Anda di halaman 1dari 3

ULURAN TANGAN PEMERINTAH UNTUK PERBATASAN

Menyedihkan, itulah kata yang mampu mendiskripsikan keadaan pendidikan


yang ada di perbatasan Kalimantan Barat. Bagaimana tidak, ketimpangan yang terjadi
antara pendidikan di kota dan di perbatasan sangat jauh berbeda. Tidak heran lagi
apabila kita mendengar cerita kurangnya sarana dan prasarana pendidikan di daerah
perbatasan Kalbar, rubuhnya sekolah bahkan sampai tenaga professional lari ke
Negara tetangga, itu semua bukan seolah mitos belaka. Perbandingan pendidikan di
perbatasan dan perkotaan bagaikan bumi dan langit. Yang mana fasilitas Sekolah di
perkotaan memiliki sarana, prasarana dan kualitas yang tidak di ragukan lagi. Guru
dan murid seakan di manja dengan fasilitas yang ada di sekolah tersebut.sehingga
sekolah tersebut bisa menghasilkan murid yang berkualitas. Keadaan tersebut
berbanding tebalik dengan keadaan sekolah yang ada di perbatasan Kalimantan Barat.
Tak banyak yang tahu keadaan pendidikan yang ada di perbatasan Kalimantan
Barat. Banyak anak-anak di daerah perbatasan Kalimantan Barat yang tidak bisa
mendapatkan pendidikan yang layak. Bahkan di beberapa daerah seperti Kapuas hulu
anak-anak harus menempuh perjalanan sepanjang 6 km untuk sampai ke sekolah yang
mana harus melewati hutan dan menuruni bukit. Itu hanyalah sekilas dari potret
keadaan anak-anak di daerah perbatasan. Tak kalah memilukan lagi dengan keadaan
guru yang mengajar di daerah perbatasan khusunya guru honorer yang mana guru
honorer tersebut harus mengajar 2 – 3 kelas dalam satu waktu yang bersamaan karna
kurangnya tenaga pendidik.
Dengan keadaan permasalahan pendidikan yang memprihatinkan di atas
seharusnya mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat. Hal pertama yang harus
dilakukan pemerintah adalah membangun jalan yang layak untuk menghubungkan
daerah perbatasan dengan perkotaan sehingga akses untuk menuju ke perbatasan
menjadi lebih mudah dan nyaman. Selain itu pemerintah juga harus menyediakan
dana untuk membangun sinyal-sinyal televise dan HP demi menunjung
tersampaikannya informasi ke daerah perbatasan.
Selain fasilitas di atas, pemerintah juga harus membangun fasilitas untuk
memajukan dan mengembangkan pendidikan yang ada di daerah perbatasan
Kalimantan Barat. Seperti pembangunan perpustakaan Daerah sehingga dengan
adanya perputakaan daerah ini anak-anak di sana bisa menjadikan membaca sebagai
budaya mereka, karena buku adalah jendela dunia. Selain itu pemerintah dan juga
dinas pendidikan bekerjasama untuk mencari dan menjaring tenaga-tenaga pendidik
yang mau dan bersedia ditempatkan di daerah perbatasan. Dengan penjaminan dana
yang mencukupi sehingga tenaga-tenaga pendidik tersebut merasa betah dan tidak lari
ke Negara tetangga.
Tenaga pengajar dan Pemerintah Daerah di perbatasan bekerjasama untuk
memberikan sosialisasi atau penyuluhan mengenai pentingnya pendidikan untuk
masa sekarang dan masa yang akan datang, sehingga penduduk perbatasan memiliki
kesadaran dan merubah pemikiran yang dimilikinya. Selain itu tenaga pengajar
bersama pemerintah daerah perbatasan juga mencari tenaga profesional yang dapat
mengajarkan cara mengolah hasil bumi yang mereka miliki untuk meningkatkan
pendapatan penduduk di daerah perbatasan.
Pemerintah daerah perbatasan juga seharusnya mengadakan pelatihan-
pelatihan bagi para remaja atau penduduk perbatasan yang usianya sudah tidak layak
berada di bangku sekolah untuk memunculkan kreativitas-kreativitas yang dimiliki
oleh mereka sebagai uapaya untuk mengurangi jumlah pengangguran di daerah
perbatasan tersebut.
Tenaga pengajar yang telah ditugaskan di daerah perbatasan seharusnya
mengabdikan diri dengan sungguh-sungguh sesuai hakikat pengajar. Disamping
mengabdi di sekolah-sekolah tenaga pendidik seharusnya juga memberikan pelatihan-
pelatihan, seperti membaca, menulis, berhitung dll kepada penduduk perbatasan yang
usianya sudah tidak layak berada di bangku sekolah sebagai upaya mengurangi angka
buta huruf di daerah perbatasan. Selain itu para pengajar juga seharusnya
memberikan pelajaran kesenian yang mempealajari adat dan budaya yang ada di
Indonesia dan mempraktikan budaya-budaya tersebut untuk menumbuhkan kembali
semangat nasionalisme penduduk perbatasan.

Daerah-daerah perbatasan yang pada hakikatnya merupakan daerah terdepan dari


pintu gerbang untuk memasuki Indonesia menjadi daerah yang paling terbelakang
dalam hal pendidikan dan kesejahteraan guru. Kenyataanya tersebut tentu saja sangat
bertentangan dengan konstitusi karena sesuai dengan pasal 34 UUD 1945. Setiap
warga Negara berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Artinya. Anak-anak
di daerah perbatasan dan perkotaan memiliki hak dan kewajiban yang sama. Yaitu,
sama-sama mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas. Sehingga sekolah-
sekolah mampu menghasilkan generasi bangsa yang unggul untuk membangun negri
ini menjadi lebih baik lagi. Tidak dapat dipungkiri bahwa selain hak warga Negara
juga memiliki kewajiban. Salah satunya adalah kewajiban untuk menjaga kedaulatan
Negara. Namun, ketika pemerintah tidak dapat memenuhi hak – hak warga Negara.
Warga Negara tersebut juga cenderung untuk mengabaikan kewajiban. Contohnya
adalah yang terjadi Contohnya adalah yang terjadi masyarakat yang berdomisili di
sepanjang perbatasan. Mereka lebih berinteraksi dan berorientasi kepada desa
terdekat Negara tetangga. Kesenjangan social ekonomi masyarakat daerah perbatasan
dengan masyarakat Negara tentangga mempengaruhi watak dan pola hidup
masyarakat setempat dan berdampak negatif bagi pengamanan daerah perbatasan dan
rasa nasionalisme. Inilah dampak buruk yang terjadi apabila pendidikan dean
kesejahteraan masyarakat daerah perbatasan diabaikan, karena akan mengikis rasa
nasionalisme yang tidak mungki akan mengancam kedaulatan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai