Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL

Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Steril


Vial Injeksi Dopamin HCl

Disusun oleh :

Ketua Kelompok : Diantono Yanuar 2016210068


Anggota : Cindy Giovani 2016210046
Citra Prastuti P 2016210047
Devi Firamitha Firdaus 2016210057
Hannan Sakinah 2016210105
Kelas : B-1
Kelompok :2
Tanggal praktikum : Selasa, 12 Maret 2018

Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila
JAKARTA
2018
I. JUDUL
Vial Injeksi Dopamin HCl

II. PENDAHULUAN
a. Definisi
Produk steril adalah sediaan terapentis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas
dari mikroorganisme hidup.Pada prinsip ini termasuk sediaan parenteral mata dan
irigasi.Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat
terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa
kebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari
tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus
bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksis, dan harus mempunyai
tingkat kemurnian tinggi atau luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat
dalam penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua
jenis kontaminasi, apakah fisik, kimia atau mikrobiologis. (Lachman III, hal. 1292)
Sediaan injeksi adalah sediaan steril, berupa larutan, suspensi, emulsi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir. Injeksi dibuat dengan melarutkan, mengemulsikan atau
mensuspensikan sejumlah obat ke dalam sejumlah pelarut dan disiapkan dalam wadah
takaran tunggal atau ganda (Farmakope Indonesia edisi IV hal. 9).
Vial adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang umumnya
digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5-100 ml. Vial
dapat berupa takaran tunggal atau ganda. Digunakan untuk mewadahi serbuk bahan
obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau lebih besar.Bila
diperdagangkan, botol ini ditutup dengan sejenis logam yang dapat dirobek atau
ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan injeksi. (R. Voight, hal. 464)
Injeksi Dopamin HCl adalah larutan steril Dopamin Hidroklorida dalam air
untuk injeksi. Mengandung dopamine hidroklorida, C8H11NO2 tidak kurang dari
95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Dapat
mengandung antioksidan yang sesuai. (Farmakope Indonesia edisi V hal. 352).
Agonis adrenergic, dopamine selain merangsang reseptor β1 di miokard, juga
meransang reseptor dopamin pada ginjal dan pembuluh mesenterium, serta reseptor α.
Obat ini terutama digunakan untuk mengatasi syok kardiogenik yang disertai
hipotensi, tetapi juga bermanfaat untuk terapi jangka pendek gagal jantung kronik
refrakter yang berat. (farmakologi dan terapi halaman 287)

b. Persyaratan
Hal yang perlu diperhatikan untuk sediaan injeksi dalam wadah vial (takaran
ganda) :
1. Perlu pengawet karena digunakan berulang kali sehingga kemungkinan
adanya kontak dengan lingkungan luar yang ada mikroorganismenya
2. Tidak perlu isotonis, kecuali untuk subkutan dan intravena harus dihitung
isotonis (0,2%-0,6%) (Farmakope Indonesia edisi IV, hal. 13)
3. Perlu dapar sesuai pH stabilitasnya
4. Zat pengawet (Farmakope Indonesia edisi IV,hal. 17) kecuali dinyatakan
lain, adalah zat pengawet yang cocok yang dapat ditambahkan ke dalam
injeksi yang diisikan dalam wadah ganda/ injeksi yang dibuat secara
aseptik, dan untuk zat yang mempunyai bakterisida tidak perlu
ditambahkan pengawet.
Volume isi netto tiap wadah harus sedikit berlebih dari volume yang ditetapkan.
Kelebihan volume yang dianjurkan tertera dalam daftar dibawah ini :
(Farmakope Indonesia edisi III, hal. 19)

