Anda di halaman 1dari 26

BAB I

TINJAUAN TEORI

1.1. Tinjauan Medis


1.1.1. Pengertian Keluarga Berencana
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee tahun
1997, keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri
untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran
yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,
mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992
(tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera)
adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera.
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan jumlah
dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1998).
Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan. Upaya itu dapat
bersifat sementara atau permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah
satu variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2005).

1.1.2. Tujuan
Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan
kekutan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak,
agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Tujuan keluarga berencana dan pelayanan kontrasepsi adalah :
a. Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan
menekan laju pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini tentunya akan
diikuti dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate).
b. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan
anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama
serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.

1
c. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah
lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini
memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.
d. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan
yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga
yang bahagia dan berkualitas.
e. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga
berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang,
pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi (Suratun, 2008).

1.1.3. Sasaran Program KB


a. Sasaran Langsung
Pasangan usia subur yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15 - 49
tahun. Karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan
hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan
kehamilan. PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif
lestari sehingga memberi efek langsung penurunan fertilisasi (Suratun,
2008).
b. Sasaran Tidak Langsung
1) Kelompok remaja usia 15 - 19 tahun, remaja ini memang bukan
merupakan target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung
tetapi merupakan kelompok yang beresiko untuk melakukan hubungan
seksual akibat telah berfungsinya alat-alat reproduksinya. Sehingga
program KB disini lebih berupaya promotif dan preventif untuk
mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan serta kejadian
aborsi.
2) Organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi-
instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim
ulama, wanita, dan pemuda), yang diharapkan dapat memberikan
dukungannya dalam pelembagaan NKKBS.
3) Sasaran wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi

1.1.4. Peran Perawat dalam Program Keluarga Berencana


Peran perawat dalam program KB sebagai konselor dan edukator.
Untuk hal ini, perawat harus memiliki informasi terbaru dan akurat tentang

2
metode kontrasepsi. Hampir sebagian dari kehamilan yang tidak direncanakan
terjadi pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi yang tidak tepat dan
konsisten dalam penggunaannya. Maka perawat memiliki peranan penting
dalam memberikan pendidikan tentang teknik kontrasepsi sesuai kebutuhan.
Cara penggunaan yang tepat dan fokus konselingnya haruslah pada kebutuhan
dan kenyamanan pasangan yang akan menggunakan alat kontrasepsi.

1.1.5. Pengertian Kontrasepsi


Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra
berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu,
berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan
kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-
duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan
(Suratun, 2008).
Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan. Upaya itu dapat
bersifat sementara atau permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah
satu variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2005).

1.1.6. Syarat-syarat Kontrasepsi


Menurut Wiknjosastro (2005), hendaknya Kontrasepsi memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
a. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya
b. Efek samping yang merugikan tidak ada
c. Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan
d. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan
e. Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat selama
pemakaiannya
f. Cara penggunaannya sederhana
g. Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas
h. Dapat diterima oleh pasangan suami istri

3
1.1.7. Cara Kerja Kontrasepsi
Pada dasarnya prinsip kerja kontrasepsi menurut Sudarmo, dkk (2001)
adalah meniadakan pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel mani
(sperma) dengan cara :
a. Menekan keluarnya sel telur (ovulasi)
b. Menghalangi masuknya sperma ke dalam saluran kelamin wanita sampai
mencapai ovum
c. Menghalangi nidasi

1.1.8. Cara-cara Kontrasepsi


Menurut Mochtar (1998), cara-cara kontrasepsi dapat dibagi menjadi
beberapa metode :
a. Pembagian menurut jenis kelamin pemakai
1) Cara atau alat yang dipakai oleh suami (pria)
2) Cara atau alat yang dipakai oleh istri (wanita)
b. Menurut pelayanannya
1) Cara medis dan non-medis
2) Cara klinis dan non-klinis
c. Pembagian menurut efek kerjanya
1) Tidak mempengaruhi fertilitas
2) Menyebabkan infertilitas temporer (sementara)
3) Kontrasepsi permanen dengan infertilitas menetap
d. Pembagian menurut cara kerja alat/cara kontrasepsi
1) Menurut keadaan biologis: senggama terputus, metode kalender, suhu
badan dll
2) Memakai alat mekanis : kondom, diafragma,
3) Memakai obat kimiawi : spermisida
4) Kontrasepsi intrauterina : IUD
5) Hormonal : pil KB, suntikan KB, dan alat kontrasepsi bawah kulit
(AKBK)
6) Operatif : tubektomi dan vasektomi
e. Pembagian umum dan banyak dipakai adalah :
1) Metode merakyat : senggama terputus, pembilasan pasca senggama,
perpanjangan masa laktasi
2) Metode tradisional : pantang berkala, kondom, diafragma dan spermisida
3) Metode modern

4
 Kontrasepsi hormonal : pil KB, suntik KB, alat kontrasepsi bawah
kulit.
 Kontrasepsi intrauterina : IUD
4) Metode permanen operasi : tubektomi pada wanita dan vasektomi pada
pria

