Golongan I
Zat warna yang termasuk dalam golongan 1 yaitu yaitu zat warna yang larut dalam
pelarut organic toluene, yaitu zat warna bejana, zat warna dispersi, beberapa zat
warna kompleks logam, beberapa zat warna dispersi-reaktif, dan semua zat warna
naftol.
O OH
NaOH
ONa
ONa
Bahan-bahan :
- Contoh uji kain sutera
- Contoh uji kain kapas
- Kain kapas putih
- Serat wool
- Serat akrilat
Pereaksi :
- Larutan sabun
- Larutan piridin
- HCl pekat
- Larutan toluena
- Alkohol
- NaOH 10%
- Natrium Hidrosulfit
- Amonia pekat
- H2SO4
- CH3COOH
- NaCl
IV. CARA KERJA
(terlampir pada jurnal)
V. DATA PENGAMATAN
(terlampir pada jurnal)
VI. DISKUSI
Pada pengujian identifikasi zat warna bejana, prinsipnya zat warna bejana akan
mecelup kembali serat selulosa setelah dilakukan oksidasi. Akan ketika dilakukan
pencucian dalam suasana asam maupun alkali, zat warna bejana tidak luntur atau
luntur sedikit. Sehingga ketika dilakukan pencelupan dengan serat multifiber, zat
warna bejana tidak mencelup kembali semua serat. Hal ini bisa dilihat pada serat
multifiber hasil contoh uji no 1, baik dalam suasana asam maupuin alkali, tidak ada
jenis serat yang tercelup oleh zat warna bejana. Ketidaklunturan zat warna bejana
dalam proses pencucian ini disebabkan zat warna bejana tidak larut dalam air
sehingga ketahanan luntur terhadap pencuciannya tinggi. Demikian pula ketika diuji
oleh piridin, zat wrna bejana tidak luntur, sedangkan pada uji toluena, zat warna
bejana terdapat dalam lapisan toluena.
Pada pengujian identifikasi zat warna reaktif, zat warna reaktif ketahanan luntur
tinggi dalam larutan pencucian. Seperti yang terlihat pada contoh uji no 60. Pada
prinsipnya zat warna reaktif tidak tahan oksidator, maka pada uji pencucian akan
rusak. Selain itu zat warna ini merupakan zat warna yang hidrofil atau larut dalam
pelarut air. Pada pengujian DMF 1:1 kapas tercelup warna muda, sedangkan DMF
100% kapas tercelup warna tua dan pada uji penentuan wolnya tercelup tua.
Pada identifikasi zat warna naftol, zat warna tidak akan mencelup kembali semua
jenis serat, namun memberikan warna kuning pada kapas yang dapat berpendar dalam
sinar ultra lembayung. Seperti yang terlihat pada contoh uji no 27. Pada uji
pencuciannya tidak luntur, pada pelunturan piridin juga tidak luntur. Hasil
pencelupannya merupakan hasil reaksi antara senyawa naftol dan garam diazonium.
Saat pelunturan zat warna naftol, yang dilunturkan adalah senyawa naftolnya saja
yang tidak berwarna, garam diazonium adalah pemberi warna dalam pencelupan zat
warna naftol. Senyawa naftol yang telah diserap kembali oleh serat cotton akan
berpendar dalam sinar fluorecent.
Pada identifikasi zat warna direk, zat warna akan luntur banyak dalam proses
pencucian. Hal ini disebabkan zat warna direk berikatan hidrogen dengan serat yang
merupakan ikatan lemah dan dapat putus dalam suhu tinggi sehingga ketahanan luntur
terhadap pencuciannya tidak baik. Pada proses pencelupan dengan serat multifiber,
dalam suasana asam zat warna direk dapat mencelup serat poliamida, wool, dan
poliakrilat dengan warna tua sedangkan serat kapas tercelup dengan warna muda.
Sedangkan dalam suasana alkali zat warna direk dapat mencelup serat kapas dengan
warna tua dan serat poliamida dengan warna muda. Hal ujinya dapat dilihat pada
contoh uji no 2. Selain itu zat warna direk juga luntur dalam uji piridin dan pada uji
toluena zat warna berada pada lapisan air. Zat warna direk ketika dilakukan
pencelupan pada bahan kapas, wool, dan akrilat, yang tercelup paling tua adalah
kapas. Hal ini dikarenakan zat warna direk dapat berikatan dengan gugus hidroksil
dari selulosa dengan ikatan hidrogen.
Pada identifikasi zat warna basa, zat warna luntur cepat dalam uji pencucian. Pada
proses pencelupan dengan serat multifiber, dalam suasana asam mencelup kembali
serat wol, akrilat dengan warna tua dan menodai serat-serat lain. Sedangkan dalam
suasana alkali mencelup serat wol dengan warna tua dan menodai serat-serat lain.
Seperti yang terlihat pada hasil contoh uji no 11, zat warna basa dapat mencelup serat
wol dengan warna tua karena adanya gugus-gugus karboksil pada serat wol yang
membentuk ikatan ionik antara serat dan za warna basa sehingga memungkinkan wol
dicelup dengan zat warna basa. Selain itu juga zat warna basa dapat mencelup tua
akrilat. Zat warna basa sebenarnya mampu mencelup serat-serat protein sedangkan
pada serat poliakrilat yang mempunyai gugus-gugus asam dalam molekulnya akan
berlaku/bersifat seperti serat-serat protein terhadap zat warna basa. Zat warna basa
juga luntur dalam uji piridin dan pada uji toluena zat warna berada pada lapisan air.
Pada identifikasi zat warna asam, zat warna luntur dalam pencucian dan piridin serta
terdapat pada lapisan air ketika diuji toluena. Pada uji pencelupannya dalam suasana
asam, zat warna asam mencelup kembali serat poliamida, wol dengan warna tua.
Sedangkan dalam suasana alkali mencelup serat wol, kapas dengan warna muda.
Seperti yang terlihat dari hasil contoh uji no 21. Zat warna asam dapat mencelup wol
putih karena adanya tempat-tempat positif pada bahan yang terserap gugus amina dari
wol. Selain itu, serat protein umumnya lebih tahan asam tapi kurang tahan suasana
alkali, sehingga pengerjaan proses pencelupannya biasa dilakukan dalam suasana
asam.
VII. KESIMPULAN
Disusun Oleh :
Nama : Rendy Muhammad Harlanta
Nrp : 14020010
Grup : 3 K1
Dosen : Khairul U., S.ST.
Asisten : Kurniawan,S.T.,MT
Witri A S.,S.ST