ANGINA PECTORIS
Seorang laki-laki, 57 tahun, datang ke poli penyakit dalam. Sebelumnya pasien mengalami nyeri
pada dada seperti tertekan dan menjalar ke lengan kiri yang terjadi selama 5 menit, nyeri terjadi
saat pasien beraktivitas dan berkurang setelah pasien beristirahat. Pasien mengatakan belum
pernah merasakan kondisi seperti ini sebelumnya. Pasien memiliki riwayat merokok sejak usia
16 tahun.
Pemeriksaan fisik: Tekanan darah 140/90 mmHg *MAP= (140 + 2(90))/3 = 106,67; CPP =
106,67 - 20 = 86,67, frekuensi nadi 85x/menit, frekuensi nafas 25x/menit, BB 80 Kg, TB 158
cm. *IMT = 80/(1,58)2 = 32,046 kg/m2
Pemeriksaan diagnostik: Kolesterol 280 mg/dl.
DO:
- Pemeriksaan fisik:
a. Tekanan darah 140/90 mmHg, hipertensi
b. frekuensi nadi 85x/menit,
c. frekuensi nafas 25x/menit, takipnea
d. BB 80 Kg, TB 158 cm. *IMT = 80/(1,58)2 = 32,046 kg/cm2 obesitas
- Pemeriksaan diagnostik: Kolesterol 280 mg/dl.
DS:
- Pasien mengalami nyeri pada dada seperti tertekan dan menjalar ke lengan kiri yang
terjadi selama 5 menit
- Nyeri terjadi saat pasien beraktivitas dan berkurang setelah pasien beristirahat
- Pasien mengatakan belum pernah merasakan kondisi seperti ini sebelumnya
- Pasien memiliki riwayat merokok sejak usia 16 tahun
Learning Objective:
1. Jelaskan mekanisme terjadinya angina pectoris
Kasus diatas termasuk pada angina pectrosis stabil derajat 1 karena nyeri teratasi ketika
pasien beristirahat, nyeri terjadi selama 5 menit, dan tidak disebutkan bahwa ada
keterbatasan gerak,
4. Jelaskan komplikasi yang mungkin muncul pada pasien dengan kondisi diatas
- Infark miokard akut (IMA)
Karena terhambatnya aliran darah ke jantung sehingga menyebabkan otot jantung
mengalami iskemi maka akan menyebabkan adanya nekrosis otot jantung.
- Aritmia
Karena adanya ketidakstabilan listrik ketika memompa jantung akibat impuls
atrial fibrilasi.
- Sudden Cardiac Arrest
Muncul ketika jantung mengalami aritmia yang menyebabkan berhentinya
jantung, karena adanya penyumbatan yang menghentikan aliran darah ke jantung.
5. Jelaskan interpretasi hasil pemeriksaan pada kasus diatas, dan pemeriksaan penunjang
apa yang penting dilakukan berikut hasil yang mungkin ditemukan
a. Pemeriksaan fisik:
- Tekanan darah 140/90 mmHg
- Frekuensi nadi 85x/menit
- Frekuensi nafas 25x/menit
- BB 80 Kg
- TB 158 cm
b. Pemeriksaan diagnostik:
- Kolesterol 280 mg/dl
- Tes darah untuk memantau potensi pemicu, seperti kadar kolesterol,
glukosa, protein C-reaktif (CRP), dan fungsi organ hati.
- Tes urine untuk memeriksa fungsi ginjal penderita.
c. Pemeriksaan penunjang:
- Elektrokardiogram (EKG), untuk memeriksa aliran listrik jantung dan
memantau jika terdapat interupsi pada irama jantung.
- Ekokardiogram, yaitu pemindaian jantung menggunakan gelombang
suara untuk mengidentifikasi kerusakan pada otot jantung dan aliran darah
yang tersendat.
- Foto Rontgen dan CT scan. Pemindaian ini dilakukan untuk memeriksa
kondisi otot, pembuluh darah dan ukuran jantung, dan paru-paru.
- Tes darah lanjutan, untuk memeriksa jika terdapat kebocoran enzim
jantung di dalam darah.
- Tes toleransi olahraga (ETT), untuk memantau toleransi jantung saat
melakukan olahraga ringan hingga berat. Tes ini umumnya dilakukan di
atas mesin treadmill atau sepeda statis.
