Anda di halaman 1dari 77

BAHAN AJAR

MATA KULIAH : SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

KODE MK : AND360016

SKS/SEMESTER : III/VI

Disusun Oleh
ANITA LASSA, S.Pd., M.M

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TIMOR
2019
BAB I
KONSEP DASAR SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa Dapat Memahami dan Menguasai Dasar-Dasar Sistem Informasi
Manajemen Modern
B. LATAR BELAKANG
Sistem informasi manajemen (SIM) bukanlah hal yang baru. Namun
untuk sebagian besar kalangan istilah SIM merupakan hal yang baru. Hal ini
dikarenakan sistem informasi manajemenya terkomputerisasi. Pengotomasian
sistem informasi manajemen melalui komputerisasi dikarenakan pesatnya
kemajuan teknologi informasi. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat
dilakukan dengan menerapkan teknologi otomasi dapat membantu manusia
melaksanakan pekerjaannya dari komputer kecil di rumah, dapat membayar
barang dengan kartu kredit, melihat jadwal penerbangan melalui komputer
melalui internet, melihat katalog barang melalui finansial teknologi seperti
tokopedia, bukalapak, traveloka, dan lain-lain.
Sebelum adanya komputer, teknik SIM telah ada untuk memberi
manajer informasi yang memungkinkan mereka merencanakan dan
mengendalikan operasi. Komputer telah menambah dua atau 3 dimensi
seperti kecepatan, ketelitian, keakuratan, dan volume data yang meningkat
yang memungkinkan pertimbangan alternatif-altenatif yang lebih banyak
dalam suatu keputusan, yang ada di dalam suatu organisasi terdiri atas
sejumlah unsure, orang yang mempunyai bermacam-macam peran dalam
organisasi, kegiatan atau tugas yang harus diselesaikan, tempat bekerja,
wewenang pekerjaan, serta hubungan komunikasi yang mengikat bersama
organisasi tersebut. SIM merupakan penerapan sistem informasi di dalam
organisasi untuk mendukung informasi-informasi yang dibutuhkan oleh
semua tingkatan manajemen. Informasi merupakan hal yang penting bagi
manajemen dalam pengambilan keputusan . Informasi internal harus
disiapkan sendiri oleh berbagai unsur perusahaan, sedangkan informasi
eksternal diperoleh baik dari alat-alat komunikasi modern. Informasi dapat
diperoleh melalui sistem informasi.
C. KONSEP DASAR SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
1. Pengertian Sistem Informasi Manajemen
Pada umumnya apabila orang membicarakan SIM yang tergambar
adalah suatu sistem yang diciptakan untuk melaksanakan pengolahan data
yang dimanfaatkan suatu organisasi. Ditinjau dari segi istilah, Sistem
Informasi Manajemen terdiri atas tiga kata yaitu (1) sistem, (2) informasi, dan
(3) manajemen. Dengan mengupas makna dari masing-masing kata tersebut,
kita akan memahami pengertian Sistem Informasi Manajemen secara utuh.
Sistem
Secara sederhana Lucas (Kumorotomo dan Margono, 1994, 8)
mengartikan sistem sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsure,
komponen, atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi,
saling tergantung satu sama lain dan terpadu. Ludwig Von Bertalanfly
(Sunyoto, 2014, 32) juga mengemukakan pendapat bahwa sistem adalah
seperangkat unsur-unsur yang terikat dalam suatu antarrelasi diantara unsure-
unsur tersebut dan dengan lingkunagn. Unsur pembentuk organisasi meliputi
bagian yang tampak secara fisik dan juga bersifat konseptual (abstrak) seperti
visi, misi, struktur jabatan, pekerjaan, kegiatan, kelompok informal, dan lain-
lain. Oleh karena itu diperlukan perhatian terhadap setiap bagian yang
membentuk sistem tidak hanya pada bagian tertentu saja. Kecenderungan
pemimpin adalah terlalu memusatkan perhatian pada salah satu komponen
saja dari sistem organisasi. Teori sistem mengatakan bahwa setiap unsur
pembentuk organisasi penting dan harus mendapat perhatian agar pemimpin
dapat bertindak lebih efektif.
Terdapat konsep lain yang terkandung dalam definisi sistem yaitu
konsep sinergi. Konsep ini memiliki arti bahwa di dalam suatu sistem, output
dari organisasi diharapkan lebih besar dari pada output individual atau output
dari masing-masing bagian. Kegiatan bersama dari bagian yang terpisah
tetapi saling berhubungan secara bersama-sama akan menghasilkan efek total
lebih besar daripada jumlah yang dihasilkan oleh bagian secara individu dan
terpisah. Dengan artian bahwa 3 ditambah 3 tidak sama dengan 6, tetapi
mungkin sama dengan 9 atau lebih. Karena dalam sistem organisasi
mengutamakan pekerjaan-pekerjaan di dalam tim. Dalam sistem juga
mensyaratkan pelaksanaan pekerjaan secara integrative baik terkait manusia,
peralatan/perkakas, metode dan sumber daya yang dimanfaatkan.
Data dan Informasi
Data dan informasi memiliki perbedaan yang mendasar. Data merujuk
pada fakta-fakta berupa angka-angka, teks, dokumen, gambar, bagan, suara
yang mewakili deskripsi verbal atau kode tertentu dan sejenisnya. Apabila
data telah disaring dan diolah melalui suatu sistem pengolahan sehingga
memiliki arti dan nilai bagi individu maka data tersebut berubah fungsi
menjadi informasi. Sehingga yang dipakai pemimpin di dalam membuat
keputusan adalah informasi bukan data.
Oleh sebab itu disimpulkan cirri pokok data adalah adanya fakta.
Beberapa contoh data seperti daftar induk seluruh mahasiswa Universitas
Timor, jadwal kuliah semester genap program studi Ilmu Administrasi
Negara, jadwal penerbangan di Bandara Eltari Kupang. Namun akan berubah
menjadi informasi apabila pengguna jasa penerbangan menghubungi layanan
biro perjalanan di bandara untuk melihat jalur penerbangan pada hari senin
dengan tujuan Kupang-Surabaya disertai keterangan tentang jumlah tempat
duduk yang masih tersisa, waktu keberangkatan, dan harga tiket. Untuk dapat
memperoleh informasi, pemakai data harus mengetahui jenis keterangan yang
diperlukan dan sistem penyimpanan data. Dalam contoh jadwal penerbangan,
otak manusia (petugas biro perjalanan) ditunjang perkakas komputer
melakukan proses pemilihan data dan menyajikannya untuk dapat
dipergunakan sebagai informasi yang bermakna. Pada dasarnya agen-agen
perjalanan menawarkan dan menjual penyediaan informasi yang tepat dan
cepat kepada konsumen. Informasi yang dikumpulkan disimpan dan akan
dimanfaatkan kembali ketika dibtuhkan sehingga dapat berfungsi menjadi
data lagi.
Murdick et al (dalam Kumorotom dan Marono, 1994: 11)
menguraikan bahwa data dalah fakta yang tidak sedang digunakan dalam
proses keputusan, umumnya dicatat dan diarsipkan tanpa maksud akan segera
dipakai kembali untuk pengambilan keputusan. Sebaliknya, informasi terdiri
dari data yang telah diambil kembali, diolah atau digunakan untuk member
dukungan keterangan bagi pengambilan kesimpulan, argumentasi atau
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Pemakaian informasi sangat
penting karena menunjang keputusan manajemen.
Informasi yang memiliki kualitas tinggi akan menentukan sekali
efektivitas keputusan-keputusan pemimpin. Terdapat tiga pilar yang
menentukan kualitas informasi yaitu akurasi, ketepatan waktu, dan relevansi.
Syarat-syarat informasi yang baik dikemukakan oleh Parker (Kumorotomo
dan Margono, 1994:11 sebagai berikut:
 Ketersediaan (availability);
Informasi harus dapat diperoleh (accessible) bagi orang yang hendak
memanfaatkannya.
 Mudah dipahami (comprehensibility);
Informasi harus mudah dipahami oleh pembuat keputusan, baik terkait
pekerjaan rutin maupun keputusan-keputuasn yang bersifat strategis.
Informasi yang rumit dan berbelit-belit akan membuat keputusan
manajemen kurang efektif.
 Relevan
Informasi diperoleh harus benar-benar relevan dengan permasalahan, misi,
dan tujuan organisasi.
 Bermanfaat
Informasi harus bermanfaat bagi organisasi. Informasi juga harus dapat
tersaji dalam bentuk-bentuk yang memungkinkan pemanfaatan oleh
organisasi yang bersangkutan..
 Tepat waktu
Informasi yang tersedia tepat waktu pada saat organisasi membutuhkan
informasi ketika pemimpin hendak membuat keputusan-keputusan yang
krusial.
 Keandalan (reliability)
Informasi harus diperoleh dari sumber-sumber yang dapat diandalkan
kebenarannya. Pengolah data atau pemberi informasi harus dapat
menjamin tingkat kepercayaan yang tinggi atas informasin yang disajikan.
 Akurat
Informasi harus bersih dari kesalahan dan kekeliruan.
Informasi harus jelas dan secara akurat mencerminkan makna yang
terkandung dari data pendukung.
 Konsisten
Informasi tidak boleh mengandung kontradiksi di dalam penyajiannya
karena konsistensi merupakan syarat penting bagi dasar pengambilan
keputusan.
Manajemen
Kegiatan manajemen tercakup dalam tiga jenis kegiatan yaitu
perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian. Dalam kegiatan
perencanaan, para pemimpin merumuskan tujuan organisasi, menentukan
arah tindakan organisasi, serta menetapkan langkah-langkah strategis untuk
mencapai tujuan organisasi. Dalam pengorganisasian, pemimpin mengatur
kegiatan-kegiatan operasional supaya sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai dengan mengadakan pembagian kerja, penetapan struktur
kewenangan dan rantai komando, penempatan pegawai dalam satuan-satuan
organisasi, dan lain-lain. Untuk pengendalian, pemimpin mengadakan
evaluasi prestasi yang dicapai oleh organisasi telah sesuai dengan
standar/baku yang telah ditetapkan, dan apabila terdapat ketidaksesuaian dan
penyimpangan ditetapkan cara-cara ,mengatasi.
Setelah dibahas pengertian masing-masing unsur pembentuk istilah
yaitu sistem, informasi, dan manajemen maka dapat disimpulkan bahwa SIM
adalah suatu sistem yang menyediakan kepada pengelola organisasi data
maupun informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas organisasi.
Tujuan dibentuknya SIM supaya organisasi memiliki suatu sistem yang dapat
diandalkan dalam mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat dalam
pembuatan keputusan manajemen meliputi keputusan-keputusan rutin
maupun keputusan-keputusan strategis. SIM diharapkan menunjang tugas-
tugas pegawai pada organisasi, para pemimpin, atau pengguna jasa organisasi
serta semua unsur pokok dalam lingkungan organisasi. Terdapat tiga sistem
yang terkait yaitu (1) sistem sosial disebut organisasi, (2) sistem manajemen
atau tatalaksana untuk meningkatkan tata kerja, produktivitas, efektivitas dan
efesiensi organisasi serta satuan-satuan organisasi, dan (3) sistem informasi
berupa manajemen pengolahan data beserta semua kegiatan penyediaan
informasi untuk pengambilan keputusan. Dalam hal sistem informasi, setiap
komponen dalam sistem harus saling berinteraksi untuk dapat menghasilkan
informasi yang bermanfaat bagi semua tingkatan manajemen.
2. Sistem Informasi Manajemen Modern
Secara teoritis SIM dapat dilaksanakan tanpa bantuan alat komputer.
Akan tetapi sistem manajemen yang semakin kompleks dalam organisasi-
organisasi modern dan penggunaan komputer yang penting di era globalisasi
maka SIM modern tidak terlepas dari pemanfaatan komputer.
SIM Berbasis Komputer
Sistem syaraf manusia terdiri dari bagian-bagian tubuh manusia yang
terhubung meliputi otak, saraf tulang belakang, sel neurit dan dendrite serta
ganglia. Maka sistem informasi manajemen berbasis komputer (computer
based management information system) terdiri dari manusia, perangkat keras
(hardware), perangkat lunak (software), data, dan prosedur-prosedur
organisasi yang saling berinteraksi untuk menyediakan data dan informasi
yang tepat waktu kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi.
Terdapat beberapa alasan, perkakas komputer sangat penting di dalam SIM
modern. Alasan pertama terkait kemampuan komputer untuk mengolah data.
Komputer mampu menyimpan data dalam jumlah besar dibandingkan daya
ingat manusia. Alasan kedua adalah semua organisasi modern menggunakan
teknologi otomasi melalui komputerisasi serta tersedia di segala tempat dan
dapat diperoleh dengan mudah dan murah. Organisasi yang kemampuan
finansial dan sumber daya manusia rendah tidak akan mampu menyesuaikan
diri dengan tuntutan kebutuhan yang mengharuskan pengolahan data cepat
dan efisien. Namun komputerisasi harus memperhatikan kemampuan staff,
keuangan, dan kebutuhan pengolahan data.
SIM berbasis komputer terdiri dari manusia, perangkat keras
(Hardware), perangkat lunak (software), data dan prosedur-prosedur.
 Manusia. Setiap SIM berbasis komputer harus memperhatikan unsur
manusia supaya sistem yang diciptakan bermanfaat. Manusia merupakan
penentu dari keberhasilan SIM dan manusia yang akan memanfaatkan
informasi yang dihasilkan SIM. Unsur manusia dalam SIM adalah staff
komputer professional dan para pemakai (Computer Users)
 Perangkat keras (hardware). Merujuk pada perkakas mesin atau lebih
dikenal CPU (Central Processing Unit) beserta semua perangkat
pendukung. Perangkat pendukung meliputi perkakas luaran (ouput
devices), perkakas penyimpanan (memory), dan perkakas input.
 Perangkat lunak (software). Merujuk kepada program-program komputer
beserta petunjuk-petunjuk pendukungnya. Program komputer adalah
instruksi-instruksi yang dapat dibaca oleh mesin yang memerintahkan
bagian-bagian dari perangkat keras SIM berbasis komputer sehingga
berfungsi untuk dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat dari data
yang tersedia. Program komputer biasanya disimpan dalam medium
input/output (disket, flashdisk, compact disk)
 Data. Data adalah fakta-fakta yang akan dibuat menjadi informasi yang
bermanfaat. Data akan dipilahkan, dimodifikasi atau diperbaharui oleh
program supaya dapat menjadi informasi. Seperti program komputer, data
juga biasa disimpan dalam bentuk yang dapat dibaca oleh mesin sehingga
setiap saat mesin komputer dapat mengolahnya.
 Prosedur. Prosedur adalah peraturan-peraturan yang menentukan operasi
sistem komputer. Misalnya peraturan bahwa setiap permintaan belanja
barang dan jasa di suatu instansi harus tercatat di dalam basis data
komputer atau peraturan bahwa setiap akses operator komputer kepada
pengolah induk harus dilaporkan waktu dan otoritasnya.
Secara teknis pelaksanaan SIM berbasis komputer meliputi empat
bagian yaitu input, pengolahan, penyimpanan, dan output. Perkakas input
berfungsi menyediakan data mentah ke komputer sistem. Data kemudian
diolah/diproses oleh CPU (Central Processing Unit) sesuai dengan instruksi
yang diberikan oleh perangkat lunak. Informasi dihasilkan dan diberikan
kepada perangkat output. Pada saat komputer menjalankan fungsinya,
komputer mengalirkan, memakai, dan menyimpan data dalam ruang
elektronik yang disebut memori. Ada 2 jenis memory komputer yaitu memori
utama (main memory) dan memori cadangan (external memory).
Perangkat Keras
 Kategori komputer. Menurut ukuran/kapasitas, perangkat keras komputer
digolongkan menjadi 4 kategori yaitu komputer mikro (personal
computer/PC), komputer mini, komputer besar, dan supercomputer.
 Central Processing Unit (CPU). 6 Komponen CPU meliputi input, output,
control unit, ALU (Arithmetic Logic Unit), penyimpan primer ( Primary
Storage), Bus.
 Penyimpan (Storage). Penyimpanan data dapat dilakukan di dalam main
memory komputer dan di penyimpan ekternal. Memory utama (Main
Memory) dapat diakses langsung oleh CPU. Data dan program disimpan
sementara, sebelum, atau sesudah pengolahan data selesai. Chip memory
diidentikan dengan Random Acces Memory (RAM). Penyimpan eksternal
seperti disket, harddisk, compact disk meliputi Compact Disk Read Only
Memory (CD-ROM) dan Write Once Read Many (WORM), microfilm,
dan magnetic tape
 Perkakas input. Keyboard (papan ketik). 2 Jenis keyboard yaitu keyboard
konvensional disebut dengan QWERTY keyboard dan keyboard
ergonomis disebut dengan DVORAK keyboard. Mouse, joystick,
trackball, hand-held terminal, light pen, digitizer, Bar Code Reader.
 Perkakas Output. Output data dibedakan menjadi 2 yaitu hard-copy
(biasanya berupa kertas) dan soft-copy. Perkakas output yang banyak
digunakan yaitu printer, plotter, dan Facsimile.
Perangkat Lunak
Perangkat lunak (Software) adalah serangkaian instruksi yang dapat
dipahami oleh perangkat keras pengolah data/komputer sehingga dapat
melaksanakan pemrosesan data sesuai yang dikehendaki. Perangkat lunak
disamakan dengan bahasa pemrograman. Bahasa pemrograman berisi
serangkaian aturan-aturan yang memungkinkan instruksi-instruksi dapat
dilaksanakan oleh komputer.
Manusia Sebagai Perangkat Otak: Pengorganisasian SIM Modern
Agar sistem pengolahan data dengan komputer dapat berjalan dengan
efektif, maka prosedur pengoperasian dan pelatihan bagi orang yang
menangani data dengan komputer harus direncanakan dengan baik. Oleh
karena itu, unsur perangkat otak (brainware) atau unsur manusia menempati
peranan sentral. Adapun personalia dari satuan sistem informasi di dalam
organisasi dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
 Analis/Perancang Sistem. Analis bertanggungjawab untuk mengadakan
analisis dan penilaian tentang kebutuhan dari end-user, merancang sistem-
sistem pengolahan, dan menyusun spesifikasi kegiatan-kegiatan yang
dapat ditunjang dengan perangkat komputer yang harus dikembangkan
oleh organisasi. Analis sistem juga harus mempertimbangkan pelatihan
yang harus dilaksanakan untuk mendukung pemakaian sistem yang telah
dikembangkan. Analis sistem berperan mulai dari membahas desain sistem
yang akan dikembangkan, kemudian membagi sistem ke dalam
komponen-komponen khusus untuk menangani data tertentu. Contoh
untuk sistem inventaris, analis sistem harus menentukan data apa saja yang
harus dikumpulkan, bagaimana data harus diolah, perkakas apa yang akan
dipakai, bagaimana menyajikan hasil pengolahan data kepada end-user.
Analis sistem harus mempunyai menguasai permasalahan sistem
administrasi dalam organisasi, akuntansi, perilaku organisasi, pembuatan
model, dan teknik pemrograman bahasa komputer
 Programer. Komputer dapat melakukan pengolahan jika diberi perintah-
perintah tahap demi tahap. Programer komputer bertugas untuk menyusun
rangkaian perintah-perintah. Program komputer akan merinci secara logis
setiap langkah yang harus diikuti oleh mesin komputer untuk
mengorganisasi dan mengolah data guna menghasilkan informasi yang
diperlukan serta mengkomunikasikan kepada pemakai. Programer
komputer biasanya menangani deskripsi masalah pengolahan data yang
disusun analis sistem. Programer yang membuat aplikasi program sesuai
dengan masalah yang terjadi. Ada 2 jenis programer yaitu programer
aplikasi dan programer sistem. Programer aplikasi bertugas menyusun
aplikasi pembukuan, rekayasa, sensus, atau aplikasi berorientasi ilmiah
dan biasanya programer aplikasi memiliki spesialisasi. Sedangkan
programer sistem bekerja menyusun instruksi-instruksi yang mengontrol
operasi keseluruhan sistem komputer.
 Operator. Operator merupakan orang yang bertugas mempersiapkan data
dan program, mengoperasikan komputer itu sendiri serta mencari dan
mendistribusikan hasil pengolahan. Operator merupakan unsur personalia
yang secara langsung bertanggungjawab terhadap sistem pengolahan data.
Dengan semakin luasnya pemakaian komputer dalam organisasi-
organisasi modern, peranan analis sistem dan programer semakin penting.
Spesifikasi tugas mereka semakin beranekaragam. Pendidikan dan pelatihan
yang berkesinambungan perlu dilakukan untuk pengembangan sistem
informasi. Disamping itu perubahan cepat di dalam sistem penanganan
informasi yang efisien dan perkembangan teknologi di bidang perangkat
keras dan perangkat lunak mengharuskan pelatihan dilakukan secara
terencana dan berkesinambungan.
D. PENUTUP
Perkembangan sistem informasi manajemen modern sangat cepat dan
kebutuhan organisasi modern semakin banyak. Oleh karena itu
pengembangan SIM harus menitikberatkan pada kebutuhan organisasi-
organisasi.
E. SOAL LATIHAN
1. Jelaskan pengertian sistem informasi manajemen!
2. Jelaskan 4 syarat informasi yang baik menurut Parker!
3. Kemukakan 3 contoh perkakas input dan perkakas output!
BAB II
KERANGKA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
UNTUK ORGANISASI PUBLIK

