Anda di halaman 1dari 9

BAB II

LANDASAN TEORI

Pengukuran Kinerja Keuangan dan Pengaruhnya

Tujan utama organisasi berorientasi laba adalah memaksimalkan nilai pemegang

saham atau nilai perusahaan dalam jangka pendek. Pengendalian Hsil yang ideal

akan memberikan imbalan bagi karyawan terhadap kontribusi mereka pada nilai

perusahaan. Oleh karena pengukuran langsung dari kontribusi karyawan terhadap

penciptaan nilai jarang terjadi, perusahaan harus mencari pengukuran yang mencari

pengukuran yang mewakili tujuan akhir dan mengambil jalan alternative

pengendalian hasil.

Ringkasan pengukuran merefleksikan kumpulan atau pengaruh bottom-line dari

berbagai area kinerja. Kategori pertama dari ringkasan pengaturan berisi pengukuran

pasar yang menggambarkan perubahan harga saham atau return pemegang saham.

Kategori kedua berisi pengukuran akuntansi, yang dapat didefinisikan baik dalam

istilah residual maupun (ROI,ROE,RONA). Kategori pengukuran ketiga terdiri dari

kombinasi pengukuran. Kombinasi ini dapat melibatkan penggunaan baik itu tipe

ringkasan ukuran maupun keduanya, ditambah beberapa pengukuran keuangan yang

terpisah dan/atau pengukuran non keuangan (seperti pangsa pasar,keputusan

konsumen,turnover karyawan).
Penciptaan Nilai

Secara unum tujuan utama dari organisasi berorientasi laba adalah untuk

memaksimalkan nilai perusahaan, menolak beberapa batasan, seperti penyesuaian

dengan hukum dan perhatian yang memadai untuk karyawan, konsumen, dan

pemegang saham lainya. Idealnya, untuk menggambarkan keberhasilan dengan tepat,

pengukuran kineja seharusnya meningkat ketika nilai diciptakan dan menurut ketika

ditiadakan.

Nilai dari asset ekonomis dapat dihitung pada waktu trtentu dengan mendiskonto

aliran kas masa depan yang diharap akan dihasilkan oleh perusahaan berdasarkan

nilai waktu dari uang dan resiko. Karyawan dapat meningkatkan nilai dengan

meningkatkan ukuran dari aliran kas masa depan perusahaan, dengan mempercepat

waktu dari aliran kas, atau dengan membuat mereka lebih pasti atau tidak terlalu

beresiko. Perubahan nilai perusahaan pada periode yang pasti disebut dengan laba

ekonomi. Selanjutnya, memaksimalkan laba ekonomi adalah cara alternative untuk

menyebut dasar tujuan keuangan perusahaanyang berupaya memaksimalkan nilai.

Kinerja Tindakan Pasar

Salah satu cara untuk menilai perubahan nilai adalah dengan menggunakan

pengukuran padar dari kinerja yang didasarkan pada perubahan nilai pasar atau

perusahaan-atau dividen yang juga diperhatikan, return kepada pemegang saham.

Nilai pasar dari perusahaan biasanya dilihat dari pengukuran yang paling mendekati
pengukuran yang tidak sempurna dari nilai intrinsic sesungguhnya dari sebuah

perusahaan.

Keterbatasan pengukuran pasar :

a. Pengukuran pasar terkendala masalah pengendalian

b. Nilai pasar tidak selalu menggambarkan kinerja yang sesungguhnya,

meskipun nilai hanya mewakili ekspektasi, dan hal ini dapat beresiko untuk

insentif dasar yang diperkirakan karena perkiraan tersebut mungkin bukan

sesungguhnya

c. Malalah pengukuran kinerja pasar sebenarnya berpotensi gagal mencapai

keesuaian.

Pengukuran Akuntansi Kinerja

Secara tradisional, sebagian besar organisasi didasarkan pada evaluasi manajer dan

imbalan yang berat pada standard berbasis akuntansi, pengukuran ringkasan

keuangan. Berdasarkan akuntansi, ringkasan atau pengukuran kinerja bottom-line

berasal dari dua bentuk dasar: pengukuran residual seperti pendapatan bersih, laba

operasi, pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi, laba residual,

atau pengukuran rasio seperti ROI (return on investment), ROE (return on equity),

RONA (return on net asset), atau RAROC (risk-adjusted return on capital).

Pengukuran ini biasanya diambil dari peraturan yang ditentukan oleh pengatur

standard untuk tujuan pelaporan keuangan.


