Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan


1.1.1. Menghitung kecepatan perpindahan panas
1.1.2. Menghitung temperatur rata-rata logaritmus (LMTD)
1.1.3. Koefisien perpindahan panas keseluruhan (UD)
1.1.4. Mengetahui perbandingan arus aliran searah dengan berlawanan
arah
1.1.5. Menentukan bilangan Nusselt, Reynold dan Prandelt

1.2. Dasar Teori


1.2.1. Perpindahan Panas
Perpindahan panas didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari
satu daerah ke daerah lain sebagai akibat dari beda suhu antara daerah
tersebut. Dalam beragam aplikasi diperlukan untuk memindahkan panas dari
fluida yang panas ke fluida yang dingin dan berbagai bentuk alat penukar panas
telah dikembangkan untuk tujuan tersebut. Perpindahan panas dikenal dangan 3
cara, yaitu sebagai berikut :
a. Perpindahan Panas Konduksi
Jika dalam suatu bahan kontinu terdapat gradien (landaian)
suhu, maka kalor akan mengalir tanpa disertai oleh sesuatu gerakan
zat. Aliran kalor seperti ini disebut konduksi atau hantaran.
Perpindahan panas secara konduksi dapat berlangsung dengan media
gas, cairan, atau padatan. Jika media untuk perpindahan panas
konduksi berupa gas yang suhunya tinggi, molekul – molekul gas
yang akan bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari pada molekul
gas yang suhunya lebih rendah.
b. Perpindahan Panas Konveksi
Bila arus atau partikel – partikel makroskopik fluida melintas
suatu permukaan tertentu, seperti umpamanya, bidang batas suatu
volume kendali, arus itu akan ikut membawa serta sejumlah tertentu
entalpi. Aliran entalpi demikian disebut konveksi.
Perpindahan panas secara konveksi dapat berlangsung dengan
media cairan atau gas yang suhunya lebih tinggi mengalir ke tempat
yang suhunya lebih rendah, memberikan panasnya pada permukaan
yang suhunya lebih rendah.
Perpindahan panas konveksi terbagi menjadi dua jenis yaitu :
1. Konveksi Alami (Bebas)
Konveksi alami (konveksi bebas) terjadi karena fluida
bergerak secara alamiah dimana pergerakan fluida tersebut lebih
disebabkan oleh perbedaan massa jenis fluida akibat adanya
variasi suhu pada fluida tersebut. Logikanya, kalau suhu fluida
tinggi, tentunya dia akan menjadi lebih ringan dan mulai
bergerak keatas.
Aplikasi konveksi alami seperti proses pemanasan air
menggunakan pemanas listrik juga mirip dengan kasus di atas.
Elemen pemanas memiliki suhu yang lebih tinggi sedangkan air
yang berada di sekitarnya memiliki suhu yang lebih rendah.
Karena terdapat perbedaan suhu, maka kalor mengalir dari
elemen pemanas menuju air yang menempel dengannya.
Perpindahan kalor dari elemen pemanas menuju air terjadi
secara konduksi. Sebaliknya, proses perpindahan kalor dalam
air terjadi secara konveksi. arus konveksi udara yang membantu
asap bergerak naik atau cerobong asap.
2. Konveksi Paksa
Konveksi paksa terjadi karena bergeraknya fluida bukan
karena faktor alamiah. Fluida bergerak karena adanya alat yang
digunakan untuk menggerakkan fluida tersebut, seperti kipas,
pompa, blower dan sebagainya. Pengaplikasian konveksi paksa
seperti sistem suplai air panas. Prinsip kerjanya adalah air panas
di dalam ketel naik ke bagian atas tangki penyimpan. Air dingin
di dalam tangki utama kemudian turun menuju ke ketel untuk
dipanaskan. Tangki utama dihubungkan ke suplai air dingin
oleh katup yang dikendalikan oleh pelampung. Jika ketinggian
air di dalam tangki utama berada di bawah ketinggian minimum
tertentu, maka pelampung akan membuka katup suplai air. Pipa
luapan berfungsi mengalirkan luapan air panas yang dihasilkan
ke dalam tangki utama.
Dalam menentukan nilai koefisien perpindahan kalor
secara konveksi perlu diperhatikan beberapa parameter tak
berdimensi. Adapun beberapa parameter tak berdimensi
tersebut seperti :
1) Bilangan Reynold
Bilangan reynold merupakan besaran fisis yang tidak
berdimensi. Bilangan ini dipergunakan sebagai acuan dalam
membedakan aliran laminar, transisi dan turbulen disatu pihak,
dan dilain pihak dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk
mengetahui jenis-jenis aliran yang berlangsung. Utuk
menentukan nilai dari bilangan reynold digunakan :
DG
Re =
μ
Dimana :
Re = Reynold Number
D = Diameter pipa
G = Laju alir massa
µ = Viskositas

