Anda di halaman 1dari 12

J. Tek. Ling Vol.11 No.1 Hal.

127 - 138 Jakarta, Januari 2010 ISSN 1441-318X

PENGARUH PEMANFAATAN LIMBAH KULIT SINGKONG


DALAM PEMBUATAN PELET RANSUM UNGGAS

Sindu Akhadiarto
Peneliti di Pusat Teknologi Produksi Pertanian
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Abstract
Cassava peels is one of agriculture waste having potency as feed for poultry. Cassava
peels represent waste product from cassava industry with amount 1,998 million ton in
the year 2006 in Indonesia (10 percentage of corm of yielded cassava). The weakness
of cassava peels are low crude protein content, less palatable for ruminant and have
voluminous characteristic. One of the effort to increase usefulness of cassava peels is
by using cassava peels as fibre source in pellet complete ration for poultry. The aim of
this research was to know best level from utilization of cassava peels as physic quality
in poultry complete ration. This study used Completely Randomized Design that consists
of three treatments and three replications. The treatments were: 1). Control feeds + 0%
cassava peels (R1), 2). Control feeds + 30% dry matter cassava peels (R2), 3). Control
feeds + 30% boiling matter cassava peels (R3). Data was analysed with ANOVA and
continued with Duncan Test. The result indicated that effect of water content pellet
ration with moisture tool is higher than using infrared tool. Pellet rations with dry matter
and boiling matter control treatment before saving have physic qualities that still meet
the quality standar of poultry ration. Eventhough, on treatment after saving, the physic
qualities decrease and relatively less meet the quality standar of poultry ration.
Key word: waste, cassava peels, poultry ration, pellet complete.

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah utama dalam meningkatkan diakibatkannya. Limbah tanaman pangan
produktivitas ternak adalah ransum, karena dan industri yang dapat dimanfaatkan salah
biaya ransum dapat mencapai 70% dari satunya adalah kulit singkong.
seluruh biaya produksi. Penyediaan ransum Kandungan karbohidrat kulit singkong
yang bermutu tinggi merupakan faktor relative tinggi dan dapat digunakan sebagai
penting yang harus tetap di jaga, baik dari sumber energi bagi ternak. Kulit singkong
segi nutrisi maupun bentuk fisik. Namun dapat dengan mudah dipisahkan dari umbinya
mahalnya harga bahan baku pakan yang dengan ketebalan 2-3 mm. Persentase kulit
sebagian masih impor, perlu dicari alternatife singkong yang dihasilkan berkisar antara
penggantinya. Oleh karena itu pemanfaatan 8-25 % dari berat umbi yang dikupas,
limbah tanaman pangan dan industri pangan dengan kandungan karbohidrat sekitar
mulai dilirik sebagai salah satu solusi untuk 50% dari kandungan karbohidrat bagian
mengatasi masalah penyediaan pakan. umbinya. Kulit singkong terbagi atas lapisan
Selain itu juga sebagai salah upaya untuk paling luar epidermis yang berwarna coklat
mengurangi pencemaran lingkungan yang dan tipis serta lapisan dalam dermis yang

Pengaruh Pemanfaatan Limbah...J. Tek. Ling. 11 (1): 127-138 127


agak tebal. Potensi limbah kulit singkong di glukosida sianogenik yang normal terdapat
Indonesia masih berlimpah. Data Statistik pada singkong adalah 15 – 400 ppm HCN
Pertanian4), menunjukkan bahwa produksi per kg berat segar2).
singkong di Indonesia pada 2006 sebesar Singkong mempunyai enzim
19,986 juta ton dengan konversi limbah kulit linamarase, dimana fungsi enzim ini
singkong sebesar 1,998 juta ton (konversi mempunyai kemampuan melepaskan
10% kulit singkong dari singkongnya). glukosida sehingga HCN-nya dapat terlepas.
Ketersediaannya dapat dimanfaatkan secara Glukosida sianogenik terdiri atas linamarin
optimal dan berkesinambungan melalui dan lotaostralin yang jumlah masing-masimg
proses penyimpanan. Kualitas nutrisi kulit 93% dan 7% dari jumlah total glukosida
singkong sebagai pakan dapat dilihat pada sianogenik dalam tanaman 24). Singkong
Tabel 1 dibawah. harus diproses secara hati-hati sebab
Dari segi nutrisi kulit bagian dalam singkong mengandung glusida linamarin
singkong adalah salah satu limbah pertanian yang dengan enzim dapat dipecah menjadi
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan HCN9). Dinyatakan15), bahwa pengolahan
pakan alternatif dan dapat diperoleh dari dengan cara perendaman, pencucian dan
limbah industri tapioca. Masalah yang pengeringan dapat menurunkan kadar HCN.
dihadapi sebagai ransum ternak adalah Dinyatakan pula26), bahwa racun singkong
kandungan nutrisinya yang rendah dan dapat dikurangi dengan cara diiris, direndam
adanya kandungan zat anti nutrisi berupa dan dicuci dengan air mengalir. Hilangnya
asam sianida (HCN). Oleh karena itu HCN dari singkong tergantung pada beberapa
pemberian kulit bagian dalam singkong faktor seperti ukuran potongan, kelembaban,
sebagai ransum ternak masih sangat suhu udara, dan angin yang mempengaruhi
terbatas. HCN pada tanaman terdapat waktu pengeringan.
dalam bentuk glukosida sianogenik 10).
Linamarin adalah glukosa sianogenik yang
tinggi akan kandungan HCN selama proses
hidrolisis pada tanaman 18). Kandungan

Tabel 1. Komposisi Kimia Kulit bagian Dalam Singkong (% Bahan Kering).