Volume tertera pada Volume tambahan yang dianjurkan


etiket (mL) Cairan encer Cairan kental (mL)
(mL)
0,5 0,10 0,12
1,0 0,10 0,15
2,0 0,15 0,25
5,0 0,30 0,50
10,0 0,50 0,70
20,0 0,60 0,90
30,0 0,80 1,20
50,0 atau lebih 2% 3%

c. Tentang sediaan
Injeksi adalah sediaan steril untuk kegunaan parenteral digolongkan menjadi 5
jenis yang berbeda yaitu: (1) obat atau larutan emulsi yang digunakan untuk injeksi,
(2) sediaan padat kering atau caitan pekat tidak mengandung dapar, pengencer, atau
bahan tambahan laindan larutan yang diperoleh setelah penambahan pelarut yang
sesuai memenuhi persyaratan injeksi, dana dapat dibedakan dari nama bentuknya,
(3)sediaan seperti tertera pada (2) tetapi mengandung satu atau lebih dapar, pengencer,
atau bahan tambahan lain, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya, (4) sediaan
berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara
intravena atau kedalam saluran spinal, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya, (5)
sediaan padat kering dengan bahan bahan pembawa yang sesuai dengan membentuk
larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan
bahan pembawa yang sesuai, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya(Farmakope
Indonesia edisi IV hal. 9)

III. DATA PREFORMULASI


a. Zat Aktif
Nama zat Sifat fisika Cara Dosis dan khasiat Cara
kimia sterilisasi penggunaan
Dopamine Pemerian : Autoklaf Dosis : Intravena
Hidroklorida Serbuk hablur, 3,2 mg/mL ( Martindale
putih sampai ( Martindale 36th 36th hal.
hampir putih, hal. 1273 ) 1273 )
bau asam Khasiat : acute
klorida heart failure
lehanmah, ( Martindale 36th
meleleh pada hal. 1273 )
suhu 240
disertai
peruraian
(Farmakope
Indonesia edisi
V hal. 351)

Kelarutan :
Mudah larut
dalam air, dalam
etanol dan
dalam larutan
alkali
hidroksida, tidak
larut dalam eter
dan dalam
kloroform
(Farmakope
Indonesia edisi
V hal. 351)

pH : 2.5-5.5
(untuk sediaan
injeksi) (Drug
Information hal.
623)

Stabilitas :
Sensitif terhadap
cahaya, dalam
bentuk larutan
dopamin
hidroklorida
mudah terurai
dan berubah
warna. Dopamin
hidroklorida
stabil sedikitnya
24 jam dalam
bentuk larutan
injeksi. (Drug
Information 88
hal. 623)

OTT :
Dopamine
inkompatib el
dengan larutan
alkali seperti
sod. Bikarbonat
5% dan dengan
obat alkali
seperti
furosemide dan
thiopental
sodium.
(Martindale 36
hal 1273)

b. Zat tambahan

Nama zat Sifat fisika Cara sterilisasi Konsentrasi dan


kimia kegunaan
Benzalkonium Pemerian: Gel Autoklaf. 0.01 % - 0,02%
kental atau (Handbook of
klorida (Handbook of
potongan seperti
Pharmaceutical
gelatin; putih, Pharmaceutical
atau putih Excipients 6th hal
Excipients 6th
kekuningan.
56)
Biasanya berbau hal 56)
aromatik lemah.
Larutan dalam
air berasa pahit,
jika dikocok
sangat serbusa
dan biasanya
sedikit alkali.
(FI V Hal. 219)

Kelarutan:
Sangat mudah
larut dalam air
dan etanol.
(FI V Hal. 219)

pH: 5-8
(Handbook of
Pharmaceutical
Excipients 6th
hal 56)

OTT:
Dengan
aluminium,
surfaktan
anionik, sitrat,
iodium, nitrat,
permanganat,
floresin, H2O2,
hipromelase,
kaolin, surfaktan
nonionik,
salisilat, garam
perak, tartrat,
protein dan
alkali.
(Handbook of
Pharmaceutical
Excipients 6th
hal 56)

Stabilitas:
Benzalkonium
menjadi tidak
aktif oleh
senyawa anionik
seperti sabun.
(DI 88 Hal.
2011)

