Anda di halaman 1dari 44

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM

MANAJEMEN RESIKO
PAM.MM02.014.01

BUKU INFORMASI

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI 1

BAB I KATA PENGANTAR 3


1.1. Konsep dasar pelatihan berbasis kompetensi 3
1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi 3
1.1.2 Kompeten di tempat kerja 3
1.2. Penjelasan materi pelatihan 3
1.2.1. Desain materi pelatihan 3
1.2.2. Isi modul 4
1.2.3. Pelaksanaan materi pelatihan 5
1.3. Pengakuan kompetensi terkini (RCC) 5
1.4. Pengertian-pengertian 6

BAB II STANDAR KOMPETENSI 8


2.1. Peta paket pelatihan 8
2.2. Pengertian unit standar 8
2.2.1 Unit standar kompetensi 8
2.2.2 Daftar unit kompetensi 9
2.2.3 Durasi pelatihan 9
2.2.4 Kesempatan mencapai kompetensi 9
2.3. Unit kompetensi yang dipelajari 10
2.3.1. Judul unit 10
2.3.2. Kode unit 10
2.3.3. Deskripsi unit 10
2.3.4. Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja 10
2.3.5. Batasan variabel 11
2.3.6. Panduan penilaian 12
2.3.7. Kompetensi kunci 13

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 14


3.1. Strategi pelatihan 14
3.2. Metode pelatihan 14

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 1 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

BAB IV MANAJEMEN RESIKO 16


4.1 Identifikasi resiko 16
4.1.1 Pemahaman konsep resiko 16
4.1.2 Identifikasi jenis resiko 17
4.1.3 Analisis resiko 19
4.1.4 Klasifikasi resiko potensial 21
4.2 Pengukuran resiko 23
4.3 Mitigasi resiko 25
4.3.1 Resiko dalam pengelolaan SPAM 25
4.3.2 Metode mitigasi resiko 27
4.4 Strategi pengelolaan resiko 28
4.4.1 Perumusan strategi pencegahan dan mitigasi resiko 28
4.4.2 Pencegahan resiko 29
4.4.3 Penggunaan asuransi dalam pengelolaan resiko 35
4.4.3.1 Pemindahan resiko kepada perusahaan asuransi 36
4.4.3.2 Pemindahan resiko kepada perusahaan bukan asuransi 37
4.4.4 Menanggung resiko 38
4.4.5 Evaluasi dan monitoring 41

BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN


KOMPETENSI 42
5.1 Sumber daya manusia 42
5.2 Sumber-sumber perpustakaan 43

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 2 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

BAB I
KATA PENGANTAR

1.1. Konsep dasar pelatihan berbasis kompetensi

1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi

Pelatihan merupakan kumpulan dari unsur-unsur yang dinamis, yang saling


berhubungan/berkaitan dalam proses pencapaian tujuan pelatihan. Perumusan tujuan
pelatihan berbasis kompetensi merupakan penjabaran dari rangkaian kegiatan yang
disyaratkan dalam standar kompetensi untuk menjawab tuntutan dari setiap kriteria unjuk
kerja dalam pencapaian kompetensi kerja.

Pelatihan kerja diarahkan untuk membekali, meningkatkan dan mengembangkan


kompetensi kerja, meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang berkaitan dengan
tugas yang dimiliki peserta. Sehingga setelah pelatihan selesai peserta memperoleh
peningkatan kompetensi yang dibutuhkan dan mampu mengisi jabatan/profil pekerjaan
yang dibutuhkan.

1.1.2 Kompeten di tempat kerja

Kompetensi adalah menyatunya ketiga aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja
atau KSA (knowledge, skill, attitude) yang diterapkan untuk mewujudkan standar kinerja
yang disyaratkan di tempat kerja. Kompetensi adalah potensi seseorang yang ditampilkan
setelah dilatih melalui pelatihan. Adapun ukuran standar kompetensi tersebut dapat
diukur dan dijelaskan oleh Kriteria Unjuk Kerja.

Kompeten di tempat kerja adalah seseorang yang telah dapat memenuhi persyaratan
jabatan/pekerjaan yang ditetapkan oleh pasar/tempat kerja. Tuntutan kualitas tersebut
didasarkan pada perangkat bakuan kompetensi (kriteria unjuk kerja).

1.2. Penjelasan materi pelatihan

1.2.1. Desain materi pelatihan

Materi pelatihan merupakan bagian dari suatu program pelatihan kerja berbasis
kompetensi yang menguraikan dan menjelaskan secara rinci rangkaian pencapaian
kompetensi kerja.

