Anda di halaman 1dari 23

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. 2
BAB I........................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ...................................... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................... Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 5
1.4 Manfaat Hasil Penulisan ....................................................................... 6
BAB II ...................................................................................................... 7
KERANGKA TEORI ............................................................................. 8
Penyebab dan faktor risiko terjadinya obesitas ................................ 10
BAB III................................................................................................... 11
PEMBAHASAN MASALAH............................................................... 12
3.1 Patofisiologi Obesitas ................................................................................. 13
3.2 Penyebab Obesitas ...................................................................................... 13
Kebutuhuan energi ............................................................................................ 14
3.3 Dampak Obesitas ...................................................................................... 16
3.4 Solusi Obesitas ........................................................................................... 20
BAB IV ................................................................................................... 22
PENUTUP.............................................................................................. 22
4.1 KESIMPULAN ........................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 23

1
KATA PENGANTAR

Makalah ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi tugas Remedial Course
mata kuliah Ilmu Gizi. Penulis memilih judul makalah ini dikarenakan obesitas
telah menjadi masalah yang serius di Indonesia dan tidak sedikit seseorang
meninggal akibat obesitas.
Obesitas atau kegemukan merupakan suatu keadaan fisiologis dimana
lemak disimpan secara berlebihan didalam jaringan tubuh. Seseorang dikatakan
mengalami obesitas bila berat badan melebihi 20% dari berat badan ideal. Obesitas
didefinisikan sebagai suatu kelebihan lemak dalam tubuh. Obesitas disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan energi, dimana energi terlalu
banyak dibanding kebutuhan atau pemakaian energi.
Penulis mengucapkan terima kasih pada Tuhan YME atas rahmat dan
karunia-Nya serta pada para pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Tidak lupa penulis mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca.

Surabaya , 26 januari 2019

Tim Penyusun

2
BAB I

1.1 Latar Belakang

Obesitas atau kegemukan merupakan suatu keadaan fisiologis dimana


lemak disimpan secara berlebihan didalam jaringan tubuh. Seseorang dikatakan
mengalami obesitas bila berat badan melebihi 10% dari berat badan ideal. Obesitas
adalah merupakan permasalahan sejak zaman dahulu kala. Keadaan ini merupakan
salah satu kelainan metabolisme yang paling lama tercatat dalam suatu sejarah
seperti terlihat pada sebuah patung tanah liat yang berasal dari zaman lebih kurang
22.000 SM. Patung tersebut menggambarkan seorang wanita setengah baya yang
obes. Obesitas kemudian masih selalu tercatat sepanjang sejarah, sejak zaman
Mesir dan Yunani purba, bahkan sampai sekarangpun tetap menjadi persoalan,
terutama dalam hal pengobatannya.
Obesitas menimbulkan berbagai dampak, baik dari segi psikososial
maupun masalah medis. Orang yang obes mempunyai banyak kesulitan dalam
melakukan aktivitas fisik sehari-hari dan orang yang obes pun mengeluarkan biaya
sehari-hari untuk pakaian dan makanan yang lebih besar dan dapat pula mempunyai
masalah dalam hubungan suami istri dan pada anak kecil sering ditemukan
persoalan identifikasi diri. Dari sudut medis penderita lebih sering untuk sakit.
Penderita obesitaspun mempunyai angka harapan hidup yang lebih rendah dari
populasi berat badan normal. Data New York Metropolitan life Insurance
menunjukkan bahwa pada kelompok umur 40-69 tahun yang obes ditemukan angka
kematian 42% lebih besar daripada rata-rata pada laki-laki dan 36% lebih besar
daripada rata-rata pada wanita. Bagi si penderita obesitas sendiri dapat pula timbul
rasa rendah diri, rasa tertekan, serta keputusasaan dan menimbulkan keinginan yang
besar untuk menjadi lebih ramping, yang terlihat dengan keinginan untuk menjalani
berbagai macam program diet.
Pengaruh globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan
industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup
masyarakat serta situasi lingkungannya. Perubahan tersebut tanpa disadari telah
memberi kontribusi terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin

3
meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular. Hasil Riset Kesehatan Dasar
tahun 2007 juga menunjukkan adanya peningkatan kasus penyakit tidak menular
secara cukup bermakna, menjadikan Indonesia mempunyai beban ganda. Derajat
kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, salah satunya status gizi
masyarakat. Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap negara, baik negara
miskin, negara berkembang dan negara maju. Negara miskin dan negara
berkembang cenderung dengan masalah gizi kurang (penyakit infeksi) dan negara
maju cenderung dengan masalah gizi lebih (penyakit degeneratif). Negara
berkembang seperti Indonesia mempunyai masalah gizi ganda yakni perpaduan
masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih.
Sebelum abad ke-20 , kegemukan jarang ditemui tetapi pada tahun 1997
WHO secara resmi menyatakan kegemukan sebagai epidemik global. WHO
menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia. Data yang dikumpulkan
dari seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi
overweight dan obesitas pada 10-15 tahun terakhir, saat ini diperkirakan sebanyak
lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita obesitas. Hingga 2005, WHO
memperkirakan secara global ada sekitar 1,6 miliar orang dewasa yang kelebihan
berat badan atau overweight dan 400 juta (9,8 %) di antaranya dikategorikan
obesitas. Pada Tahun 2015 diprediksi kasus obesitas akan meningkat dua kali lipat
dari angka itu. Angka kegemukan juga naik dengan bertambahnya usia setidaknya
hingga usia 50 sampai 60 tahun dan kegemukan berat di Amerika Serikat,
Australia, dan Kanada meningkat lebih cepat dibandingkan angka kegemukan
secara keseluruhan.
Di seluruh dunia, prevalensi kegemukan telah mengalami peningkatan
lebih dari dua kali lipat antara tahun 1980 hingga 2008. Pada tahun 2008, 10% pria
dan 14 % wanita di dunia mengalami obesitas. Diperkirakan 205 juta laki-laki dan
297 juta wanita di atas usia 20 tahun mengalami obesitas. Prevalensi tertinggi
berada di wilayah Amerika yaitu 62% untuk overweight dan 26% untuk obesitas
dan prevalensi terendah di wilayah Asia Tenggara yaitu 14% overweight dan 3%
obesitas. Di semua daerah perempuan cenderung lebih gemuk daripada laki-laki.
Di daerah Afrika, Mediterania Timur dan Asia Tenggara, perempuan memiliki dua
kali lipat prevalensi obesitas dari laki-laki.

4
Di Eropa, Inggris menjadi negara nomor satu dalam kasus obesitas pada
anak-anak, dengan angka prevalensi 36%. Disusul oleh Spanyol, dengan prevalensi
27% berdasarkan laporan Tim Obesitas Internasional (Cybermed, 2003). Masalah
obesitas meluas ke negara-negara berkembang misalnya, di Thailand prevalensi
obesitas pada 5-12 tahun anak-anak telah meningkat dari 12,2% menjadi 15,6%
hanya dalam dua tahun (WHO, 2003).
Prevalensi obesitas anak-anak usia 6 hingga 11 tahun sudah lebih dari dua
kali lipat sejak tahun 1960-an (WHO, 2003).
Sumber Euromonitor Internasional menyebutkan, di Asia-Pasifik, obesitas
meningkat pesat dan sejumlah negara diprediksi memiliki tingkat pertumbuhan
obesitas tercepat dari tahun 2010 hingga 2020 yakni, Vietnam 225 persen, Hong
Kong 178 persen, India 100 persen, Korea Selatan 80,7 persen, Selandia Baru 52
persen, dan Indonesia 50 persen.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,
prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk Indonesia berusia ≥ 15 tahun
adalah 10,3% terdiri dari (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan
prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan
pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10%
pada anak usia 5-17 tahun.
Berdasarkan data dari WHO tahun 2008, prevalensi obesitas pada usia
dewasa di Indonesia sebesar 9,4% dengan pembagian pada pria mencapai 2,5% dan
pada wanita 6,9%. Survei sebelumnya pada tahun 2000, persentase penduduk
Indonesia yang obesitas hanya 4,7% (±9,8 juta jiwa). Ternyata hanya dalam 8 tahun
prevalensi obesitas di Indonesia telah meningkat dua kali lipatnya. Indonesia masuk
urutan 10 besar obesitas di dunia dengan orang kegemukan berjumlah 40 juta orang.
Kegemukan, baik pada kelompok anak-anak maupun dewasa, meningkat hampir
satu persen setiap tahunnya.
Pada tahun 2010, prevalensi secara nasional di Indonesia adalah 14,0%,
terjadi peningkatan yang bermakna dibandingkan prevalensi kegemukan tahun
2007, yaitu 12,2% (Balitbangkes, 2010).
Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa, secara nasional masalah
gemuk pada anak usia 5-12 tahun masih tinggi, yakni, 18,8 persen, terdiri atas

