Dasar Teori HE
Dasar Teori HE
PENDAHULUAN
2. Konveksi Paksa
Konveksi paksa terjadi karena bergeraknya fluida bukan karena faktor alamiah.
Fluida bergerak karena adanya alat yang digunakan untuk menggerakkan fluida tersebut,
seperti kipas, pompa, blower dan sebagainya. Pengaplikasian konveksi paksa seperti
sistem suplai air panas. Prinsip kerjanya adalah air panas di dalam ketel naik ke bagian
atas tangki penyimpan. Air dingin di dalam tangki utama kemudian turun menuju ke
ketel untuk dipanaskan. Tangki utama dihubungkan ke suplai air dingin oleh katup yang
dikendalikan oleh pelampung. Jika ketinggian air di dalam tangki utama berada di bawah
ketinggian minimum tertentu, maka pelampung akan membuka katup suplai air. Pipa
luapan berfungsi mengalirkan luapan air panas yang dihasilkan ke dalam tangki utama.
Dalam menentukn nilai koefisien perpindahan kalor secara konveksi perlu diperhatikan
beberapa parameter tak berdimensi. Adapun beberapa parameter tak berdimensi tersebut seperti:
1) Bilngan Reynold
Bilangan reynold merupakan besaran fisis yang tidak berdimensi. Bilangan ini
dipergunakan sebagai acuan dalam membedakan aliran laminar, transisi dan
turbulen disatu pihak, dan dilain pihak dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk
mengetahui jenis-jenis aliran yang berlangsung. Utuk menentukan nilai dari
bilangan reynold digunakan:
𝐷𝐺
𝑅𝑒 =
𝜇
Dimana:
Re = Reynold number
G = kecepatan aliran massa (kg/m2 s)
D= diameter pipa(m)\
2)
b. Secara kontak tak langsung, perpindahan panas terjadi antara fluida panas dan dingin
melalui dinding pemisah. Dalam sistem ini, kedua fluida akan mengalir.
Heat exchanger yang digunakan oleh teknisi kimia tidak dapat dikarakterisasi dengan satu
rancangan saja, perlu bermacam-macam peralatan yang mendukung. Bagaimanapun satu
karakteristik heat exchanger adalah menukar kalor dari fase panas ke fase dingin dengan dua
fase yang dipisahkan oleh solid boundary.
Pada alat-alat Hilton water-water turbulen flow heat taransfer unit, perpindahan panas
telah dibagi menjadi tiga bagian dengan memisahkan aliran panas dan dingin dengan batas
intermediate (antara). Ini memudahkan perhitungan kondisi temperatur intermediate.
Koefisien Perpindahan Panas Permukaan dalam Tube inti
hi = Q / (Ai x (LMTD)i)
Koefisien Perpindahan Panas Permukaan luar Tube inti
ho = (Ao x (LMTD)o)
q = U . A. (Ta – Tb)
Koefisien perpindahan panas keseluruhan
U = Q / (Am x LMTD overall)