Oleh :
Putu Aryanta Yujana (1605511052)
A.A. Ngurah Dwijaya Wardana (1605511000)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur dihadapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-
Nya, tugas Kewirausahaan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk mengetahui lebih dalam
mengenai mata kuliah Kewirausahaan khususnya mengenai Survei Spot Speed dan
Survei Volume Lalu Lintas, dan tentunya untuk memenuhi persyaratan dalam
mengikuti perkuliahan Teknik Lalu Lintas pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Udayana 2018.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Astawa Diputra, MT. selaku
dosen pengajar dalam pengerjaan tugas ini, beserta seluruh pihak yang telah membantu
kelancaran penyelesaian tugas ini. Tugas ini tentunya memiliki banyak kekurangan.
Saran dan kritik yang bersifat membangun penulis terima dengan tangan terbuka demi
kesempurnaan tugas ini. Demikian penulisan tugas ini, semoga dapat berguna bagi para
pembaca.
i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih menekankan pada
bagaimana seseorang menghadapi resiko atau ketidakpastian
Jean Baptista Say (1816)
Seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat produksi dan
menemukan nilai dari produksinya.
Frank Knight (1921)
3
Kewirausahaan sebagai proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa
visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang
lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasila akhir dari proses tersebut adalah
penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi resiko atau ketidakpastian.
Peter F. Drucker
Kesimpulan lain dari kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda
nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul resiko
finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya, serta menerima balas jasa moneter
dan kepuasan pribadi.
Istilah wirausaha muncul kemudian setelah dan sebagai padanan wiraswasta yang sejak
awal sebagian orang masih kurang sreg dengan kata swasta. Persepsi tentang wirausaha
sama dengan wiraswasta sebagai padanan entrepreneur. Perbedaannya adalah pada
penekanan pada kemandirian (swasta) pada wiraswasta dan pada usaha (bisnis) pada
4
wirausaha. Istilah wirausaha kini makin banyak digunakan orang terutama karena
memang penekanan pada segi bisnisnya. Walaupun demikian mengingat tantangan
yang dihadapi oleh generasi muda pada saat ini banyak pada bidang lapangan kerja,
maka pendidikan wiraswasta mengarah untuk survival dan kemandirian seharusnya
lebih ditonjolkan.
Sedikit perbedaan persepsi wirausaha dan wiraswasta harus dipahami, terutama oleh
para pengajar agar arah dan tujuan pendidikan yang diberikan tidak salah. Jika yang
diharapkan dari pendidikan yang diberikan adalah sosok atau individu yang lebih
bermental baja atau dengan kata lain lebih memiliki kecerdasan emosional (EQ) dan
kecerdasarn advirsity (AQ) yang berperan untuk hidup (menghadapi tantangan hidup
dan kehidupan) maka pendidikan wiraswasta yang lebih tepat. Sebaliknya jika arah dan
tujuan pendidikan adalah untuk menghasilkan sosok individu yang lebih lihai dalam
bisnis atau uang, atau agar lebih memiliki kecerdasan finansial (FQ) maka yang lebih
tepat adalah pendidikan wirausaha. Karena kedua aspek itu sama pentingnya, maka
pendidikan yang diberikan sekarang lebih cenderung kedua aspek itu dengan
menggunakan kata wirausaha. Persepsi wirausaha kini mencakup baik aspek finansial
maupun personal, sosial, dan profesional (Soesarsono, 2002 : 48)
Kata entrepreneur atau wirausaha dalam bahasa Indonesia merupakan gabungan dari
wira (gagah, berani, perkasa) dan usaha (bisnis) sehingga istilah entrepreneur dapat
diartikan sebagai orang yang berani atau perkasa dalam usaha/bisnis.
Menurut Josep Schumpeter wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi
yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan
bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru.
Secara sederhana arti wirausaha (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani
mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani
mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi
rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.13
Dalam Wikipedia, entrepreneur adalah an owner or manager of
a business enterprise who makes money through risk and initiative.
Artinya, pemilik atau manager sebuah perusahaan bisnis yang menghasilkan
keuntungan melalui pengambilan risiko dan tindakan
5
inisiatif.14
Secara konseptual, seorang wirausahawan dapat didefinisikan
dari beberapa sudut pandang dan konteks sebagai berikut:
The promoter adalah seorang individu yang tadinya mempunyai latar belakang
pekerjaan sebagai sales atau bidang marketing yang kemudian mengembangkan
perusahaan sendiri.
3. General Manager
General manajer adalah seorang individu yang ideal yang secara sukses bekerja pada
sebuah perusahaan, dia banyak menguasai keahlian bidang produksi, pemasaran,
permodalan dan pengawasan.
6
Berdasarkan uraian di atas istilah entrepreneur mempunyai arti yang berbeda pada
setiap orang karena mereka melihat konsep ini dari berbagai sudut pandang. Namun
demikian ada beberapa aspek umum yang terkandung dalam pengertian entrepreneur
yaitu adanya unsur risiko, kreativitas, efisiensi, kebebasan dan imbalan.
Menurut Ciputra, terdapat empat kategori entrepreneur, yaitu
sebagai berikut :
a. Business Entrepreneur
1. Owner entrepreneur adalah para pencipta dan pemilik bisnis.
2. Professional entrepreneur adalah orang-orang yang memiliki daya wirausaha
namun mempraktikannya di perusahaan milik orang lain.
b. Government Entrepreneur
Seorang atau kelompok orang yang memimpin serta mengelola lembaga negara atau
instansi pemerintahan dengan jiwa dan kecakapan wirausaha. Sebagai contoh adalah
Lee Kuan Yew, mantan Perdana Menteri Singapura, ia adalah seorang pemimpin
yang mengelola dan menumbuhkan Singapura dengan jiwa dan kecakapan wirausaha.
c. Social Entrepreneur
Yaitu para pendiri organisasi-organisasi sosial kelas dunia yang menghimpun dana
masyarakat untuk melaksanakan tugas sosial yang mereka yakini.
