16 Melaksanakan Manajemen Resiko
16 Melaksanakan Manajemen Resiko
MANAJEMEN RESIKO
PAM.MM02.014.01
BUKU INFORMASI
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI 1
BAB I
KATA PENGANTAR
Kompetensi adalah menyatunya ketiga aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja
atau KSA (knowledge, skill, attitude) yang diterapkan untuk mewujudkan standar kinerja
yang disyaratkan di tempat kerja. Kompetensi adalah potensi seseorang yang ditampilkan
setelah dilatih melalui pelatihan. Adapun ukuran standar kompetensi tersebut dapat
diukur dan dijelaskan oleh Kriteria Unjuk Kerja.
Kompeten di tempat kerja adalah seseorang yang telah dapat memenuhi persyaratan
jabatan/pekerjaan yang ditetapkan oleh pasar/tempat kerja. Tuntutan kualitas tersebut
didasarkan pada perangkat bakuan kompetensi (kriteria unjuk kerja).
Materi pelatihan merupakan bagian dari suatu program pelatihan kerja berbasis
kompetensi yang menguraikan dan menjelaskan secara rinci rangkaian pencapaian
kompetensi kerja.
Pada materi pelatihan, aspek-aspek kompetensi dalam indikator unjuk kerja diuraikan ke
dalam bentuk modul pelatihan, agar dapat dipahami, dimengerti dan dikuasai oleh
peserta pelatihan. Modul ini didisain untuk dapat digunakan pada pelatihan
konvensional/klasikal dan pelatihan individual/mandiri.
Yang dimaksud dengan pelatihan klasikal adalah pelatihan yang dilakukan dengan
melibatkan bantuan seorang pelatih atau pembimbing, dengan menggunakan proses
belajar mengajar sebagaimana biasanya. Sedangkan yang dimaksud dengan pelatihan
mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan secara mandiri oleh peserta, dengan
menambah unsur-unsur atau sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan pelatih.
Modul merupakan uraian terkecil bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis
untuk membantu peserta pelatihan menguasai tujuan pelatihan. Modul akan memandu
pelatih/fasilitator menyampaikan bahan belajar dalam proses pelatihan yang sesuai
secara terinci.
a. Buku informasi
Buku Informasi adalah sumber pelatihan, baik untuk pelatih maupun untuk peserta
pelatihan.
b. Buku kerja
Buku kerja ini digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan
kegiatan praktik baik dalam pelatihan klasikal maupun pelatihan individual/mandiri.
c. Buku penilaian
Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta
pelatihan pada buku kerja.
Jika anda telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen
unit kompetensi tertentu, anda dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini (RCC,
recognition of current competency). Berarti anda tidak akan dipersyaratkan untuk belajar
kembali.
Anda mungkin sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan, karena anda telah:
a. Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan
keterampilan yang sama, atau
b. Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama, atau
c. Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan
yang sama.
1.4. Pengertian-pengertian
Profesi
Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta
keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan
serta pengalaman kerja, atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut
oleh suatu pekerjaan/jabatan.
Standarisasi
Standarisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar
tertentu.
Pelatihan
Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu
kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan
belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang
dipelajari.
Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk menunjukkan aspek sikap,
pengetahuan dan keterampilan serta penerapan dari ketiga aspek tersebut di tempat
kerja untuk mencapai unjuk kerja yang ditetapkan.
Standar kompetensi
Standar kompetensi adalah standar kemampuan yang diperlukan pada rangkaian
kegiatan yang harus dilakukan oleh pelaku atau pemangku jabatan kerja. Standar
kompetensi dinyatakan dalam format tertentu, yaitu: (i) unit kompetensi dari jabatan kerja
tersebut; (ii) elemen kompetensi dari tiap unit kompetensi, dan (iii) kriteria unjuk kerja
untuk tiap unit kompetensi.
Sertifikasi kompetensi
Sertifikasi kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi melalui proses
penilaian/uji kompetensi.
Sertifikat kompetensi
Sertifikat kompetensi adalah pengakuan tertulis yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi
Profesi kepada seseorang yang dinyatakan kompeten, yaitu tenaga kerja trampil atau ahli
yang telah menguasai suatu kompetensi tertentu dan telah memenuhi persyaratan
berdasarkan disiplin keilmuan dan atau keahlian/ketrampilan tertentu.
BAB II
STANDAR KOMPETENSI
Standar kompetensi kerja sektor air minum dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) sub sektor,
yaitu perencanaan, pelaksanaan konstruksi, dan pengelolaan. Pada bidang pengelolaan
air minum diantaranya meliputi bidang manajemen.
Terdapat 19 unit kompetensi dalam jabatan manajemen air minum, yang dikategorikan
dalam:
• Kelompok kompetensi umum, terdiri dari 2 unit kompetensi.
• Kelompok kompetensi inti, terdiri dari 15 unit kompetensi.
• Kelompok kompetensi khusus, terdiri dari 2 unit kompetensi.
Standar kompetensi
Merupakan pernyataan apa yang harus dikerjakan di tempat kerja, disusun dengan
pendekatan bidang pekerjaan. Standar kompetensi terbentuk atas sejumlah unit
kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu.