1.1.9. Metode Kontrasepsi


a. Metode Biologis atau Alamiah
1) Memperpanjang masa laktasi
Kontrasepsi yang memberikan ASI sebagai alat kontrasepsi, bila
menyusui secara penuh (Full Breast Feeding), belum haid, umur bayi
kurang dari 6 bulan, harus dilanjutkan denganmetode kontrasepsi lain.
 Cara Kerja :
Penundaan atau penekanan ovulasi
 Manfaat :
Non Kontrasepsi Non Kontrasepsi
Kontrasepsi
(Bayi) (Ibu)
1. Efektifitas tinggi 1. Mendapatkan 1. Mengurangi
(keberhasilan 98 % kekebalan pasif perdarahan
dalam 6 bulan 2. Sumber asupan postpartum
pertama postpartum) gizi terbaik dan 2. Mengurangi
2. Segera efektif sempurna untuk resiko anemia
3. Tidak mengganggu tumbuh kembang 3. Meningkatkan
senggama bayi yang optimal hubungan
4. Tidak ada efek 3. Terhindar dari psikologis ibu
samping sistemik paparan dan bayi
5. Tidak perlu kontaminasi air,
pengawasan medik susu lain atas alat
6. Tidak perlu obat/alat minum yanng
7. Tanpa biaya dipakai.

 Keterbatasan :
1. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui
dalam 30 menit postpartum
2. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial
3. Efektifitas tinggi hanya sampai haid kembali atau sampai 6 bulan
4. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk hepatitis B/HBV dan
HIV/AIDS

5
2) Metode Kalender
Ibu harus mengetahui kapan masa suburnya berlangsung dan efektif
dipakai bila tertib dan tidak ada efek samping. Metode ini harus
berdasarkan kesadaran penuh dari siklus reproduksi wanita.
 Cara Kerja :
Untuk kontrasepsi, senggama dihindari pada masa subur, yaitu pada
fase siklus mens dimana terjadi kemungkinan konsepsi. Untuk
konsepsi, senggama direncanakan pada masa subur, yaitu dekat
pertengahan siklus (hari ke 10-15) atau tanda-tanda kesuburan.
 Manfaat :
Kontrasepsi Non Kontrasepsi
1. Dapat menghindari atau 1. Meningkatkan keterlibatan
mencapai kehamilan suami dalam KB
2. Tidak ada resiko kesehatan 2. Menambah pengetahuan
berhubungan dengan tentang sistem reproduksi
kontrasepsi 3. Memungkinkan mengeratkan
3. Tidak ada efek samping hubungan melalui peningkatan
4. Murah atau tanpa biaya komunikasi pasangan.

 Keterbatasan :
1. Sebagai kontraseptif sedang (9-12 kehamilan perwanita selama
tahun pertama pemakaian)
2. Keefektifan tergantung kemauan dan disiplin pasangan
3. Perlu pelatihan sebagai persyaratan untuk menggunakan jenis kba
yang efektif secara benar
4. Dibutuhkan pelatih KBA (bukan tenaga medis)
5. Perlu pantang masa subur
6. Perlu pencatatan tiap hari
7. Infeksi vagina membuat lendir serviks sulit dinilai
8. Termometer basal diperlukan untuk metode tertentu
9. Tidak terlindungi dari HBV atau IMS

3) Metode simtotermal / suhu tubuh


Ibu harus mendapatkan intruksi untuk metode serviks dan suhu basal.
Ibu dapat menentukan masa subur dengan mengamati suhu tubuh dan
lendir serviks

6
4) Coitus Interuptus
Adalah mengeluarkan penis dari vagina sebelum ejakulasi. Meskipun
keefektifan metode ini 80%, tetapi metode ini membutuhkan kontrol
yang baik dari pria. Metode ini mengurangi kepuasan pasangan.
Meskipun ejakulasi keluar dari vagina, cairan preejakulasi terkadang
juga mengandung sperma sehingga pembuahan dapat terjadi.

b. Metode Mekanik dan Kimia


1) Kondom
Merupakan selaput/selubung karet yang dapat terbuat dari lateks,
plastik atau bahan alami yang dipasang pada penis selama senggama.
 Cara Kerja :
Kondom mengurangi terjadinya pertemuan sperma dan ovum dengan
mengemas pada ujung selubung karetnya. Selain itu, kondom juga
mencegah penularan mikroorganisme dari pasangan.
 Efektivitas :
Kegagalan kondom bisa terjadi bila kondom bocor atau robek,
pemakaian kurang teliti mematuhi petunjuk cara pemakaianya.
Angka adalah berkisar antara 15 – 30% (Mochtar, 1998).
 Keuntungan :
1. Efektif bila digunakan dengan benar
2. Tidak mennganggu produksi ASI
3. Tidak mengganggu kesehatan
4. Tidak memiliki pengaruh sistemik
5. Murah dan dapat dibeli secara umum
6. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaab kesehatan khusus
7. Dapat digunakan sebagai metode kontrasepsi sementara
8. Dapat mencegah pemularan IMS
 Efek samping :
Kondom dapat tertinggal di dalam vagina selama beberapa waktu,
menyebabkan wanita mengeluhkan keputihan yang amat banyak dan
berbau, terjadi infeksi ringan. Pada sejumlah kecil akseptor,
mengeluh alergi terhadap karet (Mochtar, 1998).