2)

c. Perpindahan Panas Radiasi


Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan energi
melalui ruang oleh gelombang – gelombang elektromagnetik
Perpindahan panas radiasi berlangsung elektromagnetik dengan
panjang gelombang pada intervel tertentu. Jadi perpindahan panas
radiasi tidak memerlukan media, sehingga perpindahan panas radiasi
berlangsung diruang hampa udara.

1.2.2. Perubahan Energi Panas


Panas adalah salah satu bentuk energi. jika suatu zat menerima atau
melepas panas, maka ada dua kemungkinan yang terjadi
a. Panas Sensibel (sensible heat)
Apabila suatu zat menerima kalor sensible maka akan
mengalami peningkatan temperatur, namun jika zat tersebut melepas
kalor maka akan mengalami penurunan temperatur. Persamaan
panas sinsibel adalah sebagai berikut :
Q = m x Cp x ΔT
Keterangan :
Q = Energi panas yang dilepaskan atau diterima suatu zat
m = Massa zat yang mengalami perubahan temperatur
Cp = Kalor jenis zat
ΔT = Perubahan temperatur yang terjadi

b. Panas Laten (Latent heat)


Jika suatu zat menerima atau melepas panas, pada awalnya akan
terjadi perubahan temperatur, namun demikian hal tersebut suatu
saat akan mencapai keadaan jenuhnya dan menyebabkan perubahan
fase. Panas yang demikian itu disebut panas laten. Pada suatu zat
terdapat dua macam panas laten yaitu panas laten pembekuan atau
peleburan dan panas laten penguapan atau pengembunan. Panas
laten suatu zat biasanya lebih besar dari panas sensible. Hal ini
dikarenakan diperlukan energi yang besar untuk merubah suatu fase
suatu zat.
Secara umum panas laten mengunakan persamaan sebagai
berikut :
Q=mxλ
Keterangan :
Q = Energi yang dilepaskan atau diterima suatu zat
m = Massa suatu zat yang mengalami perubahan temperatur
λ = Panas laten

1.2.3. Heat Exchanger


Menurut Incropera dan Dewitt (1981), efektivitas suatu heat
exchanger didefinisikan sebagai perbandingan antara perpindahan panas
yang diharapkan (nyata) dengan perpindahan panas maksimum yang
mungkin terjadi dalam heat exchanger tersebut. Secara umum pengertian
alat penukar panas atau heat exchanger (HE), adalah suatu alat yang
memungkinkan perpindahan panas dan bisa berfungsi sebagai pemanas
maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai uap lewat
panas (super heated steam) dan air biasa sebagai air pendingin (cooling
water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas
antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi
karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung begitu saja.
Penukar panas sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak,
pabrik kimia maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi,pembangkit
listrik. Salah satu contoh sederhana dari alat penukar panas adalah radiator
mobil di mana cairan pendingin memindahkan panas mesin ke udara sekitar.
Prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan panas dari
dua fluida pada temperatur berbeda di mana transfer panas dapat dilakukan
secara langsung ataupun tidak langsung.
a. Secara Kontak Langsung,
Panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dingin melalui
permukaan kontak langsung berarti tidak ada dinding antara kedua
fluida. Transfer panas yang terjadi yaitu melalui interfase /
penghubung antara kedua fluida. Contoh : aliran steam pada kontak
langsung yaitu 2 zat cair yang immiscible (tidak dapat bercampur),
gas-liquid, dan partikel padat-kombinasi fluida.
b. Secara Kontak Tak Langsung
Perpindahan panas terjadi antara fluida panas dan dingin
melalui dinding pemisah. Dalam sistem ini, kedua fluida akan
mengalir.
Heat exchanger yang digunakan oleh teknisi kimia tidak dapat
dikarakterisasi dengan satu rancangan saja, perlu bermacam-macam
peralatan yang mendukung. Bagaimanapun satu karakteristik heat
exchanger adalah menukar kalor dari fase panas ke fase dingin
dengan dua fase yang dipisahkan oleh solid boundary.