Unit kompetensi
Merupakan uraian fungsi dan tugas atau pekerjaan yang mendukung tercapainya standar
kompetensi. Setiap unit kompetensi memiliki sejumlah elemen kompetensi.
Elemen kompetensi
Merupakan bagian terkecil dari unit kompetensi yang mengidentifikasikan sejumlah fungsi
tugas atau kegiatan yang harus dikerjakan untuk mencapai unit kompetensi tersebut.
Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pelatihan seluruh 19 unit kompetensi adalah
111 JPL, dimana 1 JPL (jam pelajaran) adalah 45 menit.
Sedangkan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pelatihan unit kompetensi ini
adalah 5 JPL.
Jika anda belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, pelatih anda
akan mengatur rencana pelatihan dengan anda. Rencana ini akan memberikan anda
kesempatan kembali untuk meningkatkan level kompetensi anda sesuai dengan level
yang diperlukan.
Unit ini berhubungan dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang
dibutuhkan dalam melaksanakan manajemen resiko.
Elemen kompetensi yang harus dikuasai dalam unit kompetensi berikut kriteria unjuk
kerja terdapat pada tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1 Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja pada unit kompetensi
melaksanakan manajemen resiko
01. Melakukan identifikasi resiko. 1.1. Jenis resiko yang berpotensi menimbulkan
masalah dalam pengelolaan SPAM diidentifikasi
dari data dan informasi yang tersedia atau yang
secara khusus dihimpun untuk keperluam
tersebut.
1.2. Analisis terhadap kemampuan pelanggan/klien,
rekanan, vendor dan mitra bisnis lainnya sebagai
faktor utama resiko dalam pengelolaan SPAM
dilakukan secara objektif dan akurat.
1.3. Berbagai hal penting yang sangat berperan dalam
melaksanakan manajemen SPAM ( antara lain
informasi klien, kebocoran produksi, tunggakan
pembayaran klien dan lainnya) dipahami dan
dianalisis dengan seksama.
1.4. Potensial resiko yang ada diklasifikasi berdasar
jenis, karakter penyebab masalahanya.
02. Melakukan perhitungan resiko. 2.1 Probabilitas resiko yang timbul dihitung berdasar
pada data dan informasi yang relevan..
2.2 Kuantifikasi resiko yang muncul dilakukan sesuai
dengan hasil analisis potensial resiko yang
muncul.
2.3 Daftar kuantifikasi resiko dibuat sesuai dengan
kelompok dan jenisnya serta dirumuskan
cara/metode mitigasinya
03. Melakukan mitigasi resiko. 3.1 Permasalahan atau resiko yang timbul dan faktor
penyebabnya diidentifikasi baik dari sisi internal
maupun eksternal.
3.2 Metode mitigasi untuk menanggulangi resiko
dipilih berdasar pada hasil analisis faktor
penyebab, alternatif pemecahan dan biaya yang
timbul.
3.3 Pelaksanaan mitigasi resiko dilakukan dengan
menggunakan metode yang ditetapkan dengan
tetap mempertimbangkan kebijakan perusahaan
dalam menanggunalngi resiko dan aspek hukum
yang berlaku.
04. Menetapkan strategi 4.1 Hasil mitigasi resiko dikaji ulang untuk
pengelolaan resiko. memperoleh pola mitigasi yang efektif dan efisien
dalam meminimalkan resiko yang timbul.
4.2 Tindakan pencegahan terjadinya resiko
dirumuskan berdasar pada hasil kajian
pelaksanaan mitigasi.
4.3 Penggunaan atau manfaat asuransi dalam
pengelolaan resiko dipertimbangkan untuk
memperkecil resiko kerugian perusahaan.
4.4 Laporan pelaksanaan pengelolaan resiko dibuat
dan disampaikan kepada pihak yang terkait dan
didokumentasikan untuk keperluan pengelolaan
resiko berikutnya.
1. Konteks variabel :
Unit ini berlaku untuk melakukan identifikasi resiko, melakukan perhitungan resiko,
melakukan mitigasi resiko dan menerapkan strategi pengelolaan resiko yang
digunakan untuk melaksanakan manajemen resiko.
2. Kondisi penilaian :
2.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat
berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut yang terkait dengan
identifikasi resiko, perhitungan resiko, mitigasi resiko, dan strategi
pengelolaan resiko pada pelaksanaan manajemen resiko.
2.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara : lisan, tertulis, demonstrasi/praktik,
dan simulasi di workshop dan atau di tempat kerja.
5. Aspek kritis :
Aspek kritis yang merupakan kondisi kerja untuk diperhatikan dalam mendukung unit
kompetensi ini, sebagai berikut :
5.1. Kuantifikasi resiko.
5.2. Strategi pengelolaan.
Kompetensi kunci dalam mencapai unjuk kerja yang disyaratkan terdapat pada tabel 2.2
di bawah ini.
Tabel 2.2 Kompetensi kunci dalam pencapaian unjuk kerja melaksanakan manajemen
resiko
6. Memecahkan masalah 3
7. Menggunakan teknologi 2
BAB III
STRATEGI DAN METODE PELATIHAN
Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus,
kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan.
bebas, anda disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan
kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.
