui oleh Konsultan


Supervisi.

BAB II
PEKERJAAN PONDASI

Pasal 1 : Pasir Pasang / Pasir Halus

1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus


dan tidak lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak
digunakan.

52
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan
Pasangan Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik,
dan Plasteran Dinding.

3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari


berat kering, apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur
lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum
dipergunakan.

4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan


keras.

5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas


matahari

6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan
bukan Pasir yang berasal dari laut.

Pasal 2 : Pondasi Batu Gunung / Batu Kali

1. Batu Gunung/Batu Kali yang dipergunakan harus berkualitas baik


dari jenis yang keras, tidak berlubang.

2. Batu Gunung/Batu Kali harus bersih dan tidak boleh mengadung


atau menempel tanah dan lumut pada permukaannya.

3. Tidak dibenarkan mengunakan batu karang sebagai pasangan batu


kosong, pasangan pondasi dan pasangan dinding saluran air kotor.

4. Untuk keperluan pondasi ukuran maksimal batu gunung/batu kali


adalah 25 cm.

5. Untuk keperluan pasangan Aanstamping/Batu Kosong ukuran


maksimal batu gunung/batu kali adalah 10 cm.

53
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

6. Untuk keperluan pasangan dinding saluran air kotor ukuran


maksimal Batu Gunung/Batu kali adalah 10 cm.

7. Penggunaan material lain selain batu gunung untuk keperluan


pondasi, pasangan batu kosong dan saluran air kotor harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.

8. Pondasi batu gunung dipasang dengan cara diprofilkan sesuai


Gambar Bestek dengan perekat spesi campuran 1 pc : 4 Ps.

9. pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

10. Pasangan Pondasi dilakukan lapis demi lapis, Antara batu dengan
batu harus diberi spesi (antara batu dengan batu tidak boleh
bersentuhan langsung tanpa spesi), dan rongga-rongga diisi
dengan batu yang sesuai dengan besarnya serta spesi secukupnya.

11. Permukaan bagian atas Pondasi Batu Kali/Batu Gunung harus rata
(Water Pass), diberi spesi dan dikasarkan (digaris-garis silang). Pada
tempat-tempat yang akan dipasang kolom praktis harus diberi
stick besi beton.

Pasal 3 : Lantai Kerja

1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang


berhubungan langsung dengan tanah harus dikerjakan diatas lantai
kerja.

8. Lantai kerja dibuat dari beton dengan mutu K-125 atau sesuai
Gambar Bestek.

9. Tebal lantai kerja minimal 7 cm atau sesuai Gambar Bestek.


4. Pekerjaan pengecoran lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam
kondisi tergenang air.

54
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

5. Hasil pekerjaan lantai kerja harus disetujui oleh Konsultan


Supervisi.

Pasal 4 : Pondasi Tapak

1. Sebelum pekerjaan pondasi tapak dilakukan Kontraktor Pelaksana


harus memastikan dan disetujui oleh Konsultan Supervisi bawah
pekerjaan galian tanah sudah selesai 100%.

2. Pondasi Tapak dibuat dari mutu beton K-250.

3. Dimensi dan ukuran pondasi tapak adalah sesuai dengan Gambar


Bestek.

4. Kedalaman galian pondasi tapak dihitung dari elevasi akhir muka


tanah timbun atau sesuai Gambar Bestek.

5. Pekerjaan pengecoran plat pondasi dengan alasan apapun tidak


boleh dilakukan dalam kondisi galian pondasi tergenang air.

6. Elevasi lantai kerja K-125 harus sama untuk semua luas


penempatan tapak pondasi.

7. Tidak boleh ada perbedaan elevasi lantai kerja mutu K-125 untuk
dudukan tapak pondasi yang melebihi 1 cm.

8. Hasil pekerjaan pengecoran tapak pondasi harus disetujui oleh


Konsultan Supervisi.

BAB III
PEKERJAAN BETON

55
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

Pasal 1 : Pasir Beton

1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.

1. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,


apabila lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum
dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan


dengan penelitian di Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas


matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai
untuk campuran material beton.

6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal


pasir beton adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor
100.

7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang
dapat merusak beton.

8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui


proses penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton


dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada
Spesifikasi Teknis ini.

Pasal 2 : Kerikil Beton

1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat


kekal.

56
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering,


apabila lebih dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum
dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan


dengan penelitian di Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas


matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai


untuk campuran material beton.

6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal


adalah 6 mm.

7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak
beton.

8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui


proses penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan-pekerjaan beton Non


Struktural ( K-125 & K-175 ) atau beton dengan mutu dibawah K-
250.

10.Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton


dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada
Spesifikasi Teknis ini.

Pasal 3 : Batu Pecah

1. Batu pecah adalah hasil produksi mesin pemecah batu (Stone


Cruser) dan bukan hasil pekerjaan manual (manusia).

57
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

2. Batu pecah berasal dari batuan kali.

3. Terdiri dari butiran yang keras dan bersifat kekal.


4. Tingkat ketahanan terhadap keausan butiran minimal 95%.

5. Jumlah butiran Lonjong dan Pipih minimal 5%.

6. Tidak boleh mengandung lumpur dan zat-zat yang dapat


merusak beton seperti zat alkali.

7. Ukuran butiran terkecil minimal 1 cm dan ukuran butiran terbesar


maksimal 3 cm.

8. Butiran batu pecah dalam setiap meter kubiknya tidak boleh


seragam tetapi merupakan campuran antara butiran 1 cm sampai
butiran 3 cm.

9. Batu pecah yang akan dipakai untuk material campuran beton


harus melalui proses pemeriksaan di Laboratorium beton.

10. Batu pecah hanya dan harus dipakai pada campuran beton
struktural atau beton dengan mutu K-250 sampai mutu K-300.

Pasal 4 : Semen Portland

1. Terdaftar dalam merk dagang.

2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua


pekerjaan beton structural maupun beton non struktural.

3. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.

4. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.

58
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

5. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah


Semen Portland Type I.

6. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia


untuk bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Pasal 5 : Air

1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak
berasa.

2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam dan zat organic


yang dapat merusak beton.

3. Air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang
didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat
persetujuan Konsultan Supervisi sebelum digunakan.

Pasal 6 : Zat Additive

1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan


yang berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau
Workability harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui


proses penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan
biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat
yang berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan
dipakai.

59
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive
yang dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

Pasal 7 : Tulangan Beton

1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan


ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.

3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm


adalah baja polos.

4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja


minimal 4000 kg/cm2 atau 400 MPa.

5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus


dibuktikan dengan percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton
minimal untuk 3 benda uji.

6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai


dengan yang dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.

7. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan


lagi dalam arah yang berlawanan.

8. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung


dari hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air
hujan.

9. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk


bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

60
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
10. Baja tulangan harus mempunyai tanda standard SII dengan ukuran
sesuai dengan dokumen lelang.

11. Kontraktor harus memberikan copy sertifikat dan pabrik mengenai


kekuatan dan ukuran baja tulangan.
12. Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka
disamping adanya sertifikat dari pabrik, juga harus ada/dimintakan
sertifikat dari laboratorium baik pada saat pemesanan maupun
secara periodik minimum masing-mosing 2 (dua) contoh
percobaan (stress strain) dan pelengkung untuk setiap 20 ton besi.
Pengetesan dilakukon pada laboratorium-laboratorium yang
disetujui oleh direksi teknik.

13. Sebelum baja tulangan dipasang, Kontraktor harus menunjukan


hasil-hasil pengujian yang memperlihatkan mutu baja tulangan
tersebut sesuai dengan Gambar Rencana kepada Direksi Teknik
untuk mendapat persetujuan terlebih dahulu.

14. Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah


sesuai dengan apa yang tertera pada (Gambar Rencana).

15. Semua baja tulangan yang didesain sebagai tulangan praktis dan
tidak termasuk pada gambar rencana tetapi diperlukan/dibutuhkan
untuk memlengkapi pekerjaan harus diadakan pelaksanaannya.

16. Pemasangan dan pengikatan dari baja yang tertanam dalam beton
dilakukan pada keadaan normal, tidak diselesaikan pada saat
pengecoran berlangsung. Pada tulangan harus ditempatkan pada
posisinya seakurat mungkin sesuai dengan Gambar Rencana dan
diikat kuat agar tidak bergeser saat pengecoran.

17. Kontraktor harus membuat detail shop drawing dengan skala,


untuk disetujui oleh Direksi Teknik dalam pelaksanaanya.

61
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
18. Semua baja pada pekerjaan ini permukaannya harus bersih dari
larutan-larutan, bahan-bahan atau material yang dapat memberi
akibat pengurangan lekatan antara beton dan baja.

19. Semua baja tulangan harus dipasang sesuai dengan panjang


maksimumnya. Tidak diperbolehkan adanya sambungan splice
pada baja tulangan, kecuali tertera pada Gambar Rencana atau
disetujui dari Direksi Teknik.

20. Jarak antara dua buah sambungan spilce harus dibuat sejauh
mungkin, dengan jarak minimum sejauh 40 kali diameter baja
tulangan yang disambungkan.

21. Panjang penyaluran baja tulangan pada sambungan splice, kecuali


tertera pada Gambar Rencana, harus dipasang sepanjang minimum
seperti tertera pada sandard.

22. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Kontraktor atau


pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu
penyempurnaan pembesian yang ada.

23. Kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi


pembesian yang tertera dalam gambar.
24. Secepatnyn hal ini diberitahukan pada perencana konstruksi untuk
sekedar informasi.
a. Jika hal tersebut di atas akan dimintakan oleh kontraktor
sebagai pekerjaan lebih, maka penambahan tersebut hanya
dapat dilakukan setelah ada persetujuan Direksi dan Perencana
konstruksi.
b. Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka
perubahan tersebut hanya dapat dijalankan dengan
persetujuan tertulis dari Perencana Konstruksi.
c. Mengajukan usul dalam rangka tersebut di atas adalah
merupakan juga keharusan dari Kontraktor.

62
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
25. Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang
sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat
dilakukan penukaran diameter besi dengan diameter yang terdekat
dengan catatan
a. Harus ada persetujuan dari Direksi.
b. Jumah besi persatuan panjang atau jumlah besi di tempat
tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar
(dalam hal ini yang dimaksudkan adalah jumlah luas).
c. Penggantian tersebut tidak boeh mengakibatkan keruwetan
pembesian ditempat tersebut atau di daerah overlapping yang
dapat menyulitkan pembetonan atau penyampaian penggetar

Pasal 8 : Selimut Beton

1. Kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dalam Bill of


Quantiti dan Gambar Bestek maka aturan ketebalan selimut beton
adalah seperti berikut ini :

Beton yang Tidak Beton yang


Komponen Langsung Berhubungan
Struktur Berhubungan Dengan Dengan Tanah Atau
Tanah Atau Cuaca Cuaca

Lantai ØD 36 Dan Lebih Kecil ØD 16 Dan Lebih


: 20 mm Kecil : 40 mm

Lantai > ØD 36 > ØD 36


: 40 mm : 50

Dinding ØD 36 Dan Lebih Kecil ØD 16 Dan Lebih


: 20 mm Kecil : 40 mm

63
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

Dinding > ØD 36 > ØD 36


: 40 mm : 50

Balok Seluruh Diameter ØD 16 Dan Lebih


: 40 mm Kecil : 40 mm

Balok > ØD 16
: 50 mm

Kolom Seluruh Diameter ØD 16 Dan Lebih


: 40 mm Kecil : 40 mm

Kolom > ØD 16
: 50 mm

2. Untuk konstruksi beton yang dituangkan langsung pada tanah dan


selalu berhubungan dengan tanah berlaku suatu tebal penutup
beton minimal yang umum sebesar 70 mm.

Pasal 9 : Rancangan Campuran Beton (Job Mix Disain)

1. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton struktural


dengan mutu K-250 sampai mutu K-300 Kontraktor Pelaksana
harus membuat Rancangan Campuran Beton (Job Mix Disain).

2. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan


Karakteristik yang diperoleh dari pengujian benda uji kubus umur
28 hari minimal 20 benda uji.

64
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

3. Mutu beton untuk masing-masing komponen struktur adalah


seperti yang dijelaskan dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity.

4. Job Mix Disain adalah hasil pekerjaan ahli beton pada


Laboratorium Beton yang diakui oleh Pemerintah.

5. Material Pasir dan Batu Pecah yang dipakai untuk Job Mix Disain
haruslah material yang akan dipakai nantinya pada pelaksanaan
dilapangan dan material tersebut tersedia dalam jumlah yang
cukup dilokasi pekerjaan sampai volume pekerjaan beton selesai
dikerjakan.
6. Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan
Job Mix Disain pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton tidak
dibenarkan.

7. Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan


Job Mix Disain pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton
mengharuskan Kontraktor Pelaksana untuk membuat Job Mix
Disain baru.

8. Laporan Job Mix Disain untuk masing-masing mutu beton minimal


harus mencantumkan :
1. Laporan hasil penelitian Pasir Beton;
2. Laporan hasil penelitian Batu Pecah;
3. Komposisi Pasir Beton;
4. Komposisi Batu Pecah;.
5. Komposisi Air Beton;
6. Komposisi Zat Additive jika digunakan;
7. Nilai Slump Rencana; dan
8. Nilai Faktor Air semen.

9. Job Mix Disain yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus


disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum dilaksanakan.

65
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
10. Semua aturan yang disyaratkan dalam Job Mix Disain dan telah
disetujui oleh Konsultan Supervisi harus diikuti dan dilaksanakan
oleh Kontraktor Pelaksana.

Pasal 10 : Rencana Campuran Lapangan (Job Mix Formula)

1. Berdasarkan Job Mix Disain yang telah disetujui oleh Konsultan


Supervisi, Kontraktor Pelaksana harus membuat Rencana
Campuran Lapangan (Job Mix Formula) beton struktural dengan
mutu K-250 sampai mutu K-300.

2. Job Mix Formula tidak boleh berbeda dengan Job Mix Disain
terutama dari segi komposisi material beton.

3. Hasil perhitungan Job Mix Formula harus disetujui oleh Konsultan


Supervisi.

4. Kontraktor Pelaksana harus membuat media standar berupa bak-


bak dari kayu atau timba-timba plastik yang dipakai untuk
mentakar komposisi material berdasarkan perhitungan Job Mix
Formula.

11. Pentakaran komposisi material campuran beton dengan bak-bak


standar dilokasi pekerjaan tidak boleh mengurangi dan berbeda
dengan komposisi material beton yang ada dalam Job Mix Disain.

12. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengujian hasil


perhitungan Job Mix Formula dengan media benda uji kubus beton
ukuran 20x20x20 cm minimal 10 benda uji.

13. Hasil pengujian Job Mix Formula di Laboratorium Beton yang


menghasilkan mutu beton yang tidak sesuai dengan mutu beton
pada Job Mix Disain mengharuskan Kontraktor Pelaksana
melakukan perhitungan ulang akan Job Mix formula atau merubah
Job Mix Disain.

66
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

14. Tidak tercapainya mutu beton seperti yang diinginkan karena


kesalahan dalam perhitungan Job Mix Formula sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

Pasal 11 : Perakitan Tulangan

1. Perakitan tulangan balok dan kolom dapat dilakukan di bengkel


kerja oleh Kontraktor Pelaksana atau langsung pada lokasi
konstruksi.

2. Khusus untuk Pondasi Plat Lantai Beton perakitan tulangan harus


dilakukan langsung lokasi konstruksi atau Bekisting.

3. Dimensi, model, bengkokan, jarak dan panjang penyaluran


tulangan harus sesuai dengan Gambar Bestek dan Shop Drawing,
standar Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
4. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan Shop Drawing dan daftar
bengkokan, dimensi, model, dan panjang penyaluran tulangan
pada bengkel kerja untuk menghidari kesalahan dalam pekerjaan
perakitan tulangan.

5. Tulangan balok dan kolom yang telah selesai dirakit jika tidak
langsung dipasang harus diletakan ditempat yang terlindungi dari
hujan dan tidak boleh besentuhan langsung dengan tanah.

6. Untuk tulangan plat lantai dan plat dack dirakit langsung diatas
bekisting yang telebih dahulu telah selesai dikerjakan.

7. Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik
oleh sengkang dengan alat ikat kawat beton.

8. Jaring tulangan plat harus terikat dengan baik satu dengan yang
lain dengan alat ikat kawat beton.

67
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
9. Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari
3 hari dalam bekisting.

Pasal 12 : Sambungan Antar Tulangan

1. Sambungan antar tulangan, penjangkaran tulangan dan panjang


penyaluran tulangan pada kondisi pembeban lentur, beban tarik,
beban tekan, jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka
harus sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.

2. Sambungan antara tulangan harus sesuai dengan detail prinsip


penyambungan yang diberikan dalam Gambar Bestek.

3. Titik-titik sambungan tulangan lewatan pada plat lantai tidak boleh


dibuat pada posisi satu garis lurus. Sambungan harus dibuat
selang-seling atau zig-zag antara batang yang disambung dengan
batang yang tidak disambung.

4. Panjang sambungan lewatan jika tidak ditentukan lain dalam


Gambar Bestek, Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-
1991-03 harus diambil minimal 40 kali diameter batang yang
disambung.
5. Sambungan-sambungan harus dibuat antara sesama tulangan
utama. Tidak dibenarkan dengan alasan apapun menggunakan
tulangan extra (tulangan tambahan) untuk menyambung tulangan
utama dengan tulangan utama lain kecuali ditentukan lain dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.

6. Penjangkaran tulangan atau kait-kait pada posisi pemutusan


tulangan jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka
harus sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.

68
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
7. Sambungan-sambungan pada kondisi pembeban tarik dan lentur
pada komponen balok, plat lantai dan plat dack ujung-ujung
sambungan harus dibuat kait (hook) kecuali ditentukan lain dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.

8. Sambungan tulangan kolom harus dilakukan pada posisi


permukaan sloof dan plat lantai atau pada posisi tengah bentang
kolom. Penyambungan pada posisi selain pada posisi tersebut
dengan alasan apapun tidak dibenarkan.

Pasal 13 : Support Dan Beton Dacking

a. Support

1. Untuk keperluan dan menjaga dan mempertahankan jarak


selimut beton sesuai dengan disyaratkan maka pada setiap 1 m2
luas plat lantai dan plat dack harus diberikan support/dukungan
dari besi tulangan ulir dengan diameter lebih besar dari
diameter tulangan plat lantai atau 13 mm.

2. Jumlah support/dukungan dalam 1 m2 luas plat lantai, plat dack


dan plat pondasi adalah minimal 5 buah.

3. Bentuk support/dukungan harus sesuai dengan Gambar Bestek


atau Shop Drawing yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi.

4. Bentuk support/dukungan harus sedemikian rupa sehingga


dapat mempertahankan jarak vertikal antara lapis tulangan
ketika dibebani oleh beban pekerja perakitan tulangan atau
pekerja pengecoran.

b. Beton Dacking

1. Untuk menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton agar


sesuai dengan yang disyaratkan maka pada permukaan besi

69
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
tulangan balok dan kolom harus diberi penyangga dari beton
atau Beton Tahu sehingga mempunyai jarak yang tetap dengan
bekisting.

2. Ketebalan beton tahu harus disesuaikan dengan jarak atau


ketebalan selimut beton pada masing-masing komponen
struktur.

3. Mutu beton tahu mnimal sebesar mutu beton konstruksi utama.

4. Untuk Komponen kolom dan balok ukuran beton tahu adalah 4


x 4 x 4 cm dan dipasang minimal 2 buah setiap jarak 50 cm
panjang balok dan tinggi kolom.

5. Untuk Komponen plat lantai dan plat dack ukuran beton tahu
adalah 2 x 4 x 5 cm dan dipasang minimal 5 buah setiap 1 m2
plat lantai, plat dack dan plat pondasi.

Pasal 14 : Acuan / Bekisting

1. Bahan utama bekisting adalah multiplek 9 mm yang diperkuat oleh


balok-balok kayu 5/7 cm atau 5/10 cm dari kayu kelas III.

2. Penggunaan papan kayu sebagai bekisting dengan alasan apapun


tidak diperbolehkan.

3. Pengantian material bekisting dengan material selain yang


disebutkan pada point 1 harus dengan persetujuan Konsultan
Supervisi.

4. Kontraktor pelaksana harus mengajukan Shop Drawing untuk


bentuk konstruksi bekisting balok, kolom, plat lantai, dan plat atap
serta konstruksi lain yang dianggap perlu oleh Konsultan supervisi.

70
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
5. Penggunaan bekisting system bongkar pasang dari bahan besi
harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

6. Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan


Residu atau cairan Ter supaya hasil campuran beton tidak
menempel pada bekisting waktu akan dibuka sehingga dapat
menghasilkan permukaan beton yang rapi.

7. Bentuk bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir sesuai


rencana.

8. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan
campuran beton tidak bocor atau berubah bentuknya.

9. Hasil pekerjaan bekisting harus diperiksa kembali kebenaran


elevasi ,kelurusannya terhadap arah vertikal oleh Kontraktor
Pelaksana dengan alat Theodolit dan Waterpass. Pemeriksaan
secara manual tidak dibenarkan.

10. Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh Konsultan Supervisi


sebelum dilakukan pekerjaan pengecoran beton.

11. Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28
hari terhitung sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh
Konsultan Supervisi karena alasan penggunaan zat additive yang
dapat mempercepat proses pengerasan beton atau alasan-alasan
teknis yang dapat dipertanggung jawabkan .

12. Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan


beton jika hal ini terjadi Kontraktor Pelaksana harus
memperbaikinya dengan pekerjaan acian beton.

13. Perbaikan permukaan beton yang rusak akibat kesalahan


pembukaan bekisting atau sebab lain harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.

71
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

Pasal 15 : Lantai Kerja Beton

1. Untuk komponen struktur beton yang berhubungan langsung


dengan tanah atau pasir urug, pada lapisan dasarnya harus
memakai Lantai Kerja Beton ( Line Concrete ) dengan tebal minimal
5 cm atau sesuai Gambar Bestek.

2. Lantai Kerja Beton dibuat dari beton mutu K-125.

3. Hasil pekerjaan Lantai Kerja Beton harus benar-benar elevasi , hal


ini harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.

Pasal 16 : Pengecoran Beton ( Casting Concrete )

1. Sebelum memulai pekerjaan pengecoran Kontraktor Pelaksana


harus memastikan Acuan/bekisting telah selesai 100% dan telah
disetujui oleh Konsultan Supervisi.

2. Pengecoran beton structural mutu K-250 sampai K-300 hanya


boleh dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana jika Job Mix Disain, Job
Mix Formula, Perakitan Tulangan, Bekisting, Request Pekerjaan dan
hal-hal lain yang diperlukan dan berhubungan dengan pekerjaan
pengecoran sudah disetujui oleh Konsultan Supervisi.

3. Sedapat mungkin untuk melakukan sekali pengecoran untuk setiap


bagian konstruksi sehingga dapat menghindari sambungan-
sambungan beton.

4. Pengecoran dalam kondisi cuaca hujan tidak dibenarkan kecuali


Kontraktor Pelaksana menjamin bahwa bekisting dan hasil
pengecoran tidak berhubungan langsung dengan air hujan.

5. Pengecoran beton harus dilakukan dengan Concrete Mixer (molen)


dan tidak diperbolehkan melakukan pengecoran dengan cara

72
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
pengadukan manual kecuali untuk beton-beton dengan mutu
dibawah K-125 atau nonstruktural.

6. Urutan pemasukan material beton dimulai dengan Batu Pecah


Beton, Pasir Beton, Semen, Air, dan Zat Additive (jika ada). Urutan
ini bisa dirubah dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
7. Lama pengadukan material beton dalam Concrete Mixer minimal
1,5 menit kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

8. Hasil pengadukan beton dalam Concrete Mixer apabila diputusan


oleh Konsultan supervise sudah cukup langsung dituang dalam
wadah yang sebelumnya telah disiapkan oleh Kontrator Pelaksana.

9. Beton segar hasil pengadukan molen dapat diangkut dengan


kereta dorong oleh pekerja kelokasi bekisting untuk dituang.

10. Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak
boleh dibiarkan lebih dari 10 menit berada dalam wadah kereta
sorong atau bak tampungan beton. Penggunaan zat additive
seperti Super Plasticizer juga tidak membolehkan beton segar
terlalu lama dalam wadah tampungan kecuali disetujui oleh
Konsultan Supervisi.

11. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan


Concrete Vibrator sampai mencapai kepadatan optimum.

12. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5
meter.

13. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom
tidak boleh menciptakam sangkar kerikil atau penumpukan kerikil
pada posisi tententu pada saat bekisting dibuka.

14. Jika terjadi sangkar kerikil Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki


bagian itu dengan mempergunakan beton campuran zat kimia

73
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
khusu untuk sambungan (joint) seperti Produk SIKA dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.

15. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah


Kontraktor Pelaksana harus membuat lantai kerja dari campuran 1
Sm : 3 Ps : 6 Kr sehingga air semen tidak meresap dalam tanah dan
bentuk penampang beton sesuai dengan yang direncanakan.

16. Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk


konstruksi yang sama tidak boleh lebih dari 1 hari.

