Flow Control PDF
Flow Control PDF
FLOW CONTROL
PRAKTIKAN :
1. Billy Aprianto/0906635495
2. Davin Philo/0906556906
3. Johan Sebastian/0906515345
4. M. Normansyah/0806459835
5. Susatyo Adi/0806339345
Daftar Isi......................................................................................................................... 1
Bab I PENDAHULUAN............................................................................................... . 2
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 2
1.2 Tujuan Percobaan..........................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah......................................................................................... 2
1.4 Landasan Teori..............................................................................................3
Bab II STUDI PUSTAKA.............................................................................................. 13
2.1 Prosedur Percobaan....................................................................................... 13
2.2 Data Pengamatan.......................................................................................... 13
Bab III METODOLOGI ................................................................................................. 16
Bab IV HASIL & PEMBAHASAN ............................................................................... 28
4.1 Analisis Percobaan..................................................................... .................. 28
2.4 Analisis Perhitungan dan Hasil..................................................................... 30
4.3 Analisis Grafik .............................................................................................. 33
4.4 Analisis Kesalahan ....................................................................................... 34
Bab V PENUTUP (KESIMPULAN) ............................................................................. 36
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 38
Untuk melakukan proses pengendalian laju alir udara yang optimal, dengan
metode yang dapat beradaptasi dengan cerdas terhadap setiap perubahan sifat dari
sistem yang ada, perlu dibuat suatu simulasi pengendalian laju alir udara dalam skala
laboratorium dengan menggunakan metode yang mampu membaca dan mengenali
kondisi input dan output dari sistem yang tersedia, serta mampu beradaptasi dengan
fleksibel, sehingga dapat memberikan pengendalian yang lebih baik.
Secara umum, terdapat tujuh tujuan utama dari kontrol proses, yakni: (1)
keamanan dan keselamatan kerja (safety); (2) perlindungan lingkungan (environmental
protection); (3) perlindungan alat (equipment protection); (4) operasi yang mulus dan
laju produksi yang tinggi (smooth operation and production rate); (5) kualitas produk
(product quality); (6) keuntungan (profit); (7) monitoring dan diagnosis.
Laju alir dapat mempengaruhi ketujuh hal di atas, tetapi umumnya, pengaturan
laju alir harus dilakukan karena mempengaruhi masalah:
1. Safety. Laju alir yang tidak sesuai pada proses, misalnya laju alir yang terlalu
tinggi pada valve, bisa menyebabkan kebocoran pada alat, mengeluarkan zat
beracun, dan mengganggu kesehatan manusia di sekitarnya.
Biasanya, pada sebuah industri alat sudah ada sehingga karakteristik dinamis dan
statis dari suatu proses harus dibuat agar pengontrolan laju alir bisa terjadi. Karena
karakteristik respon dinamis dari perubahan laju alir terhadap waktu dan faktor-faktor
lainnya, maka pengaturan laju alir tidak bisa dilakukan secara sederhana (ON-OFF
Control), melainkan harus dengan algoritma tertentu, misalnya PID (Proportional,
Integral, Derivative). Diketahui bahwa menentukan karakteristik proses dan PID
Controller sangat dibutuhkan untuk pengaturan laju alir pada skala laboratorium
maupun skala industri. Di samping itu, Laboratorium Proses Pengendalian Teknik
memiliki salah satu alat kontrol yaitu Flow Control. Mengingat pentingnya pengaturan
laju alir dan PID Controller serta ketersediaan alat pada laboratorium, kami melakukan
percobaan berjudul “Pengaturan Laju alir (Flow Control)”.
Flow control (pengaturan laju alir) adalah salah satu hal yang penting dalam industri. Laju
alir, disamping temperatur, komposisi, laju alir, dan ketinggian cairan, adalah variabel
penting yang harus dikendalikan agar proses berjalan dengan baik. Pada bagian ini, akan
dijelaskan sistem kontrol lup tertutup sebagai dasar pengaturan proses secara umum dan
pengaturan laju alir secara khusus, komponen-komponen sistem kontrol, pemodelan
mekanistik dan pemodelan empirik, dan algoritma pengaturan laju alir, khususnya dengan
algoritma PID (Proportional, Integral, Derivative).
2.2.2 Controller
Controller merupakan pusat dari sistem kontrol dan pembuat keputusan.
Pembuatan keputusan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Pengendalian Proses | Flow Control 6
1. Mengubah set point ke tegangan tertentu, VR;
2. Menghitung error, ε(t) = VR – V(t) ;
3. Menghitung daya yang diperlukan dan mengirim sinyalnya, P(t), ke final
element.
Ada 2 jenis aksi controller, yaitu: aksi berlawanan (reverse action), di
mana controller akan mengurangi sinyal outputnya bila harga output naik; aksi searah
(direct action), di mana controller akan meningkatkan sinyal outputnya.bila harga
output naik.
2.2.3 Proses
Proses merupakan bagian yang memerlukan pengontrolan. Proses bisa berupa
proses kimia maupun fisika dan pada bagian ini, variabel tertentu seperti: laju alir,
temperatur, atau laju alir dikontrol besarnya agar sesuai dengan yang diinginkan.
2.2.5 Recorder
Recorder merupakan sistem pencatatan dari perubahan yang ada dan recorder
tidak diikutsertakan dalam perhitungan.
Kedua pemodelan ini dilakukan dengan pendekatan yang umum, yakni pendekatan
First-Order-Plus-Dead-Time (FOPDT) dan pendekatan orde tinggi.
( ) (2.3)
Nilai gain (Kp), dead time (θ), dan konstanta waktu (τ), dapat ditentukan
Metode penentuan FOPDT dengan model empirik terbagi lagi menjadi dua
metode, yang dijelaskan sebagai berikut.
Metode I
Metode I dilakukan sebagai berikut dan diilustrasikan pada Gambar 2.2.
1. Menghitung KP dengan persamaan:
(2.4)
di mana ∆ adalah besar perubahan respon dan δ adalah besar perubahan input.
2. Menghitung τ dengan persamaan:
Pengendalian Proses | Flow Control 8
(2.5)
di mana s adalah slope maksimum yang dicari dari garis singgung Process
Reaction Curve (PRC) yang paling tegak.
3. Menentukan dead time (θ) dari kurva.
Metode II
Metode III dilakukan sebagai berikut dan diilustrasikan pada Gambar 2.3.
1. Menghitung KP dengan Persamaan (2.4).
2. Menghitung τ dengan persamaan:
( ) (2.6)
di mana t63% adalah waktu yang diperlukan untuk mencapai 63% respon
maksimum dan t28% adalah waktu yang diperlukan untuk mencapai 28% respon
maksimum.
3. Menentukan dead time (θ) dengan persamaan:
(2.7)
Gambar 2.2 Penentuan Konstanta gain (Kp), Dead time (θ), dan Konstanta waktu (τ)
dengan Metode I FOPDT
4. Dari K. Ogata, diketahui bahwa proses dinamik akan stabil jika 14/9 > KP
> 0. Perbedaan kestabilan pada saat KP bernilai 1.2 (stabil) dan bernilai 1.6
(tidak stabil) diberikan pada Gambar 2.6.
(a)
(b)
Gambar 2.6 Plot Keluaran Terhadap Waktu pada: (a) KP = 1.2; (b) KP = 1.6
dengan τI adalah konstanta integral time atau reset time dalam satuan menit.
Konstanta ini merupakan parameter yang dapat diatur dan kadang-kadang
mengacu sebagai minutes per repeat. Dalam industri yang digunakan sebagai
acuan adalah kebalikan dari konstanta waktu yang dikenal sebagai reset rate.
Ciri khas dari PI Controller adalah
1. Output (pada Gambar 2.7 adalah c(t)) berubah selama error tidak sama
dengan nol. Oleh karena sifat inilah, pengontrol ini dapat menghilangkan
error bahkan pada kondisi error yang kecil.
(a) (c)
(b) (d)
Gambar 2.9. Perbedaan Respon pada: (a) Tanpa Kontrol; (b) P Control dengan KP = 2;
(c) I Control dengan KI = 1; (d) PI Control dengan KP = 2, KI = 1
(a)
dengan τD adalah konstanta derivative time dalam satuan menit. Karakteristik tambahan
dengan adanya derivative control dikenal sebagai rate time (konstanta waktu derivatif).