Belajar berkelompok
Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk datang bersama secara teratur dan
berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip
sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, namun sesi kelompok tetap
memberikan interaksi antara peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja.
Belajar terstruktur
Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh
pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar terstruktur ini umumnya mencakup topik tertentu.
BAB IV
MANAJEMEN RESIKO
Memahami konsep resiko secara luas merupakan dasar yang esensial untuk memahami
konsep dan teknik manajemen resiko. Di bawah ini diberikan beberapa definisi mengenai
resiko yang diharapkan akan meningkatkan pemahaman tentang konsep resiko. Karena
subyek resiko begitu kompleks serta meliputi berbagai bidang yang berbeda, maka
terdapat pengertian yang bervariasi, antara lain:
• Resiko adalah kemungkinan terjadinya kerugian.
• Resiko adalah ketidakpastian. Misal dalam peramalan cuaca, apakah akan terjadi
hujan atau tidak. Ketidakpastian dalam alam yang menimbulkan resiko dalam
pengambilan keputusan.
• Resiko merupakan penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan. Dimana
penyimpangan merupakan pernyataan ketidakpastian secara statistik.
• Resiko adalah probabilitas outcome aktual akan berbeda dengan outcome yang
diharapkan.
Identifikasi jenis resiko merupakan suatu proses yang sistematis untuk menemukan
resiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas usaha. Identifikasi resiko secara
lengkap dan akurat merupakan hal yang sangat vital dalam manajemen resiko.
Salah satu aspek penting dalam kegiatan identifikasi resiko adalah dengan membuat
daftar item resiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin (checklist). Checklist dibangun
untuk menemukan item resiko dan menjelaskan jenis-jenis kerugian yang dihadapi
perusahaan.
Namun metoda checklist ini terlalu sederhana untuk diterapkan pada perusahaan yang
kompleks dan dinamis, sehingga diperlukan metoda lain yang lebih sistematis guna dapat
mengeksplorasi dan melengkapi semua aspek dari perusahaan, yaitu (i) kuesioner
analisis resiko, (ii) metoda laporan keuangan, (iii) metoda peta aliran, (iv) inspeksi
langsung pada obyek, (v) interaksi terencana dengan bagian-bagian dalam perusahaan,
(vi) catatan statistik tentang kerugian di masa lalu, (vii) analisis lingkungan, sebagaimana
dijelaskan di bawah ini:
Checklist dari kerugian potensial diserahkan pada masing-masing bagian dan unit
operasional yang terlibat dalam peta aliran untuk dianalisis dan menentukan kerugian
yang mana yang dihadapi oleh perusahaan, sebagai berikut:
• Kerugian yang berhubungan dengan harta, misal penggantian truk, mesin, pompa
baik karena bencana fisik atau disebabkan oleh manusia.
• Kerugian yang berhubungan dengan tanggungjawab, misal kualitas air tidak
memenuhi persyaratan, kelalaian supir perusahaan, kecelakaan pegawai.
• Kerugian personil, adalah kerugian karena pegawai yang penting (yang
menentukan) tidak bisa bekerja lagi.
d. Inspeksi,
Dengan melakukan pengamatan langsung jalannya operasional, bekerjanya mesin,
lingkungan kerja, kebiasaan kerja para pegawai, dst, maka manajer resiko dapat
mempelajari lebih banyak tentang bahaya (hazard) yang mungkin tidak disadari oleh
pegawai, atau mungkin tidak ditemukan dalam laporan tertulis.
f. Statistik kerugian,
Berdasarkan data statistik kerugian yang lalu selain dapat menunjukkan jumlah
kerugian yang ada juga dapat menunjukkan kerugian manakah yang sering terjadi.
g. Analisis lingkungan,
Merupakan analisis terhadap lingkungan yang relevan, yaitu pelanggan, pemasok,
kompetitor/saingan jika ada, Undang-undang dan peraturan lainnya yang dikeluarkan
pemerintah.
g. Kerugian properti.
Adalah kerugian yang disebabkan oleh kerusakan properti. Kerugian keuangan
perusahaan dapat berasal dari beban perbaikan kerusakan tersebut, tetapi juga dari
gangguan terhadap operasi perusahaan sehingga menyebabkan hilangnya
pendapatan. Contoh kasus untuk PDAM adalah kerusakan pada fasilitas/bangunan
inti (kapasitas instalasi menurun, kebocoran jaringan pipa)
h. Kerugian hutang.
Adalah kerugian keuangan karena tindakan perusahaan yang menyebabkan
kerusakan bagi orang lain atau propertinya. Sebagai contoh perusahaan
bertanggungjawab untuk pelanggan yang cedera karena produk cacat yang diproduksi
perusahaan. Contoh kasus PDAM adalah kualitas air minum yang didistribusikan;
dimana diare akan menyebar jika PDAM mendistribusikan air yang mengandung
bakteri (ditandai dengan tercemar oleh e.coli).
Selanjutnya dilakukan analisis resiko yaitu melakukan analisis terhadap resiko yang
diidentifikasikan akan dihadapi oleh perusahaan, perkiraan kemungkinan kejadian, serta
evaluasi dampak potensial yang akan muncul dari suatu kegiatan secara kualitatif dan
kuantitatif.