Bahan Devendra (1977) Adegbola (1986) Baah (1999)


Bahan kering - 13,5 -
Protein Kasar 4,8 6,5 -
Serat kasar 21,1 10,0 -
Lemak kasar 1,2 1,0 -
BETN 68,6 62,5 -
Abu 4,2 6,5 -
Bahan organik - - 91,1
NDF - - 57,4
ADF - - 28,4
Sumber : Devendra, C.,(1977), Adegbola (1986) dan Baah J. et.al (1999).

128 Akhadiarto.S., 2010


Sedangkan dari segi bentuk fisik Ransum berbentuk pellet banyak
kebanyakan ransum unggas di banyak diproduksi pada industri pakan, tetapi
negara di produksi dalam bentuk butiran terdapat kendala dalam penggunaan
dan pellet. Keuntungan memproses pellet ransum yaitu terjadi kerusakan bentuk fisik
adalah mengurangi pengambilan ransum atau hancur selama proses pembuatan
secara selektif oleh unggas, meningkatkan dan pengangkutan lebih besar dibanding
ketersediaan nutrisi, menurunkan energi yang ransum bentuk tepung (mash). Kerusakan
dibutuhkan sewaktu mengkonsumsi ransum, bentuk fisik akan mempengaruhi daya beli
mengurangi kandungan bakteri pathogen, konsumen yang cenderung melihat kualitas
meningkatkan kepadatan ransum sehingga ransum dari segi fisik. Kualitas fisik ransum
dapat mengurangi biaya penggunaan truk, penting diketahui dan berguna dalam proses
mengurangi penyusutan ransum karena debu pengeringan, penyimpanan, pemindahan
dan memperbaiki penanganan ransum pada massa bahan dan pengolahan. Dalam usaha
menggunaan alat makan otomatis. Semua pengembangan teknologi pakan sifat fisik
keuntungan ini akan dapat mengurangi biaya ransum memegang peranan yang sangat
produksi5). penting terutama ransum bentuk pellet, oleh
Salah satu cara untuk memperbaiki karena itu pengetahuan tentang kualitas fisik
kualitas suatu bahan pakan ternak adalah ransum perlu untuk dipelajari.
merubah ukuran partikel bahan tersebut
dengan cara memotong, menggiling dan
1.2. Tujuan
memadatkannya. Kombinasi ketiga cara
tersebut membentuk produk yang disebut Penelitian ini bertujuan untuk
pellet 21). Pellet dikenal sebagai bentuk mengetahui kualitas fisik kulit bagian dalam
massa dari bahan pakan atau ransum singkong dalam pembuatan ransum unggas
yang dibentuk dengan cara menekan bentuk pellet.
dan memadatkan melalui lubang cetakan
secara mekanis11). Bentuk ransum pellet 2. METODOLOGI
adalah bentuk ekonomis yang umumnya
dibuat pabrik untuk ransum ternak unggas Penelitian dilaksanakan mulai bulan
usia dewasa. Keuntungan pemakaian jenis Desember 2007 sampai Januari 2008.
ransum pellet ini adalah meningkatkan bertempat di Laboratorium Industri Makanan
konsumsi ransum dan meningkatkan kadar Ternak, Fakultas Peternakan, Institut
energi metabolis ransum seperti komposisi Pertanian Bogor.
ransum yang mengandung energi metabolis
rendah dan ransum yang memiliki serat kasar 2.1. Bahan dan Alat
tinggi, disamping mengurangi jumlah ransum
Bahan penelitian yang digunakan
yang terbuang, juga tidak menghasilkan
dalam pembuatan ransum broiler adalah
debu seperti pada pakan mash.
dedak padi, jagung, bungkil kedelei, tepung
Pemakaian ransum bentuk pellet juga ikan, bungkil kelapa, minyak sayur, top mix
akan memperpanjang lama penyimpanan dan kulit bagian dalam singkong. Sedangkan
dan menjamin keseimbangan zat- zat nutrisi alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
ransum yang terkandung dan komposisi adalah : alat proses pembuatan pellet terdiri
ransum16). Kualitas pellet yang baik dapat dari mesin pencetak pellet (farm pelleter
dilihat dari kekerasan, sedikit jumlah pellet machine) dan alat untuk analisa fisik terdiri
yang hancur dan kemampuan pelet untuk dari timbangan, rica moisture, infra red, gelas
tetap mempertahankan bentuknya yang ukur 100 ml, pengaduk, corong, kertas, Aw
utuh baik pada saat pengangkutan maupun meter, sendok, plastik, alat durabiliti, jangka
pemberian ransum20). sorong dan mesin jahit.

Pengaruh Pemanfaatan Limbah...J. Tek. Ling. 11 (1): 127-138 129


2.2. Metode Tabel 3 Kandungan Zat Makanan per 100%
Pembuatan tepung kulit bagian dalam Bahan Berdasarkan Perhitungan.
singkong dilakukan dengan cara sebagai
Zat Makanan Jumlah
berikut, yaitu pertama dengan membersihkan
kulit bagian dalam singkong. Untuk yang Energi metabolis (kkal/kg) 3.001,4
perlakuan kering langsung dijemur dengan Protein kasar (%) 21,2075
sinar matahari selama 7 hari sampai kering Lemak kasar (%) 11,126
sehingga siap untuk dijadikan tepung.
sedangkan untuk yang kukus, kulit bagian Serat kasar (%) 3,564
dalam singkong terelebih dahulu dipanaskan Ca (%) 1,249
selama 30 menit kemudian untuk proses Sedangkan teknik pembuatan pellet
selanjutnya sama dengan perlakuakn adalah sebagai berikut. Bahan-bahan
kering. yang telah digiling dipersiapkan sesuai
Jenis ransum yang digunakan pada dengan formulasi. Formulasi ransum dibuat
praktikum ini adalah ransum broiler starter. sesuai dengan tingkat penggunaan kulit
Formulasi ransum berdasarkan NRC 19) bagian dalam singkong yang dikukus dan
dengan menggunakan protein kasar 21 dikeringkan sebesar 30% dan dicampur
dan energi metabolis 3000 kkal/kg ransum. secara merata. Campuran bahan dimasukkan
Formulasi ransum dibuat metode trial and kedalam lubang pemasukan mesin pellet
error (Tabel 2 danTabel 3). Ransum terdiri lalu dicetak, ditekan oleh roll dan setelah
dari R1 = Ransum Kontrol + 0% kulit bagian keluar dari lubang roll dipotong oleh pisau
dalam singkong, R2 = Ransum Kontrol + pemotong dan keluar dalam bentuk pellet.
30% kulit bagian dalam singkong kering, dan Selanjutnya pellet digiling dengan cara
R3 = Ransum Kontrol + 30% kulit bagian diangin-anginkan.
dalam singkong kukus.
Peubah yang Diamati
Kerapatan Tumbukan13).
Tabel 2. Formulasi Ransum Kontrol (Basal) Kerapatan tumbukan dihitung dengan
Broiler Starter. mencurahkan bahan dengan bobot tertentu
ke dalam gelas ukur (100ml). Metode
Bahan Ransum Kontrol pemasukan bahan ke dalam gelas ukur
(%) sama setiap pengamatan, baik cara maupun
Dedak 8,5 ketinggian pencurahan. Pencurahan ransum
Jagung 54 dibantu corong plastik dan sendok the guna
memimiumkan penyusutan volume curah
Bungkil kedelei 15,50 akibat pengaruh daya berat ransum itu sendiri
Tepung ikan 13,4 saat dicurahkan dan terjadi guncangan pada
Bungkilkelapa 6,5 ukur perlu dihindari kerapatan tumbukan
dihitung dengan rumus :
Minyak sayur 2
Top mix 0,1 berat bahan (gram)
Total 100 KT =
volume ruang (ml)