PID Controller memiliki transfer function sebagai sebagai berikut :
( ) (2.20)
PID Control bisa disusun seri dan paralel. Persamaan matematis untuk PID seri
adalah:
( )
( ) ( ( ) ∫ ( ) ) (2.21)
( ) ( ) ( ) ( ) (2.23)
( ) ( ) ( ) ( ) (2.25)
( ) ( ) ( ) ( ) (2.26)
Gambar 2.11 Respon PID Controller Terhadap Perubahan Beban dengan Variasi Rate Time
PID Control digunakan pada dua jenis proses yang sangat sulit
pengontrolannya, di mana PI Control tidak lagi memadai, yaitu: proses dengan beban
berubah dengan sangat cepat dan proses yang memiliki kelambatan yang besar antara
tindakan korektif dan hasil yang muncul dari tindakan tersebut. Aksi PID Control
memiliki beberapa kelemahan seperti berikut ini :
Pengendalian Proses | Flow Control 19
1. Untuk respon dengan error konstan dan tidak nol, kontroler ini tidak
memberikan aksi;
2. Untuk respon yang bergejolak dengan error yang hampir nol, kontroler ini
dapat memperoleh nilai derivatif yang besar, yang menghasilkan aksi kontrol
yang besar, meskipun seharusnya tidak diperlukan.
Walaupun memiliki kelemahan di atas, PID Control memiliki beberapa
kelebihan:
1. Mengadopsi kelebihan P Control, yaitu memperbaiki respon transien. KP
mengurangi rise time, tetapi tidak menghilangkan steady state error (SSE).
2. Mengadopsi kelebihan I Control, yaitu menghilangkan steady state error (SSE).
KI menghilangkan SSE, tetapi membuat transisent response lebih buruk
3. Mengadopsi kelebihan D Control, yaitu memberikan efek redaman. KD
meningkatkan stabilitas sistem, mengurangi overshoot dan meningkatkan
transient response.
Respon dinamik pada berbagai jenis kontrol diberikan pada Gambar 2.12.
3. Memasukkan nilai L dan T ke Tabel 2.3 untuk mendapatkan nilai KP, τI, dan τD
Tabel 2.3 Penentuan Nilai KP, τI, dan τD pada Metode Ziegler-Nichols I
Tipe alat kontrol KP τI τD
P T/L 0
PI 0.9T/L L/0.3 0
PID 1.2T/L 2L 0.5L
Tabel 2.4 Penentuan Nilai KP, τI, dan τD pada Metode Ziegler-Nichols II
Tipe alat kontrol KP τI τD
P 0.5 Kcr 0
PI 0.45 Kcr Pcr/1.2 0
PID 0.6 Kcr 0.5 Pcr 0.125 Pcr
Sudah Tidak
stabil?
Ya
Gambar 3.3. Unit Controller: Tampak Depan (Kiri), Tampak Samping (Kanan)
Berikut adalah gambar atau skema dari keseluruhan alat flow control.
1. Masukkan harga P, I, D sesuai dengan P action, PI action dan PID action yang
sudah dihitung di atas.
2. Untuk masing-masing jenis kontrol, lakukan step input, dengan cara
memasukkan nilai SV tertentu.
3. Perhatikan hasil pada grafik, terutama perbedaan antara ketiga kontrol.
4. Analisis, lalu simpulkan perbedaan karakteristik kontrol P, I, dan D, melalui
analisis hasil ketiga kontrol di atas.
Pada percobaan ini, dilakukan beberapa pengamatan, maka data yang diperoleh pun harus
diolah secara bertahap untuk mencapai tujuan yang diinginkan, berikut proses pengolahan data
yang dilakukan :
Kemudian setelah diamati kondisi karakteristik kontrol dengan dua kondisi tersebut,
maka langkah selanjutnya adalah pengamatan terhadap pemberian step response atau
pemberian jarak nilai SV yang cukup besar sehingga terlihat adanya jangka waktu tertentu
pada grafik yang diperoleh. Pada langkah ini, nilai SV diatur terlebih dahulu menjadi nilai
400 L/jam terlebih dahulu dan diperoleh nilai MV sebesar 45 %, kemudian diinginkan nilai
MV sebesar 90%, maka nilai MV pun dimasukkan sebesar 90%, kemudian diperhatikan
nilai PV yang terjadi, di mana diperoleh nilai PV sebesar 368 L/jam. Hasil yang diperoleh
yaitu :
Setelah sistem diamati pada kondisi pemberian step input tersebut, maka langkah
selanjutnya adalah memperhatikan pengaruh pemberian variabel pengganggu (Disturbance
Berdasarkan gambar tersebut, maka dapat dilihat adanya perubahan pada nilai PV dengan
diberikannya faktor pengganggu tersebut.