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa Dapat Memahami dan Menguasai Kerangka SIM Untuk
Organisasi Publik
B. LATAR BELAKANG
Perkembangan yang mencolok selama beberapa dasa warsa
menjelang dimulainya abad ke-21 ditandai dengan semakin pentingnya
informasi dan pengolahan data di dalam banyak aspek kehidupan manusia.
Seiring dengan lajunya gerak pembangunan, organisasi-organisasi publik
maupun swasta semakin banyak yang mampu memanfaatkan teknologi
informasi baru yang dapat menunjang efektifitas, produktifitas, dan efisiensi
mereka. Perkembangan teknologi informasi dalam hal ini teknologi komputer
dapat menunjang pengambilan keputusan di dalam organisasi-organisasi
modern yang memungkinkan pekerjaan-pekerjaan di dalam organisasi dapat
diselasaikan secara tepat, akurat, dan efisien. Perkembangan sistem informasi
manajemen telah menyebabkan terjadinya perubahan yang cukup signifikan
dalam pola pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen baik
pada tingkat operasional (pelaksana teknis) maupun pimpinan pada semua
jenjang. Perkembangan ini juga telah menyebabkan perubahan-perubahan
peran dari para pemimpin dalam pengambilan keputusan, dituntut untuk
selalu dapat memperoleh informasi yang paling akurat dan terkini yang dapat
digunakannya dalam proses pengambilan keputusan. Meningkatnya
penggunaan teknologi informasi, khususnya internet, telah membawa setiap
orang dapat melaksanakan berbagai aktivitas dengan lebih akurat, berkualitas,
dan tepat waktu. Setiap organisasi dapat memanfaatkan internet dan jaringan
teknologi informasi untuk menjalankan berbagai aktivitasnya secara
elektronis. Para pemimpin sekarang ini dituntut kemampuan mereka untuk
dapat memanfaatkan informasi yang membanjiri organisasi dan membuat
keputusan secara tepat berdasarkan informasi tersebut. Termasuk juga dalam
organisasi publik, permasalahan utama dalam organisasi publik adalah
masalah pelayanan publik.
Pelayanan publik menurut Thaha (1994:14) merupakan suatu kegiatan
yang harus mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan publik,
mempersingkat waktu pelayanan, dan memberikan kepuasan kepada publik.
Seiring dengan diberlakukannnya otonomi daerah sejak dikeluarkannya UU
No. 22 Tahun 1999 UU No. 32 Tahun 2004 yang memberi 2 hak dan
kewenangan pada pemerintah daerah untuk mengukur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakatnya serta dalam
menghadapi era perdagangan bebas, peranan administrasi pemerintahan dan
perijinan perkotaan menjadi sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan
otonomi daerah sangat ditentukan oleh kinerja administrasi pemerintahan dan
perizinan, karena masyarakat menilai baik buruknya otonomi daerah
berdasarkan baik buruknya administrasi dan perijinan. Sementara itu era
perdagangan bebas dan globalisasi juga menuntut tingkat kinerja administrasi
pemerintahan dan perijinan yang tinggi, karena administrasi pemeritahan dan
perijinan akan sangat mempengaruhi tingkat daya saing daerah dan juga
produk-produk daerah yang pada gilirannya akan sangat menentukan kinerja
keuangan daerah atau Negara (Ratminto, 2003). Beberapa studi menunjukkan
bahwa akar permasalahan administrasi pemerintahan dan perijinan kota
adalah prosedur yang berbelit-belit dan tidak transparan. Sehingga konsep
birokrasi lebih dikenal dan diartikan sebagai suatu yang menyusahkan karena
rumit, tidak efisien dan korup. Oleh karena itu prosedur pemerintahan dan
perijinan perkotaan merupakan salah satu hal yang harus dikelola secara lebih
baik demi untuk meningkatkan keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah dan
memenangkan persaingan di era globalisasi ini (Ratminto, 2003). Pemenuhan
hak orang lain (masyarakat) yang merupakan tujuan dari fungsi pelayanan
publik harus terus ditingkatkan, baik dari sisi kualitas maupun dari sisi
kuantitas. Sisi kuantitas dapat dilakukan dengan memperbanyak jumlah
masyarakat yang dapat dilayani dan menambah waktu pelayanan, sedangkan
sisi kualitas dapat dikurangi dengan mengurangi kesalahan pelayanan,
mempercepat pelayanan, dan kemudahan pelayanan. Selain itu menurut
Dwiyanto (2001:1) hasil survey menunjukkan bahwa 59% masyarakat
pengguna pelayanan menilai pelayanan publik buruk. Dan masih dijumpai
berbagai bentuk patologi birokrasi seperti kelambatan dan sebagainya. Untuk
mendukung pemenuhan kebutuhan tersebut dan upaya mengantisipasi
perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya
pemanfaatan teknologi informasi instansi pemerintah selaku penyelenggara
pelayanan publik menerapkan E-government (electronic government).
Pengembangan E-government merupakan upaya mengembangkan
penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik
dalam meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisian
(Instruksi Presiden No.3/2003 tentang kebijakan dan strategi nasional).
Perkembangan birokrasi selanjutnya akan mengacu pada knowledge and skill
dengan kebutuhan kerja tim. Oleh karena itu Team dan Information
Technology merupakan 2 hal yang sangat penting dalam pengembangan
organisasi (Don Makin Susan. G, 1998 dalam Kaiman Turnip, 2003). Dengan
Global Network, Sistem Informasi Birokrasi, Sistem Informasi Manajemen,
dalam pengambilan keputusan akan bersifat terbuka dan transparan serta
diakses oleh berbagai lapisan sehingga informasi dapat menyebar merata.
C. KERANGKA SIM UNTUK ORGANISASI PUBLIK
Perbedaan Sistem Informasi Antara Organisasi Publik dan Organisasi
Bisnis
Sebelum kita mengulas perbedaan organisasi publik dan organisasi
privat ditinjau dari pendekatan sistem informasi, ada baiknya kita melihat
perbedaan organisasi publik dan organisasi privat secara umum terlebih
dahulu. Berikut adalah perbedaan organisasi publik dan organisasi privat
secara umum.
 Organisasi Publik
Pengertian.
Istilah publik berasal dari bahasa Latin “of people” (yang berkenaan dengan
masyarakat). Sasaran organisasi publik ditujukan kepada masyarakat
umum. Organisasi publik adalah tipe organisasi yang bertujuan
menghasilkan pelayanan kepada masyarakat, tanpa membedakan status dan
kedudukannya.
Lingkungan Organisasi
Lingkungan dalam organisasi publik : Lingkungan otorisasi, artinya untuk
melakukan sesuatu, organisasi publik terlebih dahulu harus mendapat izin
atau legalitas. Sumber pendanaan dan wewenang diperoleh melalui
lingkungan otorisasi tersebut. Misal, dalam pengajuan anggaran kepada
DPR, untuk mendapat pengabsahan atas suatu rencana kegiatan pemerintah.
Ini merupakan dasar bagi organisasi publik untuk membangun kapasitas
organisasi dan kemampuan operasionalnya. Proses penciptaan nilai dalam
organisasi publik, bukan didasarkan pada hukum penawaran dan
permintaan pasar, melainkan melalui proses birokratis, yaitu izin dari
lingkungan otorisasi
 Organisasi Privat
Pengertian
Istilah privat berasal dari bahasa Latin “set apart” (yang terpisah). Sasaran
organisasi publik ditujukan pada hal – hal yang „terpisah‟ dari masyarakat
secara umum.Organisasi privat atau bisnis adalah organisasi yang ditujukan
untuk menyediakan barang dan jasa kepada konsumen, yang dibedakan dari
kemampuanya membayar barang dan jasa tersebut sesuai dengan hukum
pasar.
Lingkungan Organisasi
Lingkungan dalam organisasi privat: Lingkungan otorisasi, misal dewan
komisaris atau rapat umum pemegang saham yang menentukan pendanaan
dan batas – batas wewenang perusahaan. Akan tetapi, tentu saja lingkungan
otorisasi pada organisasi privat tidak sekompleks organisasi publik. Proses
penciptaan nilai dalam organisasi privat, menitikberatkan proses
pengambilan keputusan pada naik-turunya permintaan pasar, sehingga
pengambilan keputusan biasanya berlangsung lebih cepat. Tabel
perbandingan organisasi publik dan privat secara umum.
No Organisasi Publik Organisasi Privat
1 Tujuan Non Laba Laba
2 Produk yang Publics goods Private goods
dihasilkan
3 Cara pengambilan Demokratis Strategis bisnis
keputusan
4 Ukuran kinerja Social welfare Efesiensi
5 Misi organisasi “melakukan kebaikan” “untung rugi”

Perbedaan Organisasi Publik dan Organisasi bisnis ditinjau dari


pendekatan sistem infornasi terletak pada tujuan dan
departemen/fungsifungsinya. Berikut perbedaan organisasi Publik dan
Organisasi Bisnis ditinjau dari pendekatan sistem informasi.
Organisasi Bisnis: 1. Tujuan yang dilayani adalah pelanggan 2. Memiliki
fungsi / departemen Bisnis Seperti : Departemen Produksi, Departemen
Pemasaran, dll b. Organisasi Publik: 1. Tujuan yang dilayani adalah citizen
2. Memiliki fungsi / departemen Publik seperti bagian ependudukan
(SIMDUK), bagian keuangan negara (SIAPUDA), bagian sistem informasi
pusat pelayanan publik, bagian sistem informasi kepegawaian, pembuatan
STNK dan BPKB oleh SAMSAT, Pajak Online, dan lain sebagainya.
Kerangka Sistem Informasi Pada Organisasi Publik
Semua sistem informasi mempunyai tiga kegiatan utama, yaitu
menerima data sebagai masukan (input), kemudian memprosesnya dengan
melakukan penghitungan, penggabungan unsur data, pemutakhiran dan lain-
lain, akhirnya memperoleh informasi sebagai keluarannya (output).

INPUT PROSES OUTPUT


(Data-Data) (Perhitungan, Penggabungan (Informasi)
Data, Pemutakhiran Data, dll)
Menyediakan informasi bagi manajemen (karena itu dinamakan
sisteminformasi manajemen). Ternyata dalam praktiknya SIM pada suatu
organisasi menyediakan juga informasi bagi orang-orang selain paramanajer.
Ketika suatu organisasi semakin memiliki pengalaman dalam menerapkan
rancangan SIM yang mencakup kebutuhan seluruh organisasi, paramanajer di
wilayah-wilayah tertentu, baik ditingkat pusat maupun daerah, mulai
menerapkan konsep sesuai kebutuhan yang mereka perlukan. Sistem
informasi mulai akan memasuki wilayah yang sudah tersegmentasi, yang
dapat disebut sebagai sub-sub sistem SIM yang disesuaikan untuk memenuhi
kebutuhan penggunanya. Sebagai contoh pada tataran organisasi pemerintah
pusat sudah mengimplementasikan beberapa aplikasi sistem informasi antara
lain: Sistem akuntansi keuangan negara (SKAN), Sistem akuntansi barang
milik negara (SABMN), Sistem akuntansi keuangan daerah (SAKD), Sistem
Informasi Kependudukan, Sistem Informasi Kepegawaian, Pajak Online dan
pengembangan-pengembangan subsub sistem tata kelola pemerintahan
lainnya. Berikut ini adalah contoh subsistem dalam Organisasi Publik :

Sistem
Informasi
Eksekutif

Sistem
Informasi
Teknologi

Sistem Sistem
Informasi Informasi
Pelayanan Kepegawaian

Sistem SIstem
Informasi Informasi
Keuangan Inventaris

Hubungan Antara Organisasi dan Manajemen Sistem Informasi


Manajemen tidak dapat mengabaikan sistem informasi karena sistem
informasi memainkan peran yang kritikal di dalam organisasi. Sistem
informasi ini sangat mempengaruhi secara langsung bagaimana manajemen
mengambil keputusan, membuat rencana, dan mengelolapara pegawainya,
serta meningkatkan sasaran kinerja yang hendakdicapai, yaitu bagaimana
menetapkan ukuran atau bobot setiaptujuan/kegiatan, menetapkan standar
pelayanan minimum, dan bagaimana menetapkan standar dan prosedur
pelayanan baku kepadamasyarakat. Oleh karenanya, tanggung jawab
terhadap sistem informasi tidak dapat didelegasikan begitu saja kepada
sembarang pengambil keputusan.
Semakin meningkat saling ketergantungan antara rencana strategis
instansi, peraturan dan prosedur di satu sisi dengan sistem informasi
(software, hardware, database, dan telekomunikasi) di sisi lain. Perubahan di
satu komponen akan mempengaruhi komponen lainnya. Hubungan ini
menjadi sangat kritikal manakala manajemen inginmembuat rencana ke
depan. Aktivitas apa yang akan dilakukan lima tahun ke depan biasanya juga
sangat tergantung kepada sistem apa yang tersedia untuk dapat
melaksanakannya. Sebagai contoh, peningkatan produktivitas kerja para
pegawai sangat tergantung pada jenis dan kualitas dari sistem informasi
organisasi. Perubahan lain dalam hubungan sistem informasi dengan
organisasi yaitu semakin meningkatnya cakupan dan ruang lingkup dari
sistem informasi dan aplikasinya. Pengembangan dan pengelolaan sistem
dewasaini membutuhkan keterlibatan banyak pihak di dalam organisasi, jika
dibandingkan peran dan keterlibatanya pada periode-periode yang lalu.
Sebagaimana sudah disampaikan dengan meningkatnya
kecenderungan organisasi berteknologi digital, maka sistem informasi di
dalam organisasi dapat meliputi jangkauan yang semakin luas hingga kepada
masyarakat, instansi pemerintahan lainnya, dan bahkan informasi mengenai
perkembangan politik terakhir. Satu alasan mengapa sistem informasi
memainkan peran yang sangat besar dan berpengaruh di dalam organisasi
adalah karena semakin tingginya kemampuan teknologi komputer dan
semakin murahnya biaya pemanfaatan teknologi komputer tersebut. Semakin
baiknya kemampuankomputer telah menghasilkan jaringan komunikasi yang
kuat yang dapat digunakan organisasi untuk melakukan akses informasi
dengan cepat dari berbagai penjuru dunia serta untuk mengendalikan aktivitas
yang tidak terbatas pada ruang dan waktu. Jaringan-jaringan ini telah
mentransformasikan ketajaman dan bentuk aktivitas organisasi, menciptakan
fondasi untuk memasuki era digital. Jaringan yang terluas dan terbesar yang
digunakan adalah internet.
Hampir setiap orang di seluruh dunia ini, baik yang bekerja di dunia
sains, pendidikan, pemerintah, maupun kalangan pebisnis menggunakan
jaringan internet untuk bertukar informasi atau melakukan transaksi bisnis
dengan orang atau organisasi lain di seluruh dunia. Internet menciptakan
platform teknologi baru yang universal. Teknologi internet ini mampu
mempertajam cara bagaimana sistem informasi digunakandalam bisnis dalam
kehidupan sehari-hari. Berbagai manfaat yang dapat diperoleh dengan
penggunaan internet, di antaranya adalah untuk : komunikasi dan kolaborasi,
akses data dan informasi, partisipasi dalam diskusi, supply informasim hobi
atau bersenang-senang (entertainment), dan pertukaran transaksi bisnis.
D. PENUTUP
Pertumbuhan yang pesat di teknologi komputer dan jaringan,
termasuk teknologi internet telah mengubah struktur organisasi yang
memungkinkan secara instan informasi didistribusi di dalam dan di luar
organisasi. Kemampuan ini dapat digunakan untuk mendesain ulang dan
mempertajam organisasi, mentransfer struktur organisasi, ruang lingkup
organisasi, melaporkan dan mengendalikan mekanisme, praktik-praktik kerja,
arus kerja, serta produk dan jasa. Pada akhirnya, proses bisnis yang dilakukan
secara elektronis membawa organisasi lebih dikelola secara digital, yang
membawa dampak pada hal-hal sebagai berikut:
 Organisasi semakin ramping. Organisasi yang gemuk dan birokratis lebih
sulit untuk mengikuti perubahan yang pesat dewasa ini, kurang efisien, dan
tidak dapat kompetitif. Oleh karenanya, banyak model organisasi ini
sekarang dirampingkan, termasuk jumlah pegawainya dan tingkatan
hirarkis manajemennya.
 Pemisahan pekerjaan dari lokasi. Teknologi komunikasi telah
mengeliminasi jarak sebagai satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam
pekerjaan.