Hasil utama dari identifikasi dan analisis resiko adalah identifikasi dari potensi resiko-
resiko dan dampaknya terhadap sistem/perusahaan. Pertimbangan keuntungan dan
kerugian dari pengantisipasian ancaman tersebut merupakan hal yang penting pada saat
penyusunan suatu strategi guna meminimalkan resiko. Selain itu, tindakan antisipasi ini
juga mempengaruhi pengambilan keputusan misalnya yang berhubungan dengan
investasi, proses produksi, konstruksi dan lain-lain. Potensial resiko yang ada selanjutnya
diklasifikasi berdasar jenis dan karakter penyebab masalah.
Tabel 4.1 memberikan contoh-contoh analisis terhadap resiko yang secara umum dapat
dihadapi perusahaan.
Resiko keuangan Resiko pasar, antara • Resiko atas kerugian investasi pada akuisisi
lain resiko tingkat suatu perusahaan.
bunga, resiko nilai • Kerugian kurs mata uang asing.
tukar, resiko
komoditas, dan resiko
ekuitas
Resiko Resiko sumber daya • Resiko tidak mempunyai staf yang berkualitas
operasional manusia karena masalah rekrutmen
• Resiko kehilangan staf kunci karena program
kompensasi yang di bawah pasar
Resiko produktivitas • Kegagalan untuk meng-upgrade dan
memodernisasi sistem.
Resiko teknologi • Resiko peningkatan biaya operasi
• Kegagalan mereduksi kehilangan air non
Resiko inovasi teknis.
• Teknologi yang dipilih gagal berfungsi
Resiko sistem sebagaimana yang diharapkan.
• Pelanggaran terhadap kerahasiaan sistem
atau kebocoran pengamanan.
Resiko proses • Kurangnya proses yang tidak didokumenta-
sikan (tidak memiliki prosedur tetap).
• Sebaliknya, pengendalian administratif yang
terlalu kuat dan terpusat dapat menimbulkan
resiko tidak dapat bertindak cepat.
• Resiko tunggakan pembayaran dari pelanggan
Resiko strategis Resiko bisnis • Pertumbuhan yang diperoleh melalui akuisisi
yang agresif.
Resiko hubungan
• Kegagalan meningkatkan kapasitas produksi.
investor
• Kegagalan peningkatan cakupan pelayanan.
Resiko transaksi
strategis, program • Kegagalan mereduksi kehilangan air teknis.
kemitraan • Sebaliknya, apabila menerapkan strategi yang
terlalu konservatif juga mengandung resiko
penguasaan pasar oleh kompetitor.
• Pengoperasian oleh mitra usaha tidak
mencapai hasil yang diinginkan (laba, arus kas
bersih).
Resiko Resiko lingkungan • Menurunnya kapasitas sumber air.
eksternalitas • Peraturan lingkungan hidup yang
mempengaruhi proses produksi, misal
pembuangan limbah instalasi.
Resiko tarif • Resiko kenaikan tarif tidak tercapai sesuai
yang direncanakan.
Resiko hukum • Undang-undang, peraturan/regulasi, perlin-
dungan konsumen, dll, yang mempengaruhi
proses produksi, misal pencapaian kualitas air
minum, regulasi K3.
• Resiko gagal mendapatkan ijin pembangunan,
lisensi penggunaan teknologi.
• Resiko beroperasi secara ‘berani’.
Beberapa resiko memang mudah diukur, namun sangat sulit untuk memastikan
probabilitas suatu kejadian yang jarang terjadi. Selain itu kesulitan dalam menentukan
kemungkinan terjadi resiko juga disebabkan karena informasi statistik tidak selalu
tersedia untuk beberapa resiko tertentu. Sehingga penentuan probabilitas terjadinya
suatu kejadian sangatlah subyektif dan lebih didasarkan pada nalar dan pengalaman.
Tujuan utama melakukan pengukuran resiko adalah mengukur dampak dari ancaman-
anacaman yang berpotensi untuk berdampak pada sistem. Karena itu sangatlah penting
untuk menentukan dugaan yang terbaik pada tahapan ini, supaya nantinya akan dapat
memprioritaskan implementasi perencanaan manajemen resiko dengan baik. Jadi dapat
dikatakan bahwa tujuan pengukuran resiko ini adalah untuk (i) menentukan peringkat
kepentingan relatif resiko ini, serta (ii) memperoleh informasi yang akan menolong dalam
menetapkan cara yang terbaik untuk menangani resiko.
Informasi yang diperlukan berkaitan dengan pengukuran resiko didasarkan pada dua
penilaian, yaitu:
1. Frekuensi kerugian yang terjadi (probabilitas).
2. Keparahan dari kerugian tersebut (pengaruh).
Data minimal yang diperlukan untuk tiap butir informasi/penilaian di atas adalah:
• Nilai rata-rata dalam tiap periode anggaran.
• Variasi dari nilai tersebut dari tiap periode anggaran.
• Dampak keseluruhan dari kerugian tersebut jika seandainya kerugian tersebut
ditanggung sendiri.
