Anda di halaman 1dari 10

PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION BERBASIS ANIMASI

TERHADAP KONSEPSI SISWA MATERI IKATAN KIMIA KELAS X


SMAN 1 DONDO KABUPATEN TOLITOLI

Uswatun Hasanah1, Daud K Walanda dan Siang Tandi Gonggo2


uswachem@gmail.com
1
Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Tadulako
2
Dosen Program Studi Magister Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Tadulako

Abstract
Uncomplete assessing of materials abstract in learning of chemistry will lead to students on
experiencing misconceptions as a result of the wrong internalization. This study aimed to analyze
the positive effect and significance of the direct instruction learning based on animation to wards
students’ conceptions of chemical bonding in the Grade X at SMAN 1 Dondo Tolitoli. This study
applied a quasi-experimental method with one group pretest-posttest design. Samples were 29
students determined by purposive sampling. The independent variable in this studywas the direct
instruction learning, while the dependent variable was the students' conceptions. The data
acquisition instrument was in the form of a diagnostic test consisted of 20 multiple-choice
questions and reasons using Certainty of Response Index (CRI). Data was analyzed using t-test two
sample pairs. Hypothesis test results obtained –taccount (-16.37) <-ttable (-2.05) at significance level
of 5%. This study concluded that there is a significant effect positively of direct instruction learning
based onanimation to improvestudents’ conceptions in the Grade X at SMAN 1 Dondo Tolitoli,
with the effect size d = 2.8 or with a relatively large level of effectiveness.
Key Words: direct instruction learning, animation, concept, chemical bonds, certainty of reasponse
index.

Salah satu hal yang sangat penting Pengetahuan Alam (IPA) yang terkesan sulit.
dalam pendidikan adalah proses Salah satu faktor penyebab pembelajaran
pembelajaran. Pembelajaran adalah kegiatan kimia terkesan sulit adalah bahwa beberapa
yang dirancang oleh guru untuk membantu konsep dalam kimia bersifat abstrak serta
siswa mempelajari suatu kemampuan dan dikarenakan kimia memiliki perbendaharaan
nilai yang baru dalam suatu proses yang kata yang khusus, dimana mempelajari kimia
sistematis, melalui tahap rancangan, seperti mempelajari bahasa yang baru
pelaksanaan dan evaluasi (Sagala, 2011). Hal (Chang, 2005). Faktor penyebab lain adalah
ini dipertegas dengan Peraturan Kementerian bahwa kimia memiliki 3 level yaitu level
Pendidikan Nasional Republik Indonesia No makroskopis, level submikroskopis dan level
41 tahun 2007 tentang Standar Proses bahwa simbolis/representatif (Johnstones, 1993).
dalam standar proses bagi satuan pendidikan Salah satu tujuan yang harus dicapai
dasar maupun menengah harus mencakup dalam pembelajaran kimia adalah siswa
standar proses yang meliputi perencanaan mampu menguasai konsep-konsep kimia
proses pembelajaran, pelaksanaan proses yang telah dipelajarinya, kemudian siswa
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran diharapkan mampu mengaitkan konsep-
dan pengawasan proses pembelajaran untuk konsep yang telah dipelajarinya dengan
terlaksananya proses pembelajaran yang materi yang sedang dipelajarinya. Oleh
efektif dan efisien. karena itu, penekanan penguasaan konsep
Pembelajaran kimia merupakan salah dalam pelajaran kimia menjadi sangat
satu cabang disiplin ilmu dari Ilmu penting.

43
44 e-Jurnal Mitra Sains, Volume 5 Nomor 1, Januari 2017 hlm 43-52 ISSN 2302-2027