E. SOAL LATIHAN
1. Bagaimana perbedaan sistem informasi antara organisasi publik dan
organisasi bisnis!
2. Jelaskan kerangka SIM dalam organisasi publik!
3. Jelaskan hubungan antara organisasi dan sistem informasi manajemen!
BAB III
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI NASIONAL

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa Dapat Memahami dan Menguasai Pengembangan Sistem Informasi
Nasional
B. LATAR BELAKANG
Organisasi publik mempunyai misi terkait kepentingan umum. Oleh
karena itu lingkup tugas organisasi public berbeda dengan lingkup tugas
organisasi swasta yang misinya lebih banyak untuk kepentingan swasta,
individu, atau golongan. Karena unsur-unsur yang mengemban tanggung
jawab terhadap keputusan-keputusan yang menyangkut kepentingan
masyarakat luas terutama berkenaan denagan aparatur negara maka
pembahasan akan lebih difokuskan pada organisasi pemerintah. Kebijakan
yang diambil oleh organisasi pemerintah lingkupnya sangat luas dilihat dari
substansinya (sosial, politik, ekonomi, administrasi), dari stratanya (kebijakan
strategis, kebijakan manajerial, kebijakan operasional), maupun dari status
hukumnya (Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, dll).
Dalam pembahasan ini hanya di pilih beberapa unsur organisasi public pada
tingkat nasional maupun tingkat daerah.
C. SISTEM INFORMASI NASIONAL DAN SISTEM INFORMASI
DAERAH
SIMNAS berawal dari konsep Tatanan Pengambilan Keputusan
Berkewenangan (TPKB) yang diterapkan secara nasional. TPKB adalah suatu
proses pengambilan keputusan yang dilaksanakan secara berjenjang
berdasarkan lingkup kewenangan pembuat keputusan yang ditentukan
landasan tertentu baik yang bersifat politis, administratif maupun legal. Kata
“Tatanan” dalam konsep TPKB mengandung dimensi struktur organisasi,
lingkup bidang permasalahan dan kewenangan baik dalam hubungannya
dengan “pengaturan” maupun hubungannya dengan “pelaksanaan” aturan
tersebut. Dengan demikian SIMNAS diharapkan dapat menunjang
pengambilan keputusan berdasarkan tatanan kewenangan dari pembuat
keputusan pada jenjang-jenjang organisasi kenegaraan.
Sebagai sistem, SIMNAS dapat dilihat dari unsur-unsur pokok
penunjangnya yaitu input, proses (throughput), dan outputnya. Batas-batas
(Boundaries) dari SIMNAS adalah negara Indonesia yang berakar dari rasa
kebangsaan dan keterikatan pada satu tanah air.
Input/Masukan
SIMNAS hendaknya mampu menyediakan data dan informasi terkait
seluruh aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Karena wilayah Indonesia
yang relatif besar sedangkan aspek-aspek kehidupan masyarakat yang harus
dijangkau oleh sistem informasi sangat luas, maka penyusunan SIMNAS di
Indonesia mengemban tugas yang banyak dan berat. Aspek-aspek kehidupan
nasional yang harus tersaji dalam SIMNAS tercakup dalam konsep
ASTAGATRA. Data maupun informasi yang terdapat dalam konsep
ASTAGATRA sebagai berikut:
a. Kependudukan, menyangkut pertumbuhan, persebaran, kualitas, dan
struktur umur penduduk
b. Sumber Daya Alam (SDA), meliputi jenis-jenis SDA potensial, jumlah,
distribusi, dan situasi terakhir di lokasi-lokasi SDA tersebut.
c. Geografis, menyangkut pemetaan, tata guna tanah, dan potensi lahan-lahan
kosong yang belum dimanfaatkan secara optimal.
d. Ideologi dan Politik, terkait data dan informasi tentang kependudukan,
karakter penduduk dan kondisi sosial kemasyarakatan.
e. Ekonomi, menyangkut sektor-sektor yang potensial dimanfaatkan untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat seperti sektor
industry, keuangan, perdagangan, pariwisata, dan lain-lain.
f. Sosial-budaya, meliputi data dan informasi mengenai pendidikan,
kebudayaan, dan struktur kemasyarakatan.
g. Pertahanan dan keamanan.
h. Situasi internasional/situasi global yang berpengaruh terhadap proses
pembangunan dan situasi masyarakat di Indonesia.
Aparatur negara harus mampu menerjemahkan data dan informasi
yang terdapat dalam ASTAGATRA ke dalam kegiatan administrasi
pemerintahan melalui birokrasi. Menurut Siagian, data dan informasi
dibidang pemerintahan dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Informasi untuk perencanaan
b. Informasi untuk perumusan kebijakan
c. Informasi untuk penentuan program kerja
d. Informasi untuk penentuan proyek
e. Informasi untuk pemanfaatan teknologi.

Throughput/ Proses
Proses pengolahan informasi dalam kerangka SIMNAS dibedakan
menjadi dua yaitu proses sosial-politis dan proses teknis. Proses yang bersifat
sosial politis adalah hasil dari kesepakatan antara kekuatan-kekuatan sosial
politik masyarakat dan aparatur pemerintah mengenai hal-hal yang
menyangkut kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Proses teknis yaitu
proses masukan yang berdasarkan pada metodologi penyusunan kebijakan
dan pengambilan keputusan, terutama yang dilakukan oleh aparat pemerintah.
Jadi proses politik bertujuan untuk menampung dan menyalurkan
aspirasi/kepentingan masyarakat, selanjutnya tata politik menerjemahkannya
dalam tata administrasi negara dan tugas-tugas pembangunan dilaksanakan
melalui aparatur pemerintahan.
Secara umum proses pengolahan informasi untuk menunjang
keputusan dalam SIMNAS memerlukan perangkat keputusan yang
diklasifikasikan dalam lingkup:
a. Nasional, penelaahan kepentingan nasional secara terpadu dan menyeluruh
b. Departemental, penelaahan dari segi salah satu bidang utama kehidupan
nasional tertentu
c. Sektoral, penelaahan dari segi salah satu sektor tertentu dalam suatu
bidang utama
d. Regional/wilayah, penelaahan dan kepentingan suatu wilayah/daerah
tertentu dalam lingkungan NKRI
Perangkat keputusan berproses melalui serangkaian tahapan yang
diuraikan sebagai berikut:
a. Proses pengenalan aspirasi rakyat, seleksi kepemimpinan atau identifikasi
tujuan dari warga negara (citizen) atau warga pemilih (constituency).
b. Proses pengambilan keputusan berkewenangan. Diperoleh dari telaah
strategis melalui penyusunan rumusan-rumusan kebijakan seperti
penyusunan APBN, Rencana Pembangunan Jangka Menengah, dsb.
c. Proses pengendalian memerlukan informasi lengkap hasil perencanaan,
keadaan lingkungan dan perubahan-perubahan yang telah terjadi.
d. Proses penilaian, memerlukan informasi perencanaan, pelaksanaan, dan
pemantauan dampak dari pelaksanaan kebijakan.

Output/Hasil
Bentuk keluaran pokok dari SIMNAS adalah kebijakan-kebijakan
atau keputusan terkait dengan tugas-tugas rutin maupun tugas pembangunan
dari aparatur administrasi pemerintahan. Berikut tingkatan-tingkatan dari
kebijakan-kebijakan yang merupakan keluaran pokok dari SIMNAS:
a. Kebijakan strategis, dibuat untuk jangka panjang (10-20 tahun) atau
jangka menengah (3-5 tahun). Kebijakan strategis merupakan keluaran
dari manajemen tingkat puncak. Dalam kerangka SIMNAS, kebijakan
strategis ditetapkan oleh Presiden.
b. Kebijakan manajerial, meliputi kebijakan tingkat umum dan kebijakan
khusus. Dilaksanakan oleh Presiden dan para menteri.
c. Kebijakan Teknis Operasional, meliputi tingkat kebijakan teknis,
kewilayahan dan tatalaksana operasional. Masing-masing dapat dilakukan
oleh para direktur jenderal, gubernur, bupati, dsb.
Pada tataran yang lebih rendah sistem pemerintahan presidensial
menetapkan bahwa para menteri langsung bertanggungjawab kepada
presiden. Menteri yang membawahi departemen-departeman yang bertugas
melaksanakan tugas pembangunan pada sektor tertentu diperlengkapi dengan
satuan-satuan administrasi. Di dalam sistem administrasi negara Indonesia
tugas-tugas manajemen pemerintahan dalam pelaksanaannya terdiri dari
unsur pimpinan, unsur pembantu/penunjang, unsur pelaksana, dan unsur
pengawasan. Unsur pimpinan adalah menteri, unsur pembantu adalah
sekretaris jenderal, unsur pelaksana yaitu direktorat jenderal, dan unsur
pengawasan adalah inspektorat jenderal. Jenjang pengambilan keputusan
dibawahnya juga dibagi menurut nomenklatur serupa.
Departemen dan lembaga memiliki peran yang sangat strategis dalam
kerangka pembangunan nasional. Modernisasi dan pengembangan sistem
informasi tentu akan mendukung sasaran untuk menciptakan sistem
manajemen yang tanggap dan efisien. Meskipun beberapa aspek layanan
publik sudah cukup maju mengembangkan SIM seperti disektor
telekomunikasi dan perbankan, tetapi banyak departemen pemerintah yang
masih belum menerapkan SIM modern yang lebih efisien dan efektif.
Contoh upaya yang dilakukan oleh BPEN, menciptakan seperangkat
sistem pelayanan public yang cepat dengan sistem online secara nasional
sejak juli 1989. SIM yang diterapkan memungkinkan hubungan langsung
dengan jaringan pusat promosi dagang pada ITPC (Indonesia Trade
Promotion Center) di sebelas kota pusat perdagangan di dunia. Berkat sistem
yang diterapkan maka para pengusaha swasta yang berada diluar kota Jakarta
dapat meminta informasi dagang di dalam dan luar negeri secara langsung
lewat komputer tanpa harus mengirim teleks ke pusat informasi dan analisis
pasar (PIAP) di Jakarta. Sedangkan para pengusaha didaerah dapat
mendatangi kantor wilayah departemen perdagangan di daerah masing-
masing. Dengan demikian hubungan antara para pengusaha, pasar dan para
investor asing dapat diperpendek sehingga interaksi perdagangan yang
menumbuhkan ekonomi secara nasional akan dapat ditingkatkan. Dapat
disimpulkan bahwa pengembangan SIM di sektor public akan ikut
menentukan efisiensi di sektor swasta dan ikut memperkuat sistem
perekonomian secara umum.
Kebutuhan akan pelayanan public yang modern mengakibatkan
semakin kompleksnya sistem manajemen di dalam organisasi public. Faktor-
faktor yang menyebabkan kompleksitas dalam organisasi public
dikelompokkan dalam factor-faktor berikut:
a. Revolusi teknologi: perkembangan dan penemuan teknologi-teknologi
baru memungkinkan ditingkatkan prosedur dan tata kerja dalam
organisasi.
b. Perubahan teknik-teknik manajemen dan inovasi-inovasi baru: Teknik
manajemen dan gagsan inovatif di bidang manajemen menuntut adanya
perubahan sistem manajemen, begitupun pada organisasi public. Ini
menuntut semakin banyaknya tenaga-tenaga professional di sektor public.
c. Ledakan Informasi: Masyarakat modern adalah masyarakat informasi.
Dengen bergeser sekor agraris ke sektor industry dan jasa maka
masyarakat memerlukan informasi sebagai tulang punggung sektor
modern.
d. Kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks:

Dengan demikian SIMNAS harus direncanakan secara komprehensif


sehingga mampu mengantisipasi tuntutan manajemen dan sistem administrasi
pemerintahan modern. Sebagai subsistem dari Sistem Manajemen Nasional,
maka SIMNAS harus terkait erat dengan keseluruhan proses manajemen
pembangunan nasional. SIMNAS hendaknya mampu menjadi urat nadi
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dari proses pemerintahan serta mampu
meningkatkan efektifitas manajemen pembangunan.
Asas-asas yang dipakai dalam merencanakan dan menerapkan
SIMNAS menurut LEMHANAS (1989) yaitu:
1. Asas keterpaduan; diwujudkan melalui hubungan komunikasi yang lancar,
sentralisasi perencanaan dan desentralisasi pelaksanaan
2. Asas pembakuan/standarisasi; standarisasi diperlukan untuk
memungkinkan perpaduan antar sistem. Perpaduan yang dimaksud
menyangkut hal-hal seperti:
a) Unsur/elemen data
b) Kodifikasi (pengkodean)
c) Dokumen sumber data
d) Sistem pengolahan
e) Sistem penyimpanan dan output (keluaran/hasil)
f) Dokumentasi sistem
g) Pendidikan dan latihan
h) Sistem komunikasi
3. Asas manfaat; SIMNAS dirancang dan dikembangkan sesuai kebutuhan
untuk dapat bermanfaat optimal baik sebagai sarana pengambilan
keputusan, urat nadi koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dan
meningkatkan daya guna manajemen. SIMNAS mencegah pengolahan
data yang berlebihan yang tidak dibutuhkan dan tidak bermanfaat.
4. Asas keamanan dan keandalan; perangkat keras, perangkat lunak dan
perangkat komunikasi yang digunakan dalam SIMNAS harus menjamin
keamanan dan kerahasiaan informasi yang diolah dan disajikan kepada
para pembuat kebijakan. Keandalan diupayakan dengan menyediakan
sarana-sarana cadangan (back-up) terutama untuk mendukung keputusan-
keputusan yang sangat penting.
5. Asas kepemilikan; SIMNAS merupakan milik nasional, informasi yang
diolah harus disajikan secara cepat, akurat dan lengkap ketika dibuthkan
pada seluruh proses pengambilan keputusan berkewenangan tanpa
mempersoalkan asal-usul dan kepemilikan informasi.
6. Asas sinergisme; Informasi yang diolah dan dihasilkan oleh satu
bagian/sektor akan bermanfaat bagi sektor/bagian lainnya.
7. Asas kemandirian; Dengan SIMNAS yang memiliki pusat pengolahan data
yang memadai, bank data yang lengkap, serta sarana komunikasi yang
mencukupi, kemandirian akan meningkat dan mengurangi kerawanan
akibat ketergantungan.
Salah satu contoh keterkaitan antara Sistem Informasi Manajemen
Nasional (SIMNAS) dengan Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA)
adalah pola yang telah dirintis oleh Departemen Dalam Negeri. Dalam
Kepmendagri No. 45 Tahun 1992 disebutkan bahwa SIMDA adalah sistem
informasi manajemen pemerintah daerah yang merupakan subsistem dari
SIMDAGRI yang mendukung kebutuhan informasi bagi penyelenggaraan
fungsi utama dan penunjang bagi pemerintah daerah. Salah satu contoh yang
telah dikemukakan tentang pengembangan SIM di dalam badan
Pengembangan Ekspor Nasional, tampak bahwa instansi pemerintah dalam
jajaran departemen perdagangan memiliki SIMDA-nya sendiri yang
terintegrasi ke dalam sebuah sistem informasi di tingkat nasional yang
dikembangkan BPEN.
Untuk menapai efeisiensi yang optimal SIMNAS tidak dapat
dipisahkan dari SIMDA. Keunggulan SIMNAS ditentukan oleh
kemampuannya mengintegrasikan sistem informasi yang telag dikembangkan
di daerah-daerah seluruh Indonesia. Untuk mengintegrasikan sistem
informasi memang tidak mudah karena tingkat perkembangan manajemen
atau ketatalaksanaan pemerintah di setiap daerah sangat berbeda-beda dan
wilayah cakupan integrasi yang sangat luas. Secara teknis wilayah integrasi
informasi SIMDA dalam kerangka SIMNAS meliputi seluruh propinsi, kota,
kabupaten, dan kecamatan di Indonesia.
Upaya untuk mengembangkan kapasitas SIMDA dengan membentuk
satuan-satuan pengolah data dan informasi terus digalakkan. Contohnya
Departemen Dalam Negeri, beberapa tahun terakhir telah mengupayakan
merintis terbentuknya satuan-satuan penting dalam mengembangkan SIMDA
(lihat Kepmendagri No. 45 Tahun 1992). Satuan-satuan oeganisasi tersebut
adalah:
1. Pusat Pengolahan Data Elektronik (Pusat PDE) di daerah;
Satuan ini merupakan perangkat pengolahan data terpusat yang bertugas
dan bertanggungjawab atas pengolahan data dijajaran
departemen/kementrian dalam negeri yang terdiri dari Pusat PDE
kementrian, Pusat PDE propinsi, Pusat PDE kabupaten/kota, dan Pusat
PDE kecamatan.
2. Pengelola Data Fungsional (PDF);
Satuan ini merupakan perangkat pelaksana komputerisasi pada komponen,
unit/bagian, sub unit/sub bagian, dan satuan kerja dalam rangka
menunjang pelaksanaan sistem informasi manajemen kementrian dalam
negeri.
Pembinaan satuan-satuan Pusat PDE di daerah dikoordinasi oleh
Gubernur sebagai kepala daerah dan dilaksanakan oleh Tim pengarah yang
terdiri dari sekda, asisten sekda bidang administrasi dan umum, kepala biro,
dan wakil ketua Bappeda. Sedangkan pembinaan satuan pengolah data
fungsional (PDF) diserahkan kepada masing-masing instansi yang
membawahi satuan PDF. Dengan demikian Pusat PDE langsung dibawah
pimpinan sekretaris daerah. PDF merupakan satuan-satuan pengelola
database dalam instansi sektoral maupun regional yang terdapat di daerah.
Contohnya Satuan PDF dikelola Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Pekerjaan
Umum. Berdasarkan praktik pengembangan SIM di daerah sangat terasa
bahwa pembinaan SIMDA masih terlalu mengutamakan sistem hierarki
dalam pemerintahan sehingga esensi pembinaan sistem informasinya kurang
mendapat perhatian. Akan lebih baik jika pengembangan SIMDA di kelola
secara lebih professional.
Dalam pengembangan SIMDA umumnya mengikuti asas-asas
pengembangan SIMNAS seperti asas keterpaduan, manfaat, sinergisme,
kemandirian, dll. Yang disesuaikan juga dengan kepentingan daerah biasanya
juga dipakai asas homogenitas, otorisasi, efektivitas dan efesiensi dalam
pengembangan SIMDA.
Adapun lingkup orientasi dan isi dari tugas-tugas yang tercakup
dalam SIMDA diseluruh Indonesia masih bervariasi. Aplikasi yang
digunakan, sistem manajemen database yang diterapkan dan cara melakukan
pembinaan dengan instansi-instansi fungsional masih berlainan. Secara
umum ada tiga bentuk orientasi SIMDA yaitu:
1. Sistem informasi yang berorientasi pada pelaksanaan tugas-tugas
pemerintahan; bidang yang digarap antara lain menyangku manajemen
pengawasan, administrasi perkantoran atau pengembangan statistik.
2. Sistem informasi yang berorientasi pada pelaksanaan tugas-tugas
pembangunan daerah; mencakup aplikasi seperti manajemen perencanaan,
manajemen potensi daerah, pertanahan, dan manajemen kependudukan.
3. Sistem informasi yang berorientasi pada pelaksanaan tugas-tugas
pelayanan masyarakat; meliputi tugas-tugas seperti manajemen
pendapatan daerah, kesehatan, pendidikan, perkreditan atau masalah air
minum.
D. PENUTUP
Dalam pengembangan SIMDA masih ditemui berbagai masalah salah
satunya mengintegrasikan SIMDA ke dalam SIMNAS. Pada bab berikut akan
dibahas lebih rinci situasi pengembangan sistem informasi dalam organisasi-
organisasi pemerintah sebagai contoh kasus.
E. SOAL LATIHAN
1. Jelaskan tiga bentuk orientasi Sistem Informasi Manajemen Daerah
(SIMDA)!
2. Jelaskan 4 Data maupun informasi yang terdapat dalam konsep
ASTAGATRA yang harus tersaji dalam Sistem Informasi Manajemen
Nasional!
3. Jelaskan asas-asas yang dipakai dalam merencanakan dan menerapkan
SIMNAS!
BAB IV
SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN

A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa Dapat Menguasai dan Memahami Sistem Informasi Pendukung
Pengambilan Keputusan
B. Latar Belakang
Dalam organisasi publiK, banyak keputusan yang tidak berulang
(keputusan berbeda) yang harus dibuat oleh pembuat keputusan. Keputusan
itu umumnya bersifat sangat strategis dan menghadapkan manajer public
pada situasi unik yang belum pernah terjadi sebelumnya. Keputusan Walikota
untuk membuka jalan tembus baru tentu mengandung konsekuensi yang
mungkin sulit diperhitungkan sebelumnya. Pembukaan jalan baru mungkin
berpengaruh pada aktivitas ekonomi dikawasan jalan yang lama, menyangkut
masalah pembebasan tanah pada wilayah permukiman yang terkena proyek,
masalah kelayakan proyek secara fisik seperti kontur dan topografis tanah,
penentuan tender proyek, dsb. Oleh karena itu sistem pendukung keputusan
(DSS) penting peranannya dalam membantu proses pembuatan keputusan
dalam organisasi publik. Para manajer public harus ditunjang dengan data
dan informasi yang akurat dan actual untuk dapat membuat keputusan strategi
dalam urusan publik.
Parker mengatakan bahwa decision support system (DSS) adalah
suatu sistem yang menyediakan sarana yang memungkinkan para manajer
untuk mengembangkan informasi sehingga sesuai dengan keputusan yang
akan dibuat. Berbeda dengan sistem informasi dalam mekanisme pelaporan
biasa yang sekadar memberikan jenis-jenis informasi dengan format yang
telah dirancang sebelumnya, DSS menunjang kemampuan komputasi dan
komunikasi kepada para manajer untuk mengembangkan model-model
keputusan melalui database informasi yang dibuat. Maka DSS dimaksudkan
sebagai penunjang keputusan-keputusan yang relative tidak terstruktur.
Dalam praktik DSS biasanya terkonsentrasi pada upaya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan manajer yang senantiasa berubah sehingga yang
dibutuhkan adalah sistem yang fleksibel dengan perkakas tampilan informasi
yang lebih interaktif dan mudah digunakan pemakai, serta proses-proses
pembuatan model melalui mekanisme trial and eror, simulasi, atau sistem
yang memperhitungkan berbagai kemungkinan dari suatu keputusan
Ditinjau dari struktur organisasi, jenis-jenis keputusan dibagi menjadi
tiga yaitu:
1. Keputusan Administrasi; keputusan diambil oleh administrator atau
manajer puncak sebagai pucuk pimpinan organisasi. Keputusan bersifat
umum dan menyeluruh, berfungsi sebagai landasan bagi kebijakan-
kebijakan dan keputusan teknis operasional oleh organisasi secara
keseluruhan.
2. Keputusan Eksekutif; keputusan diambil oleh manajer eksekutif. Manajer
eksekutif bertugas untuk menangani masalah-masalah lebih teknis tetapi
belum merupakan kegiatan operasional. Sehingga kedudukan manajer
eksekutif secara umum berada diantara manajer administratif dan manajer
operasional. Tugas manajer eksekutif adalah menerjemahkan gagasan-
gagasan manajer administratif dan mengkoordinasi fungsi-fungsi dalam
organisasi untuk melaksanan gagasan yang dikemukakan oleh manajer
administratif.
3. Keputusan Operasional; keputusan diambil oleh manajer operasional
dalam rangka pelaksanaan gagasan, arahan dan kebijakan manajer di
atasnya disesuaikan dengan sistem koordinasi yang dikembangkan oleh
manajer eksekutif
Untuk organisasi public, data pendukung keputusan lebih banyak
dipergunakan oleh satuan yang menangani perencanaan/implementasi dari
kebijakan yang telah dirumuskan oleh pembuat keputusan. Oleh karena itu
data pendukung keputusan lebih dipergunakan oleh instansi yang tugas
utamanya melakukan perencanaan, pelaksanaan program/proyek operasional
disbanding instansi yang tugas utamanya melakukan pelayanan umum. Data
dan informasi pendukung keputusan lebih banyak diperlukan oleh instansi
yang mengalokasikan anggaran pembangunan ketimbang anggaran rutin.
Namun tidak berarti bahwa instansi yang menangani alokasi anggaran rutin
tidak memerlukan data dan informasi yang memadai dalam pelaksanaan
tugas. Hanya saja dalam praktik bahwa keputusan manajerial rutin untuk
sebagian bisa deprogram menjadi keputusan operasional yang terprogram.
Manajer publik harus mampu membuat keputusan yang tepat bagi
organisasi dan untuk pelayanan publik. Keahlian yang dituntut dari manajer
publik menyangkut aspek pembuatan keputusan, implementasi kebijakan,
keterampilan manajemen dan komunikasi. Dari sistem informasi pendukung
keputusan baik secara manual dan otomatis, memberikan manfaat bagi para
pembuat keputusan, antara lain: pengambilan keputusan yang rasional,
peramalan, membandingkan alternatif tindakan, membuat analisis dampak, dan
membuat model.
C. SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Sistem Informasi Untuk Perencanaan Daerah
Dalam melakukan perencanaan organisasi publik menggunakan data
yang memuat dua hal pokok yaitu data tentang kelengkapan layanan dan data
mengenai kebutuhan layanan dimasa depan. Pengumpulan data dan analisis
data merupakan bagian dari perencanaan selain persiapan dan pelaksanaan
program/proyek. Kualitas perencana ditentukan oleh kemampuan dalam
menerapkan teknik-teknik pengumpulan data dan melakukan analisis
terhadap data yang diperoleh. Metode survey banyak dilakukan perencana
karena terbatasnya dana untuk melakukan pendataan rinci dan menyeluruh.
Namun jika peneliti dan perencana bekerja dengan baik, meskipun
menggunakan metode survey dengan jumlah sampel yang kecil cukup
mewakili keadaan yang sebenarnya.
Menurut Conyers (1991:62) perencanaan yang diterapkan negara-
negara berkembang dibedakan menjadi dua yaitu tipe pertama adalah bentuk
rencana yang hanya mencakup satu jenis layanan public khusus seperti
rencana pendidikan, infrastruktur, kesehatan atau perumahan yang cenderung
memiliki rentang waktu relative panjang (sampai 5 tahun) dengan waktu
persiapan berbulan-bulan dengan tujuan melibatkan organisasi dan pejabat
terkait. Sehinggan rencana ini memuat analisis tentang situasi yang sedang
dihadapi, saran-saran terhadap isu kebijakan besar, serta usulan rinci tentang
perkembangan masa depan dari setiap aspek layanan. Rencana tipe kedua
yaitu rencana yang terintegrasi dalam rencana pembangunan nasional.
Rencana dengan skala nasional memiliki bagian-bagian tertentu seperti
pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, dsb. Rencana ini berjalan relative
rutin dan tidak banyak membutuhkan waktu persiapan. Rencana tipe dua
cenderung lebih realistis karena usulan yang dibuat tidak terlalu ambisius dan
diperhitungkan agar lebih praktis dan meminimalkan biaya/tenaga serta
kemungkinan terjadi permasalahan menyangkut factor politis dan sosial.
Apapun tipe rencana yang digunakan, yang penting adalah
implementasi rencana lebih penting dari penyiapan dokumen. Rencana
jangan dianggap sama dengan tujuan. Rencana harus dilandasi dengan data
dan informasi yang akurat dan mutakhir supaya pembuat keputusan dapat
membuat kebijakan yang tepat. Informasi harus menggambarkan keadaan
yang sebenarnya dilapangan dan pembuat keputusan harus yakin bahwa data
yang diperlukan sudah tersedia dalam format yang diinginkan dengan tingkat
ketepatan yang sesuai dengan kebutuhan.
Berikut contoh perkembangan aplikasi sistem informasi perenanaan wilayah.
Dalam konteks perencanaan daerah atau perencanaan wilayah sistem
informasi pokok pendukung pengambilan keputusan adalah sistem informasi
geografis (Geographic Information System, GIS) dan sistem informasi
pertanahan (Land Information System, LIS). Dua perangkat sistem informasi
ini sangat penting dalam perencanaan daerah karena setiap perubahan
menyangkut kondisi fisik dan non fisik permukaan bumi akan berdampak
pada sosial-ekonomi terhadap masyarakat yang bermukim atas.
perkembangan teknologi, perubahan pola pemukiman, pertumbuhan
penduduk, dan perkembangan sosial ke arah sistem perkotaan mengakibatkan
masalah terkait pemanfaatan tanah di setiap daerah menjadi komleks/rumit.
Perencanaan fisik menyangkut pengembangan infrastruktur untuk masyarakat
modern seperti pembuatan jalan, pengembangan wilayah, dan jaringan
semakin banyak membutuhkan informasi akurat mengenai keadaan geografis
dan pertanahan. Berikut beberapa hal pokok terkait dua aplikasi sistem
informasi terkait perencanaan daerah.
Pembedaan antara sistem informasi geografis (Geographic
Information System, GIS) dan sistem informasi pertanahan (Land Information
System, LIS) didasarkan pada besaran/skala perencanaan yang didukung oleh
aplikasi sistem ini. GIS memiliki skala relative kecil dan melibatkan data non
fisik sedangkan LIS biasanya berbasis persil (based-parcel)/polygon dengan
skala lebih besar dan lebih banyak diigunakan untuk menyajikan informasi
spasial dan bermafaat.
LIS pada umumnya menggunakan peta skala besar sebagai basisi dan
menggunakan struktur data polygon (persil) dan GIS menggunakan peta skala
kecil dan terdapat tendensi kea rah pemakaian struktur sel. Satuan untuk LIS
adalah persil/sebidang tanah kepemilikan, sedangkan satuan untuk GIS
adalah unit lahan yang orientasinya ke permasalahan sumber daya. Namun
kedua sistem aplikasi ini memiliki tiga komponen pokok yang bermanfaat
dalam perencanaan yaitu subsistem referensi ruang, pengelolaan data dan
informasi, dan pemakaian informasi. Kedua sistem ini dikembangkan untuk
mengefisiensi sistem perencanaan sehingga lebih komprehensif, memilik
procedural pengumpulan, peremajaan data, proses dan distribusi data secara
sistematis. Data perencanaan daerah dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
1. Data statistic; data statistic sebagai atribut/data semantic. Data ini untuk
menyajikan keterangan berupa angka, atribut, atau skala yang digunakan
dalam perenacanaan tata ruang maupun perencaan sosial.
2. Data spasial; disebut juga data grafis untuk memberikan gambaran tentang
lokasi perencaan wilayah, posisi atau kedudukan pada gambar dipeta
dengan berdasarkan pada sistem yang dipakai.
3. Data waktu; informasi waktu pengambilan sampel/waktu penelitian
diperlukan karena untuk perencanaan daerah banyak informasi yang
bersifat temporal. Perubahan data sering terkait dengan waktu
pengambilan mengingat kondisi fisik dan kondisi sosial akan selalu
mengalami perubahan sesuai dengan dinamika alam dan keadaan
masyarakat.
Unsur-unsur data untuk perencanaan daerah dirincikan sebagai berikut:
a. Data survey godesi: data geometri (situasi, bentuk topografi) dan data
semantik (alamat, luas, valuasi, klasifikasi)
b. Data sumberdaya lahan: data tanah (struktur, kondisi) dan
pemanfaatan/penggunaan lahan
c. Data kadaster/yuridis: pemilihan, pembebanan, dan pembatasan.
d. Data sumber daya alam: geologi dan sumberdaya mineral, cadangan air,
vegetasi, iklim
e. Data instalasi/konstruksi: instalasi dibawah permukaan dan diatas
permukaan, industry dan energy, daerah pemukiman, fasilitas lalu lintas
dan transportasi
f. Data kondisi lingkungan: kualitas air, polusi, kebisingan, dan kegiatan lain
yang mempengaruhi lingkungan
g. Data ekonomi, sosial politik: kependudukan, sumberdaya manusia
(ketenagakerjaan), kondisi lalulintas dan transportasi, fasilitas sosial
budaya, fasilitas kesehatan, dan aspirasi politik masyarakat.
Data spasial penting dalam perencanaan wilayah/perencanaan daerah
karena memungkinkan penyajian model dan presentasi grafis yang sangat
interaktif, apalagi didukung dengan pemanfaatan komputer. Data spasial
tergambar dalam peta tematis akan sangat membantu memahami keadaan
wilayah perencaan sehingga masing-masing perencana dapat berkomunikasi
satu dengan yang lain dengan basis informasi yang sama. Dengan demikian
setiap keputusan yang diambil dalam proses perencaan merupakan hasil final
dari pertimbangan-pertimbangan matang. Hubungan geografis dalam data
spasila dilakukan dengan metode: 1) geometris, cara menerangkan objek
dengan sistem koordinat tertentu, 2) topologis, berupa hubungan antara
elemen peta dengan elemen disekitarnya, dan 3) kartografi, yaitu penyajian
elemen peta melalui layar komputer/plotter. Dalam praktik perencanaan,
peta-peta biasanya diperoleh dari berbagai sumber sehingga dapat berbentuk
peta topografi, peta tata guna lahan, peta perencaan wilayah, peta statistic
penduduk, statistic tanaman keras, dsb.
Di dalam sistem informasi geografis dan sistem informasi pertanahan
berbasis komputer, data spasial banyak berbentuk tampilan-tampilan grafis
disimpan dalam memori komputer melalui proses pengubahan dari data
analog menjadi data digitas. Program aplikasi penunjang sistem perencaan
spasial umumnya menggunakan dua macam teknik penyimpanan data yaitu
teknik penyimpanan data raster dan teknik penyimpanan data vector.