7
2) Spermisida
Adalah bahan kimia yang digunakan untuk menonaktifkan atau
membunuh sperma, dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet
vaginal, supositoria, disolvable film dan krim.
 Cara Kerja :
Spermisida menyebabkan membran sel sperma terpecah,
memperlambat gerakan sperma dan menurunkan kemampuan
sperma untuk membuahi.
 Manfaat :
1. Efektif seketika
2. Tidak mengganggu produksi ASI dan melindungi dari PMS.
3. Bisa sebagai pendukung metode lain
4. Tidak mengganggu kesehatan klien
5. Tidak mempengaruhi sistemik
6. Mudah digunakan
7. Meningkatkan lubrikasi selama berhubungan seks
8. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
 Keterbatasan :
1. Efektifitas kurang
2. Efektifitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan
3. Ketergantungan pengguna dengan memakainya, tiap melakukan
hubungan seks
4. Pengguna harus menunggu 10-15 menit untuk tablet vaginal,
supositoria, disolvable film
5. Efektifitas aplikasi hanya 1-2 jam
 Efek Samping
1. Iritasi vagina atau penis (kemungkinan adanya PMS)
2. Gangguan rasa panas divagina (kemungkinan alergi)

3) Diagfragma
Adalah cup berbentuk bulat cembung dari latex yang diinsersikan ke
dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks. Jenis
diafragma: flat, spring, coil spring
 Cara Kerja :
menahan sperma agar tidak mencapai saluran reproduksi bagian atas
(uterus, tuba fallopi) dan sebagai alat tempat spermisida.

8
 Manfaat :
1. Efektif bila digunakan dengan benar
2. Tidak mengganggu produksi
3. Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang 2
jam sebelumnya.
4. Tidak mengganggu kesehatan
5. Tidak mengganggu sistemik
 Keterbatasan :
1. Efektifitas sedang (bila digunakan dengan spermisida angka
kegagalan 6-18 kehamilan per 100 wanita pertahun pertama)
2. Keberhasilan sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan
3. Motivasi diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan
4. Motivasi diperlukan berkesinambungan
5. Pemeriksaan pelviks diperlukan untuk memastikan ketepatan
pemasangan
6. Pada beberapa pengguna menyebabkan UTI (infeksi)
7. Pada 6 jam pasca berhubungan seksual, alat masih harus berada
diposisi semula
 Efek Samping :
1. Infeksi saluran uretra
2. Reaksi alergi diafrgama
3. Rasa nyeri pada tekanan terhadap kandung kemih atau rektum
4. Timbul cairan vagina dan berbau jika dibiarkan lebih dari 24 jam

4) Cup Serviks
Bentuk dan cara penggunaan cup serviks sama dengan diafragma tapi
memiliki ukuran lebih kecil. Cup serviks tidak menyebabkan tekanan
pada VU sehingga dipakai selama 48 jam dan tambahan ulang
spermisida tidak diperlakukan. Cup ini tidak harus dilepas selama 6 jam
pasca coitu terakhir. Cara pemasangan dan pelepasan lebih sulit karena
ukuran lebih kecil.

c. Metode Kontrasepsi Modern


1) Kontrasepsi Hormonal
a) Pil KB
Pil KB biasanya megandung Estrogen dan Progesteron. Cara kerja
pil KB adalah dengan cara menggantikan produksi normal Estrogen

9
dan Progesteron dan menekan hormon yang dihasilkan ovarium dan
releasing factor yang dihasilkan otak sehingga ovulasi dapat dicegah.
Efektivitas metode ini secara teoritis mencapai 99% atau 0,1 – 5
kehamilan per 100 wanita pada pemakaian di tahun pertama bila
digunakan dengan tepat. Tetapi dalam praktek ternyata angka
kegagalan pil masih cukup tinggi yaitu mencapai 0,7 - 7%.
 Keuntungan :
Menurut Mochtar (1998), keuntungan Pil KB adalah :
1. Efektivitasnya tinggi bila diminum secara rutin
2. Pemakai pil dapat hamil lagi, bilamana dikehendaki kesuburan
dapat kembali dengan cepat.
3. Tidak mengganggu kegiatan seksualitas suami istri
4. Siklus haid menjadi teratur
5. Dapat menghilangkan keluhan nyeri haid (dismenorea)
6. Untuk pengobatan kemandulan, kadang-kadang dapat dipakai
untuk memancing kesuburan.
7. Untik mengobati wanita dengan perdarahan yang tidak teratur.
8. Untuk mengobati perdarahan haid pada wanuta usia muda
 Kontra Indikasi :
Tidak dianjurkan bagi perempuan hamil, menyusui ekslusif,
perdarahan, hepatitis, jantung, stroke, kencing manis, kanker
payudara dan wanita yang tidak mnggunakan pil secara teratur
setiap hari (Syaifudin, 1996).
 Efek Samping :
1. Ringan
Berupa mual muntah, pertambahan berat badan, perdarahan
tidak teratur, retensi cairan, edema, mastalgia, sakit kepala,
timbulnya jerawat, alopesia dan keluhan ringan lainnya.
Keluhan ini berlangsung pada awal – awal pemakaian pil.
2. Berat
Dapat terjadi tromboembolisme, mungkin dapat terjadi karena
penigkatan aktiditas faktor pembekuan atau mungkin karena
pengaruh veskuler secara langsung.
 Jenis Pil KB
1. Pil Kombinasi
Pil kombinasi berisi estrogen maupun progesterone.

