A. DEFINISI
Kanker kolorektal adalah kanker yang berasal dalam permukaan usus besar (kolon) atau
rektum/rektal, umumnya kanker kolorektal berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas
terdapat adenoma atau berbentuk polip. Adenoma atau polip pada kolorektal dapat diangkat
dengan mudah hanya saja jarang menimbulkan gejala apapun, sehingga tidak terdeteksi dalam
waktu cukup lama hingga berkembang menjadi kanker kolorektal. Kanker kolorektal adalah
suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum, dan appendix. Distribusi kanker pada
kolon adalah 20% terdapat di sepanjang kolon asenden, 10% di kolon transversum, 15% di kolon
Polip adalah tonjolan di atas permukaan mukosa. Polip dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu
Epithelium
Submukosa
Neoplasia Nonneplasia
intestinalis
mukosa)
Karsinomatosus Hemangioma
Endometriosis
Dan lain-lain
Kanker kolon dapat timbul melalui interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan.
Polip kolon dapat berdegenerasi menjadi maligna sehingga polip kolon harus dicurigai. Selain
itu, radang kronik kolon seperti kolitis ulserosa atau kolitis amuba kronik dapat beresiko tinggi
2. Riwayat keluarga.
dengan risiko terjadi kanker kolorektal pada usia muda, ditemukan polip dalam jumlah
sedikit.
dan lamanya waktu transit sisa hasil pencernaan dalam kolon dan rektal meningkatkan
C. PATOFISIOLOGI
adenoma. Insidensi tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun umumnya masih terjadi di
rektum dan kolon sigmoid. Pertumbuhan tumor secara tipikal tidak terdeteksi, menimbulkan
beberapa gejala. Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah menyebar kedalam lapisan
lebih dalam dari jaringan usus dan organ-organ yang berdekatan. Kanker kolorektal menyebar
dengan perluasan langsung ke sekeliling permukaan usus, submukosa, dan dinding luar usus.
Struktur yang berdekatan, seperti hepar, kurvatura mayor lambung, duodenum, usus halus,
pankreas, limpa, saluran genitourinary, dan dinding abdominal juga dapat dikenai oleh perluasan.
Metastasis ke kelenjar getah bening regional sering berasal dari penyebaran tumor. Tanda ini
tidak selalu terjadi, bisa saja kelenjar yang jauh sudah dikenai namun kelenjar regional masih
normal. Sel-sel kanker dari tumor primer dapat juga menyebar melalui sistem limpatik atau
sistem sirkulasi ke area sekunder seperti hepar, paru-paru, otak, tulang, dan ginjal. “Penyemaian”
dari tumor ke area lain dari rongga peritoneal dapat terjadi bila tumor meluas melalui serosa atau
Polip maligna
Menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya
Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain
Penyebaran kanker kolon dapat melalui 3 cara, yaitu penyebaran secara langsung ke
organ terdekat, melalui sistem limpatikus dan hematogen, serta melalui implantasi sel ke daerah
peritoneal. Karsinoma kolon dan rektum mulai berkembang pada mukosa dan bertumbuh sambil
menembus dinding dan meluas secara sirkuler ke arah oral dan aboral. Penyebaran
perkontinuitatum menembus jaringan sekitar atau organ sekitarnya misalnya ureter, buli-buli,
uterus, vagina atau prostat. Penyebaran limfogen terjadi ke kelenjar parailiaka, mesenterium dan
Sebagian besar tumor maligna (minimal 50%) terjadi pada area rektal dan 20–30 %
terjadi di sigmoid dan kolon desending (Black dan Jacob, 1997). Kanker kolorektal terutama
adenocarcinoma (muncul dari lapisan epitel usus) sebanyak 95%. Tumor pada kolon asenden
lebih banyak ditemukan daripada pada transversum (dua kali lebih banyak). Tumor bowel
1. Menyebar secara langsung pada daerah disekitar tumor secara langsung misalnya ke
abdomen dari kolon transversum. Penyebaran secara langsung juga dapat mengenai
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Perdarahan rektum
3. Tenesmus
4. Obstruksi intestinal
5. Nyeri abdomen
7. Anorexia
9. Anemia
Penurunan BB
menerus
feses
Feses Normal/diare Normal Perub bentuk
keadaan umum
1. Duke
Kanker belum menembus membran basal dari mukosa kolon atau rektum.
Stadium I
Kanker telah menembus membran basal hingga lapisan kedua atau ketiga (submukosa/
muskularis propria) dari lapisan dinding kolon/ rektum tetapi belum menyebar keluar dari
Stadium II
Kanker telah menembus jaringan serosa dan menyebar keluar dari dinding usus
kolon/rektum dan ke jaringan sekitar tetapi belum menyebar pada kelenjar getah bening
(Duke B).
Stadium III
Kanker telah menyebar pada kelenjar getah bening terdekat tetapi belum pada organ
Stadium IV
Stadium T N M Duke
0 Tis N0 M0 -
I T1 N0 M0 A
T2 N0 M0
II A T3 N0 M0 B
II B T4 N0 M0
III A T1-T2 N1 M0 C
III B T3-T4 N1 M0
III C Any T N2 M0
IV Any T Any N M1 D
Keterangan
T : Tumor primer
Tis : Carcinoma in situ, terbatas pada intraepitelial atau terjadi invasi pada lamina propria
dalam jaringan sekitar kolon atau rektum tapi belum mengenai peritoneal.
peritoneum viseral.
M : Metastasis
Klasifikasi Histologi
Signet Ring Cell Carcinoma merupakan salah satu jenis kanker kolorektal dengan bentuk sel
kankernya secara mikroskopis terlihat seperti cincin dengan sebuah permata yang
sebenarnya adalah inti sel yang terdesak ke pinggir sel. Hal ini karena badan sel dipenuhi
oleh mukus. Signet Ring Cell Carcinoma merupakan jenis sel kanker yang bersifat ganas
dan berprognosis buruk; banyak ditemukan pada penderita kanker kolorektal dengan usia
5. Carsinoma recti
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Palpasi Abdomen. Tumor kecil pada tahap dini tidak teraba pada palpasi perut, bila teraba
menunjukkan keadaan sudah lanjut. Apabila ada massa, massa di dalam sigmoid lebih jelas
2. Fecal occult blood test, pemeriksaan darah samar feses di bawah mikroskop
Tumor dapat teraba atau tidak, mudah berdarah atau tidak, jarak dari garis anorektal sampai
tumor, lokasi, pergerakan dari dasar, permukaan, lumen yang dapat ditembus jari, batas
4. Barium enema, pemeriksaan serial sinar x pada saluran cerna bagian bawah, sebelumnya
gambaran rektum dan sigmoid adanya polip atau daerah abnormal lainnya dalam layar
monitor. Sigmoidoskopi atau kolonoskopi adalah test diagnostik utama digunakan untuk
enndoskopi dari kolonoskopi direkomendasikan untuk mengetahui lokasi dan biopsy lesi
pada klien dengan perdarahan rektum. Bila kolonoskopi dilakukan dan visualisasi sekum,
barium enema mungkin tidak dibutuhkan. Tumor dapat tampak membesar, merah, ulseratif
6. Biopsi, tindakan pengambilan sel atau jaringan abnormal dan dilakukan pemeriksaan di
bawah mikroskop.
7. Jumlah sel-sel darah untuk evaluasi anemia. Anemia mikrositik, ditandai dengan sel-sel
darah merah yang kecil, tanpa terlihat penyebab adalah indikasi umum untuk test
8. Test Guaiac pada feces untuk mendeteksi bekuan darah di dalam feces, karena semua
banyak jaringan, termasuk kanker kolorektal. Antigen ini dapat dideteksi oleh
radioimmunoassay dari serum atau cairan tubuh lainnya dan sekresi. Karena test ini tidak
spesifik bagi kanker kolorektal dan positif pada lebih dari separuh klien dengan lokalisasi
penyakit, ini tidak termasuk dalam skreening atau test diagnostik dalam pengobatan
penyakit. Ini terutama digunakan sebagai prediktor pada prognsis postoperative dan untuk
10. Pemeriksaan kimia darah alkaline phosphatase dan kadar bilirubin dapat meninggi, indikasi
telah mengenai hepar. Test laboratorium lainnya meliputi serum protein, kalsium, dan
kreatinin.
11. Barium enema sering digunakan untuk deteksi atau konfirmasi ada tidaknya dan lokasi
tumor. Bila medium kontras seperti barium dimasukkan kedalam usus bagian bawah,
kanker tampak sebagai massa mengisi lumen usus, konstriksi, atau gangguan pengisian.