Penentuan resiko dilakukan melalui penilaian resiko yang didasarkan atas kedua
informasi atau ancaman di atas yaitu (i) probabilitas atau kemungkinan terjadinya
peristiwa dan (ii) pengaruh kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan. Probabilitas resiko
yang timbul dihitung berdasarkan pada data dan informasi yang relevan. Penilaian resiko
disajikan dalam tabel resiko dengan format terdapat pada tabel 4.2.
1. Buat skala untuk mewakili probabilitas atau kemungkinan resiko terjadi, yaitu :
• 100 : sangat tinggi
• 70 : tinggi
• 40 : sedang
• 10 : rendah.
2. Buat skala nilai untuk pengaruh kejadian / dampak resiko / tingkat ancaman
• 1,0 : sangat parah, katastropik (catastrophic)
• 0,7 : parah, kritis (critical)
• 0,4 : kecil, marjinal (marginal)
• 0,1 : dapat diabaikan (negligible).
Dampak
Tingkat ancaman Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah
(100) (70) (40) (10)
Selain untuk menentukan kepentingan relatif yang disusun dalam tabel kuantifikasi resiko
di atas, suatu kerugian potensial perlu pula diukur untuk menolong mendapatkan
informasi dalam penetapan cara terbaik untuk menangani resiko tersebut. Sebagai
contoh, probabilitas rata-rata per tahun suatu kejadian dikalikan nilai keparahan kerugian
akan sama dengan nilai total kerugian rata-rata yang diharapkan dalam 1 tahun. Kerugian
rata-rata ini dapat dibandingkan dengan misal premi asuransi yang harus dibayar.
Pada tabel 4.4 diberikan contoh eksplorasi resiko yang umumnya dihadapi dalam
melaksanakan pengelolaan SPAM beserta dampak yang dihadapi. Resiko-resiko yang
lebih terinci dapat digali lebih jauh pada tiap prosedur kerja di masing-masing bagian atau
bidang.
Pengelolaan resiko bukan merupakan peniadaan resiko dan seluruh akibat dari suatu
peristiwa resiko. Resiko akan tetap senantiasa menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dari kegiatan usaha pada umumnya. Manajemen harus menetapkan berbagai pilihan
respon terhadap resiko dan mempertimbangkan konsekuensinya pada sering dan besar
pengaruh dari kejadian tersebut, berkaitan dengan resiko perusahaan.
Metoda mitigasi (mengurangi) resiko yang timbul dapat ditentukan berdasarkan hasil
analisis faktor penyebab resiko, dengan mempertimbangkan altenatif pemecahan dan
biaya yang timbul. Pelaksanaan mitigasi resiko dilakukan dengan menggunakan metode
yang ditetapkan dengan tetap mempertimbangkan kebijakan perusahaan dalam
menanggulangi resiko dan aspek hukum yang berlaku.
Sebagai contoh:
a. Resiko perijinan, merupakan resiko dimana suatu proyek gagal mendapatkan ijin
pelaksanaan pembangunan, atau lisensi penggunan teknologi, atau persetujuan dari
instansi pemerintah terkait. Karena itu PDAM harus mempelajari seluruh perijinan,
regulasi dan lain-lain serta kemungkinan keterlambatan suatu proyek. Selain itu dalam
perencanaan proyek, PDAM harus memahami bahwa proyek harus memenuhi
standar keselamatan dan lingkungan hidup
b. Resiko teknologi, merupakan resiko dimana teknologi yang dipilih gagal untuk
berfungsi sebagaimana diharapkan bagi perusahaan. Resiko teknologi sering timbul
karena keinginan pihak sponsor, misal pemberi pinjaman, serta keinginan pemerintah
untuk menggunakan teknologi mutakhir yang mungkin tidak sesuai dengan kondisi
teknis yang ada. Resiko dapat dikurangi dengan penerapan teknologi yang telah
terbukti baik dengan perawatan purna jual yang jelas, dimana biasanya dimiliki
perusahaan dengan reputasi dan sejarah kinerja yang baik. Jaminan pemasok
teknologi harus diperoleh untuk mengurangi resiko bisnis.
c. Resiko kurs valuta asing, timbul karena perusahaan mempunyai kewajiban dalam
valuta asing dimana kurs saat penerimaan kredit tidak sama dengan kurs saat
pembayaran kewajibannya. Perusahaan akan menanggung kerugian yang signifikan
bila kurs valuta asing menguat secara signifikan pada saat kewajiban jatuh tempo.
Alternatif pengurangan resiko biasanya ditempuh dengan melakukan hedging. Strategi
hedging yang dapat digunakan sangat tergantung pada perkembangan pasar valuta
asing. Secara umum perusahaan dapat mengikat transaksi swap atau forward dengan
bank devisa setempat.
d. Resiko suku bunga, berkaitan dengan kemungkinan peningkatan biaya bunga yang
harus dibayar perusahaan. Kemungkinan besar resiko ini terjadi bila perusahaan
memiliki pinjaman dengan suku bunga mengambang. Tingkat bunga biasanya sangat
dipengaruhi tingkat inflasi dan premi resiko atas kredit. Selain itu tingkat suku bunga
juga dikaitkan dengan jangka waktu kredit. Semakin lama kredit, semakin besar
tingkat suku bunga yang diminta kontraktor. Resiko suku bunga sering ditanggulangi
dengan melakukan swap suku bunga, yaitu menukar suku bunga fluktuatif menjadi
suku bunga tetap.
tersebut. Pengelolaan resiko bertujuan agar resiko dapat dikendalikan dan diperkecil
sampai ke tingkat yang dapat diterima oleh manajemen dan jajarannya.
Pengelolaan resiko merupakan proses identifikasi dan kuantifikasi resiko yang sistematis,
yang diikuti dengan penerapan strategi yang tepat untuk mengendalikan resiko dan jika
mungkin memperkecil akibat resiko yang terjadi.
Hasil mitigasi resiko yang dilakukan sebelumnya dikaji ulang, untuk memperoleh pola
mitigasi yang efektif dan efisien dalam meminimalkan resiko yang timbul. Tindakan
pencegahan terjadinya resiko dirumuskan berdasarkan pada hasil kajian pelaksanaan
mitigasi.
Terdapat 2 (dua) pendekatan dasar dalam melakukan penanganan resiko, yaitu (i)
pengendalian resiko (risk control), serta (ii) pembiayaan resiko (risk financing).
a. Menghindari resiko
Salah satu cara mengendalikan resiko murni adalah menghindari kegiatan dari
kemungkinan terkena resiko, dengan cara:
• Menolak menerima atau melaksanakan kegiatan itu.
• Menyerahkan kembali resiko yang sudah terlanjur diterima, atau segera
menghentikan kegiatan begitu diketahui mengandung resiko.
b. Pengendalian kerugian
Pengendalian kerugian (loss control) dijalankan dengan:
• Merendahkan kans (chance, kemungkinan) untuk terjadinya kerugian.
• Mengurangi keparahannya jika kerugian itu memang terjadi.
Selain itu berdasarkan timing ini, pengendalian resiko juga dapat diklasifikasikan
sebagai (i) fase perencanaan, (ii) fase pengamanan-perawatan, dan (iii) fase
darurat. Semua perubahan mendasar pada operasional, seperti membeli mesin
1. Analisis kerugian
Untuk mendapatkan informasi atas kerugian, maka pengendali kerugian perlu
untuk:
- Membangun jaringan pemberi informasi.
- Mengembangkan formulir untuk melaporkan kerugian.
2. Analisis hazard
Analisis ini tidak dibatasi pada analisis hazard yang telah menyebabkan kecelakaan
saja, tetapi diperlukan juga untuk menyelidiki hazard yang mungkin akan muncul.
Dapat dilakukan dengan menggunakan pengalaman perusahaan lain, atau
pengalaman dari perusahaan asuransi.
(iv) Evaluasi
Evaluasi usaha pengendalian kerugian dilakukan terhadap:
- Apakah biaya kecelakaan berkurang dengan adanya usaha tersebut.
- Apakah kebijakan keselamatan (safety policy) dan prosedur yang ditetapkan
dilaksanakan.
Perubahan dalam biaya kecelakaan dapat diukur dengan perubahan premi
asuransi, biaya-biaya lain kecelakaan, frekuensi kerugian, dan keparahan
kerugian. Perubahan ini dianalisis dalam aggregate, berdasarkan departemen/
bagian/bidang/unit, serta berdasarkan paparan kecelakaan (exposure).
c. Pemisahan
Yang dimaksud dengan pemisahan disini adalah menyebarkan harta yang
menghadapi resiko sama, dan tidak ditempatkan dalam 1 lokasi. Maksud pemisahan
ini adalah mengurangi jumlah kerugian untuk 1 peristiwa. Dengan menambah
banyaknya independent exposure unit, maka probabilitas perkiraan kerugian
diperkecil, jadi memperbaiki kemampuan perusahaan untuk meramalkan kerugian
yang akan dialami.
Misalnya jika perusahaan memiliki banyak truk, maka tindakan pemisahan dilakukan
dengan menempatkannya dalam beberapa pool yang berlainan. Atau menempatkan
stock barang persediaan tidak dalam satu gudang saja, tetapi dipisahkan dalam 2
gudang atau lebih. Fasilitas inti SPAM (instalasi produksi, reservoir) ditempatkan pada
beberapa lokasi yang tersebar.
d. Kombinasi
Kombinasi atau pooling adalah menambah banyaknya exposure unit dalam batas
kendali perusahaan yang bersangkutan, dengan tujuan agar kerugian yang akan
dialami lebih dapat diramalkan, jadi mengurangi resiko.
e. Pemindahan resiko
Pemindahan atau alokasi resiko merupakan proses pengalokasian tanggung jawab
untuk menanggung akibat dari resiko atau sub resiko tertentu kepada pihak eksternal
perusahaan, mitra usaha, jajaran pengelola perusahaan. Resiko yang dialokasikan
pada mitra usaha dilakukan melalui aturan kontrak.
