Anda di halaman 1dari 25

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK

“ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SPIRITUAL PADA


LANSIA”
Pembimbing:
ADIN MUAFIRO, S.ST, M.Kes

Disusun Oleh:

Dinda Anyndita P27820717006


Yogy Yuanna P27820717038
Safira Qibitya P27820717017
Rahmita Alfinda P27820717033
Jihan Pratiwi P27820717012
Syevana Vindya P27820717022

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN

1
ZAHRA_SANJAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan kasih sayang-Nya
sehingga tugas ini dapat kami selesaikan untuk memenuhi tugas pembuatan makalah asuhan
keperawatan gerontik gangguan spiritual Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh anggota kelompok yang telah berkontribusi secara
optimal sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Terima kasih pula kami ucapkan kepada para dosen
pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini. Ucapan
terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu proses pembuatan
makalah ini baik secara moril maupun materil.

Besar harapan kami makalah ini dapat memberi kontribusi dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dalam keperawatan yang bisa bermanfaat bagi masyarakat luas nantinya. Sebagai
penyusun kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan.

Terima kasih

Surabaya , 28 Maret 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan spiritual memiliki hubungan dengan dimensi lainnya (fisik, sosial, psikologis,
kultural). Kesehatan fisik dapat dicapai salah satunya dengan peningkatan aspek spiritual dalam diri
individu. Makalah ini membahas tentang konsep kesehatan spiritual. Kesehatan spiritual dapat
dibentuk dan terbentuk dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam diri individu itu sendiri
(internal) maupun yang berasal dari luar diri individu (eksternal) serta karakteristik dari spiritual itu
sendiri yang harus ada pada diri individu. Selanjutnya faktor-faktor dan karakteristik tersebut mampu
mempengaruhi pola pikir dan berpengaruh terhadap pola perilaku individu, sehingga mampu merubah
perilaku individu kearah perilaku yang adaptif maupun maladaptif. Kata Kunci: adaptif; faktor
internal; faktor eksternal; karakteristik spiritual; kesehatan spiritual; maladaptif; perubahan fungsi
sipritual; perkembangan aspek spiritual; spiritual; pola normal spiritual.
Klien dalam perspektif keperawatan merupakan individu, keluarga atau masyarakat yang
memiliki masalah kesehatan dan membutuhkan bantuan untuk dapat memelihara, mempertahankan
dan meningkatkan status kesehatannya dalam kondisi optimal. Sebagai seorang manusia, klien
memiliki beberapa peran dan fungsi seperti sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk
Tuhan. Berdasarkan hakikat tersebut, maka keperawatan memandang manusia sebagai mahluk yang
holistik yang terdiri atas aspek fisiologis, psikologis, sosiologis, kultural dan spiritual.
Tidak terpenuhinya kebutuhan manusia pada salah satu diantara dimensi di atas akan
menyebabkan ketidaksejahteraan atau keadaan tidak sehat. Kondisi tersebut dapat dipahami
mengingat dimensi fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan kultural merupakan satu kesatuan yang
saling berhubungan. Tiap bagian dari individu tersebut tidaklah akan mencapai kesejahteraan tanpa
keseluruhan bagian tersebut sejahtera.

Kesadaran akan pemahaman tersebut melahirkan keyakinan dalam keperawatan bahwa


pemberian asuhan keperawatan hendaknya bersifat komprehensif atau holistik, yang tidak saja
memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan kultural tetapi juga kebutuhan spiritual klien.
Sehingga, pada nantinya klien akan dapat merasakan kesejahteraan yang tidak hanya terfokus pada
fisik maupun psikologis saja, tetapi juga kesejateraan dalam aspek spiritual. Kesejahteraan spiritual
adalah suatu faktor yang terintegrasi dalam diri seorang individu secara keseluruhan, yang ditandai
oleh makna dan harapan. Spiritualitas memiliki dimensi yang luas dalam kehidupan seseorang
sehingga dibutuhkan pemahaman yang baik dari seorang perawat sehingga mereka dapat
mengaplikasikannya dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien.