5
gemuk 10,8 persen dan sangat gemuk (obesitas) 8,8 persen, sedangkan prevalensi
gemuk pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10,8 %, terdiri dari 8,3%
gemuk dan 2,5% sangat gemuk atau obesitas.
Prevalensi gizi lebih pada remaja 16-18 tahun mengalami peningkatan
yang signifikan dari tahun 2007 sebesar 1,4% menjadi 7,3 % pada tahun 2013
(Depkes, 2013).
Menurut data Susenas tahun 1995 dan 1998 di Sulawesi Selatan, angka
kegemukan cukup tinggi, yaitu dari 4,7% ke 6,22% dengan menggunakan indikator
BB/U median baku WHO-NCHS. Sedangkan prevalensi obesitas pada kelompok
umur 6-14 tahun berdasarkan Riskesdar 2007 di Sulawesi Selatan terdapat 7,4%
laki-laki dan 4,8% perempuan. Di provinsi Sulawesi Selatan, untuk prevalensi
obesitas sentral, Jeneponto merupakan urutan pertama kabupaten (22,5%) setelah
kota Pare-Pare (23,9%) dan kota Makassar (23,8%) lebih tinggi dari angka nasional
(18,8%) (Riskesdas, 2007).
Dapat disimpulkan bahwa obesitas telah menjadi masalah diberbagai
negara salah satunya di Indonesia. Hal ini menunjukkan jika masalah tersebut tidak
segera diatasi, maka beban pemerintah khususnya Departemen Kesehatan akan
semakin bertambah (Kanwil Depkes, 1998).

6
BAB II

Kata obesitas berasal dari bahasa latin yang berarti makan berlebihan.
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh
yang berlebihan. Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai
tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas. Obesitas
digolongkan menjadi 3 kelompok:

 Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%


 Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
 Obesitas berat : kelebihan
berat badan >100% (Obesitas berat
ditemukan sebanyak 5% dari antara
orang-orang yang gemuk).

Obesitas (kegemukan) adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan


lemak tubuh yang berlebih, sehingga berat badan seseorang jauh di atas normal dan
dapat membahayakan kesehatan. Definisi obesitas menurut para dokter adalah
suatu kondisi dimana lemak tubuh berada dalam jumlah yang berlebihan
dan suatu kondisi yang berhubungan dengan penyakit-penyakit lain serta dapat
menurunkan kualitas hidup. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara
energi yang masuk dengan energi yang keluar.

Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelebihan lemak dalam tubuh.


Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan
energi, dimana energi terlalu banyak dibanding kebutuhan atau pemakaian energi.
Kelebihan energi dalam tubuh disimpan dalam bentuk jaringan lemak pada keadaan
normal, jaringan lemak ditimbun dibeberapa tempat tertentu, diantaranya dalam
jaringan subkutan dan didalam jaringan tirai usus (omentum).

Penyebab dan faktor risiko terjadinya obesitas

7
Terdapat beberapa faktor yang bisa menyebabkan suatu obesitas.
Berdasarkan penyebab, obesitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1) Obesitas primer

Obesitas primer disebabkan terlebih karena asupan gizi yang terlalu


berlebihan. Biasanya pada orang yang sulit mengatur konsumsi
makanan.

2) Obesitas sekunder

Obesitas sekunder tidak dihubungkan dengan konsumsi makanan.


Obesiitas sekunder merupakan obesitas yang disebabkan oleh karena
suatu kelainan atau penyakit seperti hipotiroid, hipogonadisme,
hiperkortisolisme, dll.

Faktor risiko yang berkontribusi menyebabkan obesitas antara lain:

1) Faktor genetik

Beberapa penyakit keturunan yang sangat jelas terkait dengan obesitas


antara lain sindrom Prader-Willi dan sindrom Bardet-Biedel. Gemuk
atau kurus badan seseorang bergantung pada faktor DNA yang
merupakan komponen molekul dasar genetika yang tersusun atas
nukleotida-nukleotida. Remaja yang memiliki orang tua dengan badan
gemuk akan mewariskan tingkat metabolisme yang rendah dan
memiliki kecenderungan kegemukan bila dibandingkan dengan remaja
yang memiliki orang tua dengan berat badan normal. Peningkatan
insidensi obesitas pada sebagian besar kasus bukan merupakan faktor
genetik melainkan faktor eksternal yang berperan lebih besar.

2) Kuantitas dan kualitas makanan

Peningkatan konsumsi makanan olahan yang mudah dikonsumsi


menyebabkan pergeseran kebiasaan makan pada remaja. Makanan

8
tersebut yaitu makanan cepat saji (ready prepared food) dan makanan
cepat saji (fast food) yang mempunyai densitas energi yang lebih tinggi
daripada makanan tradisional pada umumnya, sehingga menyebabkan
energi masuk secara berlebihan.

3) Status sosial ekonomi

Pendapatan dari seseorang juga berpengaruh dalam terjadinya obesitas.


Seseorang dengan pendapatan yang besar dapat membeli makanan jenis
apa pun, baik itu makanan bergizi, makanan sehat, makanan tinggi
kalori seperti junk food, fast food, softdrink dan masih banyak lainnya.
Seseorang dengan pendapatan yang rendah cenderung mengkonsumsi
makanan yang kurang bergizi ataupun makanan kurang higienis yang
dapat menyebabkan suatu kondisi tubuh yang buruk untuk mereka.

4) Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi menyebabkan orang tidak melaksanakan kegiatan


secara manual yang memerlukan banyak energi. Orang yang
menggunakan kendaraan bermotor semakin banyak daripada orang
yang berjalan kaki atau bersepeda. Komputer, internet, dan video game
juga telah menjadi gaya hidup remaja belakangan ini sehingga akan
meningkatkan sedentary time dari remaja.

5) Lingkungan

Perilaku hidup sehari hari dan budaya suatu masyarakat akan


mempengaruhi kebiasaan makan dan aktivitas fisik tertentu.
Lingkungan keluarga sangat berperan dalam pola makan dan kegiatan
yang dikerjakan dalam sehari-hari. Hal ini juga berkaitan dengan
pendidikan di sekitar lingkungannya.

6) Aspek psikologis

9
Asupan makanan pada setiap individu, dapat dipengaruhi oleh kondisi
mood, mental, kepribadian, citra diri, persepsi bentuk tubuh, dan sikap
terhadap makanan dalam konteks sosial.

10
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

3.1 Patofisiologi Obesitas


Secara umum obesitas dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan kalori,
yang diakibatkan asupan energy yang jauh melebihi kebutuhan tubuh. Pada bayi
(infant), penumpukan lemak terjadi akibat pemberian makanan pendamping ASI
yang terlalu dini, terutama apabila makanan tersebut memiliki kandungan
karbohidrat, lemak, dan protein yang tinggi. Pada masa anak-anak dan dewasa,
asupan energy bergantung pada diet seseorang.
Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan dalam
bentuk jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh
faktor eksogen (obesitas primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor
endogen (obesitas sekunder) akibat adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek
genetik (meliputi 10%). Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh
hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu: pengendalian rasa lapar dan
kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi, dan regulasi sekresi hormon.
Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-
sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari
perifer (jaringan adipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat
anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat
pula bersifat katabolik (anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi
menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek
mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor
distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin
(CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan
oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan
keseimbangan energi.
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan
adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah.
Leptin kemudian merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan

11
produksi Neuro Peptide –Y (NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan.
Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi,
maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di
hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar
penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak
menyebabkan penurunan nafsu makan.
Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa pengontrolan nafsu makan
dan tingkat kekenyangan seseorang diatur oleh mekanisme neural dan humoral
(neurohumoral) yang dipengaruhi oleh genetik, nutrisi, lingkungan, dan sinyal
psikologis. Mekanisme ini dirangsang oleh respon metabolic yang berpusat pada
hipotalamus. Mekanisme neurohumoral ini dapat dibagi menjadi 3 komponen.
Yaitu :
a. Sistem Perifer/Sistem Aferen
Merupakan sistem yang menyalurkan sinyal dari berbagai tempat.
Komponen utamanya adalah leptin dan adiponektin (dari jaringan
adiposa), ghrelin (dari lambung), peptide YY (dari ileum dan colon), serta
insulin (dari pankreas).
b. Nukleus Arkuatus dalam hipotalamus
Merupakan sistem yang memproses dan mengintegrasikan sinyal periferal
dan menghasilkan sinyal eferen kepada 2 jenis neuron orde pertama, yaitu
(a) POMC (pro-opiomelanocortin) dan CART (cocaine and amphetamine-
regulated transcripts) neuron, (b) neuropeptida Y (NPY) dan AgRP
(Agouli-relate peptide). Neuron orde pertama ini akan berkomunikasi
dengan neuron orde kedua.
c. Sistem Eferen
Merupakan sistem yang menerima sinyal yang diberikan neuron orde
pertama dari hipotalamus untuk mengontrol asupan makanan dan
penggunaan energi. Hipotalamus juga berkomunikasi dengan otak depan
dan otak tengah untuk mengontrol system saraf otonom.

Neuron POMC dan CART meningkatkan penggunaan energi dan


penurunan berat badan dengan menghailkan MSH ( -Melanocyte Stimulating

12
Hormone), serta mengaktifkan reseptor melanokortin nomor 3 dan 4 (MC3/4R)
sebagai neuron orde ke-2 sebagai efek anoreksigenik. Sedangkan neuron NYP dan
AgRP merangsang lapar (food intake) dan peningkatan berat badan dengan
mengaktifkan reseptor Y1/5 pada neuron orde ke-2nya sebagai efek oreksigenik.

Gambar 1. Pengaturan keseimbangan energy. Jaringan lemak menghsilkan


sinyal aferen yang mengaktifkan hipotalamus untuk mengatur nafsu makan dan
kekenyangan. Sinyal ini menurunkan intake makanan dan menghambat siklus
anabolik, serta mengaktifkan pemakaian energi dan mengaktifkan siklus katabolik.

13
Gambar 2. Jalur neurohumoral di hipotalamus yang mengatur
keseimbangan energi. Terlihat POMC dan CART sebagai neuron anoreksigenik,
serta NYP dan AgRP sebagai neuron oreksigenik di hipotalamus bagian nucleus
arkuatus.

3.2 Penyebab Obesitas

Overweight dan obesitas terjadi karena banyak faktor. Faktor utama adalah
ketidakseimbangan asupan energi dengan keluaran energi. Asupan energi tinggi
bila konsumsi makanan berlebihan, sedangkan keluaran energi jadi rendah bila
metabolisme tubuh dan aktivitas fisik rendah. Kemajuan dibidang ilmu
pengetahuan, teknologi dan ekonomi telah menciptakan suatu lingkungan dengan
gaya hidup cenderung sedentary atau kurang gerak dan pola makan dengan
makanan enak yang tinggi kalori dan lemak. Kelebihan asupan energi disimpan
dalan jaringan lemak. Ada beberapa aspek yang mempengaruhi terjadinya
kegemukan (obesitas) terhadap seseorang, `yaitu :

14
1. Aspek Gizi

Ditinjau dari segi seseorang yang menderita obesitas mengalami kelebihan


energi, zat gizi yang diperlukan oleh tubuh sudah terpengaruh seperti karbohidrat,
protein dan lemak. Kelebihan energi didalam tubuh diatas menjadi lemak dan
ditimbun pada tempat-tempat tertentu. Jaringan lemak ini merupakan jaringan yang
relatif inaktif.

2. Aspek Ekonomi

Obesitas tidak hanya terjadi akibat kelebihan karbohidrat tetapi juga


lemak. Akhir-akhir ini banyak makanan siap saji (fast food). Makanan siap saji itu
relatif mahal dan kebanyakan yang mengkonsumsi adalah masyarakat golongan
ekonomi tinggi.

3. Aspek Sosial dan Budaya

Dalam masyarakat indonesia mempunyai pola makanan yang berbeda


dengan orang barat. Dimana masyarakat kita cenderung lebih banyak
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan lemak.
Kebiasaan lain masih melekat dari masyarakat indonesia adalah kebiasaan ngemil,
hal itu bukanlah jelek, tetapi akan mempengaruhi berat badannya.

4. Genetis

Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab


genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan
kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit
untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33%
terhadap berat badan seseorang. Apabila orang tuanya menderita obesitas
kemungkinan besar keturunan juga mengalami obesitas.

15
Selain itu pola makan juga dapat memicu adanya obesitas. Ada dua pola
makan abnormal yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di
malam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya
dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana
seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak
diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya
kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari,
adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang
berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari.

Kebutuhuan energi

Asupan energi yang dibutuhkan seseorang berbeda satu dengan yang


lainnya. Kebutuhan energi seseorang sebagian besar di ambil dari makronutrien
seperti karbohidrat , protein, dan lemak. Selain dari makronutrien tubuh juga
membutuhkan zat gizi lainnya untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Berikut zat- zat
yang diperlukan oleh tubuh :

1. Karbohidrat

Karbohidat adalah zat gizi makanan yang salah satu fungsinya untuk
menyediakan energi yang digunakan oleh tubuh. Bahan makanan
sumber karbohidrat berasal dari makanan pokok seperti bijibijian
(beras, jagung, sagu) dan umbi-umbian (kentang, singkong, ubi jalar
dan kacang-kacangan).28 Karbohidrat sebagai makanan pokok
mengandung zat pati dan gula yang mampu menghasilkan energi untuk
berbagai aktivitas, setiap pembakaran 1 gram karbohidrat mampu
menghasilkan 4 kalori. Fungsi dari karbohidrat adalah sumber energi,
pemberi rasa manis pada makanan, penghemat protein, pengatur
metabolisme lemak,dan membantu pengeluaran feses.

2. Protein

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian
terbesar tubuh setelah air. Otot, tulang, tulang rawan, kulit, enzim,

16
hormon, matriks intraselluler, dan sebagainya adalah protein.
Disamping itu asam amino yang membentuk protein bertindak sebagai
prekusor sebagian besar koenzim, hormon, asam nukleat, dan
molekulmolekul yang essensial. Protein terdapat pada pangan nabati
dan hewani dan salah satu fungsinya menjaga dan memperbaiki
jaringan sel. Makanan yang mengandung protein, seperti : daging sapi,
daging ayam, ikan, susu,kacang-kacangan, biji-bijian, tahu, tempe dan
oncom). Pembakaran 1 gram protein mampu menghasilkan 4 kalori.
Protein diperlukan untuk pembentukan dan perbaikan semua jaringan
didalam tubuh termasuk darah, enzim, hormon, kulit, rambut, dan kuku.

3. Lipid

Lipid meliputi senyawa heterogen termasuk lemak dan minyak yang


dikenal dalam makanan, fosfolipid, sterol, dan ikatan lain sejenis yang
terdapat didalam makanan dan tubuh manusia. Lipid mempunyai sifat
sama yaitu larut dalam pelarut nonpolar, seperti etanol, eter, 22
kloroform, dan benzena. Lemak berfungsi untuk memberikan energi
kepada tubuh. Disamping sebagai sumber energi tubuh, lemak juga
merupakan bahan pelarut dari beberapa vitamin yaitu vitamin A, D, E,
dan K.28 Beberapa jenis bahan makanan yang mengandung lemak,
yaitu : mentega, margarine, minyak, susu, keju, daging, dll. Satu gram
lemak setara dengan 9 kalori.

4. Air

Tubuh dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa makanan, tapi


hanya beberapa hari tanpa air. Kandungan air pada tubuh manusia
dewasa mencapai 55-60% dari berat badan sedangkan pada bayi lebih
tinggi mencapai 75-80% dari berat badan. Air berfungsi sebagai
pembentuk cairan tubuh, alat pengangkut unsurunsur gizi, katalisator,
pelumas dalam cairan sendi tubuh,peredam benturan, pengatur panas
tubuh, dan pengangkut sisa oksidasi dari dalam tubuh.

17
5. Vitamin

Vitamin merupakan senyawa organik yang terbilang sedikit jumlahnya


didalam makanan dan sangat penting peranannya dalam reaksi
metabolisme. Menurut Sunita Almatsier vitamin adalah zat-zat organik
kompleks yang dibutuhkkan dalam jumlah sangat kecil dan pada
umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Vitamin termasuk
kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan.
Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik dalam tubuh. Bila kebutuhan
vitamin didalam tubuh tidak terpenuhi akan mengakibatkan
terganggunya proses dalam tubuh sehingga sistem imum tubuh
melemah dan tubuh mudah sakit.

6. Mineral

Mineral memegang peranan dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik


pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi organ secara
keseluruhan. Kalium, fosfor, dan magnesium adalah bagian dari tulang,
besi bagian hemoglobin yang ada dalam sel darah merah, dan iodium
dari hormon tiroksin. Di samping itu mineral berperan dalam berbagai
tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-
enzim. Mineral diklasifikasikan menurut jumlah yang dibutuhkan
tubuh. Mineral mayor adalah mineral yang diperlukan tubuh lebih dari
100 mg sehari, sedangkan mineral minor adalah mineral yang
diperlukan kurang dari 100mg sehari. Kalsium, tembaga, fosfor,
kalium, natrium, dan klorida adalah contoh mineral mayor, sedangkan
kromium, magnesium, yodium, besi, flor, mangan, selenium dan zinc
adalah contoh mineral minor.

3.3 Dampak Obesitas

Pengaruh dari obesitas terhadap tubuh, dapat menjadi beberapa


komplikasi penyakit umum, seperti darah tinggi (hipertensi), kolesterol tinggi
(dislipidemia), kencing manis (diabetes militus). Lemak jahat yang terdapat pada

18
setiap manusia, akan memiliki kecenderungan untuk mengendap di pembuluh
darah. Hal ini menyebabkan pembuluh darah menjadi menyempit sehingga
penyempitan akan mengakibatkan tekanan darah yang lebih besar dari normalnya.
Apabila hal ini berlangsung secara terus menerus, maka akan menyebabkan
terjadinya hipertensi. Selanjutnya tekanan darah yang tinggi dapat merusak
pembuluh darah sehingga apabila terjadi pada pembuluh darah (terutama yang kecil
dan rapuh), akan mengakibatkan pecahnya pembuluh darah. Bila terjadi di otak,
akan mengakibatkan stroke dan bila di jantung akan menyebabkan infark miokard
(jantung tidak mendapat suply darah), begitu pula pada organ lainya. Selain itu bila
pengendapan lemak terjadi (disebut trombus) dan terdapat tekanan kuat dari
pembuluh darah, maka dapat menyebabkan terkikisnya pengendapan tersebut dan
terbawa arus (embolus) sehingga akan menyumbat pembuluh darah yang lebih kecil
lagi. Hal ini menimbulkan adanya jantung koroner.

Hubungan antara obesitas dengan gejala psikopatologis merupakan suatu


lingkaran yang tidak terputus. Seseorang yang mengalami obesitas akan mudah
merasa tersisih atau tersinggung. Hal ini akan lebih parah bila ia mengalami
kegagalan dalam pergaulan. Seseorang yang obese akan cenderung dijuluki sebagai
orang yang susah bergaul dan mudah tersinggung. Orang yang obese akan menilai
sebagian dari temannya sebagai orang yang suka mengejek. Penelitian Pesa, dkk di
Jerman (2000) pada 47 remaja obesitas menunjukkan bahwa masalah psikologis
sangat umum dijumpai. Masalah psikopatologi yang paling umum didapatkan
adalah cemas, ganggguan makan, dan somatoform. Depresi pada obesitas dapat
muncul karena pertentangan batin antara keinginan untuk memperoleh bentuk
tubuh yang ideal dan kenyataan yang ada. Depresi terjadi sebagai akibat gangguan
citra tubuh.

Dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh obesitas juga sangat


berpengaruh. Beban ekonomi yang muncul akibat obesitas merupakan penjumlahan
biaya langsung (direct cost), biaya tidak langsung (indirect cost), dan biaya akibat
hilangnya kesempatan (oppourtunity cost). Penelitian di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa ada 39,3 hari kerja yang hilang pertahunnya akibat penyakit

19
terkait dengan kegemukan. Sebanyak 16% dari perusahaan di Amerika Serikat
menolak untuk mempekerjakan orang dengan obesitas. Di Indonesia, total
pembiayaan langsung untuk penyakit obesitas adalah 278 miliar rupiah atau sebesar
2% dari total pengeluaran kesehatan nasional.

3.4 Solusi Obesitas

Pengobatan obesitas bertujuan untuk menurunkan berat badan atau


mempertahankan berat badan normal. Umumnya, target penurunan berat badan
yang dianjurkan pada tahap pertama adalah 10 persen dari berat badan dalam kurun
waktu enam bulan. Penurunan berat badan yang dianjurkan 0,5 -1 Kg setiap
minggu. Secara umum pengobatan obesitas dapat dilakukan melalui:

1. Diet khusus yaitu diet rendah kalori, dimana terdapat pada


makanan yang kaya akan serat dan rendah lemak, dimana makanan yang
kaya serat akan menyebabkan gastric emptlyng tinggi (tahan lama dalam
lambung), mengikat lemak atau kolesterol, transit time (waktu tinggal di
usus) rendah dan mengakibatkan rasa kenyang yang lama. Terapi diet yang
dianjurkan adalah diet rendah kalori. Besarnya energi yang diberikan 500-
1.000 kalori lebih rendah dibandingkan rata-rata asupan energi per hari.
Penurunan asupan energi sebesar 500-1.000 kalori per hari akan
menurunkan berat badan 0,5-1 kg per minggu.
2. Latihan fisik, dimana sangat efektif untuk menurunkan berat
badan, apabila didampingi dengan pembatasan masukan kalori. Latihan
fisik pada penderita obesitas harus dilakukan bersama dengan diet rendah
kalori untuk meningkatkan pembakaran lemak. Latihan fisik sangat
membantu mempertahankan berat badan agar tidak mudah naik kembali.
Yang dianjurkan adalah olahraga dengan intensitas sedang selama minimal
30 menit dengan frekuensi 3-5 kali per minggu. Sebaiknya juga
memperbanyak aktivitas fisik seperti jalan, membersihkan rumah, serta
mengurangi pola hidup sedentary seperti menonton televisi dan bermain
video games.

20
3. Perubahan perilaku keluarga merupakan komponen yang
paling penting dalam upaya penanggulanagan obesitas. Keluarga harus
memiliki keberanian dalam memilih gaya hidup dan menentukan jenis
makanan yang sehat. Salah satu gaya hidup sehat adalah tekad untuk
menurunkan berat badan sampai ke berat badan ideal untuk selanjutnya
mempertahankan agar dapat memberikan kualitas hidup yang opti-mal bagi
mereka yang kegemukan. Bagi mereka yang berat badannya normal ialah
dengan menjaga agar tidak kegemukan.
4. Farmakoterapi yaitu penanggulangan dengan obat-obatan.
Hal ini dilakukan jika lingkar pinggang meningkat dan timbul berbagai
macam penyakit. Penggunaan farmakoterapi tidak boleh dilakukan jika
berat badan masih ideal. Sementara itu, operasi dilakukan dengan
mengecilkan lambung yang biasanya merupakan alternatif terakhir jika
tidak ada jalan keluar lagi.
5. Mengenali metabolisme tubuh juga merupakan hal yang
sangat perlu dilakukan dalam upaya mengatasi kegemukan. Metabolisme
tubuh setiap orang tidaklah sama. Ada orang yang metabolisme tubuhnya
tinggi, namun ada pula yang rendah. Seseorang dengan metabolisme tubuh
yang tinggi boleh merasa lega karena tetap akan terhindar dari kegemukan
walaupun ia mengkonsumsi makanan melebihi porsi. Sebaliknya, mereka
dengan metabolisme tubuh yang rendah harus lebih berhati-hati dalam
memilih makanan, karena tubuhnya hanya membutuhkan sedikit energi
untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari.

21
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelebihan lemak dalam tubuh,


sehingga berat badan seseorang jauh di atas normal dan dapat membahayakan
kesehatan. Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara konsumsi dan
kebutuhan energi. Faktor-faktor yang mempengaruhi obesitas adalah faktor gizi,
ekonomi, genetis, sosial budaya, dan pola makan. Obesitas juga menimbulkan
berbagai penyakit, gejala psikopatologis dan dampak ekonomi. Obesitas dapat
ditanggulangi dengan cara melakukan diet rendah kalori, olahraga, farmakoterapi,
perubahan gaya hidup dan pengenalan metabolisme tubuh.

22
DAFTAR PUSTAKA

LITERATUR:

Budiyanto.MAK. 2002. Gizi Dan Kesehatan.UMM Press: Malang.

Budiyanto. MAK. 2002. Dasar – dasar Ilmu Gizi. UMM Press: Malang.

SITUS:

http://obesitas.web.id/definisi%28med%29.html
http://zaifbio.wordpress.com/2009/02/03/diet-therapy-pada-obesitas/
http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
http://sweetspearls.com/health/solusi-pengobatan-obesitas-jika-dilihat-
dari-penyebabnya/
http://www.strokebethesda.com

23

Anda mungkin juga menyukai