Dinding usus terfiksir oleh tumor, dan pola mukosa normal hilang. Meskipun pemeriksaan
ini berguna untuk tumor kolon, sinar-X tidak nyata dalam mendeteksi rektum
13. CT (computed tomography) scan, magnetic resonance imaging (MRI), atau pemeriksaan
ultrasonic dapat digunakan untuk mengkaji apakah sudah mengenai organ lain melalui
14. Whole-body PET Scan Imaging. Sementara ini adalah pemeriksaan diagnostik yang paling
1. Pencegahan Primer
Anjurkan klien untuk mempertahankan makanan yang rendah lemak dan tinggi serat
2. Pencegahan sekunder
Promosikan deteksi dini dengan rektal touche untuk mereka yang berusia lebih dari 40
tahun
Monitor klien yang berusia lebih dari 50 tahun dengan guaiak test dan rectal touche setiap
tahun
Evaluasi klien dengan sigmoidoscopy fleksibel setiap 3–5 tahun pada orang dengan risiko
rata-rata, bagi yang berisiko di atas rata-rata evaluasi dengan colonoscopy dengan barium
3. Pencegahan tersier
Anjurkan penggunaan bulk laksative (Metamucil) untuk klien dengan risiko tinggi
Promosikan skrining secara regular pada orang dengan 1 atau 2 risiko kanker kolorektal
Anjurkan klien untuk mengikuti diet tinggi serat dan rendah lemak
H. PENATALAKSANAAN
1. Medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik.
Apabila terdapat perdarahan yang cukup bermakna, terapi komponen darah dapat diberikan.
Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang berhubungan. Pengobatan
medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi anjuran. Terapi
anjuran biasanya diberikan selain pengobatan bedah yang mencakup kemoterapi, terapi radiasi,
dan imunoterapi.
Terapi radiasi: sering digunakan sebelum pembedahan untuk menurunkan ukuran tumor dan
membuat mudah untuk direseksi. Intervensi lokal pada area tumor setelah pembedahan
termasuk implantasi isotop radioaktif ke dalam area tumor. Isotop yang digunakan termasuk
untuk membunuh sel-sel kanker. Ia adalah suatu terapi sistemik, yang berarti bahwa
pengobatan berjalan melalui seluruh tubuh untuk menghancurkan sel-sel kaker. Setelah
operasi kanker usus besar, beberapa pasien mungkin mengandung microscopic metastasis
(foci yang kecil dari sel-sel kanker yang tidak dapat dideteksi). Kemoterapi diberikan segera
2. Bedah
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan
arteri kolika kanan, arteri kolika media termasuk kelenjar limfe dipangkal arteri mesentrika
superior.
inferior.
d. Tumor rektum
kolorektal/koloanal rendah.
e. Tumor sigmoid
Selain tindakan pembedahan, klien juga harus menjalani terapi lanjut yang dapat berupa
lanjut setelah pembedahan. Dengan pemberian asuhan keperawatan secara komprehensif dan
berkualitas diharapkan klien dapat beradaptasi dengan kondisi tubuhnya, menjalani terapi secara
klien sangat penting, terkait dengan intervensi dan implementasi yang akan dilakukan terhadap
Karsinoma pada colon menimbulkan perubahan pada kebiasaan buang air besar.
Karsinoma pada colon sebelah kanan menyebabkan peningkatan gerakan colon, tetapi karsinoma
pada colon sebelah kiri menimbulkan konstipasi. Keduanya dapat menunjukkan gambaran klinis
berupa: darah dan lendir di dalam tinja, penurunan berat badan dan anemia, palpasi dapat
mengungkapkan adanya massa yang nyeri tekan, keadaan ini dapat memberikan gambaran klinis
berupa obstruksi intestinum Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan
pengisapan nasogastrik. Apabila terdapat perdarahan yang cukup bermakna, terpai komponen
darah dapat diberikan. Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal.
Pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat
Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut (Doughty & Jackson, 1993):
reanastomosis lanjut dari kolostomi (memungkinkan dekompresi usus awal dan persiapan
c. Reseksi segmental dengan anostomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisis
d. Kolostomi permanen atau ileostomi (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak
dapat direseksi)
Berkenaan dengan teknik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada
kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma)
pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsisebagai diversi sementara atau permanen. Ini
memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase dihubungkan
dengan penempatan kolostomi, yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada
jaringan sekitar.
untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai
Kolostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara colon
dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat bersifat sementara atau menetap
selamanya. (llmu Bedah, Thiodorer Schrock, MD, 1983). Kolostomi dapat berupa secostomy,
colostomy transversum, colostomy sigmoid, sedangkan colon accendens dan descendens sangat
jarang dipergunakan untuk membuat colostomy karena kedua bagian tersebut terfixir
retroperitoneal. Kolostomi pada bayi dan anak hampir selalu merupakan tindakan gawat darurat,
sedang pada orang dewasa merupakan keadaan yang pathologis. Colostomy pada bayi dan anak
2. Cacat/kelainan bawaan
5. Kanker
Jenis – jenis Kolostomi
Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada beberapa
macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen maupun
sementara.
Kolostomi Permanen
memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau
pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses melalui
anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan satu ujung
lubang)
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan
feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen
ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan
Loop colostomy
Lokasi di colon transversum, bersifat sementara, dilakukan pada kondisi darurat medis
Endostomy
Terdiri dari satu hubungan yang bagian usus berikutnya dibuang/dijahit tetapi masih
ada/tetap dalam rongga abdomen. Dilakukan untuk klien dengan terapi kolorektal.
Single barrel/ end stoma, hanya 1 stoma: dilakukan permanen; bagian distal ditutup dan
Terdapat 2 hubungan di bagian proximal dan distal. Bagian proximal untuk drain feses
Mukospicetel: pada kasus Ca kolorektal yang tidak bisa diangkat sama sekali, dilakukan
pada bagian kolon descenden, bagian proksimal untuk mengeluarkan feses, bagian distal
Jenis Kantung:
o Close end (tidak ada lubang dibawahnya): digunakan untuk menampung feses
o Puff drain (memiliki lubang dan seperti selang dibawahnya: digunakan untuk
menampung urin
Bagian Plate:
o Ileustomy
Lubang pada ileum untuk tujuan pengobatan ulseratif regional dan pengalihan isi pada
kanker kolon, polip, dan trauma yang biasanya berbentuk permanen. Cairan yang keluar
cenderung konstan dan tidak dapat diatur, mengandung enzim-enzim percernaan yang
o Colostomy asenden
Drainage yang keluar berbentuk cairan dan tidak teratur serta lebih bau.
o Colostomy transversum
Drainage yang keluar berbentuk padat karena cairan sudah direabsorbsi dan biasanya
o Colostomy desenden
Produksinya lebih padat. Feses yang keluar dari sigmoid normal dan frekuensinya dapat
diatur sehingga klien tidak harus menggantinya setiap saat dan baunya tergantung diet.
Komplikasi Kolostomi:
peritonium kadang-kadang sampat loop ilium, adanya strangulasi dan nekrosis pada usus
yang mengalami penonjolan. Prolaps dapat terjadi oleh adanya faktor-faktor Peristaltik
usus meningkat, fixasi usus tidak sempurna, mesocolon yang panjang, tekanan intra
abdominal tinggi, dinding abdomen tipis dan tonusnya yang lemah serta kemungkinan
lritasi KulitHal ini terutama pada colostomy sebelah kanan karena feces yang keluar
mengandung enzim pencernaan yang bersifat iritatif. Juga terjadi karena cara
membersihkan kulit yang kasar, salah memasang kantong dan tidak tahan akan plaster.
DiareMakin ke proksimal colostominya makin encer feces yang keluar. Pada sigmoid
biasanya normal.
Stenosis StomaKontraktur lumen è terjadi penyempitan dari celahnya yang akan
Hernia Paracolostomy
Pendarahan Stoma
EviserasiDinding stoma terlepas dari dinding abdomen sehingga organ intra abdomen
(perdarahan luka operasi), tanda-tanda peradangan (tumor, rubor, color, dolor, fungsi laese),
posisi stoma
Apakah ada perubahan eliminasi tinjaKonsistensi, bau, warna feces, apakah ada konstipasi
/ diare?apakah feces tertampung dengan baik?apakah pasien dapat mengurus feces sendiri?
Apakah ada gangguan rasa nyerikeluhan nyeri ada/tidak?hal-hal yang menyebabkan nyeri,
kualitas nyeri, kapan nyeri timbul (terus menerus / berulang), apakah pasien gelisah atau
tidak?
diangkat?
Penanganan Kolostomi
Perawat menangani kolostomi sampai pasien dapat mengambil alih perawatan secara
mandiri. Perawatan kulit harus diajarkan bersamaan dengan bagaimana menerapkan drainase
a. Perawatan kulit:
Pasien dianjurkan melindungi kulit peristoma dengan sering mencuci area tersebut
dengan menggunakan sabun ringan dan waslap lembab serta lembut. Selama kulit
dibersihkan, kasa dapat digunakan untuk menutup stoma atau tampon vagina dapat
dimasukkan dengan perlahan untuk mengabsorbsi kelebihan drainase. Pasien diizinkan untuk
mandi atau mandi pancuran sebelum memasang alat yang bersih. Plester mikropor yang
dilekatkan pada sisi kantung akan melindunginya selama mandi. Kulit dikeringkan dengan
Stoma diukur untuk menentukan ukuran kantung yang tepat. Lubang kantung harus
sekitar 0,3cm lebih besar dari stoma. Kulit dibersihkan sesuai proedur. Kantung kemudian
dipasang dengan cara membuka kertas perekat dan menekannya di atas stoma selama 30
detik. Iritasi kulit ringan memerlukan taburan bedak Karaya atau bedak stomahesive sebelum
kantung dilekatkan.
Kantung kolostomi dapat digunakan segera setelah irigasi; dan diganti dengan balutan
yang lebih sederhana. Pasien dapat memilih berbagaibentuk kantung, tergantung pada
Untuk selanjutnya kantung kolostomi biasanya tidak diperlukan. Segera setelah pasien
belajar evakuasi rutin, kantung dapat disimpan dan kantung kolostomi tertutup atau balutan
sederhana menggunakan tisu sekali pakai, dipertahankan di tempatnya dengan sabuk elastis.
Kecuali gas dan sedikit mukus, tidak ada isi usus yang akan keluar dari lubang kolostomi di
d. Mengangkat alat:
Alat drainase diganti bila isinya telah mencapai sepertiga sampai seperempat bagian
sehingga berat isinya tidak menyebabkan kantung lepas dari diskus perekatnya dan keluar
isinya. Pasien dapat memilih posisi duduk atau berdiri yang nyaman dan dengan perlahan
mendorong kulit menjauh dari permukaan piringan sambil menarik kantung ke atas dan
menjauh dari stoma. Tekanan perlahan mencegah kulit dari trauma dan mencegah adanya isi
a. Indikasi Tindakan
Irigasi kolostomi merupakan prosedur mengganti kantong kolostomi yang penuh dengan
yang baru, yang harus dilakukan pada klien dengan kanker kolon dan/atau rektum yang telah
dibuatkan cara dan lokasi evakuasi kotoran melalui operasi saluran cerna. Irigasi dapat
b. Tujuan Tindakan
Prosedur ini bertujuan untuk mengosongkan isi kolon (dari feces, gas, lendir),
membersihkan saluran cerna bagian bawah, menetapkan pola evakuasi yang teratur sehingga
Cairan irigasi (air masak, hangat kuku) 500-1500 cc, atau cairan lain untuk irigasi sesuai
program medis
Selang
Kateter karet no. 22 atau 24 atau corong plastik khusus untuk irigasi kolostomi
Perlak
Sabun
Stomahessive pasta (membuat permukaan kulit jadi baik dan sebagai skin barrier)
d. Tindakan
Persiapan klien
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan
dilaksanakan.
- Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.
- Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama
Prosedur
- Mencuci tangan
commode/toilet
- Memberi pelumas pada kateter dan memasukkan ke stoma dengan cermat (tidak boleh
- Bila kateter tidak bisa masuk dengan mudah, mengalirkan cairan secaraperlahan ketika
bila terjadi kram perut dan memberi klien waktu untuk istirahat sejenak, sebelum
- Memberi waktu selama 10 menit agar cairan mengalir keluar; mengeringkan ujung
kembali
I. PREOPERATIF
stoma dan pengajaran yang diperlukan. Perawat ET terutama yang di latih untuk bekerja
badan klien, cara berpakaian klien, dan garis pinggang dipertimbangkan dalam
penempatanstoma untuk memfasilitasi rasa nyaman dalam perawatan jangka panjang dan
mempermudah penanganan.
diperlukan. Klien yang memahami perawatan preoperatif dan postoperatif dengan baik
akan berkurang rasa cemas dan mampu bekerjasama dalam penanganan dengan lebih
baik.
Rujuk ke kelompok ostomi sesuai kebutuhan klien. Berbicara dengan seseorang yang
telah memakai ostomi dapat menolong klien menjadi lebih nyaman dengan kolostomi.
II. POSTOPERATIF
Kaji lokasi dan tipe kolostomi yang dibentuk. Lokasi stoma adalah indikator letak lokasi
Kaji tampilan stoma dan kondisi kulit disekitarnya dengan rutin. Pengkajian stoma dan
kondisi kulit penting diawal periode postoperatif, kalau-kalau terkadi komplikasi untuk
segera ditangani.
Posisi kantong penampung drain diatas stoma. Biasanya drainase dapat berisi lebih
banyak mukus dan cairan serosangrineous dari pada material fekal. Mulainya usus
berfungsi, fekal akan menjadi normal. Konsistensi drainase tergantung pada stoma di
drainable atau irigasi. Pola eliminasi dari kolostomi sigmoid hampir sama dengan pola
eliminasi normal klien sebelum operasi. Banyak klien akan buang air besar tiap hari dan
tidak terus menerus menggunakan kantong atau sistem drainase. Untuk lebih aman
Bila perlu, berikan kantong kolostomi irigasi, masukkan air ke dalam kolon sesuai
prosedur irigasi kolostomi. Air akan merangsang pengosongan kolon. Klien dapat
Bila dianjurkan irigasi kolostomi untuk klien dengan double-barrel atau kolostomi loop,
irigasi stoma di bagian proksimal. Pengkajian digital / dengan jari pada usus langsung
dari stoma dapat menolong membedakanyang mana stoma proksimal. Usus bagian distal
tidak mengandung fekal dan tidak perlu diirigasi. Kadang-kadang dapat diirigasi hanya
Pengosongan kantong drainable atau penggantian kantong kolostomi bila diperlukan atau
saat telah penuh 1/3 bagian kantong. Bila kantong kepenuhan, beratnya dapat merusak
Klien dengan kolostomi asending atau transversal tidak dilakukan irigasi. Hanya sebagian
kolon yang berfungsi, dan drainase fekal umumnya cair dan terus menerus.
Berikan perawatan stoma dan kulit klien. Perawatan kulit dan stoma yang baik penting
untuk mempertahankan integritas kulit dan fungsi untuk pertahanan utama terhadap
infeksi.
Gunakan bahan-bahan dempul, seperti perekat stoma (stomahesive) atau “karaya paste”,
dan “wafer” (bubuk obat) yang dibutuhkan untuk menjaga keamanan kantong ostomi. Ini
kadang-kadang penting bagi klien dengan kolostomi loop. Tantangan bagi klien dengan
kolostomi loop transverse adalah untuk menjaga keamanan kantong stoma diatas
jembatan plastik.
Sebuah lubang pada kantong kolostomi akan menyalurkan flatus keluar. Lubang ini dapat
ditutup dengan “Band-Aid’ an dibuka hanya bila klien mandi untuk kontrol bau. Kantong
ostomi dapat menggembung keluar, merusak integritas kulit, bila gas terkumpul terlalu
banyak
Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Aktifitas/Istirahat
Gejala:
- Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari; adanya
tinggi.
Sirkulasi
Intregritas Ego
Gejala:
- Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak
Eliminasi
Warna, bau, konsistensi feses, mencakup adanya darah atau mukus; riwayat penyakit
Gejala:
- Perubahan pola defekasi, seperti darah pada feses, nyeri saat defekasi.
Makanan/Cairan
Kebiasaan diit, masukan lemak dan atau serat, penurunan BB, konsumsi alkohol, bising
Gejala:
- Kebiasaan diet buruk, seperti rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet.
- Anoreksia, mual/muntah.
- Intoleransi makanan
Neurosensori
Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Tidak ada nyeri atau derajat nyeri bervariasi sesuai dengan perjalanan penyakit.
Pernafasan
Keamanan
Tanda: Demam
Seksualitas
Gejala: Masalah seksual; Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun; Multigravida,
Interaksi Sosial
Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala:
yang diberikan.
b. Diagnosa Keperawatan
7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan perianal),
10. Ansietas
Black and Jacobs. (2009). Medical surgical nursing: Clinical management for continuity of
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddarrth Volume 2 Edisi 8 .Jakarta: EGC
Harahap, I.A. (2014). "Perawatan pasien dengan kolostomi Pada penderita cancer
http://www.puskesmas oke.com/doc/
Jong & Sjamsuhidajat. (2011). Buku ajar ilmu bedah. (Edisi Revisi). Jakarta : EGC
C. (2012).
Smeltzer and Bare. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi VIII). akarta: EGC.
Soeparman. (2014). Ilmu penyakit dalam. (Jilid I). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.