130 Akhadiarto.S., 2010


Aktivitas Air. Pellet Berat pellet utuh
Sebelum Aw meter digunakan perlu Durability setelah diuji
dilakukan kalibrasi terlebih dahulu dengan Index = X 100
larutan garam Barium Klorida (BaCl 2 ), berat pellet utuh
kemudin dibiarkan selama 3 menit setelah
jarum Awmeter ditera sampai menunjukkan
angka 0,9 karena larutan BaCl2 mempunyai Rancangan Percobaan
kelembaban garam jenuh sebesar 90%23). Rancangan percobaan yang digunakan
Pengukuran aktivitas air dilakukan dengan adalah Rancanagan Acak Lengkap (RAL)
cara memasukkan ransum kedalam Awmeter dengan tiga perlakuan dan tiga ulangaan.
sampai menutupi permukaan kemudian Data yang diperoleh dianalisis dengan
ditutup dan dibiarkan selama 3 menit, setelah menggunakan sidik ragam (Analisis of
itu pembacaan segera dilakukan. Variance) dan apabila terdapat perbedaan
yang nyata dilakukan uji Duncan.
Sudut Tumbukan14).
Pengukuran sudut tumbukan dilakukan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
seperti gambar 4, dengan cara menjatuhkan 3.1. Keadaan Umum Kulit Bagian Dalam
atau mencurahkan bahan pada ketinggiaan Singkong
15 cm. Diameter tumbukan bahan maksimum
setengah kali tinggi jatuhnnya bahan. Sifat fisik dari kulit bagian dalam
Sebagai alas bidang datar digunakan karton singkong yang dibuat dapat diketahui dari
manila berwarna putih. Ketinggian tumbukan pengujian kadar air, aktivitas air, sudut
bahan harus selalu berada dibawah corong tumbukan, kerapatan dan durabiliti. Peubah
plastik Pengukuran diameter dilakukan pada yang diamati ini disajikan Tabel 4.
sisi yang sama pada semua pengamatan
dan bantuan mistar dan segitiga siku-siku. Tabel 4. Rataan Hasil Pengukuran terhadap
Sudut tumbukan bahan dinyatakan dengan Peubah yang Diamati.
satuan derajat (o) dan dapat di tentukan
dengan mengukur diameter dasar (d) dan Peubah Perlakuan
tinggi tumbukan (t)sedangkan (n) adalah Kukus Kering
ketinggian tertentu untuk menjatuhkan Kadar air (rica moisture) 17,8 14,8
bahan. Besarnya sudut tumbukan dapat (%)
dihitung dengan rumus : & = Cotg (2t/d)
Kadar air (infra red) (%) 15,4 13,07
Aktivitas air (Aw) 0,78 0,76
Durabiliti.
Diukur dengan menggunakan Pellet
Durability Tester dengan memasukkan Tabel 4 menunjukkan bahwa kulit
pellet sebesar 500gr kedalam kotak uji,lalu bagian dalam singkong yang mendapat
kotak ditutup dan mesin dinyalakan selama perlakuan kering memiliki nilai rataan yang
10 menit sehingga kotak menjadi berputar relatif rendah terhadap peubah-peubah yang
dengan sudut putaran sebesar 360o. pellet diamati, dibandingkan dengan kulit bagian
lalau dikeluarkan dari kotak uji dan disaring singkong yang mendapat perlakuan kukus.
dengan menggunakan Vibrator Ball Mill Kadar air kulit bagian dalam singkong
selama 10 menit. Kemudian dilakukan yang mendapat perlakuan kering memiliki
penimbangan. Rumusnya: rataan lebih rendah (14,8% dan 13,07%)
dibandingkan dengan rataan kulit bagian
dalam ubi yang mendapat perlakuan

Pengaruh Pemanfaatan Limbah...J. Tek. Ling. 11 (1): 127-138 131


kukus (17,8% dan 15,4), hal ini diduga Rataan aktivitas air kulit bagian dalam
karena terjadi penambahan air pada waktu singkong yang mendapat perlakuaan kukus
pengukusan dan pada waktu pembuatan lebih tinggi (0,78) dibandingkan dengan yang
kulit bagian dalam singkong menjadi tepung mendapat perlakuan kering (0,76), akan
perlakuan yang dikukus belum begitu kering tetapi rataan ini masih relatif rendah untuk
sehigga rataan kadar airnya menjadi tinggi. pertumbuhan kapang. Dinyatakan25), bahwa
Sedangkan kadar air menggunakan rica aktivitas air minimum agar dapat tumbuh
moisture rataan lebih tinggi dibandingkan kapang adalah 0,8 - 0,9.
dengan menggunakan infra red hal ini Bila dilihat secara makroskopis,
mungkin disebabkan karena penggunaaan nampak jelas bahwa kulit bagian dalam
alat yang kurang tepat sehingga tingkat singkong yang mendapat perlakuan kering,
ketelitiannyapun menjadi rendah, biasanya warnanya lebih ke bentuk asli dibandingkan
penggunaan alat rica moisture untuk kulit singkong yang mendapat perlakuan
mengukur kadar air yang berasal dari butiran kukus, hal ini diduga karena pada waktu
seperti jagung. pengukusan kulit bagian singkong mengalami
perubahan warna sebagai akibat pemanasan
(gambar1) .

(a) (b)
Gambar 1. Kulit bagian dalam singkong : (a) Kering dan (b) Kukus

3.2. Keadaan umum Pelet Mengandung


Kulit Bagian Dalam Singkong

Keadaa umum ransum berbentuk


pellet yang mengandung kulit bagian dalam
singkong diasjikan pada gambar 2.

(a)

132 Akhadiarto.S., 2010


(b) (c)

Gambar 2. Ransum bentuk pellet : (a) tanpa kulit bagian dalam singkong; (b) dengan bagian
dalam singkong kering, dan (c) dengan bagian dalam singkong kukus.

Gambar 2 menunjukkan bahwa secara 3.3. Kualitas Fisik Ransum Berbentuk


makroskopis ransum pellet mengandung Pelet Sebelum Penyimpanan
kulit bagian dalam singkong yang dikukus
(c) warnanya lebih agak coklat kehitaman Hasil pengukuran kualitas fisik
dibandingkan ransum kontrol (a) dan ransum ransum berbentuk pellet mengandung kulit
pellet yang mengandung kulit bagian dalam singkong dengan perlakuan kontrol, kering
singkong yang kering (b). Hal ini disebabkan dan kukus sebelum penyimpanan dapat
karena terjadi perubahan warna ransum dilihat pada Tabel 5.
pellet yang dikukus akibat pemanasan, Keterangan : Superskrip yang
dimana persentase pemakaian perlakuan berbeda pada kolom yang sama menunjukan
ini 30% dari total jumlah ransum. perbedaan nyata (P<0,05)

Tabel 5. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Ransum Berbentuk Pelet sebelum


Penyimpanan.

