Anda di halaman 1dari 7

1.

Upaya penaggulan permasalahan terkait dengan sekolah

1 .Keuangan dan Pembiayaan

Ada hal yang mengganjal dalam pembiayaan pendidikan di sekolah yaitu:

Akhir-akhir ini banyak protes dari masyarakat tentang mahalnya biaya pendidikan. Padahal, sebenarnya
biaya tersebut belum cukup untuk membiayai sekolah secara wajar.

Solusinya : Perlu adanya sosialisasi antar sekolah dan masyarakat saat adanya undangan rapat disekolah
tentang rincian biaya pendidikan di sekolah sekolah.

2.Sarana dan Prasarana

Dari hasil yang dilihat, sebagian besar siswa justru berlajar dengan manajemen fasilitas seadanya. Itu
dikarenakan banyak fasilitas tersebut rusak akibat anak-anak itu sendiri yang bermain dengan media
media pembelajaran yang telah disediakan.

Solusinya : Yang terpenting adalah koordinasi dan kerjasama di antara semua pihak di dalam mengelola
dan memelihara sarana dan prasarana sekolah agar tetap prima. Oleh karena itu para petugas yang
berhubungan dengan sarana dan prasarana pesantren bertanggung jawab langsung dengan kepada
kepala sekolah.

3.Mahalnya Biaya Pendidikan Mahalnya

biaya pendidikan merupakan salah satu dari problematika pendidikan yang ada di Indonesia. Pada tiap
tahun selalu saja terdengar keluhan masyarakat terhadap mahalnya biaya pendidikan yang harus
dibayar,selain itu juga adanya fasilitas pendidikan yang kurang memadai,seperti masih ada gedung
sekolah yang ambruk,ruang belajar yang kurang tertata dan fasilitas pendidikan dalam keadaan
minim,dan lain-lain. Sementara pada sisi lain,Pemerintah sudah menganggarkan biaya pendidikan
sebesar 20 % dari APBN dan anggaran tersebut merupakan anggaran yang paling tinggi saat ini.tidak ada
anggaran kementrian lainnya, yang melebihi besarnya anggaran yang diperuntukkan bagi kementrian
pendidikan nasional.Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi
mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya
biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat
miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah. Mahalnya
biaya pendidikan yang selama ini dirasakan oleh masyarakat, semakin disadari tidak sebanding dengan
mutu pendidikan yang dinikmati masyarakat. Biaya pendidikan di berbagai daerah di Indonesia
mengalami kenaikan fantastik mengikuti deret ukur (kepentingan pasar), namun kualitasnya berjalan di
tempat.

Solusi : Untuk mengatasi masalah mengenai mahalnya biaya pendidikan bisa dengan Pertama diperlukan
kejujuran dan rencana yang strategis dari jajaran bi pendidikan,untuk mengimplementasikan anggaran
pendidikan pada program pemb pendidikan Gratis (Murah) bagi masyarakat. Kedua,dalam sekolah
(dunia pendidikan)harus dibersihkan dari berbagai biaya pun seperti biaya LKS,biaya seragam,biaya uang
gedung,biaya ektrakulikuler,dll. Oleh itu harusnya,program pemberantasan korupsi harus bisa
menyentuh dunia pend terutama disekolah-sekolah.

2. 1. Jumlah guru yang sangat besar yaitu menurut data UNESCO 2011, Indonesia memiliki lebih dari
3,4 juta orang guru. Namun, berdasarkan data Kemendikbud hanya 16,9 persen atau 575 ribu orang
guru yang memiliki sertifikasi. (berita.liputan6.com tgl 27/10/2011)

Masalah pertama yang dihadapi Indonesia yaitu jumlah guru yang terlalu besar, kelebihan jumlah guru
ini bisa jadi karena sekarang ini lembaga pencetak tenaga pendidik dan kependidikan semakin menjamur
dan mereka berlomba-lomba membuka kelas sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan kemampuan
yang dimiliki misalnya tenaga dosen atau sarana prasarana yang terbatas. Dengan kata lain mereka lebih
mementingkan kuantitas daripada kualitasnya. Kenyataan yang ada di lapanganpun seperti itu sekarang
ini banyak sekali jumlah guru baik dari jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar sampai pada
pendidikan menengah akan tetapi kemampuan atau kompetensinya juga terkadang patut
dipertanyakan. Kenyataan itu didukung oleh data dari Kemendikbud yang menunjukkan bahwa hanya
16,9 persen dari keseluruhan jumlah guru yang bersertifikasi.

