MODUL
PELATIHAN BAGI PELATIH
PENGEMBANGAN
BADAN USAHA MILIK DESA
Diterbitkan oleh:
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,
DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
Jl. TMP. Kalibata No. 17 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12740
Telp. (021) 79172244, Fax. (021) 7972242
Web: www.kemendesa.go.id
1. DESA adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2. KEWENANGAN DESA adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan
di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,
Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa.
3. BADAN USAHA MILIK DESA, selanjutnya disingkat BUM DESA, adalah badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola
aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan
masyarakat Desa.
4. PEMERINTAHAN DESA adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
5. PEMERINTAH DESA adalah kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
6. BADAN PERMUSYAWARATAN DESA atau yang disebut dengan nama lain adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil
dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara
demokratis.
7. LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA adalah lembaga yang dibentuk oleh
masyarakat Desa sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah Desa
dalam memberdayakan masyarakat Desa.
8. MUSYAWARAH DESA atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah
antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang
bersifat strategis.
9. MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA atau yang disebut dengan
nama lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah
Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk
menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa yang
didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat Desa,
dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT dengan rahmatnya bahwa Modul
Pelatihan Untuk Pelatih Pengembangan Badan Usaha Milik Desa dalam rangka mendukung
pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa telah hadir dihadapan
pembaca. Modul pelatihan ini bertujuan untuk menyiapkan tenaga pelatih profesional di
tingkat nasional dalam rangka mendukung kebijakan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat Desa yang dilakukan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi. Pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) dalam modul
pelatihan mempunyai target bahwa BUM Desa konsisten mengkonsolidasi usaha warga
Desa berdasar asas kekeluargaan dan gotong royong.
Dalam pelaksanaan kebijakan pengembangan BUM Desa banyak dijumpai masalah
dan sekaligus potensi. Masalah yang dihadapi oleh BUM Desa antara lain beraspek
manajemen, standar akuntansi keuangan, dan legitimasi hukum. Modul pelatihan
pengembangan BUM Desa memuat tindakan-tindakan komunikatif antara pemerintah
Desa dan warga Desa agar mampu mandiri melakukan tindakan-korektif atas usaha-usaha
yang selama ini telah dilakukan oleh BUM Desa. Kinerja keuangan BUM Desa penting untuk
dikaji ulang dan dirumuskan berkaitan dengan kedudukan BUM Desa sebagai entitas tanpa
akuntabilitas publik dalam cara pandang akuntansi keuangan, sehingga BUM Desa mampu
menyusun laporan posisi keuangan dan laporan kinerja mengenai manfaat usaha yang
dilakukannya pada skala Desa. Legitimasi hukum merupakan salah satu tindakan
komunikatif di Desa bahwa peraturan di Desa yang dibahas dan disepakati dalam
Musyawarah Desa akan memadukan kemampuan BUM Desa untuk mengelola sumber daya
bersama (common pool resources), aset Desa, maupun hak dan kewajiban BUM Desa secara
kolektif. Inilah kiranya BUM Desa layak disebut sebagai badan usaha yang berada di Desa
sebagai kesatuan masyarakat hukum adat dan tidak hanya sebagai badan usaha pada
wilayah administrasi Desa.
Kehadiran modul pelatihan ini bermanfaat bagi pembentukan tenaga pelatih yang
diselenggarakan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dengan demikian
pemerintah pusat dan pemerintah daerah selalu konsisten melaksanakan kewenangannya
untuk mendampingi BUM Desa secara manajemen, keuangan, dan legitimasi hukum.
Wallahul muwafieq ila aqwamith-tharieq.
Jakarta, September 2018
DIREKTUR
PENGEMBANGAN USAHA
EKONOMI DESA
Daftar Isi
Daftar Istilah
Kata Sambutan Direktur Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa
Daftar Isi
Pokok Bahasan 1
DINAMIKA KELOMPOK DAN
PENGORGANISASIAN PESERTA
SPB
PERKENALAN
1.1
Tujuan
Setelah sesi ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengatasi hambatan berkomunikasi;
2. Saling mengenal antara peserta, fasilitator, dan panitia.
Waktu
10 menit
Metode
Permainan
Media
Lembar permainan
Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan, hasil, dan proses yang diharapkan dari subpokok bahasan
“Perkenalan”.
2. Mintalah setiap peserta menuliskan usia masing-masing pada metaplan
dengan angka yang besar agar bisa dilihat dari jarak jauh oleh pelatih dan
peserta lainnya. Minta juga agar semua buku catatan ditutup dan alat tulis
yang lain diletakkan (untuk mencegah peserta mencatat nama-nama
peserta lain yang tengah bicara).
3. Mintalah semua peserta berdiri dengan mengacungkan tulisan angka usia
masing-masing, membentuk lingkaran “U” dengan urutan dari yang tertua
sampai dengan yang termuda searah jarum jam.
4. Lakukanlah perkenalan dimulai dari peserta pertama (tertua) dengan
menyebutkan nama panggilan dirinya dengan keras agar terdengar oleh
semua peserta: “BUDI...!”
5. Perkenalan dilanjutkan oleh peserta kedua dengan terlebih dahulu
menyebutkan nama peserta pertama(BUDI) kemudian disusul dengan
menyebutkan nama panggilan dirinya. Demikian seterusnya, setiap peserta
menyebutkan nama panggilan satu orang peserta sebelumnya sebelum
meneriakkan nama dirinya.
6. Setelah semua peserta mendapatkan giliran perkenalan, maka lakukanlah
uji petik secara acak. Tunjuklah salah satu peserta agar menyebutkan
nama peserta lainnya secara acak, ke samping kiri atau ke samping kanan.
7. Terakhir, secara sukarela mintalah satu atau dua peserta yang dapat
menghafal/menyebutkan semua nama peserta dari yang tertua sampai
yang termuda.
Catatan:
Permainan lain dapat digunakan disesuaikan dengan situasi kelas.
SPB
UNGKAPAN HARAPAN PESERTA
1.2
Tujuan
Setelah sesi ini peserta diharapkan dapat:
1. Menuliskan kebutuhan dan harapan yang akan diwujudkan selama
pelatihan;
2. Menuliskan bentuk kontribusi yang akan diberikan dalam mewujudkan
harapan tersebut.
Waktu
10 menit
Metode
Curah pendapat, menyusun pohon harapan
Media
Metaplan
Proses Penyajian
1. Sampaikan tujuan sesi ini kepada peserta, dan tegaskan bahwa
keseluruhan proses yang akan dilalui peserta dalam keseluruhan pelatihan
pratugas ini menggunakan metode Pembelajaran Orang Dewasa (POD).
Sebab itu hasil dan keberhasilan proses pelatihan ini turut ditentukan oleh
partisipasi aktif peserta.
2. Bagikanlah kertas metaplan masing-masing 1 (satu) lembar kepada setiap
peserta.
3. Minta peserta agar menuliskan SATU harapan mereka dari pelatihan ini
secara landscape dan dengan huruf kapital.
4. Minta peserta untuk menempelkan kertas harapan mereka pada kertas
plano/papan tulis yang tersedia di depan kelas.
5. Mintalah salah seorang peserta untuk menyusun kertas harapan yang
telah tertempel di depan kedalam bentuk pohon. Pilah antara harapan
yang paling mendasar (sebagai akar), batang harapan, dan daun-daun
harapan.
6. Fasilitator menegaskan harapan peserta secara singkat, dengan
menekankan harapan peserta yang paling mendasar.
SPB
TUJUAN DAN ALUR PELATIHAN
1.3
Tujuan
Setelah sesi ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tujuan pelatihan;
2. Menjelaskan alur pelatihan.
Waktu
15 menit
Metode
Paparan
Media
Bahan tayang alur pelatihan
Proses Penyajian
1. Sampaikan kepada peserta tentang tujuan sesi ini. Ingatkan kepada
peserta tentang prinsip Pembelajaran Orang Dewasa yang digunakan
dalam proses pelatihan sepanjang beberapa hari ke depan.
2. Berikan penjelasan dengan mengacu pada media tayang tentang Tujuan
Dan Alur Pelatihan dan kaitannya dengan pendampingan Desa (Lembar
Bahan Bacaan 1.3.1)
3. Jelaskan dengan menggunakan media tayang tentang alur pelatihan yang
akan diikuti oleh Peserta.
4. Bila masih tersisa waktu, berikan kesempatan pada peserta untuk
mengkonfirmasi atau bertanya.
Pelatihan ini bertujuan melakukan review terhadap usaha yang nyata dilakukan oleh
BUM Desa. Metode review dilaksanakan melalui refleksi atau tindakan-korektif atas
jenis-jenis usaha yang direncanakan atau nyata dilakukan oleh BUM Desa.
Salah satu pendekatan teknis-metodis untuk mencapai review yang bermanfaat
bagi BUM Desa yaitu refleksi atas alur pendirian BUM Desa dan penyusunan kanvas
model bisnis atas usaha yang dilakukan.
Tahap berikutnya yaitu mengadaptasi Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) kedalam sistem akuntansi BUM Desa. Tujuannya
yaitu memastikan akun penyertaan modal dari Desa dan warga Desa, aliran bantuan
(tugas pembantuan dari pemerintah; medebewind), kerjasama dengan para pihak,
hasil usaha, dan penggunaan hasil usaha BUM Desa dapat dilakukan sesuai
kenyataan dan amanat UU No. 6/2014 tentang Desa.
Kemampuan akuntansi didukung pula dengan kemampuan manajemen yaitu BUM
Desa menyusun SOP manajemen sederhana baik beraspek usaha yang nyata
dilakukan maupun aspek keuangan yang tertuju pada konsolidasi usaha-usaha
warga Desa.
Sesi terakhir yaitu refleksi atas legitimasi hukum BUM Desa. Beberapa Peraturan di
Desa berkaitan dengan BUM Desa belum sepenuhnya melakukan rekognisi dan
subsidiaritas atas aset bersama (common pool resources), aset Desa, dan tata kelola
BUM Desa sesuai UU No. 6/2014 tentang Desa. Oleh karena sesi akhir pelatihan
menegaskan perlunya perubahan Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa yang
melegitimasi BUM Desa sesuai kenyataan usahanya.
SPB
ATURAN MAIN PELATIHAN
1.4
Tujuan
Setelah sesi ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan hal-hal yang dapat mendukung kelancaran proses pelatihan;
2. Menjelaskan hal-hal yang perlu diatur selama proses pelatihan.
Waktu
10 menit
Metode
Curah pendapat
Media
Metaplan
Proses Penyajian
1. Tegaskan bahwa dalam pelatihan ini ada banyak unsur yang terlibat, mulai
Panitia, fasilitator, supervisor, dan unsur penyelenggara.
2. Bagikan satu lembar kertas metaplan kepada setiap peserta. Mintalah
mereka untuk menuliskan aturan yang akan diberlakukan sepanjang
pelatihan.
3. Minta peserta untuk menempelkan usulan mereka di kertas plano/papan
tulis yang tersedia di depan.
4. Pelatih menyeleksi (bila ada isian yang sama) dan mengklasifikasi setiap
usulan. Setelah itu bacakan usulan yang telah diklasifikasi tersebut.