Komputerisasi Pemilihan Umum


Contoh sistem pendukung keputusan yang digunakan secara nasional,
meskipun yang didukung bukan keputusan manajerial rutin yaitu sistem
perhitungan suara dalam Pemilihan Umum (Pemilu). Kepastian mengenai
jumlah suara yang diperoleh masing-masing partai dalam pemilu sangat
penting untuk melihat aspirasi masyarakat, minimal aspirasi yang terlihat dari
partai yang mendapat suara terbanyak untuk meneruskan program-program
pembangunan. Sistem pemilu yang demokratis membutuhkan perhitungan
suara yang efisien dan akurat karena berperan dalam menentukan keptusan
nasional terkait jatah kursi bagi wakil rakyat yang akan duduk di Dewan
Perwakilan Rakyat. Karena itu keputusan yang didukung oleh sistem ini
merupakan keputusan politis yang sangat strategis. Pembahasan mengenai
komputerisasi penghitungan suara dalam Pemilu tidak akan dilakukan sampai
sangat rinci karena terbatasnya referensi yang terdokumentasi.
Tugas penghitungan suara hasil Pemilu dilaksanakan oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU) dibawah pengawasan kementrian dalam negeri.
KPU menugasi pos komando (Posko) yang berisi staff. Staff terdiri dari
beberapa komponen utama, yaitu:
1. Bakorsiskom (Badan Koordinasi Sistem Telekomunikasi); dibentuk
terutama untuk menangani sistem telekomunikasi yang menunjang
penghitungan suara sejak panitia pemilihan daerah (PPD) pada setiap
jenjang hingga KPU pusat.
2. Situng (Sistem Informasi Penghitungan Suara); bertanggungjawab dalam
pemakaian komputer untuk tugas penghitungan suara yang menyangkut
penyimpanan dan pengolahan data.
3. Sekretaris KPU; adalah pemilik data resmi dan pemakai hasil olahan
komputer. Bertugas untuk memantau penghitungan suara secara online
sejak pemungutan suara dilakukan hingga diperolehnya data akhir.
Sumber data paling ujung untuk penghitungan suara Pemilu adalah
pos-pos TPS (Tempat Pemungutan Suara) dimana setiap warga negara yang
mempunyai hak pilih melakukan pencoblosan. Jumlah TPS di seluruh
Indonesia kurang lebih 283.534 tersebar di dalam dan luar negeri agar WNRI
diluar negeri dapat menggunakan hak pilihnya. Selanjutnya Berita Acara
Pemilihan dibuat dan ditandatangani oleh petugas dan seluruh saksi seseuai
ketentuan, perhitungan suara dikirim ke PPS (Panitia Pemungutan Suara) di
kecamatan. Kelambatan penghitungan suara biasa terjadi karena luasnya
wilayah pemungutan suara di Indonesia. Pengolahan data mentah
menentukan kecepatan dan efisiensi pengolahan data secara keseluruhan.
Ditinjau dari segi sistem informasi, Sistem Informasi Pemilihan
Umum (SIPU) menghasilkan empat elemen sistem informasi yaitu SILIH
(Sistem Informasi Pemilih), SILON (Sistem Informasi Calon), SISURA
(Sistem Informasi Surat Suara), dan SITUNG (Sistem Informasi
Penghitungan Suara). SILIH difungsikan untuk mengolah data pemilih,
sehingga unsur data yang diolah adalah jumlah penduduk Warga Negara
Republik Indonesia (WNRI) dan jumlah penduduk yang memiliki hak pilih.
SILON difungsikan untuk mengolah data para calon anggota legislatif.
SISURA difungsikan untuk mengontrol dan mengolah data surat suara.
SITUNG difungsikan untuk mengolah data sejak dari panitia pemilu di
daerah hingga pusat. SITUNG merupakan sistem database yang
dikembangkan oleh PT Pusat Informatika. Keseluruhan sistem informasi
Pemilu dapat dilihat pada gambar 1.
Di KPU, untuk SIPU digunakan sebuah komputer induk dan sebuah
cadangan untuk mengatasi kemungkinan pengolahan data pada saat down-
time. Selain itu juga terdapat perangkat penunjang yaitu terminal-terminal
pengendali dan penyimpan data baik dalam disc maupun magnetic tape.
Untuk menjamin keutuhan data maka dalam merekam data, komputer
menulis data di dua tempat sekaligus, Setiap jam diadakan pembuatan
duplikasi sebanyak dua buah yaitu dalam disc dan tape. Untuk pengamanan
operasional, semua operator menggunakan kode sandi jika ingin mengakses
data ke komputer. Kode sandi diganti setiap hari sehingga operator tidak
saling mengetahui kode sandi operator lainnya. Operator mempunyai otoritas
yang berlainan tergantung fungsinya. Ada operator yang dapat melihat data
secara detail, ada yang hanya memperoleh laporan saja, dan ada yang hanya
memeriksa kebenaran data yang dimasukkan.
Kerjasama yang baik dalam manajemen pengolahan data antara
programer dengan pembuat keputusan untuk penghitungan suara sangat
menentukan. Pada Pemilu tahun 1987, sistem komputer sudah diprogram
untuk hanya dapat melakukan penambahan dan bukan pengurangan jumlah
suara apalagi dalam jumlah yang besar. Namun karena proses penghitungan
suara sangat panjang maka kesalahan tidak dapat dihindari. Contoh pada
tanggal 25 April ditunjukkan bahwa PDI di Jawa Timur memperoleh suara
sebesar 1.383.346, selang beberapa waktu komputer menerima data yang
menunjukkan bahwa perolehan suara PDI di Jawa Timur menurun menjadi
1.373.269, komputer otomatis tidak dapat menerima data tersebut dan
menampilkan pesan warning (peringatan) kepada semua operator, sehingga
operator menghubungi sekretariat posko. Kemudian mendapat penjelasan
bahwa terjadi kesalahan penghitungan suara dan dikonfirmasi bahwa angka
tersebut benar dan untuk mengubah data yang telah disimpan oleh komputer
dengan angka yang lebih kecil diperlukan prosedur panjang dan hanya
beberapa programer saja yang mengerti sistem yang akan dapat memecahkan
kode program dengan segera. Pengalaman sama juga pernah di alami partai
Golkar di daerah pemilihan Sumatera Utara, karena kesalahan teknis angka
suara menurun lebih dari 20.000 suara, padahal hasil penghitungan sudah
terlanjur diterbitkan di surat kabar.
Perhitungan jumlah suara partai-partai kontestan dalam Pemilu
merupakan keputusan yang menyangkut sistem politik berskala nasional dan
sifatnya sangat sensitif. Kesalahan-kesalahan seperti contoh diatas tentunya
dapat menimbulkan pertanyaan atau kecurigaan dari pihak-pihak luar, karena
mereka belum memahami proses penghitungan suara dengan mata rantai
pengolahan data yang panjang. Pada saat suhu politis memanas, apalagi jika
selisih antar kontestan tidak terlalu besar, kesalahan dalam memberikan
informasi mungkin akan membawa akibat politis yang tidak diinginkan.
Suasana politik dimasa depan diharapkan lebih demokratis akan membentuk
masyarakat yang semakin rasional, termasuk memahami proses perhitungan
suara Pemilu. Masyarakat juga akan memiliki tuntutan terhadap kinerja KPU
dalam rangka menghitung suara apalagi didukung oleh peralatan yang lebih
canggih. Sebagai lembaga yang diberi tugas secara incidental, karena Pemilu
dilakukan 5 tahun sekali, maka KPU memang tidak perlu melakukan
reformasi dan konsolidasi sepanjang tahun. Namu pengalaman dari beberapa
kali Pemilu hendaknya menjadi bahan untuk memperbaiki kekurangan di
dalam sistem penghitungan suara, apalagi jika diingat bahwa keputusan
tentang penghitungan suara merupakan keputusan politis. Sehingga
pentingnya sistem komunikasi sebagai penunjang arus data mulai dari TPS
sampai ke KPU pusat. Dengan sistem komputerisasi penuh yang
memungkinkan transfer data secara langsung melalui jalur-jalur media
telekomunikasi dari daerah ke pusat, peranan Bakorsiskom dalam Pemilu
dimasa mendatang akan semakin penting. Perbaikan format kartu suara dan
format penghitungan yang lebih mendukung sistem penghitungan suara
terkomputerisasi juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan
lembaga-lambaga yang mengurus penyelenggaraan Pemilu. Pelatihan bagi
petugas dan pejabat untuk otomasi data penghitungan perlu ditingkatkan
untuk menciptakan sistem penghitungan yang lebih efisien dan akurat. Dan
juga proses penghitungan memerlukan tingkat pengamanan pada tingkat
operasional penghitungan kartu suara dan juga pada tingkat data yang
terkomputerisasi.
Sistem Informasi Dalam Pemerintah Daerah
Pengembangan organisasi melalui komputerisasi dalam organisasi
pemerintah daerah dilakukan untuk menghadapi semakin luasnya pekerjaan
dan beban tugas administrasi negara. Berbagai peraturan perundangan
dikeluarkan oleh pemerintah untuk membuat pedoman bagi pengembangan
organisasi pemerintah daerah terkait otomasi atau komputerisasi.
Peraturan/ketentuan yang melandasi kebijakan pemerintah dan memiliki
jenjang antara lain:
1. Keppres No.15/1984 tentang struktur organisasi departemen
2. Kep. Menteri Dalam Negeri No.49/1982 tentang komputerisasi
Kepegawaian Departemen Dalam Negeri
3. Kep. Menteri Dalam Negeri No.45/1992 tentang pokok-pokok kebijakan
Sistem Informasi Manajemen Departemen Dalam Negeri (SIMDAGRI)
4. Kep. Menteri Dalam Negeri No.86/1993 tentang Pedoman Organisasi dan
Tatakerja Kantor Pengolahan Data Elektronik
Selain itu di daerah mungkin terdapat peraturan-peraturan khusu yang
mengatur ketentuan tentang pengembangan sistem informasi seperti tertuang
dalam Perda, Keputusan Gubernur atau peraturan teknis. Secara umum
tampak beberapa alasan pokok yang mendorong diterapkan komputerisasi
administrasi pemerintahan daerah, yaitu:
a. Untuk menjamin kelancaran proses administrasi diperlukan keseragaman
metode pengolahan data yang memungkinkan pengendalian optima atas
aktivitas-aktivitas administrasi pemerintah daerah.
b. Pengolahan data dalam jumlah besar secara manual tidak efisien sehingga
diperlukan perkakas komputer yang akurasinya dapat diandalkan
c. Tersebarnya lokasi kerja sehingga menyulitkan komunikasi dan koordinasi
diantara satuan-satuan kerja administrasi. Komputer yang dapat
dioperasikan secara on-line pada satuan-satuan yang melakukan hubungan
kerja intensif akan dapat mengatasi masalah terkait komunikasi dan
koordinasi.
d. Frekuensi perubahan data ketatausahaan semakin banyak. Untuk
menyusun berkas induk yang bersih, lengkap dan up to date, komputer
akan sangat membantu.
Untuk gambaran tentang perkembangan sistem informasi manajemen
dalam organisasi pemerintah daerah berikut diuraikan contoh kasus dari
propinsi Jawa Tengah berdasarkan hasil penelitian di Jurusan Administrasi
Negara, FISIP, UGM. Aplikasi komputerisasi yang telah dilaksanakan oleh
Kantor PDE meliputi instansi structural maupun sektoral. Berikut instansi
yang telah dapat dilayani secara penuh dan jenis aplikasi yang digunakan:
1. Biro kepegawaian: Pegawai (Guru dan Penjaga SD) dan Pegawai daerah
otonom
2. Dispenda: Pajak Bumi dan Bangunan
3. Biro Bina Pemerintahan Umum: KTP
4. Pelayanan yang dikembangkan adalah Biro Bina Pemerintahan Desa: kartu
kepala desa.
Secara keseluruhan, aplikasi komputer di Kantor PDE meliputi
SIMPEG (Sistem Informasi Kepegawaian), SIKDA (Sistem Informasi
Keuangan Daerah), SIMDUK (Sistem Informasi Kependudukan) dan Sistem
Informasi Kendaraan Bermotor Dinas. Sebagai salah satu bagian dari
SIMDAGRI, Kantor PDE Propinsi Jawa Tengah diarahkan integrasinya
dengan sistem informasi yang dikembangkan oleh jajaran Departemen Dalam
Negeri. Pegawai di kantor PDE Jawa Tengah memiliki jumlah yang cukup
banyak. Pada saat meluapnya (banyak) data yang harus diolah oleh kantor
PDE, jadwal kerja pegawai diatur dalam beberapa Shift. Volume data yang
harus diolah cukup besar dan bervariasi. Volume data akan terus meningkat
karena kantor PDE harus mengplah data pesanan Depdagri/Kemendagri
meskipun tidak rutin atau mengumpulkan informasi terinci sesuai permintaan
dari biro. Misalnya Biro Perlengkapan memerlukan informasi mengenai
kebutuhan logistik seluruh pegawai, membuat seragam pegawai, dsb.
Namun terdapat beberapa persoalan yang menghambat pengolahan
informasi oleh organisasi pemerintah daerah. Hal ini terkait banyaknya data
yang masuk dalam organisasi yaitu kurang kejelasan mengenai data yang
dibutuhkan organisasi. Data yang berkaitan dengan pengambilan keputusan
taktis sebenarnya tidak terlalu banyak, tetapi karena kebutuhan atas data tidak
jelas maka setiap data dicatat (entah diperlukan atau tidak) sehingga
mengakibatkan pekerjaan semakin banyak. Sebagai contoh, instansi
membutuhkan daftar urut kepangkatan pegawai di kecamatan sebagai laporan
untuk BKN, maka seluruh proses retrieval (cari-ambil) data dilakukan untuk
seluruh pegawai daerah. Karena data kepangkatan dikumpulkan bersama data
mengenai istri dan anak yang memperoleh tunjangan, pekerjaan mengolah
dan mencari data menjadi besar.
Meskipun data yang dikumpulkan oleh pengumpul data organisasi
banyak jenisnya, sebenarnya tidak semua data diperlukan oleh SIM.
Pengumpulan data yang kurang relevan/tidak diperlukan serta pelaporan
informasi kurang sesuai dengan kebutuhan akan mengakibatkan pemborosan
tenaga, waktu dan biaya. Masalah lainnya yang muncul pada tahap awal
komputerisasi adalah kecenderungan adanya sistem output ganda. Setelah
perkakas komputer yang dipasang dan kemudahan dalam mengolah dan
mencetak data, mengakibatkan pegawai mencetak apa saja yang terdapat
dalam komputer meskipun hasil cetakan tersebut tidak diperlukan.
Permasalahan berikut yang terjadi ialah ketidaksesuaian antara arus
informasi dengan sistem pengolahan data yang diterapkan. Kemampuan
komputer dalam pengambilan keputusan terprogram sangat dapat diandalkan.
Namun jika sistem yang diterapkan tidak sesuai dengan arus informasi yang
dijalankan melalui komputer tidak akan terlaksana dengan efisien.
Secara teknis kelemahan yang dihadapi oleh sebagian organisasi
pemerintah daerah adalah:
a. Belum adanya dokumentasi mengenai bagan arus ringkasan yang
memperlihatkan aliran/arus data sejak data mentah sampai dengan
informasi cetak. Meskipun sederhana tetapi terkadang dapat menyulitkan
pihak manajer dalam mengawasi arus informasi yang terdapat dalam
organisasi yang dipimpin.
b. Lemahnya sistem manajemen data. Terbukti dari belum adanya standar
operasional baku, munculnya kelebihan laporan, yang tidak efektif
c. Prosedur untuk melihat data secara insidental masih terlalu lama,
kemungkinan karena banyak kantor PDE tidak menggunakan sistem
database relasional yang lebih efisien sehingga akses langsung sulit
dilakukan.
d. Tata ruang perkantoran masih kurang memadai. Ruang untuk kegiatan-
kegiatan ketatausahaan (surat menyurat), operasi komputer, atau
penyortiran data masih bercampurbaur sehingga pekerjaan kurang
sistematis.
e. Untuk perawatan mesin/perangkat keras, organisasi masih
menggantungkan diri kepada pihak pemasok dengan sistem kontrak per
tahun. Akibatnya jika ada kerusakan-kerusakan teknis walaupun sederhana
tidak bisa segera diatasi pegawai.
Permasalahan lain yaitu kurang lancarnya pemasukan data. Proses
data entry (pemasukan data) menentukan kelangsungan proses pengolahan
selanjutnya. Jika sejak awal pengisian data tidak lancar dan tidak akurat maka
pekerjaan mengoreksi data akan bertambah panjang, dan pengelompokan
data akan lamban serta tujuan organisasi PDE untuk menghasilkan informasi
tepat waktu tidak tercapai. Untuk pencatatan mutasi pegawai, para pegawai
sering keliru memasukkan nama atau status, menuliskan NIP 2 kali. Jika data
yang keliru tetap diolah maka output-nya akan berubah dan menyebabkan
kekacauan operasional. Dengan demikian masalah pemasukan data muncul
karena:
a. Kurangnya pemahaman dan kesadaran dari pihak pemakai sebagai pengisi
data. Banyak pengisi data tidak sadar bahwa data yang akan dimasukkan
ke dalam komputer harus memiliki format dan prosedur yang pasti untuk
menghindari kesalahan pengisian data.
b. Belum meluasnya pemikiran/pemahaman tentang komputerisasi baik oleh
para pemakai maupun pengelola data dalam organisasi pemerintah.
Contoh, pengolahan data KTP, masih banyak orang yang meragukan
kemampuan komputer karena setelah adanya komputerisasi proses untuk
mendapatkan KTP semakin lama dari sebelumnya, sebelum komputerisasi
hanya perlu waktu 2 minggu menjadi 1 bulan atau lebih. Akibatnya
banyak orang tidak percaya pada komputerisasi. Hal ini terjadi karena
banyak komputerisasi KTP yang sekadar “menggunakan” komputer tetapi
tidak memaksimalkan pemakaian komputer. Data untuk KTP sekadar
dimasukkan di komputer, dicetak dengan printer kemudian hasil print-out
(cetakan) data diketikkan/dituliskan lagi ke blanko KTP secara manual.
Kebanykan proses pencetakkan KTP di daerah tidak memanfaatkan
database.
c. Lemahnya sistem informasi di dalam organisasi pengolah data. Terkait
masalah administratif dan operasional seperti menangani volume data
yang besar, membuat formulir isian data yang optimal, menentukan jumlah
macam data yang dibutuhkan secara tepat, menentukan standar operasi,
mengembangkan sistem input dan output, dsb.
Namun pada tahap awal penggunaan komputer (tahap inisiasi)
efisiensi administrasi mengalami penurunan karena organisasi harus lebih
banyak melakukan orientasi dan penyesuaian sehingga memerlukan
sumberdaya yang lebih besar berupa waktu, tenaga, konsep pemikiran dan
biaya untuk mendapatkan bentuk manajemen yang sesuai dengan tujuan
organisasi. Setelah bentuk optimal yang paling sesuai ditemukan maka tata
kerja akan berjalan lancar sehingga tingkat efisiensi menunjukkan kenaikan.
Efisiensi dalam sistem informasi manajemen berbasis komputer pada
organisasi pemerintah daerah lebih dominan ditentukan oleh
pertanggungjawaban fungsional bukan pertanggungjawaban structural.
Karena arus informasi lebih cepat karena adanya otomasi dengan sistem
pendelegasian wewenang yang ditentukan berdasarkan fungsi bukan
berdasarkan struktur otoritas/jabatan. Secara fungsional pekerjaan pegawai
pada SIM berbasis komputer dikategorikan menjadi analis sistem, programer,
operator dan staf tata usaha. Secara structural satuan organisasi dibedakan
menjadi kepala bagian, kepala sub bagian, dan pegawai operasional.
Sedangkan klasifikasi pegawai pada SIM berbasis komputer menurut proses
menjadi beberapa satuan horizontal seperti bagian pengumpulan data, analisis
sistem dan program komputer, pengolahan data dan penyajian laporan.
Namun yang terjadi di lapangan sering terjadi ketidakjelasan dalam
pembagian kerja dan sistem pertanggungjawaban sehingga menimbulkan
inefisiensi data dalam organisasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dalam SIM pemerintah
daerah berbasis komputer meliputi keandalan perangkat keras dan perangkat
lunak, kecermatan pengisi data dalam format yang sesuai dengan sistem
komputer sangat menentukan kelancaran arus data. Sehingga koreksi data
perlu dilakukan dan otomatis menyita waktu apabila format data yang
dimasukan belum sesuai dengan standar. Hal ini yang menyebabkan sebagian
organisasi pemda belum menerapkan sistem komputer secara penuh.
Beberapa factor manajerial yang perlu diperhatikan agar tidak terjadi koreksi
data karena kesalahan pengisi data yaitu:
a. Komunikasi data;
Faktor ini sangat menentukan efisiensi sebab ia merupakan unsur penting
yang berpengaruh bagi kelancaran proses data, penentuan kebeutuhan
informasi, beikut verifikasinya yang bermanfaat bagi keputusan-keputusan
administrative. Maka sistem database yang memungkinkan komunikasi
data secara efisien merupakan pertimbangan penting bagi seorang manager
sistem informasi.
b. Standar operasi;
Standar operasi yang baik akan dapat mengurangi pemborosan akibat
ekses oferlow reporting atau penyerapan informasi yang tidak relavan
dengan pengambilan keputusan. Banyak kasus yang memperlihatkan
bahwa kurang efisiennya pemakaian informasi dalam organisasi public
terjadi karena standar operasi yang kurang jelas ataupun kurang ditaatinya
ketentuan tersebut oleh para pegawai.
c. Evolvability;
Kesinambungan pengembangan perangkat keras dan perangkat karas dan
perangkat lunak seringkali tidak terjamin karena kuarangnya keterlibatan
para pengambil keputusan didalam organisasi. Ini juga dapat terjadi karena
rendahnya tingkat kemandirian personalia dalam mengembangkan
perangkat informasi.
d. Fungsionalisasi jabatan;
Pengaruhnya sangat besar terhadap kelancaran tugas-tugas administrasi.
Sebgin satuan organisasi yang fungsi-fungsi jabatan didalamnya terjabar
dengan jelas menunjukan bahwa misi yang diemban oleh satuan tersebut
dapat tercapai dengan lebih terkoordinasi dan terjadwal.
e. Struktur dan Rentang kendali;
Pada dua organisasi yang dijadikan sebagai referensi kajian,rentang
kendali (span of control) menunjukan perluasan,terutama pada tingkat
bagian dan sub bagian. Dengan kata lain bawahan langsung yang diawasi
oleh seorang kabag dan kasubag semakin banyak. Maka sistem
manajemen informasi di masa depan hendaknya di sesuaikan dengan
dengan struktur yang mendatar (flat) sehingga kinerja sistem informasi
akan lebih optimal.
f. Spesialisasi;
Spesialisasi yang dilakukan berdasarkan fungsi (tidak berdasarkan
wilayah,jenis layanan, dan macam penggunaan jasa) terbukti lebih
menguntungkan. Metode manajemen yang terbuka yang dilakukan dengan
spesialisasi fungsi akan lebih menunjang efisiensi.
g. Interaksi antar satuan;
Beberapa biro dan bagian di lingkungan pemda yang tetap memelihara
interaksi antarsatuan menunjukan efisiensi yang tinggi, dan pengaruh
proses interaksi ini tertuju pada kejelasan tanggungjawab dan wewenang
masing-masing satuan.
h. Kemampuan intervensi;
Inilah salah satu titik kelemahan dalam organisasi pemerintah daerah.
Kurangnya kemampuan intervensi aparat dalam mengupayakan sistem
manajemen yang lebih baik sebagian juga berpengaruh terhadap
evolvability. Kemampuan atau otoritas untuk melakukan intervensi yang
rendah mengakibatkan para pimpinan sulit mengadakan modifikasi
terhadap desain organisasi yang telah berjalan. Alasan yang selalu
terungkap adalah tidak adanya juklak (petunjuk pelaksanaan) dan juknis
(petunjuk teknis). Kendala psikologis seperti ini hendaknya dapat diatasi
supaya sistem manajemen organisasi publik dapat bergerak lebih lincah.

D. PENUTUP
Di masa mendatang kualitas manajemen akan ditentukan oleh
kelincahan organisasi dalam mengolah data dan menyerap informasi. Maka
bagian manajemen informasi harus memiliki jalur hubungan dekat dengan
para pemimpin dan pengambil keputusan.
E. SOAL LATIHAN
1. Jelaskan empat elemen sistem informasi dalam sistem pemilihan umum
(SIPU)!
2. Jelaskan dua sistem informasi pokok pendukung pengambilan keputusan
dalam konteks perencanaan daerah!
3. Jelaskan 3 jenis data yang diperlukan dalam perencanaan daerah!
BAB V
MANAJEMEN DATABASE

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa Dapat Menguasai dan memahami manajemen data base
B. LATAR BELAKANG
Selain sistem pendukung keputusan, lingkup sistem informasi
manajemen yang banyak terdapat di dalam organisasi publik adalah
berkenaan dengan manajemen database.Begitu banyak permasalah di bidang
system informasi yang dipergunakan di dalam pelayanan umum (public
service)yang sesungguhnya merupakan permasalahan manajemen
databes,yaitu bagaimana mengelola dan informasi yang tersimpan dalam
organisasi secara efesien dan aman serta menciptakan prosedur cara-ambil
(retrieval)yang cepat dan mudah.instansi-instansi yang bertugas memungut
pajak,misalnya,dalam pelayanannya harus dapat mengelola data dan
informasi tentang wajib pajak yang telah tersimpan seperti data tentang
NPWP, penghasilan per bulan, status wajib pajak yang sudah berbayar atau
belum terbayar,dan sebagainya.pelayanan pajak akan lebih cepat dan efisien
jika penyimpanan.Intensif yang harus melayani pengurusan SIM (Surat Ijin
Mengemudi), STNK(surat tanda nomor kendaraan) dan, BPKB (Bukti
Pemilikan Kendaraan Bermotor),secara operasional harus mengelola data
untuk surat-surat tersebut dalam sistem database yang baik supaya pelayanan
yang baik supaya pelayan yang diberikan dapat berlangsung secara efisien
dan memudahkan penggunan jasa. Demikian pula, Rumah Sakit swasta
maupun pemerintah yang bertugas melayani pasien kinerja administratifnya
akan tergantung kepada metode penyimpanan data dan informasi dalam
Rumah Sakit tersebut, baik data mengenai status pasien,dokter yang
menangani, hasil amnesia (wawancara langsung antara dokter dengan
pasien), jenis obat atau terapi yang diberikan, dan rawat-inap di Rumah
Sakit,dan sebagainya.
Maka dapat disimpulkan bahwa dalam banyak hal kinerja dan
efesiensi organisasi public akan ditentukan oleh keadaan manajemen database
yang di laksanakan dalam organisasi tersebut. Karena kecenderungan dalam
organisasi modern mengarah ke penggunaan komputer secara intensif,
kualitas manajemen database juga akan tergantung kepada keandalan
manajerial dalam penanganan database dengan komputer yang memang
berbeda dari sistem database manual.
Menurut Everest (1986:1), ancangan database (database
approach)yang modern hendaknya didasarkan pada sikap-sikap berikut:
1. Pembagian atau pemakaian secara bersama sumber-sumber data yang
bernilai bagi oranisasi (shering valued data resources).
Data yang jumlahnya besar hendaknya menjadi milik organisasi dan dapat
dipakai bersama-sama oleh satuan-satuan organisasi. Monopoli data oleh
sebuah satuan-satuan organisasi untuk mencapai kinerja maksimal. Maka
system-sistem perangkat lunak yang menunjang pengolahan secara
terdistribusi (distributed processing database system)akan sangat
bermanfaat dalam manajeme database yang besar.
2. Menempatkan control atas sumber-sumber data kepada pihak-pihak yang
bertanggung jawab dalam organisasidengan sadar profesionalisme dan
spesilisasi.
Karena data didalam sebuah bank data atau database memerlukan
sistematika dan format yang baik,control atas simpul-simpul pengelola
data baik yang menyangkut sumber masukan
data,penyimpanan,pengolahan data baik menyangkut sumber masukan
data,penyimpanan,pengolahan atau tampilan data harus diserahkan kepada
orang yang benar-benar tahu tugasnya. Itulah sebabnya struktur organisasi
yang paling tepat dalam system manajemen database dengan komputer
adalah struktur yang mendatar dengan hierarki yang sependek mungkin.
3. Kerjasama dalam penanganan dan pemeliharaan sumber-sumber data
organisasi.
Untuk penanganan dan pemeliharaan database,Organisasi harus mampu
untuk menciptakan sinergi diantra satuan-satuan dan pegawai pengolah
data. Keberhasilan manajemen database akan akan tergantung kepada
kualitas kerjasama antara satuan tersebut.Ini menyangkut pemeliharaan
database,integritas data,dan keamanan data dari pihak-pihak luar
organisasi nyang tidak memiliki otoritas terhadap akses database.
Dengan demikian ancangan database bukan sekedar menyangkut
permasalahan tentang penentuan DBMS yang cocok dengan
organisasi,pengumpulan dan penyimpanan data dalam sebuah database yang
terintegrasi atau penentuan seseorang yang bertugas mengontrol data.
Ancangan database juga menyangkut persoalan tentang perangkat yang
digunakan untuk mengumpulkan dan mengelolah data ,serta melati dan
mendidik administrator databse yang berkualitas.
Perkembangan teknologi mutakhir menuntut cara pandang yang
baru bagi para manejer public dalam menentukan bentuk operasional bagian
pengolahan Data Elekronik (PDE). Dalam system manajemen tradiosional
bagian PDE atau bagian Sistem Informasi manajemen sekedar diberi tugas
untuk mengelola system perangkat keras dan perangkat lunak. Dengan kata
lain,bagian ini bertugas dalam manaemen factor-faktor produksi Organisasi
yaitu perangkat atau peralatan organisasi. Namun system manajemen modern
melihat bahwa produk bagian PDE/SIM adalah data yang mendukung tugas-
tugas operasional organisasi dan keputusan-keputusan manajemen. Maka
bagian bagian PDE/SIM harus dilihatsebagai sebuah satuan layanan (service
function)bagi organisasi,sehingga perhatian lebih dititikberatkn pada produk
layanan yang diberikan. Dalam hal ini sumber daya organisasi yang ditangani
oleh bagian PDE/SIM adalah data.Selanjutnya,karena data dan informasi
merupakan sumber daya yang semakin penting kalau tak boleh dikatakan
vital.
Bagi organisasi public kedua aspek manajemen ini sama pentingnya
,pemakaian data harus dibuat supaya lebih efesien dan tanggap terhadap
kebutuhan organisasi yang mempunyai misi pelayanan umum.pada saat yang
sama ,database harus tetap dijaga integritasnya karena dalam organisasi
public cukup banyak data yang benar-benar rahasia dan harus dilindungi dari
pihak-pihak yang mungkin menyalahgunakan data tersebut. Kecuali i tu
unsur penting yang harus diperhatikan oleh para manejer public adalah
adaptabilitas organisasi terhadap system pengolahan data yang modern.
Apabila pengurusan KTP,misalnya,sudh menuntut komputerisasi secara
integrative sedangkan kemampuan staff dan staf sudah memungkinkan ,maka
tidak ada alas an lagi untuk tetap mempertahankan system lama yang
berbelit-belit dan memperpanjang urusan dalam birokrat
Adaptabilitas merupakan tuntutan bagi organisasi modern mengingat
bahwa teknologi database mutachir memungkinkan pengolahan data secara
lebih efesien dan sistematis dengan perubahan struktur yang tidak terlalu
besar.Program-program database mutakhir memungkinkan pengolahan data
sedangkan ketergantungan kepada mesin komputer semakin berkurang .
Dengan perangkat database yang user-friendly dan machine-independent
tersebut, manajemen organisasi publik tentunya akan lebih lincah dan
tanggap dalam melaksanakan pelayanan umum. Pembahasan pada Bab ini
akan menguraikan beberapa bidang administrasi yang lebih berfokus pada
manajemen database.
C. MANAJEMEN DATABASE
Statistik Nasional: BPS
Dalam kerangka pembangunan nasional, banyak sekali keputusan
yang harus diambil oleh para pejabat pembuat keputusan maupun masyarakat
yang langsung terlibat di dalam segala aspek pembangunan. Untuk membuat
keputusan secara tepat, pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara
rasional dengan argumentasi yang objektif. Maka fakta yang lengkap
mengenai semua faktor yang berpengaruh terhadap suatu keputusan menjadi
demikian penting. Begitu banyak data yang harus di analisis dan begitu
banyak kepentingan yang harus perhatikan . Oleh karena itu para pengambil
keputusan harus di tunjang oleh sebuah bank data nasional yang data maupun
informasinya dapat diakses secara cepat dan mudah. Fungsi pelayanan
statistik inilah yang menjadi tugas pokok Biro Pusat Statistik (BPS). Sejalan
dengan semakin kompleksnya kebutuhan akan data dan informasi dalam
masyarakat modern, peran BPS sebagai penyedia data statistik menjadi
semakin penting.
Keberadaan BPS sebagai lembaga non-depertemen yang berada
dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden dengan tugas BPS
sebagai berikut:
1) melakukan kegiatan statistik yang ditugaskan kepadanya oleh Pemerintah,
antara lain dibidang pertanian, pertanahan, pertambangan, perindustrian,
perhubungan,perdagangan, kependudukan, sosial, perburuhan, keuangan,
pendapatan nasional, pendidikan dan keagamaan.
2) Atas nama Pemerintah melaksanakan koordinasi dilapangan terhadap
kegiatan statistik dari segenap instansi Pemerintah baik di Pusat maupun di
Daerah dengan tujuan mencegah dilakukannya pekerjaan yang serupa oleh
dua atau lebih instansi, ukuran-ukuran,dan lain-lain.
3) Melaksanakan upaya agar masyarakat menyadari akan tujuan dan
kegunaan statistik.
Upaya menyelenggarakan tugas-tugas tersebut di atas, BPS
mempunyai fungsi pokok sebagai berikut:
1. Menyajikan kepada pemerintah dan masyarakat data dari hasil kegiatan
statistik yang menyeluruh tentang struktur dan perkembangan ekonomi
dan sosial secara berkala baik dari hasil penelitian sendiri maupun sebagai
data sekunder dari Instansi Pemerintah lainnya.
2. Membantu unit Statistik Depertemen dan Instansi lainnya dalam
mengembangkan bermacam-macam statistik yang diperlukan untuk
penyusunan pola sasaran kerja dan laporan berkala.
3. Mengembangkan dan memajukan keseragaman dalam penggunaan teknik
dan tatakerja yang tepat di bidang Statistik secara membina pegawai
melalui pendidikan dan latihan.
4. Mengadakan kerjasama dengan badan-badan internasional dan negara-
negara lain.
Tugas sehari-hari BPS dalam kaitannya dengan statistik dengan
demikian sangat bervariasi, dari statistik yang sangat spesifik untuk sebuah
instansi atau depertemen hingga sensus yang dilaksanakan secara nasional.
Produk-produk statistik itulah yang selalu di tunggu oleh para pengambil
keputusan, misalnya saja statistik kependudukan, statistik IHK (Indeks Harga
Konsumen) yang merupakan kumpulan informasi harga 9 bahan pokok di
seluruh Indonesia pada periode tertentu, statistik pertanian, industri,
transportasi, telekomonikasi, parawisata, dan sebagainya.
Produk-produk statistik yang dihasilkan oleh BPS berasal dari
serangkaian survai tingkat nasional yang diadakan secara berkala baik
bulanan, mingguan maupun tahunan. Data dari BPS merupakan tumpuan bagi
para pengambil keputusan ditingkat nasional sehingga harus dapat tersaji
tepat pada waktunya. Kebanyakan data mengenai tingkat inflasi yang
diperoleh dari IHK, misalnya, jelas tidak bisa ditunggu terlalu lama supaya
keputusan yang diambil aparat pemerintah benar-benar tepat pada waktunya.
Dalam kenyataan data yang berasal dari BPS inilah yang menjadi kunci bagi
pembahasan dalam sidang-sidang Ekuin (Ekonomi Keuangan dan Industri)
dalam Kabinet yang biasanya diselenggarakan setiap bulan pada hari Rabu
minggu pertama. Demikian pula data statistik baru sesuai yang dikehendaki
oleh pemerintah semisal data tentang jumlah penduduk miskin yang
diperlukan untuk menentukan alokasi program IDT (Inpres Desa Tertinggal)
jelas menuntut survai dan pengolahan data yang efesien. Metode untuk
mendapatkan statistik juga berbeda-beda, tergantung kebutuhan data. Untuk
data yang sangat mendesak biasanya dipergunakan metode survai dengan
meneliti sampel dari suatu sektor pembangunan atau wilayah tertentu. Untuk
data yang bersifat menyeluruh dan diperlukan.
Kecermatan dan detail yang lebih dalam, dilaksanakan sensus yang
merupakan suatu pekerjaan nasional. Data dari seluruh pelosot Indonesia
dikumpulkan oleh para Mantri Statistik yang ada di desa-desa. Selain jalur
instansional, fasilitas komonikasi data antara BPS Pusat dengan Kantor-
kantor Statistik di daerah menggunakan PSTN (Public Service Telephone
Network) maupun SKDP (Satelit Komunikasi Data Paket). Setelah jangka
waktu tertentu semua data tadi digabung, disaring, dikoreksi, disortir, sampai
kemudian dihasilkan data yang bersih. Semua proses tersebut dilakukan pada
setiap tingkat aparat statistik, mulai dari kantor-kantor statistik wilayah
hingga tingkat pusat di Jakarta.
Dengan banyaknya jadual kegiatan pendapatan yang begitu beragam
dapat dipahami bahwa program pendapatan di lingkungan BPS juga begitu
ketat. Untuk kebutuhan beberapa pendataan yang begitu mendesak, pekerjaan
pada beberapa bagian harus dilakukan dalam 2 atau 3 shift (hingga pukul
21.00). Pengolahan data secara manual jelas tidak dapat akan dapat mengatasi
pekerjaan pengolahan data tersebut. Upaya melakukan efesiensi pengolahan
data dilakukan dengan komputerisasi yang di BPS telah dimulai cukup lama,
yaitu sejak tahun 1975.
Karena pengelolahan data statistik merupakan tugas utama BPS,
dapat dipahami bahwa perangkat lunak yang dipergunakan kebanyakan
merupakan paket statistik seperti Advanced Statistics, SPSS (Statistical
Package for Social Sciences), dan sebagainya. Alat analisis yang digunakan
kesemuanya juga berkaitan dengan statistik baik yang deskriptif maupun
yang inferensial, seperti Anova (Analysis of Variance), analisis diskriminan,
pemfaktoran, hi-log-linear, dan lain-lain. Untuk konfigurasi LAN, pemakaian
perangkat lunak tampaknya cukup flesibel, tergantung kepada kemahiran
operator dan kebutuhan pengolahan data. Yang paling banyak digunakan
adalah Quattro-Pro. Namun beberapa bagian (seperti Bagian Pengembangan
Database) mempergunakan program Clariion, sebuah program database
relasional. Konfigurasi mainframe sebagian besar digunakan untuk
melakukan tabulasi yang sebagian besar dilaksanakan oleh Bimo PPD
(Penggelolahan dan Penyajian Data). Perangkat lunak yang dipergunakan
adalah COCENT.
Dengan melihat kinerja dari konfigurasi sistem yang dipergunakan
oleh BPS, tampaknya yang diperlukan untuk pengembangan SIM adalah
upaya untuk menyelesaikan antara kebutuhan pengolahan dengan teknologi
baru dibidanag perangkat keras maupun database. Jelasnya, pertimbangan
untuk melakukan down-sizing-- pemasangan perangkat yang lebih kecil
dengan biaya operasional yang lebih sedikit tetapi kemampuan yang lebih
besar – perlu mendapat perhatian bagi pembangunan SIM di BPS.
Konfigurasi mainframe sekarang ini praktis lebih banyak dipergunakan untuk
tubulasi. Banyak diantara para pegawai yang tampaknya lebih suka untuk
membuat program tailor made dengan berkakas komputer yang terdapat
dalam konfigurasi LAN karena lebih praktis, lebih mudah sistem back-up-nya
dan kinerjanya tidak kalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan pada
mainframe. Untuk melaksanakan pekerjaan pengolahan data dari sebuah
Sensus Pertanian dengan mainframe, misalnya, Bagian Database akan
memerlukan persiapan 6 bulan hingga 1 tahun. Tetapi dengan
mempergunakan komputer yang terpasang pada konfigurasi LAN pekerjaan
yang sama bisa diselesaikan dalam waktu 3 bulan saja. Dari sisi waktu yang
diperlukan untuk pengolahan data saja, terlihat bahwa konfigurasi LAN yang
berbasis client-server akan lebih unggul dan mengguntungkan .
Kebijakan single-vendor mungkin menguntungkan bagi sistem yang
lebih menitikberatkan pada konfigurasi mainframe sebab akan menjamin
layanan purna-jual dan maintenance apabila terjadi kegagalan perangkat
keras atau perangkat lunaknya. Namun dimasa mendatang sistem single-
vendor tidak akan selalu menguntungkan pihak pemakai (user),dalam hal ini
BPS,sebab akan semakin banyak alternatifyang dapat di tempuh dalam
pengadaan parkakas komputer. Kecenderugan teknologi jaringan
komputermenunjukan bahwa setiap vendor akan mengarah kepada open
system. dengan open systen,keputusan untuk memakai perangkat keras akan
lebih berat kepada pihak pemakai, bukan pihak supplier atau vendor.
Pemakai akan lebih bebas menentukan perangkat keras yang akan dipasang
sesuai dengan kebutuhan pengelolahan data karena kompatibilitas perangkat
yang ditawarkan oleh pihak vendor merupakan persyaratan yang semakin
penting di dalam open system. Pada saat yang sama, organisasi harus
memiliki staff profesional yang benar-benar tahu mengenai keunggulan dan
kelemahan suatu sistem guna mendapatkan sistem yang paling cocok dengan
sistem pengelolaan data di dalam organisasi.
Pertimbangan yang tidak kalah pentingnya ialah sistem perencanaan
berdasarkan forecasting yang tepat akan berkembang teknologi database dan
jarinagan komputer. Karena rate of obsolence dari parkakas kuputer demikian
tinggi, pengembangan koputerisasi haruslah dapat mengatisipasi kemajuan
teknologi hingga 5 sampai 10 tahun kedepan. Jangan sampai perangkat keras
yang sudah di beli dengan harga mahal ternyata 1 sampai 2 tahun berikutnya
tidak lagi dapat digunakan untuk melakuka pengelolahan data dengan sistem
perangakan lunak yang baru. Perencanaan jauh kedepan ini sebenarnya tidak
menjadi persoalan apabila organisasi-organisasi publik dapat disesuaikan
dengan sistem pembangunan bertahap yang dilaksanakan dalam Repelita.
Keperluan yang mendesak dalam ini adalah tenaga-tenaga perencana
profesional yang mampu mengadakan antisipasi bagi pengembangan
organisasi di masa depan.
Akhirnya, karena BPS merupakan lembaga statistik pada tingkat
nasional, penyebaran informasi dan publikasi oleh BPS sendiri serta jalinan
antara BPS dengan instansi-instansi departimental meupakan faktor utama
yang menentukan kemanfaatan data BPS. Pemanfaatan data statistik sebagai
landasan objektif bagi proses pengambilan keputusan disektor publik maupun
swasta harus dikembangkan terus secara maksimal. Salah satu ciri masyarat
maju pada era informasi adalah masyarakat kuantitatif, masyarakat yang
mendasarkan pembuatan keputusan pada fakta objektif yaitu angka-angka
yang terdapat pada data statistis. Meskipun data yang bersifat kualitatif juga
tidak kurang pentingnya, apresiasi masyarakat terhadap data dan informasi
kuantitatif perlu dikembangkan terus dalam rangka membentuk sikap-sikap
positif menuju masyarakat modern.
Perpustakaan Modern
Otomasi atau koputerisasi perpustakaan di negara-negara maju
telah dimulai sejak tahun 1950-an dan tahun 1990-an banyak perpustakaan di
negara-negara tersebutyang sudah sangat efesien dalam layanan sirkulasi
pustaka. Kinerja layanan perpustakaan yang terotomasi sangat ditentukan
oleh komputer sehingga tanpa perkakas tersebu pekerjaan mungkin akan
terhenti sama sekali. Di Indonesia, perkembangan pemakaian komputer
dibidang perpustakaan yang dapat dijadikan model yang menunjukan bahwa
semua kegiatan perpustakaan (library hauskeeping operation) dikendalikan
secara terpadu dengan komputer. Pembahasan pada bagian ini sebagian besar
hendak menguraikan serta hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam
melakukan otomasi perpustakaan.
Otomasi perpustakaaan (library automation) berarti pemanfaatan
komputer untuk mengelola aktivistas perpustakaan yang menyangkut
pengadaan bahab pustaka, pengelolahan dan pelayanannya. Namun dengan
munculnya teknologo-teknologibaru yang dapat menunjang aktifitas
perpustakaan, pengertian otomasi perpustakaan bukan lagi sekadar
menyangkut pemanfaatan komputer tetapi juga pemanfaatan Teknologi
informasi. Perangkat teknologi informasi yang dapat dipergunakan dalam hal
ini jauh lebih jauh lebih luas. Misalnya saja pemakaian barcode sebagai
penanda pustaka, pemanfaatan teletext atau teleview sebagai sumber
informasi, pemanfaatan pemanfaatan media penyimpanan modern sepert
microfilm dan CD-ROM, dan sebagainya. Dengan demikian manajemen
perpustakaan modern tidak hanya berkenan dengan pengelolaan sirkulasi
buku atau majalah tetapi juga menyangkut segala macam sumber informasi
yang semakin banyak ditujang oleh perangkat elektronik.
Namun perkembangan perpustakaan memang tidak terlepas dari dasar
misi perpustakaan yang tampak dari bidang tugas yang dilaksanakannya.
Bidang tugas perpustakaan secara konvensional adalah:
a. Pemilihan dan pengadaan bahan pustaka
b. Pengolahan: antara lain menyangkut perbuatan katalog, perbuatan
indeks,dsb
c. Pemimjaman bahan pustaka
d. Pengelola terbitan berkala
e. Pencatatan data dan informasi penting seperti pembuatan
kliping,pembuatan microfilm dari bahan penting, dan sebagainya
f. Keuangan
g. Akses informasi terhadap base dari organisasi atau sumber informasi yang
lain.
Dalam kenyataan tugas-tugas yang harus di laksanakan sebagai
sumber informasi tercetak maupun yang tidak tercetak cukup banyak tugas
perpustakaan di masa mendatang cenderung semakin kompleks karena
kebutuhan akan informasi juga semakin besar. Sekarang ini apabila orang
mendengar kata perpustakaan mungkin yang tergambar hanyalah
perpustakaan yang terdapat di sekolah-sekolah atau di perguruan tinggi.
Namun di masa mendatang perpustakan akan menjadi tuntutan bagi setiap
organisasi. Ini mulai terlihat dari semakin banyaknya unit perpustakaan di
instansi-instansi pemerintah maupun perusahaan-perusahaan swasta. Sudah
barang tentu layanan yang di berikan oleh perpustakaan pada masing-masing
organisasi akan berlain-lainan, sesuai dengan kebutuhan organisasi akan
bahan pustaka atau informasi penting lainnya.
Tugas utama perpustakaan adalah melakukan pengadaan pustaka,
mengelolah catatan tentang peminjaman koleksi pustaka catatan anggota
menyusun kata lok atau indeks, dan lain-lain. Apabila catatan-catatan itu di
tangani secara menual, tentunya akan cukup banyak dokumen dan formalin
yang harus di proses. Selain itu proses sirkulasi (peminjaman dan
pengembalian pustaka) secara menual akan berati lebih lambat karena
kegiatan tulis menulis akan lebih banyak. Dengan bantuan komputer sebuah
sistem informasi perpustakaan akan dapat di bangun dengan mengotomasikan
sebagian fungsi perpustakaan tersebut sehingga manajemen perpustakaan
akan lebih efisien. Maka secara singkat beberapa keuntungan dari adanya
otomasi perpustakaan iyalah:
a. Waktu pemrosesan menjadi lebih singkat
b. Data mengenai bahan pustaka dapat di akses dengan cepat dan akurat
c. Kebutuhan akan dokumen, formulir dan kegiatan tulis-menulis dapat
dikurangi
d. Kemungkinan terjadinya kesalahan manusia ( human error) bisa
diperkecil.

Dalam rangka otomasi perpustakaan, pengadaan perangkat lunak


penunjang dengan demikian merupakan faktor utama yang harus
diperhitungkan oleh perencanaan perpustakaan. Pada akhirnya perangkat
lunak itulah yang akan melaksanakan proses-proses yang sebelumnya
dikerjakan secara menual, misalnya aktifitas mencatat data anggota, mencatat
data koleksi pustaka, proses cataloging, mencatat transaksi peminjaman dan
pengembalian buku, dan sebagainya oleh karena itu perangkat lunak dalam
sistem informasi perpustakaan harus dirancang dengan baik agar dapat
digunakan oleh pemakainya secara efisien.
Program pengembangan otomasi perpustakaan diindonesia tidak
terlepas dari upaya untuk membentuk SINASDIKTI (sistem informasi
nasional pendidikan). Yang merupakan salah satu kegiatan dari proyek
meningkatkan manajemen dan sistem informasi pendidikan yang tinggi,
direktorat jenderal pendidikan tinggi, sejak tahun 1989. Tujuan SINASDIKTI
antara lain mengembangkan kemampuan jaringan sitem informasi pada setiap
tingkat unit organisasi dilingkungan pendidikan tinggi. Untuk perguruan
tinggi di Indonesia, diharapkan dapat terwujut global university yang
disamping menghubungkan semua perguruan tinggi ditanah air juga memiliki
hubungan dengan jaringan informasi internasional maupun jaringan informasi
regional di negara-negara lain. Pada tahun 1991 di susun rancangan rinci
untuk pengembangan sistem yang kemudian dilanjutkan dengan pembuatan
prototip yang dilaksanakan di universitas sebelas maret, surakarta. Dalam
kerangka SINASDIKTI, sistem informasi perpustakaan merupakan salah satu
subsistem yang diutamakan untuk digarap karena betapapun dunia perguruan
tinggi tidak terlepas dari manajemen perpustakaan. Adapun selengkapnya
subsistem yang terdapat di bawah SINASDIKTI ialah:
 Perpustakaan
 Kemahasiswaan dan alumni
 Administrasi akademik
 Kepegawaian
 Keuangan
 Sarana/prasarana
 Administrasi penelitian
 Administrasi pengabdian pada masyarakat
 Kerjasama
 Manajemen
Pengembangan otomasi di lingkungan perguruan tinggi juga terkait
erat dengan di berlakukannya PP No.5/1980 tentang dibentuknya unit
struktural di perguruan tinggi yang disebut UPT (Unit Pelaksanaan Teknis)
komputer. Tugas utama UPT Komputer ialah menangani kegiatan
pengelolaan data dan pemanfaatan komputer baik yang berkaitan dengan
kegiatan administrasi maupun kegiatan akademi. Berikutnya akan diuraikan
gambaran mengenai upaya pengembangan otomasi perpustakaan di beberapa
perpustakaan perguruan tinggi sebagai contoh kasus.
Sistem perpustakaan di universitas Gadjah Mada masih dalam tahap
reorganisasi. Sentralisasi telah dicanangkan dengan surat keputusan Rektor
yang mensyaratkat bahwa para pengelolah perpustakaan di setiap falkultas
hendaknya mulai mempertimbangkan penggabungan sistem pustaka ke
tingkat universitas. Para pustakawan telah di angkat dengan jabatan
fungsional dan menjadi pegawai UPT perpustakaan yang dipekerjakan di
berbagai fakultas dan satuan kerja lainnya. Perpustakaan fakultas secara
organisatoris merupakan bagian dari sistem perpustakaan di UGM. Dalam
upaya mengadakan otomasi perpustakaan, atas jasa baik UKKP (Unit
Koordinasi Kerjasama perpustakaan) dilakukan studi kelayakan oleh
konsultan dari inggris, J.H. Ashford. Dalam studi kelayakan tersebut dapat
disimpulkan volume kerja yang harus dilakukan untuk melakukan otomasi,
yaitu bahwa: jumlah koleksi perpustakaan diperkirakan ada 250.000 judul.
Bila dihitung perkembangan rata-rata 5% per tahun, pada tahun 1997 akan
mencapai jumlah 450.000 judul. Jumlah mahasiswanya lebih dari 32.000
orang sedangkan dosen sebanyak 2.000 orang. Maka disimpulkan bahwa
untuk menampung data perpustakaan UGM diperlukan minimal sebuah
komputer mini dengan beberapa PC yang dapat difungsikan baik sebagai
terminal maupun prosesor yang berdiri sendiri. Perangkat lunak yang
diperlukan adalah yang dapat dipasang untuk komputer mini maupun PC.
Biayah yang diperlukan diperkirakan mencapai $ 400.000 untuk perangkat
keras dan perangkat lunak, ditambah $ 50.000 untuk manajemen proyek,
instalasi, pelatihan, dan sebagainya. Pengadaan perangkat keras disediakan
oleh direktorat jenderal pendidikan tinggi lewat direktur Binsarak (pembinaan
sarana akademik). Pemilihan perangkat lunak akan ditetapkan dari UKKP
untuk jaringan informasi perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Universitas Indonesia sejak tahun 1992 mengembangkan sebuah
jaringan informasi universitas dengan sistem informasi perpustakaan sebagai
salah satu sub-sistemnya. Program yang dikembangkan tersebut diberi nama
JUITA (Jaringan Universitas Indonesia Terpadu), sebuah jaringan lokal serat
opik yang menghubungkan lingkungan universitas di kampus baru depok
maupun di kampus salemba. Program JUITA disusun berdasarkan
pengelaman mengembangkan jaringan antara universitas dan program
pengembangan SINASDIKTI di mana pengembangan jaringan antara
perpustakaan di bawah koordinasi UKKP merupakan salah satu unsur
pokoknya. Diharapkan bahwa JUITA akan memungkinkan terbentuknya
jaringan antara universitas di Indonesia (UNINET) yang sebenarnya telah
dicetuskan sejak tahun 1980.
Program JUITA di Universitas Indonesia diharapkan dapat secara
langsung mendukung keberadaan jaringan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEKNET) sebagai sarana pertukaran infomasi mengenai perkembangan
iptek. Untuk perpustakaan, Universitas Indonesia berusaha mengembangkan
sendiri sistem otomasi yang direncanakan bagi terbentuknya sub-sistem
SINTAKA (Sistem Informasi Pustaka) di samping sub-sub sistem yang lain.
Seperti halnya UGM, sekarang ini (tahun 1994) UI juga tengah melakukan
konsolidasi untuk, mengotomatiskan sistem perpustakaan kedalam sebuah
sistem integral milik unniversitas. Namun langkah awal yanag ditempuh
adalah pemakaian aplikasi DYNIX hasil kerjasama pihak univeritas dengan
Ditjen pendidikan Tinggi dan Bank Dunia.
D. PENUTUP
Sistem database akan member dukungan bagi tercapainya efektifitas
SIM karena data-data yang disusun dan disimpan dalam file-file sistem
database adalah data yang benar (valid). Selain itu, perangkat lunak yang ada
dan digunakan di dalamnya juga telah diuji kebenarannya, keakuratannya,
serta keandalannya. Dengan demikian, sistem manajemen database yang ada
di dalam SIM hanya memuat perangkat lunak dengan benar. Dengan kata
lain, sistem database mampu memberi dukungan yang besar terhadap
efektifitas SIM.
E. SOAL LATIHAN
1. Mengapa BPS menggunakan database dalam pengelolaan data?
2. Jelaskan bagaimana penerapan manajemen data base pada perpustakaan
Universitas Indonesia!
BAB VI
SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA MANUSIA