Pasal 17 : Beton Ready Mix

1. Penggunaan beton Ready Mix oleh Kontraktor Pelaksana harus


disetujui oleh Konsultan Supervisi.
2. Kontraktor Pelaksana tetap diwajibkan untuk menyerahkan Job
Mix Disain kepada Konsultan Supervisi terhadap semua mutu
beton structural yang menggunakan Beton Ready Mix.
3. Job Mix Disain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum
digunakan.
4. Kualitas beton yang dihasilkan oleh Batching Plant tetap menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

Pasal 18 : Pembongkaran Bekisting/Mal Beton

1. Bekisting tidak boleh dibuka/dibongkar dan dibebani jika beton


dalam bekisting belum berumur 28 hari kecuali ditentukan lain
oleh Konsultan Supervisi.

74
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
2. Walaupun ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi bekisting beton
tetap tidak boleh dibuka dan dibebani sebelum berumur minimal
21 hari.

3. Pembukaan dan pembebanan Bekisting beton kurang dari 21 hari


karena alasan adanya pemakaian Zat Additive yang dapat
mempercepat pengerasan beton harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.

Pasal 19 : Perawatan Beton ( Curing )

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan perawatan dan


pemeliharaan terhadap beton yang telah selesai dituang dalam
bekisting.

2. Perawatan dapat berupa menutup permukaan beton dengan


karung goni kemudian menyiram air secara rutin kepermukaan
beton sampai beton berumur 28 hari. Penggunaan metode lain
untuk perawatan beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

3. Perawatan harus terus menerus dilakukan minimal sampai beton


berumur 28 hari atau sampai beton siap untuk dibebani menurut
keputusan Konsultan Supervisi.

Pasal 20 : Quality Control

a. Slump Test
1. Pemeriksaan kekentalan beton (kosistensi) harus dilakukan setiap
beton dituangkan dari Concrete Mixer atau minimal setiap 3 m3
pekerjaan beton pada setiap mutu beton.

2. Pemeriksaan kekentalan beton dilakukan dengan metode Slump


Test dimana nilai slump yang diperoleh harus sesuai dengan nilai
slump rencana yang ada pada Job Mix Disain.

75
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
b. Benda Uji Beton
1. Kontraktor Pelaksana harus mengambil benda uji beton dalam
bentuk kubus dan slinder standar. Ukuran kubus adalah 20x 20x20
cm dan ukuran silinder tinggi 30 cm dan diameter 15 cm.

2. Benda uji beton harus diambil minimal 20 benda uji untuk setiap
mutu beton yang berbeda atau minimal satu benda uji setiap 3 m3
beton dalam satu kali pengecoran.

3. Pengambilan benda uji harus dilakukan secara acak dan selang


seling antara satu campuran dengan campuran yang lain untuk
mutu beton yang sama.

4. Benda uji beton harus dirawat dalam bak dan terendam dalam air
sampai berumur 28 hari.

5. Pada benda uji beton harus dicantumkan mutu beton, nama benda
uji ,dan tanggal pengambilan benda uji yang tidak mudah hilang
dan luntur.

c. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton


1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemeriksaan terhadap kuat
tekan beton yang telah selesai mereka kerjakan minimal sebelum
pekerjaan pengecoran melebihi 50% dari total pekerjaan
pengecoran.

2. Tujuan pemeriksaan kuat tekan beton adalah untuk mendapatkan


Mutu Beton hasil pelaksanaan pekerjaan pengecoran lapangan.

3. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan


Karakteristik yang diperoleh dari hasil pemeriksaan kuat tekan
benda uji kubus ukuran 20 x 20 x 20 cm umur 28 hari dengan
minimal 20 benda uji.

76
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
4. Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium Beton
dengan minimal 20 benda uji kubus atau silinder untuk setiap mutu
beton.

5. Pemeriksaan kuat tekan beton pada Laboratorium Beton oleh


Kontraktor Pelaksana harus didampingi oleh Konsultan Supervisi.
Pemeriksaan kuat tekan beton tanpa didampingi oleh Konsultan
Supervisi hasilnya dianggap tidak sah.

6. Semua biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan pemeriksaan kuat


tekan beton ini dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.

7. Mutu Beton hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus yang
kurang dari 95% dari Mutu Beton Rencana dianggap gagal dan
beton yang telah selesai dikerjakan dilapangan harus dibongkar
kecuali diputuskan lain oleh Konsultan Perencana dengan
disertakan Rekomendasi Ahli beton.

8. Kontraktor Pelaksana tidak diperbolehkan melanjutkan pekerjaan


pengecoran beton jika hasil pemeriksaan kuat tekan beton
menghasilkan kuat tekan yang berbeda dengan kuat tekan beton
rencana.

9. Perencanaan ulang untuk Job Mix Disain harus dilakukan oleh


Kontraktor Pelaksana untuk beton yang gagal dalam uji kuat tekan
jika dalam pemeriksaan oleh Konsultan Supervisi bersama dengan
Kontraktor Pelaksana kegagalan kuat tekan disebabkan oleh
kesalahan dalam perencanaan campuran dan bukan karena
kesalahan pada tahap pelaksanaan.

10. Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada
laboratorium beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

11. Laporan hasil pemeriksaan Mutu Beton harus disetujui oleh


Konsultan Supervisi.

77
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

d. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton Dengan Cara Lain

1. Jika pemeriksaan Kuat Tekan Beton dengan cara Uji Tekan Kubus
Beton hasilnya meragukan dan tidak disetujui oleh Konsultan
Perencana, Konsultan Supervisi atau Owner, maka cara
pemeriksaan mutu beton dengan uji langsung pada konstruksi
beton harus dilakukan.

2. Pemeriksaan mutu beton dengan uji langsung ke konstruksi beton


jika tidak ditentukan khusus oleh Konsultan Perencana maka harus
dilakukan dengan salah satu metode seperti dibawah ini :
a. Metode Core Drill.
b. Metode Hammer Test.

3. Konsultan Perencana berhak menentukan metode mana yang akan


dipakai untuk pemeriksaan kuat tekan beton langsung ke
konstruksi beton.

4. Posisi dan lokasi pengujian untuk masing-masing komponen


struktur ditentukan oleh Konsultan Perencana atau Konsultan
Supervisi.
5. Jumlah titik pengujian jika tidak ditentukan oleh Konsultan
Perencana, maka harus diambil minimal 10 titk untuk masing-
masing komponen struktur dan masing-masing mutu beton.

6. Data Kuat Tekan yang diperoleh dari hasil uji langsung kuat tekan
pada konstruksi beton harus dikalkulasi kembali oleh Kontarktor
Pelaksana untk memperoleh Kuat Tekan karakteristik Beton (mutu
beton).

7. Kuat Tekan Beton Karakteristik yang diperoleh dari uji langsung ke


konstruksi beto adalah hasil final yang harus diakui oleh Konsultan
Perencana, Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan Owner.

78
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

Pasal 21 : Instalasi Dalam Konstruksi Beton

1. Instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalsi listrik sebaiknya
tidak ditanam atau diletakan dalam konstruksi beton kecuali
ditentukan lain dalam Gambar Bestek atau oleh Konsultan
Supervisi.

2. Pipa-pipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam


dalam konstruksi beton untuk alasan apapun.

3. Pipa-pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton


diameternya tidak boleh melebihi 1/3 (sepertiga) dari dimensi
terkecil kolom.

4. Pipa-pipa PVC atau besi dengan diameter berapapun tidak boleh


ditanam dalam komponen balok beton.

3. Pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar konstruksi


beton untuk keperluan instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan
instalasi listrik harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

4. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan


kolom serta pada posisi tumpuan balok untuk keperluan instalasi
air dan instalasi listrik tidak diperbolehkan untuk alasan apapun
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dan Konsultan
Supervisi dengan disertakan Rekomendasi Ahli Beton.

Pasal 22 : Sambungan Antar Beton

1. Penyambungan-penyambungan antara beton lama dengan beton


baru sebaiknya dihindari pada konstruksi beton kecuali sambungan
antar kolom tiap lantai.

79
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
2. Jika penyambungan terpasak dilakukan permukaan beton lama
harus dibersihkan dan dikasarkan sebelum disambung dengan
beton baru.

3. Penyambungan pada posisi tengah kolom dan tengah bentang


balok tidak diperbolehkan.
4. Untuk sambungan pada balok dan plat lantai harus dilakukan pada
posisi 80 cm dari tumpuan sedangkan untuk kolom harus
disambung pada posisi tumpuan kedua (lantai 2).