Solusi untuk mengatasi jumlah guru yang terlalu besar ini menurut saya yaitu pemerintah dalam hal ini
Kemendikbud melalui Dirjen Dikti perlu mengatur dan mengawasi Lembaga Pendididk Tenaga
Kependidikan (LPTK) baik itu negeri maupun swasta dalam melakukan penerimaan mahasiswa baru
serta memberi sanksi yang tegas kepada LPTK yang melanggar aturan tersebut. Kenapa dalam hal ini
saya cenderung menyoroti pada LPTK, karena LPTK ini saya analogikan sebagai suatu perusahaan
produksi dimana mereka memproduksi tenaga pendidik dan kependidikan sebagai hasil dari proses
produksi mereka. Kalau produsen-produsen ini diatur dengan aturan yang tegas dan selalu diawasi maka
mereka tidak akan melakukan proses produksi dengan seenaknya sendiri, dengan begitu hasil produksi
dalam hal ini guru dan tenaga kependidikan lainya bisa dikendalikan jumlahnya.

2. Pendataan guru yang belum sepenuhnya selesai sehingga sulit untuk mengetahui supply and
demand.

Masalah yang kedua ini memang rumit dan berlarut-larut. Kenapa saya katakan demikian, karena proses
pendataan yang terjadi dilapangan ini banyak sekali problem yang terjadi dan data guru ini memang
selalu berubah setiap tahunnya. Sulit memang untuk mengetahui jumlah kekurangan dan kelebihan
guru ini secara akurat, hal ini dikarenakan masih banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan
ijazahnya dan data yang dilaporkan oleh pihak sekolah masih banyak yang tidak sesuai dengan
kenyataan. Misalnya saja dalam satu sekolah seorang guru mapel X mengajar dua mapel sekaligus
dengan mapel Y, akan tetapi data yang dilaporkan ke dinas biasanya hanya satu mapel saja yang benar-
benar sesuai dengan ijazahnya misal mapel X tadi yang sesuai akan tetapi jam mapel Y tadi biasanya
diakumulasikan ke mapel X untuk dilaporkan kedinas. Selain itu ada juga guru yang sebenarnya tidak
birijazah PGSD yang karena kedekatannya dengan kepala sekolah akhirnya diijinkan untuk mengajar di
SD yang dipimpinnya karena mungkin terlalu sulitnya mencari peluang di sekolah lain.

Solusi untuk masalah pendataan guru ini yaitu saya mengaharapkan untuk sekolah agar melaporkan
data guru apa adanya yang sesuai dengan kompetensi dan ijazahnya agar dapat dilakukan pemetaaan
kelebihan atau kekurangan guru mapel atau guru SD dalam suatu daerah. Berikutnya untuk petugas
pendataan dalam hal ini dinas pendidikan daerah agar selalu melakukan verifikasi data, dengan langsung
terjun ke sekolah-sekolah untuk menghindari ketidakvalidan data yang disetorkan oleh sekolah ke dinas
pendidikan daerah. Setelah data tersebut benar-benar valid baru dikirim ke pusat untuk dipetakan
kebutuhan atau kelebihan guru dalam suatu daerah.

3. Distribusi guru belum merata.

Masalah yang ketiga ini erat kaitannya dengan kebijakan pemerintah tentang desentralisasi pengelolaan
guru serta kondisi pembangunan di Indonesia yang belum merata. Dengan adanya desentralisasi
pengelolaan guru terkait dengan kebijakan otonomi daerah yang sedang berlangsung saat ini,
menjadikan pemerintah daerah mempunyai wewenang penuh atas PNS guru maupun non guru yang
berada di wilayah kerja kota/kab. tertentu. Hal inilah yang menyebabkan persebaran guru tidak merata.
Jadi misalnya suatu daerah kekurangan tenaga guru, mereka tidak bisa meminta bantuan guru dari
daerah lain.