Keunggulan ringkasan pengukuran berbasis akuntansi :

a. Laba akuntansi dan return dapat diukur tepat waktu (dalam periode jangka

pendek) relative dengan tepat dan objektif.

b. Apabila dibandingkan dengan kuantitas lain yang dapat diukur secara tepat

dan objektif berdasarkan jangka ketepatan waktu, seperti aliran kas,

pengiriman, atau penjualan, pengukuran akuntansi paling tidak secara

konseptual sesuai dengan tujuan organisasi untuk memaksimalkan laba.

c. Pengukuran akuntansi biasanya dapat dikendalikan secara penuh oleh manajer

yang kinerjanya sedang dievaluasi.

d. Pengukuran akuntansi adalah sebuah hal yang dapat dimengerti, akuntansi

adalah sebuah standard dalam setiap sekolah bisnis, manajer telah

menggunakan pengukuran selama ini dan mereka telah sangat mengenal

dengan apa yang dihasilkan pengukuran serta bagaimana mereka dapat

terpengaruh.

Beberapa alasan mengapa pengukuran laba akuntansi gagal untuk merefleksikan

pendapatan ekonomi dan sebaliknya

a. System akuntansi adalah system yang berorientasi pada transaksi

b. Laba akuntansi sangat tergantung pada pilihan metode pengukuran

c. Laba akuntansi diturunkan dari aturan pengukuran yang sering kali memiliki

bias konsenvartif
d. Perhitungan laba mengabaikan beberapa nilai ekonomis dan nilai perubahan

yang dirasa oleh akuntan tidak dapat diukur secara akurat dan objektif

e. Laba merefleksikan biaya modal yang dipinjam (melalui pengurangan bunga)

tetapi mengabaikan biaya dari modal ekuitas

f. Laba akuntansi mengabaikan risiko dan perubahan pada risiko

g. Gambaran laba juga berfokus pada masa sebelumnya

Investasi dan Operasi Myopia

Pengukuran kinerja kuntansi dapat menyebabkan manajer untuk bertindak secara

myopia dalam membuat keputusan investasi maupun operasi. Manajer yang terus

memerhatikan tanggung jawab pada laba jangka pendek atau return mungkin

menyebabkan manajer mengurangi atau menunda investasi yang menjanjikan

pembayaran pada periode pengukuran dimasa depan walau ketika investasi ini

memiliki NPV (net present value) positif dan sesuai dengan kriteria lain untuk

membuatnya berharga. Ini adalan myopia investasi. Myopia investasi dapat

bersumber langsung dari dua masalah dalam pengukuran akuntansi seperti dijelaskan

diatas: bias konservatif mereka dan ketidakpedulian terhadap asset tidak berwujud

dengan pembayaran masa depan yang utama.

Ukuran Kinerja Return-on-investment (ROI)

ROI adalah rasio dari laba akuntansi yang dihasilkan oleh divisi dibagi dengan

investasi yang ada dalam divisi.perusahaan yang terbagi menjadi divisi-divisi


biasanya menggunakan beberapa bentuk dari berbagai kemungkinan pengukuran ROI

untukmengevaluasi kinerja divisi.

Bentuk sesungguhnya dari tipe rasio ROI yaitu bahwa perusahaan menggunakannya

secara luas, seperti halnya label perusahaan yang di letakkan pada bottom line

pengukuran pusat investasi. Diantara yang paling umum adalah ROI,ROE,ROCE dan

RONA.

Masalah yang disebabkan oleh tipe pengukuran ROI

Ketergantungan penuh pada pengukuran ROI dalam system pengendalian

hasil dapat menyebabkan beberapa masalah. Salah satu masalah terkait

dengan pembilang dalam pengukuran ROI adalah mengenai laba akutansi.

Oleh sebab itu, ROI memiliki keterbatasan dari pengukuran laba, seperti

kecenderungan untuk menghasilkan myopia manajemen, bentuk umum dari

perpindahan perilaku yang kami diskusikan di bagian sebelumnya.

Keterbatasan kedua adalah tendensi pengukuran untuk menyebabkan

suboptimisasi.

Suboptimisasi

Pengukuran ROI dapat menciptakan masalah suboptimisasi dengan

mendorong manajer untuk membuat investasi yang membuat divisi mereka

terlihat baik meskipun investasi tidak sesuai dengan kepentingan terbaik bagi

perusahaan. Secara sederhana, masalah ini muncul karena manajer divisi tidak

ingin mengusulkan investasi modal yang diharapkan memberikan hasil return


dibawah return tujuan divisi, bahkan jika investasi tersebut baik menurut

presepsi perusahaan.