5. Bentuk akhir dari konstruksi beton lama (plat lantai dan balok)
harus dibuat sedemikian rupa sehingga ketika disambung beton
baru akan menumpu pada beton lama.

6. Penyambungan pada kondisi beton lama yang sudah berumur


lebih dari 3 hari harus dilakukan dengan perkuatan kimia ( Epoxy )
dan hal ini harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.

7. Penggunaan zat-zat kimia untuk memperkuat sambungan harus


dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

Pasal 23 : Lain - Lain

1. Persyaratan pekerjaan beton dari Pasal 1 sampai dengan Pasal 22


berlaku untuk semua item pekerjaan beton structural dan
nonstructural yang ada dalam Proyek ini.

2. Hal-hal yang belum ditentukan dan diperlukan penjelasannya


dalam proses pelaksanaan pekerjaan ditentukan kemudian oleh
Konsultan Perencana bersama dengan Konsultan Supervisi dalam
proses pelaksanaan pekerjaan dengan persetujuan Owner.

3. Semua pekerjaan beton untuk proyek ini sekurang-kurangnya


harus sesuai dan mengikuti semua aturan yang ditentukan oleh
Peraturan Beton Indonesi ( PBI ).

80
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

4. Hal-hal yang ditentukan kemudian tersebut menjadi satu


ketentuan yang mengikat dan wajib untuk dilaksanakan oleh
Kontraktor Pelaksana.

5. Kontraktor harus menyerahkan rencana konstruksi acuan dan


perancah kepada Direksi Teknik untuk memperoleh
persetujuannya. Pelaksanaan pembuatan Bangunan acuan dan
perancah tidak diperkenankan sebelum gambar rencana bangunan
pembentuk disetujui Direksi Teknik.

6. Acuan adalah konstruksi cetakan yang dilapisi tegofilm dan hanya


boleh digunakan 2 kali yang digunakan untuk membentuk beton
muda yaitu sebelum beton mencapai kekuatan yang disyaratkan
dan sebelum mendapat bentuknya yang permanen, agar apabila
telah mengeras struktur beton mencapai dimensi dan kedudukan
seperti yang tercantum pada gambar perencanaan. Sedangkan
perencah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton
muda yang digunakan sampai beton mencapai kekuatan yang
disyaratkan. Segala biaya yang diperlukan sehubungan dengan
perencanaan bangunan acuan dan perancah dan pelaksanaanya
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

7. Konstruksi acuan harus cukup kuat untuk menahan beban mati dan
beban hidup yang bekerja, tekanan beton dalam keadaan basah
dan getaran-getaran, tanpa mengalami distorsi. Perancah harus
direncanakan dan dibuat dari material padat seperti kayu
terentang, baja atau beton cetak yang bermutu baik dan tidak
mudah lapuk yang ditopang dan diberi pengaku dan ikatan
secukupnya agar posisi dan bentuknya tidak mengolami
perubahan baik sebelum maupun setelah pengecoran. Spesiflkasi
kayu acuan harus sesuai dengan Standar Konstruksi Bangunan
Indonesia (SKBI) 1.4.53.1989-UDC: 693.5.

81
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
8. Pemakaian bahan bambu tidak diperbolehkan. Perancah harus
dibuat diatas pondasi yang kuat dan kokoh sehingga terhindar dari
bahaya penggerusan dan penurunan.

9. Cetakan dari Multyplex 12 mm harus datar dan tegak lurus,


cetakan tidak bergetar, bocor, harus kokoh, sehingga kedudukan
dan bentuknya tetap tidak bergetanr maupun bergeser pada waktu
beton dicor dan setelah selesai pengecoran tidak mudah
dibongkar. Sebelum pengecoran dilaksanakan, semua cetakan
beton harus bersih dari segala material yang bisa mengurangi
mutu dan kekuatan beton. Cetakan yang sudah pernah dipakai
harus dicuci dan dikeringkan terlebih dahulu. Sebelum dicor harus
dilapisi dengan Form Oil”. Pekerjaan ini harus dilaksanakan setiap
kali sebelum pengecoran dilakukan.
10. Semua sambungan pada acuan harus rapat untuk mencegah
kebocoran adukan dan terbentuknya bekas sambungan dan
sarang-sarang agregat pada permukaan beton. 6. Pekerjaan
pengecoran tidak dapat dimulai sebelum rencana tahap-tahap,
cara-cara dan persiapan pengecoran mendapat persetujuan Direksi
Teknik .

11. Perbandingan adukan harus sesuai hasil percobaan dan


persyaratan yang diminta dan angka perbandingan adukan
tersebut harus menyatakan takaran dalam satuan isi yang
dilaksanakan dalam keadaan kering tanpa digetarkan. Alat penakar
harus dibuat dengan baik, kuat dan harus mendapatkan
persetujuan Direksi Teknik terlebih dahulu.

12. Pengadukan bahan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk


sekurang-kurangnya 1,5 menit setelah semua bahan beton sesuai
persyaratan mulai diaduk.

13. Adukan beton tersebut sudah harus terpakai dalam waktu 1 jam
setelah pengadukan dengan air dimulai.

82
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
14. Bila digerakkan kontinyu secara mekanik, jangka waktu tersebut
bisa diperpanjang satu jam. Adukan beton tersebut harus dcorkan
sedekat-dekatnya ke tujuan secara kontinyu sampai mencapai
syarat-syart pelaksanaan yang disetujui Direksi Teknik.

15. Supaya dalam beton tidak terjadi rongga kosong/udara masuk


selama pengecoran harus digunakan concrete vibrator. Concrete
vibrator harus ditanam tegak Iuns, tidak boleh lebih dari 30 detik
setiap penanaman untuk tebal lapisan 8 cm dan tidak boleh kena
langsung baik pada baja tulangan maupun cetakan.

16. Harus dihindari terjadinya pemisahan material (segregation) pada


saat pengecoran dan perubahan letak tulangan.

17. Alat-alat penuangan seperti talang, pipa chute dan sebagainya


harus selalu bersih dan bebas dari lapisan-lapisan beton yang
mengeras. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari
ketinggian lebih dari 1.00 meter.

18. Pengacoran harus diakukan secara teliti dan harus selalu diperiksa
sehingga bisa menghasikan bentuk permukaan, ketinggian yang
dibutuhkan sesuai dengan Gambar Rencana kerja.

19. Pangecoran yang Terhenti, Apabila pengecoran beton terhenti


pada daerah yang tidak direncanakan sebagai pemberhentian
pengecoran, misalkan akibat terjadinya kerusakan pada peralatan
pengecoran. Maka pengecoran selanjutnya hanya dapat dilakukan
dengan memperhatikan persyaratan sebagai berikut:
- Pengecoran selanjutnya dapat langsung dilakukan jika tidak
melebihi 2 jam dari saat penghentian pengecoran.
- Apabila pengecoran selanjutnya ternyata dilaksanakan pada
waktu melebihi 2 jam dan saat penghentian pengecoran, maka
daerah pengecoran yang terhenti tersebut harus diperlakukan
sebagai siar dilatasi. Permukaan beton pada daerah pengecoran
yang terhenti harus dibobok minima 5 cm sehingga membentuk

83
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
bidang yang kasar. Permukaan beton tersebut kemudian diberi
bahan bonding agent seperti EMAGG atau yang setara dan yang
dapat menjamin kontinuitas adukan Beton lama dengan beton
baru.

20. Selama dan sesudah pengecoran, beton harus dipadatkan dengan


peralatan pemadat (vibrators) mekanis. Kontraktor harus
menyediakan peralatan yang cukup untuk mengangkut dan
menuangkan beton dengan konsistensi yang cukup sehingga
dapat diperoleh beton padat tanpa perlu
menggetarkan/memadatkan secara berlebihan. Ketelitian dalam
proses pemadatan harus benar-benar diperhatikan agar tidak
terjadi rongga-rongga dan pengantongan udara pada beton yang
sedang dipadatkan dan jangan sampai terjadi perubahan posisi
tulangan baja selama pemadatan. Pemadatan/penggetaran
dilakukan dalam waktu tidak terlalu lama sehingga tidak terjadi
pemisahan bahan (segregation) beton. Pelaksanaan
pemadatan/penggetaran ini harus dilaksanakan oleh pekerja-
pekerja yang telah berpengalaman dan dilaksanakan sesuai
dengan pengarahan dan petunjuk Direksi Teknik.