Langkah selanjutnya adalah membuat model dari hasil yang telah diperoleh. Untuk
dapat membuat model tersebut, maka perlu ditentukan terlebih dahulu nilai PV0 sebagai nilai
awal dari sistem dan nilai PVakhir dari sistem untuk dapat melihat bagaimana karakteristik
sistem dan metode pendekatan manakah yang dapat digunakan untuk membuat model
sistem. Berdasarkan percobaan sebelumnya, maka ditetapkan nilai PV0 adalah 375 L/jam
dan PVakhir adalah 420 L/jam, penetapan tersebut dilakukan agar semua data yang telah
diperoleh sebelumnya tercakup di dalam suatu rentang PV yang ditetapkan tersebut. Berikut
hasil yang diperoleh dari pengaturan nilai SV untuk memperoleh nilai PV0 dan nilai PVakhir
tersebut :
Melihat gambar yang telah diperoleh, dapa dilihat sistem memiliki faktor waktu tunda atau
dead time dan juga sistem memiliki konstanta statis dalam proses berdasarkan grafik yang
diperoleh, maka sistem dapat dibuat pemodelan persamaan alihnya dengan menggunakan
pendekatan FOPDT (First Order Plus Dead Time) yang menggambarkan bahwa sistem
merupakan sistem berorde satu. Langkah awal membuat pemodelan persamaan fungsi alih
adalah menggambarkan respon laju alir yang telah diperoleh pada percobaan dengan
persamaan FOPDT yaitu :
( ) ( )
( )
(4.1)
( )
di mana PV(s) adalah process variable atau process value (pada eksperimen adalah laju alir,
p(s) adalah fungsi alih laju alir atau proses, MV(s) adalah manipulated variable atau
manipulated value (pada eksperimen adalah bukaan valve yang menggambarkan perubahan
laju alir), v(s), yang dinyatakan dalam persentase atau nilai tak berdimensi dan semua
variabel tersebut dinyatakan dalam domain transformasi Laplace. Dengan menggunakan
Metode II dari Pendekatan FOPDT, nilai gain atau konstanta statis proses, K, dapat dihitung
sebagai:
Δ ()
(4.2)
Δ ()
( )
( )
Karena kecepatan printer adalah 10 mm/menit (0,167 mm/s), maka konstanta waktu, , dapat
dihitung sebagai:
Pada eksperimen, v(t) = 0.178 – 0.70 = -0.522 (step input). Hasil Transformasi Laplace dari
v(t) adalah -0.522/s, sehingga Persamaan (4.5) menjadi:
( ) (4.6)
( )
Invers Transformasi Laplace dari p(s) menghasilkan p(t). Karena p(0) = PV0 = 0.375 kgf/cm2,
maka hasil invers adalah:
( ) ( ) (4.7)
di mana t dinyatakan dalam detik dan p dalam kgf/cm2. Kemudian persamaan fungsi alih
tersebut menjadi dasar dalam pembuatan grafik untuk melakukan perbandingan terhadap
hasil ekesperimen dengan hasil teoritis, yaitu sebagai berikut :
0.42
0.41
p (kgf/cm2)
0.4
pendekatan FOPDT
0.39
eksperimen
0.38
0.37
0.36
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
t (s)
Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, maka dapat dilihat bahwa pendekatan yang
dilakukan dalam membuat fingsi alih yaitu pendekatan FOPDT dapat dikatakan sebagai
langkah pendekatan yang sesuai dengan sistem, di mana hasil yang diperoleh sesuai dengan
model dengan tingkat ketelitian yang cukup tinggi.