1. Rasa tanggung jawab (desire for responbility), yaitu memiliki rasa tanggung jawab
atas usaha-usaha yang dilakukannya, yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-
usaha yang dilakukannya.
2. Memiliki risiko yang moderat (preference for moderate risk), yaitu lebih memilih
risiko yang moderat, artinya selalu menghindari risiko, baik yang terlalu rendah
maupun terlalu tinggi.
7
3. Percaya diri terhadap kemampuan sendiri (confidence in their ability to success),
yaitu memiliki kepercayaan diri atas kemampuan yang dimilikinya untuk
memperoleh kesuksesan.
4. Menghendaki umpan balik segera (desire for immediate feedback), yaitu selalu
menghendaki adanya unsur timbal balik dengan segera, ingin cepat berhasil.
5. Semangat dan kerja keras (high level of energy), yaitu memiliki semangat dan
kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
6. Berorientasi ke depan (future orientation), yaitu berorientasi masa depan dan
memiliki perspektif dan wawasan jauh ke depan.
1. Dream, yaitu seorang wirausaha mempunyai visi keinginan terhadap masa depan
pribadi dan bisnisnya serta mempunyai kemampuan untuk mewujudkan impiannya.
2. Decisiveness, yaitu seorang wirausaha adalah orang yang tidak bekerja lambat.
Mereka membuat keputusan secara cepat dengan penuh perhitungan.
8
9. Dollars, seorang wirausaha tidak mengutamakan mencapai kekayaan, motivasinya
bukan karena uang.
9
ialah kreatifitas. Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa seorang
wirausaha dapat dibentuk dan dipelajari, bukan lahir dengan
sendirinya.
2.1.4 Pembelajaran Kewirausahaan
Kewirausahaan merupakan jiwa dari seseorang yang diekspresikan melalui sikap dan
perilaku yang kreatif dan inovatif untuk melakukan suatu kegiatan.Dengan demikian,
perlu ditegaskan bahwa tujuan pembelajaran kewirausahaan sebenarnya tidak hanya
diarahkan untuk menghasilkan pebisnis atau business entrepreneur, tetapi mencakup
seluruh profesi yang didasari oleh jiwa wirausaha atau entrepreneur.
Pada suatu ruas terdapat hubungan antara volume dan waktu. Volume lalu
lintas pada suatu ruas jalan dipengaruhi oleh aktivitas pengguna jalan. Aktivitas
tersebut antara lain seperti saat jam berangkat kerja, istirahat makan siang dan
pulang kerja. Sehingga pada waktu-waktu tersebut volume lalu lintas mencapai
puncaknya. Saat lalu lintas pada suatu ruas jalan tampak padat bahkan sering
terjadi kemacetan dapat menjadi pertanda waktu terjadinya jam puncak.
Adanya berbagai jenis aktivitas masyarakat pada suatu tempat dan terjadi
pada waktu yang bersamaan menyebabkan peningkatan volume lalu lintas.
10
Berdasarkan pembahasan di atas, waktu jam puncak dapat didefinisikan sebagai
waktu dimana volume lalu lintas mencapai jumlah tertingginya. Waktu jam puncak
ini diperoleh dalam rentang waktu satu jam dari keseluruhan waktu survei pada
suatu ruas jalan yang ditinjau. Waktu jam puncak dapat digunakan sebagai dasar
untuk design jalan raya.
Kapasitas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk menampung arus atau
volume lalu lintas yang ideal dalam satuan waktu tertentu. Kapasitas jalan
dinyatakan dalam satuan kend/jam atau smp/jam. Kapasitas jalan dalam satuan
kend/jam merupakan jumlah kendaraan yang melewati potongan jalan tertentu
dalam satu jam. Apabila kapasitas jalan menggunakan satuan smp/jam maka
kapasitas diperoleh dengan mempertimbangkan berbagai jenis kendaraan yang
melalui suatu jalan. Dalam perhitungan kapasitas dengan satuan smp/jam
diperlukan faktor konversi dari satuan kend/jam menjadi smp/jam yaitu ekivalen
mobil penumpang (emp).
Kapasitas praktis adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat
melewati satu penampang pada suatu jalan selama 1 jam. Dengan melakukan studi
volume pada suatu ruas jalan maka akan diperoleh kapasitas praktis. Kapasitas
praktis terjadi dalam keadaan yang sedang berlaku sedemikian rupa sehingga
kepadatan lalu lintas yang mengakibatkan kelambatan, bahaya dan gangguan pada
kelancaran lalu lintas. Arus lalu lintas pada kapasitas praktis masih memberikan
kecepatan yang dapat diterima atau arus lalu lintas maksimum dengan batas
kenyamanan tertentu. Pada saat arus rendah, kecepatan lalu lintas kendaraan bebas
tidak ada gangguan dari kendaraan lain, semakin banyak kendaraan yang melewati
ruas jalan, kecepatan akan semakin turun sampai suatu saat arus/volume lalu lintas
tidak bisa bertambah lagi, disinilah kapasitas terjadi. Setelah itu kondisi arus akan
berkurang terus sampai suatu saat kondisi macet total dimana arus tidak bergerak
dan terjadi kepadatan tinggi.
11
2.4. Kapasitas Sisa
Kapasitas sisa adalah kapasitas yang masih tersisa saat volume lalu lintas
mencapai puncaknya. Besarnya nilai kapasitas sisa diperoleh dari nilai kapasitas
maksimum dikurangi besarnya PHF.Kapasitas sisa dinyatakan dalam satuan %.
Maka dari itu, besar nilai kapasitas sisa adalah 100% dikurangi PHF. Semakin besar
nilai PHF maka kapasitas sisa ruas jalan semakin kecil. Dapat dihitung dengan
rumus:
Kapasitas Dasar
Tipe Jalan Keterangan
(smp/jam)
Dua lajur tak terbagi (2/2 UD) 2900 Total dua arah
Sumber: Dep.PU, 1997
13
(m)
Per lajur
3,00 0,92
Empat lajur terbagi (4/2 D) atau 3,25 0,96
jalan satu arah 3,50 1,00
3,75 1,04
4,00 1,08
Per lajur
3,00 0,91
3,25 0,95
Empat lajur tak terbagi (4/2 UD)
3,50 1,00
3,75 1,05
4,00 1,09
Dua lajur dua arah tak terbagi Total dua arah
(2/2 UD) 5 0,56
6 0,87
7 1,00
8 1,14
9 1,25
10 1,29
11 1,34
Sumber: Dep.PU, 1997
Faktor penyesuaian pemisah arah (FCsp) hanya untuk jalan tak terbagi.
MKJI 1997 memberikan faktor penyesuaian pemisah arah untuk jalan dua lajur dua
arah (2/2) dan empat lajur dua arah (4/2) tak terbagi. Untuk jalan terbagi dan jalan
satu arah, faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisahan arah tidak dapat
diterapkan dan digunakann nilai 1,00. Faktor penyesuaian pemisah arah (FCsp)
diperoleh dari tabel berikut ini.
14
Table 2.3 Faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisah arah (FCsp)
15
2/2 UD Sedang 0,86 0,88 0,91 0,94
atau jalan Tinggi 0,78 0,81 0,84 0,88
satu arah Sangat Tinggi 0,68 0,72 0,77 0,82
Table 2.5 Faktor penyesuaian FCcs berkaitan ukuran kota pada kapasitas jalan perkotaan
≥ 3,0 1,04
Sumber : Dep. PU, 1997
Dalam manual, nilai arus lalu lintas (Q) mencerminkan komposisi lalu
lintas, dengan menyatakan arus dalam satuan mobil penumpang (smp). Semua
nilai arus lalu lintas (per arah dan total) diubah menjadi satuan mobil penumpang
(smp) dengan menggunakan ekuivalen mobil penumpang (emp) yang diturunkan
secara empiris. Ekivalensi mobil penumpang (emp) untuk masing-masing tipe
kendaraan tergantung pada tipe jalan dan arus lalu lintas total yang dinyatakan
dalam kendaraan/jam. Menurut MKJI (1997) nilai ekivalen mobil penumpang
(emp) merupakan faktor dari berbagai tipe kendaraan dibandingkan dengan
sebuah kendaraan ringan, untuk kendaraan ringan ekivalensi mobil penumpang
16
(emp) adalah 1. Ekivalen mobil penumpang bisa ditentukan berdasarkan metode
waktu perjalanan, metode jam kendaraan, metode headway, dan metode kapasitas.
Spot Speed merupakan metode survei kecepatan yang diukur pada saat
kendaraan melintas suatu titik dijalan. Dalam suatu aliran lalu lintas yang bergerak
setiap kendaraan mempunyai kecepatan yang berbeda sehingga aliran lalu lintas
tidak mempunyai sifat kecepatan yang tunggal akan tetapi dalam bentuk distribusi
kecepatan kendaraan individual. Dari distribusi kecepatan kendaraan secara
diskrit, suatu nilai rata–rata atau tipikal digunakan untuk mengidentifikasikan
aliran lalu lintas secara menyeluruh. Ada dua jenis analisis kecepatan yang dipakai
pada studi kecepatan arus lalu-lintas yaitu :
a. Time Mean Speed (TMS), yaitu rata-rata kecepatan dari seluruh kendaraan
yang melewati suatu titik pada jalan selama periode waktu tertentu.
Kecepatan terdistribusi dalam waktu, sedangkan lokasinya tetap.
∑n
i=1 Vi
TMS = (Vt) = ..................................................................... (5)
n
Keterangan :
n .d
SMS = (Vs) = ∑n ..................................................................... (6)
i=1 ti
Keterangan :
Vs = space mean speed
n = jumlah kendaraan
d = panjang segmen
ti = waktu yang ditempuh kendaraan
18
kecepatan kendaraan. Hambatan samping yang umumnya sangat mempengaruhi
kapasitas jalan,terdapat pada Tabel 2.6 :
Total Bobot
Kelas Hambatan Samping
Sumber: Dep. PU , (1997)
Penampang melintang jalan adalah suatu potongan jalan yang tegak lurus pada
sumbu jalan yang menunjukkan bentuk serta susunan bagian-bagian jalan yang
bersangkutan dalam arah melintang. Penampang melintang yang digunakan harus
sesuai dengan klasifikasi jalan dan kebutuhan lalu lintas yang bersangkutan, demikian
pula lebar badan jalan, drainase dan kebebasan pada jalan raya harus disesuaikan
dengan peraturan yang berlaku. Pada potongan melintang tersebut dapat dilihat bagian-
bagian jalan. Bagian-bagian jalan tersebut meliputi Ruang Manfaat Jalan, Ruang Milik
Jalan, dan Ruang Pengawasan Jalan (Yanto, 2014).
