Anda di halaman 1dari 9

RAKERNAS AIPKEMA 2016

“Temu Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat”

MANAJEMEN MASALAH PSIKOSOSIOSPIRITUAL


PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DENGAN HEMODIALISIS DI
KOTA SEMARANG

Yunie Armiyati 1, Edy Wuryanto2, Nuri Sukraeny3


Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang
Email: yunie@unimus.ac.id, edy_woerya@yahoo.com, nury_sukreny@yahoo.com

Abstrak
Ginjal Kronis Penyakit (CKD) patienst menjalani hemodialisis mungkin mengalami berbagai masalah akibat
tidak berfungsinya proses ginjal dan hemodialisis. Permasalahan yang perlu diantisipasi untuk tetap kualitas
hidup yang optimal tidak hanya menangani penurunan fisik tetapi juga antisipasi dan pengelolaan masalah
psikososial dan spiritual. Pasien perlu mengambil pengelolaan masalah psikososial dan spiritual memadai
sehingga kualitas hidupnya tetap optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran
masalah pengalaman manajemen psikososial dan spiritual pada pasien hemodialisis di Semarang. Penelitian
ini menggunakan desain kualitatif dengan wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah untuk
menggali pengalaman dari pasien hemodialisis dalam pengelolaan masalah psychosociospiritual. Hasil
penelitian menunjukkan respon yang sangat positif dari pasien hemodialisis pasien dalam aspek
psychosociospiritual oleh peningkatan koping, stragegy spiritual dan upaya dukungan sosial. dukungan
sosial dari keluarga, petugas kesehatan, manajer kasus, kelompok dukungan sebaya adalah sistem
pendukung utama dalam pengelolaan masalah pasien. Penelitian ini merekomendasikan bahwa dukungan
sosial dari keluarga, petugas kesehatan, teman, kelompok dukungan sebaya dan masyarakat perlu
ditingkatkan untuk mencegah dan mengatasi masalah masalah psychosociospiritual pembatasan pada pasien
hemodialisis.

Keyword: Chronik Penyakit Ginjal, hemodialisis, Psychosociospiritual

Abstract
The Chronic Kidney Disease (CKD) patienst undergoing hemodialysis may experience various problems due
to non-functioning of the kidney and hemodialysis process. The problems that need to be anticipated to
remain optimal quality of life not only handling of physical decline but also the anticipation and management
of psychosocial and spiritual problems. Patients need to take the management of psychosocial and spiritual
problems adequately so that the quality of his life remain optimal. The purpose of this study was to obtain an
overview of management experience psychosocial and spiritual problems in hemodialysis patients in
Semarang. The study used a qualitative design with in-depth interviews and focus group discussions in order
to explore the experience of hemodialysis patients in management of psychosociospiritual problems. The
results showed largely positive response of hemodialysis patients patient in psychosociospiritual aspect by
improved coping, spiritual stragegy and social support efforts. Social supports from family, health workers,
case managers, peer support groups is a major support system in the management of patient problems. The
study recommended that social support from family, health workers, friends, peer support groups and
community needs to be improved to prevent and tackle problems of limitation psychosociospiritual problem
in hemodialysis patients.

Keyword:Chronik Kidney Disease, hemodialysis, Psychosociospiritual

399
RAKERNAS AIPKEMA 2016
“Temu Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat”

PENDAHULUAN
Penyakit ginjal kronis (PGK) atau menghadapi kematian (Smeltzer, Bare,
Chronik Kidney Disease (CKD) banyak Hinkle & Cheever, 2010). Gangguan diri
diderita oleh penduduk di dunia, terus dan citra tubuh yang umum psikologis
mengalami peningkatan jumlah konsekuensi hidup dengan CKD dan dapat
penderitanya dibeberapa negara. berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien
Diperkirakan ada sekitar 40-60 kasus (Griva, Jayasena, Davenport, Harrison &
dalam satu juta penduduk di Indonesia Newman, 2009). Permasalahan psikososial
setiap tahun (Suwitra, 2009). Pasien PGK yang lain adalah menarik diri, gangguan
yang menjalani hemodialisis di Jawa sosialisasi, gangguan peran, kekhawatiran
Tengah juga terus meningkat. Studi di terhadap hubungan dengan pasangan,
RSUD kota Semarang dan RSU Roemani perubahan gaya hidup, kehilangan
menunjukkan peningkatan jumlah pasien semangat akibat adanya pambatasan serta
PGK yang menjalani hemodialisis dari adanya perasaan terisolasi. Bahkan pasien
tahun 2012 sampai 2016. usia muda khawatir terhadap perkawinan
Pasien PGK yang berada pada tahap mereka, anak-anak yang dimiliki dan
Penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) harus beban yang ditimbulkan pada keluarga.
menjalani terapi pengganti ginjal Permasalahan spiritual bisa dialami pasien
(Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever, 2010). antara lain menyalahkan Tuhan, menolak
Hemodialisis merupakan terapi pengganti beribadah, beribadah tidak sesuai
ginjal yang paling banyak dilakukan dan ketentuan, gangguan dalam beribadah
jumlahnya terus meningkat. Pasien PGK maupun distress spiritual.
yang sudah menjalani hemodialisis bukan Permasalahan pada aspek psikososial
berarti sembuh tanpa permasalahan. Pasien dan spiritual dapat menyebabkan
PGK yang menjalani hemodialisa dapat permasalahan yang komplek pada pasien
mengalami berbagai masalah yang timbul PGK yang menjalani hemodialisis.
akibat dari tidak berfungsinya ginjal dan Penelitian oleh para profesional di bidang
proses hemodialisa. Masalah yang terjadi penyakit ginjal menemukan bahwa
tidak hanya masalah penurunan fungsi psikososial mempengaruhi perjalanan
tubuh, namun juga terjadi masalah penyakit dan kondisi fisik pasien (Andry,
psikososial dan spiritual. 2012). Peran perawat sangat penting
Permasalahan yang perlu diantisipasi dalam mengantisipasi, mengkaji dan
pasien agar kualitas hidupnya tetap optimal mengatasi permasalahan
tidak hanya penanganan masalah psikososiospiritual pasien.
penurunan fisik namun juga antisipasi dan Perilaku perawatan kesehatan,
manajemen masalah psikososial dan permasalahan psikososiospiritual dan
spiritual. Pasien perlu melakukan manajemen masalah psikososiospiritual
manajemen perawatan kesehatan dan pasien PGK yang menjalani hemodialisis
manajemen masalah psikososial dan perlu dieksplorasi untuk mengantisipasi
spiritual dengan adekuat agar kualitas timbulnya masalah lain yang lebih
hidupnya tetap optimal. kompleks. Penelitian sebelumnya oleh
Pasien PGK yang menjalani Armiyati dan Rahayu (2014) menunjukkan
hemodialisis mengalami masalah bahwa bahwa pasien PGK yang menjalani
psikososial seperti merasa khawatir atas Hemodialisis masih ada yang responnya
kondisi sakitnya yang tidak dapat negatif yaitu sebanyak 23,1%, dan masih
diramalkan. Pasien biasa mengalami ada pasien yang mekanisme kopingnya
masalah finansial, kesulitan dalam maladaptif sebanyak 7%. Stress tambahan
mempertahankan pekerjaan, dorongan yang berkepanjangan akibat permasalahan
seksual yang impotensi, frustasi, merasa psikososial dan spiritual dapat
bersalah, depresi dan ketakutan mempengaruhi kepatuhan pasien,

400
RAKERNAS AIPKEMA 2016
“Temu Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat”

menurunkan respon imun pasien, hemodialisis, tetap bersosialisasi dan


mempengaruhi kondisi fisik serta menjalankan aktifitas spiritual dengan
mempengaruhi kualitas hidup pasien. optimal. Sebaliknya tidak sedikit pasien yang
Penolakan yang ekstrim, ketidakpatuhan, tidak patuh terhadap diit yang dianjurkan,
agresif dan percobaan bunuh diri juga enggan kontrol, menarik diri bahkan ada yang
dapat terjadi sebagai maladaptif (Gorman berniat mengakhiri hidup karena penyakit yang
& Sultan, 2009). Oleh karena itu masalah dialami. Fenomena ini perlu di telaah lebih
psikososial dan spiritual tersebut lanjut. Perlu dilakukan penelitian untuk
mengksplorasi tentang pengalaman pasien
memerlukan penanganan yang adekuat.
PGK yang menjalani hemodialisis dalam
Fenomena yang terjadi adalah bahwa perawatan kesehatan dan manajemen masalah
pasien PGK memiliki berbagai psikososial dan spiritual.
pengalaman dalam mengatasi masalah Penelitian ini perlu dilakukan untuk
psikososiospiritual. Penelitian sebelumnya mengidentifikasisi kemampuan perawatan
oleh Armiyati dan Rahayu (2014) kesehatan pasien dan memfasilitasi pasien
menunjukkan bahwa ada 20,1% pasien untuk mengungkapkan permasalah
PGK yang sering mudah marah, memaki psikososial dan spiritual dialami serta
dan mengutuk akibat sakit yang memfasilitasi penyelesaian masalah
dialaminya. Hasil penelitian sebelumnya psikososiospiritual pasien PGK secara
juga menunjukkan bahwa ada 12,8% adekuat. Rumusan masalah dalam
pasien PGK yang sering menghindar dari penelitian bagaimana pengalaman
masalah, bahkan ada 7,7% pasien enggan perawatan kesehatan dan manajemen
berdoa pada Tuhan. psikososiospiritual pasien PGK yang
Studi pendahuluan dan observasi yang menjalani hemodialisis dan bagaimana
sudah dilakukan di RSUD Kota dan RS harapan pasien PGK terhadap peran
Roemani Semarang menunjukkan bahwa perawat dan sistem pendukung
perawat masih belum menunjukkan peran
yang optimal dalam perawatan pasien dan METODE PENELITIAN
manajemen masalah psikososiospiritual Penelitian dirancang dengan metode
yang dialami pasien. Perawat di unit kualitatif. Partisipan pasien berjumlah 10
hemodialisis besar perannya dalam orang dipilih secara purposive berdasarkan
mengoptimalkan pasien melakukan kriteria. Kriteria inklusi penelitian ini
manajemen psikososiospiritual melalui adalah: pasien PGK yang memiliki
pengkajian pengalaman psikospiritual pengalaman melakukan hemodialisa rutin
pasien dan harapan pasien terhadap di RS dan Klinik HD Kota Semarang,
perawatan. Smeltzer, Bare, Hinkle dan hemodialisis lebih dari 3 bulan, bersedia
Cheever (2010) menyebutkan bahwa menjadi partisipan penelitian, sadar dan
perawat perlu memberikan kesempatan kooperatif. Peneliti menjelaskan tujuan,
pada pasien PGK untuk mengungkapkan manfaat dan prosedur penelitian kepada
perasaan terkait permasalah psikososial responden sebelum penelitian dilakukan,.
dan spiritual serta keterbatasan yang Pertimbangan penelitian ini dengan
mereka alami. memperhatikan aspek-aspek; self
Fenomena yang terjadi di lapangan determination, privacy, anonymity,
bahwa pasien PGK yang menjalani informed consent dan protection from
hemodialisis memiliki pengalaman berbeda discomfort.
dalam perawatan kesehatan dan mengatasi Pengambilan data dilakukan melalui
masalah psikososiospiritual. Studi Indepth Interview, Focus Group
pendahuluan pada dua pasien menujukkan Discussion (FGD) dan observasi. Indepth
bahwa mereka tetap bisa beraktifitas Interview pada pasien PGK dan partisipan
dengan baik, patuh menjalani diit dan
401
RAKERNAS AIPKEMA 2016
“Temu Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat”

sekunder perawat hemodilis, FGD pada Partisipan Primer Pasien PGK di kota Semarang,
keluarga dilakukan untuk mengeksplorasi Agustus-September 2016
masalah psikososiopiritual dan pengalaman
Kode Sex Usia Status Pddk Pekerjaan
manajemen psikososiopiritual. (th)
Data yang tercatat ditranskripsi dari
P1 Perempuan 48 Menikah SMP -
rekaman dan diterjemahkan ke dalam P2 Perempuan 59 Menikah SD -
bahasa Indonesia. Selanjutnya data P3 Perempuan 42 Menikah S2 Dosen
dianalisis secara manual menggunakan P4 Laki-laki 45 Duda SMA Dagang
P5 Perempuan 50 Menikah S1 Guru
metode analisis tematik yang digunakan P6 Laki-laki 24 Blm nikah S1 Penulis
untuk menganalisis setiap wawancara dan P7 Laki-laki 45 Menikah D3 PNS
catatan lapangan. Triangulasi sumber data P8 Perempuan 21 Blm nikah SMA -
P9 Perempuan 63 Menikah SD -
dilakukan untuk memeriksa kebenaran data P10 Laki-laki 48 Menikah SMA Swasta
yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut
pandang yang berbeda dengan cara Triangulasi sumber data dilakukan untuk
mengurangi bias yang terjadi pada saat memeriksa kebenaran data atau informasi yang
pengumpulan dan analisis data. diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang
yang berbeda dengan cara mengurangi
HASIL DAN PEMBAHASAN sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saat
Penelitian ini merupakan studi kasus pengumpulan dan analisis data melalui
pada pasien PGK yang memiliki berbagai perspektif diharapkan diperoleh hasil
pengalaman menjalankan hemodialisis yang mendekati kebenaran. Informasi lain
rutin. Wawancara mendalam dilakukan tentang data penelitian diperoleh dari sumber
dengan menggunakan panduan wawancara data sekunder perawat ruang Hemodialisis.
semi terstruktur pada 10 partisipan primer
dan lima perawat. FGD dilakukan pada 10 HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Permasalahan psikososiospiritual pasien
keluarga pasien.
PGK dengan hemodialisis
Partisipan sumber data primer berasal a. Permasalahan psikologis
dari beberapa daerah di kota Semarang. Aspek psikososial menjadi penting
Delapan orang menjalani hemodialisis 2 diperhatikan karena perjalanan penyakit
kali seminggu, 1 partisipan menjalani yang kronis dan sering membuat pasien
hemodialisis sekali seminggu (Partisipan tidak ada harapan (Andry, 2012). Pasien
4), satu orang pernah menjalani dapat mengalami masalah psikososial
hemodialisis 1 tahun dan saat ini menjalani seperti merasa khawatir atas kondisi
peritoneal dialisis (Partisipan 5). sakitnya yang tidak dapat diramalkan,
Partisipan sumber data primer berasal depresi akibat sakit kronis, ketakutan
dari beberapa daerah di kota Semarang menghadapi kematian (Smeltzer, Bare,
yaitu Kecamatan Semarang Timur, Hinkle dan Cheever, 2010).
Semarang Utara, Kecamatan Tembalang, Temuan penelitian ini menunjukkan
dan Kecamatan Genuk. Tiga orang bahwa awal menjalani hemodilisis hampir
menjalani hemodialisis 2 kali seminggu semua partisipan mengeluh merasa stress,
(Partisipan 1-3), 1 partisipan menjalani sedih, marah, tidak bisa menerima dan
hemodialisis sekali seminggu (Partisipan meyangkal. Perasaaan berduka yang
4) dan satu orang pernah menjalani dialami naik turun. Kecemasan, depresi,
hemodialisis 1 tahun dan saat ini menjalani ide bunuh diri disampaikan oleh partisipan
peritoneal dialisis (Partisipan 5). dalam penelitian ini. Beberapa partisipan
Karakteristik partisipan responden primer
berbicara tentang kesedihan karena
penelitian dijelaskan dalam tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Demografi kehilangan ginjal mereka. Berikut
beberapa pernyaaan partisipan tentang hal

402
RAKERNAS AIPKEMA 2016
“Temu Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat”

yang seperti dirasakan ketika di diagnosis Temuan penelitian ini sejalan dengan
PGK dan harus hemodialisis rutin: penelitian sebelumnya oleh Armiyati dan
“Perasaan pertama sakit...takut, Rahayu (2014) bahwa secara keseluruhan
down..selalu terfikir keluargaku dan respon penerimaan stres pasien CKD yang
istriku bagaimana, yang jelas terus gak menjalani hemodialisis sebagian besar
kerja gak bisa kerja... Sedih gak ada (76,9%). Penelitian lain oleh Cukorm, Coplan,
penghasilan.., hancur”(Partisipan 3, laki- Brown, Friedman, Cromwell-Smith, Peterson
laki, 46 tahun) dan Kimmel (2007) juga mendukung temuan
penelitian ini bahwa sekitar 20-30% pasien
“Saat sakit pertama kali...kalau End Stage Renal Disease dengan hemodialisis
didiagnosa ginjalnya tidak berfungsi mengalami cemas dan depresi.
dengan maksimal saya masih bisa Temuan dalam penelitian ini juga
menerima. Tetapi begitu harus cuci menujukkan beberapa partisipan kadang masih
darah, itu yang awalnya saya tidak mengalami penurunan motivasi dan putus asa
menerima. Jadi psikologis saya masih seperti ungkapan partisipan berikut:
sering bolak-balik nggak terima, terima, “Kadang semangat berangkat cuci
nggak terima, terima..” (Partisipan 4, kadang males malesan dan putus asa gitu,
perempuan, 42 tahun) pastilah secara psikis terganggu...kadang
berpikir ngapain aku begini aku ngapain
“Pertama tahu saya harus cuci darah berobat... tak kira semua pasien pasti gitu
terus saya betul-betul syok, sampai stress, (Partisipan 3, laki-laki, 46 tahun)”
sampai di RS diikat, karena inginnya lari
terus..gak bisa menerima. Kadang “Saya masih sering merasa sedih dengan
berpikir...apa aku sakit karena kondisi saya yang tidak
kebanyakan dosa ya?..Perasaan saya saat sempurna....kasihan anak-anak karena
divonis sakit ginjal..kesatu tidak bisa sakit saya tidak bisa sembuh..( Partisipan
menerima, kedua rasa ketakutan. Karena 7, laki-laki, 45 tahun)”
orang tua saya kan juga seperti itu. Bapak
meninggal juga karena cuci darah 2 kali” “Saya sering merasa tidak berdaya
(Partisipan 4, perempuan, 50 tahun) karena tidak dapat mencari penghasilan
selama sakit dan gagal menjadi ayah dan
Temuan dalam penelitian ini sejalan suami karena tidak bisa membahagiakan
dengan pendapat Harvey (2007) dalam Andry anak dan istri..(Partisipan 10, laki-laki,
(2012) bahwa pasien PGK dengan 48 tahun)”
hemodialisis sering mengalami ketakutan,
frustasi dan timbul perasaan marah dalam Temuan penelitian ini sejalan dengan
dirinya akibat penyakit kronis, perubahan penelitian Armiyati dan Rahayu (2014) bahwa
gaya hidup dan terapi yang dijalani. Hampir mekanisme koping yang negatif pada pasien
semua partisipan sudah menerima dan ikhlas PGK yang menjalani hemodialisis ditunjukkan
dengan kondisinya yang sekarang, seperti dengan masih banyaknya responden yang
diungkapkan dalam temuan berikut: selalu khawatir dengan kondisinya, tidak mau
“Awalnya saya cemas, khawatir, takut berbagi dengan orang lain dan sering putus asa
sekarang sudah tidak” (Partisipan 4, untuk melakukan pengobatan
perempuan, 42 tahun) b. Permasalahan sosial
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa
“Sekarang sudah betul-betul ikhlas. sebagian besar pasien tidak mengalami
Diterima dengan senang. Kalau saya masalah dalam sosialiasi. Beberapa pasien
mnegikuti perkumpulan HD ya ternyata menyebutkan bahwa dukungan sekunder dari
masih banyak yang lebih yang di bawah orang-orang disekitar pasien meningkat ketika
saya... mungkin ini sudah menjadi garis, pasien sakit. Seperti diungkapkan oleh
menjadi takdirNya kan begitu” beberapa partisipan berikut:
(Partisipan 4, perempuan, 50 tahun).

403
RAKERNAS AIPKEMA 2016
“Temu Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat”

“...dengan teman di kantor ini … semakin pernyataan partisipan tentang aspek spiritual
ada perhatian, jadi mereka empatinya dan permasalahan spiritual pada pasien:
lebi” (Partisipan 4, perempuan, 42 tahun) “Awalnya perasaan protes pada Tuhan
pasti ada.. karena dari sekian ribu
“Tetangga saya biasa saja....tidak ada manusia, kenapa harus saya? Ternyata
yang menjauhi, malah lebih perhatian bahwa ini pilihan dari Tuhan banwa kita
”(Partisipan 3, laki-laki, 46 tahun) yang terbaik. Jadi yang awalnya negative,
itu menjadi positif...setelah sakit saya
“Meskipun istrinya pergi...tapi teman pak merasa ibadah saya lebih baik”
S sangat perhatian,bergantian mengantar (Partisipan 4, perempuan, 42 tahun)
dan menunggui pak S cuci dialisis...”
(Perawat 2, laki-laki, 50 tahun) “Pertama saya sakit saya down...
perasaan marah, kenapa harus saya...apa
Meskipun demikian masih ada yang salah saya...apa saya sakit karena saya
ditinggalkan orang-orang tercinta dan tinggal banyak dosa? Semakin hari saya bisa
sendiri setelah didiagnosis PGK yang harus menerima dan ikhlas... Kalau saya tidak
menjalani hemodialisis rutin. Temuan ini bisa ke Gereja, saya telpon dan minta
diungkapkan oleh beberapa partisipan primer pendeta datang ke rumah...suami kadang
didukung oleh partisipan sekunder (perawat yang mengajak pendeta ke rumah...”
ruangan) berikut: (Partisipan 5, perempuan, 50 tahun)
“Keluarga jarang ketemu ya...jarang
berhubungan yaa...istri sudah pergi Sekarang saya lebih rajin solat karena
setelah saya seperti ini,...kadang saya tidak tahu umur sampai kapan.(Partisipan
merasa jengkel”(Partisipan 3, laki-laki, 1, perempuan, 48 tahun)
46 tahun)
Kebanyakan tidak terganggu
“Suami saya menikah lagi setelah saya ibadahnya..beberapa pasien laki-laki
sakit,dirumah pagi sampai sore...tidur minta tukar jadwal HD tidak di hari
malam selalu ditempat istri kedua” Jumat agar bisa sholat Jum’at...ada juga
(Partisipan 1, perempuan, 42 tahun) yang HDnya ditukar siang setelah solat
Jumat.” (Perawat 4, Laki-laki, 22 tahun).
“Istri pak AB minta cerai setelah pak AB Tiga partisipan menunjukkan perilaku
dialisis dan tidak kerja lagi, anaknya yang tidak efektif pada konsep diri (personal
dibawa” (Perawat 1, laki-laki 42 tahun) self) terkait aspek moral dan sistem
kepercayaan ditunjukkan dengan data berupa
Kelelahan, infertilitas, energi yang rendah, pernyataan menyalahkan Tuhan dan kegagalan
suasana hati, perubahan fisik pada tubuh menjalankan aktifitas beribadah diawal-awal
memainkan peran dalam merusak kepercayaan menjalani hemodialisis. Temuan penelitian
dan harga diri pasien hemodialisis. Aktivitas menunjukkan ada partisipan yang mengalami
seksual dan keintiman juga berpengaruh gangguan spiritual dan mengarah ke distress
terhadap hubungan pasien PGK dan spiritual seperti yang diungkapkan partisipan
pasangannya (John & Thomas, 2013). sekunder (perawat) dan keluarga berikut:
Gangguan penyesuan diri dapat menyebabkan “Ada pasien yang marah-marah ketika
terganggunya sosialisasi dan gangguan peran. rohaniawan mendoakan....akhirnya
c. Permasalahan spiritual sampai sekarang Rohaniawannya kapok
Temuan dalam penelitian ini tidak mau ke HD lagi” (Perawat 2, laki-
menunjukkan bahwa diawal mereka didiagosa laki, 50 tahun)
PGK dan harus menjalani hemodialisis rutin
beberapa partisipan mengungkapkan rasa “Ada pasien yang berpindah Agama
marahnya dan mempertanyakan kekuasaan setelah mejalani HD, katanya Tuhan tidak
Tuhan, namun perlahan pasien bisa menerima adil...setelah pindah Agama yang baru
dan beribadah lebih khusuk. Berikut pasien masih merasa belum tenang,
pindah lagi agama asal..sepertinya

404
RAKERNAS AIPKEMA 2016
“Temu Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat”

setelah itu pindah agama lagi..” (Perawat penting berusaha kuat” (Partisipan 5,
1, laki-laki, 42 tahun). perempuan, 50 tahun)

“Dulu awal sakit dan harus cuci darah “Kalau saya sih sekarang berusaha untuk
suami saya sering marah jika diingatkan selalu positif thinking saja dengan
untuk sholat, sering marah-marah semua..” (Partisipan 6, laki-laki, 24
berkata..dosa saya apa? Kenapa tidak tahun)
penjahat saja sakit seperti ini (Keluarga Temuan penelitian ini selaras dengan yang
partisipan7, perempuan, 42 tahun)” disampaikan Bulechek, Butcher, Dochterman
Distress spiritual sering terjadi pada pasien dan Wagner (2012). bahwa manajemen
dengan penyakit kronis dan terminal karena permasalahan untuk mengatasi masalah
perubahan pada sistem keyakinan, perubahan psikologis diantaranya yaitu penurunan
gaya hidup, kehilangan fungsi tubuh dan tidak kecemasan dan peningkatan koping. Strategi
efektifnya sistem pendukung. Masalah ini koping penguatan diri akan meningkatkan
memerlukan penanganan agar adaptasi pasien penyesuaian diri dan adaptasi yang baik.
bisa efektif, karena ketidakefektifan dalam b. Upaya Spiritual
aspek spiritual dapat menimbulkan masalah Iman dan spiritual dibahas sebagai sarana
dan mempengaruhi kualitas hidup. Beberapa untuk mengatasi dan menyesuaikan diri
penelitian menunjukkan bahwa spiritualitas dengan kondisi kegagalan ginjal (John dan
mempengaruhi kualitas hidup pasien CKD Thomas, 2013). Strategi koping koping religius
(Finkelstein, West, Gobin & Wuerth, 2007) juga akan meningkatkan penyesuaian diri
pasien hemodialisis. Manajemen masalah
2. Manajemen masalah psikososiospiritual dilakukan partisipan melalui spiritual coping
pasien PGK dengan hemodialisis antara lain berserah pada Tuhan dan berdoa.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa Banyak partisipan yang mengatakan iman
manajemen masalah psikologis yang dilakukan
bahwa kekuatan iman dan doa memiliki
oleh pasien hemodialisis antara lain: 1)
peningkatan koping, 2) upaya spiritual dan 3) efek positif, seperti yang disampaikan
meningkatkan dukungan suport sosial. partisipan berikut:
a. Peningkatan koping “Paling ya berdoa sama Tuhan, kadang
Peningkatan koping menjadi faktor kan ya sayang karane ini semua yang
harus dijlani akhirnya.. berharap bisa
yang penting dilakukan oleh pasien
kuat dan bisa tertawa lagi.., pertama
hemodialisis. Sebagian besar responden pasti berdoa, kekuatan doa luar biasa,
pasien PGK yang menjalani hemodialisis ..”(Partisipan 3, laki-laki, 46 tahun)”
dalam penelitian ini memiliki mekanisme
koping yang sudah adaptif. Mekanisme “Saya berusaha meningkatkan
koping yang adaptif untuk mengatasi kualitas ibadah saya lebih khusuk
permasalahan yang dialami seperti yang sekarang...agar saya lebih kuat dan
disampaikan dalam pernyataan berikut: lebih ikhlas menerima takdirNya...”
“Sekarang saya berusaha membangun (Partisipan 1, perempuan, 42 tahun)
positif thinking... ternyata juga susah.
Saya pasrah saja dengan Temuan penelitian ini sejalan dengan
kehendakNya, berpikiran positif agar penelitian sebelumnya oleh Armiyati dan
saya tetap nyaman menjalani hidup Rahayu (2014) pada pasien yang menjalani
(Partisipan 4, perempuan, 42 tahun) hemodialisis di RSUD Kota Semarang bahwa
mekanisme koping adaptif yang banyak dipilih
adalah berdoa, berserah diri pada Tuhan YME
“Saya sekarang selalu berpikir yang
dipilih oleh 82,05% pasien. Temuan penelitian
baik saja...mungkin sudah takdir saya, ini menunjukkan bahwa manajemen
yang harus saya jalani. Saya terima pengelolaan diri yang dilakukan partisipan
dengan ikhas. Hidup, mati seseorang sudah adaptif, harus dipertahankan.
itu bukan kita yang membuat..yang
405
RAKERNAS AIPKEMA 2016
“Temu Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat”

