Anda di halaman 1dari 9

Pengertian Proses Sosial dan Contoh Menurut Para Ahli - Salah satu upaya dalam memahami kehidupan individu

dan social
adalah dengan memahami proses-proses social. Terutama proses social dasar yang sangat mempengaruhi perkembangan
Masyarakat. Selanjutnya dilihat perkembangan sosiologi. Melalui makalah ini diharapkan mampu memahami proses sosial dan
memahami key studiesdalam pembelajaran sosiologi : masyarakat, individu, peran, status. Dan menyebutkan minimal enam
orang pemikir sosiologi dan kontribusinya terhadap sosiologi.

Pengertian Proses Sosial


Proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama, antara berbagai segi kehidupan
orang perorang atau kelompok secara bersama. Proses sosial perlu dipelajari dan dipahami dalam menelaah masyarakat agar bisa
memperoleh pengertian dari pergerakan yang ada di dalam masyarakat (dinamikanya). Munculnya perhatian terhadap proses
sosial ini di awali dari masyarakat yang memiliki dua sisi. Sisi pertama yakni statis (tetap), yang cenderung sama dan tidak
berubah seperti struktur masyarakat dan segi kedua yakni dinamis (bergerak) yang bisa diamati dari fungsi masyarakat. Dengan
demikian proses sosial dapat didefinisikan sebagai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan kelompok
saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-
perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Atau dengan kata lain, proses sosial diartikan sebagai
pengaruh timbal balik antara perbagai segi kehidupan bersama (Soekanto, 2012).

Studi sosiologi terhadap sisi statis masyarakat dilakukan dengan cara memahami struktur social seperti Kelompok sosial, institusi
sosial, kebudayaan, stratifikasi sosial dan kekuasaan. Dalam sisi yang dinamis masyarakat dapat dilakukan melalui pemahaman
terhadap proses-proses social yang terjadi dalam masyarakat.

image source: www.edubeanz.com

baca juga: Bidang dan Metode Penelitian Sosiologi Menurut Para Ahli

Proses-proses sosial mendasar


Memahami masyarakat tanpa memahami proses sosial tidak akan menghasilkan pengkajian yang lengkap terhadap masyarakat.
Perlu sekali dibahas bagaimana bentuk-bentuk proses social, sehingga gambaran dan pemahaman tentang masyarakat akan
semakin lengkap. Disini kita hanya membahas sedikit dari proses-proses sosial mendasar.

Menurut Karl Mannheim dalam bukunya Systematic Sosiology, menyebutkan ada beberapa bentuk proses sosial mendasar yang
sangat penting untuk dipahami yaitu, Kontak Sosial dan Jarak Sosial, Isolasi, kompetisi, kerjasama dan akomodasi. Masing-
masing proses sosial tersebut akan kita bahas secara singkat dalam modul ini.
A. Kontak Sosial dan Jarak Sosial

Kontak berasal dari bahasa latin con atau cum yang artinya bersama-sama dan tango yang artinya menyentuh. Secara harfiah
artinya bersama-sama menyentuh. Secara fisik kontak baru terjadi jika terjadi relasi badaniah, tetapi sebagai gejala social tidak
perlu adanya relasi badaniah, karena orang dapat burhubungan dengan orang lain tanpa menyentuh seperti berbicara atau kontak
melalui teknologi komunikasi dan informasi (Soerjono Soekanto, 2013).

Kita perlu membedakan dua jenis kontak social, yaitu kontak social primer dan kontak social sekunder. Kontak primer yaitu
kontak yang kembangkan secara intim dan mendalam berupa pergaulan tatap muka dimana hubungan visual dan perasaan-
perasaan yang berhubungan dengan pendengaran senantiasa digunakan. Sedang Kontak social sekunder adalah kontak yang
ditandai oleh pengaruh keadaan luar dan jarak yang lebih besar. Kedua kontak social tersebut akan mempengaruhi mental dan
kepribadian individu. Mannheim mencontohkan kepribadian yang berbeda antara ibu rumah tangga dengan perempuan yang
menjadi direktur perusahaan maupun perempuan politisi. Bagi Ibu rumah tangga kontak social lebih dominan dengan anggota
keluarganya saja, sementara perempuan direktur perusahaan maupun politisi, pergaulannya lebih luas tentu mempengaruhi
mental dan kepribadiannya (Mannheim, 1987).