Sinyal kinerja yang menyesatkan

Kesulitan dalam mengukur penyebut dari pengukuran ROI, biasanya berkaitan

dengan asset tetap, yang dapat memberikan sinyal yang salah mengenai

kinerja pusat investasi. Nilai asset yang ditunjukan dalam laporan posisi

keuangan tidak selalu mewakili nilai sesungguhnya yang tersedia bagi

manajer terhadap return sekarang.

Ciri dari pengukuran ini menyebabkan manajer yang menggunakan tipe

pengukuran ROI membuat keputusan yang salah:

 Mereka mendorong manajer divisi untuk mempertahankan asset lebih dari

umur ekonomisnya dan tidak berinvestasi pada asset baru yang akan

menaikan penyebut dari perhitungan ROI. Pengaruh disfungsional

motivasi biasanya kuat jika manajer berharap masa jabatan pekerjaan

mereka menjadi lebih pendek

 Mereka dapat menyebabkan manajer perusahaan untuk mealokasikan

sumber daya secara berlebihan untuk divisi sesuai asset yang lebih lama

karena tampaknya relative lebih menguntungkan

 Kecenderungan untuk alokasi modal setidaknya melekat pada

keberhasilan divisi yakni divisi yang secara potensial menciptakan nilai


 Jika manajer perusahaan tidak menyadari penyimpangan atau tidak

menyesuaikannya, dapat terjadi kesalahan dalam mengevaluasi kinerja

manajer divisi.

Pengukuran Laba Residual sebagai solusi yang tepat untuk masalah

pengukuran ROI

Laba residual dihitung dengan mengurangi laba dari perubahan modal untuk asset

bersih yang ada pada pusat investasi. Modal dibebankan pada tingkat yang sama

untuk rata-rata biaya modal perusahaan yang tertimbang. Secara konseptual, sebuah

argument dapat dibuat untuk menyesuaikan tingkat biaya modal untuk masing-

masing rasio pusat investasi sehingga membuat system pengukuran kinerrja konsisten

dengan system pengangaran modal.

Laba residual juga mengatasi masalah suboptimisasi tipe keuangan. Dengan

memperhatikan biaya, baaik utang maupun ekuitas keuangan (seperti penggunaan

rata-rata tertimbang modal biaya perusahaan), laaba residual menghapus godaan bagi

manajer untuk mengatakan pengaruh entitas melalui pembiayaan utang.

Sistem pengukuran kinerja diperlukan untuk setiap organisasi untuk mengevaluasi

pencapaiannya (misalnya Tujuan, kepuasan, pemanfaatan sumber daya, dll.). Dengan

meningkatnya tingkat globalisasi, persaingan yang kuat, dan perubahan teknologi,

banyak perusahaan mulai menggunakan perpaduan ukuran finansial untuk kinerja

mereka atau yang oleh banyak penulis disebut kartu skor. Sebagai salah satu alat yang
digunakan dalam proses strategis, ukuran kinerja yang seimbang membantu

perusahaan menilai pencapaian tujuan dan sasaran strategis. Kaplan dan Norton

(1992, 1996) menunjukkan bahwa ukuran kinerja keuangan tidak cukup untuk

menggambarkan gambaran lengkap kinerja perusahaan. Manajer yang hanya

mengandalkan ukuran kinerja keuangan biasanya berakhir dengan pandangan yang

tidak lengkap tentang apa yang terjadi.

Ukuran Kinerja

Ukuran Keuangan Kerangka keuangan adalah paradigma tertua untuk evaluasi

kinerja. Akarnya adalah di bidang akuntansi, manajemen keuangan, dan ekonomi.

Selama bertahun-tahun, literatur akuntansi, misalnya, telah mengakui pentingnya

pengendalian biaya, profitabilitas, dan likuiditas. Literatur mendokumentasikan

gagasan bahwa mengurangi dan mengendalikan biaya membantu meningkatkan laba.

Di sisi lain, meningkatkan pendapatan juga membantu meningkatkan laba ketika

biaya dikendalikan.

Laporan keuangan dan akuntansi menggunakan berbagai langkah untuk profitabilitas.

Mereka melaporkan laba sebagai jumlah kotor (perbedaan antara pendapatan dan

biaya penjualan atau layanan) atau sebagai jumlah bersih (perbedaan antara

pendapatan dan total biaya).

Anda mungkin juga menyukai