Penelitian Saffari, Pakpour, Naderi, sharing pengalaman...” (Partisipan 4,


Koenig, Badacchino dan Pipper (2013) perempuan, 42 tahun)
menunjukkan bahwa sumber spiritual dapat
berkontribusi pada dan status kesehatan dan Dukungan sosial dari teman dan
kualitas hidup yang lebih baik pada pasien masyarakat berpengaruh juga berpengaruh
hemodialisis. Penelitian Cruz, dkk (2016) terhadap kemandirian pasien. Penelitian pada
menunjukkan bahwa keterlibatan praktek pasien dialisis oleh Jansen, dkk (2014)
keagamaan dan penggunaan koping religius menunjukkan bahwa dukungan emosional
berkorelasi dengan kualitas hidup pasien umum berhubungan positif dengan
dialisis (p value <0,001). Cruz, dkk (2016) otonomi pasien (p<0,005).
merekomendasikan untuk mengintegrasikan Menurut partisipan, perawat dan dokter
religiusitas ke dalam proses perawatan juga memberikan motivasi yang dapat
kesehatan pasien hemodialisis untuk meningkatkan semangat mereka, seperti
memfasilitasi pencapaian kesehatan optimal. ungkapan berikut:
c. Pemanfaatan dukungan sosial “Yang dikerjakan perawat terbaik lah,
Pemanfaatan dukungan sosial dalam sudah peduli, menanyakan kesehatan, itu
mengatasi masalah yang dialami juga membuat kami semangat”(Partisipan 3,
menjadi subtema yang ditemukan dalam laki-laki, 46 tahun)”
penelitian ini. Dukungan keluarga, teman
dan perawat menjadi hal penting untuk “Tenaga kesehatan seperti dokter dan
meningkatkan motivasi pasien. perawat baik...Iya telaten, sabar, kalau
“Kadang yang membuat semangat Cuci curhat sejam, 2 jam dilayani..”
Darah kalau kepikiran punya anak...Kalau (Partisipan 5, perempuan 50 tahun)
tidak cuci darah bagaimana..kan saya
masih punya anak. anak sudah gede..( Dukungan sosial diperlukan agar hidup
Partisipan 3, laki-laki, 46 tahun)” pasien hemodialisis menjadi lebih bermakna,
sehingga menjadi lebih bersemangat dalam
Suami saya luar biasa... saya bisa hidup. Adanya dukungan sosial dari orang lain
bertahan seperti ini karena suami saya, akan menumbuhkan harapan untuk hidup lebih
dibela-belain keluar kerja agar bisa lama, sekaligus dapat mengurangi kecemasan
merawat saya... saya acungi empat jempol individu. Sebaliknya, kurang atau tidak,
buat suami saya” (Partisipan 5, tersedianya dukungan sosial akan menjadikan
perempuan 50 tahun) individu merasa tidak berharga dan terisolasi.
(Armiyati, Rahayu, Aisah, 2015). Dukungan
“...Penguatan dari pihak keluarga itu juga sosial sangat diperlukan oleh pasien PGK
dan dari pihak kakak terutama di bidang dengan hemodialisis agar manajemen
psikologis saya dihubungkkan dengan psikososial pasien menjadi baik.
agama itu akhirnya saya pelan-pelan bisa Dukungan sosial juga diperlukan dalam
menerima.. saya biasnya curhatnya manajemen perawatan kesehatan. Perawatan
dengan kakak saya.. (Partisipan 1, kesehatan yang adekuat akan memberikan
perempuan, 42 tahun) kontribusi terhadap masalah psikologis dan
kualitas hidup. Penelitian Vardanjani, dkk
Dukungan teman sebaya dan teman (2013) menunjukkan adanya hubungan yang
senasib pasien hemodialisis lain juga menjadi signifikan antara dukungan sosial dengan
hal yang penting untuk meningkatkan perilaku kepatuhan pengobatan pada
semangat dan kepatuhan pasien. pasien hemodialisis dengan nilai p <0,001.
”… teman-teman lain juga saling support,
bisa sharing tentang obat, atau tambahan SIMPULAN
vitamin.. itu mereka sudah mumpuni Simpulan dari penelitian ini adalah: 1)
sekali. Jadi kadang mana-mana yang Sebagaian besar pasien PGK dengan
harus saya minum, mana-mana yang hemodialisis tidak mengalami masalah
harus saya makan itu kadang kita bisa psikologis dan masalah sosialisasi. Masalah