Setiap kontak social secara tidak langsung menyatakan jarak social. Jarak social bisa diartikan jarak eksternal atau jarak ruang
dan jarak internal atau jarak mental. Pengambilan jarak pada waktu bersamaan adalah salah satu perilaku yang penting untuk
mempertahankan dan melanjutkan otoritas peradaban manusia, Misalnya demokrasi mengurangi jarak social, begitu pula dengan
prestise para komandan biasanya tergantung jarak social dengan bawahannya.

Karena itu, jarak sosial secara harfiah berarti mengubah sesuatu menjadi terpencil atau terpisah, memindahkan suatu obyek yang
dekat kepada suatu posisi yang jauh dari titik semula. Istilah jarak sering kita pahami sebagai bentuk ruang, berapa jarak sesuatu
terhadap yang lain. Namun jarak juga bisa terkait dengan mental. Sebagai contoh, orang tersebut berjarak 5 meter dari saya, maka
ini terkait ruang, tetapi kalau disampaikan seseorang memiliki jarak social dengan saya, maka ini berarti bahwa saya memiliki
status social lebih tinggi dari dia atau saya memiliki status social lebih rendah dari dia.

B. Isolasi

Isolasi adalah situasi marjinal kehidupan social, situasi ini meniadakan kontak social. Bentuk isolasi yang paling sederhana
adalah diciptakan oleh rintangan alam seperti pegunungan, sungai, lautan, hutan dan padang pasir. Isolasi mengakibatkan
individu maupun kelompok mengalami perlambatan perkembangan. Misalkan sebuah desa yang yang terisolasi oleh pegunungan,
mereka mengalami perbedaan-perbedaan orisinil karena ketiadaan kontak dengan dunia luar. Begitu pula dengan individu yang
mengasingkan diri dari pergaulan dengan orang lain atau orang yang dikucilkan akan mengalami perlambatan perkembangan dan
mengalami individualisasi. Individu atau kelompok ini akan menjadi individu atau kelompok yang ‘asing’ atau ‘aneh’

Menurut Mannheim, ada dua jenis isolasi yaitu isolasi ruang dan isolasi organic. Isolasi ruang adalah isolasi yang dipaksakan
agar tidak terjadi kontak dengan lingkungan social seperti terjadi pada orang yang dikucilkan dari pergaulan komunitasnya atau
dia dipenjara. Sedangkan yang dimaksud isolasi organic adalah gejala keterasingan karena kecacatan individu baik itu kecacatan
organic maupun kecacatan social. Kecacatan organic seperti buta, tuli, dan kecacatan social seperti perasaan malu berlebih-
lebihan, inferior dan superior.
C. Kompetisi

Pengertian kompetisi adalah upaya secara damai oleh beberapa individu atau kelompok untuk mendapatkan sesuatu yang sama.
Kompetisi dapat dibagi dalam dua bagian yaitu kompetisi perseorangan dan kompetisi antar kelompok. Walaupun kompetisi
didorong oleh suatu tujuan tertentu, tetapi kompetisi dalam system social menjalankan fungsi seleksi, terutama dalam
menetapkan seseorang pada suatu tempat dalam system social.

Setiap orang yang ikut dalam sebuah kompetisi akan mencoba menyesuaikan diri mereka dengan sebaik mungkin dengan kondisi
khusus agar menjadi yang terbaik. Karena itu, kompetisi dapat berakibat kemajuan. Namun sisi lain kompetisi juga dapat
memunculkan perasaan inferior. Adakalanya perasaan inferior bersikap aktif, dimana individu atau kelompok bersangkutan akan
menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut. Tetapi adakalanya inferior itu melumpuhkan kekuatan individu, ia menerima saja
kondisi inferiornya begitu saja. Perasaan inferior aktif biasanya lahir dari kompetisi yang bebas. Sementara yang kedua muncul
dalam kompetisi yang mengandung perilaku otoriter dari mereka yang mendominasi individu yang berada dalam posisi yang
lemah. Secara sosiologis, kompetisi berdampak dan merusak solidaritas social. Kompetisi individu cenderung memecah
solidaritas kelompok.