5. Pelatih menambahkan aturan yang belum tercakup dalam usulan peserta.
6. Sebelum sesi ditutup, lakukan review atas seluruh proses yang telah
dilewati dalam sesi-sesi di Pokok Bahasan ini. Tegaskan tentang:
a) Komunikasi yang baik antar peserta, peserta dengan pelatih dan
dengan panitia;
b) Memegang teguh prinsip pembelajaran orang dewasa dan pentingnya
bagi mewujudkan harapan dalam pelatihan;
c) Tujuan pelatihan;
d) Komitmen bersama untuk menaati aturan main pelatihan.
Pokok Bahasan 2
REVIEW USAHA
BADAN USAHA MILIK DESA
SPB
ALUR IDEAL TATA KELOLA BUM DESA
2.1
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan struktur organik BUM Desa berkaitan dengan kedudukan
Musyawarah Desa, Kepala Desa, Penasihat (ex-officio Kepala Desa),
Pengawas, dan Warga Desa.
2. Menyusun alur tata kelola BUM Desa berdasar potensi Desa, aset
Desa, peraturan di Desa dan kenyataan yang dihadapi oleh BUM Desa.
Waktu
90 menit
Metode
Pemaparan dan Curah Pendapat
Media
Media Tayang
Alat Bantu
Spidol, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari sesi ini.
2. Ajaklah peserta untuk merefleksikan kondisi desa saat ini melalui
pertanyaan;
Apakah sumber daya bersama (common pool resources) yang ada di
Desa?
Apakah masalah bersama (common problems) yang ada di Desa?
Bagaimana potensi Desa untuk menyelesaikan masalah bersama
melalui sumber daya bersama itu?
Apakah Desa sudah memetakan Aset Desa dan memutuskan status
Aset Desa untuk dikelola oleh BUM Desa?
Apakah masalah yang dihadapi oleh Desa dalam mendirikan BUM
Desa?
Bagaimana sikap Anda mengatasi proses pendirian BUM Desa yang
belum mengikuti kaidah dalam UU No. 6/2014 tentang Desa?
3. Berikan tanggapan atas pendapat peserta dan lakukan pemaparan mulai
tahapan proses pemetaan potensi Desa, Aset Desa, pendirian BUM Desa,
pengelolaan BUM Desa, dan pertanggungjawaban BUM Desa (Lembar
Bahan Bacaan 1.1.1)
4. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya, berdiskusi dan
lakukan penegasan.
5. Akhiri sessi dengan penegasan dan kesimpulan tentang Alur Ideal Tata
Kelola BUM Desa.
1
Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi,
Yayasan, Wakaf, Cetakan Ketiga, (Bandung: Penerbit PT Alumni, 2012).
2
Friedrich Carl von Savigny, System des heutigen Romischen Rechts, (Berlin: Bei Deit und Comp,
1840).
3
Tilman Altwicker, “Rechtsperson im Rechtspositivismus,” dalam Gröschner et.al., Person und
Rechtsperson: Zur Philosophie der Personalität, (Tübingen: Mohr Siebeck, 2015).
4
Badan Hukum (juristic person) dalam Hans Kelsen, The Pure Theory of Law, diterjemahkan Max
Knight dari Reine Rechtslehre, unveränderter nachdruck, (Berkeley, Los Angeles, London: University of
California Press, 1970). Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, (Jakarta:
Konstitusi Press dan Syaamil Cipta Media, 2006).
5
Otto von Gierke, Das deutsche Genossenschaftsrecht, Erster Band, Rechtsgeschichte der deutschen
Genossenschaft, (Berlin: Weidmannsche Buchhandlung, 1868) (selanjutnya disingkat Otto von Gierke I).
Untuk penelitian hukum dengan menggunakan teori Genossenschaft terhadap Nagari atau Desa, lihat Rizal
Sofyan Gueci, Verfassungsstaat, traditionelles Recht und Genossenschaftstheorie in Indonesien: eine Studie
zu den Verbindungen zwischen Otto von Gierkes Genossenschaftstheorie und Supomos Staats- und
Gesellschaftstheorie, (Europäische Hochschulschriften: Reihe 2, Rechtswissenschaft; Bd. 2386). Zugl.:
Frankfurt (Main), Univ. Diss., 1997, (Frankfurt am Main; Berlin; Bern; New York; Paris; Wien: Lang, 1999).
6
Otto von Gierke, Das deutsche Genossenschaftsrecht, Zweiter Band, Geschichte des deutschen
Körperschaftsbegriffs, (Berlin: Weidmannsche Buchhandlung, 1873)
7
Otto von Gierke, Die Genossenschaftstheorie und Die Deutsche Rechtsprechung, (Berlin:
Weidmannsche Buchhandlung, 1887)
8
Rizal Sofyan Gueci, op.cit., hlm. 54-61.
9
Ron Harris, “The Transplantation of The Legal Discourse on Corporate Personality Theories: From
German Codification to British Political Pluralism and American Big Business,” Journal: Wash & Lee L. Rev,
Volume 63, hlm. 1427.
10
Mulhadi, Perusahaan, Pola Kemitraan dan Badan Hukum, Cetakan Kedua, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2017).
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
17
MODUL PENGEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA
badan usaha yang sudah eksis dalam realitas. Hampir seluruh diskursus teoritis tentang badan
hukum di Indonesia bersumber pada disertasi Houwing.11 Pemikiran Houwing berada dalam
batasan-batasan Dogmatik-hukum. Dogmatik-hukum hanya salah satu bagian kecil dari struktur
teori hukum dalam arti sempit. Tindakan komunikatif dari masyarakat tidak diperhitungkan dalam
pengetahuan teknis Dogmatik-hukum sebagai unsur pembentukan diskursus badan hukum sebagai
subjek hukum.
BUM Desa merupakan bagian organik dari komunitas-organik Desa (Genossenschaft).
Perkembangan badan-badan usaha di Desa merupakan bagian dari konsep kesatuan masyarakat
hukum yang eksis dalam realitas sosial (Körperschaftsbegriff). Kesatuan masyarakat hukum diakui
oleh negara menjadi badan hukum yang bersifat organik (Genossenschaft).
Konstruksi badan hukum organik atau Korporasi-organik berbeda dengan Korporasi-
normatif (Korporationslehre; Jerman). Korporasi-normatif merupakan pengetahuan badan hukum
yang mengabstraksikan personalitas-individu atau kelompok dan bersumber dari hukum positif
saja. Kekuasaan negara membentuk dan menjamin Korporasi-normatif menjadi badan hukum
seperti bank Desa, Badan Usaha Unit Desa (BUUD) berbadan hukum Koperasi, dan BUM Desa
periode 1999-2014. Sutoro Eko memberi contoh Lembaga Perkreditan Rakyat (LPD) di Bali tidak
punya keabsahan status badan hukum.12 Keberadaannya didukung Adat dan menyumbangkan
kemakmuran untuk krama Desa. Kondisi faktual LPD di Desa Adat di Bali merupakan bentuk
konkret dari Republik Desa (Dorpsrepublieken) yang otonom dalam mengatur dan mengurus diri
sendiri. Pendapat dari Sutoro Eko secara tidak langsung mengkritik badan hukum privat dan
membuka peluang analitis terhadap badan hukum organik yang berkembang untuk diakui sebagai
badan hukum publik bercirikan Desa.
Analisis pada bagian ini selanjutnya dibatasi tidak pada pendalaman diskursus teoritis
tetapi menyusun gagasan mengenai pengakuan dan penghormatan terhadap BUM Desa sebagai
badan usaha bercirikan Desa yang diakui oleh kekuasaan negara sebagai badan hukum dengan
uraian ringkas sebagai berikut:
1. Kewenangan hak asal-usul dan kewenangan lokal berskala Desa merupakan alasan-alasan
hukum bagi Pemerintah Desa dan BPD untuk mengakui BUM Desa sebagai badan hukum
bercirikan Desa (Badan Hukum Desa) yang dibentuk berdasar kesepakatan dalam
Musyawarah Desa, Peraturan Desa, dan penetapan AD/ART BUM Desa melalui keputusan
kepala Desa.
2. Wewenang (bevoegheid) lembaga negara Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi yang dilegitimasikan dari hukum publik, merupakan alasan-
alasan hukum bagi kewenangan Menteri Desa untuk mengakui dan menjamin kedudukan
BUM Desa sebagai Badan Hukum Publik bercirikan Desa.
3. Kedudukan BUM Desa baik sebagai Badan Hukum Desa maupun Badan Hukum Publik
Bercirikan Desa berhak melakukan usaha bersama (co-operative) dan wajib tunduk pada
prinsip, semangat, dan asas kekeluargaan dan kegotongroyongan.
11
Philippus Abraham Nicolaas Houwing, Subjectief Recht, Rechtssubject, Rechtspersoon, (Zwolle:
N.V. Uitgevers-Maatschappij, W.E.J. Tjeenk Willink, 1939).
12
Sutoro Eko bersama Tim FPPD, “Membangun BUMDes yang Mandiri, Kokoh dan Berkelanjutan,”
Policy Paper BUM Desa, 2 Desember 2013.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
18
MODUL PENGEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA
Hukum pengakuan dan penghormatan terhadap BUM Desa pada susunan organik BUM
Desa lebih spesifik diuraikan sebagai berikut:
1. BUM Desa sebagai Badan Hukum Publik Bercirikan Desa dibentuk oleh Desa sebagai badan
hukum publik. Dasar legitimasinya yaitu asas rekognisi-subsidiaritas, musyawarah, dan
kekeluargaan-gotong royong. Asas hukum ini melandasi kewenangan hak asal-usul dan
kewenangan lokal berskala Desa dimana BUM Desa masuk sebagai kategori kewenangan
dimaksud.
2. BUM Desa sebagai Badan Hukum Publik Bercirikan Desa dibahas dan disepakati dalam proses
deliberatif (Musyawarah Desa), ditetapkan dengan Peraturan Desa mengenai pendiriannya,
dan AD/ART ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa yang mengalir dari norma hukum
Peraturan Desa.
3. BUM Desa sebagai Badan Hukum Publik Bercirikan Desa memiliki kekayaan yang dipisahkan
dari Desa. Kekayaan BUM Desa merupakan kekayaan Desa yang dipisahkan.
a. Neraca dan pertanggungjawaban pengurusan BUM Desa dipisahkan dari neraca dan
pertanggungjawaban Pemerintah Desa. Kekayaan (aset) BUM Desa bersumber dari
penyertaan modal dari Pemerintah Desa dan penyertaan modal dari masyarakat Desa
(tidak berupa saham).
b. Kebijakan dari Kementerian Desa PDTT memposisikan Dana Desa sebagai dana rekognisi-
subsidiaritas dan bukan dana bantuan (medebewind), sehingga dalam perspektif standar
akuntansi lebih tepat diposisikan khusus sebagai modal penyertaan modal dari Desa. Pada
konteks Dana Desa digunakan sebagai penyertaan modal untuk BUM Desa melalui
pemerintah Desa, maka BUM Desa berwenang menggunakan dana rekognisi-subsidiaritas
itu untuk menambah kegiatan pengembangan, pengelolaan pemasaran, dan lainnya.
c. Desa berwenang memutuskan BUM Desa membeli aset-aset yang dibutuhkan untuk
pengembangan usahanya. Tetapi aset-aset tersebut tetap digunakan untuk kepentingan
kolektif. Hal ini diputuskan bersama dalam Musyawarah Desa.
d. Penyertaan modal dalam bentuk saham dari warga Desa lebih tepat sebagai modal
penyertaan individu warga Desa pada Unit Usaha berbadan hukum PT yang dibentuk oleh
BUM Desa. Konsekuensinya, BUM Desa harus stabil pendapatan usahanya dan legitim
secara hukum agar berikutnya mampu melakukan penyertaan modal-saham pada Unit
Usaha berbadan hukum privat (PT). Adapun bantuan dari pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dan pihak ketiga lebih tepat diposisikan sebagai kewajiban BUM Desa dalam
perspektif standar akuntansi keuangan. Karena BUM Desa terikat kewajiban sebagai
pelaksana bantuan yang mengalir dari keuangan publik.
4. BUM Desa sebagai Badan Hukum Publik Bercirikan Desa berhak memperoleh Dana Desa untuk
penyertaan modal dan kegiatan pengembangan usaha bersama, mengelola aset Desa melalui
pemanfaatan aset Desa, menjalankan usaha bersama (holding) untuk mengorganisir dan
mengkonsolidasi usaha-usaha dari warga Desa, dan melakukan kerjasama kemitraan strategis
dengan pihak lain dari luar Desa. BUM Desa sebagai Badan Hukum Publik Bercirikan Desa
wajib memberikan informasi tentang kinerjanya secara terbuka kepada publik berkaitan
dengan penggunaan Dana Desa, aset Desa, dan hasil kerjasama kemitraan strategis untuk
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa. Disinilah struktur organisasi BUM Desa
tidak hanya semata terdiri dari Penasihat, Pelaksana Operasional, dan Pengawas, tetapi
meliputi Musyawarah Desa, Penasihat, Pelaksana Operasional, Pengawas dan seterusnya
sebagai satu kesatuan organik.
5. Berkaitan dengan Organ, BUM Desa sebagai Badan Hukum Publik bercirikan Desa berwenang
melakukan perbuatan hukum, baik hukum publik maupun hukum privat, serta dapat
menuntut dan dituntut di pengadilan. Direktur Utama BUM Desa berwenang untuk melakukan
perbuatan hukum dan mengadakan perjanjian yang saling menguntungkan.
6. Unit usaha BUM Desa yang berstatus perseroan terbatas, diakui sebagai unit usaha BUM Desa
(satu kesatuan dengan BUM Desa), melalui Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa yang
diuraikan sebelumnya. Hukum rekognisi ini membentuk BUM Desa dalam teori organik
sebagai Badan Hukum Publik Bercirikan Desa.
7. Unit usaha BUM Desa berbentuk perseroan terbatas diradikalisasi menjadi entitas hukum
yang baru (the new legal entity) dibawah kekuasaan BUM Desa sebagai organisasi payung
(holding). Unit usaha BUM Desa diakui berdasar hukum kontraktual dan diabsahkan
dihadapan notaris. Tetapi pengabsahannya tidak memerlukan akta penegasan karena akta
penegasan berakibat hukum pada delegitimasi Peraturan Desa tentang Pendirian BUM Desa.
8. Modal-saham yang telah dilepaskan terbuka oleh BUM Desa dan/atau unit usaha PT
bentukannya, tidak relevan dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
karena BUM Desa dibedakan tegas dengan badan hukum PT. Untuk mengantisipasi konflik
diantara pemegang saham, akta pendirian PT bentukan BUM Desa dicermati kembali. Saham
tetap dipertahankan dalam pola mobilisasi modal yang telah dilakukan selama ini oleh BUM
Desa, tetapi hal ini harus diungkapkan secara terbuka bahwa modal-saham dijalankan oleh
Unit Usaha PT dan bukan secara langsung oleh BUM Desa. Publik akan mengetahui karakter
baru BUM Desa tipe holding yang memayungi unit-unit usaha berbadan hukum privat
tersebut. Selain itu akta pendirian Unit-unit usaha perlu dicermati ulang, berkaitan dengan
hubungan-hubungan antara Kepala Desa, Direktur BUM Desa, Direktur Unit Usaha (PT), dan
warga Desa sebagai pihak pemegang saham. Hubungan antara kepentingan kolektif dalam
Musyawarah Desa dan kepentingan individual-kelompok dalam Rapat Umum Pemegang
Saham. Direktur Unit Usaha PT bertanggungjawab kepada Direktur Utama BUM Desa.
SPB
Menyusun Model Bisnis BUM Desa
2.2
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memetakan potensi Desa (common pool resources) untuk dikelola oleh
BUM Desa;
2. Menentukan Jenis Usaha yang tepat dilakukan oleh BUM Desa;
3. Menyusun kanvas model bisnis BUM Desa yang mudah dipahami oleh
pemerintah Desa dan warga Desa;
Waktu
180 menit
Metode
Pemaparan, Tanya Jawab, Curah Pendapat, Diskusi Kelompok, Pleno
Media
Media Tayang
Alat Bantu
Spidol, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian
1. Berikan penjelasan tentang tujuan, hasil, dan proses yang diharapkan dari
sesi ini;
2. Bagi peserta dalam kelompok dan diminta untuk menyepakati 1 (satu) Desa
atau 1 (satu) BUM Desa untuk dibahas pada sesi ini.
3. Pelatih memandu proses diskusi kelompok untuk memetakan potensi Desa
(common pool resources) yang dikelola oleh BUM Desa dengan mengacu
pada Lembar Kerja Kelompok 2.2.1.
4. Paparkan hasil kerja kelompok, minta tanggapan dari kelompok lainnya,
berikan penegasan;
5. Pelatih memandu diskusi kelompok tentang 9 (sembilan) langkah
pembuatan kanvas model bisnis dengan mengacu pada Lembar Kerja
Kelompok 2.2.2.
6. Paparkan hasil kerja kelompok, minta tanggapan dari kelompok lainnya,
berikan penegasan;
7. Sebelum sesi ditutup, lakukan pendalaman pembahasan mengenai maksud
dan tujuan pengembangan BUM Desa, dan kemudian beri penegasan dan
kesimpulan.
LEMBAR KERJA 2.2.1 Pemetaan Potensi Desa (Common Pool Resources) untuk
Dikelola oleh BUM Desa
Tabel. Kegiatan Ekonomi Desa
SUMBER VOLUME/Luas HASIL YANG TERLIBAT PELUANG
PENGHIDUPAN
(Common Pool
Resources)
PERTANIAN 3x panen per 2 hektar lahan Kelompok tani Beli gabah,
1. Padi tahun menghasilkan 2 warga Desa giling gabah,
2. .. ton beras Warung kecil pengemasan
Pembeli (warga beras
Desa)
Mengelola sumber Desa Wisata air Warga Desa Renovasi lokasi mata air
daya alam memelihara mata BUM Desa membangun
air dan mendapat tempat wisata, kuliner,
manfaat dari wisata diving, foto underwater
Memberi layanan Pengelolaan dan Lingkungan Desa Pemerintah Desa membeli
dasar untuk warga Pengolahan Sampah semakin bersih. alat transportasi dan
Desa pengolahan sampah , lalu
dimanfaatkan oleh BUM
Desa.
LEMBAR KERJA 2.2.2 Kanvas Model Bisnis untuk Jenis Usaha BUM Desa
Apakah BUM Desa akan berhubungan langsung dengan konsumen atau warga
Desa?
Apakah BUM Desa akan berhubungan tidak langsung dengan konsumen atau
warga Desa?
Apakah BUM Desa memerlukan biaya untuk membangun hubungan itu? Berapa
kira-kira biaya untuk membangun hubungan itu?
4. Saluran Distribusi
Apakah BUM Desa membangun tim pemasaran/tim kerja sendiri?
Apakah produk/jasa disalurkan melalui agen/distributor dll?
Apakah BUM Desa membuka toko, kios atau tempat pasar sendiri?
5. Mitra Usaha/Utama
Siapa mitra BUM Desa? Pemasok, NGO/Organisasi non pemerintah, Pemerintah
Desa di Desa lain, Pemerintah kabupaten, perusahaan?
Apakah BUM Desa memerlukan perjanjian kerjasama usaha dengan pihak lain?
6. Aktivitas utama
Bagaimana tahapan untuk menjalankan usaha Desa pengelolaan atau pengolahan
sampah?
Apakah barang atau jasa yang ditawarkan? (Contoh: menerima simpanan/tabungan
untuk biaya pengelolaan sampah tiap wilayah rukun warga dll).
7. Sumber Daya Utama
Berapa modal (Dana Desa) yang dibutuhkan?
Apakah BUM Desa membutuhkan baiya bahan baku (material)? Berapa nilainya?
Berapa jumlah pengurus atau staf yang dibutuhkan oleh BUM Desa?
Apakah BUM Desa memerlukan teknologi (alat, mesin, dll)? Berapa perkiraan
biayanya?
Apakah BUM Desa membutuhkan jalur informasi terkait inovasi persampahan?
Darimana sumber informasi itu diperoleh?
8. Struktur Biaya
Apakah biaya operasional yang paling penting dalam usaha persampahan ini?
Sumber daya utama mana yang paling mahal biayanya?
Berapa beban biaya honor/upah/insentif/gaji?
Apakah aktivitas utama yang paling mahal biayanya? Pelatihan, pembelian alat,
pemasaran, produksi?
Berapa prosentase hasil usaha BUM Desa untuk pengembangan usaha?
Berapa prosentase hasil usaha BUM Desa untuk PADesa (termasuk bantuan sosial
untuk warga miskin)?
9. Aliran Pendapatan
Pokok Bahasan 3
Sistem Akuntansi
BUM Desa Berbasis Standar
Akuntansi Keuangan (SAK)
Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (ETAP)
SPB
LAPORAN POSISI KEUANGAN BUM DESA
3.1
Tujuan
Setelah pelatihan sessi ini peserta diharapkan dapat:
1. Memasukkan hasil analisis model bisnis BUM Desa kedalam sistem
akuntansi BUM Desa berbasis Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP).
2. Menyusun laporan neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan
perubahan ekuitas, dan jurnal umum, serta Catatan atas Laporan Keuangan
BUM Desa.
Waktu
270 menit (6 JP)
Metode
Pemaparan, curah pendapat, Diskusi Kelompok, Pleno
Media
Media tayang dan aplikasi offline (excel)
Alat Bantu
Spidol, Kertas Plano, LCD
Proses Penyajian
1. Jelaskan jelaskan tujuan hasil dan proses yang diharapkan dari subpokok
bahasan ini.
2. Review kembali sessi sebelumnya tentang kanvas model bisnis BUM Desa.
3. Selanjutnya jelaskan sekilas tentang Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) yang diadaptasi untuk BUM Desa.
4. Bagi peserta kedalam kelompok kerja 5 -7 orang, jelaskan maksud dan
tujuan diskusi kelompok dengan mengacu pada Lembar Bahan Bacaan
3.1.1. Sistem Akuntansi Keuangan BUM Desa dan Lembar Bahan Bacaan
3.1.2. Laporan Kinerja BUM Desa.
5. Fasilitasi kelompok kerja untuk praktik mengisi Lembar Kerja Kelompok
sebagai berikut:
Lembar Kerja Kelompok 3.1.1 Laporan Neraca BUM Desa
Lembar Kerja Kelompok 3.1.2 Laporan Laba Rugi BUM Desa
Lembar Kerja Kelompok 3.1.3 Laporan Perubahan Modal BUM Desa
Lembar Kerja Kelompok 3.1.4 Laporan Arus Kas BUM Desa
Lembar Kerja Kelompok 3.1.5 Jurnal Umum per Divisi Usaha BUM Desa
Lembar Kerja Kelompok 3.1.6 Catatan atas Laporan Keuangan BUM Desa
6. Paparkan hasil kerja kelompok, minta tanggapan dari kelompok lainnya,
berikan penegasan.
7. Sebelum sesi ditutup, tegaskan pentingnya laporan kinerja pengelolaan
usaha BUM Desa sebagai salah satu bentuk transparansi BUM Desa kepada
warga Desa dan elemen publik lainnya.
AKUN PENJELASAN
1-Aset Seluruh kekayaan yang dimiliki oleh BUM Desa yaitu sumber
daya berupa benda atau hak yang dikuasai dan yang
sebelumnya diperoleh BUM Desa melalui transaksi atau
kegiatan masa lalu.
Aset Lancar yaitu aset yang diharapkan dapat dicairkan
(diuangkan) tidak lebih dari 1 (satu) tahun atau 1 (satu) siklus
akuntansi. Aset lancar terdiri dari:
1. Kas (cash): semua aset yang tersedia didalam kas BUM
Desa ataupun setara kas yang disimpan di Bank yang
bisa diambil setiap saat.
2. Piutang Dagang: tagihan dari BUM Desa kepada pihak
lain (debitur) yang disebabkan karena penjualan barang
atau jasa secara kredit.
3. Piutang Wesel: surat perintah penagihan pada seseorang
atau juga badan untuk dapat membayar sejumlah uang
pada tanggal yang telah ditentukan sebelumnya dan
terhadap orang yang namanya sudah disebut didalam
surat.
4. Piutang pendapatan: pendapatan yang sudah menjadi hak
namun belum diterima pembayarannya.
5. Beban Dibayar dimuka: pembayaran beban yang dibayar
pada awal, namun belum menjadi suatu kewajiban pada
periode yang bersangkutan.
6. Perlengkapan: seluruh perlengkapan yang dipakai demi
suatu kelancaran bisnis dan bersifat habis pakai.
7. Persediaan Barang Dagang: barang yang dibeli dengan
tujuan dijual kembali dengan mengharapkan untuk
mendapat suatu laba.
AKUN PENJELASAN
100102 – Bank
10010201 - Bank AA
10010202 - Bank BB (Setoran Unit Usaha Berbadan Hukum Privat; PT)
10010203 - Bank CC (Pelaksanaan kegiatan pemerintah atau Pihak Ketiga)
10010204 - Bank D
10010205 - Bank E
100103 – Deposito
10010301 – Deposito A
10010302 – Deposito B
1002 – Persediaan
100201 – Persediaan Barang
10020101 – Persediaan Barang Warung Desa
10020102 – Persediaan Barang B
10020103 – Persediaan Barang C
1003 – Piutang
100301 – Piutang
10030101 – Piutang BUM Desa Bersama
10030102 – Piutang
10030103 – Piutang
100403 – Pajak
10040301 – Pajak Pertambahan Nilai (PPn)
10040302 – PPh Pasal 25 (Angsuran PPh Badan)
120102 – Bangunan
12010201 – Bangunan A
12010202 – Bangunan B
120103 – Kendaraan
12010301 – Kendaraan A
12010302 – Kendaraan B
120202 – Kendaraan
12020201 – Kendaraan A
12020202 – Kendaraan B
1299 – Amortisasi
129901 – Biaya Pra Operasional
12990101 – Biaya Pra Operasional A
12990102 – Biaya Pra Operasional B
2 – Kewajiban
20 - Kewajiban Lancar 2001 - Utang
200101 – Utang Usaha
20010101 – Utang Usaha A
20010102 – Utang Usaha B
20010103 – Pendapatan Asli Desa
20010104 – Pelaksanaan Kegiatan Bantuan Pemerintah atau Pihak Ketiga
200401 – Deviden A
200402 – Deviden pada B
2005 – Pendapatan Dibayar Dimuka
200401 – Pendapatan Usaha
200402 – Pendapatan Lain
21 - Kewajiban Jangka Panjang
2101 - Utang Pihak Ketiga
2102 - Utang Antar Program
210301 – Bank A
21030101 – Rekening A
3 – Ekuitas
30 – Modal
3001 – Penyertaan Modal
300101 – Penyertaan Modal dari Desa-Desa
30010101 – Penyertaan Modal dari Desa A TA 2018
30010107 – Penyertaan Modal dari Warga Desa
30010108 – Penyertaan Modal dari Desa ATA 2019
Dst.
300102 – Laba Ditahan
31010101 – Pengembangan Usaha (Laba ditahan)
31010102 – Bagi hasil kepada warga Desa yang tidak dibagikan
31010103 – Laba ditahan dari Unit Usaha (Berbadan Hukum Privat: PT)
4 – PENDAPATAN
40– Pendapatan
4001 – Pendapatan Usaha
400101 – Pendapatan dari Divisi Usaha Pengelolaan Sampah
400102 – Pendapatan dari Divisi Usaha Pengelolaan beras
400103 – Pendapatan dari Divisi Dana Bergulir
400104 – Pendapatan dari Unit Usaha BUM Desa Bersama Berbadan Hukum Privat (PT)
400105 - Pendapatan Pengelolaan Air Bersih
4002 - Pengurang hasil Usaha
400202 – Kerjasama
400203 – Bagi hasil untuk pihak ketiga
400201 – Potongan harga
5 – BEBAN
50 – Beban
5001 – Beban Usaha
500101 – Beban Operasional
50010101 – Beban Gaji dan Upah
50010102 – Beban Perbaikan Aset Tetap
50010103 – Beban Penyusutan Aset
50010104 – Beban Pelatihan Karyawan
62 – Laba Rugi
6201 – Hasil Usaha
Akun
1-Aset
10 - Aset Lancar
100101 – Kas Rp20,000,000
10010101 - Kas Kecil Kantor Rp20,000,000
BUMDESA XX
LAPORAN LABA RUGI
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2018
Akun
4 – PENDAPATAN
4001 – Pendapatan Usaha
400105 - Pendapatan Pengelolaan Air Bersih Rp240,000,000
Rp-
TOTAL PENDAPATAN Rp240,000,000
5 – BEBAN
5001 – Beban Usaha
500101 – Beban Operasional Rp33,450,000
50010101 – Beban Gaji dan Upah Rp72,000,000
50010102 – Beban Perbaikan Aset Tetap
50010103 – Beban Penyusutan Aset Rp5,500,000
500102 – Beban Administrasi dan Umum Rp1,500,000
500103 – Beban Pemasaran Rp6,000,000
100303 – Kerugian Piutang
10030301 – Kerugian Piutang Tak tertagih Pendapatan Rp5,000,000
TOTAL BIAYA Rp123,450,000
TOTAL PENDAPATAN USAHA ( PENDAPATAN - BIAYA) Rp116,550,000
60 – Pendapatan diluar Usaha
61 – Beban diluar Usaha Rp-
TOTAL PENDAPATAN DILUAR USAHA Rp-
LABARUGI BERSIH (HASIL USAHA)
(Total Pendapatan Usaha + Total Pendapatan Diluar Usaha) Rp116,550,000
BUM DESA XX
LAPORAN PERUBAHAN MODAL
Periode 1 Januari s.d. Desember 2018
30 - Modal Per 31 Desember 2017 Rp-
30010101 – Penyertaan Modal dari Desa TA 2018 Rp250,000,000
30010102 – Penyertaan Modal dari Warga Desa Rp50,000,000
31010101 – Pengembangan Usaha (Laba ditahan) Rp96,600,000
Modal Akhir Per 31 Desember 2018 Rp396,600,000
BUM DESA XX
LAPORAN ARUS KAS
Periode 1 Januari s.d. 31 Januari 2018
Lembar Kerja Kelompok 3.1.5 Jurnal Uum per Divisi Usaha BUM Desa
BUM DESA XX
LAPORAN JURNAL UMUM DIVISI USAHA
Periode :
Lembar Kerja Kelompok 3.1.6 Catatan atas Laporan Keuangan BUM Desa
Bab I Pendahuluan
Berisi tujuan pembuatan laporan keuangan untuk transparansi dan informasi bagi
publik dari BUM Desa dalam mengkonsolidasi dan mengorganisir usaha warga Desa.
Bab II Kemanfaatan Usaha BUM Desa untuk Warga Desa
Memuat manfaat usaha yang dijalankan oleh BUM DESA kepada warga Desa.
Bab III Ringkasan Pencapaian Kinerja Keuangan BUM Desa
Memuat ringkasan tentang penggunaan Dana Desa dan perubahan modal (ekuitas)
BUM Desa, serta hubungannya dengan kesejahteraan warga Desa.
Bab IV Penutup
Pokok Bahasan 4
MANAJEMEN
Badan Usaha Milik
Desa
SPB
Menyusun Standar Operasional BUM Desa
4.1
Tujuan
Setelah sesi ini peserta diharapkan dapat:
1. Memahami standar operasional BUM Desa;
2. Menyusun standar operasional BUM Desa terhadap kegiatan usaha
yang dilaksanakan oleh divisi usaha BUM Desa.
Waktu
4 JP (180 menit)
Metode
Ceramah, curah pendapat, penugasan kelompok, presentasi.
Media
Lembar Informasi
Alat Bantu
Spidol, laptop, dan LCD
Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan, hasil, dan proses yang diharapkan dari subpokok bahasan
ini.
2. Ajak bebarapa peserta untuk berbagi cerita (sharing) tentang pengalaman
atau pengamatan peserta dalam manajemen BUM Desa terkait SOP.
Pertanyaan berikut bisa dijadikan panduan berbagi cerita.
Apakah kegiatan utama yang memerlukan SOP berdasar sesi
penentuan usaha dan laporan keuangan sebelumnya?
Apakah BUM Desa pernah menyusun SOP?
Lembar Bahan Bacaan 4.1.1. SOP BUM DESA: Prosedur Pengeluaran (beban operasional)
kurang dari Rp 1.000.000,00
Deskripsi SOP BUM Desa bermanfaat untuk transparansi diantara pelaksana operasional dan
warga Desa yang peduli dengan keberadaan BUM Desa. BUM Desa Tirta Mandiri, Desa
Ponggok, Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah sudah menyusun rancangan SOP. Contoh SOP
keuangan berikut ini diadaptasi dari rancangan perubahan yang sedang berlangsung di
BUM Desa Tirta Mandiri, Desa Ponggok, Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah.
4 Bagian yang membuat pengajuan, menerima uang dan 1. Pengguna (Bagian Terkait)
tanda bukti penerima dari kasir induk. Tanda bukti 2. Bendahara
penerimaan ditandatangani sebanyak dua lembar, dan
uang yang diterima digunakan sebagaimana mestinya.
Sumber : Adaptasi terhadap Rancangan SOP KEUANGAN BUM Desa Tirta Mandiri, Desa
Ponggok, Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah
Pokok Bahasan 5
ADAPTASI PERATURAN DI DESA
MENGENAI BUM DESA BERDASAR
PENGEMBANGAN USAHA,
LAPORAN KEUANGAN, DAN
MANAJEMEN BUM DESA
Tujuan
Setelah sesi ini peserta diharapkan dapat:
1. Memahami alasan perubahan peraturan di Desa mengenai BUM Desa
untuk mengadaptasi tata kelola, pengembangan usaha, dan
penggunaan hasil usaha BUM Desa sesuai UU No. 6/2014 tentang
Desa;
2. Menyusun perubahan peraturan di Desa mengenai BUM Desa
berdasar review atas kanvas model bisnis, standar akuntansi
keuangan, dan manajemen BUM Desa.
Waktu
135 menit (3 JP)
Metode
Paparan, curah pendapat, simulasi
Media
Bahan tayang, Lembar Informasi
Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan, hasil, dan proses yang diharapkan dari Sub Pokok
Bahasan ini.
2. Ajaklah peserta merefleksikan sesi sebelumnya untuk mengkoreksi
draft Peraturan di Desa yang ditujukan untuk BUM Desa yang
belum sepenuhnya mengikuti tata kelola BUM Desa dalam UU No.
6/2014 tentang Desa:
a. Lembar Kerja Kelompok 5.1.1. Draft Peraturan Desa mengenai
Pendirian BUM Desa.
b. Lembar Kerja Kelompok 5.1.2. Keputusan Kepala Desa tentang
AD/ART BUM Desa
c. Lembar Kerja Kelompok 5.1.3. Keputusan Kepala Desa tentang
Status Aset Desa untuk dikelola oleh BUM Desa
d. Lembar Kerja Kelompok 5.1.4. Keputusan Kepala Desa tentang
Susunan Kepengurusan BUM Desa.
e. Selanjutnya peserta memaparkan hasil koreksi atas draft peraturan
di Desa tersebut.
f. Lakukan penegasan atas hasil presentasi kelompok.
Lembar Kerja Kelompok 5.1.1. Draft Peraturan Desa mengenai Pendirian BUM Desa
KEPALA DESA …,
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan:
1. Desa adalah Desa ... yang berkedudukan di
kecamatan ..., Kabupaten ..., Provinsi ....
2. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu
perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Desa ....
3. Kepala Desa adalah Kepala Desa ....
4. Badan Permusyawaratan Desa, selanjutnya disebut
BPD, adalah BPD ....
5. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM
Desa, adalah BUM Desa “...”.
6. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama
lain adalah Musyawarah Desa antara Badan
Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan
unsur masyarakat Desa ... yang diselenggarakan
oleh Badan Permusyawaratan Desa ... untuk
menyepakati hal yang bersifat strategis.
BAB II
TUJUAN
Pasal 2
Pengaturan tentang BUM Desa bertujuan menjamin
kepastian hukum BUM Desa untuk:
a. mendayagunakan potensi ekonomi Desa berbasis
gerakan ekonomi Desa berdasar permusyawaratan,
kekeluargaan, dan gotong royong;
b. meningkatkan perekonomian Desa melalui usaha
bersama (holding) yang sejalan dengan usaha yang
telah dijalankan oleh pelaku ekonomi Desa;
c. mendayagunakan potensi sumber daya alam dan
sumber daya manusia di Desa untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa;
BAB III
STATUS DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Bagian Kesatu
Status
Pasal 3
(1) BUM Desa dibentuk berdasarkan kewenangan
berdasar hak asal-usul dan kewenangan lokal
berskala Desa serta ditetapkan dengan Peraturan
Desa ini sesuai ketentuan Pasal 88 Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
(2) BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah badan hukum publik bercirikan Desa
berdasarkan Peraturan Desa ini.
Bagian Kedua
Status
Pasal 4
(1) BUM Desa berkedudukan di Desa ..., kecamatan ...,
kabupaten ..., Provinsi Jawa Tengah.
(2) BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berkantor di wilayah Desa, baik didalam
kantor Pemerintah Desa maupun diluar kantor
Pemerintah Desa.
BAB IV
PENGURUSAN DAN PENGELOLAAN
Bagian Kesatu
Bentuk Organisasi
Pasal 5
(1) BUM Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
melaksanakan kegiatan untuk membantu
penyelenggaraan urusan pemerintahan Desa dan
memenuhi kebutuhan masyarakat Desa, melalui
fungsi pelayanan jasa, perdagangan, dan
pengembangan ekonomi lainnya.
(2) BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak dapat disamakan dengan badan hukum privat
seperti perseroan terbatas, koperasi atau lainnya
sesuai ketentuan Pasal 87 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Pasal 6
(1) Untuk mengembangkan usaha bersama yang
berorientasi mendukung peningkatan kesejahteraan
masyarakat Desa, BUM Desa dapat
mengembangkan organisasi pengelola dalam
bentuk:
a. manajemen divisi usaha; dan/atau
b. unit usaha.
(2) Pengembangan manajemen divisi usaha dan/atau
unit usaha yang dikelola oleh BUM Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dibahas
dan disepakati dalam Musyawarah Desa.
(3) Manajemen divisi usaha sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dikendalikan oleh pelaksana
operasional sebagai satu kesatuan organik.
(4) Unit usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b merupakan entitas hukum dengan status
badan hukum privat yang dibentuk oleh BUM Desa
sesuai kewenangan.
Pasal 7
Manajemen divisi usaha sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (1) huruf a dibentuk untuk melayani warga
Desa, memenuhi kebutuhan warga Desa,
mengorganisir, dan mengkonsolidasi usaha-usaha yang
telah dilakukan oleh warga Desa.
Pasal 8
(1) Dalam hal usaha yang dilakukan oleh BUM Desa
telah berjalan dan diperhitungkan mampu
mencapai keuntungan yang lebih besar bagi Desa,
BUM Desa dapat mengajukan unit usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)
Bagian Kedua
Organisasi Pengelola
Pasal 9
(1) Organisasi pengelola BUM Desa terpisah dari
organisasi Pemerintahan Desa.
(2) Organisasi pengelola BUM Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas
penasihat dan pelaksana operasional sesuai dengan
ketentuan Pasal 132 Peraturan Pemerintah Nomor
47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa.
Pasal 10
(1) Organisasi pengelola BUM Desa merupakan
susunan kepengurusan yang terdiri dari:
a. penasihat;
b. pelaksana operasional; dan
c. pengawas.
(2) Tugas dan tanggung jawab dari susunan
kepengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibahas dan disepakati dalam Musyawarah Desa
yang diselenggarakan oleh BPD.
(3) Hasil pembahasan dan kesepakatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) menjadi bagian dari
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga BUM
Desa.
Pasal 11
(1) Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (1) huruf a dijabat secara ex-officio oleh Kepala
Desa.
(2) Penasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada pelaksana operasional
dalam menjalankan kegiatan pengurusan dan
Pasal 13
(1) Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (1) huruf c merupakan perseorangan yang
diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Desa.
(2) Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertugas melakukan pengawasan manajemen
kepada pelaksana operasional dalam melakukan
pengurusan dan pengelolaan BUM Desa.
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang tugas dan kewajiban
pengawas diatur dalam anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga BUM Desa.
Pasal 14
(1) Organisasi pengelola unit usaha berstatus badan
hukum privat yang dibentuk oleh BUM Desa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 wajib
melakukan laporan kinerja kepada organisasi
pengelola BUM Desa.
(2) Pengelola operasional wajib menyampaikan laporan
kinerja unit usaha berbadan hukum privat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada
penasihat dan pengawas.
(3) Kepala Desa berwenang menyampaikan laporan
dan pandangannya terhadap laporan kinerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam
Musyawarah Desa.
Bagian Ketiga
Modal
Pasal 15
(1) Modal awal BUM Desa bersumber dari APB Desa
sesuai dengan hasil pembahasan dan kesepakatan
dalam Musyawarah Desa.
(2) Modal BUM Desa terdiri atas:
a. penyertaan modal Desa; dan
b. penyertaan modal masyarakat Desa.
Pasal 16
(1) Kekayaan BUM Desa yang bersumber dari
penyertaan modal Desa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (2) huruf a merupakan
kekayaan Desa yang dipisahkan.
(2) BUM Desa berkewajiban mengelola pemanfaatan
aset-aset Desa bernilai Rp .... (dua milyar....
rupiah), meliputi:
a. kios-kios kuliner terbuka yang berjumlah 12
kios; dan
b. mobil ...;
sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Kepala
Desa ... Nomor ... Tahun tentang Status Aset Desa
Yang Dikelola oleh BUM Desa.
(3) BUM Desa berhak menerima Dana Desa sebagai
penyertaan modal dan penguatan permodalan BUM
Desa sesuai ketentuan dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan peraturan
pelaksanaannya.
Pasal 17
(1) BUM Desa dapat membeli aset-aset tanah dan
barang untuk penguatan permodalan bagi
kepentingan usaha bersama (holding).
(2) Direktur Utama bertanggungjawab mengurus
sertifikat atas pembelian aset-aset tanah untuk
diatasnamakan BUM Desa atau unit-unit usaha
perseroan terbatas yang dibentuk oleh BUM Desa.
Pasal 18
Masyarakat Desa berhak:
a. meminta informasi dan melakukan penyertaan
modal untuk pengembangan kegiatan usaha yang
dikelola oleh BUM Desa; dan
b. meminta informasi tentang lembar saham dan
melakukan penyertaan modal pada unit usaha
berbadan hukum privat yang dibentuk oleh BUM
Desa sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Pasal 19
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah
daerah kabupaten/kota, dan Pemerintah Desa dapat
memberikan hibah dan/atau akses permodalan kepada
BUM Desa yang disalurkan melalui APB Desa.
Pasal 20
Ketentuan lebih lanjut tentang modal BUM Desa diatur
dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
BUM Desa.
Bagian Keempat
Pengelolaan Usaha
Pasal 21
(1) Untuk memberi manfaat yang besar bagi Desa,
BUM Desa menjalankan usaha ekonomi Desa
terdiri atas:
a. usaha pengelolaan air bersih;
b. usaha pertanian (cooperative farming); dan
c. kegiatan usaha lainnya yang mendukung usaha
ekonomi warga Desa, pengelolaan sumber daya
alam, dan layanan dasar bagi warga Desa.
(2) Pengelola operasional BUM Desa melaksanakan
tugas dan tanggung jawab untuk menyusun
rencana bisnis (business plan) dan analisis
kelayakan usaha terhadap usaha ekonomi Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan
melibatkan lembaga kemasyarakatan Desa antara
lain:
a. pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK);
b. kelompok masyarakat sadar wisata
(POKDARWIS);
c. kelompok masyarakat usaha kecil dan
menengah;
d. pos pelayanan terpadu;
e. lembaga pemberdayaan masyarakat Desa;
f. organisasi petani dan pertanian; dan/atau
g. kader pemberdayaan masyarakat Desa.
(3) Penyusunan rencana bisnis dan kelayakan usaha
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selanjutnya
harus dibahas dan diputuskan bersama oleh
Pasal 22
(1) Direktur utama BUM Desa sebagai pemegang kuasa
dari BUM Desa berkewajiban mengelola
pemanfaatan Aset Desa yang diserahkan kepada
BUM Desa tanpa mengubah status kepemilikan
Aset Desa, dalam bentuk:
a. sewa, tanpa mengubah status kepemilikan Aset
Desa, paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat
diperpanjang;
b. pinjam pakai, dikecualikan untuk tanah,
bangunan dan aset bergerak berupa kendaraan
bermotor, paling lama 7 (tujuh) hari dan dapat
diperpanjang;
c. kerjasama pemanfaatan tanah dan/atau
bangunan paling lama 15 (lima belas) tahun
sejak perjanjian ditandatangani dan dapat
diperpanjang; dan
d. bangun guna serah atau bangun serah guna,
paling lama 20 (duapuluh) tahun dan dapat
diperpanjang.
(2) Direktur utama BUM Desa berwenang mengelola
pemindahtanganan Aset Desa kepada BUM Desa,
baik berupa tanah dan/atau bangunan milik Desa
yang telah dilakukan melalui tukar menukar,
penjualan aset, dan penyertaan modal berupa
tanah kas Desa.
(3) Dalam hal terjadi pemindahtanganan Aset Desa
sebagai aset BUM Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), aset Desa dimaksud dihapus dari
buku administrasi Aset Desa.
Pasal 23
Direktur utama BUM Desa dapat mewakili BUM Desa
untuk menerima pinjaman dan/atau bantuan yang sah
dari pihak lain setelah mendapat persetujuan dari
Pemerintah Desa dalam Musyawarah Desa.
Pasal 24
Direktur utama BUM Desa berwenang mewakili BUM
Desa untuk mendirikan unit usaha BUM Desa
berstatus badan hukum privat berdasar kesepakatan
dalam Musyawarah Desa.
Pasal 25
Direktur utama BUM Desa berwenang melakukan
perbuatan hukum jual-beli dan perjanjian hukum lain
yang sah untuk menambah aset BUM Desa.
Bagian Kelima
Hasil Usaha
Pasal 26
(1) Hasil usaha BUM Desa dimanfaatkan untuk:
a. pengembangan usaha; dan
b. pembangunan Desa, pemberdayaan masyarakat
Desa, dan pemberian bantuan untuk
Bagian Keenam
Pertanggungjawaban
Pasal 27
(1) Pelaksana operasional BUM Desa harus
menyampaikan laporan pertanggungjawaban
pengurusan dan pengelolaan BUM Desa kepada
kepala Desa, meliputi:
a. laporan posisi keuangan BUM Desa; dan
b. laporan perkembangan kegiatan seluruh divisi
usaha dan unit usaha BUM Desa.
(2) Setiap pelaksana operasional divisi usaha dalam
kepengurusan BUM Desa dan/atau unit usaha
BUM Desa berstatus badan hukum privat harus
menyampaikan laporan pertanggungjawaban
keuangan dan perkembangan kegiatan kepada
Direktur Utama BUM Desa secara berkala.
(3) Kepala Desa harus menyampaikan laporan
pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) kepada masyarakat Desa melalui
Musyawarah Desa yang diselenggarakan oleh BPD.
BAB V
PEMBUBARAN
Pasal 28
(1) Pembubaran BUM Desa dilakukan dalam hal
terdapat kerugian.
Pasal 29
(1) Dalam hal terjadi kepailitan yang dialami oleh unit
usaha BUM Desa yang berbadan hukum privat,
Kepala Desa dan pelaksana operasional
menyampaikan kondisi kepailitan dimaksud dalam
Musyawarah Desa dan selanjutnya diselesaikan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
tentang kepailitan.
(2) Kepailitan BUM Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) disampaikan oleh kepala Desa dalam
Musyawarah Desa.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 30
Pada saat Peraturan Desa ini mulai berlaku:
(1) Peraturan Desa ... Nomor ... Tahun 2009 tentang
Badan Usaha Milik Desa berikut anggaran dasar
dan anggaran rumah tangga BUM Desa ..., dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
(2) Seluruh akta pendirian unit usaha BUM Desa ...
yang disahkan oleh kantor notaris disesuaikan
dengan ketentuan Peraturan Desa ini paling lama
Pasal 31
Pada saat Peraturan Desa ini mulai berlaku pada
tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Desa ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Desa ....
….
……
Lembar Kerja Kelompok 5.1.2. Keputusan Kepala Desa tentang AD/ART BUM Desa
TENTANG
4756);
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5717);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014
tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5558) sebagaimana
telah diubah terakhir kali dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014
tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DESA TENTANG ANGGARAN DASAR
DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN USAHA MILIK
DESA “...”.
KESATU : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Badan
Usaha Milik Desa (BUM Desa) “...” sebagaimana tercantum
dalam Lampiran, merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan Kepala Desa ini.
KEDUA : Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam Diktum
Kesatu memuat:
a. nama;
b. tempat kedudukan;
c. maksud dan tujuan;
d. modal;
e. kegiatan usaha;
f. jangka waktu berdirinya BUM Desa;
g. organisasi pengelola; dan
h. tata cara penggunaan dan pembagian keuntungan.
KETIGA : Anggaran Rumah Tangga sebagaimana dimaksud dalam
Diktum Kesatu memuat:
a. hak dan kewajiban;
b. masa bakti;
c. tata cara pengangkatan dan pemberhentian personel
organisasi pengelola;
d. penetapan jenis usaha; dan
e. sumber modal.
KEEMPAT : Keputusan Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
JJJM
ANGGARAN DASAR
BADAN USAHA MILIK DESA ”...”
BAB I
NAMA BUM DESA
Pasal 1
(1) Badan usaha bercirikan Desa ini bernama Badan Usaha Milik
Desa “...”, dengan nama singkatan BUM DESA “...”, dan
selanjutnya disebut “BUM Desa” dalam Anggaran Dasar ini.
(2) BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah badan
hukum publik bercirikan Desa, dibentuk berdasarkan
kewenangan berdasar hak asal-usul dan kewenangan lokal
berskala Desa serta ditetapkan dengan Peraturan Desa.
Pasal 2
(1) Penyebutan nama BUM Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1 mempunyai makna:
a. Tirta, merupakan simbol dari air yang menunjukkan kekhasan
dan kekhusunan dari sumber daya alam Desa ...; dan
b. Mandiri, merupakan simbol dari kemampuan Desa ... untuk
berdiri sendiri mengelola potensi ekonomi, sumber daya alam,
dan layanan dasar bagi warga Desa;
(2) Makna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya menjadi
dasar bagi pembuatan logo BUM Desa, meliputi:
a. logo bergambar tiga air yang bergelombang, merupakan simbol
bahwa BUM Desa merupakan badan usaha bercirikan Desa
yang mandiri untuk melaksanakan fungsi pelayanan jasa,
BAB II
TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 3
(3) BUM Desa berkedudukan di Desa ..., kecamatan ..., kabupaten ...,
Provinsi ....
(4) BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berkantor
di wilayah Desa, baik didalam kantor Pemerintah Desa maupun
diluar kantor Pemerintah Desa.
BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 4
(1) Maksud pendirian BUM Desa adalah membantu penyelenggaraan
urusan pemerintahan Desa dan memenuhi kebutuhan
masyarakat Desa, melalui fungsi pelayanan jasa, perdagangan,
dan pengembangan ekonomi lainnya.
(2) BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat
disamakan dengan badan hukum privat seperti perseroan
terbatas, koperasi atau lainnya, tetapi BUM Desa merupakan
badan usaha bercirikan Desa yang dapat mendirikan Unit Usaha
berbadan hukum privat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87
ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
beserta Penjelasan, Pasal 137 Peraturan Pemerintah Nomor 47
Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor
43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dan Pasal 7 ayat (3) Peraturan
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang
Pendirian, Pengurusan Dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan
Usaha Milik Desa.
Pasal 5
Tujuan pendirian BUM Desa adalah untuk:
k. mendayagunakan potensi ekonomi Desa berbasis gerakan
ekonomi Desa berdasar asas permusyawaratan, kekeluargaan,
dan gotong royong;
a. mendayagunakan potensi ekonomi Desa berbasis gerakan
ekonomi Desa berdasar permusyawaratan, kekeluargaan, dan
gotong royong;
b. meningkatkan perekonomian Desa melalui usaha bersama
(holding) yang sejalan dengan usaha yang telah dijalankan oleh
pelaku ekonomi Desa;
c. mendayagunakan potensi sumber daya alam dan sumber daya
manusia di Desa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Desa;
d. memanfaatkan dan mengelola potensi dan aset Desa berbasis
permusyawaratan, kekeluargaan dan gotong royong untuk
kesejahteraan Desa;
e. menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung
kebutuhan layanan umum masyarakat Desa;
f. meningkatkan kualitas layanan dasar Desa;
g. menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat Desa;
h. mengembangkan rencana kerja sama usaha Desa dengan pihak
ketiga dengan pola kemitraan yang menguntungkan Desa;
i. melindungi, mengorganisir, dan mengkonsolidasi jenis-jenis usaha
yang telah dilakukan warga Desa; dan
j. meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan pendapatan asli
Desa.
Pasal 6
BAB IV
MODAL
Pasal 7
(1) Modal BUM Desa terdiri atas:
a. penyertaan modal Desa; dan
b. penyertaan modal masyarakat Desa.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang perubahan modal Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.
Pasal 8
(1) Modal awal BUM Desa bersumber dari APB Desa ... sesuai dengan
hasil pembahasan dan kesepakatan dalam Musyawarah Desa.
(2) BUM Desa berkewajiban mengelola pemanfaatan aset-aset Desa
bernilai Rp .... (dua milyar rupiah), sebagaimana dimaksud dalam
Keputusan Kepala Desa ... Nomor ...Tahun ...tentang Status Aset
Desa Yang Dikelola oleh BUM Desa.
Pasal 9
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah
kabupaten/kota, dan Pemerintah Desa dapat memberikan hibah
dan/atau akses permodalan kepada BUM Desa yang disalurkan
melalui APB Desa.
BAB V
KEGIATAN USAHA
Pasal 10
(1) Untuk mencapai tujuan dan pemanfaatan modal BUM Desa
secara tepat sasaran, BUM Desa melakukan kegiatan usaha:
a. pengelolaan sumber daya alam Desa;
b. pengelolaan potensi ekonomi Desa;
c. pemberian layanan dasar bagi warga masyarakat Desa.
(2) Kegiatan usaha pengelolaan sumber daya alam Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. usaha pengelolaan wisata
b. pengorganisasian acara (event organizer) berkaitan dengan
studi magang di Desa ...;
c. pengadaan dan pengelolaan rumah penginapan (homestay)
yang dikelola oleh BUM Desa; dan
BAB VI
JANGKA WAKTU BERDIRINYA BUM DESA
Pasal 11
BUM Desa didirikan pertama kali di Desa ... pada tanggal ..... untuk
waktu yang tidak terbatas.
Pasal 12
(1) Jangka waktu berdirinya BUM Desa dinyatakan berakhir
berdasarkan alasan:
a. kerugian; atau
b. kepailitan.
(2) Kerugian yang dialami oleh BUM Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a menjadi tanggung jawab Direktur Utama
BUM Desa, dibuktikan dengan Laporan Posisi Keuangan BUM
Desa yang menunjukkan bahwa:
a. laba BUM Desa lebih kecil daripada biaya modal;
b. arus kas BUM Desa lebih kecil daripada kewajiban;
c. BUM Desa tidak mampu memenuhi kewajiban; dan/atau
d. nilai aset BUM Desa lebih rendah daripada nilai kewajiban
BUM Desa.
(3) Direktur Utama BUM Desa menyampaikan Laporan Posisi
Keuangan BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
kepada penasihat (ex-officio Kepala Desa) dan pengawas bahwa
BUM Desa tidak dapat menutupi kerugian dengan kekayaan
yang dimilikinya.
(4) Kepala Desa menyampaikan Laporan Posisi Keuangan BUM Desa
terkait kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam
Musyawarah Desa.
(5) Hasil pembahasan dan keputusan dalam Musyawarah Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) selanjutnya menjadi acuan
BAB VII
ORGANISASI PENGELOLA
Pasal 13
(4) Organisasi pengelola BUM Desa terpisah dari organisasi
Pemerintahan Desa ....
(5) Organisasi pengelola BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling sedikit terdiri atas penasihat dan pelaksana operasional
sesuai dengan ketentuan Pasal 132 Peraturan Pemerintah Nomor
47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Pasal 14
(1) Organisasi pengelola BUM Desa merupakan susunan
kepengurusan yang terdiri dari:
a. penasihat;
b. pelaksana operasional; dan
c. pengawas.
(2) Tugas dan tanggung jawab dari susunan kepengurusan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibahas dan disepakati
dalam Musyawarah Desa yang diselenggarakan oleh Badan
Permusyawaratan Desa ....
(3) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan acuan bagi penetapan anggaran dasar dan anggaran
dasar BUM Desa ini.
Pasal 15
(1) Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a
dijabat secara ex-officio oleh Kepala Desa ....
(2) Penasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas
melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada
pelaksana operasional dalam menjalankan kegiatan pengurusan
dan pengelolaan usaha Desa, berdasar visi dan misi dalam RPJM
Desa ....
(3) Penasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang
meminta laporan kinerja BUM Desa kepada Direktur Utama BUM
Desa meliputi:
Pasal 16
(1) Pelaksana operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (1) huruf b merupakan perseorangan yang direkrut dan
dipilih secara terbuka (fit and proper test) dalam Musyawarah
Desa dengan mengutamakan warga Desa ....
(2) Pelaksana operasional bertugas:
a. melaksanakan dan mengembangkan BUM Desa sebagai
lembaga yang melayani kebutuhan ekonomi dan/atau
pelayanan umum masyarakat Desa;
b. menggali dan memanfaatkan potensi usaha ekonomi Desa
untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa;
c. melakukan kerjasama dengan lembaga usaha ekonomi Desa
lainnya;
d. menyusun laporan posisi keuangan BUM Desa (neraca, laporan
raba lugi, laporan perubahan modal BUM Desa, laporan arus
kas, dan catatan atas laporan keuangan);
e. menyusun laporan perkembangan kegiatan usaha BUM Desa
dengan menjelaskan manfaat usaha dimaksud bagi
kepentingan warga Desa;
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
pelaksana operasional dapat melakukan rekruitmen dan
mengangkat staf atau karyawan sesuai dengan kebutuhan dan
harus disertai dengan uraian tugas berkaitan dengan tanggung
jawab, pembagian peran, dan aspek pembagian kerja lainnya.
Pasal 17
(1) Pelaksana operasional BUM Desa “...” terdiri atas:
a. Direktur Utama;
b. Sekretaris;
c. Bendahara;
(2) Direktur Utama BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a bertugas:
a. memimpin seluruh operasional usaha BUM Desa meliputi
divisi usaha dalam lingkup manajemen BUM Desa dan unit
usaha berbadan hukum privat perseroan terbatas yang
dibentuk oleh BUM Desa;
b. mewakili BUM Desa sebagai pemegang saham mayoritas dalam
pembentukan unit usaha berstatus badan hukum privat
perseroan terbatas;
c. menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengurusan dan
pengelolaan BUM Desa setiap bulan kepada Penasihat dan
Pengawas.
(3) Direktur Utama BUM Desa bertanggung jawab atas kerugian yang
dialami oleh BUM Desa.
(4) Sekretaris BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c bertugas memastikan seluruh divisi usaha dan/atau unit usaha
BUM Desa bekerja sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga ini, dan wajib memberikan informasi yang
berkaitan dengan Laporan Posisi Keuangan, laporan
perkembangan usaha, rencana pengembangan usaha BUM Desa,
dan rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja BUM Desa kepada
Direktur Utama.
(5) Ketentuan lebih lanjut tentang uraian tugas pelaksana
operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disusun
dalam Standar Operasional Prosedur (Standard Operating
Procedure) yang ditetapkan oleh Direktur Utama BUM Desa
setelah disepakati bersama Penasihat dan Pengawas.
Pasal 18
(1) Pengawas BUM Desa mewakili kepentingan masyarakat Desa ...
untuk memajukan usaha bersama yang dilaksanakan oleh BUM
Desa.
(2) Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf c
merupakan perseorangan masyarakat Desa ... yang diangkat dan
diberhentikan oleh Kepala Desa.
(3) Susunan kepengurusan Pengawas terdiri dari:
a. ketua;
b. wakil ketua merangkap anggota;
c. sekretaris merangkap anggota; dan
d. anggota.
(4) Pengawas bertugas:
a. melakukan pengawasan manajemen kepada pelaksana
operasional dalam melakukan pengurusan dan pengelolaan
BUM Desa;
b. menyusun laporan singkat tentang capaian, temuan dan saran
berkaitan dengan manajemen BUM Desa secara berkala pada
tanggal 15 setiap bulannya;
c. melaksanakan pertemuan, musyawarah, atau rapat pengawas
untuk membahas capaian, temuan dan saran tentang
manajemen BUM Desa bersama Direktur Utama BUM Desa
dan Penasihat;
(6) Hasil pengawasan merupakan bagian tak terpisahkan dari
laporan perkembangan program BUM Desa yang disajikan pada
akhir tahun.
BAB VIII
TATA CARA PENGGUNAAN DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN
Pasal 19
Hasil usaha BUM Desa dimanfaatkan untuk:
Pasal 20
(1) Hasil usaha BUM Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
merupakan total pendapatan seluruh usaha BUM Desa dikurangi
beban dan kewajiban.
(2) Total Pendapatan seluruh unit usaha BUM Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. pendapatan dari divisi usaha BUM Desa yang tidak berstatus
badan hukum privat sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP); dan
b. pendapatan dari unit usaha BUM Desa yang berstatus badan
hukum privat perseroan terbatas sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP).
(3) Beban BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. beban operasional;
b. beban jaminan kesehatan;
c. insentif dan/atau gaji pelaksana operasional;
d. insentif dan/atau gaji karyawan atau staf;
e. tunjangan untuk Penasihat;
f. tunjangan untuk Pengawas; dan
g. beban lain sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) atau Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) umum.
Pasal 21
Pemanfaatan hasil usaha BUM Desa untuk pengembangan usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a yaitu sebesar 70%
(tujuhpuluh per seratus) dari Hasil Usaha BUM Desa, dan
selanjutnya menjadi laba ditahan bagi BUM Desa dan modal bagi:
a. manajemen divisi usaha BUM Desa; dan/atau
b. unit usaha BUM Desa yang berstatus badan hukum privat.
Pasal 22
(1) Pemanfaatan hasil usaha BUM Desa untuk pembangunan Desa,
pemberdayaan masyarakat Desa, dan pemberian bantuan untuk
masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial, dan kegiatan
dana bergulir yang ditetapkan dalam APB Desa, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b yaitu sebesar 30% (tigapuluh per
seratus) dari Hasil Usaha BUM Desa.
(2) Pemberian bantuan untuk masyarakat miskin melalui hibah atau
bantuan sosial merupakan bagian dari prosentase Hasil Usaha
BUM Desa yang diserahkan sebagai Pendapatan Asli Desa kepada
Pemerintah Desa, sehingga BUM Desa tidak mempunyai
wewenang untuk mengalokasikan hibah atau bantuan sosial
tersebut, sesuai ketentuan dalam Pasal 89 Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
(3) Direktur Utama BUM Desa menyerahkan Hasil Usaha BUM Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Pemerintah Desa
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Ketentuan operasional dari Anggaran Dasar diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 24
Ketentuan dalam Anggaran Dasar mengikat seluruh personel
organisasi pengelola BUM Desa.
Pasal 25
Anggaran Dasar ini disahkan pada Musyawarah Desa, di Desa ...,
kecamatan ..., Kabupaten ..., Provinsi ..., pada tanggal 15 September
2018.
Ditetapkan: di Desa ...
Tanggal 15 September 2018
BAB I
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 1
(1) BUM Desa berhak:
a. memperoleh Dana Desa untuk penyertaan modal dan kegiatan
pengembangan usaha bersama;
b. mengelola aset Desa melalui pemanfaatan aset Desa;
Pasal 2
(1) Setiap personel pengelola BUM Desa berhak:
a. menentukan pengembangan usaha yang menguntungkan
Desa;
b. menerima imbalan berupa insentif, gaji, dan/atau tunjangan
sesuai kinerja;
c. melakukan inisiatif kerja sama untuk pengembangan usaha
BUM Desa;
d. mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan
pelayanan; dan
e. mempromosikan usaha ekonomi Desa yang ada di Desa
maupun unit usaha yang dikelola BUM Desa.
(2) Setiap pengelola BUM Desa wajib:
a. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai
pelayanan usaha yang dikelola BUM Desa;
b. berperan aktif dalam memberikan pelayanan terbaik kepada
masyarakat Desa dan masyarakat dari luar Desa;
BAB II
MASA BAKTI
Pasal 3
(1) Masa bakti organisasi pengelola BUM Desa adalah 6 (enam)
tahun, terhitung sejak Keputusan Kepala Desa tentang Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUM Desa ini ditetapkan.
(2) Setiap bulan organisasi pengelola BUM Desa wajib melaporkan
kinerjanya kepada penasihat dan pengawas.
BAB III
TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERSONEL
ORGANISASI PENGELOLA
Pasal 4
Tata cara pengangkatan dan pemberhentian personel organisasi
pengelola BUM Desa ditujukan untuk:
a. pelaksana operasional;
b. pengawas.
Pasal 5
Pasal 6
(1) Persyaratan menjadi pelaksana operasional meliputi:
a. masyarakat Desa yang mempunyai jiwa wirausaha;
b. berdomisili dan menetap di Desa sekurang-kurangnya 2 (dua)
tahun;
c. berkepribadian baik, jujur, adil, cakap, dan perhatian terhadap
usaha ekonomi Desa; dan
d. pendidikan minimal setingkat sekolah menengah umum,
madrasah aliyah, sekolah menengah kejuruan, atau sederajat;
dan
e. tidak merangkap jabatan sebagai perangkat Desa, Badan
Permusyawaratan Desa, dan pengurus lembaga
kemasyarakatan Desa sesuai ketentuan Pasal 132 ayat (7)
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa.
Pasal 7
(1) Pengawas BUM Desa dipilih dan disepakati dalam Musyawarah
Desa.
(2) Unsur Ketua dan Sekretaris Pengawas BUM Desa dipilih dari
unsur masyarakat Desa yang dihormati dan mampu melakukan
pengawasan manajemen kepada Pelaksana Operasional BUM
Desa.
(5) Pengambilan keputusan atas warga Desa yang terpilih sebagai
Pengawas dilakukan secara musyawarah mufakat.
Pasal 8
(1) Persyaratan menjadi pengawas meliputi :
a. masyarakat Desa yang memahami bidang pengawasan, audit,
manajemen kewirausahaan atau sekurang-kurangnya
mempunyai pengalaman wirausaha;
b. berdomisili dan menetap di Desa sekurang-kurangnya 2 (dua)
tahun;
c. pendidikan minimal setingkat sekolah menengah umum,
madrasah aliyah, sekolah menengah kejuruan, atau sederajat;
BAB IV
PENETAPAN JENIS USAHA
Pasal 9
(1) Untuk mengembangkan usaha bersama yang berorientasi
mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa, BUM
Desa dapat mengembangkan organisasi pengelola dalam bentuk:
a. manajemen divisi usaha; dan/atau
b. unit usaha.