Kenyataan yang terjadi di sekolah sifat-sifat atom yang membentuk ikatan


adalah mata pelajaran kimia dianggap sulit kovalen, bagaimana ikatan kovalen dibentuk,
oleh sebagian besar siswa SMA. Faktor yang jenis ikatan kovalen, dan karakteristik
menyebabkan kimia dianggap sebagai struktur kovalen.
pelajaran yang sulit, diantaranya kurangnya Penelitian lain yang dilakukan oleh
pemahaman siswa terhadap konsep-konsep Simbolon (2012) menunjukkan miskonsepsi
kimia dan banyak konsep-konsep kimia yang siswa pada sub konsep kestabilan unsur
bersifat abstrak (Fitriana dkk., 2010). Siswa sebesar 36.95%, pada sub konsep ikatan ion
yang mengalami kesulitan dalam memahami sebesar 35.91%, pada sub ikatan kovalen
konsep-konsep pada pelajaran kimia sebesar 40.41%, pada sub konsep ikatan
terkadang membuat penafsiran sendiri kovalen koordinasi sebesar 31.91%, pada sub
terhadap konsep yang dipelajari sebagai suatu konsep ikatan kovalen polar dan nonpolar
upaya untuk mengatasi kesulitan belajarnya. sebesar 45.13%, dan pada sub konsep ikatan
Namun, hasil tafsiran siswa terhadap konsep logam sebesar 39.72%. Secara keseluruhan
terkadang tidak sesuai dengan konsep ilmiah 38.34% siswa mengalami miskonsepsi pada
yang disampaikan oleh para ahli (Yunitasari pokok bahasan Ikatan Kimia.
dkk., 2013). Hal inilah yang akan berdampak Suparno (2005) menyatakan bahwa
pada munculnya miskonsepsi. Konsep- ada tiga langkah untuk mengatasi
konsep yang salah atau miskonsepsi tersebut miskonsepsi yang dialami siswa, yaitu
akan mengakibatkan peserta didik mengalami mencari atau mengungkap miskonsepsi yang
kesalahan juga untuk konsep pada tingkat dilakukan siswa, menemukan penyebab
berikutnya atau ketidakmampuan miskonsepsi tersebut, dan memilih dan
menghubungkan antar konsep. Hal ini menerapkan perlakuan yang sesuai untuk
mengakibatkan terjadinya rantai kesalahan mengatasi miskonsepsi tersebut yaitu berupa
konsep yang tidak terputus karena konsep kegiatan remediasi. Salah satu perlakuan
awal yang telah dimiliki akan dijadikan yang dapat diterapkan dalam mengurangi
sebagai dasar belajar konsep selanjutnya. miskonsepsi siswa adalah menggunakan
Para peneliti telah melaporkan berbagai model direct instruction berbasis animasi
kesalahpahaman siswa di hampir semua dalam pembelajaran. Model pembelajaran
materi, salah satu yang paling bermasalah direct instruction menekankan pada
bagi siswa adalah memiliki kesalahpahaman penguasaan konsep dan atau perubahan
dalam ikatan kimia (Tan and Treagust., perilaku. Menurut Arends (1997) dalam
1999). Ikatan kimia sebagaimana ilmu kimia Trianto (2011), model pengajaran langsung
secara umum, dalam pembelajarannya adalah salah satu pendekatan mengajar yang
meliputi tiga level berpikir yaitu level dirancang khusus untuk menunjang proses
makroskopik yang bisa diamati, level sub belajar siswa yang berkaitan dengan
mikroskopis yang tidak dapat diamati dan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
level simbolik. Ketiga level tersebut harus prosedural yang terstruktur dengan baik,
bisa disajikan oleh guru atau dosen sehingga yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan
tidak terjadi salah interpretasi (Tasker and yang bertahap, selangkah demi selangkah,
Dalton, 2006). Ünal dkk., (2010) menyatakan terstruktur, mengarahkan kegiatan para
bahwa subjek ikatan kimia secara umum siswa, dan mempertahankan fokus
meliputi konsep-konsep abstrak, sehingga pencapaian akademik.
menjadikan salah satu pelajaran yang sulit Hal tersebut sesuai dengan hasil
dipahami oleh siswa. Oleh karena itu, penelitian yang menunjukkan bahwa model
sebagian besar siswa memiliki miskonsepsi direct instruction disertai hierarki konsep
tentang ikatan kimia terutama pada jenis atau dapat digunakan untuk mengurangi
Uswatun Hasanah, dkk. Pembelajaran Direct Instruction Berbasis Animasi Terhadap Konsepsi Siswa……………45

miskonsepsi siswa pada materi pokok ulangan harian siswa SMA Negeri 1 Dondo
larutan penyangga (Yunitasari dkk., 2013). masih di bawah KKM (70) yaitu rata-rata
Selain itu, penelitian lain menemukan bahwa 45.
terdapat pengaruh yang signifikan model
pembelajaran langsung (direct instruction) METODE
melalui media animasi macromedia flash Jenis panelitian ini adalah penelitian
terhadap pemahaman konsep fisika siswa di kuantitatif menggunakan metode kuasi
SMA (Sakti dkk., 2012). eksperimen dengan desain penelitian
Salah satu alternatif yang dapat digunakan yaitu One Group Pretest Posttest
mendukung proses pembelajaran adalah Design (Sugiyono, 2015).
pemanfaatan media pembelajaran. Arsyad
Teknik pengambilan sampel dalam
(2011) mengemukakan bahwa penggunaan penelitian ini melalui teknik purposive
media pembelajaran dalam proses sampling, yakni pemilihan sampel dengan
pembelajaran dapat memperjelas penyajian pertimbangan melihat rata-rata nilai terendah
pesan dan informasi sehingga dapat dari hasil ulangan harian siswa pada materi
memperlancar dan meningkatkan proses dan ikatan kimia. Data dikumpulkan melalui
hasil belajar, meningkatkan motivasi dan pretest dan posttes menggunakan tes
efisiensi penyampaian informasi, menambah diagnostic yaitu soal pilihan ganda beralasan
variasi penyajian materi, menimbulkan disertai Certainty of Reasponse Index (CRI)
semangat, mencegah kebosanan siswa untuk sejumlah 20 soal yang telah divalidasi.
belajar, memberikan pengalaman yang lebih Teknik pengolahan data yang dimaksud
kongkrit bagi hal yang mungkin abstrak, dalam penelitian ini adalah metode
meningkatkan keingintahuan siswa, dan
kuantitatif dengan menggunakan rumus
memberikan stimulus serta mendorong statistik: menguji normalitas dengan uji one-
respon siswa. Keunggulan animasi, sample Kolmogorov-Smirnov test dalam
dibandingkan dengan media statis berupa SPSS, menguji hipotesis dengan
gambar adalah kemampuannya untuk menggunakan uji perbedaan dua rerata,
memvisualisasikan konsep-konsep yang setelah data diuji ternyata berdistribusi
abstrak dalam kimia (Chang 2005). normal dan homogen. Untuk menguji
Berdasarkan hasil wawancara dengan hipotesis dengan menggunakan uji-t paired
salah satu guru kimia di SMA Negeri 1 samples test dalam SPSS.
Dondo Kabupaten Tolitoli terkait Kriteria siswa yang mengalami
pembelajaran tentang ikatan kimia diperoleh miskonsepsi diberikan tes pilihan ganda
bahwa guru di sekolah tersebut masih beralasan menggunakan certainty of
menerapakan pembelajaran tradisional dan
response index (CRI). Skala CRI diberikan
belum menggunakan media lain seperti nilai 0-5 untuk menentukan tingkat
animasi. Pernyataan tersebut menunjukkan keyakinan jawaban dari siswa. Adapun
bahwa dalam proses pembelajan guru belum kriteria CRI dapat disajikan pada Tabel 1.
mengkaji materi yang bersifat abstrak secara
maksimal. Jika kajian secara mikroskopis
Tabel 1 Skala Kriteria Penilaian CRI
diabaikan, maka akan menyebabkan siswa Skala Penilaian CRI Kriteria
mengalami miskonsepsi akibat internalisasi 0 Menebak jawaban
yang keliru, karena pengamatan secara 1 Hampir tebakan
makroskopis (dunia nyata) berbeda bahkan 2 Tidak yakin
bertentangan dengan pengamatan secara 3 Yakin
mikroskopis (Chandrasegaran, et al., 2007). 4 Hampir pasti
Selain itu, diperoleh informasi bahwa hasil 5 Pasti
46 e-Jurnal Mitra Sains, Volume 5 Nomor 1, Januari 2017 hlm 43-52 ISSN 2302-2027

HASIL DAN PEMBAHASAN yang telah mewakili pokok bahasan,


sehingga soal yang sudah melebihi tidak
1. Hasil Analisis Data dengan Statistik digunakan lagi. Penelitian penerapan
Deskriptif dilakukan di SMAN 1 Dondo Kabupaten
Data yang dianalisis dalam penelitian ini Tolitoli.
diperoleh melalui penelitian pendahuluan dan Data yang dideskripsikan dalam penelitian
penelitian penerapan. Penelitian pendahuluan ini yaitu data tentang konsepsi siswa pada
dilakukan pada siswa kelas X D SMA Negeri materi ikatan yang didapat dari tes hasil
9 Palu dengan tujuan untuk melakukan belajar berupa tes awal (pretest) dan tes akhir
validasi 40 item soal. Berdasarkan hasil uji (posttest).
validasi item soal didapatkan soal yang Persentase hasil pretest-postest konsepsi
diterima/layak berjumlah 29 soal. Soal yang siswa pada materi ikatan kimia menggunakan
digunakan sebanyak 20 soal. 9 soal tidak CRI dapat dilihat pada Tabel 2.
digunakan dengan pertimbangan ada soal