10
a. Monofasik: pil 21 tablet mengandung hormone aktif
estrogen dan progesterone dalam jumlah dosis yang sama
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
b. Bifasik: pil yang tersedia dalam 21 tablet, mengandung
hormon aktif estrogen dan progesterone dalam jumlah dosis
yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
c. Trifasik : pil yang tersedia dalam 21 tablet, mengandung
hormon aktif estrogen dan progesterone dalam jumlah dosis
yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
2. Pil Mini
Pil KB yang digunakan untuk ibu menyusui dengan dosis
progestin lebih rendah dibandingkan dengan pil kombinasi dan
tidak mengandung estrogen.
Keuntungannya sangat efektif jika digunakan dengan benar,
tidak mengurangi produksi ASI, aman dan mudah digunakan.
Sedangkan kerugiannya adalah relative mahal, keefektifan
berkurang jika tidak menyusui dengan benar, siklus haid
terganggu, harus diminum rutin tiap hari
3. Pil Pasca Senggama
Jenis pil KB yang digunakan pasca melakukan hubungan
suami istri dan tidak dapat ditunda. Berisi levonorgestron 0.75
mg.
Keuntungannya yaitu mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan, cara kerja fisiologis, tidak menggangu kesuburan

b) Suntik KB
Kontrasepsi suntikan adalah hormon yang diberikan secara
injeksi untuk mencegah terjadinya kehamilan. Adapun jenis suntikan
hormon ini ada yang terdiri atas satu hormon, dan ada pula yang
terdiri atas dua hormon sebagai contoh jenis suntikan yang terdiri
satu hormon adalah Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston dan
Noristerat. Sedangkan yang terdiri dari atas dua hormone adalah
Cyclofem dan Mesygna. KB suntik sesuai untuk wanita pada semua
usia reproduksi yang menginginkan kontrasepsi yang efektif,
reversibel, dan belum bersedia untuk sterilisasi.

11
 Cara Kerja :
Pemberian hormon progestine akan menyebabkan pengentalan
mukus serviks, sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma, hormin tersebut juga mencegah pemotongan dna
pelepasan sel telur. Selain itu, pada penggunaan depo provera,
endometrium menjadi tipis dan atrofi dengan berkurangnya
aktifitas kelenjar. Sedangkan pada suntikan kedua hormon
progestine dengan sedikit hormon esterogen pada suntikan
cyclofem akan merangsang timbulnya haid setiap bulan (Depkes
RI, 1998).
 Efektifitas :
Efektifitas tinggi, cara pemberian sederhana, cukup aman,
kesuburan dapat kembali setelah beberapa lama, cocok untuk ibu
– ibu yang sedang menyusui bayinya. Angka kegagalan 0 – 0,8%
(Moctar, 1998).
 Keuntungan :
Menurut Manuaba (1998), keuntungan KB suntik adalah sebagai
berikut :
1. Pemebriannya sederhana, setiap 8 sampai 12 minggu
2. Efektifitas tinggi
3. Tidak mengganggu hubungan seksual suami istri
4. Pengawasan medis ringan
5. Dapat dipaka atau diberikan pasca persalinan, pasca
keguguran, atau pasca menstruasi.
6. Tidak mengganggu laktasi dan tumbuh kembang bayi.
7. Suntikan KB cyclofem diberikan setiap bulan dan peserta KB
akan mendapatkan menstruasi.
 Kerugian :
1. Terjadinya perubahan pola haid yang tidak teratur, perdarahan,
bercak, spoting.
2. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan.
3. Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan
4. Efektifitas berkurang apabila digunakan bersama obat – obatan
epilepsi.
5. Terhambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian.

12
 Kontra Indikasi :
Suntikan KB tidak boleh dipakai pada ibu yang menderita kanker
payudara dan kanker alat kelamin, ibu yang menderita perdarahan
pervaginam, ibu yang diduga hamil, ikterus, penyakit hati akut,
tumor jinak, epilepsi, tuberkulosis, hipertensi, dan depresi
(Depkes RI, 2008).
 Efek Samping :
Gangguan haid berupa amenore, spotting (bercak darah), dan
menorargia. Seperti halnya dengan kontrasepsi hormonal lainya
maka dijumpai keluhan mual, sakit kepala, pusing, mengigil,
mastalgia, dan berat badan bertambah. Efek samping berat jarang
dijumpai. Kadang kala ibu mengeluh libido berkurang (Mochtar,
1998).
 Cara Penggunaan :
a. Suntikan KB yang pertama kalinya diberikan pada hari kelima
haid, untuk memastikan bahwa ibu tidak sedang hamil,
dengan cara disuntik intramuskular (didaerah pantat).
b. Pemberian suntukan KB berikutnya tergantung pada macam
obat yang digunakan, yaitu setiap satu bulan, dua bulan, atau
tiga bulan sekali. Macam suntikan yang digunakan depo
provera, depo gestron, atau depo progestin setiap vial
mengandung 150mg, depo medroksin progesteron asetat
(DMPA) dan depo noristerat mengandung 200mg norentridon
enantat (BKKN, 2007)

c) Alat Kontrasepsi Bawah Kulit


Adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung
levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastic-silicon dan
disusukkan dibawah kulit dengan jumlah kapsul bervariasi.
Pemakain alat ini dalam jangka waktu 3 – 5 tahun.
 Efektifitas :
Efektifitasnya 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan (Syaifudin,
2003)
 Keuntungan :
Perlindungan jangka panjang, kontrol medis ringan, dapat
dilayani didaerah pedesaan, penyulit medis tidak terlalu tinggi,
biaya ringan.