406
RAKERNAS AIPKEMA 2016
“Temu Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat”

psikolososial spiritual yang masih dialami dialysis patient. Nephrol Dial Transplant .
beberapa pasien adalah perasaan cemas, sedih, 22: 2432–2434
takut, putus asa, rendah diri, kecewa karena Gormon, L.G., & Sultan, D.F., (2009).
ditinggalkan pasangan, menyalahkan Tuhan Psychosocial nursing for general patient
dan gangguan beribadah 2) Kesadaran diri, care. Philadelpia: Davis
upaya spiritual dan dukungan sosial berperan Griva, Jayasena, K, D. Davenport, A.
penting dalam mengatasi permasalahan Harrison, M & Newman, S. P. “Illness and
psikososialspiritual pasien dengan treatment cognitions and health related
hemodialisis. quality of life in end stage renal disease,”
Saran dari penelitian ini adalah: (1) Tenaga British Journal of Health Psychology, vol.
kesehatan perlu memfasilitasi dan 14, no. 1, 17–34, 2009.
mempertahan koping adaptif pasien PGK Jansen, D.L., Rijken, M., Kaptein, A.A.,
dengan hemodialisi, (2) Dukungan sosial perlu Boeschoten, E.W., Dekker, F.W., &
ditingkatkan untuk mencegah dan mengatasi Groenewegen, P.P. The role of social
permasalahan psikososialspiritual. support in dialysis pa tients' feelings of
autonomy and self-esteem: is support
DAFTAR PUSTAKA more beneficial for patients with specific
Andry. (2012). Aspek Psikososial Pasien illness perceptions?. Families, Systems &
Gagal Ginjal, 20 April 2015 dari: Health: 2014, 32(3), 313-327
http://kesehatan.kompasiana.com John, J.F. & Thomas., V.J. (2013). The
Armiyati, Y., & Rahayu, D. A. (2014). Psychosocial Experience of patients with
Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme End Stage Renal Disease and Its Impact
koping pasien ckd yang menjalani on Qualiaty of life: Finding from Needs
hemodialisis di rsud kota semarang . In Assessment to Shape a Service. ISRN
prosiding seminar nasional & Nephrology Journal, 1-8
internasional. 2014 Saffari., M., Pakpour A.H., Naderi., M.K.,
Armiyati, Y., Rahayu, D. A., & Aisah, S. Koenig., H.G., Badacchino, D.R., & Pipper.,
(2015). Manajemen masalah C. (2013). Spiritual coping, religiosity and
psikososiospiritual pasien hiv/aids di quality of life: A study on Muslim
kota semarang. In prosiding seminar patients undergoing haemodialysis.
nasional.2015 Nephrology 18 (2013) 269–275
Smeltzer, S.C,. Bare, B.G., Hinkle,J.L &
Bulechek, G.M., Butcher, H., Dochterman,
Cheever, K.H. (2010). Textbook of
J.M., & Wagner., C. (2012). Nursing
medical–surgical nursing . (ed. 12).
Intervention Classification (NIC). 6th
Philadelpia: Lippincott
edition. St Louis: Mosby
Suwitra, K. (2009). Penyakit ginjal kronik.
Cruz, J.P. Colet., J.P.Inocian., E.P., Al-Otaibi.,
Dalam A.W. Sudoyo, S.Bambang,
R.S & Islam., S.M.S., (2016). Influence of
A.Idrus, K.MarcellusSimadibrata, &
religiosity and spiritual coping on health-
S.Setiadi (Ed.), Buku Ajar Ilmu Penyakit
related quality of life in Saudi
Dalam. (pp.1035-1040). Jakarta: Interna
haemodialysis patients. International
Publishing.
Society for Hemodialysis Journal.
Vardanjani, S.E., Khalili, F., Dehkordi, F.G.,
DOI:10.1111/hdi.12441. 1-8. 2016
Vardanjani, M.M & Vardanjani, A.T.
Cukor, D., Coplan, J., Brownm C., Friedman,
Perceived Social Support and Depression
S., Smith, A.C., Peterson, R.A., Kimmel,
Factors in Hemodialysis Patients. World
P.L., (2007). Depression and Anxiety in
Applied Sciences Journal 25 (3): 434-440,
Urban Hemodialysis Patients. Clin J Am
2013
Soc Nephrol . 2. 484-490
White, C & McDonnell, H. (2014).
Finkelstein, F., West, W., Gobin, J.
Psychosocialdistress in patient with End
Finkelstein, S.H., & Wuerth, D.,(2007)
Stage Kidney Disease. Journal of Renal
Spirituality, quality of life and the
Care 2014 -7

407

Anda mungkin juga menyukai