Berikutnya kondisi pembangunan di Indonesia yang belum merata, kalau kita melihat kondisi geografis
wilayah negara Indonesia yang berupa negara kepulauan memang menyulitkan bagi pemerataan
pembangunaan. Saat ini pembangunan yang cukup pesat hanya terjadi di wilayah pulau Jawa, Sumatra,
Bali sedangkan wilayah-wilayah yang lain sangat lambat proses pembangunannya. Entah kenapa guru-
guru yang di tempatkan di daerah-daerah yang berada di luar pulau Jawa atau daerah-daerah terpencil
seringkali tidak mau. Mungkin memang naluri manusia itu sendiri yang menginginkan hidup sejahtera
serta dekat dengan sanak saudara, jadi kalau mereka ditempatkan di suatu tempat yang minim sekali
sarana prasarana, fasilitas penunjang hidup serta jauh dengan family memang jarang sekali yang
berminat.

Solusi untuk permasalahan distribusi guru yang tidak merata ini menurut saya yaitu, pertama sistem
desentralisasi pengelolaan guru ini harus dikembalikan pada sistem sentralisasi. Jadi pengelolaan guru
memang menjadi wewenang penuh pemerintah pusat, kalau semisal suatu daerah banyak
membutuhkan tenaga guru sedangkan daerah lain kelebihan guru bisa dengan mudah untuk melakukan
pemerataan tenaga guru tanpa terkendala birokrasi pemerintah daerah. Berikutnya pemerintah juga
harus memperhatikan wilayah-wilayah di luar pulau Jawa yang masih tertinggal, proses pembangunan
jangan hanya terpusat di Jawa saja akan tetapi wilayah-wilayah lain juga sangat memerlukan
pembangunan untuk mengejar ketertinggalan. Selain itu perlu adanya pemberian motivasi dan mindset
kepada para guru agar mempunyai kesadaran untuk memajukan dunia pendidikan bersama di wilayah-
wilayah terpencil yang masih sangat memerlukan pendidikan bisa melalui forum seminar, workshop
atau sejenisnya.

4. Guru yang belum memiliki kualifikasi akademik S1 /D-IV cukup besar yaitu sebanyak 63,1%.
Masalah yang keempat ini kebanyakan berada dilingkup sekolah dasar. Sampai saat ini memang masih
banyak sekali guru SD yang belum berijazah S1, dahulu memang untuk guru SD cukup dengan berijazah
DII tapi mulai tahun 2007 kemarin pemerintah mewajibkan semua guru disemua jenjang pendidikan
harus memiliki kualifikasi akademik S1. Beberapa LPTK pun pada tahun ajaran 2007/2008 mulai
membuka jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) S1 serta Pendidikan Guru Pendidikan Anak
Usia Dini (PGPAUD) S1. Terkadang masalah yang ada di lapangan ini menunjukkan guru-guru yang bisa
dikatakan sudah lanjut usia atau yang sudah mendekati masa-masa pensiun mereka sudah malas atau
tidak mau untuk melanjutkan kuliyah lagi untuk mengambil S1, dan merekapun masih menerima
tunjangan profesi walaupun sudah tidak sesuai dengan ketentuan kualifikasi akademik yang berlaku saat
ini.

Solusi untuk masalah ini yaitu pemerintah harus benar-benar mendorong serta memotivasi guru-guru
yang belum S1 untuk melanjutkan kuliyah lagi seperti pemberian beasiswa bagi guru yang melakukan
study lanjut dan harus memberikan sanksi yang tegas bagi guru-guru yang sulit diatur seperti
pemberhentian pemberian tunjangan sampai pemberhentian tugas kalau sudah benar-benar
keterlaluan. Untuk guru pun juga begitu perlu adanya kesadaran yang lebih untuk mematuhi peraturan
yang berlaku dan bersedia menerima sanksi kalau merasa dirinya tidak patuh terhadap peraturan yang
berlaku.