Rumaja atau ruang manfaat jalan adalah ruang sepanjang jalan yang dibatasi
oleh lebar, tinggi dan kedalaman tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara jalan dan
digunakan untuk badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. Rumija
19
atau ruang milik jalan adalah ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar
manfaat jalan yang diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran jalan,
penambahan jalur lalu lintas di masa datang serta kebutuhan ruangan untuk
pengamanan jalan dan dibatasi oleh lebar, kedalaman dan tinggi tertentu. Ruwasja atau
ruang pengawasan jalan adalah ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang
penggunaannya diawasi oleh penyelenggara jalan agar tidak mengganggu pandangan
bebas pengemudi, konstruksi jalan, dan fungsi jalan.
⅀𝒙𝒊
X= ………………………………………………………… (7 )
𝒏
Xi = Nilai sampel
n = Jumlah sampel
b) Standar Deviasi
⅀(𝒙−𝒙𝒊)²
S=√ ……………………………………………………. ( 8 )
𝒏
⅀(𝒙−𝒙𝒊)²
S=√ ………………………………………………. ……( 9 )
𝒏−𝟏
21
Dengan demikian, besarnya acceptable sampling error adalah :
Se(x) = Se/1,96
𝒔²
n = (𝑺𝒆(𝒙)²………………………………………………..(10)
Dimana :
N = Jumlah data
S = Standar Deviasi
22
50 5.15 9.71 34.95
Dari data kecepatan (km/jam) pada tabel diatas akan dihitung besarnya jumlah
sampel yang diperlukan. Dengan menggunakan persamaan – persamaan yang telah
dijabarkan diatas, hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 2.9. Pada perhitungan
populasi besarnya terhingga karena jumlah populasi terbatas terhadap waktu.
Table 2.8 Penentuan besar sampel
N 33 Kendaraan
Dari hasil perhitungan pada tabel diatas, untuk populasi terhingga didapat
jumlah sampel yang diperlukan yaitu 33 kendaraan. Untuk menghindari ada data
yang tidak layak pada saat pengumpulan data, maka data yang diambil lebih besar
dari data yang diperlukan, sehingga data yang diambil ditetapkan sebanyak 50
sampel. Selanjutnya jumlah tersebut di proporsikan secara proporsional ke masing
– masing arah pergerakan lalu lintas dan jenis kendaraan. Dengan proporsi sepeda
motor sebanyak 70%, kendaraan ringan 25% dan kendaraan berat 5%.
Tipe jalan ditunjukkan dengan potongan melintang jalan yang ditunjukkan oleh
jumlah lajur dan arah pada setiap segmen jalan. Bebagai tipe jalan akan menunjukan
23
kinerja yang berbeda pada pembebanan lalu lintas tertentu (Putra, 2018). Macam -
macam tipe jalan yaitu:
Gambar 2.2 Tipe jalan dua lajur dua arah tak terbagi (2/2UD)
24
Gambar 2.3 Tipe jalan empat lajur dua arah tak terbagi (4/2UD)
Gambar 2.4 Tipe jalan empat lajur dua arah terbagi (4/2D)
25
Gambar 2.5 Tipe jalan satu arah (2/1UD)
BAB III
METODELOGI
3. 1. Langkah Studi
26
Pengumpulan Data
Survei Kecepatan
Survei Volume Lalu Lintas Data Jumlah Penduduk
Survei Geometrik Jalan Peta Lokasi Survei
Survei Hambatan samping
Analisis Data
Kesimpulan
3. 2. Pengumpulan Data
Survei adalah metode pengumpulan data primer dan data sekunder. Survei
penting dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai karakteristik lalu lintas.
Informasi tersebut dapat berupa prasarana, lalu lintas yang bergerak diatasnya, serta
perilaku pengguna. Pengumpulan data dilakukan karena tidak adanya informasi
mengenai karakteristik lalu lintas pada lokasi survei. Data yang akan diambil saat
survei harus mencukupi baik dari segi jumlah ataupun kualitas. Oleh karena itu
sebelum melakukan survei utama, perlu dilakukan survei pendahuluan dengan
mengambil data-data sampel dalam jumlah kecil.
3. 3. Data Primer
Kegiatan pengumpulan data primer ini ada dua yaitu pengamatan dan survei.
Pengamatan yang dilakukan adalah mengamati kondisi geometrik jalan. Sedangkan
Surveinya terdiri atas survei volume, survei kecepatan, dan survei hambatan samping.
Maka diperlukanlah pembagian tugas surveior dengan tempat dan tugasnya masing-
masing. Surveior ini terdiri dari anggota kelompok kami yang berjumlah enam orang.
28
Survei kecepatan dilakukan pada Jumat, 20 April 2018. Survei dilakukan
dengan membuat dua garis berjarak 50 meter pada Jalan Ida Bagus Mantra dengan
lakban sebagai tanda awal dan akhir pengukuran waktu tempuh. Untuk arah pergerakan
lalu lintas dari barat menuju ke timur, surveior 1 (S1) bertugas memberi tanda dengan
mengangkat bendera saat kendaraan melintasi garis mulai, kemudian surveior 2 (S2)
yang membawa stopwatch menghitung dan mencatat waktu tempuh kendaraan yang
diamati sampai melintasi garis akhir. Sampel yang digunakan dihitung dengan cara
berikut:
50
4,91 10,18 36,66
50
5,25 9,52 34,29
50
5,37 9,31 33,52
50
7,84 6,38 22,96
50
7,87 6,35 22,87
Sumber: Hasil analisis, 2018
Dari data kecepatan (km/jam) pada tabel diatas akan dihitung besarnya jumlah
sampel yang diperlukan. Dengan menggunakan persamaan-persamaan yang telah
dijabarkan diatas, hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 3.4. Pada perhitungan
populasi besarnya terhingga karena jumlah populasi terbatas terhadap waktu.