Persaingan merupakan proses sosial dimana individu dan atau kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui bidnag-
bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum. Kompetisi terjadi ketika muncul
ketidakseimbangan bagi suplai kebutuhan utama manusia. W.H Hamilton menyampaikan bahwa bentuk dasar kompetisi adalah
ketika kebutuhan populasi/kelompok masyarakat tidak terpuaskan dan dunia tidak memiliki persedian yang cukup untuk semua
makhluk hidup.

Tipe-tipe persaingan:

 Persaingan Ekonomi;
 Persaingan Kebudayaan
 Persaingan Kedudukan dan Peran
 Persaingan Ras

Sepanjang kompetisi bekerja menurut cara-cara yang konstruktif, maka ia akan memaksa individu untuk meningkatkan usaha
perseorangannya dan mendorong untuk berprestasi semaksimalnya. Tetapi kemungkinan lain kompetisi berakibat berlawan
dengan tujuan-tujuan. Karena itu kompetisi secara bebas harus selalu disertai oleh peraturan yang mengikat dan standar yang
diterima secara umum. Disinilah fungsinya ‘fair play’. Menurut Cooley fair play merupakan prinsip penting dalam kompetisi.
D. Kerjasama

Kompetisi adalah suatu kekuatan yang mendesak orang untuk bertindak berlawanan satu sama lain. Sedangkan kerjasama adalah
suatu aktifitas yang menyatukan. Kesamaan pendapat, simpati, saling tolong-menolong adalah kekuatan mempersatukan yang
sangat penting. Secara sederhana kerja sama diartikan ketika sekelompok orang bergabung/bekerja bersama-sama untuk
mencapai sebuah tujuan tertentu. Kerjasama akan menghasilkan integrasi didalam kelompok/masyarakat. Kerja sama merupakan
bentuk interaksi yang tidak begitu menarik perhatian para sosilog. Kerja sama ini ada bentuknya spontan (Spontaneous
cooperation), langsung (directed coeepration), kontrak (contractual cooperation) dan kerjasama tradisional (traditional
cooperation), yang terbagi dalam lima bentuk kerjasama:

 Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong;


 Bargaining : pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-berang dan jasa-jasa antar dua organisasi atau lebih;
 Kooptasi : proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi
sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan;
 Koalisi : kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat
menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan
mempunyai struktur yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi, karena maksud utama adalah untuk
mencapai satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnya adalah kooperatif.
 Joint Venture : kerjasama dalam dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak,
pertambangan batu bara, perfilman, perhotelan dll.

E. Akomodasi

Akmodasi merupakan aspek interaksi sosial yang diikuti konflik. Akomodasi merupakan terminology yang digunakan sosilog
untuk menjelaskan sebuah proses adaptasi antara individu/kelompok yang bertentangan. Dalam akomodasi kerja sama dan
konflik hadir disaat yang bersamaan. Beberapa sosiolog seperti Summer menamakan akomodasi sebagai kerjasama antagonis.
Semakin bersahabat sebuah lingkungan, semakin besar kemungkinan untuk bekerjasama, dan sebaliknya. Sebagai contoh,
kehidupan Negro di masa perang sipil Amerika. Pada masa itu ada dua kelas budak yakni yang bekerja di lahan-lahan dan yang
bekerja di rumah. Para budak yang bekerja di rumah-rumah memiliki status sosial yang lebih tinggi disbanding budak-budak
yang bekerja di luar rumah/lahan-lahan. Budak-budak di rumah tangga memiliki status yang lebih tinggi karena terkait dengan
fakta kedekatan mereka dengan majikan dan kemungkinan kecil dari mereka untuk pergi meninggalkan majikannya. Sehingga
terbentuklah proses akomodasi seperti kebebasan, sub-ordinasi, kompromi, toleransi, konversi dsb.