13
 Efek Samping :
Gangguan menstruasi terutama 3-6 bulan pertama dari
pemakaian. Pemakai akan mengalami masa perdarahan yang lebih
panjang, lebih sering atau amenore (Mochtar, 1998).

2) Kontrasepsi Intra Uterine / Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) /


Intra Uterine Device (IUD).
AKDR adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan kedalam
rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat
dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif (Handayani,2010).

 Jenis IUD :
Macam IUD menurut Handayani (2010) dikategorikan menjadi
2 yaitu :
a. AKDR non hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4 karena
berpuluh-puluh macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari
generasi pertama yang terbuat dari benang sutera dan logam
sampai generasi plastik (polietilen), baik yang ditambah obat
ataupun tidak.
1. Menurut bentuknya AKDR di bagi menjadi 2 :
a) Bentuk terbuka (oven device)
Misalnya : Lippes Loop, CUT, Cu-7. Marguiles, Spring
Coil, Multiload, Nova-T.
b) Bentuk tertutup (closed device)
Misalnya : Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg Ring.
2. Menurut Tambahan atau Metal
a) Medicatet IUD
Misalnya : Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya
kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A
(daya kerja 8 tahun), Cu- 7, Nova T (daya kerja 5 tahun),
ML-Cu 375 (daya kerja 3 tahun).
b) Un Medicated IUD
Misalnya : Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon.
Cara insersi lippes loop : Push Out

14
b. AKDR hormonal
1. Progestasert-T = Alza T
- Panjang 36 mm,lebar 32 mm,dengan 2 lembar benang ekor
warna hitam
- Mengandung 38 mg progesterone dan barium sulfat,
melepaskan 65 mcg progesterone per hari
- Tabung insersinya terbentuk lengkung
- Teknik insersi : plunging (Modified Withdrawal)
2. LNG-20
- Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan
20 mcg per hari
- Sedang di teliti di Finlandia
- Angka kegagalan/kehamilan agak terendah : <0,5 per 100
wanita per tahun
- Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan
perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainya,
karena 25% mengalami amenore atau perdarahan haid yang
sangat sedikit.

 Mekanisme kerja :
Menurut Hartanto (2004), AKDR akan berada dalam uterus,
bekerja terutama mencegah terjadinya pembuahan (fertilisasi)
dengan mengahalangi bersatunya ovum dengan sperma, mengurangi
jumlah sperma yang mencapai tubafalopi dan menginaktifasikan
sperma. Beberapa mekanisme cara kerja AKDR sebagai berikut :
a. Timbulnya reaksi radang radang lokal di dalam cavum uteri
sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
b. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan
terhambatnya implantasi.
c. Gangguan/terlepasnya blastocyst yang telh berimplantasi didalam
endometrium.
d. Pergerakan ovum yang bertambah cepat didalam tuba fallopi.
e. Immobilissi spermatozoa saat melewati cavum uteri.

15
 Efektifitas :
Efektifitas IUD menurut Hartanto (2004) adalah :
a. Efektifitas dari IUD dinyatakan pada angka kontinuitas
(continuation rate) yaitu berapa lama IUD tetap tinggal in-uterio
tanpa : Ekspulsi spontan, terjadinya kehamilan dan
pengangkatan/pengeluaran karena alasan-alasan medis atau
pribadi.
b. Efektifitas dari bermacam-macam IUD tergantung pada :
- IUD-nya : Ukuran, Bentuk dan mengandung Cu atau
Progesteron.
- Akseptor : Umur, paritas, frekuensi senggama.
c. Dari factor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan
paritas, diketahui :
- Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan
pengangkatan/pengeluaran IUD.
- Makin muda usia, terutama pada nulligravid, maka tinggi
angka ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD.
d. Use-effectiveness dari IUD tergantung pada variabel
administratife, pasien dan medis, termasuk kemudahan insersi,
pengalaman pemasang, kemungkinan ekspulsi dari pihak
akseptor, kemampuan akseptor untuk mengetahui terjadinya
ekspulsi dan kemudahan akseptor untuk mendapatkan
pertolongan medis.

 Keuntungan :
a. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
b. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan
tidak perlu diganti).
c. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
d. Tidak memprngaruhi hubungan seksual.
e. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil.
f. Tidak ada efeksamping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380 A)
g. Tidak mempengaruhi kualitas ASI.
h. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(Apabila tidak terjadi infeksi).

