Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS
A. Pengertian
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20
minggu dan berat badan janin kurang dari 500 gram (Murray, 2002)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat tertentu
pada atau sebelum kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk
hidup di luar kandungan (Praworihardjo, 2006)
Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum
janin mampu hidup di luar kandungan (Nugroho, 2010)
Abortus kompletus adalah keguguran lengkap di mana semua hasil
konsepsi (desidua dan fetus) telah keluar tanpa membutuhkan intervensi medis.
B. Macam-macam Abortus
1. Aborsi imminens
Memiliki nama lain threatened abortion atau abortus mengancam yang
merupakan proses awal dari suatu keguguran, yang ditandai dengan perdarahan
per vaginam sementara ostium uteri eksternum masih tertutup dan janin masih
baik intrautrin. Diagnosis ini dapat ditegakkan jika terjadi perdarahan wanita
hamil kurang dari 20 minggu, kadang disertai rasa mules, uterus membesar
sebagaimana usia kehamilan, serviks tidak membuka dan tes kehamilan
menunjukkan hasil positif. Ibu hanya mengeluarkan sedikit darah per vaginam
dan dapat berlanjut selama beberapa hari atau berulang. Jika terjadi abortus ini
masih dapat kemungkinan untuk janin dipertahankan. Jika dilakukan
pemeriksaan menggunakan USG maka dapat menunjukkan hasil buah
kehamilan masih utuh dan baik, ada tanda kehidupan janin, meragukan, dan
buah kehamilan tidak baik atau janin mati.
2. Abortus incipiens
Memiliki nama lain inevitable abortion atau abortus sedang mengancam
yang merupakan proses abortus yang sedang berlangsung dan tidak lagi dapat
dicegah yang ditandai dengan terbukanya ostium uteri eksternum selain adanya
perdarahan. Ditegakkan apabila dijumpai ostium dalam keadaan terbuka
dengan hasil konsepsi masih terdapat dalam uterus. Darah keluar banyak dan
kadang bergumpal-gumpal, nyeri dan kontraksi kuat, terdapat dilatasi serviks
sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan meraba. Ibu dapat meninggal akibat
perdarahan dan sisa bayi atau placenta dapat menyebabkan infeksi sehingga
kontra indikasi dari keadaan ini adalah mempertahankan kehamilan..
3. Abortus inkompletus
Merupakan proses abortus dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar
melalui jalan lahir. Ostium uteri aksternum dijumpai terbuka, dan kadang-
kadang teraba adanya jaringan atau bahkan kadang menonjol di ostium.
4. Abortus kompletus
Merupakan proses abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi telah keluar
melalui jalan lahir.
5. Missed abortion
Merupakan berakhirnya suatu proses kehamilan sebelum 20 minggu,
namun keseluruhan hasil konsepsi itu tertahan dalam uterus selama 6 minggu
atau lebih. Ditandai dengan pengecilan ukuran uterus hamil, oleh karena itu
sering kali diagnosis ditegakkan setelah melalui beberapa kali pemeriksaan
serial. Biasanya abortus ini didahului dengan abortus imminens yang kemudian
menghilang spontan atau setelah diobati.
6. Abortus habitualis
Merupakan abortus yang terjadi 3 kali atau lebih secara berturut-turut
dengan berbagai sebab.
7. Abortus infeksius
Suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi baik yang
diperoleh dari luar rs maupun yang terjadi setelah tindakan di rs. Diagnosa ini
ditegakkan apabila telah ada tanda-tanda infeksi yakni kenaikan di mana suhu
tubuh > 38o C, kenaikan angka leukosit (WBC) dan discharge berbau per
vaginum.
8. Septic abortion
Merupakan suatu komplikasi yang lebih jauh daripada abortus infeksius, di
mana pasien telah masuk dalam keadaan sepsis akibat infeksi tersebut.
Ditegakkan apabila ditandai dengan tanda-tanda sepsis seperti nadi cepat dan
lemah, syok dan penurunan kesadaran.