Tabel 2. Deskripsi Data Pretest-postest Konsepsi Siswa


Persentase Pretest (%) Postest (%)
Konsep TP M PS P TP M PS P
Struktur Lewis 26.7 38.8 11.2 23.3 2.6 10.3 1.7 85.4
Ikatan Ion 31.9 16.4 18.1 33.6 7.8 1.7 5.2 85.3
Ikatan Kovalen 65.5 19.8 10.3 4.4 27.6 11.2 16.4 44.8
Ikatan Kovalen
75.9 10.3 13.8 0 33.3 3.4 24.1 39.2
Koordinasi
Ikatan Kovalen Polar
82.8 4.6 12.6 0 29.9 4.6 10.3 55.2
dan Non Polar
Ikatan Logam 48.3 10.3 17.3 24.1 12.6 0 3.4 84.4

Kriteria:
TP = Tidak Paham
M = Miskonsepsi
PS = Paham Sebagian
P = Paham

Persentase hasil belajar siswa menggunakan


CRI disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa

Kriteria
TP (%) M (%) PS (%) P (%)
Konsepsi

Pretest 53.44 18,27 13,62 14,65


Postest 18.10 5.86 10.17 65.86

Data hasil belajar siswa pada materi ikatan


kimia disajikan pada Tabel 4.
Uswatun Hasanah, dkk. Pembelajaran Direct Instruction Berbasis Animasi Terhadap Konsepsi Siswa……………47

Tabel 4. Deskripsi Data Skor Hasil Belajar Siswa

Sampel Hasil Belajar Awal Hasil Belajar Akhir


Nilai (Pretest) (Posttest)

Sampel 29 29
Nilai Minimum 15 50
Nilai Maksimum 65 95
Nilai Rata-Rata 33.45 75.3

2. Uji Hipotesis Kesimpulannya bahwa terdapat perngaruh


yang signifikan pembelajaran direct
Sebelum dilakukan uji hipotesis,
instruction berbasis animasi terhadap
dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas
konsepsi siswa pada materi ikatan kimia
dan homogenitas hasil belajar siswa (pretest
kelas X SMA Negeri 1 Dondo Kabupaten
dan posttest). Hasil pengujian persyaratan
Tolitoli.
analisis menunjukkan bahwa data yang
diperoleh berdistribusi normal dan homogen.
4. Hasil Uji Effect Size
Variabel penelitian telah memenuhi syarat
untuk dilakukan pengujian statistik lebih Perhitungan effect size di dalam kelas
lanjut, yaitu pengujian hipotesis dengan diperoleh nilai d = 2.8 (tergolong besar). Hal
menggunakan uji-t dengan menggunakan uji tersebut sesuai dengan harga effect size, yaitu
perbedaan dua rata-rata sampel berpasangan, jika d > 0.8 maka efektifitasnya tergolong
dan melihat efektivitas perlakuan yang besar. Hasil effect size rata-rata setiap siswa
diberikan dianalisis menggunakan effect size. yaitu 4.1 dan juga tergolong besar.

3. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata PEMBAHASAN


Data yang dianalisis merupakan data
hasil pretest dan postest. Hasil perhitungan Animasi yang digunakan dalam
statistik uji perbedaan dua rata-rata dengan penelitian ini merupakan hasil karya dari
tingkat signifikansi 0.05. peneliti dibantu oleh animator. Pembuatan
Uji-t digunakan untuk menguji ada animasi ikatan kimia ini melalui serangkaian
tidaknya perbedaan rata-rata sampel tahapan-tahapan. Tahap perencanaan diawali
berpasangan. Kriteria pengujian: H0 diterima dengan menetapkan materi pembelajaran
apabila nilai sig. > 0.05, H0 ditolak apabila yang akan dimasukkan ke dalam media.
nilai sig. < 0.05. Atau H0 diterima apabila – Selanjutnya menentukan perangkat yang
ttabel ≤ thitung ≤ ttabel, H0 ditolak apabila – akan digunakan dalam pembuatan media,
thitung < -ttabel atau thitung > ttabel . Dari hasil yaitu:
perhitungan dapat dijelaskan bahwa: hasil (1) Materi Ikatan kimia
pretest-postes siswa diperoleh nilai sig. = Standar Kompetensi: Memahami struktur
0.000 dan thitung = -16.37. Hal ini berarti nilai atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan
sig. < 0.05 atau (0.000 < 0.05) dan untuk kimia.
nilai ttabel dengan taraf signifikan (α = 0.05) Kompetensi Dasar: Membandingkan proses
derajat kebebasan (df = 28) diperoleh 2.05 pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen,
dapat dijelaskan bahwa nilai -thitung < -ttabel ( - ikatan kovalen koordinat dan ikatan logam,
16.37 < -2.05). Berdasarkan kriteria serta hubungannnya dengan sifat fisika
pengujian hipotesis berarti Ho ditolak. senyawa yang terbentuk.
48 e-Jurnal Mitra Sains, Volume 5 Nomor 1, Januari 2017 hlm 43-52 ISSN 2302-2027