5. Banyak guru berkompetensi rendah.

Masalah ini lah yang menurut saya benar-benar substansial, sekarang pertanyaan yang pelu kita
renungkan bersama yaitu bagaimana kualitas pendidikan bisa baik kalau gurunya saja berkompetensi
rendah. Padahal guru memegang peranan yang pokok dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Solusi
untuk permasalahan ini, saat ini pemerintah membuat progam Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru
(PLPG) serta Uji Kompetensi Guru (UKG) untuk mengatasi permasalahan kualitas guru. Akan tetapi
menurut saya pelaksanaan UKG dinilai bukanlah cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah kualitas
dan profesionalisme guru yang rendah. Pemerintah justru harus memperbaiki LPTK sebagai penghasil
guru. Untuk itu reformasi dalam penyelenggaraan pendidikan di LPTK harus dilaksanakan dengan baik.
Dari proses seleksi sampai proses pembelajaran di kampus harus benar-benar dilaksanakan dengan
sebaik mungkin serta penuh rasa tanggungjawab karena output yang dihasilkan harus memiliki kualitas
serta kompetensi yang unggul.

6. Belum semua guru mendapatkan program peningkatan kompetensi.

Permasalahan ini terkait dengan kebijakan pemerintah juga, guru yang mengikuti progam-progam
peningkatan kompetensi yang diselenggarakan pemerintah seperti PLPG yang saat ini sedang berjalan
harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu memang. Misalnya berdasarkan masa tugas atau usia,
lulus test seleksi, memenuhi target 24 JP mengajar secara linier dan sebagainya. Solusi untuk
permasalahan ini yaitu untuk tahun-tahun berikutnya pemerintah harus melakukan penambahan kuota
peserta PLPG untuk meminimalisir jumlah guru yang belum mendapatkan progam peningkatan
kompetensi, tanpa mengesampingkan kualitas pendidikan yang diberikan.
3. upaya penanggulanagn masalah peserta didik

B. Permasalahan Peserta didik pada umumnya

1. Peserta Didik Yang Sulit/ Lama Memahami Hal yang menjadi penyebabnya kemungkinan :

1. Faktor lingkungan Faktor lingkungan sangat mempengaruhi,dari pergaulan anak selama ini banyak
gejala yang ditemukan disekitar kita karena faktor lingkungan sangat mempengaruhi psikologi anak atau
sikap, dibalik itu awal fundamental pendidikan anak harus kuat dan mendasar mulai dari lingkungan
anak itu sendiri karena pembentukan awal karakter anak mulai dari lingkungan mereka itu sendiri yaitu
lingkungan keluarga, apabila anak itu sudah disiplin tempat lingkungan mereka hidup terutama tatanan
kehidupan dimulai dari lingkungan keluarganya sendiri sudah tertata maka anak itu akan terbawa pada
lingkungan yang formal, tempat mereka menimba ilmu pengetahuan.

2. Kelas tidak nyaman dan tidak kondusif Yang kedua penyebabnya adalah : anak yang sulit memahami
dikarenakan kelas tidak nyaman dan tidak kondusif salah satu contoh kelas yang berdekatan dengan
jalan raya, ini menggangu anak di dalam memperhatikan pelajaran. Solusi Yang Harus Diberikan Pendidik
: Ø Solusinya adalah membuat dan membangun anak untuk biasa hidup disiplin dan mandiri maka harus
dimulai dari lingkungan keluarga secara khusus dan lingkungan sekitarnya secara umum. Kalau dari
lingkungan pendidikan anak itu di berikan pengulangan kepada materi yang belum dia pahami / anak itu
diberi penjelasan pelanpelan sehingga anak itu bisa paham terhadap apa yang belum di pahaminya. 2.
Peserta Didik Yang Bodoh Hal yang menjadi penyebabnya kemungkinan : Ø Kurang belajar, kurang
disiplin, kurang memanfaatkan waktu, kurangnya memperhatikan, kurangnya mengulang pelajaran,
tidak 11/5/2018 Permasalahan dan Upaya Penanganan Permasalahan Peserta Didik | Kuliah Pendidikan
Teknik Informatika. Solusi Yang Harus Diberikan Pendidik : Ø Solusinya adalah selalu memberikan
perhatian yang lebih kepada anak yang bodoh, memberikan saran, motivasi dan selalu memberikan cara
yang mudah di dalam belajar agar mudah dipahami, dan memberikan cara yang terbaik sesuai denga
kemampuan anak itu sendiri.