1.2.4. Concentric Tube Heat Exchanger (Double Pipe)


Double pipe heat exchanger atau consentric tube heat exchanger
adalah alat pemanas yang dapat dibuat dari pipa yang panjang dan
dihubungkan satu sama lain hingga membentuk U. Cairan yang mengalir
dapat berupa aliran cocurrent atau countercurrent. Double pipe heat
exchanger merupakan alat yang cocok dikondisikan untuk aliran dengan
laju aliran yang kecil.
Exchanger ini menyediakan true counter current flow dan cocok
untuk extreme temperature crossing, tekanan tinggi dan rendah untuk
kebutuhan surface area yang moderat (range surface area: 1 – 6000 ft2).
Hairpin heat exchanger tersedia dalam :
- Single tube (double pipe) atau berbagai tabung dalam suatu hairpin shell
(multitube),
- Bare tubes, finned tube, U-Tubes,
- Straight tubes,
- Fixed tube sheets
Double pipe heat exchanger sangatlah berguna karena ini bisa
digunakan dan dipasang pada pipe-fitting dari bagian standar dan
menghasilkan luas permukaan panas yang besar.
Berdasarkan arah aliran fluida, Heat exchanger dapat dibagi menjadi
berikut:
1. Heat Exchanger dengan aliran searah (co-current/parallel flow)
Pertukaran panas jenis ini, kedua fluida (dingin dan panas) masuk pada
sisi heat exchanger yang sama, dan keluar pada sisi yang sama. Karakter
heat exchanger jenis ini, temperature fluida yang keluar, sehingga
diperlukan media dingin atau media pemanas yang banyak.

Gambar 1. Sketsa Heat Exchanger co-current/parallel flow

Gambar 2. Profil temperatur Heat Exchanger co-current/parallel flow

2. Heat Exchanger dengan aliran berlawanan arah (counter-current flow)


Heat exchanger jenis ini memiliki karakteristik kedua fluida (panas dan
dingin) masuk ke heat exchanger dengan arah berlawanan, mengalir dengan
arah berlawanan dan keluar heat exchanger pada sisi yang berlawanan.
Gambar 3. Sketsa Heat Exchanger counter-current flow

Gambar 4. Profil temperatur Heat Exchanger counter-current flow


Beberapa perhitungan pada alat Heat Excheanger (Double Pipe) :
1. Distribusi Temperatur pada Alat Perpindahan Panas Berbentuk Tabung
konsentris yang Sederhana
Perbedaan temperatur antara dua aliran bervariasi tergantung pada
posisi dalam alat perpindahan panas, data ditunjukkan bahwa antara dua
aliran fluida perbedaan temperature rata-rata logaritmik (LMTD)
dirumuskan :
(𝑡3−𝑡7)−(𝑡6−𝑡0)
LMTD= (𝑡3−𝑡7)
𝑙𝑛
(𝑡6−𝑡0)

Jadi, kecepatan perpindahan panas berbentuk tabung konsentris yang


sederhana.
Q = U x A x LMTD
Pada alat-alat Hilton water-water turbulen flow heat taransfer unit,
perpindahan panas telah dibagi menjadi tiga bagian dengan memisahkan
aliran panas dan dingin dengan batas intermediate (antara). Ini memudahkan
perhitungan kondisi temperatur intermediate.
a. Koefisien Perpindahan Panas Permukaan dalam Tube inti
hi = Q / (Ai x (LMTD)i)
b. Koefisien Perpindahan Panas Permukaan luar Tube inti
ho = (Ao x (LMTD)o)
2. Toleransi dari Koefisiensi Perpindahan Panas
Dengan meninjau temperatur dan kecepatan aliran massa dari kedua
aliran, hal-hal yang dapat dihitung :
a. Perpindahan panas dari air panas
Qi = mi x Cpi x (t3 – t6)
b. Perpindahan panas dari air dingin
Qi = mo x Cpi x (t1 - to)
3. Koefisien Transfer Panas Overall, U (Dinding Plat Datar)
Kecepatan transfer panas antara dua fluida melalui dinding pemisah
yang datar, dapat dihitung dengan persamaan:
Q = U . A. (Ta – Tb)
Koefisien perpindahan panas keseluruhan
U = Q / (Am x LMTD overall)
4. Log Mean Temperature Difference (LMTD)
Sebelum menentukan luas permukaan panas alat penukar kalor, maka
ditentukan dulu nilai dari ΔT . ΔT dihitung berdasarkan temperatur dari
fluida yang masuk dan keluar. Selisih temperatur rata-rata logaritmik
(Tlm) (logaritmic mean overall temperature difference-LMTD) depat
dihitung dengan formula berikut :
- Logaritmic Mean Temperature Difference (LMTD) antara air
panas dan permukaan dalam tube panas.
(𝑡3−𝑡1)−(𝑡2−𝑡10)
LMTDi= (𝑡3−𝑡1)
𝑙𝑛(𝑡2−𝑡10)
- Logaritmic Mean Temperature Difference (LMTD) antara air
dingin dan permukaan dalam tube panas.
(𝑡1−𝑡7)−(𝑡2−𝑡0)
LMTDo= (𝑡1−𝑡7)
𝑙𝑛(𝑡2−𝑡0)