1. Harta milik atau kegiatan yang mengandung resiko dapat dipindahkan ke pihak lain,
dan dinyatakan dengan tegas dalam berbagai transaksi atau kontrak. Contoh
perusahaan yang menjual gedungnya dengan sendirinya memindahkan resiko yang
berhubungan dengan kepemilikan gedung kepada pemilik baru; ikatan kontrak
dengan pihak swasta, baik dalam bentuk peran serta swasta (PSS) maupun
kemitraan pemerintah swasta (KPS).
2. Resiko itu sendiri yang dipindahkan. Misalnya seorang pembuat barang berhasil
mendesak pengecer untuk memikul tanggungjawab terhadap adanya kerusakan
barang yang diterimanya sesudah barang meninggalkan gudang pembuat barang,
bahkan jika sebenarnya pembuat barang itu sendiri yang seharusnya bertanggung
jawab. Dapat dikatakan bahwa transferee memaafkan/menerima bahwa transferor
lepas dari tanggung jawab, karena itu exposure itu sendirilah yang dihilangkan. Ada
beberapa pengendalian resiko yang tidak menghapuskan exposure tetapi hanya
membatasinya, misal membatasi jumlah rupiah tanggungjawabnya.
Memindahkan resiko melalui pembiayaan resiko (risk financing) berarti transferor mencari
dana eksternal, dimana dana tersebut akan membayar kerugian pada yang bersangkutan
jika kerugian nanti sungguh terjadi. Risk financing transfer dapat dilakukan dengan cara:
• Transfer resiko kepada perusahaan asuransi
• Transfer resiko kepada perusahaan lain yang bukan perusahaan asuransi (non-
insurance transfer).
Asuransi dapat didefinisikan dari dua sudit pandangan, yaitu (i) sebagai perlindungan
terhadap resiko keuangan yang disediakan pihak insurer, dan (ii) alat penggabungan
resiko dari dua atau lebih orang atau perusahaan melalui sumbangan aktual atau yang
dijanjikan untuk membentuk dana guna membayar klaim.
Manfaat asuransi yang sebenarnya adalah mengganti kerugian bagi mereka yang
menderita kerugian tak diharapkan, mereka dipulihkan atau setidaknya mengubah posisi
ekonomi sebelumnya. Manfaat yang lebih berarti tapi kurang nyata dari asuransi muncul
dari kenyataan bahwa asuransi dapat:
• Menghilangkan resiko, ketidakpastian, dan reaksi pribadi terhadap resiko bagi pihak
tertanggung individual.
• Mengurangi total resiko, ketidakpastian dan reaksi sebaliknya terhadap resiko ini dalam
masyarakat.
Asuransi merupakan sarana yang paling penting pada metoda transfer resiko dan
merupakan dasar dari sebagian besar program manajemen resiko. Dari sudut pandangan
orang/perusahaan yang diasuransikan, asuransi merupakan peralatan retensi resiko dan
kombinasi resiko. Sebagai sarana transfer resiko, asuransi memiliki ciri-ciri bahwa
asuransi memerlukan penyatuan (pooling) resiko; yaitu insurer menggabungka resiko-
resiko dari banyak tertanggung. Melalui kombinasi ini insurer meningkat kemampuannya
untuk meramalkan perkiraan kerugian (expected losses).
mengadakan perlindungan paling lengkap dengan biaya paling murah. Oleh karena tidak
semua resiko bisa diasuransikan, maka dengan membuat daftar ini manajer resiko dapat
lebih waspada akan resiko-resiko yang harus ditangani dengan cara lain dan tidak
dengan asuransi.
Selain itu limit kebijakan dalam memberikan perlindungan juga harus ditetapkan
selengkap mungkin. Seharusnya limit kebijakan perlindungan sama dengan kemungkinan
kerugian maksimum (maximum possible loss). Tetapi kadang-kadang kerugian melebihi
perlindungan maksimum yang tersedia, untuk itu kerugian yang melebihi jumlah
maksimum harus ditangani dengan cara lain.
Beberapa perlindungan asuransi yang esensial adalah perlindungan yang diwajibkan oleh
undang-undang, misalnya asuransi kompensasi tenaga kerja, Astek, atau asuransi yang
diwajibkan oleh perjanjian (seperti perjanjian dengan serikat buruh/serikat pekerja,
perjanjian dengan pemberi hipotik, dsb).
Kebanyakan pemindahan resiko kepada pihak non asuransi dilakukan melalui kontrak-
kontrak bisnis biasa, dan melalui kontrak khusus pemindahan resiko. Banyak isi kontrak
ini berkenaan dengan pemindahan tanggungjawab keuangan atas (i) harta, (ii) kerugian
atas net income, (iii) kerugian personil, (iv) tanggunggugat (liabilities) kepada pihak
ketiga.
Dikatakan pasif bila manajer resiko tidak memperhatikan tentang adanya exposure dank
arena itu tidak melakukan usaha apapun untuk menanganinya. Sedikit sekali perusahaan
yang telah mengidentifikasikan semua exposure terhadap kerugian harta benda, kerugian
tanggung-gugat dan kerugian personil. Sebagai akibatnya, penanggungan resiko yang
tidak terencana ini merupakan hal yang umum dijumpai bahkan tak terelakkan. Kadang-
kadang juga dijumpai bahwa resiko memang telah diidentifikasi, tetapi penaksiran
besarnya kerugian potensial terlalu rendah (under estimate). Pada keadaan lain juga
dapat dijumpai bahwa exposure telah diidentifikasi tetapi keputusan tentang bagaimana
penanganannya terus menerus tertunda. Unplanned retention secara kebetulan bisa
merupakan pendekatan terbaik bagi suatu exposure tertentu, tetapi tidak pernah
merupakan cara yang rasional.