16
i. Dapat digunakan sampai menoupose (1 tahun atau lebih setelah
haid terakhir)
j. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.
k. Membantu mencegah terjadinya kehamilan ektopik.

 Kerugian :
Efek samping yang akan terjadi.
a. Perubahan siklus haid (umumnya pada 8 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan).
b. Haid lebih lama dan banyak.
c. Perdarahan atau (spooting) antar menstruasi
d. Saat haid lebih sakit
e. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
f. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau
perempuanyang sering ganti-ganti pasangan.
g. Penyakit radang panggul terjadi. Seorang perempuan dengan IMS
memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas.
h. Prosedur medis,termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan dalam
pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama
pemasangan.
i. Sedikit nyeri perdarahan (spooting) terjadi segera setelah
pemasangan AKDR.Biasanya menghilang dalam 1-2 hari.
j. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas
kesehatan terlatih yang harus melakukanya.
k. Mungkin AKDR keluar lagi dari uterus tanpa diketahui (sering
terjadi apabila AKDR di pasang setelah melahirkan).
l. Perempuan harus memeriksakan posisi benang dari waktu
kewaktu,untuk melakukan ini perempuan harus bisa memasukkan
jarinya kedalam vagina. Sebagian perempuan ini tidak mau
melakukanya.
(Handayani, 2010).

 Indikasi :
Indikasi pemasangan IUD menurut Syaiffudin (2006) adalah :
a. Usia reproduktif.
b. Keadaan nulipara.
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.

17
d. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
f. Setelah mengalami abortus dantidak terlihat adanya adanya
infeksi.
g. Resiko rendah IMS.
h. Tidak menghendaki metode hormonal.
i. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.
j. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.

 Kontra Indikasi :
Menurut Syaiffudin (2006), kontra indikasi dalam pemasangan
IUD adalah :
a. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).
b. Perdarahan vagina yang tidak diketahui.
c. Sedang menderita infeksi alat genital.
d. Tiga bulan terakhir sedang mengalami abortus.
e. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim
yang dapat mempengaruhi kavum uteri.
f. Penyakit trofoblas yang ganas.
g. Diketahui menderiata TBC pelvic.
h. Kanker alat genital.
i. Ukuran rahim yang kurang 5 cm.

d. Metode Permanen
1) MOW (Metode Operatif Wanita) / Tubektomi
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan
fertilitas (kesuburan) seorang perempuan secara permanen (Saifuddin,
2003). Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur
wanita yang mengakibatkan orang tidak akan mendapat keturunan lagi
(Prawirohadjo, 2002).

 Indikasi :
Indikasi sterilisasi (tubektomi) dapat dibagi lima macam, yaitu :
1) Indikasi medis
Adalah penyakit yang berat dan kronik seperti penyakit jantung
(termasuk derajat 3 dan 4) ginjal, paru dan penyakit kronik
lainnya. Penyakit jantung, gangguan pernafasan, diabetes mellitus

18
tidak terkontrol, hipertensi, maligna, anemia gravis, tumor
ginekologik, infeksi panggul 3 bulan terakhir, riwayat penyakit
operasi yang sulit observasi (Santoso, 2006).
2) Indikasi obsetri
Adalah keadaan dimana risiko kehamilan berikutnya meningkat.
Meskipun secara medis tidak menunjukkan apa-apa seperti
multiparitas (banyak anak) dengan usia relatif lanjut
(grandemultigravida) yakni paritas umur 35 tahun atau lebih,
seksio sesarea dua kali atau lebih.
3) Indikasi genetik
Adalah penyakit herediter yang membahayakan keselamatan dan
kesehatan anak seperti : Huntington`s chorea, Tayschs disease dan
lain-lain.
4) Indikasi kontrasepsi
Adalah indikasi yang murni ingin menghentikan (mengakhiri)
kesuburan artinya pasangan tersebut tidak menginginkan
kelahiran anak lagi.
5) Indikasi ekonomi
Adalah pasangan suami istri menginginkan sterilisasi karena
merasa beban ekonomi keluarga menjadi terlalu berat dengan
bertambahnya anak dalam keluarga (Sudarmo, 2001)

 Kontra Indikasi :
1) Hamil (sudah dideteksi atau dicurigai)
2) Perdarahan pervaginam yang belum terjelaskan (hingga harus
dievaluasi)
3) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (hingga masalah itu
disembuhkan atau dikontrol).
4) Tidak boleh menjalani proses pembedahan
5) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilisasi di masa
depan
6) Belum memberi persetujuan tertulis (Saifuddin, 2003).

 Syarat-syarat Tubektomi :
1) Harus sudah memiliki paritas > 2 anak terkecil berumur 2 tahun
2) Umur ibu. Menganjurkan rumus 100 artinya umur ibu dikalikan
dijumlah anak setidak-tidaknya mendekati angka 100/lebih,

19
contoh : ibu yang berumur 30 tahun bila 12 berumur 25 dijumlah
anak minimal adalah 4 (Santoso, 2006) dan menurut
Prawirohardjo (2003), usia ibu > 26 tahun.
3) Perkawinan stabil (Keluarga harmonis). Karena perceraian setelah
kontap dapat membuat penyesalan yang sangat sulit diatasi.
4) Konseling. Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu
dengan semua aspek pelayanan keluarga berencana dan bukan
hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu
kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan. Klien diberi
kesempatan untuk menilai keuntungan, kerugian, akibat, prosedur
dan alternatif lain dan tidak harus menentukan pilihannya ada saat
itu juga (Sudarmo, 2001). Sangat penting karena penyesalan
setelah kontap kebanyakan terjadi karena konseling yang kurang
adekuat. Konseling harus dilakukan pada saat calon klien
(pasangan) berada pada kondisi psikologis yang prima (Sudarmo,
2001).
5) Informed consent. Yaitu pernyataan klien bahwa 12 menerima
atau menyetujui sebuah tindakan medis (dalam hal ini Tubektomi)
secara sukarela dan menyadari sepenuhnya semua risiko dan
akibatnya (Sudarmo, 2001).

 Keuntungan :
1) Sangat efektif (0,2 – 4 kehamilan / 100 wanita selama tahun
pertama penggunaan).
2) Permanen
3) Tidak mempengaruhi proses menyusui (Breastfeeding)
4) Tidak bergantung pada faktor senggama
5) Baik bagi klien apabila kehamilan jadi risiko yang serius bagi
kesehatan.
6) Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anastesi lokal
7) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
8) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada
produksi hormon ovarium) (Saifuddin, 2003).

20
 Kerugian :
1) Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini
(tidak dapat diputuskan kembali) kecuali dengan operasi
rekanalisasi.
2) Klien dapat menyesal dikemudian hari
3) Risiko komplikasi kecil (meningkat bila digunakan anestesi
umum)
4) Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah
tindakan
5) Dilakukan oleh dokter yang terlatih
6) Tidak melindungi diri dari Infeksi Menular Seksual (IMS)

2) Metode Operasi Pria (MOP) / Vasektomi


Adalah tindakan operasi ringan dengan cara mengikat dan
memotong saluran sperma sehingga sperma tidak dapat lewat dan air
mani tidak mengandung spermatozoa, dengan demikian tidak terjadi
pembuahan, operasi berlangsung kurang lebih 15 menit dan pasien tak
perlu dirawat. Operasi dapat dilakukan di Puskesmas, tempat pelayanan
kesehatan dengan fasilitas dokter ahli bedah, pemerintah dan swasta,
dan karena tindakan vasektomi murah dan ringan sehingga dapat
dilakukan di lapangan (Siswosudarmo, 2007).

 Efektifitas :
Sangat efektif, tetapi angka kejadian rekanalisasi spontan dan
kehamilan sedikit lenih tinggi. Efektif 6 – 10 minggu setelah operasi
(Syaifudin, 1996).

 Keuntungan :
1) Teknik operasi kecil dan sederhana sehingga dapat dikerjakan
kapan saja dan dimana saja.
2) Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan
3) Hasil yang diperoleh (efektifitas) hampir 100%
4) Biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat
5) Bila pasangan suami istri oleh suatu sebab ingin mendapatkan
keturunan lagi, kedua ujung vas diferens dapat disambung
kembali (operasi rekanalisasi) (Mochtar, 1998).

21
 Efek Samping :
Vasektomi tidak memiliki efek yang bersifat merugikan. Sperma
yang diproduksi tubuh pria namun tidak bisa disalurkan karena
prows vasektomi tersebut, akan kembali diserap tubuh tanpa
menyebabkan gangguan metabolisme. Beberapa orang yang
menggunakan vasektomi mengeluh tentang gangguan terhadap
gairah seksual mereka, tetapi itu hanya bersifat psikologis bukan
gejala fisiologis.
Rasa nyeri atau ketidaknyamanan akibat pembedahan yang
biasanya hanya berlangsung beberapa hari. Pembentukan granuloma
relatif jarang dan merupakan keluhan yang nantinya hilang sendiri.
Efek sampingnya Vasektomi hampir tidak ada kecuali infeksi
apabila perawatan pasca operasinya tidak bagus. Vasektomi juga
tidak ada pengaruhnya terhadap kemampuan pria untuk melakukan
hubungan seksual, malah beberapa kasus disebutkan potensi pria
lebih baik karena pengaruh dari psikologis terhindar dari kecemasan
terjadinya kehamilan dari istri.

1.1.10. Patofisiologi
Keluarga berencana merupakan tindakan yang membantu pasangan suami
istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga. Dalam pemilihan
metode KB, perlunya pemberian informasi yang tepat sehingga tidak terjadi
kegagalan dalam penggunaan KB. Tujuan KB salah satunya adalah norma
keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS), ketidaktahuan peserta KB tentang
indikasi, kontra indikasi, efek samping, keuntungan dan kerugian suatu
metode KB dapat menyebabkan umpan balik yang gagal dan adanya kondisi
kebutuhan dan pemilihan. Kegagalan pada pemakaian metode KB atau
kemungkinan terjadinya kegagalan akibat pemasanagn atau pemakaian dapat
menyebabkan kecemasan.

22
1.1.11. Web of Caition

mengatur interval
mendapatkan kelahiran diantara kehamilan mengontrol waktu
yang memang sangat saat kelahiran
diinginkan
menghindari menentukan
kehamilan yang jumlah anak
Akseptor KB
tidak diinginkan dalam keluarga
IUD

Pemasangan alat kontrasepsi

Kondisi, kebutuhan tindakan Kemungkinan terjadi


dan pemillihan yang tepat kegagalan akibat
tentang alat kontrasepsi pemasangan KB

Kurang pengetahuan Ansietas

23
1.2. Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1. Pengkajian
a. Riwayat menstruasi
Frekuensi, siklus dan lama haid terakhir
b. Riwayat kontrasepsi
Metode yang pernah digunakan dan alas an penghentian
Metode yang terakhir digunakan dan pemakaian terakhir
c. Riwayat obstetri
Tipe kelahiran gender
Lama gestasi komplikasi
Lama persalinan Berat lahir
kesehatan anak-anak saat ini dan tempat tinggalnya
perasaan tentang kehamilan terdahulu atau pengalaman melahirkan
d. Riwayat pembedahan
Masalah gynekologi termasuk HPV, herpes, gonorhoe, sifilis
Penyakit organic
Pembedahan, kecelakaan, hospitalisasi
Masalah psikiatri, termasuk penyakit jiwa, depresi, ansietas, mania,
serangan panic
Obat-obatan (saat ini dan masa lalu)
e. Riwayat keluarga
Risiko penyakit genetic, termasuk latar belakang etnis
f. Riwayat obstetric, termasuk riwayat keguguran, kembar, preeklamsi
Hubungan kekerabatan
g. Kebiasaan tidak sehat (merokok, mengkonsumsi alcohol, obat-obatan)
h. Riwayat social
Tempat lahir Situasi hidup Status perkawinan
Pekerjaan Pendidikan
Sumber pendukung Sumber stress

1.2.2. Diagnosa Keperawatan


a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kondisi, kebutuhan tindakan dan
pemilihan yang tepat tentang alat kontrasepsi
b. Ansietas berhubungan dengan kemungkinan terjadinya kegagalan akibat
pemasangan / pemakaian alat KB

24
1.2.3. Intervensi
a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kondisi, kebutuhan tindakan dan
pemilihan yang tepat tentang alat kontrasepsi.
Tujuan : pengetahuan klien tentang alat kontrasepsi bertambah
Kriteria hasil :
1) Mampu memilih alat kontrasepsi yang sesuai
2) Mampu menyebutkan manfaat dari penggunaan alat kontrasepsi (kb)
Intervensi dan rasional :
1) HE tentang Keluarga Berencana (KB) meliputi tujuan KB, sasaran KB,
metode yang efektif
R : Memberikan informasi untuk membantu klien/pasangan memahami
dan memutuskan sesuatu
2) Kaji tingkat pengetahuan klien/pasangan, kesiapan dan kemampuan
untuk belajar. Dengarkan , bicara dengan tenang dan berikan waktu
untuk bertanya dan meninjau materi
R : Memberikan informasi yang perlu untuk mengembangkan rencana
perawatan
3) Diskusikan dengan klien/pasangan implikasi jangka pendek dan jangka
panjang penggunaan alat kontrasepsi
R : Memungkinkan klien/pasangan untuk membuat keputusan
berdasarkan informasi
4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemilihan yang tepat dan terapi yang
sesuai apabila ada gangguan
R : Mendukung keputusan klien/pasangan dan membantu mengurangi
risiko terganggunya kesehatan

b. Ansietas berhubungan dengan kemungkinan terjadinya kegagalan akibat


pemasangan / pemakaian alat KB
Tujuan : klien mengungkapkan kenyamanan dan tidak terjadi kecemasan
Kriteria hasil :
1) Klien tampak rileks
2) P : 60-100x/menit
3) N : 20x/menit
Intervensi dan rasional :
1) Observasi tanda-tanda vital (P, N, TD)
R : Tanda vital klien mungkin berubah karena kecemasan. Tanda vital
yang stabil menunjukkan penurunan tingkat kecemasan

25
2) Tinjau ulang penyebab, sumber dan manifestai kecemasan
R : Mengidentifikasi perhatian pada bagian khusus dan menentukan arah
dan kemungkinan pilihan/intervensi
3) Jelaskan prosedur, intervensi keperawatan dan tindakan
R : Pengetahuan tentang alas an aktivitas ini dapat menurunkan rasa takut
akibat ketidaktahuan
4) Pertahankan komunikasi terbuka, diskusikan kemungkinan efek samping
dan keuntungan penggunaan alat KB
R : Informasi dan jawaban atas pertanyaan dapat membantu menurunkan
ansietas dan meningkatkan kepercayaan diri klien dan pasangan
5) Anjurkan penggunaan teknik relaksasi (misal : latihan nafas dalam)
R : Mencegah kelelahan otot dan memberikan kesempatan untuk
partisipasi aktif dan meningkatkan rasa kontrol
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anticemas
R : Memblok system syaraf yang meningkatkan kecemasan

1.2.4. Evaluasi
a. Klien dan pasangan memiliki pengetahuan tentang keluarga berencana
b. Klien mampu memilih alat kontrasepsi yang tepat dan sesuai
c. Klien mengungkapkan kenyamanan dan tidak terjadi kecemasan

26

Anda mungkin juga menyukai