4
1.2 Tujuan

1. Mengetahui definisi tentang spritual


2. Mengetahui pola normal spiritual
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kesehatan spiritual
4. Mengetahui karakteristik spiritual
5. Mengetahui perubahan fungsi spiritual

1.3 Rumusan Identifikasi permasalahan berdasarkan materi yang dipelajari yaitu Konsep
Kesehatan Spiritual terdiri dari:
1. Apa definisi spritual ?
2. Apa saja pola normal spiritual ?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi kesehatan spiritual ?
4. Apa saja karakteristik spiritual ?
5. Apa perubahan fungsi spiritual ?

5
BAB II
PEMBAHASAN

2. Definisi tentang Spiritual


Manusia terdiri dari dimensi fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual dimana setiap
dimensi harus dipenuhi kebutuhannya. Seringkali permasalahan yang mucul pada klien ketika
mengalami suatu kondisi dengan penyakit tertentu (misalnya penyakit fisik) mengakibatkan terjadinya
masalah psikososial dan spiritual. Ketika klien mengalami penyakit, kehilangan dan stres, kekuatan
spiritual dapat membantu individu tersebut menuju penyembuhan dan terpenuhinya tujuan dengan
atau melalui pemenuhan kebutuhan spiritual. Dengan kata lain apabila satu dimensi terganggu, maka
dimensi yang lain akan terganggu.

Penelitan menyebutkan seseorang dinyatakan usianya tinggal beberapa bulan, tetapi karena ia
memilki koping yang baik berdasarkan pengalaman agamanya (salah satu sumber dimensi spiritual),
ia tetap bahagia menjalani hari-harinya dengan bernyanyi dan ceria, membuat puisi-puisi yang indah.
Ternyata orang tersebut mampu bertahan hingga bartahun-tahun. Kemudian penelitian yang dilakukan
oleh Pressman, dkk (1990) menunjukkan bahwa wanita lanjut usia yang menderita farktur tulang
pinggul yang kuat religi dan pengalaman agamanya, ternyata lebih kuat mental dan kurang mengeluh,
depresi, dan lebih cepat berjalan daripada yang tidak mempunyai komitmen agama.Dari hal-hal
tersebut diatas dapat dikatakan dimensi spiritual menjadi hal penting sebagai terapi kesehatan. Berikut
akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan konsep kesehatan spiritual.

2.1. Pola Normal Spiritual

Dimensi spiritual adalah sesuatu yang terintegrasi dan berhubungan dengan dimensi yang lain
dalam diri seorang individu. Spiritualitas mewakili totalitas keberadaan seseorang dan berfungsi
sebagai perspektif pendorong yang menyatukan berbagai aspek individual. Dimensi spiritual
merupakan salah satu dimensi penting yang perlu diperhatikan oleh perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada seorang klien. Makhija (2002) menyatakan bahwa keimanan atau
keyakinan religius adalah sangat penting dalam kehidupan personal individu. Keyakinan tersebut
diketahui sebagai suatu faktor yang kuat dalam penyembuhan dan pemulihan fisik.

Oleh karena itu, menjadi suatu hal penting bagi perawat untuk meningkatkan pemahaman
tentang konsep spiritual agar dapat memberikan asuhan spiritual dengan baik kepada klien.
Setiap individu memiliki definisi dan konsep yang berbeda mengenai spiritualitas..Setiap individu
memiliki pemahaman tersendiri mengenai spiritualitas karena masing-masing memiliki cara pandang

6
yang berbeda mengenai hal tersebur. Perbedaan definisi dan konsep spiritualitas dipengaruhi oleh
budaya, perkembangan, pengalaman hidup seseorang, serta persepsi mereka tentang hidup dan
kehidupan. Pengaruh tersebut nantinya dapat mengubah pandangan seseorang mengenai konsep
spiritulitas dalam dirinya sesuai dengan pemahaman yang ia miliki dan keyakinan yang ia pegang
teguh.