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa Memahami dan Menguasai Penerapan Sistem manajemen sumber daya
Manusia pada organisasi publik
B. LATAR BELAKANG
Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan
sebuah bentuk pertemuan antara ilmu manajemen sumber daya manusia dan
teknologi informasi. Sistem ini menggabungkan manajemen sumber daya
manusia sebagai suatu disiplin yang mengaplikasikan teknologi informasi ke
dalam aktivitas-aktivitas manajmen sumber daya manusia seperti dalam
perencanaan, dan menyusun sistem pemrosesan data dalam serangkaian
langkah-langkah yang terstandarisasi dan terangkum dalam aplikasi
perencanaan sumber daya manusia. Secara umum sistem perencanaan sumber
daya manusia bertujuan mengintegrasikan informasi yang diperoleh dari
aplikasi-aplikasi yang berbeda ke dalam satu sistem basis data yang bersifat
universal.
C. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
Pengertian dan Kegiatan Utama Sistem Informasi Sumber Daya Manusia
Sistem informasi manajemen sumber daya manusia adalah sistem
yang bertugas untuk mengumpulkan dan memelihara data yang menjelaskan
sumber daya manusia, mengubah data menjadi informasi dan melaporkan
informasi kepada pemakai. Sistem informasi sumber daya manusia adalah
sebuah sistem yang mendukung proses pengambilan keputusan dengan
menyediakan berbagai informasi yang diperlukan. Informasi yang disediakan
merupakan informasi mengenai kebutuhan akan pegawai dalam sebuah
organisasi, informasi perekrutan pegawai, informasi data pegawai, informasi
pengelolaan pegawai selama menjadi bagian dari organisasi, dan informasi
pemberhentian pegawai.
Sistem informasi sumber daya manusia adalah program aplikasi
komputer yang mengorganisasi tata kelola dan tata laksana manajemen
sumber daya manusia guna mendukung proses pengambilan keputusan atau
Decision Support System (DSS) dengan menyediakan berbagai informasi
yang diperlukan. Karakteristik informasi yang dipersiapkan dalam sistem
informasi sumber daya manusia adalah tepat waktu, akurat, ringkas, relevan,
dan lengkap. Pemimpin organisasi membutuhkan informasi yang memiliki
karakter tersebut dalam mengambil suatu keputusan (decision making).
Adapun kegiatan-kegiatan utama dari sumber daya manusia adaalah
perekrutan dan penerimaan, pendidikan dan pelatihan, manajemen data,
penghentian dan administrasi tunjangan.
Sumber Sistem Informasi Sumber Daya Manusia
Membentuk sistem informasi sumber daya manusia yang
komprhensif, memerlukan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber.
Sumber-sumber informasi dari Sistem Informasi Sumber Daya Manusia
sebagai berikur:
1. Blanko-blanko lamaran; blanko-blanko lamaran dirancang guna
memperoleh informasi mencakup tingkat pendidikan, keahlian, dan data
biografis lainnya yang relevan. Setelah pelamar diseleksi, diminta
menyelesaikan blanko kedua yang meminta informasi yang lebih rinci
untuk keperluan sistem informasi sumber daya manusia.
2. Evaluasi-evaluasi penting; informasi penting harus dimutahirkan secara
periodic meliputi keahlian dan bakat pegawain, tingkat kinerja, dan potensi
pertumbuhannya. Organisasi membutuhkan informasi terpercaya untuk
membuat keputusan-keputusan perencanaan jangka panjang menyangkut
individu-individu yang memiliki potensi promosi.
3. Maklumat-maklumat perubahan personalia; organisasi mengembangkan
blanko sederhana disebut maklumat perubahan personalia, dimana
penyedia diminta melengkapi dan mengirimkan ke bagian sumber daya
manusia.
4. Tindakan-tindakan pendisiplinan; informasi terkait tindakan disipliner
formal juga diperlukan dalam sistem informasi sumber daya manusia.
Beberapa organisasi menggunakan formulir khusus untuk melaporkan
informasi ke bagian sumber daya manusia.
5. Daftar gaji; informasi lainnya berupa riwayat gaji setiap karyawan,
termasuk gaji dasar/pokok, persentase kenaikan, bonus, penghargaan
khusus yang telah diberikan. Informasi ini dapat menjadi bagian dari data
yang disediakan melalui formulir evaluasi kerja.
Komponen Sistem Informasi Sumber Daya Manusia
Secara singkat komponen fungsional utama dalam sistem informasi
sumber daya manusia dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Fungsi Masukan; memberikan kemampuan informasi personali ke dalam
sistem informasi sumber daya manusia, fungsi ini mengumpulkan data
seperti siapa yang mengumpulkan dat, kapan, dan bagaimana data
diproses. Masukan-masukan dari sistem informasi sumber daya manusia
serupa dengan sistem manual, informasi karyawan, kebijakan-kebijakan,
prosedur sumber daya manusia dan informasi yang berkaitan dengan
personalia lainya harus dimasukkan kedalam sistem agara dapat
digunakan. Informasi ini biasanya dimasukkan dari dokumen-dokumen
(formulir lamaran) ke dalam komputer pribadi yang dihubungkan dengan
komputer besar. Informasi dapat diketik, dibaca secara digital atau
dipindah dari dokumen-dokumen dimasukkan ke dalam sistem dari
komputer-komputer lainnya atau diambil dari mesin-mesin lainnya
dihubungkan dengan komputer (mesin absensi dihubungkan langsung
dengan komputer).
2. Fungsi Pemrosesan; sistem data dimasukkan ke dalam sistem informasi,
fungsi pemeliharaan data baru (data maintenance functionn) akan
memperbaharui dan menambahkan data baru ke dalam basis data yang
ada. Dalam sistem yang tidak terkomputerisasi, karyawan melakukan hal
ini secara manual, mereka mengarsipkan dokumen-dokumen kertas dan
membuat masukan-masukan data ke dalam arsip-arsip. Sistem yang
terkomputerisasi melakukan fungsi ini secara akurat dan cepat.
3. Fungsi Keluaran; fungsi yang paling terlihat dari sebuah sistem informasi
sumber daya manusia. Untuk menghasilkan fungsi keluaran yang bernilai
bagi pemakai-pemakai komputer, sistem informasi sumber daya manusia
harus memproses keluaran tersebut, membuat kalkulasi-kalkulasi yang
diperlukan dan setelah itu memformat persentasinya dengan cara yang
dimengerti oleh para pemakai. Sistem yang tidak terkomputerisasi
melakukan hal ini secara manual, menyusun, statistik-statistik dan
mengetik laporan-laporan. Sistem yang terkomputerisasi melakukan hal ini
dengan menggunakan program-program canggih.
Sistem Informasi untuk Perencanaan, Rekrutmen, dan Seleksi Sumber
Daya Manusia
Dengan menggunakan bagan model perencanaan sumber daya
manusia Wayne F. Cascio berkaitan dengan sistem informasi sumber daya
manusia dalam organisasi, sistem informasi yang berbasis teknologi ini dapat
membantu paling tidak pada bagian personel inventory, human resource
requirement, net human resource requirement, dan forecast of human
resource supply and demand. Database sistem informasi sumber daya
manusia yang dikembangkan dalam organisasi mencakup data-data yang
dibutuhkan untuk proses ini.
Sistem informasi sumber daya manusia merupakan integrasi antara
berbagai program atau aplikasi komputer. Sistem informasi sumber daya
manusia merupakan bagian dari alat-alat bantu dalam organisasi termasuk
perencanaan sumber daya manusia, meskipun dalam penggunaan untuk
perencanaan sumber daya manusia terkadang tidak semua dapat dibuat
program secara khusus.
Sistem Informasi Mutasi dan Promosi
Proses mutasi dan promosi harus diletakkan dalam kerangka
perencanaan strategik organisasi, perencanaan ini membutuhkan sumber data
sebagai bahan untuk mendudukan pejabat, member tugas dan wewenang pada
pegawai dalam hal jumlah pegawai yang sedikit dan kompleksitas yang
rendah merupakan hal yang mudah tetapi dalam hal jumlah pegawai yang
besar dan kompleksitas relasi yang rumit merupakan masalah yang tidak
mudah.
Berikut ini prosedur penggunaan sistsem informasi sumber daya
manias pada mutasi, promosi, dan demosi:
 Kelengkapan modul
Sebagai subsistem dari SIMSDM, sistem informasi mutasi dan promosi
juga memiliki ketentuan yang dimiliki oleh sistem induknya, aspek yang
harus dimiliki oleh sistem ini adalah aspek manajerial dan aspek
operasional.
a) Aspek manajerial, manajemen tentu berupaya menempatkan elemen
data pegawai yang tepat dalam menduduki jabatan dan melaksanakan
berbagai tugas dalam jabatan. Dalam keadaan ini manajemen
dihadapkan pada banyak pilihan, misalnya jumlah pegawai yang
sedikit, maka mutasi dan promosi jabatan bukan hal sulit, lain halnya
jika jumlah pegawai banyak penggunaan sistem informasi sumber daya
manusia menjadi suatu keharusan.
b) Aspek operasional, mutasi, promosi dan demosi membawa dampak
pada organisasi, komposisi pada struktur organisasi diisi pegawai. Bagi
organisasi hak yang dimiliki dan melekat pada jabatan setelah proses
mutasi dan promosi merupakan kewajiban, namun sebaliknya bagi
pegawai kewajiban yang harus dilaksanakan merupakan hak organisasi
atas jabatan tersebut. Pegawai harus melaksanakan kewajiban yang
telah ditentukan organisasi dan kemudian memperoleh hak atas
pelaksanaan tersebut.
 Penggunaan sistem penelusuran kompetensi pegawai
Subsistem mutasi, promosi, dan demosi merupakan bagian yang kompleks
dari SISSDM disbanding dengan sub-sub sistem yang lainnya. Sub sistem
ini unik selain menggunakan proses yang terdapat pada sistem, sistem ini
juga dimungkinkan untuk dapat di by pass tanpa menggunakan sistem dan
tiap organisasi memiliki cara yang khas untuk melakukan promosi dan
mutasi jabatan.
 Kompetensi jabatan
Mutasi dan promosi jabatan bertujuan mengisi kekosongan posisi pejabat
yang terdapat dalam struktur organisasi. Tata kelola organisasi member
batasan dan syarat yang harus dimiliki oleh pegawai untuk menduduki
jabatan tersebut. Organisasi tidak menggunakan kualifikasi kompetensi
yang sama dari waktu ke waktu, sehingga fleksibilitas kompetensi jabatan
dalam sistem ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Salah satu cara agar
sistem memiliki fleksibiltas terhadap perubahan dengan cara sistem
membuat tabel tersendiri yang berkaitan dengan elemen data kompetensi
jabatan, baris-baris data sesuai dengan kompetensi jabatan direkam sesuai
dengan jabatan pada organisasi. Proses ini seperti halnya menyusun kamus
yang dibutuhkan untuk satu jabatan atau kamus kompetensi jabatan.
Kamus kompetensi jabatan dapat di update sesuai dengan kebutuhan
organisasi.
 Penelusuran dan profil jabatan
Pada penggunaan submodul ini, sistem dimungkinkan untuk menelusuri
semua data profil pegawai sesuai dengan kompetensi jabatan pada jabatan
dalam struktur yang akan dilakukan perubahaan penanggungjawabnya
melalui mutasi dan promosi. Atau sistem secara bebas dapat melakukan
penelusuran terhadap data pegawai sesuai dengan kriteria yang diinginkan
dalam organisasi. Sistem dapat menentukan pegawai yang akan dipilih
untuk menduduki jabatan dalam organisasi, atau pilihan dapat dilakukan
oleh pemegang tanggung jawab tugas ini.
 Pembuatan dokumen proses mutasi dan promosi
Setelah proses mutasi dan promosi berakhir maka sistem harus dapat
membuka dokumen yang diperlukan untuk kepentingan mutasi dan
promosi. Dokumen-dokumen ini dibutuhkan untuk berbagai kepentingan
administrasi pada program, beberapa dokumen yang diproduksi oleh
subsistem antara lain:
a) Surat pengangkatan dalam jabatan
b) Surat pernyataan menduduki jabatan
c) Sumpah jabatan
d) Daftar pegawai yang dimutasi dan promosi
e) Daftar hadir pelantikan
Akuntabilitas dan promosi menggunakan sistem secara otomatis akan lebi
terpercaya, karena penilaian berbagai kriteria jabatan lebih actual, tetapi
dalam menentukan promosi dan mutasi jabatan masih terdapat beberapa
pertimbangan, seperti perilaku, kepribadian dan sikap pegawai. Sistem
tidak dapat menilai hal-hal tersebut. Sabagai alat bantu subsistem mutasi
dan promosi dapat membantu memilih data pegawai yang benar-benar
sesuai kriteria jabatan atau syarat lain yang dikehendaki organisasi.
Kemudian membuat dokumen-dokumen sebagai bukti legal dari mutasi
dan promosi.
Sistem Informasi Evaluasi Kinerja dan Kompensasi
Organisasi perlu menggunakan penghargaan sebagai salah satu faktor
yang dapat digunakan sabagai pemicu perilaku dan kinerja para pegawai atau
anggota organisasi. Penghargaan yang diberikan tidak selalu diwujudkan
dalam bentuk pemberian gaji, bonus, insentif atau hal lain yang bersifat
materi, organisasi dapat mewujudkan penghargaan dengan menciptakan iklim
kerja yang nyaman, pujian, perencanaan karir yang jelas, promosi serta
memberikan tugas-tugas yang menantang.
a) Penggunaan database pegawai sistem informasi evaluasi kinerja dan
kompensasi
Sumber data subsistem ini merupakan hasil kumulasi dari beberapa
berbagai subsistem yang lain dalam organisasi, sumber data tersebut
berhubungan dengan jenis dan bidang gerak organisasi. Organisasi yang
bergerak pada industry manufaktur, tentu akan berbeda dengan organisasi
bergerak dalam pendidkan, organisasi pendidikan tentu akan berbeda
dengan organisasi yang bergerak pada perdagangan produk dan
seterusnya. Sehingga penggunaan sumber data dari setiap organisasi
tersebut tentu akan berbeda. Di samping hal tersebut aturan yang
dipergunakan dalam melaksanakan proses penggajian di tiap organisasi
akan berbeda.
 Data utama pegawai dipergunakan sebagai elemen data dasar proses
penggajian, dalam konsep jenis kompensasi langsung gaji atau upah
dasar ditentukan oleh beberapa elemen data yang dimiliki oleh data
utama pegawai. Misalnya organisasi menggunakan gaji dasar
berdasarkan pada level/jenjang/pangkat/golongan ruang, yang
berkaitan dengan lama bekerja/masa kerja ditambah tunjangan.
 Data penilaian kerja/evaluasi/prestasi kerja sebagai elemen tambahan
proses penggajian, berbagai organisasi memberikan kompensasi
langsung dengan memberikan insentif atas prestasi kerja yang
diperoleh pegawai
 Data hasil proses disimpan dalam berkas yang dapat dipergunakan
untuk berbagai keperluan, data gaji merupakan elemen baiaya dalam
organisasi, sehingga data tersebut sangat siperlukan oleh berbagai
depertemen/bagian yang berkaitan dengan keuangan dan manajer
tingkat atas untuk mengambil kebijakan strategis dalam organisasi.
b) Sistem informasi penggajian
Subsistem ini merupakan bagian dari sistem informasi sumber daya
manusia yang dipergunakan untuk mengelola sebagian dari kompensasi
yaitu penggajian merupakan bagian dari kompensasi yang diberikan oleh
organisasi pada pegawai. Sistem ini digunakan untuk melaksanakan fungsi
dan atau menyediakan data yang digunakan sebagai bahan pemberian gaji
pada pegawai. Setiap organisasi akan menggunakan subsistem ini secara
unik, satu dengan yang lain memiliki perbedaan ini tergantung aturan
tentang pemberian kompensasi pada organisasi. Sistem penggajian yang
paling lazim digunakan sistem penggajian universal sebagai basis utama
perhitungan gaji. Penggajian universal adalah membedakan tingkat gaji
dengan senioritas (lama bekerja, jenjang jabatan) yang digabungkan
dengan berbagai tunjangan, insentif, bonus, dan berbagai potongan.
Sebagai sumber data utama proses penggajian diambil data induk pegawai,
misalnya elemen data lama bekerja, pangkat, jenjang jabatan, keluarga
(tunjangan), sedangkan komponen gaji lainnya berupa insentif, bonus dan
sejenisnya dapat diambil dari berbagai database yang terdapat pada divisi
atau bagian lainnya. Data-data tersebut kemudian diproses secara berkala
untuk menghitung penggajian.
D. PENUTUP
Sistem informasi SDM bersifat komprehensif, karena masukan-masukannya
mencakup data gaya kepemimpinan dan struktur organisasi, juga data
mengenai individu seperti pendidikan, keahlian-keahlian, dan demografis oleh
karena itu diperlukan perbaikan-perbaikan dari proyek analisis dan desain
perencanaan yang cermat, keahlian teknis, partisipasi pengguna informasi dan
otorisasi dari manajemen puncak merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan.
E. SOAL LATIHAN
1. Apa yang dimaksud dengan sistem informasi manajemen (SIM) dan sistem
informasi SDM. Apa yang membedakan antara SIM dan SISDM!
2. Jelaskan sumber-sumber sistem informasi SDM dan sebutkan pula
manfaat yang dihasilkan dari sumber-sumber sistem informasi SDM
tersebut!
3. Jelaskan dampak sistem informasi manajemen sumber daya manusia
dalam bidang informasi dan komunikasi, sosial dan budaya dan
pendidikan!
4. Jelaskan bagan model perencanaan sumber daya manusia Wayne F
Cascio!
5. Jelaskan sistem informasi mutasi dan promosi dan sistem informasi
evaluasi kinerja dan kompensasi!
DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Bambang. 2013. Sistem Informasi Manajemen Berbasis Komputer.


Jakarta: Rineka Cipta
Komorotomo, Wahyudi dan Margono, Agus. S. 1994. Sistem Informasi
Manajemen Dalam Organisasi-Organisasi Publik. Jogjakarta: Gadjah
Mada University Press.
Sunyoto, Danang. 2014. Sistem Informasi Manajemen Perspektif Organisasi.
Jogjakarta: CAPS (Center of Academic Publishing Service
Sutabri, Tata. 2005. Sistem Informasi Manajemen. Jogjakarta: Andi Offset
Suwatno dan Priansa, Juni. D. 2011. Manajemen SDM Dalam Organisasi Publik
dan Bisnis. Bandung: Alfabeta
Lampiran : Rencana Pembelajaran Semester (RPS)
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

Mata Kuliah: Sistem Informasi Manajemen Semester: VI (Enam) SKS: III (Tiga) Kode Mata Kuliah:
Program Studi: Ilmu Administrasi Negara Dosen Pengampu Mata Kuliah: Anita Lassa, S.Pd., M.M
Capaian Pembelajaran Lulusan Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara Dapat Memahami, menguasai, dan
menganalisis penerapan konsep dan teori sistem informasi manajemen dalam proses
pengambilan keputusan dan penyelenggaraan pelayanan pada organisasi publik
Capaian Pembelajaran Mata Setelah mengikuti perkuliahan selama satu semester mahasiswa diharapkan dapat
Kuliah memahami konsep-konsep teoritis teng sistem informasi manajemen, mengerti dan mampu
mengidentifikasi kebutuhan informasi dalam pengambilan keputusan pada setiap tingkatan
organisasi dan memiliki kemampuan untuk menggambarkan proses pengambilan keputusan
dan penyelenggaraan pelayanan pada organisasi publik
Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini memberikan pemahaman dan peran Sistem Informasi Manajemen dalam
organisasi sebagai alat bantu manajemen dalam mengambil keputusan melalui otomasi,
kecepatan dalam pengolahan data yang akan berdampak pada penyelenggaraan pelayanan
publik pada organisasi publik secara efektif. Mata kuliah ini akan mempersipkan mahasiswa
mengenal dan memahami secara rinci antara lain topic-topik mengenai dasar-dasar sistem
informasi manajemen modern, kerangka SIM pada organisasi publik, pengembangan sistem
informasi nasional, sistem informasi pendukung pengambilan keputusan, manajemen
database, dan sistem informasi manajemen sumber daya manusia
Pertemuan Kemampuan Bahan Kajian Metode Waktu Tugas dan Evaluasi
Yang Diharapkan Pembelajaran
I dan II Memahami dan Dasar-dasar sistem Diskusi 3 x 50 Menit Membaca bahan untuk
menguasai dasar- informasi Ceramah pertemuan berikutnya,
dasar sistem manajemen Modern Tanya Jawab presentasi tugas, dan kuis
informasi di akhir pembelajaran
manajemen
modern
Memahami dan Kerangka SIM Diskusi 3 x 50 Menit Membaca bahan untuk
menguasai untuk organisasi Ceramah pertemuan berikutnya,
Kerangka SIM publik Tanya Jawab presentasi tugas, dan kuis
untuk organisasi di akhir pembelajaran
publik
Memahami dan Pengembangan Diskusi 3 x 50 Menit Membaca bahan untuk
menguasai system informasi Ceramah pertemuan berikutnya,
Pengembangan nasional Tanya Jawab presentasi tugas, dan kuis
system informasi di akhir pembelajaran
nasional
Menguasai dan Sistem informasi Diskusi 3 x 50 Menit Membaca bahan untuk
memahami Sistem pendukung Ceramah pertemuan berikutnya,
informasi pengambilan Tanya Jawab presentasi tugas, dan kuis
pendukung keputusan di akhir pembelajaran
pengambilan
keputusan
Menguasai dan Diskusi 3 x 50 Menit Membaca bahan untuk
memahami Manajemen data base Ceramah pertemuan berikutnya,
manajemen data Tanya Jawab presentasi tugas, dan kuis
base di akhir pembelajaran
Memahami dan Sistem informasi Diskusi 3 x 50 Menit Membaca bahan untuk
menguasai manajemen sumber Ceramah pertemuan berikutnya,
penerapan sistem daya manusia Tanya Jawab presentasi tugas, dan kuis
informasi di akhir pembelajaran
manajemen
sumber daya
manusia
DAFTAR PUSTAKA

1. Hartono, Bambang. 2013. Sistem Informasi Manajemen Berbasis Komputer. Jakarta: Rineka Cipta
2. Komorotomo, Wahyudi dan Margono, Agus. S. 1994. Sistem Informasi Manajemen Dalam Organisasi-Organisasi Publik.
Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.
3. Sunyoto, Danang. 2014. Sistem Informasi Manajemen Perspektif Organisasi. Jogjakarta: CAPS (Center of Academic Publishing
Service
4. Sutabri, Tata. 2005. Sistem Informasi Manajemen. Jogjakarta: Andi Offset
5. Suwatno dan Priansa, Juni. D. 2011. Manajemen SDM Dalam Organisasi Publik dan Bisnis. Bandung: Alfabeta

PENILAIAN
1. Tugas Individu
2. Tugas Kelompok
3. Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester

KOMPONEN PENILAIAN
Komponen Penilaian: Kehadiran di kelas: minimal 12 kali pertemuan, Keaktifan di kelas(partisipasi) 15%, Tugas
(Individu/Kelompok) 20%, Presentasi 15%, Ujian Tengah Semester 25%, Ujian Akhir Semester 25%.
KRITERIA PENILAIAN:
Rentang Nilai < 50 = E
Rentang Nilai 50 - 59 = D
Rentang Nilai 60 - 69 = C
Rentang Nilai 70 - 79 = B
Rentang Nilai >80 = A

Kefamenanu, Februari 2019

Mengetahui Ketua Program Studi Dosen Pengampu/Penanggung jawab MK

(WILFRIDUS TAUS, S.Sos.,M.AP) (ANITA LASSA)


NIK. 08102302023 NIP. 19861103 201404 2001

Anda mungkin juga menyukai