- Myocardial perfusion scintigraphy (MPS), untuk memeriksa aliran darah
menuju otot jantung pada saat melakukan olahraga dan saat beristirahat,
dengan menyuntikkan zat radioaktif pada pembuluh darah dan dipantau
menggunakan alat pemindaian khusus. MPS pada penderita yang tidak
mampu berolahraga, dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan
yang dapat meningkatkan kerja jantung seperti saat sedang beraktivitas.
- Angiogram koroner, untuk memeriksa kondisi arteri jantung dengan
menyuntikkan zat pewarna (bahan kontras) khusus dan dipantau dengan
memasukkan selang tipis dan lentur (kateter) melalui pembuluh darah
besar di paha atau lengan menuju ruang jantung. Meskipun jarang terjadi,
tes ini berisiko mengakibatkan komplikasi seperti serangan jantung dan
stroke. Dokter biasanya akan merekomendasikan tes ini jika diagnosis
angina belum ditemukan atau pasien mengalami angina tidak stabil.
6. Jelaskan pengkajian lain yang perlu dilakukan pada kasus diatas berserta kemungkinan
hasil yang didapatkan
- Riwayat penyakit terdahulu : diabetes, gangguan pernapasan
- Riwayat penyakit keluarga : riwayat hipertensi, kadar kolesterol tinggi, dan
stroke
- Obat-obatan : kesalahan pengobatan jantung, hipertensi,
konsumsi alkohol, naroktik
7. Jelaskan patomekanisme munculnya gejala pada kondisi diatas, hingga muncul masalah
keperawatan, termasuk gejala lain yang mungkin muncul pada pasien dengan kondisi di
atas
PATOMEKANISME MASALAH
KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri, berhubungan dengan iskemi miokardium, ditandai dengan mengalami nyeri
pada dada seperti tertekan dan menjalar ke lengan kiri yang terjadi selama 5 menit, nyeri
terjadi saat pasien beraktivitas dan berkurang setelah pasien beristirahat
2) Penurunan curah jantung, berhubungan dengan perubahan hemodinamika ditandai
dengan peningkatan TD = 140/90mmHg dan RR=25x/menit
3) Intoleransi aktifitas, berhubungan dengan iskemia otot jantung, berkurangnya
curah jantung
4) Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi tubuh dan kematian
5) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai dengan
belum pernah merasakan kondisi seperti ini sebelumnya.
1.
9. Jelaskan bagaimana perawatan diri yang harus dilakukan oleh pasien dengan kondisi
diatas
- Berhenti merokok.
- Mengurangi konsumsi alkohol.
- Mengonsumsi makanan rendah lemak dan tinggi serat, seperti nasi merah, roti,
pasta, sayur-sayuran, dan buah-buahan.
- Mengurangi makanan tinggi lemak jenuh dan tidak jenuh seperti sosis, daging
berlemak, pai daging, mentega, keju, lemak babi, ikan goreng, alpukat, kue,
biskuit, serta makanan-makanan yang mengandung minyak kelapa murni, kelapa
sawit, atau minyak zaitun.
- Mengurangi konsumsi garam.
- Menjaga berat badan.
- Melakukan olahraga ringan seperti jalan cepat, berenang, atau bersepeda secara
rutin atau sesuai saran dokter. Hindari olahraga yang menguras tenaga, seperti
tenis atau sepak bola.
- Memonitor kadar glukosa, kolesterol, dan tekanan darah secara rutin.
DAFTAR PUSTAKA
American Heart Association (2018). Angina (Chest Pain).
Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta : EGC.
Lewis, S.L., Dirksen, S.R., Heitkemper, M.M., Bucher, L., & Harding, M.M. 2017.
Medical-Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems (10th ed.). St.
Louis: Elsevier.
NHS Choices UK (2018). Health A-Z. Angina.
Valgimigli, M. Biscaglia, S. (2014). Stable Angina Pectoris. Current Atherosclerosis
Reports, 16(7), pp. 422.
Yong Wee, et al. (2015). Medical Management of Chronic Stable Angina. Australian
Precriber, 38(4), pp. 131-136.
Ruhyanudin, faqih. 2006. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
kardiovaskuler. Malang : UMM Press
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan
kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC
Eddy Rosfiati, et all. 2015. Pengaruh Pijat Punggung Terhadap Tingkat Kecemasan Dan
Kenyamanan Pasien Angina Pektoris Stabil Sebelum Tindakan Angiografi Koroner,
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. Depok