Faktor Resiko Glaukoma
Faktor Resiko Glaukoma
Glaukoma lebih sering terjadi pada umur di atas 40 tahun. Beberapa faktor resiko lainnya untuk
terjadi glaukoma, antara lain:
Tekanan bola mata diatas 21 mmHg beresiko tinggi terkena glaukoma. Meskipun untuk
sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik.
Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata atau pada dokter
spesialis mata. Genetik (faktor keturunan), riwayat glaukoma dalam keluarga Untuk
glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma mempunyai resiko 6 kali
lebih besar untuk terkena glaukoma.Resiko terbesar adalah kakak adik kemudian hubungan
orang tua dan anak-anak. Glaukoma bisa diturunkan dalam keluarga. Apabila salah satu
orangtua Anda mengidap glaukoma, maka resiko Anda terkena glaukoma mencapai sekitar
20%. Apabila saudara kandung Anda mengidapnya, maka kemungkinan Anda terkena
glaukoma mencapai 50%.
Suku bangsa
Kecenderungan orang kulit hitam terserang glaukoma tiga sampai empat kali lebih besar
dibandingkan dengan orang kulit putih, dan enam kali lebih besar untuk menderita kebutaan
permanen akibat glaukoma. Orang Asia, khususnya keturunan Vietnam, juga beresiko lebih
besar.
Penggunaan obat-obat golongan kortison (steroid)
Pemakai steroid secara rutin misalnya pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid
yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asthma, obat steroid untuk
radang sendi, dan pemakai obat secara rutin lainnya juga bisa meningkatkan resiko Anda
terkena glaukoma.
Usia
Resiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2 % dari populasi
usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah dengan bertambahnya
usia. Glaukoma kronis jarang terjadi sebelum usia 40 tahun. Resiko terkena glaukoma
hampir meningkat dua kali setiap 10 tahun setelah usia 50 tahun. Glaukoma kronis
umumnya terjadi pada perempuan usia lanjut.
Shen SY, Wong TY, Foster PJ, et al. The prevalence and types of glaucoma in Malay People:
The singapore Malay eye study. Investigatuve Ophthalmology & Visual Science 2008;
49(9):3846-3851