Peubah Perlakuan
Kontrol Kukus Kering
Kadar air rica moisture (%) 20,25a 19,27a 19,17a
Kadar air infra red (%) 11,20a 10,73a 10,13a
Akvititas air (Aw) 0,78a 0,78a 0,77a
Kerapatan tumbukan (gr/ml) 0,67b 0,61a 0.63a
Sudut Tumbukan (0) 21,09a 21,87a 21,98a
Durabiliti (%) 93,3a 97,3a 96,0a

Pengaruh Pemanfaatan Limbah...J. Tek. Ling. 11 (1): 127-138 133


Kadar Air minimal (Aw) yang mencemari bahan dapat
Kadar air sangat berpengaruh digolongkan menjadi tiga yaitu kapang dan
terhadap kualitas ransum. Pengurangan khamir aktivitas air (Aw) 0.8-0,9, sedangkan
kadar air bertujuan untuk mengurangi bakteri aktivitas air (Aw) 0,9.
berat ransum sehingga memudahkan dan
menghemat pengepakan26). Hasil analisis Kerapatan Tumbukan
sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan
Kerapatan tumbukan adalah
tidak berbeda nyata (P<0,05) terhadap
perbandingan antara berat bahan dengan
kadar air, baik yang menggunakan alat rica
volume ruang yang ditempatinya. Hasil
moisture maupun dengan alat infra red,
analisis sidik ragam kerapatan tumbukan
ini menunjukkan bahwa kadar air antar
antar perlakuan berbeda nyata (P<0,05),
perlakuan ransum pellet kontrol, kukus
dengan nilai rataan berkisar antara 0,61 –
dan kering relatif sama (Tabel 5). Terjadi
0,67 gr/ml. Ratan yang tertinggi terdapat
perbedaan yang menyolok nilai rataan kadar
ransum pellet yang mendapat perlakuan
air yang menggunakan alat rica moisture
kontrol yaitu 0,67 gr/ml dan rataan yang
dengan alat infra red, dimana nilai rataan
rendah pada ransum kukus yaitu 0,61 ml/
kadar air untuk perlakuan kontrol, kukus dan
gr. Nilai kerapatan tumbukan akan semakin
kering menggunaan alat rica moisture lebih
menurun dengan penambahan kulit bagian
tinggi masing masing berturur-turut adalah
dalam singkong baik pada perlakuan kukus
20,25%, 19,27% dan 19,17% dibandingkan
maupun yang kering. Hal ini sesuai dengan
dengan menggunakan alat infra red masing –
pendapat12), bahwa nilai kerapatan tumbukan
masing berturut-turut adalah11,20%,10,73%
akan semakin meningkat dengan semakin
dan 10,13%, perbedaan ini di duga karena
banyak jumlah partikel halus dalam ransum
pemakaian alat tersebut yang berbeda.
tersebut. Dari hasil praktikum menunjukan
Kalau rica moisture dipakai untuk mengukur
bahwa ukuran partikel cenderung semakin
bahan baku yang berbentuk butiran dan
besar dengan penambahan kulit bagian
biasa dipakai di lapangan sedangkan infra
dalam singkong dalam ransum pellet
red biasanya di laboratorium. Selain itu
sehingga kerapatan tumbukan semakin
tingkat ketelitian untuk mengukur kadar air
kecil.
menggunaan rica moisture relatif rendah
dibandingkan infra red.
Sudut Tumbukan
Aktivitas Air (Aw) Sudut tumbukan dipengaruhi oleh
perbedaan ukuran partikel pellet. Semakin
Nilai aktivitas air (Aw) dalam ransum
besar ukuran partikel suatu bahan maka
akan mempengaruhi daya tahan makanan
sudut yang terbentuk akan semakin kecil.
terhadap serangan mikroba. Hasil analisis
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
sidik ragam menunjukkan bahwa aktivitas
bahwa sudut tumbukan antar perlakuan tidak
air (Aw) tidak berpengaruh nyata (P<0,05)
berbeda nyata (P<0,05), ini menunjukkan
terhadap perlakuaan kontrol, kukus dan
bahwa perlakuan kontrol, kukus dan kering
kering. Ini menandakan bahwa aktivitas air
mempunyai nilai rataan yang relatif sama.
(Aw) untuk semua perlakuan baik itu kontrol,
Pada Tabel terlihat bahwa kisaran rataan
kukus dan kering memiliki rataan yang relatif
sudut tumbukan antara perlakuakn kontrol,
sama. Rataan perlakuan kontrol, kukus dan
kukus dan kering masing masing yaitu
kering masing-masing berturut-turut adalah
21,09o, 21,870 dan 21,980, bila melihat
0,78, 0,78, 0,77, bila dilihat dari rataan ini
rataan ini masih dalam kisaran. Hal ini
ransum perlakuan belum memungkinkan
berdasarkan penelitian 14), bahwa sudut
tumbuhnya kapang, khamir dan bakteri.
tumbukan ransum bentuk padat berkisar
Dinyatakan pula8), bahwa nilai aktivitas air
antara 200 - 500.
134 Akhadiarto.S., 2010
Durabiliti ransum pada saat disimpan. Hasil analisis
Tujuan dari uji durabiliti adalah untuk ragam menunjakkan bahwa kadar air
mengetahui apakah pellet yang dibuat akan ransum perlakuan tidak berbeda nyata
tahan terhadap benturan dan gesekan baik (P<0,05) dengan menggunakan alat rica
pada saat penyimpanan, pengangkutan moisture sedangakan kadar air yang
dan pemberian pakan. Hasil analisis ragam menggunakan alat infra red berbeda nyata
menunjukkan bahwa perlakuan tidak terhadap perlakuan. Dugaan yang sama
berbeda nyata (P<0,005) terhadap durabiliti, sebelum penyimpanan kadar air ransum
ini menandakan bahwa perlakuan kontrol, perlakuan yang menggunakan alat rica
kukus dan kering memiliki nilai rataan yang moisture lebih tinggi dibandingkan dengan
relatif sama. Bila dilihat rataan durabiliti menggunakan alat infra red yaitu pemakaian
masing –masing perlakuakn kontrol, kukus alat tersebut yang berbeda. Kalau rica
dan kering adalah berkisar antara 93,3%, moisture dipakai untuk mengukur bahan baku
97,3 dan 96%, maka perlakuan ransum yang berbentuk butiran dan biasa dipakai di
bentuk pellet ini mempunyai nilai durabiliti lapangan sedangkan infra red biasanya di
lebih dari 90% masih dianggap cukup baik laboratorium. Selain itu tingkat ketelitian
untuk diberikan kepada ternak maupun untuk untuk mengukur kadar air menggunaan rica
disimpan atau pengangkutan. moisture relatif rendah dibandingkan infra
red. Pada Tabel 6 terlihat kadar air perlakuan
ransum pellet setelah penyimpanan dengan
3.4. Kualitas Fisik Ransum Berbentuk penggunaan alat infra red nyata lebih tinggi
Pelet Setelah Penyimpanan dibandingkan perlakuan ransum pellet
Hasil analisis ragam pengukuran sebelum penyimpanan, hal ini diduga karena
kualitas fisik ransum berbentuk pellet setelah adanya pengaruh kelembaban dan suhu
penyimpanan disajikan pada Tabel 6. ruangan. Bila kelembaban udara ruang

Tabel 6. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Ransum Berbentuk Pelet setelah


Penyimpanan.

Peubah Perlakuan
Kontrol Kukus Kering
Kadar air rica moisture (%) 25,00a 23,87a 24,33a
Kadar air infra red (%) 17,67a 16,27b 15,25b
Akvititas air (Aw) 0,83a 0,82b 0,81b
Kerapatan tumbukan (gr/ml) 0,60a 0,62a 0.62a
Sudut Tumbukan (o) 33,78a 33,30a 32,98a
Durabiliti (%) 87,0a 89,0a 92,0a
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan nyata (P<0,05)

Kadar Air. penyimpanan tinggi maka akan terjadi


Faktor-faktor yang mempengaruhi absobrsi uap air dari udara ke ransum
penyimpanan ransum adalah tipe atau jenis sehingga menyebabakan kadar air ransum
ransum, periode atau lama penyimpanan, meningkat, begitu juga sebaliknya27).
metode pemyimpanan selain itu yang tidak Kadar air dengan menggunakan
kalah pentingnya adalah kandungan air alat infra red perlakuan kontrol lebih tinggi

Pengaruh Pemanfaatan Limbah...J. Tek. Ling. 11 (1): 127-138 135


dibandingan dengan perlakuan kukus dan kapang, khamir dan bakteri. Dinyatakan
kering, hal ini di duga adanya produksi air pula23), bahwa mikroorganisme mempunyai
metobolik hasil proses respirasi lebih banyak aktivitas air (Aw) minimum agar dapat
dibandingkan air yang hilang pada proses tumbuh dengan baik, bakteri Aw; 0,9, khamir
transpirasi, sehingga terjadi akumulasi 0.80- 0,90 dan kapang 0,80-0,90..
air diantara sel yang pada akhirnya kadar
air meningkat. Secara sederhana proses
KarapatanTumbukan
respirasi dapat digambarkan dengan
persamaan sebagai berikut: Kerapatan tumbukan penting
untuk menghitung volume ruang yang
C6H12O6 + 6O2 X 6H2O + 6CO2 + Energi dibutuhkan suatu bahan dengan berat
tertentu. Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa perlakuan tidak berbeda nyata
Dari tabel terlihat bahwa pengukuran
(P<0,05) terhadap kerapatan tumbukan, ini
kadar air perlakuan menunjukkan kisaran
menandakan bahwa kerapatan tumbukan
15,25% - 17,67%. Nilai kadar air ini tidak
antar perlakuan kontrol, kukus dan kering
memenuhi persyaratan mutu ransum
mempunyai nilai rataan yang relatif sama.
Standar Nasional Indonesia bahwa kadar air
Pada tabel 9 ditunjukkan bahwa rataan
maksimum untuk ransum unggas 14%7).
kerapatan tumbukan untuk perlakuan
kontrol, membutuhkan ruang peyimpanan
Aktivitas Air (Aw) yang kecil. Menurut hasil penelitian22) bahan
Aktivitas air adalah jumlah air bebas dengan kerapatan tumbukan rendah (450kg/
yang dapat digunakan oleh mikroorganisme m3) membutuhkan waktu jatuh dan mengalir
untuk pertumbuhan. Hasil analisis ragam lebih lama sehingga dapat ditimbang dengan
menunjukan bahwa perlakuan berbeda teliti menggunakan alat penakar otomatis
nyata terhadap aktivitas air (Aw) (P<0,05). sedangkan kerapatan tumbukan yang tinggi
terlihat pada tabel rataan aktivitas air (500 kg/m3) bersifat sebaliknya.
(Aw) pada perlakuan kontrol lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan kukus Sudut Tumbukan
dan kering, ini diduga karena terjadinya
Sudut tumbukan akan mempengaruhi
kenaikan kelembaban dan suhu lingkungan
daya alir suatu bahan terutama akan
selama penyimpanan, sehingga pada
berpengaruh terhadap kecepatan dan
kondisi tersebut menyebabkan terjadi
efisiensi proses pengosongan silo secara
absorpsi uap air dari udara ke bahan, begitu
vertikal pada saat memindahkan bahah
juga sebaliknya air yang terabsorpsi ini
menuju unit penimbangan bahan atau
akan menempel pada permukaan ransum
pada saat pencampuran bahan dan
perlakuan, sehingga semakin banyak
juga berpengaruh terhadap efisiensi
lapisan yang terbentuk akan meyebakan
pengangkutan bahan secara mekanik.
besarnya nilai aktivitas air (Aw) dan kadar
Rataan sudut tumbukan perlakuan kontrol,
air. Selain itu juga disebabkan jumlah air
