Anda di halaman 1dari 7

KEPERAWATAN MATERNITAS 1

PERUBAHAN FISIOLOGI PADA ALAT REPRODUKSI PADA


MASA POST PARTUM

DISUSUN
NAMA : SITTI RAHMA ROSITALIA
NIM : 201701088
KELAS : 2B Keperawatan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
TAHUN AJARAN 2018
BAB 1

PENDAHULUAN

Masa Nifas

Masa nifas dimulai sejak bayi dilahirkan dan setelah plasenta keluar dari

rahim, kemudian berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil berlangsung sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6

minggu yang merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya kembali organ

reproduksi pada keadaan normal (Ambarwati, 2010).

Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6 sampai 8

minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan

berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil atau

tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologis dan psikologis karena

proses persalinan (Saleha, 2009).

Menurut hitungan awam masa nifas merupakan masa setelah melahirkan

selama 6 minggu atau 40 hari. Masa ini penting untuk terus dipantau karena

merupakan masa pembersihan rahim, sama halnya seperti masa haid (Saleha,

2009).

Pada fase ini terdapat 3 tahapan masa nifas yaitu, Puerperium dini yang

merupakan pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

Kemudian, Puerperium intermedial yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat

genitalia yang lamanya 6 sampai 8 minggu, serta Remote puerperium yaitu waktu

yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama bila selama hamil atau bersalin

ibu mengalami komplikasi (Suherni dkk, 2009).


BAB 2

TINJUAN PUSTAKA

1. Perubahan fisiologis dan psikologis masa nifas

Masa pasca persalinan adalah fase khusus dalam kehidupan ibu serta bayi.
Bagi ibu yang mengalami persalinan untuk pertama kalinya, ibu menyadari
perubahan yang sangat bermakna dalam hidupnya. Keadaan ini ditandai terjadinya
perubahan fisik dan psikologis pada ibu (Prawirohardjo, 2008).

Salah satu perubahan fisik yang terjadi pada ibu masa nifas yaitu
perubahan pada uterus, lokia, vagina dan vulva. Pada masa nifas, uterus akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Segera setelah
lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang
lebih pertengahan antara umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Korpus
uteri pada masa ini sebagian besar terdiri dari miometrium yang dilapisi oleh
serosa dan desidua basalis. Dua hari kemudian, uterus masih tetap pada ukuran
yang sama dan kemudian mengerut. Pada hari kelima post partum, uterus kurang
lebih setinggi 7cm diatas simfisis atau pertengahan antara simfisis dan umbilikus,
dan dalam dua minggu uterus telah turun masuk kedalam rongga pelvis dan tidak
dapat lagi diraba diatas simfisis (Rukiyah, 2011). Berikut tabel perubahan uterus
setelah melahirkan (Saleha, 2009).
Tabel 2.1.2. Perubahan uterus setalah melahirkan

INVOLUSI TINGGI FUNDUS BERAT UTERUS


UTERI
Bayi lahir Setinggi pusat, 2 jari 1.00 gram
dibawah pusat
1 minggu Pertengahan pusat 750 gram
simfisis
2 minggu Tidak teraba diatas 500 gram
simfisis
6 minggu Normal 50 gram
8 minguu Normal tapi sebelum 30 gram
hamil
Uterus mengeluarkan cairan sekret yang disebut lokia. Warna lokia
berubah seiring waktu, mula-mula berwarna merah sampai putih.
Perubahan warna dan jumlah lokia yang dikeluarkan memberikan
informasi apakah involusi uterus terjadi secara normal atau tidak (Murray
& McKinney, 2007).

Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina selama masa nifas. Awalnya, lokia adalah berwarna merah,
umumnya disebut dengan lokia rubra. Lokia rubra muncul pada hari ke 1-2
pasca persalinan, mengandung darah dan sisa-sisa selaput ketuban.
Berwarna merah dan kuning berisi darah lendir, disebut dengan lokia
sanguinolenta, lokia ini muncul pada hari ke 3-7. Pada hari ke 7-14 pasca
persalinan, cairan menjadi berwarna kuning hingga kecoklatan serta cairan
ini tidak berdarah lagi, umumnya disebut lokia serosa. Cairan berwarna
putih kekuningan disebut dengan lokia alba, mengandung leukosit, selaput
lendir serviks dan serabut jaringan mati, lokia ini muncul sejak 2-6 minggu
pasca persalinan. Lokia mempunyai bau yang amis (anyir), meskipun tidak
terlalu menyengat dan volumenya berbeda pada setiap wanita. Total
jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar 240 hingga 270 ml. Lokia
dimulai sebagai suatu pelepasan cairan dalam jumlah yang banyak pada
jam-jam pertama setelah melahirkan. Lokia biasanya berlangsung kurang
lebih selama 2 minggu setelah bersalin, namun penelitian terbaru
mengindikasikan bahwa lokia menetap hingga 4 minggu dan dapat
berhenti atau berlanjut hingga 56 hari setelah bersalin (Rukiyah, 2011).

Vulva dan vagina saat masa nifas mengalami penekanan serta


peregangan yang sangat besar selama proses persalinan, dan dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap
berada dalam keadaan kendur, vagina dan pintu keluar vagina pada bagian
pertama masa nifas membentuk lorong berdinding lunak (Rukiyah, 2011).
Ukuran vagina akan kembali seperti ukuran sebelum hamil 6-8 minggu
setelah melahirkan dan rugae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) akan
kembali terlihat pada minggu keempat (Bobak, Lodermilk, Jensen &
Perry, 2005).

Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus


dijalani. Ibu tidak hanya mengalami perubahan fisik namun juga
psikologisnya yang mengakibatkan gangguan emosional. Kesejahteraan
emosional ibu selama periode dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti
kelelahan, peran barunya sebagai ibu, cemas dengan kesehatannya sendiri
atau bayinya serta tingkat dukungan yang diberikan untuk ibu (Rukiyah,
2011).

Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan


dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan,
ibu akan mengalami beberapa fase meliputi, taking in, taking hold, dan
letting go. Fase taking in, yaitu periode ketergantungan berlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah persalinan. Pada fase ini ibu sangat
bergantung pada orang lain dan fokus utama ibu hanya pada dirinya
sendiri, ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinannya dari
awal sampai akhir (Saleha, 2009). Kemudian fase taking hold, yaitu
periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase
ini timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung
jawabnya dalam merawat bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif
sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Bagi petugas kesehatan
fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan penyuluhan
dan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan ibu nifas. Seperti mengajarkan
cara merawat bayi, cara menyusui yang benar, cara merawat luka jahitan,
memberikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan ibu seperti gizi,
istirahat, dan kebersihan diri (Suherni, 2009).

Selanjutnya, fase letting go, yaitu masa dimana ibu sudah


menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10
hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai secara penuh menerima tanggung
jawab sebagai seorang ibu dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi
sangat bergantung pada dirinya (Saleha, 2009)
DAFTAR PUSTAKA

Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai