LAPORAN KASUS
*Kepanitraan Klinik Senior/ G1A218032 /2019
** Pembimbing dr. vivi, Sp.A
Oleh
Robiatul Adawiyah / G1A218032
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
G1A218032
2019
Pembimbing,
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia–Nya, penulis dapat menyelesaikan Clinical Report Session (CRS) yang
berjudul “Sindroma Nefrotik Kasus Relaps” sebagai kelengkapan persyaratan
dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Anak di
Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr vivi, Sp.A yang telah bersedia
meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis selama menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Umum
Daerah H. Abdul Manap Kota Jambi.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan guna
kesempurnaan laporan CRS ini, sehingga dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca.
Robiatul adawiyah
3
BAB I
PENDAHULUAN
Sindrom nefrotik adalah salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai pada
anak, merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri dari proteinuria
masif, hipoalbuminemia, hiperkolestrolemia serta edem. Yang dimaksud
proteinuria masif adalah apabila didapatkan proteinuria sebesar 50-100 mg/kg
berat badan/hari atau lebih. Albumin dalam darah biasanya menurun hingga
kurang dari 2,5 gram/dl. Selain gejala-gejala klinis diatas, kadang-kadang
dijumpai pula hipertensi , hematuria, bahkan kadang-kadang azotemia.
Sindrom nefrotik pada anak merupakan penyakit ginjal anak yang paling
sering ditemukan. Insidens SN pada anak dalam kepustakaan di Amerika Serikat
dan Inggris adalah 2-7 kasus baru per 100.000 anak per tahun,dengan prevalensi
berkisar 12-16 kasus per 100.000 anak.Di negara berkembang insidensinya lebih
tinggi. Di Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 per tahun pada anak berusia kurang
dari 14 tahun.Perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2:1
4
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
1. Identitas penderita
Nama penderita : An. Dika Al Ajar
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 6 Oktober 2017
Umur : 1 Tahun 6 bulan
MRS tanggal : 15 April 2019
2. Identitas orang tua/wali
Ayah : Nama : Tn. Sukarmin
Umur : 36 tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Blok C Tri Mulia Rantau Rasau
2.2 Anamnesis/Alloanamnesis
Alloanamnesis dilakukan dengan Ayah penderita, pada hari Senin, tanggal 15
April 2019.
Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan bengkak pada seluruh tubuh
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan bengkak seluruh tubuh sejak ± 1 bulan yan lalu,
Awalnya Kedua kelopak mata bengkak. Bak (+) keluar sedikit-sdikit dan
sering.Anak juga mengeluhkan sesak di dada serta batuk berdahak berwarna
bening. Mual (-), muntah (-), diare (-), pilek (-)
5
Riwayat keluarga mengalami keluhan yang sama disangkal.
6
Riwayat penyakit yang pernah diderita
Parotitis :- Muntah berak : -
Pertusis :- Asma :-
Difteri :- Cacingan :-
Tetanus :- Patah tulang : -
Campak :- Jantung :-
Varicella :- Sendi bengkak: -
Thypoid :- Kecelakaan : -
Malaria :- Operasi :-
DBD :- Keracunan :-
Demam menahun : - Sakit kencing : -
Radang paru :- Sakit ginjal : -
TBC :- Alergi :-
Kejang :- Perut kembung: -
Lumpuh :- Otitis Media : -
Batuk/pilek :+ Ikterik :-
7
Mata
Palpebra : Edema (+/+), cekung (-/-)
Alis dan bulu mata : hitam, merata, tidak mudah dicabut
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Pupil : Isokor, refleks cahaya (+/+), papil edema (-/-)
Kornea : Keruh (-)
Lain-lain : Air mata (-)
Telinga
Bentuk : Simetris
Sekret : Tidak ada
Serumen : (-/-)
Nyeri : (-)
Hidung
Bentuk : Simetris
Pernapasan cuping hidung : -/-
Sekret : -/-
Epistaksis : - /-
Lain-lain :-
Mulut
Bentuk : Simetris, bibir kering (-)
Bibir : Mukosa kering (-), Sianosis (-)
Gusi : Hiperemis (-)
Lidah
Bentuk : dalam batas normal
Pucat :-
Tremor :-
Kotor :-
Warna : merah muda
Faring
Hiperemis :-
Edema :-
Membran / pseudomembran : -
Tonsil
Warna : merah
Pembesaran :-
Abses / tidak :-
Membran / pseudomembran : -
e. Leher
Pembesaran kelenjar leher : -
Kaku kuduk :-
Massa :-
Tortikolis :-
Parotitis :-
f. Thoraks
Jantung
8
Inspeksi Iktus cordis : Tidak terlihat
Palpasi Iktus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra
Perkusi Batas Jantung : dalam batas normal
Auskultasi Suara dasar : S1-S2 reguler
Bising : gallop (-), murmur (-)
Paru
Inspeksi Bentuk : Simetris
Retraksi : ada
Pernapasan : thoraks
Bendungan vena :-
Sternum : Ditengah
Palpasi Vokal fremitus : simetris
Perkusi sonor
Auskultasi Suara nafas dasar : Vesikuler normal (+/+)
9
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Capillary refill < 2 “ <2“
Eritema -/- -/-
i. Genitalia : dalam batas normal
j. Kelainan lain : (-)
10
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Analisa Urin
HASIL PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS HASIL PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS
Warna : Kuning muda Leukosit : 0-1/LPB
Kejernihan : Agak keruh Eritrosit : 0-1 /LPB
Reaksi/pH :7 Sel epitel : 1-2 /LPB
Berat Jenis : 1,015 Selinder: S. Granuler : -
Protein : +2 S. Hialin : +
Glukosa/reduksi : - S. Eritrosit : -
Blood/darah :- S. Leukosit : -
Bilirubin :- S. Epiteit : -
Urobilin :- Kristal :-
Urobilinogen :-
Nitrit :-
2.5 Diagnosis
Sindroma Nefrotik kasus relaps
11
2.6 Diagnosis Banding
Sindroma nefrotik kasus resisten steroid
Glomerulonefritis
2.7 Planning
Adapun terapi yang diberikan adalah sebagai berikut:
1. IVFD Kaen 3B 8 tpm
3.Lasix 2x10 mg
4. Albumin 25 % 50 cc
5.inj.Methylprednisolon 3x35 mg + Ns 2 cc
7. Ranitidin 2x15 mg
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
12
Mata: CA+/ 3x35 mg + Ns 2 cc
+,SI-/-,RC+/+,
LP : 55 cm 6. inj. Ceftriaxone 1
edem palpebra -/-
amp+ D5 50 cc/18 jam
BB : 14 kg THT:DBN
7. Ranitidin 2x15 mg
Leher:
pembesaran KGB 8.Nebu ventolin ½
(-) amp+ Nacl 2 cc
Paru : Ves.+/+,
Wh -/-, Rh+/+
Cor: BJ I,II
regular, M(-) G
(-)
Abdomen:
cembung, hernia
umbilikalis (-),
tegang, BU (+)
menurun, asites
Genitalia:
skrotum edem (-)
Ekstremitas:
akral hangat,
eritema (-),
edema (+),
13
ekstremitas(+), HR : 77 x/i relaps 3.Lasix 2x10 mg
sesak ↓
RR : 25 x/i 4. Albumin 25 % 50 cc
Kepala: 5.inj.Methylprednisolon
normocephali
BB : 13,85 kg 3x35 mg + Ns 2 cc
Mata: CA+/
LP : 55 cm 6. inj. Ceftriaxone 1
+,SI-/-,RC+/+,
amp+ D5 50 cc/18 jam
edem palpebra -/-
7. Ranitidin 2x15 mg
THT:DBN
Leher:
8.Nebu ventolin ½
Paru : Ves.+/+,
Wh -/-, Rh+/+
Cor: BJ I,II
regular, M(-) G
(-)
Abdomen:
cembung, hernia
umbilikalis (-),
tegang, BU (+)
menurun, asites
Genitalia:
skrotum edem (-)
Ekstremitas:
akral hangat,
eritema (-),
14
edema (+),
Thorax : simetris,
retraksi dada (↓)
Paru : Ves.+/+,
Wh -/-, Rh+/+
Cor: BJ I,II
regular, M(-) G
(-)
Abdomen:
cembung, hernia
umbilikalis (-),
15
tegang, BU (+)
menurun, asites
Genitalia:
skrotum edem (-)
Ekstremitas:
akral hangat,
eritema (-),
edema (+),
-/-
7. Ranitidin 2x15 mg
THT:DBN
8.Nebu ventolin ½
Leher: amp+ Nacl 2 cc
pembesaran KGB
9.Balance cairan, Tb,
(-)
Lp
Thorax : simetris,
retraksi dada (↓)
Paru : Ves.+/+,
Wh -/-, Rh+/+
16
Cor: BJ I,II
regular, M(-) G
(-)
Abdomen:
cembung, hernia
umbilikalis (-),
tegang, BU (+)
menurun, asites
Genitalia:
skrotum edem (-)
Ekstremitas:
akral hangat,
eritema (-),
edema (+),
-/-
7. Ranitidin 2x15 mg
THT:DBN
8.Nebu ventolin ½
Leher: amp+ Nacl 2 cc
pembesaran KGB
17
(-) 9.Balance cairan, Tb,
Lp
Thorax : simetris,
retraksi dada (-)
Paru : Ves.+/+,
Wh -/-, Rh-/-
Cor: BJ I,II
regular, M(-) G
(-)
Abdomen:
cembung, hernia
umbilikalis (-),
tegang, BU (+)
menurun, asites
Genitalia:
skrotum edem (-)
Ekstremitas:
akral hangat,
eritema (-),
edema (↓),
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 ANATOMI GINJAL
Ginjal (Ren) adalah suatu organ yang mempunyai peran penting dalam
mengatur keseimbangan air dan metabolit dalam tubuh dan mempertahankan
keseimbangan asam basa dalam darah. Produk sisa berupa urin akan
meninggalkan ginjal menuju saluran kemih untuk dikeluarkan dari tubuh. Ginjal
terletak di belakang peritoneum sehingga disebut organ retroperitoneal. 11 Ginjal
18
berwarna coklat kemerahan dan berada di sisi kanan dan kiri kolumna vertebralis
setinggi vertebra T12 sampai vertebra L3. Ginjal dextra terletak sedikit lebih
rendah dari pada sinistra karena adanya lobus hepatis yang besar. Masing-masing
ginjal memiliki fasies anterior, fasies inferior, margolateralis, margo medialis,
ekstremitas superior dan ekstremitas inferior. Bagian luar ginjal dilapisi oleh
capsula fibrosa, capsula adiposa, fasia renalis dan corpusadiposum pararenal.