(2) Pengembangan manajemen divisi usaha dan/atau unit usaha
yang dikelola oleh BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib dibahas dan disepakati dalam Musyawarah Desa.
(3) Manajemen divisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dikendalikan oleh pelaksana operasional sebagai satu kesatuan
organik.
Pasal 10
(1) Manajemen divisi usaha bertugas mengelola jenis usaha:
a. pengelolaan rumah penginapan (homestay);
b. ...........;
c. pengelolaan air bersih; dan
d. pertanian (cooperative farming).
(2) Manajemen divisi usaha sebagai dimaksud pada ayat (1) wajib
membuat laporan kinerja kepada pelaksana operasional.
(3) Jenis usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
bagian kesatuan organik dari BUM Desa, tidak memerlukan
status badan hukum privat perseroan terbatas, sehingga tidak
memerlukan akta penegasan dan akta pendirian oleh notaris,
sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 87 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa beserta Penjelasan, Pasal 137
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa, dan Pasal 7 ayat (3) Peraturan Peraturan Menteri
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian,
Pengurusan Dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha
Milik Desa.
(4) Direktur Utama BUM Desa berwenang mewakili BUM Desa dalam
melakukan kerja sama dengan pihak ketiga berkaitan dengan
jenis usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 11
(1) Direktur dari Unit usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) huruf b dan ayat (2) bertugas mengelola:
Pasal 12
(1) BUM Desa dapat melakukan perjanjian kerja sama dengan pihak
lain untuk mengembangkan kegiatan unit usaha BUM Desa.
(2) Direktur Utama BUM Desa berwenang mewakili BUM Desa dalam
perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
setelah melakukan musyawarah, pertemuan, atau rapat dengan
Penasihat dan Pengawas.
BAB V
SUMBER MODAL
Pasal 13
Modal awal BUM Desa bersumber dari APB Desa ... sesuai dengan
hasil pembahasan dan kesepakatan dalam Musyawarah Desa,
sebesar Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan telah
diserahkan oleh Pemerintah Desa ... kepada BUM Desa pada tahun
2009, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Anggaran Dasar BUM
Desa.
Pasal 14
Modal BUM Desa terdiri atas:
a. penyertaan modal Desa; dan
b. penyertaan modal masyarakat Desa.
Pasal 15
(1) BUM Desa berhak menerima Dana Desa sebagai penyertaan
modal dan penguatan permodalan BUM Desa sesuai ketentuan
dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
beserta peraturan pelaksanaannya, dengan mempertimbangkan:
a. Laporan Posisi Keuangan BUM Desa;
b. laporan perkembangan kegiatan seluruh unit usaha BUM
Desa;
c. rencana pengembangan usaha atau analisis kelayakan usaha
BUM Desa;
d. Rencana Anggaran Pendapatan dan Biaya BUM Desa; dan
e. kemampuan keuangan Desa.
(2) Modal Desa ... yang bersumber dari Dana Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) merupakan kekayaan Desa ... yang
dipisahkan, sehingga penggunaan Dana Desa dimaksud
selanjutnya digunakan oleh BUM Desa untuk memberi nilai
tambah bagi kegiatan usaha dan Aset BUM Desa.
(3) Penggunaan Dana Desa sebagai penyertaan modal Desa kepada
BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan
kekayaan BUM Desa, sehingga neraca dan pertanggungjawaban
pengurusan BUM Desa dipisahkan dari neraca dan
pertanggungjawaban Pemerintah Desa, sesuai ketentuan Pasal
Pasal 16
(1) Dalam hal jenis usaha yang dikelola BUM Desa berkembang dari
sisi kemanfaatan bagi warga Desa (benefit) dan keuntungan
(profit), BUM Desa dapat mengembangkan divisi usaha dan/atau
unit usaha baru dengan menggunakan modal yang bersumber
dari pemanfaatan Hasil Usaha BUM Desa.
(2) Pembentukan usaha baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dibahas dan disepakati dalam Musyawarah Desa.
(3) Masyarakat Desa berhak meminta informasi dan melakukan
penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
pengembangan kegiatan usaha yang dikelola oleh BUM Desa.
Pasal 17
(1) Dalam hal penyertaan modal masyarakat Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 huruf b berbentuk saham, maka
penyertaan modal saham dimaksud dikelola oleh unit-unit usaha
perseroan terbatas yang dibentuk oleh BUM Desa.
(2) Setiap warga masyarakat Desa yang melakukan penyertaan modal
untuk kegiatan unit usaha perseroan terbatas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berhak memperoleh dokumen perjanjian
yang disepakati bersama Direktur Utama BUM Desa.
Pasal 18
(1) Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah
kabupaten/kota, dan Pemerintah Desa dapat memberikan hibah
dan/atau akses permodalan kepada BUM Desa yang disalurkan
melalui APB Desa.
Pasal 20
Modal BUM Desa dapat mengalami perubahan atau penambahan
modal, bersumber dari:
a. pemanfaatan Aset Desa tanpa mengubah status kepemilikan Aset
Desa melalui sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan tanah
dan/atau bangunan, serta bangun guna serah atau bangun serah
guna;
b. pemindahtanganan Aset Desa kepada BUM Desa (berupa tanah
dan/atau bangunan milik Desa) melalui tukar menukar,
penjualan aset Desa, atau penyertaan modal (berupa tanah kas
Desa; dan
c. prosentase dari Hasil Usaha BUM Desa yang dimanfaatkan untuk
pengembangan usaha.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 21
Ketentuan dalam Anggaran Rumah Tangga mengikat seluruh
personel organisasi pengelola BUM Desa.
Pasal 22
Anggaran Rumah Tangga ini disahkan pada Musyawarah Desa, di
Desa ..., kecamatan ..., Kabupaten ..., Provinsi Jawa Tengah, pada
tanggal 15 September 2018.
Lembar Kerja Kelompok 5.1.3. Keputusan Kepala Desa tentang Status Aset
Desa untuk dikelola oleh BUM Desa
KABUPATEN ..
TENTANG
MEMUTUSKAN:
JJJJ
JJJJJ
Lembar Kerja Kelompok 5.1.4. Keputusan Kepala Desa tentang Susunan Kepengurusan
BUM Desa
KABUPATEN..
TENTANG
MEMUTUSKAN:
c. pengawas;
sesuai dengan Keputusan Kepala Desa ...Nomor …
Tahun 2018 tentang Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Badan Usaha Milik Desa “..”;
KEDUA : Perubahan susunan kepengurusan BUM Desa
...Periode ... tercantum dalam Lampiran dan
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan
Kepala Desa ... ini.
KETIGA : Keputusan Kepala Desa ...ini berlaku sebagai dasar
kewenangan Pelaksana Operasional BUM Desa ...
untuk mendirikan Unit Usaha Berbadan Hukum
Perseroan Terbatas, termasuk mengurus aset BUM
Desa ..., sesuai ketentuan Peraturan Desa ... Nomor ...
Tahun 2018 tentang Pendirian Badan Usaha Milik
Desa “...” dan Keputusan Kepala Desa ...Nomor ..
Tahun 2018 tentang Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Badan Usaha Milik Desa “...”.
KEEMPAT : Keputusan Kepala Desa Ponggok ini mulai berlaku
pada tanggal ditetapkan.
JM
SUSUNAN KEPENGURUSAN
BADAN USAHA MILIK DESA ...
PERIODE ...
Penasehat : JM
(ex officio Kepala Desa)
Pengawas
Ketua : .........................................
Sekretaris merangkap anggota : .........................................
Anggota : .........................................
Pelaksana Operasional
Direktur Utama : JOKO
Sekretaris : ...
Bendahara : .........................................
Kepala Divisi Usaha ................. : .........................................
Kepala Divisi Usaha ................. : .........................................
Kepala Divisi Usaha ................. : .........................................
Pokok Bahasan
6
RENCANA KERJA TINDAK LANJUT
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Merangkum kembali pokok-pokok isi materi pelatihan
Pengembangan BUM Desa;
2. Menyepakati penyelenggaraan kegiatan pelatihan Pengembangan
BUM Desa yang akan dijalankan di lokasi masing-masing.
Waktu
2 JP (90 menit)
Metode
Evaluasi .
Media
Media Tayang.
Lembar Kerja 6.1.1: Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan
Pengembangan BUM Desa.
Lembar Kerja 6.1.2: Rencana Kerja Tindak Lanjut
Alat Bantu
Kertas plano, metaplan, spidol dan Lakban, LCD, Laptop,dan WhiteBoard
Proses Pembelajaran
Kegiatan 1: Resume Hasil Pelatihan
Petunjuk:
1. Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban yang menurut Bapak/Ibu/Saudara sesuai
dengan pendapatnya;
2. Setelah diisi, harap dikembalikan kepada pelatih atau panitia penyelenggara.
No Pernyataan Jawaban
a. Mengetahui sekali
b. Mengetahui
c. Kurang mengetahui
d. Tidak mengetahui
2. Hubungan Materi Pelatihan Pengembangan BUM Desa, dengan
pengetahuan yang telah saya miliki adalah ;
a. Seluruhnya baru
b. Sebagian baru
c. Sebagian ulangan
a. Seluruhnya sesuai
No Pernyataan Jawaban
a. Semua jelas
a. Terlalu lama
b. Lama
c. Cukup
d. Kurang lama
7. Jumlah hari/waktu Pelatihan Pengembangan BUM Desa, yang
disediakan pada pelatihan ini ;
a. Terlalu lama
b. Lama
c. Cukup
d. Kurang lama
8. Metode belajar yang digunakan dalam proses belajar dari masing-
masing sub pokok bahasan (SPB) pada pelatihan ini:
a. Tepat sekali
b. Tepat
c. Kurang tepat
d. Tidak tepat
9. Isi materi yang disajikan dan dikemas dalam sub pokok bahasan (SPB)
pada pelatihan ini:
a. Sangat bermanfaat
b. Bermanfaat
c. Kurang bermanfaat
d. Tidak bermanfaat
No Pernyataan Jawaban
a. Sangat memuaskan
b. Memuaskan
c. Kurang memuaskan
d. Tidak memuaskan
11. Konsumsi yang disediakan untuk peserta pada pelatihan ini;
a. Sangat memuaskan
b. Memuaskan
c. Kurang memuaskan
d. Tidak memuaskan
12. Suasana pergaulan antara peserta dengan peserta pada pelatihan ini;
a. Sangat akrab
b. Akrab
c. Kurang akrab
d. Tidak akrab
13. Suasana pergaulan antara peserta dengan panitia penyelenggara
pada pelatihan ini;
a. Sangat akrab
b. Akrab
c. Kurang akrab
d. Tidak akrab
14. Suasana pergaulan antara peserta dengan pelatih (sebagai
tim/individu) pada pelatihan ini;
a. Sangat akrab
b. Akrab
c. Kurang akrab
d. Tidak akrab
15. Sikap pelatih dalam menyampaian materi pada pelatihan ini;
a. Sangat menarik
b. Menarik
c. Kurang menarik
d. Tidak menarik
16. Etika pelatih dalam menyampaian materi pada pelatihan ini;
No Pernyataan Jawaban
a. Sangat sopan
b. Sopan
c. Kurang sopan
d. Tidak sopan
17. Sarana dan prasarana belajar yang disediakan oleh panitia
penyelenggara pada pelatihan ini;
Saran-Saran
8. Dll.