29
Se 1,50 -
Se (x) 0,77 -
n’ 75 Kendaraan
N 31 Kendaraan
Sumber : Hasil analisis, 2018
Untuk mendapatkan informasi besaran arus lalu lintas perlu dilakukan survei
volume.Survei volume dilakukan untuk mengetahui besarnya jumlah kendaraan yang
melewati suatu segmen ruas jalan. Survei ini dilakukan dengan cara manual, yaitu
perhitungan lalu lintas dengan cara menghitung jumlah kendaraan pada ruas jalan
berdasarkan jenis dan arah pergerakan kendaraan yang disesuakan dengan periode
waktu survei. Dalam survei ini kendaraan digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:
Survei volume dilakukan pada Sabtu, 20 April 2018 selama 3 jam yaitu dari pukul
07.00 WITA sampai pukul 18.00 WITA. Peralatan yang digunakan pada saat survei
adalah formulir survei volume lalu lintas, alat tulis, papan alas, alat penghitung, dan
alat bantu lainnya. Pengamatan diilustrasikan seperti berikut pada Gambar 3.2 diatas.
Survei volume pada ruas Jalan Ida Bagus Mantra dilakukan oleh 2 orang surveyor yang
dilengkapi dengan formulir survei dan alat tulis. Pencataan dilakukan dengan metode
manual. Surveyor 3 (S3) mencatat jumlah sepeda motor dan Surveyor 4 (S4) mencatat
jumlah kendaraan ringan. Pencatatan dilakukan setiap interval waktu 15 menit dan
dicatat dalam formulir survei volume lalu lintas yang dapat dilihat pada Lampiran B
(Hal. 46).Survei volume pada ruas jalan Ida Bagus Mantra dilakukan sepanjang 50
meter oleh 2 orang surveior dengan pembagian sebagai berikut:
31
Gambar 3.3 Ilustrasi survei volume lalu lintas
Survei volume ini dilakukan selama 3 jam yaitu dari pukul 07.00 sampai pukul
10.00 pagi. Pengambilan waktu survei ini didasarkan pada observasi pendahuluan,
dimana diketahui waktu puncak arus lalu lintas terjadi pukul 07.00-10.00 WITA.
Secara visual dapat diketahui pada jam-jam tersebut di hari kerja volume kendaraan
yang melewati ruas jalan ini lebih padat, sehingga dapat diketahui volume pada jam-
jam puncak. Surveior akan menghitung volume lalu lintas yang melewati titik
pengamatan kemudian mengisi formulir yang telah tersedia seperti pada table.
32
3.3.4. Survei Hambatan Samping
Jumlah pejalan kaki yang berjalan atau menyebrang tidak pada jalur pejalan
kaki.
Jumlah kendaraan berhenti dan parkir
Jumlah kendaraan bermotor yang masuk dan keluar ke / dari lahan samping
jalan dan sisi jalan.
Arus kendaraan tak bermotor yaitu arus total (kend/jam) dari sepeda, becak,
delman, dan sebagainya.
Ilustrasi survey hambatan samping dapat dilihat pada gambar 3.5 berikut
Data sekunder merupakan data yang telah ada, yang telah di analisis dan di
survei. Data ini kami gunakan untuk menunjang data primer. dimana data ini di dapat
dari sumber atau instansi-instansi terkait yang berhubungan dengan survei. Dan
beberapa juga kami dapat di internet.
Jumlah penduduk disini sangat berpengaruh terhadap volume lalu lintas di kota
Denpasar. Semakin bertambah jumlah penduduk, maka semakin meningkat pengguna
kendaraan dan semakin meningkat pula volume kendaraan. Data jumlah penduduk
Jumlah Penduduk Kecamatan Denpasar Timur sampai bulan Desember 2013 sesuai
dengan data dari Badan Pusat Statistik Kota Denpasar adalah 146.510 jiwa, laki-laki
sebanyak 74.460 jiwa dan perempuan sebanyak 146.510 jiwa. Kepadatan penduduk
Kecamatan Denpasar Timur adalah 6.567 jiwa/ Km².
Peta lokasi survei bersumber dari Google Maps dan terlampir pada lampiran A
35
36
BAB IV
PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN
Data volume kendaraan hasil survei sebagaimana ditampilkan pada Tabel 4.1
Data tersebut kemudian dikonversi dalam satuan smp berdasarkan pada Tabel 2.6.
Tabel 4.2 menampilkan data volume kendaraan berdasarkan Tabel 4.1. Dihitung
ekivalen 1 jam berdasarkan data yang tersaji. Volume ekivalen adalah volume yang
didapat dari data jumlah kendaraan dalam rentang 15 menit lalu dikali 4. Dalam Tabel
4.2 juga menampilkan volume jam-an kendaraan yang didapat dari penjumlahan
volume dalam rentang 1 jam.
37
Table 4.2 Hasil Survei Volume
Ekivalen
Waktu Volume
Volume Jam-an (smp) 1 jam
(WITA) (smp) (smp)
07.00-07.15 535,7 2.142,8
07.15-07.30 423,4 1.693,6
1.831,2
07.30-07.45 430,6 1.722,4
1.730,2
07.45-08.00 441,5 1.766,0
1.739,5
08.00-08.15 434,7 1.738,8
1.709,1
08.15-08.30 432,75 1.731,0
1.665,6
08.30-08.45 400,15 1.600,6
1.663,2
08.45-09.00 398,05 1.592,2
1.649,7
09.00-09.15 432,25 1.729,0
1.654,2
09.15-09.30 419,25 1.677,0
1.650,6
09.30-09.45 404,65 1.618,6
09.45-10.00 394,5 1.578,0
Dari tabel diatas dapat diketahui puncak arus pada segmen Jalan Ida Bagus
Mantra terjadi pada pukul 07.00 – 07.15 WITA dan volume ekivalen jam-an saat jam
puncaknya sebesar 2.142,8 smp, sedangkan volume jam-an terbesar terjadi pada pukul
07.00-08.00 WITA, sebesar 1.831,2 smp, yang didapat dari penjumlahan volume
kendaraan rentang pukul 07.00-08.00 WITA.
Dari hasil survei dari jam puncak di jalan Iada Bagus Mantra dan berdasarkan
Tabel 4.1 maka jika ditampilkan dalam bentuk grafis adalah seperti Gambar 4.1 dengan
judul grafik jam puncak.
38
600
500
VOLUME (smp)
400
300
200
100
WITA
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 dalam kurun waktu 3 jam tersebut terjadi
1 jam dengan jumlah kendaraan maksimum yaitu terjadi pada pukul 07.00 – 08.00 dan
volume jam-an saat jam puncaknya sebesar 1.831 smp, karena pada kurun waktu
tersebut terjadi fluktuasi arus lalu lintas maksimum. Jumlah total kendaraan diperoleh
dari jumlah sepeda motor, kendaraan ringan, dan kendaraan berat. Untuk menghitung
jam puncak diperlukan data volume jam-an maks dan arus ekuivalen. Arus ekuivalen
ditentukan dari jumlah kendaraan terbanyak sebesar 2.142 smp.
Kapasitas praktis dan sisa didapat berdasarkan data survei volume. Data survei
volume tiap 15 menit disetarakan menjadi 1 jam dengan cara dikali 4 sehingga
dieproleh volume ekivalen jam-an. Dari volume ekivalen 1 jam-an terbesar diketahui
jumlah kendaraan terbanyak yang dapat dilewatkan oleh suatu ruas jalan. Besarnya
dapat dilihat dari data yang tersaji pada Tabel 4.2.. Tepatnya pada volume ekivalen
jam-an terbesar yang terjadi di pukul 07.00-08.00 yaitu sebesar 2.142 smp/jam
39
Arus lalu lintas pada kapasitas praktis masih memberikan kecepatan yang dapat
diterima atau arus lalu lintas maksimum dengan batas kenyamanan tertentu. Pada saat
arus rendah, kecepatan lalu lintas kendaraan bebas tidak ada gangguan dari kendaraan
lain. Semakin banyak kendaraan yang melewati ruas jalan, kecepatan akan semakin
turun sampai suatu saat tidak bisa lagi arus/volume lalu lintas bertambah, disinilah
kapasitas terjadi. Setelah itu kondisi arus akan berkurang terus sampai suatu saat
kondisi macet total dimana arus tidak bergerak dan terjadi kepadatan tinggi.
Dari data Tabel 4.4 diatas telah ditentukan besar nilai dari volume jam-an maks
adalah 1.831smp/jam. Arus ekuivalen dari data diatas adalah sebesar 2.142smp/jam.
Kapasitas sisa membutuhkan hasil presentase PHF yang sudah di hitung pada Sub Bab
4.4. PHF memiliki satuan dalam bentuk persen (%).Dari hasil perhitungan diatas telah
didapatkan nilai PHF sebesar 85,45 %.
Kapasitas sisa dinyatakan dalam satuan %. Maka dari itu, besar nilai kapasitas
sisa adalah 100% dikurangi PHF. Semakin besar nilai PHF maka kapasitas sisa ruas
jalan semakin kecil. Dari besarnya PHF yang didapat dari perhitungan sebelumnya,
dapat diketahui berapa kapasitas sisa pada Jalan Ida Bagus Mantra. Kapasitas sisa
dihitung berdasarkan persamaan 2.2. Persamaan tersebut diuraikan pada perhitungan
berikut.
40
4. 5. Analisis Kapasitas Teoritis
Berdasarkan data yang telah diperoleh dan dasar teori yang ada didapat
kapasitas teoritis. Kapasitas teoritas dipengaruhi oleh banyak koefisien yang bersumber
dari banyak data dan beberapa survei. Sebagai contoh, survei hambatan samping yang
digunakan untuk mendapatkan nilai faktor koefisien hambatan samping. Data-data
tersebut disesuaikan pada tabel yang telah dibahas sebelumnya sehingga mendapatkan
besaran koefisien yang sesuai. Penjelasan mengenai masing-masing faktor koefisien
diuraikan berikut.
Jalan Ida Bagus Mantra tergolong jalan dengan enam lajur terbagi, maka
berdasarkan Tabel 2.1 diperoleh kapasitas dasar 1650 smp/jam. Jalan Ida Bagus Mantra
memiliki lebar 2 lajur 5 meter, maka berdasarkan Tabel 2.2, faktor penyesuaian lebar
lajur (FCw) didapat 1,04. Tergolong jalan dua arah maka berdasarkan Tabel 2.3, faktor
penyesuaian pemisah arah (FCsp) adalah 1. Berdasarkan data jumlah penduduk pada
subbab 3.4, jumlah penduduk kota Badung berada pada kisaran 146.510 penduduk,
maka berdasarkan Tabel 2.5 faktor penyesuaian ukuran kota (FCcs) adalah 0,8
= 1 + 0.8 + 18.9 + 7
= 27.7
Dari hasil perhitungan diperoleh SCF sebesar 27,7. Berdasarkan Tabel 2.9 dapat
disimpulkan bahwa kelas hambatan samping di Jalan Ida Bagus Mantra rendah . Jarak
antara kereb dan penghalang di lokasi studi kurang dari 0,5 m. Maka berdasarkan Tabel
2.4 faktor penyesuaian hambatan samping (FCsf) adalah 0,98.
Berdasarkan data-data diatas, didapat kapasitas teoritis dihitung dengan Pers. (2.3)
sebagai berikut.
= 1580,78 smp/jam
41
≈ 1581 smp/jam
Berdasarkan hasil tersebut, berarti bahwa secara teoritis, Jalan Ida Bagus Mantra
memiliki kapasitas 1581 smp/jam.
Berdasarkan kapasitas praktis Jalan Ida Bagus Mantra yaitu sebesar 3928
kend/jam. Maka, komposisi lalu lintas di Jalan Ida Bagus Mantra didapat sepeda motor
sebesar 2569 kend/jam (65,4%) dan kendaraan ringan sebesar 1359 kend/jam (34,6%).
Maka didapat komposisi lalu lintas pada jalan tersebut dapat dihitung sebagai berikut:
2569
% SM = × 100% = 65,4%
3928
1359
% Kendaraan Ringan = × 100% = 34,6%
3928
Maka didapat komposisi lalu lintas pada jalan tersebut terdiri atas sepeda motor
sebesar 65,4% dan kendaraan ringan sebesar 34,6%.
Untuk menghitung analisis Time Mean Speed data awal yang harus diketahui
adalah jumlah dri ∑Vi dan jumlah n. Dimana ∑Vi adalah jumlah total dari kecepatan
kendaraan dan n adalah volume sampel kendaraan pada saat survei. Adapun satuan
yang dipakai pada ∑Vi ialah dalam km/jam. Dari Tabel D1 yang terlampir pada
lampiran D maka didapat kecepatan kumulatif sebesar 2611,69 km/jam dengan jumlah
42
waktu 292,1 detik dan jumlah data 50. Dengan menggunakan Pers. (2.5) didapat nilai
TMS sebagai berikut. Berdasarkan akumulasi hasil survei kecepatan. Kecepatan dari
masing-masing kendaraan dapat dilihat, untuk total kecepatan sepeda motor (SM)
adalah 1187,44 km/jam dan untuk total kecepatan kendaraan ringan (KR) adalah
400,95 km/jam maka didapat jumlah total kecepatannya ialah 2611,69 km/jam. Jumlah
tersebutlah yang digunakan untuk menghitung TMS. Dengan menggunakan Pers. (2.5)
time mean speed dapat dihitung. Maka didapat hasil dari TMS sebesar 31,8 km/jam.
Hasil TMS tersebut menunjukkan bahwa kecepatan rata-rata dari kecepatan total
kendaraan di Jalan Pantai Kuta selama periode waktu survei adalah 52,24 km/jam.
Untuk menghitung Space Mean Speed data awal yang dibutuhkan adalah nilai
dari jumlah n, nilai dari besar x, dan nilai dari jumlah total waktu (dtk). Berdasarkan
data pada Tabel D1 yang terlampir pada lampiran D diketahui kumulatif waktu 185,47
detik, panjang jalan 50 m, dan jumlah data 50. Maka besar SMS dapat dihitung dengan
menggunakan Pers. (2.6) sebagai berikut.
n∙d 50∙0,05
SMS = Vs = ∑ ti = x 3600 = 48,53 km⁄jam
185,47
43
Hasil SMS tersebut menunjukkan bahwa kecepatan rata-rata dari semua kendaraan
yang ada sepanjang 50 m di lokasi survei adalah 48,53 km/jam selama periode survei.
Dalam praktiknya untuk keperluan apapun, kecepatan SMS inilah yang digunakan.
4. 9. Hambatan Samping
07.00 -
1 2 3 1
07.15
07.15 -
1 1 10 0
07.30
07.30 -
0 3 4 1
07.45
07.45 -
0 1 9 0
08.00
Dari Tabel 4.8 dapat didapatkan hasil survei hambatan samping kumulatif
untuk pejalan kaki sebanyak 2 orang, hambatan samping kumulatif untuk kendaraan
henti sebanyak 5 kendaraan, hambatan samping kumulatif untuk kendaraan parkir
sebanyak 4 kendaraan, hambatan samping kumulatif untuk kendaraan keluar masuk
sisi jalan sebanyak 26 kendaraan, dan hambatan samping kumulatif untuk kendaraan
tidak bermotor sebanyak 2 kendaraan. Hasil kumulatif hambatan samping di atas
digunakan untuk menghitung Kelas Hambatan samping (SFC). sehingga dapat dihitung
sebagai berikut.
44
SCF = PED + PSV + EEV + SMV
Dari hasil perhitungan diperoleh SCF sebesar 27.7. Berdasarkan Tabel 2.9 Nilai
Kelas Hambatan Samping dapat disimpulkan bahwa ruas Jalan Ida Bagus Mantra
termasuk ke dalam kelas hambatan samping sangat rendah karena nilai dari SCF yang
diperoleh < 100. Ruas Jalan Ida Bagus Mantra ini memiliki kelas hambatan samping
yang sangat rendah karena merupakan jalan arteri.