Indikator: tahapan selanjutnya peneliti dibantu oleh


- Menjelaskan kecenderungan suatu unsur seorang animator.
untuk mencapai kestabilannya. (4) Tahap Produksi dan Penyelesaian
- Menggambarkan lambang Lewis unsur Tahapan ini merupakan tahapan akhir,
gas mulia (duplet dan oktet) dan unsur dengan didapatnya 2 jenis file yang
bukan gas mulia. berekstensi .swf dan .exe. Selanjutnya pada
- Menjelaskan tentang terbentuknya ikatan tahap penyelesaian file dipublikasi dalam
ion. bentuk file berekstensi .exe, kemudian
- Menjelaskan tentang terbentuknya ikatan ditransfer dalam bentuk CD dengan program
kovalen tunggal, rangkap dan rangkap Nero.
tiga. (5) Tahap Validasi dan Revisi
- Menjelaskan tentang terbentuknya ikatan Media animasi yang dihasilkan
kovalen koordinasi. kemudian divalidasi oleh ahli media. Pada
- Menyelidiki kepolaran dari beberapa tahap ini validator memberikan beberapa
senyawa dan menghubungkannya dengan masukan, sehingga pada animasi ini
keelektronegatifan unsur-unsur melalui dilakukan perbaikan pada konteks kalimat
percobaan. yang digunakan, warna yang digunakan
- Mendeskripsikan proses pembentukan dalam animasi dan materi yang ditampilkan.
ikatan logam dan hubungannnya dengan Setelah dilakukan perbaikan, diperoleh nilai
sifat fisik logam. 96,4% yang berarti media animasi valid dan
- Menghubungkan sifat fisis materi dan layak digunakan.
hubungannnya dengan jenis ikatan Konsep-konsep yang diujikan pada
kimianya. materi ikatan kimia terdiri dari 6 konsep yaitu
Sumber buku yang digunakan: konsep struktur Lewis, ikatan ion, ikatan
- Rahardjo, B. S. 2012. Kimia Berbasis kovalen, ikatan kovalen koordinasi, ikatan
Eksperimen. Jakarta: Tiga serangkai. kovalen polar dan non polar serta ikatan
- Purba. M. 2006. Kimia SMA Kls X. logam. Pada Tabel 2 hasil pretest terlihat
Jakarta: Erlangga. bahwa persentase tertinggi siswa yang tidak
(2) Perangkat Pembuatan Media paham konsep terdapat pada konsep ikatan
Perangkat yang digunakan dalam kovalen polar dan non polar yaitu 82.8% dan
pembuatan media ini adalah perangkat keras persentase siswa yang mengalami
dan perangkat lunak. Perangkat keras yang miskonsepsi tertinggi terlihat pada konsep
digunakan adalah sebuah laptop, sedangkan struktur Lewis yaitu 38.8%. Setelah
perangkat lunak yang digunakan adalah dilakukan perlakuan menggunakan
Adobe Flash CS 5. pembelajaran direct instruction berbasis
(3) Pembuatan Desain Media animasi, terjadi penurunan persentase siswa
Tahapan ini merupakan tahapan yang tidak paham konsep dan miskonsepsi.
penentuan konsep dari animasi pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh
Media ini didesain sebagai alat bantu positif dari pembelajar direct instruction
pembelajaran baik bagi guru maupun siswa. berbais animasi terhadap konsepsi siswa.
Hasil dari tahap ini adalah desain media Berdasarkan uji-t berpasangan
berupa skema dan juga storyboard. diperoleh –thitung (-16.367) < -ttabel (-2.05)
Storyboard tersebut berisi gambaran kasar untuk df = 28 dan α = 5%, menunjukkan
dari media animasi pembelajaran yang dibuat bahwa terjadi perubahan konsepsi siswa yang
yaitu mulai dari intro, tujuan, menu ikatan, signifikan tentang ikatan kimia antara
contoh soal, dan latihan. Pada tahan ini dan sebelum dan sesudah diberikan remediasi
menggunakan model pembelajaran direct
Uswatun Hasanah, dkk. Pembelajaran Direct Instruction Berbasis Animasi Terhadap Konsepsi Siswa……………49

instruction berbasis animasi. Penelitian ini 18.10%, miskonsepsi dari 18.27% menjadi
diperkuat dengan penelitian yang telah 5.86%, paham sebagian dari 13.62% menjadi
dilakukan oleh Sakti dkk., (2013) tentang 10.17%, serta terjadi peningkatan tingkat
pengaruh media animasi fisika dalam model pemahaman dari 14.65% menjadi 65.86%.
pembelajaran langsung (direct instruction) Hal ini juga telah dibuktikan oleh Andriana
terhadap minat dan pemahaman konsep fisika dkk., (2014) dalam penelitiannya, yang
di SMA Negeri Bengkulu yang menunjukkan menyatakan bahwa model direct instruction
adanya pengaruh yang baik antara berbantu animasi flash memberikan
penggunaan media animasi dalam model perubahan konseptual yang signifikan pada
direct instruction terhadap pemahaman siswa sesudah dilakukan remediasi
konsep dan minat belajar fisika. menggunakan model direct instruction
Perubahan konsepsi siswa dari yang berbantu animasi flash dengan effect size
tidak paham, miskonsepsi dan paham yang tergolong tinggi yaitu ES = 1,58.
sebagian menjadi paham konsep Penelitian lain yang dilakukan oleh
menunjukkan bahwa pembelajaran direct Lasmiyatun dan Saptaningrum (2012)
instruction membantu siswa mendapatkan menyatakan bahwa penerapan Macromedia
pengetahuan yang lebih jauh. Hal ini sesuai Flash dengan model pembelajaran kooperatif
teori yang dinyatakan oleh Arends (Trianto, tipe Think Pair Share dapat meningkatkan
2007) bahwa model direct instruction hasil belajar fisika di SMP N 2 Ampel pada
dirancang khusus untuk menunjang proses pokok bahasan cahaya.
belajar siswa yang berkaiatan dengan Hasil penelitian ini sejalan dengan teori
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan yang dikemukakan oleh Utami (2011)
prosedural yang terstruktur dan diajarkan menyatakan bahwa animasi berfungsi sebagai
dengan pola kegiatan yang bertahap, sarana untuk memberikan pemahaman
selangkah demi selangkah. Hasil penelitian kepada murid atas materi yang akan
Sofiyah (2010) menyatakan bahwa diberikan. Munir (2012) menyatakan bahwa
pembelajaran direct instruction pada konsep animasi dalam pembelajaran memberikan
cahaya dapat meningkatkan hasil belajar manfaat yakni dapat menunjukkan objek
fisika siswa. dengan ide, menjelaskan konsep yang sulit,
Berdasarkan perhitungan effect size menjelaskan konsep yang abstrak menjadi
diperoleh nilai d = 2.8 (tergolong besar). kongkrit, dan menunjukkan dengan jelas
Dengan demikian maka model direct suatu langkah prosedural. Animasi dalam
instruction berbasis animasi efektif untuk penelitian ini dapat menggambarkan proses
meningkatkan konsepsi siswa tentang ikatan terbentuknya ikatan kimia, bagaimana
kimia di SMA Negeri 1 Dondo. Hal tersebut terjadinya pelepasan dan pengikatan elektron
sesuai dengan harga effect size, yaitu jika d > dalam proses ikatan ion, bagamana terjadinya
0,8 maka efektivitasnya tergolong besar. proses pemakaian elektron secara bersama-
Ukuran efek adalah besarnya efek yang sama dalam ikatan kovalen, dan
ditimbulkan oleh parameter yang diuji di menunjukkan elektron yang terdekolalisasi
dalam pengujian hipotesis (Cohen, 1992). dalam ikatan logam.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa Materi yang disajikan dalam bentuk
model pembelajaran direct instruction slide dengan animasi, gambar, dan variasi
berbasis animasi memberikan pengaruh yang warna yang menarik dapat mengarahkan
signifikan terhadap perubahan konsepsi perhatian siswa sehingga siswa lebih
siswa. Hasil tersebut juga terlihat pada Tabel termotivasi untuk memahami materi-materi
3, yakni terjadi penurunan persentase siswa yang disajikan dan bertahan lama dalam
yang tidak paham dari 53.44% menjadi ingatan siswa. Siswa dapat melihat secara
50 e-Jurnal Mitra Sains, Volume 5 Nomor 1, Januari 2017 hlm 43-52 ISSN 2302-2027