4.2. Penentuan Parameter Proporsional, P, Integral Time, τI, dan Derivative Time, τD,
untuk P Control, PI Control, dan PID Control
Pada tahap ini, praktikan diminta untuk menentukan bagaimana nilai pengontrolan yang
baik dengan menggunakan Tunning PID, di mana dalam hal ini, parameter yang dijadikan
sistem kontrol adalah P (proporsional), I (Integral Time), dan D (Derivative Time). Langkah
yang dilakukan adalah mengembalikan kondisi sistem pada nilai SV sebesar 400 L/jam
terlebih dahulu, kemudian dibiarkan hingga sistem stabil terlebih dahulu. Setelah itu
dilakukan pengamatan terhadap nilai parameter awal P, I, dan D. Setelah diamati, diperoleh
nilai parameter awal yaitu :
P sebesar 76,0
I sebesar 6,0
D sebesar 0,0
Kemudian variabel berikutnya adalah variabel periode osilasi pada saat parameter P=5,0
yang dihitung dengan periode dari jarum penunjuk pada orifice plates untuk menempuh satu
Tabel 4.1 Penentuan Parameter KP, τI, dan τD pada Metode Ziegler-Nichols II
Kp τI τD
P action 0.5 Pu = 10 327.6* 0**
PI action 0.45 Ku = 9 0.83 Pu =2.7141 0**
PID action 0.6 Ku = 12 0.5 Pu = 1.635 0.125 Pu = 0.40875
Keterangan:
*
Nilai ini adalah nilai maksimum integral time alat;
**
Nilai ini adalah nilai minimum derivative time alat.
Nilai parameter-parameter tersebutlah yang akan digunakan untuk melakukan kontrol pada
sistem, di mana nilai parameter pada tipe PID yang akan digunakan pada tahap percobaan
selanjutnya. Berikut parameter-parameter KP, τI, dan τD yang akan digunakan pada tahap
selanjutnya :
Tabel 4.2. Parameter-parameter KP, τI, dan τD untuk perbandingan kontrol PID, PI, dan P.
Ku 20,0
Pu (s) 3.27
Tipe alat kontrol KP PB τI τD
PID 0.6 Ku = 12 5,0 0.5 Pu = 1.635 0.125 Pu = 0.40875
PI 12 5,0 1.635 0**
P 12 5,0 327,6* 0**
Keterangan:
*
Nilai ini adalah nilai maksimum integral time alat;
**
Nilai ini adalah nilai minimum derivative time alat.
Gambar 4.8. Cara menghitung Decay Ratio, Overshoot, dan Settling Time dari pembacaan grafik.
Dari gambar di atas, kita bisa mengetahui bagaimana cara menghitung overshoot, settling
time, dan decay ratio.
Berikut disajikan tabel perhitungan untuk masing-masing jenis kontrol untuk membandingkan
karakteristik masing-masing parameter :
Tabel 4.3. Perhitungan Decay Ratio, Settling Time, Overshoot, dan Offset dengan pada control PID, PI, dan P.
Settling Time
Overshoot
Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Decay Ratio, Settling Time, Overshoot, dan Offset dengan pada control PID, PI, dan P.
Kontrol
Besaran
PID PI P
Mendekati
Decay Ratio 0.73 0.45
nol
Settling Time 15 18 6
Overshoot 0.111 0.129 0.092
Offset - - 0.025
Pembahasan
Menurut hasil yang kami dapatkan, nilai Decay ratio yang paling baik adalah pada uji
PID, karena didapati pada grafik nilainya hampir berharga nol, semakin kecil decay ratio
semakin baik, yang berarti semakin cepat keadaannya stabil. Pada nilai settling time, pada tabel
ditunjukan bahwa penghilangan I akan berpengaruh pada lamanya settling time. Pada uji P saja,
nilai settling time yang kami dami dapat sudah baik. Nilai settling time ini akan mengecil jika
dilakukan kontrol D. Pada bagian overshoot, nilai yang paling baik adalah nilai dari uji PID,
karena kami mendapati niliat overshoot yang paling kecil, yang juga menandakan kestabilan
jalannya proses.