BAB V
SIMPULAN
Simpulan
Setelah melakukan pengamatan dan analisis diatas, hal yang dapat disimpulkan
adalah sebagai berikut :
1. Besarnya PHF di Jalan Ida Bagus Mantra adalah 0,810.
2. Jam puncak di Jalan Ida Bagus Mantra terjadi pada pukul 07.00-08.00.
3. Besarnya kapasitas praktis di Jalan Ida Bagus Mantra adalah 5147,5 smp/jam.
4. Besarnya kapasitas sisa di Jalan Ida Bagus Mantra adalah 19%.
5. Besarnya kapasitas teoritis di Jalan Ida Bagus Mantra adalah 1581 smp/jam.
6. Komposisi lalu lintas di Jalan Ida Bagus Mantra adalah 65,4 % sepeda motor ,
34,6% kendaraan ringan dan
7. Besarnya Time Mean Speed di Jalan Ida Bagus Mantra adalah 52,24 km/jam.
8. Besarnya Space Mean Speed di Jalan Ida Bagus Mantra adalah 48,53 km/jam.
45
DAFTAR PUSTAKA
46
Tamin, Ofyar. 1992. Hubungan Volume, Kecepatan, dan Kepadatan Lalu
Lintas di Ruas Jalan H.R. Rasuna Said. Jurnal Teknik Sipil ITB.
47
LAMPIRAN A
PETA LOKASI
48
Gambar A. 1. PETA LOKASI
Sumber: Google Maps (2018)
49
LAMPIRAN B
FORMULIR SURVEI
50
FORMULIR SURVEI VOLUME LALU-LINTAS
07.00-07.15
07.15-07.30
07.30-07.45
07.45-08.00
08.00-08.15
08.15-08.30
08.30-08.45
08.45-09.00
09.00-09.15
09.15-09.30
09.30-09.45
09.45-10.00
51
FORMULIR SURVEI KECEPATAN
52
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
53
FORMULIR SURVEI HAMBATAN SAMPING
Arah
Timur ke Barat
Pergerakan
LOKASI
Panjang
100 m
Segmen
Cuaca Cerah
Kend Masuk
Kend Tak
Waktu Pejalan Kaki Kend Henti Kend Parkir dan Keluar
Bermotor
Sisi Jalan
07.00-07.15
07.15-07.30
07.30-07.45
07.45-08.00
08.00-08.15
08.15-08.30
08.30-08.45
08.45-09.00
09.00-09.15
09.15-09.30
09.30-09.45
09.45-10.00
47
LAMPIRAN C
REKAPITULASI DATA
48
Hasil Survei Spot Speed
Jenis Waktu Kecepatan Kecepatan
Kend. Ke
Kendaraan Tempuh (dt) (m/dt) (km/jam)
49
16 SM 3.33 15.02 54.05
50
63 KR 2.45 20.41 73.47
51
Lebar Trotoar (Utara) 0,8 m
Lebar Trotoar (Selatan) 0,8 m
52
Yang dimaksud kondisi geometrik menurut Dep.PU (1997) antara lain:
1. Jalur gerak yaitu bagian jalan yang direncanakan khusus untuk kendaraan
bermotor lewat, berhenti dan parkir (termasuk bahu).
2. Jalur jalan yaitu seluruh bagian dari jalur gerak, median dan pemisah luar.
3. Median jalan yaitu daerah yang memisahkan arah lalu lintas pada suatu
segmen jalan.
4. Lebar jalur yaitu lebar jalur jalan yang dilewati lalu lintas, tidak termasuk
bahu.
5. Lebar jalur efektif yaitu lebar rata-rata yang tersedia bagi gerak lalu lintas
setelah dikurangi untuk parkir tepi jalan, atau halangan lain sementara yang
menutup jalan.
6. Kerb yaitu batas yang ditinggikan dari bahan kaku antara pinggir jalur lalu
lintas dan trotoar.
7. Trotoar yaitu bagian jalan yang disediakan bagi pejalan kaki yang biasanya
sejajar dengan jalan dan dipisahkan dari jalur jalan oleh kerb.
8. Jarak penghalang kerb yaitu jarak dari kerb ke penghalang di trotoar
(misalnya pohon, tiang lampu).
9. Lebar bahu yaitu lebar bahu di sisi jalur jalan yang disediakan untuk
kendaraan berhenti kadang-kadang, pejalan kaki dan kendaraan yang bergerak
lambat.
10. Lebar bahu efektif yaitu lebar bahu yang benar-benar tersedia untuk
digunakan, setelah pengurangan akibat penghalang seperti pohon, kios, dsb.
11. Panjang jalan yaitu panjang segmen jalan yang dipelajari.
12. Ruang manfaat jalan yaitu ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi
dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh Pembina Jalan dan
diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, pemisahan jalur, bahu jalan,
saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman timbunan dan galian
gorong-gorong perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap lainnya.
53
13. Ruang milik jalan yaitu merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh
lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh Pembina Jalan guna peruntukkan
daerah manfaat jalan dan perlebaran jalan maupun menambahkan jalur lalu
lintas dikemudian hari serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan.
14. Ruang pengawasan jalan yaitu Merupakan ruas disepanjang jalan di luar
Daerah Milik Jalan yang ditentukan berdasarkan kebutuhan terhadap
pandangan pengemudi, ditetapkan oleh Pembina Jalan.
54
LAMPIRAN D
DOKUMENTASI
55
Gambar D.1 Survei Volume
56
Gambar D.2 Survei Volume
57
Gambar C.4 Survei Hambatan Samping
58
Gambar C.5 Survey Geometrik Jalan
59
Gambar C.6 Pengukuran Segmen Jalan
60