Aqua pro Pemerian : Autoklaf Konsentrasi :


injeksi Cairan jernih, Ad 1 ml
(Farmakope tidak berwarna ,
Indonesia III tidak berbau Kegunaan :
hal. 97) Pembawa / pelarut

c. Teknologi Farmasi
Vial adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang umumnya
digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5-100 ml.
Vial dapat berupa takaran tunggal atau ganda. Digunakan untuk mewadahi
serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau
lebih besar. Bila diperdagangan, botol ini ditutup dengan sejenis logam yang
dapat dirobek atau ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan
injeksi. (R. Voight hal 464).
Hal yang perlu diperhatikan untuk sediaan injeksi dalam wadah vial (takaran
ganda) :
1. Perlu pengawet karena digunakan berulang kali sehingga kemungkinan
adanya kontak dengan lingkungan luar yang ada mikroorganismenya
2. Perlu dapar sesuai pH stabilitasnya
3. Zat pengawet (FI IV hal 17) keculai dinyatakan lain, adalah zat pengawet
yang cocok yang dapat ditambahkan ke dalam injeksi yang diisikan dalam
wadah ganda/injeksi yang dibuat secara aseptik, dan untuk zat yang mepunyai
bakterisida tidak perlu ditambahkan pengawet.

d. Farmakologi
Dopamin merupakan neurotransmiter (pembawa pesan) di otak yang berfungsi
untuk mengantarkan pesan, khususnya yang mengatur gerakan-gerakan halus dan
terkoordinasi, Dopamin sebagai obat, bekerja pada sistem saraf simpatik,
menghasilkan efek seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Namun,
karena dopamin tidak dapat menyeberangi penghalang darah-otak, dopamin
diberikan sebagai obat tidak secara langsung mempengaruhi sistem saraf pusat.

Farmakodinamik
Prekursor NE ini mempunyai kerja langsung pada reseptor dopaminergik dan
adrenergik, dan juga melepaskan NE endogen. Pada kadar rendah, dopamin
bekerja pada reseptor dopaminergik D1 pembuluh darah, terutama di ginjal,
mesentrium, dan pembuluh darah koroner. Simulasi reseptor D1 menyebabkan
vasodilatasi melalui aktivasi adenilsiklase. Infus dopamin dosis rendah akan
meningkatkan aliran darah ginjal, laju filtrasi glomerulus dan eksresi Na+. Pada
dosis yang sedikit lebih tinggi, dpamin meningkatkan kontraktilitas miokard
melalui aktivasi adrenoseptor β1. Dopamin juga melepaskan NE endogen yang
menambah efeknya pada jantung. Pada dosis rendah sampai sedang, resistensi
perifer total tidak berubah. Hal ini mungkin karena dopamin mengurangi
resistensi arterial di ginjal dan mesenterium dengan hanya sedikit peningkatan di
tempat tempat lain. Dengan demikian dopamin meningkatkan tekanan sistolik dan
tekanan nadi tanpa mengubah diastolik (atau sedikit meningkat). Dopamin !p
Caffeine Yoseobginjal, misalnya syok kardiogenik dan gagal jantung yang berat.
(Farmakologi dan Terapi halaman 726)

Farmakokinetik
Sebagai katekolamin, tidak efektif pada pemberian oral. NE tidak diadsorbsi
dengan baik pada pemberian SK. Isoproterenol diadsorbsi dengan baik pada
pemberian parenteral atau sebagai aerosol, tetapi tidak dapat diandalkan pada
pemberian oral atau sublingual sehingga tidak dianjurkan. Obat ini merupakan
subtrat yang baik untuk COMT tetapi bukan substrat yang baik untuk MAO,
sehingga kerjanya sedikit lebih panjang daripada Epi. Isoproterenol diambil oleh
ujung syaraf adrenergik tetapi tidak sebaik Epi dan NE. (Farmakologi dan Terapi
halaman 726)

Indikasi
Untuk mengobati syok dan tekanan darah rendah karena serangan jantung,
trauma, infeksi, operasi dan penyebab lainnya. (Farmakologi dan Terapi halaman
726)

Efek samping
Sebelum dopamin diberikan pada pasien syok, hipovolemia harus dikoreksi
terlebih dulu. Dosis berlebih menimbulkan efek adrenergik yang berlebihan.
Selama infus dopamin dapat terjadi mual, muntah, takikardia, aritmia, nyeri dada,
nyeri kepala, hipertensi dan peningkatan tekanan diastolik. Ekstavasasi dopamin
dalam jumlah besar selama infus dapat menyebabkan nekrosis iskemik dan kulit
terkelupas. Dopamin harus dihindarkan atau dosisnya sangat dikurangi (menjadi
1/10 atau kurang) pada pasien yang sedang diobati dengan penghambat MAO.
Dosis dopamin juga harus disesuaikan pada pasien yang mendapat
antideprestisiklik. Martindale 36th hal. 1273

