Disusun oleh:
Firdausina Ardian Vega
1102014098
Pembimbing:
dr. Maula N. Gaharu, SpS
Gangguan peredaran darah otak (GPDO) atau dikenal sebagai CVA (Cerebro-
vascular accident) atau apopleksia adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan
oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak atau
cepat. Salah satu penyakit GPDO adalah stroke. Stroke adalah suatu keadaan
hilangnya sebagian atau seluruh fungsi neurologis (defisit neurologik fokal atau
global) yang terjadi secara mendadak berlangsung lebih dari 24 jam atau
menyebabkan kematian, yang semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran
darah di otak karena berkurangnya suplai darah (stroke iskemik) atau pecahnya
pembuluh darah secara spontan (stroke perdarahan).1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Anatomi
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang
dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang
memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara
neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar 2%
(sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20% oksigen
dan 50% glukosa yang ada di dalam darah arterial.4
Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar 15%
dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi normal.
Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis interna yang
terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke bagian depan
otak disebut sebagai sirkulasi arteri cerebrum anterior. Yang kedua adalah
vertebrobasiler, yang mengalirkan darah ke bagian belakang otak disebut sebagai
sirkulasi arteri cerebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri cerebrum anterior
bertemu dengan sirkulasi arteri cerebrum posterior membentuk suatu sirkulus
willisi.4
3
dalam pengaturan nafas dan tekanan darah. Gejala di atas biasanya terjadi karena
adanya serangan stroke.4
2.3. Etiologi
Hipertensi sebagai penyebab utama dari perdarahan ini, terutama hipertensi yang
tidak terkontrol, yang menyebabkan rusaknya pembuluh darah kecil di otak
sehingga mudah ruptur. Biasanya perdarahan ini terdapat di area yang diperdarahi
oleh arteri penetrans kecil seperti pada thalamus, putamen, deep cerebral white
matter, pons dan serebelum.
- Penyalahgunaan Obat (Drug Abuse) kokain termasuk salah satu obat yang
menyebabkan perdarahan intraserebral dengan jalan meninggikan tekanan darah,
nadi, temperatur dan metabolisme.
- Diskrasia darah anemia sel sabit, leukimia dan hemofilia serta gangguan
koagulasi yang didapat, misalnya pada penyakit hepar yang berat seperti sirosis
hepar dan hepatitis fulminan dapat menyebabkan gangguan sintesis faktor
pembekuan, peningkatan fibrinolisis, dan trombositopenia.
4
yang menggunakan antikoagulan adalah meningkatnya umur, infark iskemik yang
luas dan adanya hipertensi berat.
• Lisisnya fibrin pada trombin yang terbentuk di pembuluh darah yang luka
Namun mekanisme yang mendasari terjadinya perdarahan otak ini belum diketahui
jelas.
- Vaskulitis merupakan penyakit inflamasi pada pembuluh darah arteri dan vena,
misalnya pada penyakit Lupus Eritematosus Sistemik (SLE).
2.4. Patofisiologi
Kasus PIS umumnya terjadi di kapsula interna (70 %), di fossa posterior (batang
otak dan serebelum) 20 % dan 10 % di hemisfer (di luar kapsula interna). Gambaran
patologik menunjukkan ekstravasasi darah karena robeknya pembuluh darah otak
dan diikuti adanya edema dalam jaringan otak di sekitar hematom. Akibatnya
terjadi diskontinuitas jaringan dan kompresi oleh hematom dan edema pada struktur
sekitar, termasuk pembuluh darah otak dan penyempitan atau penyumbatannya
sehingga terjadi iskemia pada jaringan yang dilayaninya, maka gejala klinis yang
timbul bersumber dari destruksi jaringan otak, kompresi pembuluh darah otak/
iskemia dan akibat kompresi pada jaringan otak.5
Secara umum gejala klinis PIS merupakan gambaran klinis akibat akumulasi
darah di dalam parenkim otak. PIS khas terjadi sewaktu aktivitas, onset pada saat
tidur sangat jarang. Perjalanan penyakitnya, sebagian besar (37,5-70%) per akut.
Biasanya disertai dengan penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran ini bervariasi
frekuensi dan derajatnya tergantung dari lokasi dan besarnya perdarahan tetapi
secara keseluruhan minimal terdapat pada 60% kasus. Dua pertiganya mengalami
koma, yang dihubungkan dengan adanya perluasan perdarahan ke arah ventrikel,
ukuran hematomnya besar dan prognosisnya jelek. Sakit kepala hebat dan muntah
yang merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial dijumpai pada PIS, tetapi
frekuensinya bervariasi. Tetapi hanya 36% kasus yang disertai dengan sakit kepala
namun kasus yang disertai muntah didapati pada 44% kasus. Jadi tidak adanya sakit
kepala dan muntah tidak menyingkirkan PIS, sebaliknya bila dijumpai akan sangat
5
mendukung diagnosis PIS atau perdarahan subarakhnoid sebab hanya 10% kasus
stroke oklusif disertai gejala tersebut. Kejang jarang dijumpai pada saat onset PIS.6
2.6. Antikoagulan
Antikoagulan adalah obat yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah
dengan jalan menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Antikoagulan
diperlukan untuk mencegah terbentuk serta meluasnya trombus dan emboli, obat
golongan ini juga diperlukan untuk mencegah bekunya darah in vitro pada
pemeriksaan laboratorium dan transfusi. Antikoagulan oral dan heparin
menghambat pembentukan fibrin dan digunakan secara profilaktik untuk
mengurangi insiden tromboemboli terutama pada vena. Kedua macam antikoagulan
ini juga bermanfaat untuk pengobatan trombosis arteri karena mempengaruhi
pembentukan fibrin yang diperlukan untuk mempertahankan gumpalan trombosit.
Pada trombus yang sudah terbentuk, antikoagulan hanya mencegah membesarnya
trombus dan mengurangi kemungkinan terjadinya emboli, tetapi tidak memperkecil
trombus.7
Penggolongan obat-obatan ini yaitu:7
a. Golongan heparin, mencakup senyawa-senyawa yang diberikan secara
parenteral (heparin dan heparin berbobot rendah) dan senyawa-senyawa yang
diberikan secara oral (warfarin dan dikumarol),
b. Inhibitor thrombin langsung
c. Lain-lain.
6
Konsiderasi pertama untuk managemen kegawatdaruratan terhadap perdarahan
intraserebral terkait antikoagulan adalah dengan menghentikan terapi antikoagulan.
Tekanan darah harus di kontrol dengan mempertahankan tekanan sistolik di bawah
160 mmHg, walaupun hanya mempunyai bukti yang sedikit untuk mendukung
target tekanan darah.2
7
DAFTAR PUSTAKA
1. Eduardo Sabate, Sunil Wimalaratna. Priority Medicines for Europe and the
World "A Public Health Approach to Innovation. WHO. 2004
3. Jody Corey-Bloom, Ronald B. David. Clinical Adult of Neurology 3rd ed. New
York: Demosmedical: 2009.p. 270-279.
4. Baehr M, Frotscher M. Duus’: Topical Diagnosis in Neurology. 4th revised
edition. New York: Thieme. 2007.p.417-479.
5. Lewis B. Morgenstern. Guidelines for the Management of Spontaneous
Intracerebral Hemorrhage. September 2010 .p. 2109-2124