21. Pemadatan dilakukan dengan internal vibrator yang harus dapat


memberikan 6000 getaran/menit bila dimasukkan kedalam adukan
beton dengan slump 6 cm dan akan memberikan daerah yang
kelihatan bergetar dalam radius tidak kurang dari 46 cm. Alat
penggetar harus dimasukkan searah dengan as memanjangnya.
Tidak diperkenankan untuk menggetarkan beton yang telah
mengalami initial set dan jangan sampai alat penggetar menumpu
pada tulangan baja Tidak diperkenankan pula melakukan
penggetaran untuk maksud mengalirkan adukan beton.

22. Semua permukaan jadi hasil pekerjaan beton harus rata, lurus,
tidak tampak bagian-bagian yang keropos, melendut atau bagian-
bagian yang membekas pada permukaannya. Ujung-ujung atau
sudut-sudut harus berbentuk penuh dan tajam.

84
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

BAB IV
PEKERJAAN DINDING DAN PASANGAN

Pasal 1 : Batu Bata

1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar


sesuai Peraturan Bahan Bangunan yang berlaku.

2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 10 cm,


panjang 20 cm, dan tebal 5 cm kecuali ditentukan lain dalam
Peraturan Bahan Bangunan.

3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik
batu bata dimana kondisinya tidak rapuh dan tidak mudah hancur
ketika diangkut dan diturunkan pada lokasi pekerjaan.

4. Batu bata bentuknya harus sempurna tidak melengkung dan


permukaanya benar-benar rata untuk semua sisinya.

5. Batu bata mempunyai Kuat Tekan minimal 30 kg/cm2.

6. Perubahan-perubahan pada dimensi dan ukuran batu bata karena


mengikuti dimensi dan ukuran yang berlaku pada daerah tertentu
harus disetujui oleh Konsultan supervis.

7. Toleransi hanya diperbolehkan untuk dimensi dan bukan untuk


kualitas.

Pasal 3 : Pasir Pasang / Pasir Halus

85
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus
dan tidak lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak
digunakan.

2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan


Pasangan Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik,
dan Plasteran Dinding.

3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari


berat kering, apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur
lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum
dipergunakan.

4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan


keras.

5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas


matahari

6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan
bukan Pasir yang berasal dari laut.

Pasal 4 : Dinding Keramik

1. Keramik yang dipakai untuk semua lapisan dinding adalah setara


ROMAN.

2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak,


motif, ukuran dan Brosur Keramik untuk minimal dua merk yang
berbeda kepada Konsultan Supervisi untuk disetujui.

3. Ukuran Keramik dinding adalah sesuai dengan Gambar Bestek dan


Bill of Quantity.

86
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
4. Keramik dinding dipasang langsung pada permukaan dinding batu
bata dengan memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal
1,5 cm.

5. Pasir yang dipakai untuk pasangan Keramik adalah Pasir


Pasang/Pasir Halus.

6. Warna dan Motif Keramik dinding dapat diganti dan diubah pada
masa pelaksanaan konstruksi oleh Konsultan Perencana dan
Owner.

7. Permukaan Keramik dinding untuk semua lokasi pemasangan


adalah polished (permukaan halus) kecuali ditentukan lain dalam
Gambar Bestek.
8. Tebal Keramik dinding minimal 5 mm.

9. Celah-celah antar Keramik yang timbul akibat pemasangan dan


untuk keperluan perekat dalam arah tebal maksimal 2 mm.

10. Untuk pemasangan Keramik pada bak air bersih sudut-sudut harus
ditumpulkan dengan memakai potongan-potongan Keramik yang
dibentuk sedemikian rupa hingga membentuk sudut 30 – 45
derajat.

11. Hasil pemasangan Keramik harus benar-benar rata, tidak


bergelombang, dan tidak melengkung keatas. Kedataran
pemasangan Keramik harus diperiksa dengan pekerjaan
waterpassing.

Pasal 5 : Plint Motif Keramik Dinding Toilet

1. Plint Keramik dengan standar SNI kwalitas I.

87
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak,
motif, ukuran dan Brosur Keramik untuk minimal dua merk yang
berbeda kepada Konsultan Supervisi untuk disetujui.

3. Ukuran Plint Keramik sesuai dengan Gambar Bestek dan Bill of


Quantity.

4. Plint Keramik dipasang di atas atau di tengah-tengah pasangan


dinding Keramik Toilet atau sesuai Gambar Bestek dengan
memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 1,5 cm.

5. Pasir yang dipakai untuk pasangan Plint Keramik adalah Pasir


Pasang/Pasir Halus.

6. Warna dan Motif Plint Keramik dapat diganti dan diubah pada
masa pelaksanaan konstruksi oleh Konsultan Perencana dan
Owner.
7. Permukaan Plint Keramik untuk semua lokasi pemasangan adalah
motif ukiran sesuai Gambar Bestek atau sesuai dengan dua motif
yang dipilih oleh Konsultan Supervisi.

8. Tebal Plint Keramik minimal 5 mm.

9. Celah-celah antar Plint Keramik atau Nat yang timbul akibat


pemasangan dan untuk keperluan perekat dalam arah tebal
maksimal 2 mm.

10. Hasil pemasangan Plint Keramik harus benar-benar rata, tidak


bergelombang, dan tidak melengkung ke atas. Kedataran
pemasangan Plint Keramik harus diperiksa dengan pekerjaan
waterpassing.

Pasal : Pasangan Dinding Batu Bata 1 Bata Campuran 1 Pc : 2 Ps

88
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
1. Pasangan batu bata 1 bata campuran 1 Pc : 2 Ps dikerjakan hanya
pada dinding-dinding Septictank, Bak Tampungan Air bawah
Tanah dan Bak Tampungan Limbah Kimia atau sesuai Gambar
Bestek.

2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 2 Ps


dengan ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.

3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum


dipasang.

5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling
bersilangan dan tidak satu garis sambungan.

6. Pasangan batu bata 1 bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus


kedap air (trasram).

7. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal


dan dalam arah horizontal.

8. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-


benang untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.

9. Hasil pemasangan batu bata 1 bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps


harus disetujui oleh Konsultan supervisi.

Pasal 7 : Pasangan Dinding Batu Bata 1 Bata Campuran 1 Pc : 4 Ps

1. Pasangan batu bata 1 bata campuran 1 Pc : 4 Ps dikerjakan pada


bagian – bagian bangunan yang ditentukan dalam Gambar Bestek.

2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 4 Ps


dengan ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.

89
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

5. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum


dipasang.
6. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling
bersilangan dan tidak satu garis sambungan.

7. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal


dan dalam arah horizontal.

8. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-


benang untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.

9. Hasil pemasangan batu bata 1 bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps


harus disetujui oleh Konsultan supervisi.

Pasal 8 : Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps

1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil


pemasangan bata harus disiram dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .

3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

5. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan Hollow


block atau dinding bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.
6. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua
bidang dinding yang diplester.

7. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan


antara plesteran lama dengan plesteran baru yang tidak rata.

90
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

8. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh


lebih dari satu hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

9. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya


sehingga ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak
menimbulkan bekas.

10. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan supervisi.

Pasal 9 : Plesteran Campuran 1 Pc : 4 Ps

1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil


pemasangan bata harus disiram dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 4 Ps .

3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

5. Plesteran campuran 1 Pc : 4 Ps dilakukan pada pasangan dinding


bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps.

6. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua


bidang dinding yang diplester.

7. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan


antara plesteran lama dengan plesteran baru yang tidak rata.

8. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh


lebih dari satu hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
9. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya
sehingga ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak
menimbulkan bekas.

91
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

10. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 10 : Acian Beton

1. Acian Beton adalah dari campuran 1 SM : 2 PS dengan ketebalan


minimal 10 mm.

2. Sebelum pekerjaan acian dilakukan terlebih dahulu permukaan


beton harus dikasarkan agar lapisan acian dapat melekat dengan
baik.

3. Hasil acian kualitas permukaannya harus dapat melekatnya lapisan


Plamur tembok dan lapisan cat dinding.

4. Hasil pekerjaan acian harus menghasilkan permukaan yang halus


dan rata.

5. Hasil pekerjaan acian lantai harus disetujui oleh Konsultan


Supervisi.

BAB V
PEKERJAAN KOZEN, PINTU,
JENDELA DAN VENTILASI KAYU

Pasal 1 : Referensi

1. Seluruh pekerjaan Kozen, Pintu , Jendela dan Ventilasi kayu harus


sesuai dengan Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) atau NI-
5.

92
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
Pasal 2 : Persyaratan Material

1. Semua Material Kayu yang dipakai pada semua pekerjaan yang


memerlukan material kayu adalah kayu Legal menurut Hukum
Setempat yang dibuktikan dengan Surat Keterangan dari Instansi
Yang Berwenang dan bukan kayu yang Ilegal.

2. Jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity
maka kayu yang dipakai dalam pekerjaan konstruksi ini ditentukan
kelas kuatnya seperti berikut ini :

- Kayu Kozen : Kayu kelas I (Seumantok, Ulin,dll)


- Kayu Frame Pintu : Kayu kelas II (Meuranti, Kruing,dll)
- Kayu Frame Jendela : Kayu kelas II (Meuranti, Kruing,dll)
- Kayu Jalusi/Krepeak : Kayu kelas II (Meuranti, Kruing,dll)

3. Khusus untuk kayu kelas kuat I dan kelas kuat II harus melalui
proses uji kekuatan tarik di Laboratorium Kayu.

4. Kayu tidak boleh dimeni, diresidu dan didempul terlebih dahulu


sebelum diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Supervisi.

5. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan dan menyediakan


contoh material kayu minimal 2 (dua) jenis kayu dari kuat kelas
yang sama untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.

6. Material kayu yang didatangkan kelokasi pekerjaan tidak boleh


berbeda dengan material kayu yang contohnya telah diajukan pada
Konsultan Supervisi, telah diperiksa kekuatan tariknya
diLaboratorium Kayu dan telah disetujui oleh Konsultan Supervisi.

7. Kayu-kayu yang akan dipakai harus tanpa cacat dan mata kayu.

93
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
8. Semua kayu untuk pekerjaan konstruksi ini harus mempunyai
dimensi dan ukuran yang sesuai dengan Gambar Bestek setelah
diketam.

9. Kayu yang tidak disetujui oleh Konsultan Supervisi harus segera


dikeluarkan dari lokasi pekerjaan dan tidak boleh lebih dari 2 hari
berada dilokasi pekerjaan.

Pasal 3 : Kozen Kayu

1. Kayu yang dipergunakan untuk kozen pintu, jendela dan ventilasi


haruslah kayu yang permukaannya telah diketam sehingga tidak
terdapat serat-serat kasar lagi, adapun ukuran bersih penampang
kozen setelah diketam adalah 6 x 13 cm, kecuali ditentukan lain
dalam Gambar Bestek.

2. Kayu kozen adalah dari kayu kelas I dari jenis Seumantok, Ulin dan
jenis lain dengan kelas kuat yang sama.

3. Kozen yang didatangkan ke lokasi pekerjaan harus sudah dicat


menie kayu dan sudah dilakukan pekerjaan anti rayap sebelum
dipasang pada konstruksi.

4. Kozen yang didatangkan kelapangan harus dalam kondisi yang


baik tidak cacat, tidak melengkung, tidak bermata kayu, tidak retak
permukaan, tidak bercelah permukaan lebih dari 0,5 mm dan tidak
dalam kondisi basah.

5. Kozen ketika dipasang pada konstruksi harus dalam kondisi kering


udara dan tidak basah.

6. Hubungan sudut perkayuan kozen haruslah benar-benar siku dan


sambungan-sambungan pen diperkuat dengan pasak kayu yang
sama kelas kuat dengan kayu kozen.

94
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
7. Pada bidang-bidang kozen yang bersatu dengan dinding harus
dibuat alur/sponeng juga dipasang angker dari baja diameter 12
mm, hubungan kozen dengan dinding adalah rata. Penggunaan
angkur dari paku tidak diperkenankan.

8. Kedudukan kozen-kozen haruslah water pass, baik ke arah


horizontal maupun vertical.

9. Khusus untuk kozen pintu pada bagian bawah harus diberi


tumpuan exstra sehingga kozen tidak langsung berhubungan
dengan permukaan lantai. Tumpuan exstra ini berupa beton cor
dengan ukuran tebal 10 cm dan tinggi 10 cm dari permukaan
lantai.

10. Penggunaan perancah kerja atau perkuatan dengan alasan untuk


memperkuat kedudukan hasil pemasangan kozen yang
dijangkarkan dengan cara dipaku langsung pada kayu kozen harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.

11. Hasil pekerjaan kozen harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 4 : Kaca Pintu & Jendela

1. Kaca adalah dari product ASAHIMA atau product lain yang setara
dengannya baik dari segi kualitas dan harga.

2. Ketebalan terkecil lembaran kaca adalah minimal 5 mm atau sesuai


Gambar Bestek.
3. Warna dan type kaca adalah seperti yang ditentukan dalam
Gambar Bestek.

Pasal 5 : Daun Pintu Kayu

95
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
1. Frame dan Daun Pintu dibuat dari kayu kelas II dari jenis Meuranti,
Kruing dan jenis lain dengan kelas kuat yang sama.

2. Ukuran, dimensi dan model harus sesuai dengan Gambar Bestek.

3. Ukuran ketebalan frame dan daun pintu minimal 40 mm atau


sesuai Gambar Bestek.

4. Alat sambung yang dipakai adalah pasak kayu dengan bantuan


paku.

5. Daun pintu yang didatangkan ke lokasi pekerjaan harus sudah


dicat menie kayu dan sudah dilakukan pekerjaan anti rayap
sebelum dipasang pada konstruksi.

6. Daun pintu yang didatangkan kelapangan harus dalam kondisi


yang baik tidak cacat, tidak melengkung, tidak bermata kayu, tidak
retak permukaan, tidak bercelah permukaan lebih dari 0,5 mm dan
tidak dalam kondisi basah.

7. Pemasangan daun pintu harus benar-benar vertical dan horizontal


hal ini harus dibuktikan bahwa ketika pintu dibuka benar-benar
rapat dengan sponing kusen dengan tetap mempertimbangkan
factor kembang susut ( pemuaian ) dan tidak menimbulkan bunyi
ketika ditutup dan dibuka baik pada saat cuaca panas maupun
dingin.

8. Daun Pintu ketika dipasang pada konstruksi harus dalam kondisi


kering udara dan tidak basah.

9. Daun pintu dijangkarkan ke kozen dengan mamakai minimal 3 unit


engsel pintu ukuran 4”.

10.Pada Daun Pintu juga harus diberikan satu buah Kunci Pintu 2
Slaag (dua kali putar).

96
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

11. Daun pintu juga harus dilengkapi dengan pegangan pintu (


handle ).

12.Khusus untuk daun pintu Kamar Mandi / Toilet bagian dalamnya


harus dilapisi dengan lembaran Aluminium Tebal 0,30 mm untuk
keperluan kedap air dan keawetan.

13.Hasil pemasangan daun pintu harus disetujui oleh Konsultan


Supervisi.

BAB VI
PEKERJAAN KUNCI DAN PENGANTUNG

Pasal 1 : Ruang Lingkup

Pekerjaan Kunci dan Pengantung ini meliputi semua pekerjaan pintu,


jendela dan ventilasi yang dapat dibuka dan ditutup.

Pasal 2 : Kunci Dan Pengantung

1. Kunci, Engsel, Pegangan, Grendel dan Hak Angin adalah dari


Material STAINLESS STEEL atau menurut petunjuk Direksi Teknis.

2. Jika tidak ditentukan dalam Gambar Bestek maka Kunci, Engsel,


Pegangan, Grendel dan Hak Angin adalah dari material sekurang-
kurangnya seperti disebutkan dibawah ini :

a. Kunci Pintu : Stainless Steel


b. Grendel Pintu : Stainless Steel
c. Grendel Jendela : Stainless Steel
d. Engsel Pintu : Stainless Steel
e. Engsel Jendela : Stainless Steel

97
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
f. Hak Angin Jendela : Stainless Steel
g. Hak Angin Pintu : Stainless Steel
h. Pegangan Pintu : Stainless Steel
i. Pegangan Jendela : Stainless Steel

2. Material atau bahan Stainless Steel adalah material atau bahan


yang tidak berkarat serta tidak bisa berinteraksi dengan Medan
Magnet.

3. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan brosur dan cara


pemasangan kepada Konsultan Supervisi untuk disetujui.

4. Kontraktor Pelaksana diwajibkan untuk menyerahkan GARANSI


produk yang dikeluarkan oleh pabrik kepada Konsultan Supervisi.

5. Kunci dan pegantung pintu dan jendela harus dipasang menurut


aturan pemasangan yang diajurkan oleh pabrik pembuat yang
tercantum pada brosur yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana.

6. Kunci 1 X putar dan 2 x putar untuk pintu aluminium dan panel


kayu dipasang dengan ketinggian 100 cm dari permukaan lantai
atau sesuai Gambar Bestek.

7. Pegangan pintu dipasang dengan ketinggian 110 cm dari


permukaan lantai atau 10 cm diatas posisi pemasangan kunci.