III. Formulasi
a. Formula rujukan
(Martindale 36th hal. 1273 )
Dopamine HCL 1,6 / 3,2 mg/mL
Glucose 5%
Sodium Chloride 0,9%

(BNF 61 )
Dopamine HCL 1,6 / 3,2 mg/mL
Glucose 5%
Sodium Chloride 0,9%

(Drug Information 88)


Dopamine HCL 0,8/1,6 / 3,2 mg/mL
Dextrose 5%

b. Formula yang akan dibuat


(Martindale 36th hal. 1273 )
Dopamine HCL 3,2 mg/mL
Glucose 5%
Sodium Chloride 0,9%

c. Alasan pemilihan bahan


- Injeksi intravena untuk syok adrenergic menggunakan Dopamin HCL
sebagai zat aktif yang ditambahkan dengan glukosa untuk membuat injeksi
intravena Dopamin HCL.
- Glukosa digunakan untuk mendapatkan larutan yang isotonis
- Sodium Chloride digunakan sebagain anti preservative/anti mikroba dalam
sediaan injeksi selain itu Sodium Chloride dapat digunakan sebagai
peningkat tonisitas/isotonis.
- Aqua pro injeksi digunakan karena sediaan vial Dopamine HCL
diinjeksikan langsung ke intravena sehingga aqua (pembawa dan pelarut)
yang digunakan harus steril.

IV. Alat & bahan


 Alat
1. Oven 8. Pinset
2. Beaker glass 9. Autoklaf
3. Labu Erlenmeyer 10. Penjepit besi
4. Gelas ukur 11. Vial
5. Corong glass 12. Spatula
6. Kertas saring 13. Kaca arloji
7. Batang pengaduk
 Bahan
1. Dopamine HCL
2. Glukosa
3. Sodium Chloride
4. Aqua Pro Injeksi

Cara sterilisasi
NO Nama Alat Cara sterilisasi Pustaka
1 Vial, Erlenmeyer, corong glass, Dalam oven (Farmakope
beaker gelas suhu 150°C, 1 indonesia
jam ed.III, hal.14)
2 Gelas ukur, kertas saring Dalam (Farmakope
autoklaf suhu Indonesia
121°C, 15 ed.III, hal.18)
menit
3 Batang pengaduk, pinset, Direndam (Farmakope
Spatula, kaca arloji, penjepit besi dalam alcohol Indonesia III
70% selama 30 hal: 18)
menit
4 Direbus dalam (Farmakope
air suling Indonesia III
Karet pipet tetes, karet tutup
mendidih hal. 18)
botol
selama 30
menit

V. Perhitungan dan penimbangan


A. Perhitungan
Rumus : {( n x v ) + ((10% - 30%) x v )}
Keterangan : n = Jumlah vial yang dibuat
v = Volume Injeksi tiap vial (mL)
Volume per vial = Volume vial + (kelebihan volume)

= 5 mL + 0,3 mL
= 5,3 mL

Volume Total 5 vial = ( n x v ) + [( 20%) (n x v )]


= (5 x 5,3 mL) + [(0,2) (5 x 5,3mL)]
= 26,5 mL + 5,3 mL
= 31,8 mL ~ 35 mL

1. Dopamin HCl = 3,2 mg/mL x 35 mL


= 22,4 mg

2. Benzalkonium klorida
= 0,01% x 35 mL
= 0,0035gram = 3,5 mg
Pengenceran 1 : 2
Benzalkonium = 10 mg
Aqua P.I = 5mL
Maka Benzalkonium Cl yang dibutuhkan :
3.5/10 x 5 mL = 1.75mL
3. . Aqua Pro Injeksi = 35 mL - (0,0224 + 1.75)
= 33,2276 mL