Retention disebut aktif bila manajer mempertimbangkan metoda lain untuk menangani
resiko dan kemudian memutuskan untuk tidak memindahkan kerugian potensial tersebut.
Apakah suatu planned retention adalah rasional atau tidak rasional tergantung atas
keadaan yang melingkupi pengambilan keputusan untuk menanggung resiko tersebut.
Kadang ditemui bahwa resiko yang menurut pertimbangan orang lain seharusnya tidak
ditanggung sendiri, tetapi ternyata ditanggung sendiri oleh perusahaan. Sebaliknya juga
ditemui ada suatu resiko yang seharusnya ditanggung sendiri tetapi ternyata
diasuransikan.
Beberapa penyebab perusahaan mau menanggung sendiri resiko yang dihadapi dapat
digolongkan sebagai berikut:
a. Keharusan menanggung sendiri resiko karena tidak tersedia alternatif lain, atau tidak
mungkin untuk memindahkan resiko. Misalnya untuk tanggungjawab tindakan
kriminal; keadaan dimana probabilitas kerugian sangat tinggi sehingga tidak sanggup
diasuransikan karena premi yang sangat tinggi; keadaan dimana belum ada
perusahaan asuransi yang mau menanggung resiko seperti itu.
b. Biaya. Apakah jika perusahaan menanggung sendiri resiko akan lebih murah
dibandingkan dengan memindahan resiko pada perusahaan asuransi karena
penghematan biaya premi?
c. Perkiraan kerugian. Jika perusahaan percaya bahwa perkiraan kerugian yang dihitung
lebih rendah dari perkiraan asuransi, maka dalam jangka panjang perusahaan dapat
menghemat pengeluaran sebesar selisih kedua perhitungan tersebut. Bahkan jika
perkiraan kerugian yang diharapkan masih sama dengan pihak asuransipun
perusahaan masih akan memilih retention.
Pada Tabel 4.5 di bawah ini diberikan resume faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
memutuskan pemakaian retention atau menanggung sendiri resiko.
Cara penyediaan dana untuk program retention dapat dilakukan dengan cara-cara
berikut:
Biaya lebih rendah dari biaya yang Biaya lebih besar dari biaya yang
dibebankan pihak perusahaan asuransi dibebankan pihak asuransi
Jika expected losses (perkiraan kerugian) Jika expected losses (perkiraan kerugian)
lebih rendah dari perkiraan perusahaan lebih besar dari perkiraan perusahaan
asuransi asuransi
Jika unit yang menghadapi exposure Exposure unit sedikit jumlahnya, yang berarti
banyak, maka resiko akan menjadi lebih bahwa resiko akan tinggi dan perusahaan
rendah sehingga perusahaan mampu tidak akan sanggup untuk meramalkan
memperkirakan probabilitas kerugian kerugiannya dengan ketepatan yang
dengan akurat memuaskan.
Tujuan manajemen resiko yang menerima Tujuan manajemen resiko yang ditekankan
variasi yang besar dalam kerugian tahunan pada ‘ketenangan pikiran’ dan pada variasi
laba tahunan yang kecil
Peluang yang kuat bagi investasi, yang Peluang investasi yang terbatas serta
mengakibatkan opportunity cost yang pengembalian (return) yang rendah
besar
BAB V
SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN
UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Pelatih
Peran pelatih adalah untuk:
• Membantu anda dalam merencanakan proses belajar.
• Membimbing anda dalam melakukan tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam
tahap belaja.
• Membantu anda untuk memahami konsep dan praktik baru dan untuk menjawab
pertanyaan anda mengenai proses belajar anda.
• Membantu anda untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang anda
perlukan untuk belajar anda.
• Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.
• Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika diperlukan.
2. Penilai
Penilai bertugas melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di tempat
kerja.
Penilai akan:
• Melaksanakan penilaian apabila anda telah siap dan merencanakan proses belajar
dan penilaian selanjutnya dengan anda.
• Menjelaskan kepada anda mengenai bagian yang perlu untuk diperbaiki dan
mendiskusikan rencana pelatihan selanjutnya dengan anda.
• Mencatat pencapaian / perolehan anda.
Ada beberapa sumber yang disebutkan dalam pedoman belajar ini untuk membantu
peserta pelatihan mencapai unjuk kerja yang tercakup pada suatu unit kompetensi.
Prinsip-prinsip dalam pelatihan berbasis kompetensi adalam mendorong pada fleksibilitas
dari penggunaan sumber-sumber yang terbaik dalam suatu unit kompetensi tertentu,
dengan mengijinkan peserta untuk menggunakan sumber-sumber alternatif lain yang
lebih baik, atau jika ternyata sumber-sumber yang direkomendasi dalam pedoman belajar
ini tidak tersedia/tidak ada.