C. MaKlasifikasi Abortus Berdasarkan Jenisnya


1. Abortus spontan adalah penghentian kehamilan sebelum janin mencapai
viabilitas (usia kehamilan 22 minggu). Tahapan abortus spontan meliputi :
 Abortus imminens (kehamilan dapat berlanjut).\
 Abortus insipiens (kehamilan tidak akan berlanjut dan akan berkembang
menjadi
abortus inkomplit atau abortus komplit).
 Abortus inkomplit (sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan).
 Abortus komplit (seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan).
2. Abortus yang disengaja adalah suatu proses dihentikannya kehamilan
sebelum janin mencapai viabilitas.
3. Abortus tidak aman adalah suatu prosedur yang dilakukan oleh orang yang
tidak berpengalaman atau dalam lingkungan yang tidak memenuhi standar
medis minimal atau keduanya.
4. Abortus septik adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi-
sepsis dapat berasal dari infeksi jika organisme penyebab naik dari saluran
kemih bawah setelah abortus spontan atau abortus tidak aman. Sepsis
cenderung akan terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi atau terjadi penundaan
dalam pengeluaran hasil konsepsi. Sepsis merupakan komplikasi yang sering
terjadi pada abortus tidak aman dengan menggunakan peralatan.
D. Patofisilogi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi
terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus.
Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena villi korialis belum menembus desidua secara mendalam. Pada
kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi korialis menembus desidua lebih dalam,
sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan
setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta.
Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa
abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada
kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk
yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama. Apabila mudigah yang mati
tidak dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan
bekuan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa
apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi sehingga
semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal ini
amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan
korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion berkurang maka ia
jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti
kertas perkamen (fetus papiraseus)
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan adalah
terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar
karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah – merahan dan dapat
menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi sudah berlangsung
lama. (Prawirohardjo, 2006)

E. Penyebab Abortus
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum
menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu.
Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan
kromoson/genetik, lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang
tidak bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat zat yang berbahaya bagi
janin seperti radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus.
2. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan
pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah
tinggi yang menahun.
3. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti
radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma.
4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut
rahim, kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang
(secara umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan
pada rahim.
5. Trauma
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan seksual
khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita
dengan riwayat keguguran yang berkali-kali.
6. Faktor-faktor hormonal
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab
terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat
plasenta mengambil alih fungsi korpus luteum dalam produksi hormon.
7. Penyebab dari segi Janin
a. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
b. Mola hidatidosa.
c. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.

F. Manifestasi Klinik
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang
perdarahan per vaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga sering
terdapat rasa mulas dan keluhan nyeri pada perut bagian bawah. (Mitayani, 2009)
Secara umum terdiri dari:
1. Terlambat haid atau amenhore kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil,
suhu badan normal atau meningkat.
3. Perdarahan per vaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
4. Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus.

Ciri-ciri abortus kompletus adalah :


perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada
keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus.

G. Penangan
1. Abortus Komplet Tidak memerlukan penanganan khusus, hanya apabila
menderita anemia ringan perlu diberikan tablet besi dan dianjurkan supaya
makan makanan yang mengandung banyak protein, vitamin dan mineral.
2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu.
5. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
6. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
H. Pemeriksaan
Pemeriksaan Ginekologi
1. Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dari ostium.
3. Vaginal toucher : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa,
kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.

Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3
minggu setelah abortus.
2. Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin masih hidup.
3. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa
dan anomali kongenital.
4. BMR dan kadar urium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak
gangguan glandula thyroidea.
5. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.

I. Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan
dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain.
3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat.
4. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu
staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma,
Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis,
sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram
negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur.
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi
paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci
anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium
perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae,
Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial
berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.
J. Patways
KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi
klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
2. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- ,
lamanya perkawinan dan alamat
3. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang pervaginam berulang
Riwayat kesehatan ,
Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien,
jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary
, penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit
menular yang terdapat dalam keluarga.
Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji
kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien
mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan
anaknya.

4. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat
sakit.
5. Pemeriksaan fisik, meliputi :
Inspeksi
Hal yang diinspeksi antara lain :
mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap
drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan
seterusnya
Palpasi
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban
dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi
janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal
Perkusi
Auskultasi
6. Pemeriksaan laboratorium :
Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien
setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
7. Data lain-lain :
Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di
RS.

Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler dalam
jumlah berlebih
2. Nyeri berhubungan dengan dilatasi serviks, trauma jaringan dan kontraksi uterus
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian diri sendiri dan janin

Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
1. Kekurangan Tujuan: Observasi TTV Mengetahui keadaan
volume cairan Setelah dilakukan umum klien
berhubungan tindakan keperawatan Posisikan ibu Menjamin
dengan selama 3 x 24 jam dengan tepat (semi keadekuatan darah yang
kehilangan volume cairan fowler) tersedia untuk otak,
vaskuler terpenuhi dengan peninggian panggul
berlebih kriteria hasil: Berikan sejumlah menghindari kompresi
Pasien cairan pengganti vena
mengungkapkan harian Pendarahan dapat
tidak lemah, dan berhenti dengan reduksi
tidak merasa haus Laporkan serta aktivitas
lagi catat jumlah dan
Mukosa bibir sifat kehilangan
lembab darah Untuk mengetahui
Turgor kulit normal perkiraan banyak nya
Mata tidak cekung kehilangan darah
2. Nyeri Tujuan: Observasi TTV Untuk mengetahui
berhubungan Setelah dilakukan keadaan umum klien
dengan dilatasi tindakan 3 x 24 jam
serviks, trauma nyeri teratasi dengan Lakukan pengkajian Meningkatkan koping
jaringan dan kriteria hasil: nyeri klien dalam mengatasi
kontraksi uterus Pasien tidak nyeri
mengeluh nyeri lagi Untuk mengetahui
Skala nyeri lokasi nyeri, skala, dan
berkurang (<3) intensitasnya
. Ajarkan metode
distraksi Untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
Berikan analgetik
Analgetik berfungsi
untuk mengurangi nyeri
3. Resiko tinggi Tujuan: Observasi TTV Mengetahui keadaan
infeksi Setelah dilakukan umum klien
berhubungan tindakan 3 x 24 jam
dengan trauma pasien tidak Terangkan pada Untuk mencegah
jaringan mengalami infeksi klien pentingnya terjadinya infeksi
dengan kriteria hasil: vulva hygiene berkelanjutan
Tidak merasa nyeri
pada daerah vulva. Lakukan teknik Inkubasi kuman pada
Tidak merasa gatal vulva hygiene area genital yang relatif
TTV dalam batas cepat dapat
normal menyebabkan infeksi

Tingkatkan teknik Membantu mencegah


cuci tangan yang penularan bakteri
benar untuk
meningkatkan
personal hygiene
klien
4. Ansietas Tujuan : Jelaskan prosedur Pengetahuan dapat
berhubungan Setelah dilakukan dan arti gejala membantu menurunkan
dengan ancaman tindakan 3 x 24 jam rasa takut dan
kematian diri pasien tidak meningkatkan rasa
sendiri dan janin mengalami kontrol terhadap situasi
kecemasan dengan Pengetahuan akan
ktriteria hasil: Berikan informasi membantu ibu untuk
Klien dalam bentuk verbal mengatasi apa yang
mendiskusikan dan tertulis serta beri sedang terjadi dengan
ketakutan mengenai kesempatan klien lebih efektif. Informasi
diri janin dan masa untuk mengajukan sebaiknya tertulis, agar
depan kehamilan, pertanyaan nantinya memungkinkan
juga mengenai ibu untuk mengulang
ketakutan yang sehat informasi akibat tingkat
dan tidak sehat stress.
Klien tampak
tenang Pantau respon Menandai tingkat
Klien tidak terlihat verbal dan non kecemasan yang sedang
cemas lagi verbal ibu dan dialami ibu atau
pasangan. pasangan.
Menjadi mampu
Libatkan ibu melakukan sesuatu
dalam perencanaan untuk membantu
dan berpatisipasi mengontrol situasi
dalam perawatan sehingga dapat
sebanyak mungkin menurunkan rasa takut

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan
keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat serta bukan atas
petunjuk tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah
tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter
atau petugas kesehatan lain. (Mitayani, 2009)

5. Evaluasi Keperawatan
Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan yang
berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai. (Mitayani, 2009)
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius
Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: PT. Salemba Medika
Nugroho, Taufan. 2010. Buku Ajar Obstetric. Yogyakarta: Nuha Medika
Praworihardjo, S. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka
LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS KOMPLIT

DISUSUN OLEH :
ARIEF SETIYO PAMBUDI
NIM : 3090 1401 962

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
TAHUN 2014/2015

Anda mungkin juga menyukai