kukus dan kering masing- masing adalah
bebas yang terdapat pada ransum kontrol
33,78 o, 33,40 o dan 32,98 o. Dinyatakan
lebih banyak selama penyimpanan, yang
pula14), bahwa sudut tumbukan bahan yang
nantinya digunakan mikroorganisme untuk
mempunyai nilai lebih 29o termasuk bahan
pertumbuhannya. Rataan aktivitas air (Aw)
yang mudah diangkut dengan alat mekanik
selama penyimpanan perlakuan kontrol,
sehingga perlakuan ransum ini juga mudah
kukus dan kering masing-masing berturut-
diangkut dengan alat mekanik karena nilai
turut adalah 0,83, 0,82, 0,81, bila dilihat dari
rataannya lebih dari 290. Hasil analisis
rataan ini ransum perlakuan menmungkinkan
ragam menunjukan bahwa perlakuan tidak
untuk tumbuhnya mikroorganisme seperti

136 Akhadiarto.S., 2010


berbeda nyata (P<0,05) terhadap sudut feeding of agricultural by-products
tumbukan, hal ini menunjukan bahwa sudut to livestock in Afrika.. Preston. T.R.
tumbukan antar perlakuan memiliki nilai nuwanyakpa, M.Y. (eds). Pp 109-
rataan yang relatif sama. 115. proc. of workshop held at the
University of Alexandria, Egypt, Oct.
Durabiliti 1985. ILCO, Addis Ababa. Ethiopia.
Hasil analisis ragam menunjukkan 2. Balagopan C, Padmaja G, Mootry
bahwa perlakuan memberikan pengaruh SN. 1988. Cassava Food. Feed and
tidak nyata (P<0,005), ini berarti bahwa Industry. CRC. Press. Inc. Princeton.
perlakuan kontrol, kukus dan kering New Jersey.
memiliki nilai rataan yang relatif sama. Bila 3. Baah J, Tait MR, Tuah KA. 1999. The
dibandingkan dengan ransum perlakuan effect of suplementation with ficus
sebelum penyimpanan terlihat bahwa nilai leaves on the utilization of cassava
rataannya setelah penyimpanan lebih rendah peels by sheep. Biores. Tecnol. 67:
hal ini diduga karena ransum perlakuan 47-51.
telah mengalami proses penyimpanan yang 4. BPS, 2008. Statistik Pertanian 2006.
cukup lama sebelum uji durabiliti dilakukan BPS, Jakarta.
sehingga menyebabkan terjadi penurunan
5. Dozier. A. W. 2001. Kulaitas Pelet
kualitas ransum pellet. Seharusnya uji
Pakan Unggas Pedaging. Feed
durabiliti dilakukan segera setelah ransum
International.
pellet dibuat dan didinginkan(17). Jika uji
durabiliti tidak segera dilakukan, maka 6. Devendra C. 1977. Cassava as a Feed
akan menurunkan kualitas dari pellet yang Source for Ruminants. In. Nestle B
dibuat. and Graham M (eds). Casssava as
Animal Feed. IDRC. Canada. 1-07-
119.
4. KESIMPULAN
7. Direktorat Bina Produksi. 1997.
Kadar air perlakuan ransum bentuk Kumpulan SNI Ransum. Direktorat
pelet menggunakan alat rica moisture lebih Jenderal Peternakan Departemen
tinggi dibandingkan dengan menggunakan Pertanian. Jakarta.
alat infra red
8. Fardiaz S.1992. Mikrobiologi
Ransum bentuk pellet perlakuan Pengolahan Pangan Lanjut.
kontrol, kukus dan kering sebelum Departemen Pendidikan dan
penyimpanan pada peubah kadar air, Kebudayaan. Dirjen Perguruan Tinggi.
aktivitas air (Aw), kerapatan, sudut PAU Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.
tumbukan dan durability kualitas fisiknya
9. Gohl BO. 1981. Tropical Feed.
masih memenuhi standar mutu ransum
Feed Information Summaries and
unggas. Sedangkan pada perlakuan
Nutritive Values. Food and Agriculture
setelah penyimpanan kualitas fisiknya sudah
Organization the United Nation.
mengalami penurunan dan relatif kurang
Rome.
memenuhi standar mutu ransum unggas
10. Hahn SK, Terry ER, Leuschner K, Singh
TP. 1977. Cassava Improvements
DAFTAR PUSTAKA Strategies for Resistance of Major.
1. Adegbola AA, Asaolu VO. 1986. Economic Disease and Pests in Africa.
Preparation of cassava peels for International Institute of Tropical
use in small ruminant production in Agriculture Ibadan. Nigeria.
Western Nigeria. in : toward optimum

Pengaruh Pemanfaatan Limbah...J. Tek. Ling. 11 (1): 127-138 137


11. Hartadi, H.S. dan A.D. Tilman. Nutritional Value Of Feeed. National
1986. Tabel Komposisi Pakan untuk Academy of Scences. Washington,
Indonesia. Penerbit Universitas D.C.
Gadjah Mada. Yogyakarta. 21. Sundstol, F. 1984. Straward Other
12. Johnson, J.R. 1994. The Realities of Fibrous by Product as Feed. Elsevier
Bulk Solid Properties Testing. Bulk Press. Amsterdam.
Solid Handling 14(1) : 129 – 132. 22. Suadnyana, I.W., 1998. Pengaruh
USA Kandungan Air dan Ukuran Partikel
13. Khalid. 1999a. Pengaruh kandungan terhadap Perubahan Sifat Fisik Pakan
air dan Ukuran Partikel Terhadap Lokal Sumber Protein. Skripsi.Fakultas
sifat Fisik Pakan Lokal : Kerapatan Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Tumpukan, kerapatan Pemadatan Bogor.
dan berat Jenis. Media peternakan 23. Syarief , R. dan H. Halid. 1993.
22(1) : 1 –11. Teknologi Penyimapanan Pangan.
14. Khalid. 1999b. Pengaruh kandungan Arcan. Jakarta
air dan ukuran Partikel Terhadap sifat 24. Togatorop MH. 1988. Pengaruh
Fisik Pakan Lokal : Sudut Tumbukan, penggunaan tapioka dalam ransum
Daya Ambang dan Faktor Higroskopis. yang mengandung berbagai
Media peternakan 22(1) : 33-43. tingkat energi dan protein terhadap
15. Muller Z, Chau KC, Nah. 1974. performans ayam pedaging yang di
Cassava as subtitution for general in pelihara dalam kandang berlantai
livestock and poultry ration, In : World litter dan kawat [Thesis]. Bogor:
Animal Review 12:12-14. Intitut Pertanian Bogor. Program
16. Murtidjo, B.A.1989. Pedoman Pascasarjana Program Studi Ilmu
Meramu Pakan Unggas. Kanisius. Ternak.
Yogfyakarta. 25. Winarno FG. 1994. Kimia Pangan dan
17. M c E l l h i n e y, R . R . 1 9 9 4 . F e e d Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Manufacturing Industry 4th Ed. Jakarta
Americvan Feed Industry Asssosiacitin 26. Winarno, F.G., S. Fardiaz dan D.
Inc. Arlington. Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi
18. Natragwu NE, Ademale AF. 1977. Loss Pangan. Pt. Gramedia. Jakarta.
of Hydrocyanic Acid and Its Derivatives 27. Yuliastanti, A. 2001. Uji Sifat Fisik
During Sun Drying of Cassava. Ransum Ayam Broiler Starter Bentuk
Tropicals Root Crops Research Mash, Pelet dan Crumble selama
Strategies for 1980’s. Departements Penyimpanan Enam Minggu. Skripsi.
of Biochimestry. University of Ibadan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Nigeria. Bogor.Bogor.
19. NRC (National Research Council),
1994. Nutrient Requirements of
Poultry. 9 th. Revised Edition. National
Academy Press, Washington D.C.
20. Slinger, S.J. 1973. Effect of Pelleting
and Crumbling Method on the

138 Akhadiarto.S., 2010

Anda mungkin juga menyukai