Konsep spiritual berkaitan berkaitan dengan nilai, keyakinan, dan kepercayaan seseorang.
Kepercayaan itu sendiri memiliki cakupan mulai dari atheisme (penolakan terhadap keberadaan
Tuhan) hingga agnotisme (percaya bahwa Tuhan ada dan selalu mengawasi) atau theism (Keyakinan
akan Tuhan dalam bentuk personal tanpa bentuk fisik) seperti dalam Kristen dan Islam. Keyakinan
merupakan hal yang lebih dalam dari suatu kepercayaan seorang individu. Keyakinan mendasari
seseorang untuk bertindak atau berpikir sesuai dengan kepercayaan yang ia ikuti.

persepsi seorang Muslim mengenai perawatan kesehatan dan respon penyakit tentunya
berbeda dengan persepsi seorang Budhis. Semua itu tergantung konsep spiritual yang dipahami sesuai
dengan keyakinan dan keimanan seorang individu. Konsep spiritual yang dianut atau dipahami oleh
seorang klien dapat mempengaruhi cara pandang klien mengenai segala sesuatunya, tak terkecuali
dalam bidang kesehatan. Paradigma mengenai sakit, tipe-tipe pengobatan yang dilakukan, persepsi
mengenai kehidupan dan makna yang terkandung di dalamnya adalah contoh penerapan konsep
spiritual secara normal pada diri seorang individu. Ada beberapa agama yang menerapkan pola
normal spiritualnya dengan cara:

1) Beberapa orang menjadi spiritual setelah usia 40 tahun. Pada satu tingkat pergi ke
kuil, menghadiri wacana-wacana dan membaca buku-buku atau kitab-kitab dianggap
sangat spiritual.
2) Tingkat kedua orang memiliki seorang guru mengikuti tradisi maka mereka memiliki
sadhana. Ini adalah zaman baru modern gaya
3) Ada tingkat ketiga orang yang mempunyai dewa dan mereka upsana.
4) Beberapa praktik seni seperti astrologi atau obat atau tari atau musik dan kemudian
mereka menggunakan waktu luang ada dalam sadhana spiritual.
5) Beberapa orang menghadiri Bhajan dan kemudian melakukan pelayanan sosial yang
juga baik seperi pelayanan kesehatan.

Pola normal spiritual sangat erat hubungannya dengan kesehatan, Karena dari pola tersebut
dapat menciptakan suatu bentuk perilaku adaptif ataupun maladaptif berhubungan dengan penerimaan
kondisi diri Dimensi spiritual merupakan dimensi yang sangat penting diperhatikan oleh perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada semua klien. Mengingat pentingnya peranan spiritual
dalam penyembuhan dan pemulihan kesehatan maka penting bagi perawat untuk meningkatkan

7
pemahaman tentang konsep spiritual agar dapat memberikan asuhan spiritual dengan baik kepada
semua klien.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Spiritual

Secara langsung maupun tidak langsung ada beberapa hal yang mempengaruhi kesehatan
spiritual. Spiritualitas tidak selalu berkaitan dengan agama, tetapi spiritualitas adalah bagaimana
seseorang memahami keberadaannya dan hubungannya dengan alam semesta..

Hal lain yang mempengaruhi kesehatan spiritual kita adalah latihan. Tidak hanya latihan dasar
untuk kesehatan tubuh, tetapi juga latihan spiritual untuk menjaga spiritual. Latihan ini terdiri dari
penggunaan jiwa kita. Sehingga latihan tersebut memberi sentuhan pada jiwa kita dan digunakan
untuk menuntun kita untuk bertingkah-laku dengan baik, untuk menunjukan cinta kasih dan perasaan
pada oaring lain untuk memahami dan untuk mencari kedamaian.

Faktor lain yang mempengaruhi kesehatan spiritual adalah lingkungan. Hal ini dikarenakan
lingkungan dimana kita hidup adalah somber utama kejahatan ynag dapat mempengaruhi jiwa kita.
Kita harus waspada untuk menghindari keburukan yang berasal dari lingkungan kita dan mencari hal
positif yang dapat diambil. Tantangan yang dapat mengancam kesehatan spiritual kita dapat berasal
dari luar maupun dari dalam dari kita.Jadi, Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan spiritual
adalah nutrisi, latihan dan lingkungan tempat tinggal. Selain itu, terdapat ancaman dari luar maupun
dari dalam diri kita. Sehingga kita harus pandai-pandai untuk menjaga kesehatan spiritual kita.