- Logaritmic Mean Temperature Difference (LMTD) antara air


panas dan aliran air dingin
(𝑡3−𝑡7)−(𝑡2−𝑡0)
LMTD= (𝑡3−𝑡7)
𝑙𝑛
(𝑡2−𝑡0)

LMTD overall= LMTDi + LMTDo


BAB II
METODOLOGI

2.1. Alat dan Bahan


2.1.1. Alat yang Digunakan
1. Satu unit peralatan Heat Exchanger jenis Double Pipe
2. Satu buah stopwatch
3. Gelas ukur 100 mL
4. Gelas kimia 500 mL

2.1.2. Bahan yang Digunakan


1. Aquades
2. Air

2.2. Prosedur Percobaan


1. Mengalirkan aliran listrik dengan memasukkan steker ke sumber arus
listik untuk masing-masing alat pompa dan alat HE.
2. Menyalakan pompa dan menyalakan HE.
3. Mengatur kran kontrol aliran air searah (co-current flow)
4. Menyeting Cooling Water Flow meter pada posisi 34 g/s.
5. Menyeting High Flow untuk Hot Water actual pada posisi 3 L/min, 3,5
L/min, 4 L/min, 5 L/min, 6 L/min, 7 L/min, 8 L/min, 9 L/min.
6. Memutar kran temperatur pada posisi t1, dan setiap dicapai suhu yang
konstan dilanjutkan t2 sampai t9.
7. Mecatat data t0 sampai t9.
8. Melakukan hal yang sama untuk aliran yang berlawanan arah (counter
current) dengan High Flow Rate untuk Hot Water actual masing-
masing pada 2,5 L/min, 3,5 L/min, 4 L/min, 4,5 L/min, 5 L/min, 6
L/min, 7 L/min. Setelah melakukan percobaan, mematikan dan
memutuskan aliran listik pada pompa dan alat HE.
9. Melakukan hal yang sama untuk aliran yang berlawanan aarah (counter
current) dengan High Flow Rate untuk Cooling Water actual masing-
masing pada 30 g/s, 34 g/, 36 g/s, 38 g/s, 40 g/s, 42 g/s. High Flow Rate
untuk Hot Water actual konstan 3,5 L/min. Dengan setelaha melakukan
percobaan, mematikan dan memutuskan aliran listrik pada pompa dan
alat HE.
10. Membersikan alat percobaan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Data Pengamatan


3.1.1. Temperatur pada aliran Berlawanan Arah, Cold Fluid 30 g/s
Hot T (oC)
Fluid T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
2,75 29,5 46,6 39,2 51,1 50,0 48,4 45,5 40,9 37,4 34,3
3 29,5 46,6 39,1 50,9 49,8 48,0 45,4 40,6 37,4 34,0
3,5 29,6 46,3 38,7 50,2 49,6 47,9 45,6 40,7 37,1 34,1
4 29,5 46,3 39,2 49,7 49,2 47,6 45,4 40,7 37,3 34,2
4,5 29,5 45,9 38,9 49,4 48,8 47,3 45,3 40,6 37,7 34,1
5 29,5 45,8 39,6 48,9 48,3 47,0 45,4 40,6 37,4 34,5
5,5 29,5 45,7 39,4 48,5 48,1 46,8 45,2 40,8 37,1 34,3
6,5 29,5 45,6 39,9 48,2 48,1 46,8 45,7 40,9 37,6 34,6
7 29,5 45,6 39,9 47,9 47,6 46,9 45,0 40,8 37,6 34,3
7,5 29,5 45,3 39,8 47,5 47,5 46,4 44,8 40,5 37,5 34,4
3.1.2. Temperatur pada Aliran Searah, Cold Fluid 30 g/s
Hot T (oC)
Fluid T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
2,75 40,8 42,9 44,4 51,6 50,0 48,4 47,2 29,9 34,8 38,4
3 40,9 43,1 44,7 51,8 50,1 48,3 47,1 29,9 34,9 38,8
3,5 41,1 43,2 44,9 51,4 49,9 48,7 47,0 29,9 35,0 38,9
4 41,0 43,1 45,1 51,3 49,7 48,1 46,8 29,7 35,2 38,7
4,5 41,3 43,1 45,1 50,4 49,1 48,0 47,0 29,9 35,4 38,8
5 41,4 43,0 45,1 50,2 49,2 48,1 47,0 30,1 35,0 38,9
5,5 41,2 42,9 44,7 49,8 48,8 47,5 46,6 30,1 35,0 38,8
6,5 41,3 42,9 44,6 49,5 48,5 47,4 46,3 30,1 34,9 38,6
7 40,9 42,4 44,5 48,6 48,0 46,9 46,1 30,1 34,8 38,7
7,5 41,1 42,7 44,4 48,1 47,8 47,2 46,2 30,2 34,8 38,6
3.2. Data Perhitungan
3.2.1. Data Perhitungan Aliran Berlawanan Arah
Hot Qh Qc LMTD TAV tAV µ
Fluid (kal/det) (kal/det) (oC) (oC) (oC) (g/cm.s)
2,75 256,667 342 12,883 48,3 35,2 6x10-3
3 275 333 12,898 47,15 35,05 6x10-3
3,5 268,333 336 12,511 47,9 35,10 6,2x10-3
4 286,667 333 12,083 47,55 35,15 6,4x10-3
4,5 307,5 333 11,961 47,35 35,05 6,1x10-3
5 291,667 333 11,691 47,15 35,05 6,4x10-3
5,5 302,5 339 11,229 46,85 35,15 6,5x10-3
6,5 270,8 342,5 11,165 46,95 35,20 6,4x10-3
7 338,3 339 10,759 46,45 35,15 6,4x10-3
7,5 337,5 330 10,615 46,15 35,00 6,4x10-3

Hot K Pr Re Nu UD
Fluid (kal/scmoC)
2,75 1,535x10-3 3,9088 12314,86 74,283
3 1,535x10-3 3,9088 13435,37 79,643
3,5 1,535x10-3 4,0391 15168,10 88,917
4 1,530x10-3 4,1830 16795,06 97,829
4,5 1,535x10-3 3,9739 19822,68 109,432
5 1,530x10-3 4,1830 20991,93 116,940
5,5 1,530x10-3 4,2484 22737,61 125,434
6,5 1,530x10-3 4,1830 27289,76 144,252
7 1,530x10-3 4,1940 29390,72 153,231
7,5 1,526x10-3 4,1940 31489,16 161,923
3.2.2. Data Perhitungan Aliran Searah
Hot Qh Qc LMTD TAV tAV µ
Fluid (kal/det) (kal/det) (oC) (oC) (oC) (g/cm.s)
2,75 201,667 327 12,531 49,40 35,35 5,9x10-3
3 235 330 12,441 49,45 35,40 5,9x10-3
3,5 256,667 360 12,064 49,20 35,50 5,9x10-3
4 300 339 12,017 49,05 35,35 6x10-3
4,5 255 342 11,563 48,70 35,60 6,2x10-3
5 266,667 347,333 11,346 48,60 35,75 6x10-3
5,5 293,333 333 11,049 48,20 35,65 6x10-3
6,5 246,667 336 10,621 47,90 35,70 6,2x10-3
7 291,667 324 10,480 47,35 35,50 6x10-3
7,5 237,5 327 10,434 47,15 35,65 6,4x10-3

Hot K Pr Re Nu UD
Fluid (kal/scmoC)
2,75 1,539x10-3 3,834 12524,41 74,713
3 1,539x10-3 3,834 13663,09 80,099
3,5 1,539x10-3 3,834 15940,18 90,611
4 1,539x10-3 3,899 17913,92 100,152
4,5 1,535x10-3 4,039 19502,96 108,722
5 1,535x10-3 3,909 22392,20 119,848
5,5 1,535x10-3 3,909 24631,61 129,345
6,5 1,535x10-3 4,039 28170,86 145,907
7 1,544x10-3 3,886 31349,30 156,50
7,5 1,544x10-3 4,145 31489,16 161,163

3.3. Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai