Obesitas Fix
Obesitas Fix
KATA PENGANTAR............................................................................. 2
BAB I........................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ...................................... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................... Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 5
1.4 Manfaat Hasil Penulisan ....................................................................... 6
BAB II ...................................................................................................... 7
KERANGKA TEORI ............................................................................. 8
Penyebab dan faktor risiko terjadinya obesitas ................................ 10
BAB III................................................................................................... 11
PEMBAHASAN MASALAH............................................................... 12
3.1 Patofisiologi Obesitas ................................................................................. 13
3.2 Penyebab Obesitas ...................................................................................... 13
Kebutuhuan energi ............................................................................................ 14
3.3 Dampak Obesitas ...................................................................................... 16
3.4 Solusi Obesitas ........................................................................................... 20
BAB IV ................................................................................................... 22
PENUTUP.............................................................................................. 22
4.1 KESIMPULAN ........................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 23
1
KATA PENGANTAR
Makalah ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi tugas Remedial Course
mata kuliah Ilmu Gizi. Penulis memilih judul makalah ini dikarenakan obesitas
telah menjadi masalah yang serius di Indonesia dan tidak sedikit seseorang
meninggal akibat obesitas.
Obesitas atau kegemukan merupakan suatu keadaan fisiologis dimana
lemak disimpan secara berlebihan didalam jaringan tubuh. Seseorang dikatakan
mengalami obesitas bila berat badan melebihi 20% dari berat badan ideal. Obesitas
didefinisikan sebagai suatu kelebihan lemak dalam tubuh. Obesitas disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan energi, dimana energi terlalu
banyak dibanding kebutuhan atau pemakaian energi.
Penulis mengucapkan terima kasih pada Tuhan YME atas rahmat dan
karunia-Nya serta pada para pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Tidak lupa penulis mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca.
Tim Penyusun
2
BAB I
3
meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular. Hasil Riset Kesehatan Dasar
tahun 2007 juga menunjukkan adanya peningkatan kasus penyakit tidak menular
secara cukup bermakna, menjadikan Indonesia mempunyai beban ganda. Derajat
kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, salah satunya status gizi
masyarakat. Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap negara, baik negara
miskin, negara berkembang dan negara maju. Negara miskin dan negara
berkembang cenderung dengan masalah gizi kurang (penyakit infeksi) dan negara
maju cenderung dengan masalah gizi lebih (penyakit degeneratif). Negara
berkembang seperti Indonesia mempunyai masalah gizi ganda yakni perpaduan
masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih.
Sebelum abad ke-20 , kegemukan jarang ditemui tetapi pada tahun 1997
WHO secara resmi menyatakan kegemukan sebagai epidemik global. WHO
menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia. Data yang dikumpulkan
dari seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi
overweight dan obesitas pada 10-15 tahun terakhir, saat ini diperkirakan sebanyak
lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita obesitas. Hingga 2005, WHO
memperkirakan secara global ada sekitar 1,6 miliar orang dewasa yang kelebihan
berat badan atau overweight dan 400 juta (9,8 %) di antaranya dikategorikan
obesitas. Pada Tahun 2015 diprediksi kasus obesitas akan meningkat dua kali lipat
dari angka itu. Angka kegemukan juga naik dengan bertambahnya usia setidaknya
hingga usia 50 sampai 60 tahun dan kegemukan berat di Amerika Serikat,
Australia, dan Kanada meningkat lebih cepat dibandingkan angka kegemukan
secara keseluruhan.
Di seluruh dunia, prevalensi kegemukan telah mengalami peningkatan
lebih dari dua kali lipat antara tahun 1980 hingga 2008. Pada tahun 2008, 10% pria
dan 14 % wanita di dunia mengalami obesitas. Diperkirakan 205 juta laki-laki dan
297 juta wanita di atas usia 20 tahun mengalami obesitas. Prevalensi tertinggi
berada di wilayah Amerika yaitu 62% untuk overweight dan 26% untuk obesitas
dan prevalensi terendah di wilayah Asia Tenggara yaitu 14% overweight dan 3%
obesitas. Di semua daerah perempuan cenderung lebih gemuk daripada laki-laki.
Di daerah Afrika, Mediterania Timur dan Asia Tenggara, perempuan memiliki dua
kali lipat prevalensi obesitas dari laki-laki.
4
Di Eropa, Inggris menjadi negara nomor satu dalam kasus obesitas pada
anak-anak, dengan angka prevalensi 36%. Disusul oleh Spanyol, dengan prevalensi
27% berdasarkan laporan Tim Obesitas Internasional (Cybermed, 2003). Masalah
obesitas meluas ke negara-negara berkembang misalnya, di Thailand prevalensi
obesitas pada 5-12 tahun anak-anak telah meningkat dari 12,2% menjadi 15,6%
hanya dalam dua tahun (WHO, 2003).
Prevalensi obesitas anak-anak usia 6 hingga 11 tahun sudah lebih dari dua
kali lipat sejak tahun 1960-an (WHO, 2003).
Sumber Euromonitor Internasional menyebutkan, di Asia-Pasifik, obesitas
meningkat pesat dan sejumlah negara diprediksi memiliki tingkat pertumbuhan
obesitas tercepat dari tahun 2010 hingga 2020 yakni, Vietnam 225 persen, Hong
Kong 178 persen, India 100 persen, Korea Selatan 80,7 persen, Selandia Baru 52
persen, dan Indonesia 50 persen.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,
prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk Indonesia berusia ≥ 15 tahun
adalah 10,3% terdiri dari (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan
prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan
pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10%
pada anak usia 5-17 tahun.
Berdasarkan data dari WHO tahun 2008, prevalensi obesitas pada usia
dewasa di Indonesia sebesar 9,4% dengan pembagian pada pria mencapai 2,5% dan
pada wanita 6,9%. Survei sebelumnya pada tahun 2000, persentase penduduk
Indonesia yang obesitas hanya 4,7% (±9,8 juta jiwa). Ternyata hanya dalam 8 tahun
prevalensi obesitas di Indonesia telah meningkat dua kali lipatnya. Indonesia masuk
urutan 10 besar obesitas di dunia dengan orang kegemukan berjumlah 40 juta orang.
Kegemukan, baik pada kelompok anak-anak maupun dewasa, meningkat hampir
satu persen setiap tahunnya.
Pada tahun 2010, prevalensi secara nasional di Indonesia adalah 14,0%,
terjadi peningkatan yang bermakna dibandingkan prevalensi kegemukan tahun
2007, yaitu 12,2% (Balitbangkes, 2010).
Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa, secara nasional masalah
gemuk pada anak usia 5-12 tahun masih tinggi, yakni, 18,8 persen, terdiri atas
5
gemuk 10,8 persen dan sangat gemuk (obesitas) 8,8 persen, sedangkan prevalensi
gemuk pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10,8 %, terdiri dari 8,3%
gemuk dan 2,5% sangat gemuk atau obesitas.
Prevalensi gizi lebih pada remaja 16-18 tahun mengalami peningkatan
yang signifikan dari tahun 2007 sebesar 1,4% menjadi 7,3 % pada tahun 2013
(Depkes, 2013).
Menurut data Susenas tahun 1995 dan 1998 di Sulawesi Selatan, angka
kegemukan cukup tinggi, yaitu dari 4,7% ke 6,22% dengan menggunakan indikator
BB/U median baku WHO-NCHS. Sedangkan prevalensi obesitas pada kelompok
umur 6-14 tahun berdasarkan Riskesdar 2007 di Sulawesi Selatan terdapat 7,4%
laki-laki dan 4,8% perempuan. Di provinsi Sulawesi Selatan, untuk prevalensi
obesitas sentral, Jeneponto merupakan urutan pertama kabupaten (22,5%) setelah
kota Pare-Pare (23,9%) dan kota Makassar (23,8%) lebih tinggi dari angka nasional
(18,8%) (Riskesdas, 2007).
Dapat disimpulkan bahwa obesitas telah menjadi masalah diberbagai
negara salah satunya di Indonesia. Hal ini menunjukkan jika masalah tersebut tidak
segera diatasi, maka beban pemerintah khususnya Departemen Kesehatan akan
semakin bertambah (Kanwil Depkes, 1998).
6
BAB II
Kata obesitas berasal dari bahasa latin yang berarti makan berlebihan.
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh
yang berlebihan. Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai
tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas. Obesitas
digolongkan menjadi 3 kelompok:
7
Terdapat beberapa faktor yang bisa menyebabkan suatu obesitas.
Berdasarkan penyebab, obesitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Obesitas primer
2) Obesitas sekunder
1) Faktor genetik
8
tersebut yaitu makanan cepat saji (ready prepared food) dan makanan
cepat saji (fast food) yang mempunyai densitas energi yang lebih tinggi
daripada makanan tradisional pada umumnya, sehingga menyebabkan
energi masuk secara berlebihan.
4) Kemajuan teknologi
5) Lingkungan
6) Aspek psikologis
9
Asupan makanan pada setiap individu, dapat dipengaruhi oleh kondisi
mood, mental, kepribadian, citra diri, persepsi bentuk tubuh, dan sikap
terhadap makanan dalam konteks sosial.
10
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
11
produksi Neuro Peptide –Y (NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan.
Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi,
maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di
hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar
penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak
menyebabkan penurunan nafsu makan.
Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa pengontrolan nafsu makan
dan tingkat kekenyangan seseorang diatur oleh mekanisme neural dan humoral
(neurohumoral) yang dipengaruhi oleh genetik, nutrisi, lingkungan, dan sinyal
psikologis. Mekanisme ini dirangsang oleh respon metabolic yang berpusat pada
hipotalamus. Mekanisme neurohumoral ini dapat dibagi menjadi 3 komponen.
Yaitu :
a. Sistem Perifer/Sistem Aferen
Merupakan sistem yang menyalurkan sinyal dari berbagai tempat.
Komponen utamanya adalah leptin dan adiponektin (dari jaringan
adiposa), ghrelin (dari lambung), peptide YY (dari ileum dan colon), serta
insulin (dari pankreas).
b. Nukleus Arkuatus dalam hipotalamus
Merupakan sistem yang memproses dan mengintegrasikan sinyal periferal
dan menghasilkan sinyal eferen kepada 2 jenis neuron orde pertama, yaitu
(a) POMC (pro-opiomelanocortin) dan CART (cocaine and amphetamine-
regulated transcripts) neuron, (b) neuropeptida Y (NPY) dan AgRP
(Agouli-relate peptide). Neuron orde pertama ini akan berkomunikasi
dengan neuron orde kedua.
c. Sistem Eferen
Merupakan sistem yang menerima sinyal yang diberikan neuron orde
pertama dari hipotalamus untuk mengontrol asupan makanan dan
penggunaan energi. Hipotalamus juga berkomunikasi dengan otak depan
dan otak tengah untuk mengontrol system saraf otonom.
12
Hormone), serta mengaktifkan reseptor melanokortin nomor 3 dan 4 (MC3/4R)
sebagai neuron orde ke-2 sebagai efek anoreksigenik. Sedangkan neuron NYP dan
AgRP merangsang lapar (food intake) dan peningkatan berat badan dengan
mengaktifkan reseptor Y1/5 pada neuron orde ke-2nya sebagai efek oreksigenik.
13
Gambar 2. Jalur neurohumoral di hipotalamus yang mengatur
keseimbangan energi. Terlihat POMC dan CART sebagai neuron anoreksigenik,
serta NYP dan AgRP sebagai neuron oreksigenik di hipotalamus bagian nucleus
arkuatus.
Overweight dan obesitas terjadi karena banyak faktor. Faktor utama adalah
ketidakseimbangan asupan energi dengan keluaran energi. Asupan energi tinggi
bila konsumsi makanan berlebihan, sedangkan keluaran energi jadi rendah bila
metabolisme tubuh dan aktivitas fisik rendah. Kemajuan dibidang ilmu
pengetahuan, teknologi dan ekonomi telah menciptakan suatu lingkungan dengan
gaya hidup cenderung sedentary atau kurang gerak dan pola makan dengan
makanan enak yang tinggi kalori dan lemak. Kelebihan asupan energi disimpan
dalan jaringan lemak. Ada beberapa aspek yang mempengaruhi terjadinya
kegemukan (obesitas) terhadap seseorang, `yaitu :
14
1. Aspek Gizi
2. Aspek Ekonomi
4. Genetis
15
Selain itu pola makan juga dapat memicu adanya obesitas. Ada dua pola
makan abnormal yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di
malam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya
dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana
seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak
diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya
kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari,
adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang
berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari.
Kebutuhuan energi
1. Karbohidrat
Karbohidat adalah zat gizi makanan yang salah satu fungsinya untuk
menyediakan energi yang digunakan oleh tubuh. Bahan makanan
sumber karbohidrat berasal dari makanan pokok seperti bijibijian
(beras, jagung, sagu) dan umbi-umbian (kentang, singkong, ubi jalar
dan kacang-kacangan).28 Karbohidrat sebagai makanan pokok
mengandung zat pati dan gula yang mampu menghasilkan energi untuk
berbagai aktivitas, setiap pembakaran 1 gram karbohidrat mampu
menghasilkan 4 kalori. Fungsi dari karbohidrat adalah sumber energi,
pemberi rasa manis pada makanan, penghemat protein, pengatur
metabolisme lemak,dan membantu pengeluaran feses.
2. Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian
terbesar tubuh setelah air. Otot, tulang, tulang rawan, kulit, enzim,
16
hormon, matriks intraselluler, dan sebagainya adalah protein.
Disamping itu asam amino yang membentuk protein bertindak sebagai
prekusor sebagian besar koenzim, hormon, asam nukleat, dan
molekulmolekul yang essensial. Protein terdapat pada pangan nabati
dan hewani dan salah satu fungsinya menjaga dan memperbaiki
jaringan sel. Makanan yang mengandung protein, seperti : daging sapi,
daging ayam, ikan, susu,kacang-kacangan, biji-bijian, tahu, tempe dan
oncom). Pembakaran 1 gram protein mampu menghasilkan 4 kalori.
Protein diperlukan untuk pembentukan dan perbaikan semua jaringan
didalam tubuh termasuk darah, enzim, hormon, kulit, rambut, dan kuku.
3. Lipid
4. Air
17
5. Vitamin
6. Mineral
18
setiap manusia, akan memiliki kecenderungan untuk mengendap di pembuluh
darah. Hal ini menyebabkan pembuluh darah menjadi menyempit sehingga
penyempitan akan mengakibatkan tekanan darah yang lebih besar dari normalnya.
Apabila hal ini berlangsung secara terus menerus, maka akan menyebabkan
terjadinya hipertensi. Selanjutnya tekanan darah yang tinggi dapat merusak
pembuluh darah sehingga apabila terjadi pada pembuluh darah (terutama yang kecil
dan rapuh), akan mengakibatkan pecahnya pembuluh darah. Bila terjadi di otak,
akan mengakibatkan stroke dan bila di jantung akan menyebabkan infark miokard
(jantung tidak mendapat suply darah), begitu pula pada organ lainya. Selain itu bila
pengendapan lemak terjadi (disebut trombus) dan terdapat tekanan kuat dari
pembuluh darah, maka dapat menyebabkan terkikisnya pengendapan tersebut dan
terbawa arus (embolus) sehingga akan menyumbat pembuluh darah yang lebih kecil
lagi. Hal ini menimbulkan adanya jantung koroner.
19
terkait dengan kegemukan. Sebanyak 16% dari perusahaan di Amerika Serikat
menolak untuk mempekerjakan orang dengan obesitas. Di Indonesia, total
pembiayaan langsung untuk penyakit obesitas adalah 278 miliar rupiah atau sebesar
2% dari total pengeluaran kesehatan nasional.
20
3. Perubahan perilaku keluarga merupakan komponen yang
paling penting dalam upaya penanggulanagan obesitas. Keluarga harus
memiliki keberanian dalam memilih gaya hidup dan menentukan jenis
makanan yang sehat. Salah satu gaya hidup sehat adalah tekad untuk
menurunkan berat badan sampai ke berat badan ideal untuk selanjutnya
mempertahankan agar dapat memberikan kualitas hidup yang opti-mal bagi
mereka yang kegemukan. Bagi mereka yang berat badannya normal ialah
dengan menjaga agar tidak kegemukan.
4. Farmakoterapi yaitu penanggulangan dengan obat-obatan.
Hal ini dilakukan jika lingkar pinggang meningkat dan timbul berbagai
macam penyakit. Penggunaan farmakoterapi tidak boleh dilakukan jika
berat badan masih ideal. Sementara itu, operasi dilakukan dengan
mengecilkan lambung yang biasanya merupakan alternatif terakhir jika
tidak ada jalan keluar lagi.
5. Mengenali metabolisme tubuh juga merupakan hal yang
sangat perlu dilakukan dalam upaya mengatasi kegemukan. Metabolisme
tubuh setiap orang tidaklah sama. Ada orang yang metabolisme tubuhnya
tinggi, namun ada pula yang rendah. Seseorang dengan metabolisme tubuh
yang tinggi boleh merasa lega karena tetap akan terhindar dari kegemukan
walaupun ia mengkonsumsi makanan melebihi porsi. Sebaliknya, mereka
dengan metabolisme tubuh yang rendah harus lebih berhati-hati dalam
memilih makanan, karena tubuhnya hanya membutuhkan sedikit energi
untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari.
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
LITERATUR:
Budiyanto. MAK. 2002. Dasar – dasar Ilmu Gizi. UMM Press: Malang.
SITUS:
http://obesitas.web.id/definisi%28med%29.html
http://zaifbio.wordpress.com/2009/02/03/diet-therapy-pada-obesitas/
http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
http://sweetspearls.com/health/solusi-pengobatan-obesitas-jika-dilihat-
dari-penyebabnya/
http://www.strokebethesda.com
23