Hasil dari akomodasi dalam masyarakat yakni:

 Integrasi masyarakat;
 Menekan oposisi;
 Koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda;
 Perubahan lembaga-lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan baru;
 Perubahan-perubahan dalam kedudukan;
 Membuka jalan kea rah asimilas.

Daftar Pustaka

 Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi: Suatu Pengantar: Jakarta: Rajawali Pers


 Sunarto, Kamanto, 2000, Pengantar Sosiologi, Jakarta, Lembaga Penerbit, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
 Mannheim, Karl, 1985, Systematic Sociology Terjemahan, Jakarta, Bina Aksara.
 Ritzer, George dan Goodman,J,Douglas, 2004, Modern Sociological Theory, terjemahan, Jakarta, Prenada Media.
Secara tersirat bentuk dari proses sosial dibagi ke dalam dua bagian, pertama proses sosial bentuk umum (interaksi
sosial), kedua proses sosial bentuk khusus (bentuk khusus dari interaksi sosial).
Bentuk umum dari proses sosial adalah interaksi sosial karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-
aktivitas sosial. Bentuk lain proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial. (Gillin dan Gillin
dalam Soekanto, 2012, hlm. 55).

1. Bentuk Umum
Interaksi sosial adalah proses terjadinya hubungan antar individu, antara kelompok, dan antar individu dan kelompok
yang membentuk kesepakatan bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Hal tersebut didasarkan pada pengertian interaksi
sosial menurut Soerjono Soekanto (2012 : 55) yang mengatakan bahwa, “Interaksi sosial merupakan dasar proses sosial,
yang merujuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis.”
Interaksi sosial dalam KBBI (2005) dapat diartikan sebagai hubungan sosial yang dinamis antara orang perseorangan
dan orang perseorangan, antara perseorangan dan kelompok, dan antara kelompok dan kelompok. Sejalan dengan itu,
interaksi dapat dikatan sebuah kontak antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan
kelompok, sedangkan sosial diartikan sebuah kegiatan atau sifat yang bermasyarakat. Hal ini sangat berkaitan dengan
pengertian interaksi sosial yang dikemukakan oleh Suparto (1987 : 78) yang berpendapat bahwa, “Interaksi sosial ialah
pengaruh timbal balik antar individu dan golongan di dalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya
dan di dalam usaha mereka mencapai tujuannya.”
Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, saling berjabat tangan, saling
berbicara bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas tersebut merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial. Walaupun orang
saling bertatap muka tapi tidak tidak saling berbicara atau tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi,
karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun
syaraf orang-orang yang bersangkutan.
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai interaksi sosial tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa interaksi
sosial merupakan hubungan yang memiliki sifat kemasyarkatan dan dinamis kemudian dilakukan oleh individu dengan
individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok yang saling memengaruhi, dalam mencapai tujuan
tertentu. Interaksi sosial bersifat dinamis yang bisa saling menguntungkan bagi keduabelah pihak, dan bahkan bisa saling
merugikan.

2. Bentuk Khusus
Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), dan bahkan juga
berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Berikut adalah bentuk-bentuk dari interaksi menurut Gillin dan Gillin,
diantaranya:
a. Proses-proses yang Asosiatif
Asosiatif merupakan hubungan sosial yang bersifat positif yang mampu mempererat dan memeperkuat jalinan atau
solidaritas kelompok.
1) Kerja Sama (cooperation)
Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada
saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi
kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi
merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.
(Charles H. Cooley dalam Soekanto, 2012, hlm. 66)