2.3 Karakteristik Spiritual

Karakteristik spiritual yang utama meliputi perasaan dari keseluruhan dan keselarasan dalam
diri seorang, dengan orang lain, dan dengan Tuhan atau kekuatan tertinggi sebagai satu penetapan.
berikut adalah aspek penting dan valid dari memelihara kesehatan dan memberikan asuhan
keperawatan :

1. Holism
Holism, posisi mengamati seluruh bidang sebagai suatu system yang kurang berhubungan
dengan rukun daripada hubungan yang mengasingkan bagian-bagian, menggabungkan
pikiran dan tubuh dan menegaskan semangat (Seller dan Haag, 1998). Sebuah pendekatan
yang holistic mengakui perjuangan spiritual sebagai aspemk yang valid dan penting dri
kesehatan dan asuhan keperawatan (Fig. 50-1). Hal tersebut adalah menggabungkan
factor dari “mengadakan penggolongan sebelumnya yang dibangun dari jasmani,
pemikiran rasional, jiwa emosional, dan semangat intuisi (Ruffing-rahal, 1984, p.12)

8
2. Kebutuhan spiritual
Definisi dari kebutuhan spiritual sangat bergantung pada setiap system kepercayaan
penulis. Dalam meringkaskan definisi-definisi yang bervariasi, kebutuhan spiritual
menunjukkan sebuah ekspresi normal dari dalam diri seseorang yang mencari maksud
dalam semua pengalaman dan sebuah hubungan yang dinamik dengan dirinya, orang lain,
dan pada lainnya yang tertinggi sebagai ketetapan seseorang. Kebutuhan spiritual yang
berasal melalui pengalaman afektif dari semangat, harapan, cinta, dan pengalaman positif
yang menjalani sebagai katalis dari maksud dan sintesis. Karakteristik ebutuhan spiritual
meliputi:
1) Kepercayaan
2) Pemaafan
3) Cinta dan hubungan
4) Keyakinan, kreativitas dan harapan maksud dan tujuan serta anugrah dan
harapan Karakteristik dari kebutuhan spiritual ini menjadi dasar dalam
menentukan karakteristik dari perubahan fungsi spiritual yang akan
mengrahkan individu dalam berperilaku, baik itu kearah perilaku yang
adaptif maupun perilaku yang adaptif.
3. Pencarian spiritual
Hidup dapat digambarkan sebagai suatu pencarian spiritual, tidak hanya untuk menjawab
pertanyaan filosofi kehidupan, tetapi untuk mencari level tertinggi dari kesadaran atau
kesadaran paling dalam dari kehidupan spiritual. Sebagai contoh, program ‘the twelve-
step’ dari ‘alcoholics anonymous’ mengidentifikasi kesembuhan sebagai suatu perjalanan
spiritual; anggota dari grup ini memrakterkan sebuah disiplin spiritual pada kehidupan
yang lebih berarti, hari demi hari. Chapman (1986) meliputi jug aide dari pencarian
dalam penetapan kesehatan spiritual yang optimal. Kesehatan spiritual meliputi “…
kemampuan kita untuk menemukan dan artikulat diri kita tujuan dasar dalam hidup,
belajar bagaimana pada pengalaman cinta, kesenangan, kedamaian dan pemenuhan…”(p.
41).
4. Kesehatan spiritual
Kesehatan spiritual adalah suatu kondisi yang ditandai oleh sebuah penguatan hidup,
kedamaian, keselarasan, dan perasaan saling berhubungan dengan Tuhan, dirinya,
komunitas, dan lingkungan yang pemeliharaan dan keseluruhan ternama (Greer dan
Moberg, 1998). Dalam hirarki kebutuhan manusia, kesehatan spiritual tampak untuk
pemenuhan yang mengandung arti dari kebutuhan melebihi tingkat aktualisasi diri.

9
2.4 Perubahan Fungsi Spiritual
Perawat professional dituntut untuk mampu memahami perubahan fungsi spiritual agar dapat
memberikan asuhan keperawatan pada lingkup kesehatan spiritual sebagai wujud keperawatan
holistik. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Pada
laporan tugas mandiri ini, akan dibahas tentang perubahan fungsi spiritual.Spiritualitas mampu
menghadirkan cinta, kepercayaan, harapan, dan melihat arti dari kehidupan dan memelihara hubungan
dengan sesama. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan
keyakinan, memenuhi kewajiban agama, dan kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau
pengampunan.
Perilaku dan ekspresi yang beranekaragam mungkin menjadi tanda dari klien yang mengalami
kecemasan spiritual. Setiap manusia pernah mengalami masalah spiritual. Masalah spiritual ketika
penyakit , kehilangan, dan nyeri menyerang seseorang. Kekuatan spiritual dapat membantu seseorang
ke arah penyembuhan atau pada perkembangan kebutuhan dan perhatian spiritual. Individu selama
sakit sering menjadi kurang mampu untuk merawat diri mereka dan lebih bergantung pada orang lain
untuk perawatan dan dukungan. Oleh karena itu, perubahan fungsi spiritualitas klien perlu dipahami
perawat dalam pemberian asuhan keperawatan secara holistik.

2.5 Contoh kasus asuhan keperawatan gerontik pada lansia dengan ganguan spiritual

Tanggal Pengkajian: Senin, 18 Maret 2019 Waktu Pengkajian: 15:09 WIB

1. IDENTITAS KLIEN :
Nama : Tn. S
Umur :
Agama : Islam
Alamat asal : Malang

2. DATA KELUARGA :
Nama : Nn. Z
Hubungan : Cucu
Pekerjaan : Mahasiswa.
Alamat : Jl. Cipunegara no. 3, Malang Telp : (nanti aja)
3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :
Keluhan utama:
Gatal-gatal (eksim), karena gatal-gatal Tn. S merasa kakinya sakit dan beliau tidak mau shalat
Pengetahuan dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan:
Keluarga memeriksakan Tn. S ke dokter.
Obat-obatan:
Aerius
4. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA) :

FUNGSI FISIOLOGIS

10
1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan :
V
Perubahan BB :

Perubahan nafsu :
makan V
Masalah tidur :
V
Kemampuan ADL : V

KETERANGAN : ......................................................................................................
…………………………………………………………………..
2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : V
Pruritus : V
Perubahan pigmen : V
Memar : V
Pola penyembuhan lesi : V
KETERANGAN : ..........................................................................................................
..........................................................................................................

3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal : V
Pembengkakan kel. : V
limfe
Anemia : V
KETERANGAN : .....................................................................................................

4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : V
Pusing : V
Gatal pada kulit kepala : V
KETERANGAN : ...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

5. Mata
Ya Tidak
Perubahan : V
penglihatan

11
Pakai kacamata : V
Kekeringan mata : V
Nyeri :
Gatal : V
Photobobia : V
Diplopia : V
Riwayat infeksi : V
KETERANGAN : Lensa Kacamata yang digunakan ialah plus,untuk kekuatan lensa (?)
6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran : V
Discharge : V
Tinitus : V
Vertigo : V
Alat bantu dengar : V
Riwayat infeksi : V
Kebiasaan membersihkan telinga :
Dampak pada ADL : Klien seringkali tidak dengar apabila dipanggil
KETERANGAN :

7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : V
Discharge : V
Epistaksis : V
Obstruksi : V
Snoring : V
Alergi : V
Riwayat infeksi : V
KETERANGAN : ...................................................................................................................
...................................................................................................................
8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : V
Kesulitan menelan : V
Lesi : V
Perdarahan gusi : V
Caries : V
Perubahan rasa : V
Gigi palsu : V
Riwayat Infeksi : V
Pola sikat gigi : Memakai pasta gigi khusus gigi sensitive
KETERANGAN : ........................................................................................................
........................................................................................................

9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan : V
Nyeri tekan : V
Massa : V
KETERANGAN : .........................................................................................................................
.........................................................................................................................
10. Pernafasan
Ya Tidak

12
Batuk : V
Nafas pendek : V
Hemoptisis : V
Wheezing : V
Asma : V
KETERANGAN : ...................................................................................................................
...................................................................................................................

11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : V
Palpitasi : V
Dipsnoe : V
Paroximal nocturnal : V
Orthopnea : V
Murmur : V
Edema : V
KETERANGAN : ...............................................................................................................
...............................................................................................................
12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : V
Nausea / vomiting : V
Hemateemesis :
Perubahan nafsu makan : V
Massa : V
Jaundice : V
Perubahan pola BAB : V
Melena : V
Hemorrhoid : V
Pola BAB : ...........................................................................................................
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................

13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : V
Frekuensi : .......................................................................................................
Hesitancy : V
Urgency : V
Hematuria : V
Poliuria : V
Oliguria : V
Nocturia : V
Inkontinensia : V
Nyeri berkemih : V
Pola BAK : ...........................................................................................................
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................

13
14. Reproduksi (laki-laki)
Ya Tidak
Lesi : V
Disharge : V
Testiculer pain : V
Testiculer massa : V
Perubahan gairah sex : V
Impotensi : V

Reproduksi (perempuan)
Lesi :
Discharge :
Postcoital bleeding :
Nyeri pelvis :
Prolap :
Riwayat menstruasi : ..............................................................................................
Aktifitas seksual :
Pap smear :
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................

15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi : V
Bengkak : V
Kaku sendi : V
Deformitas : V
Spasme : V
Kram : V
Kelemahan otot : V
Masalah gaya berjalan : V
Nyeri punggung : V
Pola latihan : ............................................................................................
Dampak ADL : Pasien bisa berjalan namun tampak lemah
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................
16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache : V
Seizures : V
Syncope : V
Tic/tremor : V
Paralysis : V
Paresis : V
Masalah memori : V
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................

14
POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :
Psikososial YA Tidak
Cemas : V
Depresi : V
Ketakutan : V
Insomnia : V
Kesulitan dalam mengambil : V
keputusan
Kesulitan konsentrasi : V
Mekanisme koping : ................................................................................
................................................................................
Persepsi tentang kematian :...............................................................................................................
................................................................................................................
Dampak pada ADL
:.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
Spiritual
 Aktivitas ibadah :Klien biasanya sebelum sakit rajin shalat berjamaah di masjid dan
aktif mengikuti pengajian di sekitar wilayah rumahnya.

 Hambatan : Klien apabila ditanya tentang apakah sudah shalat atau belum klien
akan merasa marah dan apabila klien dituntun atau diminta untuk shalat akan menjawab
nanti saja (menolak ajakan)

KETERANGAN :............................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
7. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES

1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
No Kriteria Dengan Mandiri Skor Yang Keterangan
Bantuan Didapat
1 Makan 5 10 10 Frekuensi: 3x sehari Jumlah:
secukupnya Jenis, nasi, sayur,
lauk

2 Berpindah dari kursi roda ke 5-10 15 15 Mandiri


tempat tidur, atau sebaliknya
3 Personal toilet (cuci muka, 0 5 5 Frekuensi : 1 kali sehari
menyisir rambut, gosok gigi) untuk sikat gigi
4 Keluar masuk toilet (mencuci 5 10 8 Mandiri
pakaian, menyeka tubuh,
menyiram)
5 Mandi 0 5 5 Frekuensi : satu kali sehari
6 Berjalan di permukaan datar 0 5 5 Setiap saat ingin mengambil
(jika tidak bisa, dengan kursi minum atau ke kamar mandi
roda)
7 Naik turun tangga 5 10 5 Baik tapi harus pelan-pelan
8 Mengenakan pakaian 5 10 10 Baik tapi harus pelan-pelan
9 Kontrol bowel (BAB) 5 10 5 Frekuensi : seminggu sekali
Konsistensi : Padat
10 Kontrol Bladder (BAK) 5 10 5 Frekuensi 5 sampai 6 kali
sehari

15
2. Aspek Kognitif
MMSE (Mini Mental Status Exam)

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif maksimal Klien
1 Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : 2019 Hari : Sabtu
Musim : Hujan Bulan : Maret
Tanggal : 02
2 Orientasi 5 4 Dimana sekarang kita berada ?
Negara: Indonesia Panti : -
Propinsi: Jawa Timur Wisma : -
Kabupaten/kota : Malang
3 Registrasi 3 2 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi, meja, kertas),
kemudian ditanyakan kepada klien, menjawab :
1) Kursi 2). Meja 3). Kertas
4 Perhatian 5 5 Meminta klien berhitung mulai dari 100 kemudia kurangi
dan 7 sampai 5 tingkat.
kalkulasi Jawaban :
1). 93 2). 86 3). 79 4). 72 5). 65
5 Mengingat 3 2 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek pada poin ke-
2 (tiap poin nilai 1)
6 Bahasa 9 9 Menanyakan pada klien tentang benda (sambil
menunjukan benda tersebut).
1). Teko
2). Jam dinding
3). Minta klien untuk mengulangi kata berikut :
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab :

Minta klien untuk mengikuti perintah berikut yang terdiri


3 langkah.
4). Ambil kertas ditangan anda
5). Lipat dua
6). Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila aktifitas
sesuai perintah nilai satu poin.
7). “Tutup mata anda!”
8). Perintahkan kepada klien untuk menulis kalimat dan
9). Menyalin gambar 2 segi lima yang saling bertumpuk

Total nilai 30 26
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan :…………………………………………………………………………………..

16
3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1

Rata-rata Waktu TUG

Interpretasi hasil

Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6
bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan
dalam mobilisasi dan melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss & Kehlet:
2007: Podsiadlo & Richardson:1991)

4. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 0
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 0
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 0
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 0
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0 1
sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 0
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 1
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 1
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 1
Jumlah
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam Gerontological
Nursing, 2006)

Interpretasi :
Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi

17
5. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:

No Indikators score Pemeriksaan


1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan perubahan jumlah 2 Ya,karena sakit
dan jenis makanan yang dikonsumsi eksim pasien
malas makan
2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 Pasien makan 2
kali sehari
3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 Pasien jarang
makan makanan
tersebut
4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman beralkohol 2 Pasien tidak
setiap harinya minum alkohol
5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga tidak dapat 2 Sebagian besar
makan makanan yang keras gigi pasien sudah
tanggal
6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli makanan 4 Pasien
berkecukupan
dalam memenuhi
makanannya
7. Lebih sering makan sendirian 1 Pasien suka
makan sendirian
8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 kali atau lebih 1 Pasien tidak
setiap harinya memiliki
penyakit
penyakit tertentu
sehingga tidak
minum obat
9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam bulan terakhir 2 Berat badan
pasien stabil
10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup untuk belanja, 2 Jika kondisi
memasak atau makan sendiri pasien tidak fit
pasien menyuruh
cucunya untuk
membelikannya
makanan
maupun bahan
lainnya.
Total score
(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam Introductory
Gerontological Nursing, 2001)

Interpretasi:
0 – 2 : Good
3 – 5 : Moderate nutritional risk
6 ≥ : High nutritional risk

18
6. Hasil pemeriksaan Diagnostik
No Jenis pemeriksaan Tanggal Hasil
Diagnostik Pemeriksaan

7. Fungsi sosial lansia

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA


Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia

NO URAIAN FUNGSI SKORE


1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman-teman) ADAPTATION 2
saya untuk membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)saya membicarakan PARTNERSHIP 2
sesuatu dengan saya dan mengungkapkan masalah dengan saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya menerima dan GROWTH 2
mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas / arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya AFFECTION 0
mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-emosi saya
seperti marah, sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya meneyediakan RESOLVE 2
waktu bersama-sama
Kategori Skor: TOTAL 8
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1). Selalu : skore 2 2). Kadang-kadang : 1
3). Hampir tidak pernah : skore 0
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik
Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005

19
ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH

DS: Defisit Perawatan diri Kerusakan integritas kulit


-Klien mengatakan sering gatal-
gatal lokasinya di bagian
ekstremitas atas bawah dan
punggung yang tidak kunjung
sembuh
-Hasil wawancara,klien
mengatakan sudah pernah periksa
dan mendapatkan pantangan-
pantangan agar tidak bertambah
gatal,namun klien tidak
menjalankannya seperti klien
masih sering mandi air hangat dan
makan makanan yang dilarang
-Klien mengatakan hanya mandi
sekali sehari karena cuaca di
malang dingin sehingga klien jika
tidak berkeringat tidak merasa
harus mandi
DO:
Bagian ekstremitas klien
ditemukan luka luka kecil bekas
garukan

DS: Klien mengatakan karena Koping inefektif Distress spiritual


gatal-gatalnya klien jarang shalat
DO:
-Terdapat bercak merah

20
-Pasien merasa tidak nyaman
karena gatal
-Klien ketika disuruh sholat slalu
mengelak dan bilang “ nanti
saja’

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan deficit perawatan diri mandi d.d terdapat luka-
luka kecil disekitar ekstremitas.
2.Distress Spiritual b.d koping inefektif

21
Diagnosa Tujuan Intervensi
Dx 1 Tujuan - Bina hubungan saling
Kerusakan integritas kulit yang Setelah dilakukannya asuhan percaya
berhubungan dengan deficit keperawatan selama 3x24 jam - berikan perawatan pada
perawatan diri mandi d.d pasien merasa lebih nyaman dan luak lecet agar tidak
terdapat luka-luka kecil gatal berkurang terjadi infeksi
disekitar ekstremitas -gatal-gatal berkurang - berikan edukasi pada
-luka lecet disekitar ekstermitas pasien bahwa
berkurang perawatan diri itu
- pasien mampu meningkatakan penting untuk kesehatan
perawatan diri Gangguan apa saja yang
muncul ketika pasien
malas mandi
- berikan obat oles untuk
mengurangi rasa gatal
- berikan apresiasi pada
pasien saat pasien mau
melaksanakan tiap satu
perawatan diri sendiri
Distress Spiritual b.d koping Tujuan - bina hubungan sling
inefektif setelah dilakukannya asuhan percaya
keperawatan selama 3x24 jam - berikan pengertian pada
koping infektif teratasi pasien bahawa sholat
-pasien mau untuk sholat bukan sebagai penyebaba
-Pasien tidak memnganggap pasien mengalami gatal-
sholat sebagai penyebaba gatal gatal tetapi karena pasien
tidak mau mandi
- bujuk pasien untuk kembali
beribadah atau melakukan
sholat
- - berikan apresiasi pada
pasien saat pasien mau

22
sholat
IMPLEMENTASI
DIAGNOSA IMPLEMENTASI
Kerusakan integritas - Bina hubungan saling percaya
kulit yang berhubungan - Memberikan perawatan pada luka lecet agar tidak terjadi infeksi
dengan deficit - Memberikan edukasi pada pasien bahwa perawatan diri itu penting
perawatan diri mandi untuk kesehatan Gangguan apa saja yang muncul ketika pasien
d.d terdapat luka-luka malas mandi
kecil disekitar - Memberikan obat oles untuk mengurangi rasa gatal
ekstremitas - Memberikan apresiasi pada pasien saat pasien mau melaksanakan
tiap satu perawatan diri sendiri
Distress Spiritual b.d - Membina hubungan sling percaya
koping inefektif - memberikan pengertian pada pasien bahawa sholat bukan sebagai
penyebaba pasien mengalami gatal-gatal tetapi karena pasien tidak
mau mandi
- membujuk pasien untuk kembali beribadah atau melakukan sholat
- memberikan apresiasi pada pasien saat pasien mau sholat

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesehatan spiritual berkaitan erat dengan dimensi lain dan dapat dicapai jika terjadi keseimbangan
dengan dimensi lain ( fisiologis, psikologis, sosiologis, kultural). Kesehatan spiritual sangat
berpengaruh terhadap koping yang dimiliki individu. Semakin tinggi tingkat spiritual individu, maka
koping yang dimiliki oleh individu tersebut juga akan semakin meningkat. Sehingga mampu
meningkatkan respon adaptif terhadap berbagai perubahan yang terjadi pada diri individu tersebut.
Peran perawat adalah bagaimana perawat mampu mendorong klien untuk meningkatkan
spiritualitasnya dalam berbagai kondisi, Sehingga klien mampu menghadapi, menerima dan
mempersiapkan diri terhadap berbagai perubahan yang terjadi pada diri individu tersebut.

3.2 Saran
Peningkatan spiritualitas dalam diri setiap individu sangat penting untuk diupayakan. Upaya untuk
melakukan peningkatan spiritualitas dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan latihan
yoga dan melakukan meditasi. Penting juga diperhatikan pemenuhan nutrisi spiritual. Hal tersebut
tentunya tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat, akan lebih baik jika dilaksanakan secara
berkesinambungan. Dengan meningkatkan spiritualitas dalam diri, maka koping yang kita miliki juga
akan meningkat. Sehingga mampu berperilaku dan mempertahankan kesehatan dalam kondisi yang
optimal.

24
25

Anda mungkin juga menyukai