Masing masing ginjal memiliki bagian yang berwarna coklat gelap di bagian luar
yang disebut korteks dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna coklat
lebih terang. Medulla renalis terdiri dari kira-kira12 piramis renalis yang masing-
masing memiliki papilla renalis di bagian apeksnya. Di antara piramis renalis
terdapat kolumna renalis yang memisahkan setiap piramis renalis.11
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volum dan komposisi
kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekresikan zat terlarut dan
air secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui
glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang
sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air dieksresikan
keluar tubuh dalam urin melalui sistem pengumpulan urin.11
19
Ginjal memiliki fungsi yaitu:
a. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.
b. Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan dalam
pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri.
c. Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh.
d. Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.
e. Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.
Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal kemudian
akan mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah. Zat-zat yang diambil dari
darah pun diubah menjadi urin. Urin lalu akan dikumpul kan dan dialirkan
keureter. Setelah ureter,urin akan ditampung terlebih dahulu dikandung kemih.
Bila orang tersebut merasakan keinginan berkemih dan keadaan memungkinkan,
maka urin yang ditampung dikandung kemih akan di keluarkan lewat uretra.
Tiga proses utama akan terjadi dinefron dalam pembentukan urin, yaitu
filtrasi, reabsorpsi,dan sekresi. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah
besar cairan yang hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula
Bowman. Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali protein, di filtrasi secara bebas
sehingga konsentrasinya pada filtrat glomerulus dalam kapsula bowman hampir
sama dengan plasma. Awalnya zat akan difiltrasi secara bebas oleh kapiler
glomerulus tetapi tidak difiltrasi, kemudian direabsorpsi parsial, reabsorpsi
lengkap dan kemudian akan dieksresi.
20
kondisi rusaknya membran kapiler glomerulus yang signifikan dan
menyebabkan peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap
protein.4,5
Penyakit ini berlaku secara tiba -tiba justru berlanjut secara progresif
dan tersering pada anak-anak dengan insiden tertinggi ditemukan pada anak
berusia 3-4 tahun dengan rasio lelaki dan perempuan 2:1. Biasanya
dijumpai oliguria dengan urin berwarna gelap, atau urin yang kental
akibat proteinuria berat (Mansjoer et al. 1999). Kadang -kadang terdapat
juga hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal. Sedimen urin bisa
juga normal namun bila didapati hematuria mikroskopik (> 20 eritrosit per
lapangan pandang besar) dicurigai adanya lesi glomerular misalnya sklerosis
glomerulus fokal.6,7
Umumnya sindrom nefrotik diklasifikasikan menjadi sindrom
nefrotik primer dan sindrom nefrotik sekunder. Pada sindrom nefrotik
primer terjadi kelainan pada glomerulus itu sendiri di mana faktor
etiologinya tidak diketahui. Penyakit ini 90% ditemukan pada kasus anak.
Pasien sindrom nefrotik primer secara klinis dapat dibagi lagi menjadi tiga
kelompok yaitu sindrom nefrotik kongenital, responsif steroid dan resisten
steroid. Sindrom nefrotik primer yang biasanya paling banyak menyerang
anak berupa sindrom nefrotik tipe kelainan minimal dan majoriti dari mereka
berumur antara 1-6 tahun dan 90-95% dari mereka memberi respon yang
baik kepada terapi kortikosteroid. Pada dewasa pula, prevalensi sindrom
nefrotik tipe kelainan minimal jauh lebih sedikit kasusnya berbanding
pada anak-anak.1,2,8
21
Kidney Disease in Children, ISKDC berdasarkan kelainan histopatologik
glomerulus. Kelainan glomerulus ini sebagian besar ditegakkan melalui
pemeriksaan mikroskop cahaya, dan apabila diperlukan, dengan pemeriksaan
mikroskop elektron dan imunofluoresensi (Noer 1997).3
Berikut adalah tabel klasifikasi histopatologik sindrom nefrotik
primer pada anak berdasarkan istilah dan terminologi menurut rekomendasi
International Study of Kidney Disease in Children, ISKDC pada tahun 1978 serta
Habib dan Kleinknecht pada tahun 1971.1
22
Tabel 3.1. Klasifikasi kelainan glomerulus pada sindrom nefrotik
primer
23
3.2.2. Epidemiologi
24
e. Fatigue atau malaise ringan
25
Akibat dari pergeseran cairan ini volume plasma total dan
volume darah arteri menurun dibandingkan dengan volume sirkulasi
efektif, sehingga mengakibatkan penurunan volume intravaskuler
yang mengakibatkan menurunnya tekanan perfusi aliran darah ke
ginjal. Hal ini dideteksi lalu mengaktifkan sistem rennin-
angiotensin-aldosteron (RAAS) yang akan meningkatkan
vasokonstriksi dan juga akan mengakibatkan rangsangan pada
reseptor volume intravaskular yang akan merangsang peningkatan
aldosteron yang merangsang reabsorbsi natrium di tubulus distal dan
merangsang pelepasan hormon antidiuretik yang meningkatkan
reabsorbsi air dalam duktus kolektifus.
Hal ini mengakibatkan peningkatan volume plasma tetapi karena
onkotik plasma berkurang natrium dan air yang direabsorbsi akan
memperberat edema .10
1. Anamnesis
Keluhan yang sering ditemukan adalah bengkak di kedua kelopak mata,
perut, tungkai, atau seluruh tubuh dan dapat disertai jumlah urin yang
berkurang. Keluhan lain juga dapat ditemukan seperti urin berwarna
kemerahan yang menandakan hematuria.
26
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan edema di kedua kelopak mata,
tungkai, atau adanya asites dan edema skrotum atau labia. Kadang-kadang
ditemukan hipertensi.
3. Pemeriksaan penunjang
Pada urinalisis menggunakan dipstik ditemukan proteinuria masif (3+
sampai 4+), dapat disertai hematuria. Pada pemeriksaan darah
didapatkan hipoalbuminemia (< 2,5 g/dl), hiperkolesterolemia, dan laju
endap darah yang meningkat, rasio albumin/globulin terbalik. Kadar ureum
dan kreatinin umumnya normal kecuali ada penurunan fungsi ginjal. Bila
ditemukan hematuria mikroskopik (>20 eritrosit/LPB) dicurigai adanya
lesi glomerular contohnya pada sklerosis glomerulus fokal.10
27
Tabel 3.2. Istilah yang menggambarkan respons terapi steroid pada anak
dengan sindrom nefrotik
28
3.2.6.1. Protokol pengobatan menurut International Study of Kidney
Disease in Children (ISKDC)
1) Terapi inisial
Berdasarkan International Study of Kidney Disease in Children (ISKDC),
terapi inisial untuk anak dengan sindrom nefrotik idiopatik tanpa kontraindikasi
steroid adalah prednison dosis 60mg/m atau 2 mg/kgBB/hari (maksimal 80
mg/hari) dalam dosis terbagi. Terapi inisial diberikan dengan dosis penuh selama 4
minggu. Apabila dalam empat minggu pertama telah terjadi remisi, dosis
prednison diturunkan menjadi 40 mg/m2 LPB/hari atau 1,5 mg/kgBB/hari,
diberikan selang satu hari, dan diberikan satu hari sekali setelah makan pagi.
Apabila setelah dilakukan pengobatan dosis penuh tidak juga terjadi remisi, maka
pasien dinyatakan resisten steroid. 2 LPB/hari
Pasien datang dengan keluhan bengkak seluruh tubuh sejak ± 1 bulan yan lalu,
Awalnya Kedua kelopak mata bengkak. Bak (+) keluar sedikit-sdikit dan
sering.Anak juga mengeluhkan sesak di dada serta batuk berdahak berwarna
bening. Mual (-), muntah (-), diare (-), pilek (-) proteinuria +2
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik. Nadi 105 x/menit,
nafas 44 x/menit, suhu 36,4°C, saturasi O2 98%. Status generalisata dalam batas
normal. Pada pemeriksaan ditemukan bengkak pada kedua palpebra, pipi, perut
dan kedua kaki yang tidak disertai nyeri. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
mana anamnesis dan pemeriksaan merupakan hal yang sangat penting dilakukan
sebelum memutuskan untuk melakukan pemeriksaan penunjang lainnya.