langsung ilustrasi abstrak dan penyajian besar. Effect size menunjukkan seberapa
materi pun dapat dilakukan secara berulang- besar efektivitas perlakuan yang diberikan
ulang dengan bentuk dan isi yang sama pada setiap siswa, dan hasil tersebut
(Siregar, 2013). Pemakaian media menunjukkan efek yang besar bagi setiap
pembelajaran dalam proses belajar-mengajar siswa.
dapat membangkitkan keinginan dan minat
yang baru, membangkitkan motivasi dan KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
rangsangan kegiatan belajar dan bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis Kesimpulan
terhadap siswa (Arsyad, 2011). Pembelajaran direct instruction
Persentase postes konsepsi siswa yang berbasis animasi memberikan pengaruh yang
terdapat pada Table 2 terlihat bahwa pada posiitf dan signifikan terhadap konsepsi
konsep struktur Lewis, ikatan ion, ikatan siswa pada materi ikatan kimia kelas X
kovalen polar dan nonpolar serta ikatan SMAN 1 Dondo Kabupaten Tolitoli. Hasil
logam, siswa masuk kategori paham lebih pretest, siswa yang tidak memahami konsep
dari 50%, namun pada konsep ikatan kovalen sebesar 53,44%, miskonsepsi sebesar
dan ikatan kovalen koordinasi peresntase 18,27%, paham sebagian 13.62% dan paham
siswa yang masuk kategori paham berada 14,65% sedangkan pada posttest yang tidak
dibawah 50%, yaitu 44.8% untuk ikatan memahami konsep menurun menjadi
kovalen dan 39.2% untuk ikatan kovalen 18,10%, miskonsepsi 5,86%, paham sebagian
koordinasi. Penyebab masih banyaknya siswa 10,17% dan paham konsep meningkat
yang tidak paham pada konsep tersebut menjadi 65.7%. Perubahan konsepsi yang
karena kekurangan yang terdapat pada signifikan pada siswa sebelum dan sesudah
animasi, terutama pada konsep ikatan dilakukan perlakuan menggunakan model
kovalen koordinasi, selain itu pemahaman direct instruction berbasis animasi, yaitu –
awal siswa dapat mempengaruhi pemahaman thitung (-16.367) < -ttabel (-2.05) dengan taraf
siswa selanjutnya. signifikan 5%. Effect size penggunaan model
Hal tersebut sesuai dengan pendapat direct instruction berbasis animasi tergolong
Utami (2011) bahwa selain kemampuan besar (d = 2.8) yang tergolong besar.
memori otak, pengetahuan awal (prior Sedangkan effect size individu yang diperoleh
knowledge) mengenai konsep yang akan pada setiap siswa yaitu rata-rata d = 4.1 juga
dijelaskan juga mempengaruhi tingkat tergolong besar.
keefektifan animasi. Penyebab lainnya yaitu
kekurangan dari model pembelajaran direct Rekomendasi
instruction, yakni demonstasi sangat 1) Animasi materi ikatan kimia masih dapat
bergantung pada keterampilan pengamatan dikembangkan dan diperluas pada pokok
siswa, namun banyak siswa yang kurang bahasan pelajaran kimia dengan
perhatian dan bukanlah pengamat yang baik memperdalam materi.
sehingga dapat melewatkan hal-hal yang 2) Agar remediasi berjalan lancar, sebaiknya
dimaksudkan oleh guru (Shamdas, 2012). guru mata pelajaran hadir dalam setiap
Bedasarkan semua data yang diperoleh proses remediasi.
terlihat bahwa pembelajaran direct
instruction berbasis animasi memberikan UCAPAN TERIMA KASIH
pengaruh yang positif dan efek yang baik Penulis mengucapkan terima kasih dan
bagi semua siswa. Hal ini terlihat dari hasil penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
perhitungan effect size pada setiap siswa, semua pihak yang telah berjasa membantu
diperoleh rata-rata d = 4.1 yang tergolong
dan menghantarkan penulis dalam
Uswatun Hasanah, dkk. Pembelajaran Direct Instruction Berbasis Animasi Terhadap Konsepsi Siswa……………51