B. Penimbangan

No Bahan Bobot teoritis


1 Dopamin HCL 22,4 mg
2 Benzalkonium klorida 3,5 mg
3 Aqua Pro Injeksi 33,2

VI. Evaluasi
 In Process Control
1. Uji kejernihan (Lachman III, hal. 1356)
Produk dalam wadah diperiksa di bawah penerangan cahaya yang baik,
terhalang terhadap refleks dari mata, berlatar belakang hitam dan putih dengan
rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar.
Syarat : semua wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang terlihat
dibuang dari ampul, batas 50 partikel 10µm dan lebih besar 5 partikel ≥25
µm/ml

2. Uji pH( FI IV hal 1039-1040 )


Cek pH larutan menggunakan pH meter atau pH indikator universal.

3. Uji Keseragaman Volume (FI edisi IV, hal. 1044)


Pilih 1 atau lebih wadah bila volume ≥ 1 ml. Ambil isi tiap wadah dengan alat
suntik hipodemik kering berukuran tidak lebih dari 3 kali volume yang akan
diukur dan dilengkapi dengan jarum suntik nomor 21 dengan panjang tidak
kurang dari 2,5 µm. Keluarkan gelembung udara dari jarum dan alat suntik.
Pindahkan isi dalam alat suntik tanpa mengosongkan bagian jarum ke dalam
gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga volume yang
diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari kapasitas tertera.

 Quality Control
1. Uji Kejernihan (Lachman III, hal. 1355)
Melewatkan injeksi yang diuji pada lampu terang dengan latar belakang gelap
untuk partikel yang baik berwarna akan terlihat gelap yang berwarna pada
latar terang.

2. Uji Keseragaman Volume (FI edisi IV, hal. 1044)


Pilih 1 atau lebih wadah bila volume ≥ 1 ml. Ambil isi tiap wadah dengan alat
suntik hipodemik kering berukuran tidak lebih dari 3 kali volume yang akan
diukur dan dilengkapi dengan jarum suntik nomor 21 dengan panjang tidak
kurang dari 2,5 µm. Keluarkan gelembung udara dari jarum dan alat suntik.
Pindahkan isi dalam alat suntik tanpa mengosongkan bagian jarum ke dalam
gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga volume yang
diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari kapasitas tertera.

3. Uji Sterilitas (FI edisi IV, hal 861)


Metode uji sterilitas :
a. Inokulasi langsung kepada media uji
Volume tertentu spesimen+volume tertentu media uji diinkubasi selama
tidak kurang dari 14 hari, kemudian amati pertumbuhan secara visual
sesering mungkin, sekurang-kurangnya pada hari ketiga, keempat, kelima,
ketujuh atau kedelapan atau pada hari terakhir pada masa uji.
b. Menggunakan teknik penyaringan membran
Bersihkan permukaan luar botol, tutup botol dengan bahan dekontaminasi
yang sesuai, ambil isi secara aseptik. Pindahkan secara aseptik seluruh isi
tidak kurang dari 10 wadah melalui tiap penyaring dari 2 rakitan penyaring.
Lewatkan segera tiap spesimen melalui penyaring dengan bantuan pompa
vakum/tekanan. Secara aseptik, pindahkan membran dari alat pemegang,
potong menjadi setangah bagian (jika hanya menggunakan satu). Celupkan
membran atau setengah bagian membran ke dalam 100 ml media inkubasi
selama tidak kurang dari 7 hari. Lakukan penafsiran hasil uji sterilitas.
4. Penetapan kadar (FI V hal. 352)

VII. Daftar pustaka


Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979. Farmakope Indonesia Edisi III.
Jakarta: BPOM.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.


Jakarta: BPOM.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V.


Jakarta: BPOM.

Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri
Edisi Ketiga. Jakarta: UI-Press.

Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi diterjemahkan oleh Neorono,


S, edisi IV. Yogyakarta: Gajahmada University Press.

American Society of Health System Pharmacist. 1988. Drugs Information.


Bethesda, Maryland: American Hospital Formulary Services.

Sweetman, C.S. 2009. Martindale The Complete Drug Reference 36th edition.
London : The Pharmaceutical Press.

BNF staff. 2011. British National Formulary 61. London : Pharmaceutical Press

Anda mungkin juga menyukai