Kami juga melakukan uji P dengan set value yang berbeda-beda. Hasil yang kami
dapatkan adalah seperti gambar di bawah ini. Kami mendapatkan steady state error, dimana nilai
PV yang kami dapat tidak sesuai dengan set value yang kami sudah tetapkan.
Gambar 4.4. Hasil uji P dengan nilai step input yang berbeda-beda.
Pengaruh P pada percobaan ini tidak dapat diamati karena kami tidak merubah
variariabel kontrol P.
Pengaruh I adalah mengurangi decay ratio dan menghilangkan steady state error.
I juga menambahkan overshoot dan menambahkan settling time, serta
menghilangkan offset.
Pengaruh D adalah mempercepat settling time dan menurunkan overshoot.
Menurut analisa hasil percobaan kelompok kami, control yang paling baik adalah control
PID, karena beberapa hal di bawah ini:
Nilai decay ratio dan overshoot minimal. Hal ini menunjukan bahwa control ini
berdampak kea rah system yang lebih stabil.
Settling time tidak besar, berarti tidak membutuhkan waktu lama untuk mencapai
keaddaan steady state.
Tidak terdapat offset, nilai set value bisa dicapai.
Bentuk dari diagram blok yang menggambarkan sistem kontrol yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
Variabel :
Dari gambar di atas, dapat dibuat suatu fungsi ahli untuk sistem secara keseluruhan :
Respon sistem terhadap gangguan, tanpa adanya error atau set point (SP =0) :
( )
( ) ( ) ( ) ( ) ( )
Respon sistem terhadap error atau set point, tanpa adanya gangguan :
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( ) ( )
( ( ) ( ) ( ) ( ) ( ))
( ) ( ) ( ) ( )
( )
Bila ( ) ( ) ( ) , maka , sehingga pengaruh gangguan dapat ditekan.
( )
PENUTUP (KESIMPULAN)
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal yang dapat
disimpulkan, antara lain :
1. Pada suatu sistem kontrol, kontrol secara manual akan menghasilkan respon cepat,
namun tidak stabil, sedangkan kontrol secara otomatis akan menghasilkan respon yang
lebih lambat, namun lebih stabil.
2. Secara umum, ada 2 variabel yang bisa menjadi input terhadap sistem kontrol, yaitu
manipulated variable (MV) dan disturbances variable (DV).
3. Fungsi dari sistem flow control yang dilakukan dapat diasumsikan memenuhi pendekatan
first order plus dead time (FOPDT).
4. Berdasarkan percobaan, fungsi FOPDT yang didapat adalah :
( ) ( )
5. Pada setiap sistem kontrol, khususnya sistem kendali otomatis terdapat suatu kondisi
optimum berkaitan dengan tunning parameter-parameter kendali proportional,
integrative, dan derivative. Dalam hal ini, terdapat berbagai tunning yang sering
digunakan, salah satunya adalah tunning Ziegler-Nichols II yang digunakan pada
percobaan ini.
6. Berdasarkan tunning Zieger-Nichols II, didapatkan kondisi tunning optimum sebagai
berikut :
Kp τI τD
P action 10 327.6* 0**
PI action 9 2.7141 0**
PID action 12 1.635 0.40875
Keterangan:
*
Nilai ini adalah nilai maksimum integral time alat;
**
Nilai ini adalah nilai minimum derivative time alat.
( ( ) ( ) ( ) ( ) ( ))
( ) ( ) ( ) ( )
Marlin, Thomas E. 2000. Process Control: Designing Processes and Control Systems for
Dynamic Performance, 2nd Editon. Boston: McGraw Hill.
Setiawan, Iwan. 2006. Kontrol PID Untuk Proses Industri. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Tim Dosen Departemen Teknik Gas dan Petrokimia Universitas Indonesia . 1995. Petunjuk
Praktikum Proses dan Operasi Teknik II. Depok: Teknik Gas dan Petrokimia Universitas
Indonesia.
Wahid, Abdul dan Rudy Gunawan. Metode Korelasi Baru Pada Penyetelan Pengendali PID
Dengan Metode Pendekatan Model Empirik FOPDT
(staff.ui.ac.id/internal/132137844/publikasi/sntpk7-tuningpid.pdf) diakses pada 22 Desember
2011.