Sejalan dengan itu, maka dapat disimpulkan bahwa kerja sama merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh individu
atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah disepakati bersama.
Ada 5 bentuk kerja sama menurut D. Thompson - William. J. McEwen (1958) dalam Soekanto (2012 : 86), antara lain:
1. Bergaining (tawar-menawar), yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa antara dua
organisasi atau lebih
2. Kooptasi (Cooptation), yaitu suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik
dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya goncangan dalam stabilitas organisasi
yang bersangkutan
3. Koalisi (Coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi
dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut
kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, karena maksud
utama adalah untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnya adalah kooperatif.
4. Kerukunan, yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong
5. Join-venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu. Mislanya, pemboran minyak,
pertambangan batu bara, perfilman, perhotelan, dan seterusnya.
Dari penjelasan tersebut, banyak berbagai bentuk dari kerjasama itu sendiri. Namun esensi dari semua bentuk kerja
sama itu tetap sama, yaitu adanya interaksi positif dari keduabelah pihak, dan saling menguntungkan satu sama lain.

2) Akomodasi (accomodation)
Menurut Soerjono Soekanto (2012 : 69) menyatakan bahwa, “Akomodasi adalah suatu cara untuk menyelesaikan
pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.” Merujuk pada
pandangan tersebut, dapat dijelaskan bahwa akomodasi merupakan penyesuaian diri dalam interaksi sosial untuk
meredakan pertentangan antar individu maupun kelompok.
Ada beberapa bentuk akomodasi menurut Kimball Young dan Richard W. Mack dalam Soekanto (2012 : 70), antara lain:
1. Coercion adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan oleh karena adanya paksaan. Coercion
merupakan bentuk akomodasi, di mana salah satu pihak berada dalam keadaan lemah bila dibandingkan dengan
pihak lawan.
2. Compromise adalah bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai
suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
3. Arbritation merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup
mencapainya sendiri.
4. Mediation hampir meyerupai arbitation. Pada mediation diundanglah pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan
yang ada.
5. Consiliation adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi
tercapainya suatu persetujuan bersama.
6. Tolerantion merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.
7. Stalemate merupakan suatu akomodasi, di mana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang
seimbang berhetni pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya.
8. Adjidication, yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.
Pada hakikatnya, proses asosiatif adalah proses sosial yang memiliki dampak positif bagi semua pihak. Namun, dalam
proses menuju tujuan yang sama itu berbeda-beda. Jika dilihat dari bentuk-bentuk kerjasama, proses yang dilakukan dalam
mencapai tujuan bersama keduabelah pihak dalam keadaan yang saling mendukung satu sama lain, sehingga
memudahkan dalam melakukan kerjasama tersebut. Sementara itu, jika dilihat dari proses bentuk akomodasi, untuk
mencapai hasil yang positif adanya peristiwa yang saling merugikan bagi keduabelah pihak terlebih dahulu,
kemudianadanya penyatuan antara satu dengan yang lainnya sehingga menghasilkan interaksi yang positif.

3) Akulturasi
Akulturasimerupakan proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan
tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur-unsuru
kebudayaan asing itu dapat diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian
dari kebudayaan itu sendiri. (Koentjaraningrat dalam Febriyani, 2011)
Bertolak dari pengertian akulturasi menurut Koentjaraningrat, maka dapat diartikan bahwa akulturasi adalah pencampuran
suatu budaya dengan budaya lain dengan tanpa menghilangkan budaya aslinya. Seperti halnya yang terjadi di Kampung
Naga, bahwa warga disana sudah mulai menggunakan beberapa hasil teknologi yang merupakan akibat pencampuran
budaya asing, namun tetap saja masyarakat disana menjunjung tinggi aturan budaya yang telah ada sejak dulu.

4) Asimilasi
Sebagaimana dikemukakan oleh Gillin dan Gillin (dalam Soekanto, 2012, hlm. 81), bahwa:
Asimilasi merupakan suatu proses sosial dalam taraf lanjutan, yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi
perbedaan-perbedaan yang terdapat antara individu atau kelompok juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi
kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan
bersama.

Dihubungkan dengan pendapat tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa asimilasi merupakan suatu proses penyesuaian
diri dengan sifat lingkungan sekitar/ budaya lain dengan cara harmonis demi mencapai tujuan bersama. Dengan kata lain,
asimilasi busa diartikan sebagai pencampuran atas dua budaya atau lebih, sehingga menghasilkan budaya baru akibat dari
pencampuran kultur tersebut.

b. Proses Disosiatif
Disosiatif merupakan hubungan sosial yang bersifat negatif yang dapat merenggangkan atau menggoyahkan jalinan atau
solidaritas kelompok yang telah terbangun.
Menurut Soerjono Soekanto (2012 : 83), bentuk proses disosiatif dibedakan dalam 3 bentuk, yaitu sebagai berikut:
a) Persaingan (Competition)
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Gillin dan Gillin dlam Soekanto (2012 : 83) bahwa:
Persaingan atau competitiondapat diartikan sebagai suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok-kelompok
manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi
pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau
mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
b) Kontravensi (Contravention)
Kontravensi merupakan bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian
kontraversi merupakan sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan
golongan tertentu.
c) Pertentangan (Pertikaian atau conflict)
Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses di mana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya
dengan jalan menantang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan.
Bentuk interaksi dari proses disosiatif, tentu berbeda dengan proses asosiatif. Jika dilihat dari pemaparan di atas, maka
dapat dijelaskan bahwa disasosiatif adalah roses sosial yang hanya akan menguntungkan salah satu pihak. Di mana
keduabelah pihak akan bersaing untuk mendapatkan sesuatu hal yang ditujunya yang akan menghasilkan pihak yang kalah
dan pemenang.
Dari berbagai bentuk interaksi yang telah dijelaskan tesebut, maka dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk
sosial yang sepanjang hidupnya bersosialisasi dengan orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan
banyak bentuk sosialisasi. Bisa berupa interaksi antar individu, interaksi individu dengan kelompok, dan interaksi antara
kelompok. Baik itu bersifat positif maupun negatif.

Proses Sosial Yang Timbul Dari Interaksi Sosial


By Budi Wahyono On 12:44 AM

Menurut Gillin dan Gillin (dalam Soejono Soekanto, 2007: 64) ada dua macam proses sosial
yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu:

1. Proses-proses yang Asosiatif


a. Kerja Sama (Cooperation)
Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu in-group-
nya)dan kelompok lainya (yang merupakan out-group-nya).

b. Akomodasi (Accomodation)
Menurut Gillin dan Gillin (dalam Soejono Soekanto, 2007: 69) adalah suatu pengertian yang
digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan
sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam biologi.

Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok manusia yang mulanya saling
bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan.

Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan


pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.

c. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya usaha-usaha
mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-
kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap,
dan proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama.
2. Proses Disosiatif
Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional proccesses, yang persis halnya dengan
kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan
oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan.

Bentuk interaksi yang berkaitan dengan proses disosiatif ini dapat terbagi atas bentuk persaingan,
kontravensi, dan pertentangan.

a. Persaingan (Competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana individu atau
kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang
pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok
manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah
ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.

b. Kontravensi (Contravetion)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara
persaingan dan pertentangan atau pertikaian.

c. Pertentangan (Pertikaian atau conflict)


Pribadi maupun kelompok menyadari adanya perbedaan-perbedaan misalnya dalam ciri-ciri
badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku, dan seterusnya dengan pihak
lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan
atau pertikaian.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk interaksi sosial
yang terjadi ada yang bersifat assosiatif (menuju ke arah stabilitas sosial) yang dilakukan melalui
kerjasama, akomodasi, asimilasi, akulturasi dan bersifat dissosiatif demi persaingan, kontravensi,
dan pertentangan.
Selanjutnya penulis merumuskan bahwa untuk mengetahui tingkat interaksi sosial yang terjadi
pada siswa dapat ditinjau dari: 1) kerja sama (cooperation); 2) persaingan (competition); 3)
pertentangan (conflict);4) persesuaian (accommodation); dan 5) perpaduan (asimilation).

Anda mungkin juga menyukai