3. Peserta Didik Yang Nakal Hal yang menjadi penyebabnya kemungkinan : Ø Pengaruh lingkungan yang
kurang baik, perhatian orang tua yang kurang terhadap anak, pergaulan, kurang terkontrol. Solusi Yang
Harus Diberikan Pendidik : Ø Solusinya adalah pada dasarnya anak semacam ini kurang terkontrol, baik
dari lingkungan mereka atu dari tempat mereka belajar. Salah satu contoh murid saya anak yang nakal
itu pada dasarnya dia itu gampang diatur asalkan kita bisa mendekatinya. Dengan cara seperti ini anak
itu bisa diajak baik-baik toh juga anak yang nakal ini lunak juga ,ini berarti anak yang nakal itu bisa
diakibatkan dari kurangnya seorang guru melihat dan mengamati character anak dan sifat anak itu
sendiri. Pada dasarnya apabila anak itu sudah di dekati maka anak itu akan manut dan patuh. bukannya
dia bodoh, banyak juga anak yang nakal ini mempunyai batas kemampuan di atas normal malah
mengalahkan anak yang rajin berkompetisi di dalam proses belajar mengajar, jadi intinya kita harus
memiliki empaty kepada anak semacam ini harus kita dekati perlahan-lahan toh juga akan sadar, dan di
balik sifat anak yang nakal itu guru juga bisa belajar dengan cara begini kita bisa mengatasi anak yang
nakal lewat sebuah jati diri dari sebuah penglaman.

4. Peserta Didik Yang Pemalu Hal yang menjadi penyebabnya kemungkinan : Ø Yang pertama ini
biasanya dari faktor anak itu sendiri, dan apabila tidak dirubah maka akan selamanya anak itu jadi
pemalu terus, tetapi anak yang pemalu bukannya tidak bisa, mungkin ada faktor lain contohnya di dalam
memberikan pertanyaan anak itu biasanya malu karena bisa-bisa nanti apa yang ditanyakan salah atau
tidak rasional dan biasanya anak itu malu bertanya takut di tertawakan temannya. Solusi Yang Harus
Diberikan Pendidik : Ø Solusinya, tidak segampang itu kita merubahnya. Ini perlu perlahanlahan. Anak
semacam ini kita ajak belajar di ruangan terbuka dan kemudian dia bisa bertanya dengan leluasa karena
bebas. Bisa saja 11/5/2018 Permasalahan dan Upaya Penanganan Permasalahan Peserta Didik | Kuliah
Pendidikan Teknik Informatika apa yang ditanyakan itu biasa-biasa saja, tetapi lewat itu kita bisa melatih
anak itu untuk bertanya supaya tidak malu dan hal tersebut perlu dilakukan berulang-ulang sampai anak
itu percaya diri.
5. Peserta Didik Yang Kurang Memiliki Motivasi Dalam Belajar. Hal yang menjadi penyebabnya
kemungkinan : Ø Kurangnya kemampuan yang dimiliki, kuranganya prasarana, seperti contoh buku yang
masih minim. Solusi Yang Harus Diberikan Pendidik : Ø Solusinya anak yang kurang termotivasi selama
belajar pada awalnya kita harus memberikan perlakuan yang khusus dulu seperti memberikan
tangggung jawab dulu kepada guru BP/ yang mana guru BP itu sendiri memberikan sebuah perlakuan
khusus dulu kepada anak tersebut. Nah di sinilah peran guru BP membangkitkan semangat anak ini,
bagaimana supaya dia termotivasi kembali di dalam belajar sehingga guru BP tersebut bisa melihat apa
kendala yang di hadapi anak selama ini yang lebih dominan dengan sebuah pertanyaan kenapa anak itu
kurang termotivasi di dalam belajar sehingga guru BP tersebut bisa mengetahui penomena yang
dihadapi anak tersebut.

Anda mungkin juga menyukai