8. Engsel pintu harus dipasang minimal 3 engsel untuk satu daun


pintu dengan jarak pemasangan engsel pertama setinggi 40 cm
dari muka lantai dan jarak pemasangan engsel ke tiga sejarak 40
cm turun dari permukaan kozen teratas sedangkan engsel kedua
adalah pada posisi pertengahan antara engsel pertama dan ketiga.

9. Grendel jendela harus dipasang minimal 2 grendel untuk satu daun


jendela serta ventilasi. Grendel dipasang pada rangka jendela dan
ventilasi bagian bawah.

98
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

10.Pengangan jendela dipasang pada posisi tengah dari rangka daun


jendela yaitu di rangka bagian bawah jendela diantara dua grendel.

BAB VII
PEKERJAAN LANTAI

Pasal 1 : Pasir Urug Bawah Lantai.

1. Sebelum pekerjaan lantai dilakukan pekerjaan timbunan tanah


dalam ruangan harus sudah selesai 100%.

2. Diatas timbunan tanah dilakukan pekerjaan lapisan pasir urug


setebal minimal 10 cm atau sesuai Gambar Bestek.

3. Pasir urug yang dipakai harus benar-benar mempunyai susunan


butiran yang seragam.

4. Lapisan pasir urug harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan


yang diinginkan dengan alat Stemper atau alat pemadat mekanik
lain. Tidak dibenarkan melakukan pemadatan secara manual.

5. Hasil pekerjaan lapisan pasir urug harus benar-benar rata dan


elevasi hal ini harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.

Pasal 2 : Pasir Pasang / Pasir Halus

1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus


dan tidak lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak
digunakan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan
Pasangan Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik,
dan Plasteran Dinding.

99
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari


berat kering, apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur
lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum
dipergunakan.

4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan


keras.

5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas


matahari

6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan
bukan Pasir yang berasal dari laut.

Pasal 3 : Plat Beton Bawah Lantai

1. Beton cor bawah lantai dibuat dari beton mutu K-175 dengan
ketebalan minimal 7 cm atau sesuai dengan Gambar Bestek.

2. Toleransi perbedaan elevasi muka plat beton hasil pengecoraan


adalah ± 5 mm.

5. Hasil pekerjaan pengecoran beton cor bawah lantai harus disetujui


oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 4 : Keramik Lantai

1. Semua Keramik yang dipakai pada lantai dan dinding adalah


keramik berstandar SNI dengan kwalitas pertama.

2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak,


motif, ukuran dan Brosur Keramik untuk minimal dua merk yang
berbeda kepada Konsultan Supervisi untuk disetujui.

100
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
3. Ukuran Keramik, Bentuk Permukaan ( Polished / Unpolished )
Keramik harus sesuai dengan Gambar Pola Lantai/Gambar Bestek
dan Bill of Quantity.

4. Untuk Lantai 1 Keramik dipasang langsung diatas beton cor bawah


lantai dengan memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal
2 cm.

5. Untuk lantai 2 dan lantai yang dibawanya ada komponen plat


beton bertulang lantai Granit dipasang langsung diatas plat beton
bertulang dengan spesi beton 2 cm.

6. Pasir yang dipakai untuk pasangan Keramik adalah Pasir


Pasang/Pasir Halus.

7. Pemasangan Keramik harus sesuai dan mengikuti Gambar Pola


Lantai yang ada dalam Gambar Bestek.
8. Warna dan Motif Keramik dapat diganti dan dirubah pada masa
pelaksanaan konstruksi oleh Konsultan Perencana dan Owner.

9. Keramik harus mempunyai tebal minimal 5 mm.

10.Bentuk dan dimensi Keramik harus benar-benar siku serta standar


untuk semua ukuran yang sama.

11. Potongan-potongan Keramik yang terpaksa dilakukan karena


mengikuti pola lantai harus sama dimensinya sepanjang bidang
lantai yang memerlukan potongan. Potongan-potongan tersebut
harus sama dengan dimensi pada gambar pola lantai.

12.Celah-celah/Nat yang terbentuk antar Keramik akibat pemasangan


dan sebagai tempat isian perekat antar Keramik dalam bidang
tebalnya adalah maksimal 3 mm.

101
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
13.Hasil pemasangan Keramik harus benar-benar rata, tidak
bergelombang, dan tidak melengkung ke atas. Elevasi lantai hasil
pemasangan harus diperiksa kedatarannya dengan pekerjaan
waterpassing.

BAB VIII
PEKERJAAN PINTU PLAT BESI

Pasal 1 : Bahan / Material

1. Material utama pintu plat besi adalah besi plat dengan ketebalan 3
mm.

2. Toleransi ketebalan besi plat minimal 0,25 mm.

3. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk


disetujui oleh Konsultan Supervisi.

4. Material plat besi yang didatangkan kelokasi pekerjaan tidak boleh


dalam keadaan cacat dan rusak.

Pasal 2 : Rangka Pintu Plat

1. Untuk material Rangka pintu plat adalah besi siku dengan ukuran
L.30.30.3.

2. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk


disetujui oleh Konsultan Supervisi.

3. Pemasangan rangka pintu harus sesuai dengan Pola pemasangan


dalam Gambar Bestek.

102
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

BAB IX
PEKERJAAN LANTAI PAVING BLOCK

Pasal 1 : Pekerjaan Persiapan.

1. Sebelum pekerjaan pemasangan lantai paving block dilakukan,


permukaan tanah pada areal pemasangan harus dalam kondisi rata
dan padat.

2. Diatas timbunan tanah dilakukan pekerjaan lapisan pasir urug


setebal minimal 10 cm atau sesuai Gambar Bestek.

3. Pasir urug yang dipakai harus benar-benar mempunyai susunan


butiran yang seragam.

4. Lapisan pasir urug harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan


yang diinginkan dengan alat Stemper atau alat pemadat mekanik
lain. Tidak dibenarkan melakukan pemadatan secara manual.

5. Hasil pekerjaan lapisan pasir urug harus benar-benar rata dan


dalam hal ini harus dibuktikan dengan Waterpass.

Pasal 2 : Bahan / Material

1. Paving block yang dipakai adalah jenis tapak gajah dengan kwalitas
baik dan tidak retak.

2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak,


motif dan ukuran paving block kepada Konsultan Supervisi untuk
disetujui.

103
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
3. Warna dan Motif paving block dapat diganti dan dirubah pada
masa pelaksanaan konstruksi oleh Konsultan Perencana dan
Owner.

4. Pemasangan paving block harus sesuai dan mengikuti Gambar


Pola Lantai yang ada dalam Gambar Bestek.

5. Celah-celah/Nat yang terbentuk antar paving block akibat


pemasangan diisi dengan pasir halus.

6. Hasil pemasangan paving block harus benar-benar rata, tidak


bergelombang, dan tidak melengkung ke atas. Elevasi lantai hasil
pemasangan harus diperiksa kedatarannya dengan pekerjaan
waterpassing.

BAB X
PENIMBUNAN AREAL LAPANGAN

Pasal 1 : Bahan / Material

1. Material timbunan adalah tanah gunung yang gembur tidak


berbungkah-bungkah, bukan tanah liat, bukan tanah sawah,
bukan hasil bongkaran bangunan lama, bukan pasir laut, bukan
pasir urug dan bukan pasir beton.

2. Material timbunan adalah tanah yang mudah dipadatkan.

104
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT
3. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Request Material
timbunan tanah kepada Konsultan Supervisi sebelum material
tersebut didatangkan ke lokasi pekerjaan.

4. Tanah timbun harus mempunyai sifat-sifat fisik dan daya dukung


yang minimal sama atau lebih baik dari lapisan tanah
dibawahnya setelah dipadatkan.

Pasal 1 : Cara Pelaksanaan

1. Tanah timbun diangkut dan dihampar dilapangan dengan


menggunakan truk.

2. Tumpukan tanah timbun dihampar dengan menggunakan


greder

3. Hasil timbunan yang sudah diratakan kemudian dipadatkan


dengan menggunakan mesin giling (vibrator)

4. Material timbunan tanah harus dipadatkan lapisan demi lapisan


dengan Alat Stamper. Tebal minimal tiap lapisan adalah 30 cm.

5. Hasil pemadatan tanah harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

6. Tidak dibenarkan mengerjakan pekerjaan lain diatas permukaan


tanah timbunan sebelum pekerjaan timbunan dan pemadatan
tanah selesai 100% serta disetujui oleh Konsultan Supervisi.

105
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

106

Anda mungkin juga menyukai