merampungkan tugas akhir ini, khususnya Belajar Siswa. Jurnal Penelitian


kepada Bapak Kepala SMAN 1 Dondo, Guru Pendidikan Fisika. Volume 3 (3). 9-16.
kimia SMAN 1 Dondo, Ferdiansyah Munir. 2012. Konsep dan Aplikasi dalam
(animator) yang telah memberi dukungan dan Pendidikan. Bandung. Alfabeta.
arahan kepada penulis sehingga penyusunan Sagala, S. 2011. Konsep dan Makna
artikel ini dapat terselesaikan dengan baik. Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sakti, I., Puspasari, Y .M., dan Risdianto, E.
DAFTAR RUJUKAN 2012. Pengaruh Model Pembalajaran
Langsung (Direct Instruction) Melalui
Andriana, E., Djudin, T., dan Arsyid, S.B. Media Animasi Berbasis Macromedia
2014. “Remediasi Miskonsepsi Flash Terhadap Minat Belajar Dan
Pembiasan Cahaya Pada Lensa Tipis Pemahaman Konsep Fisika Siswa Di
Menggunakan Direct Instruction SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu.
Berbantuan Animasi Flash SMA”. Jurnal Exacta, Volume X (1). 1-10.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Shamdas, G. B. N. 2012. Pembelajaran
Volume 3 (1): 1-11. Inovatif. Palu: Lembaga Pengkajian
Arsyad. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta : Pembaharuan Hukum dan Kebijakan
PT Grafindo. Publik.
Chandrasegaran, A. L., Treagust, D. F., and Simbolon, O. R. 2012. Analisis Miskonsepsi
Mocerino, M. 2007. “The Development Siswa SMA Kelas X Pada Pokok
of a two-tier Multiple-choice Bahasan Ikatan Kimia Di Kecamatan
Diagnostic Instrument for Evaluating Bandar Tahun Ajaran 2011/ 2012.
Secondary School Students’ Ability to Skripsi tidak diterbitkan. Medan:
Describe and Explain Chemical Program Pendidikan Kimia UniMed
Reactions Using Multiple Levels of Medan.
Representation”. Journal Chemistry Siregar, S. 2013. Pengaruh Model
Education: Research and Pembelajaran Inkuiri Berbasis Media
Practice.Volume 8 (3): 293-307. Animasi Terhadap Pemahaman
Chang, R. 2005. Kimia Dasar: Konsep- Konsep, Sikap Ilmiah dan Assesmen
Konsep Inti (S. S. Achmadi, Trans. 3rd Kinerja Siswa Pada Konsep Sintesis
ed. Vol. 2). Jakarta: Erlangga. Protein. Jurnal EduBio Tropika.
Cohen, J. 1992. A Power Primer. Volume 1. 101-106.
Psychological Bulletin, 112 (1): 1-8. Siregar, S. 2014. Statistik Paramaterik untuk
Fitriana, R., Winarni, S., Sulastri dan Nazar, Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi
M. 2010. “Identifikasi Miskonsepsi Aksara
Siswa SMA Pada Konsep Faktor-faktor Sofiyah. 2010. Pengaruh Model
yang Mempengaruhi Laju Reaksi”. Pembelajaran Langsung (Direct
Jurnal Biologi Edukasi. Volume 2 (3): Instuction) Terhadap Hasil Belajar
48-52. Fisika Siswa. Skripsi tidak diterbitkan.
Johnstone, A. H. 1993. Symposium on Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Revolution and Evolution in Chemical Jakarta.
Education. Volume 70 (9). 701-705. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Lasmiyatun dan Saptaningrum, E. 2012. Pendidikan: Pendidikan Kuantitatif,
Implementasi Macromedia Flash Kualitatif dan R and D. Bandung:
dengan Model Pembelajaran Alfabeta.
Kooperatif Tipe Think Pair Share
Sebagai Upaya Peningkatan Hasil
52 e-Jurnal Mitra Sains, Volume 5 Nomor 1, Januari 2017 hlm 43-52 ISSN 2302-2027

Suparno, P. 2005. Miskonsepsi dan Prasetyo, H.T. 2009. Efektivitas Metode


Perubahan Konsep dalam Pendidikan. Pembelajaran Direct Instruction Yang
Jakarta: PT. Grasindo. Disertai Dengan Media Komputer
Tan, K. D. and Treagust, D. F. 1999. Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada
Evaluating students’ understanding of Materi Reaksi Redoks Kelas X
chemical bonding. School Science Semester Genap Sma Negeri 1
Review. Volume 81 (294). 75-84. Kartasura Sukoharjo Tahun Pelajaran
Tasker, R. and Dalton, R. 2006. Research 2008/2009. Skripsi tidak diterbitkan.
into Practice: Visualisation of the Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Molecular World Using Animations. Yunitasari, W., Susilowati, E., dan
Journal Chemistry Education Research Nurhayati, N. D. 2013. Pembelajaran
and Practice. Volume l7 (2). 141-159. Direct Instruction Disertai Hierarki
Trianto. 2011. Model-model Pembelajaran Konsep Untuk Mereduksi Miskonsepsi
Inovatif Berorientasi Konstrutivistik. Siswa Pada Materi Larutan Penyangga
Surabaya: Prestasi Putaka Publisher. Kelas XI IPA Semester Genap SMA
Ünal, S., Coştu, B., and Ayas, A.A. 2010. Negeri 2 Sragen Tahun Ajaran
Secondary School Students 2012/2013. Jurnal Pendidikan Kimia
Misconception of Covalent Bonding. (JPK), Volume 2 (3): 182-190.
Journal of Turkish Science Education,
Volume 7 (2). 3-29.
Utami, D. 2011. Animasi dalam
Pembelajaran. Majalah Ilmiah
Pembelajaran, 1 (7). 44-52.

Anda mungkin juga menyukai