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 3 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

Pada materi pelatihan, aspek-aspek kompetensi dalam indikator unjuk kerja diuraikan ke
dalam bentuk modul pelatihan, agar dapat dipahami, dimengerti dan dikuasai oleh
peserta pelatihan. Modul ini didisain untuk dapat digunakan pada pelatihan
konvensional/klasikal dan pelatihan individual/mandiri.

Yang dimaksud dengan pelatihan klasikal adalah pelatihan yang dilakukan dengan
melibatkan bantuan seorang pelatih atau pembimbing, dengan menggunakan proses
belajar mengajar sebagaimana biasanya. Sedangkan yang dimaksud dengan pelatihan
mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan secara mandiri oleh peserta, dengan
menambah unsur-unsur atau sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan pelatih.

Selanjutnya dapat dipraktekkan penyelesaian suatu tugas tertentu melalui tahapan-


tahapan latihan yang sistematis.

1.2.2 Isi modul

Modul merupakan uraian terkecil bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis
untuk membantu peserta pelatihan menguasai tujuan pelatihan. Modul akan memandu
pelatih/fasilitator menyampaikan bahan belajar dalam proses pelatihan yang sesuai
secara terinci.

Modul ini terdiri dari 3 bagian, yaitu:

a. Buku informasi

Buku Informasi adalah sumber pelatihan, baik untuk pelatih maupun untuk peserta
pelatihan.

b. Buku kerja

Buku kerja ini digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan
kegiatan praktik baik dalam pelatihan klasikal maupun pelatihan individual/mandiri.

Buku kerja diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi :


• Kegiatan-kegiatan yang membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan
memahami informasi.
• Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian kemampuan
peserta pelatihan.
• Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan
praktik kerja.

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 4 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

c. Buku penilaian

Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta
pelatihan pada buku kerja.

Buku penilaian berisi :


• Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan
kemampuan.
• Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian kemampuan peserta
pelatihan.
• Sumber-sumber yang dapat digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai
kemampuan.
• Semua jawaban/tanggapan pada setiap pertanyaan yang diisikan pada buku kerja.
• Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktik.
• Catatan pencapaian kemampuan peserta pelatihan.

1.2.3 Pelaksanaan materi pelatihan

Pada pelatihan klasikal, pelatihan akan:


• Menyediakan buku informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber
pelatihan.
• Menyediakan salinan buku kerja kepada setiap peserta pelatihan.
• Menggunakan buku informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan
pelatihan.
• Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban tanggapan dan
menuliskan hasil tugas praktiknya pada buku kerja.

Pada pelatihan individual / mandiri, peserta pelatihan akan :


• Menggunakan buku informasi sebagai sumber utama pelatihan.
• Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada buku kerja.
• Memberikan jawaban pada buku kerja.
• Mengisikan hasil tugas praktik pada buku kerja.
• Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatihan.

1.3. Pengakuan kompetensi terkini (RCC)

Jika anda telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen
unit kompetensi tertentu, anda dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini (RCC,
recognition of current competency). Berarti anda tidak akan dipersyaratkan untuk belajar
kembali.

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 5 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

Anda mungkin sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan, karena anda telah:
a. Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan
keterampilan yang sama, atau
b. Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama, atau
c. Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan
yang sama.

1.4. Pengertian-pengertian

Profesi
Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta
keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan
serta pengalaman kerja, atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut
oleh suatu pekerjaan/jabatan.

Standarisasi
Standarisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar
tertentu.

Penilaian / uji kompetensi


Penilaian atau uji kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan
pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah
kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan
terhadap standar yang dipersyaratkan (kriteria unjuk kerja).

Pelatihan
Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu
kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan
belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang
dipelajari.

Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk menunjukkan aspek sikap,
pengetahuan dan keterampilan serta penerapan dari ketiga aspek tersebut di tempat
kerja untuk mencapai unjuk kerja yang ditetapkan.

Standar kompetensi
Standar kompetensi adalah standar kemampuan yang diperlukan pada rangkaian
kegiatan yang harus dilakukan oleh pelaku atau pemangku jabatan kerja. Standar

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 6 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

kompetensi dinyatakan dalam format tertentu, yaitu: (i) unit kompetensi dari jabatan kerja
tersebut; (ii) elemen kompetensi dari tiap unit kompetensi, dan (iii) kriteria unjuk kerja
untuk tiap unit kompetensi.

Sertifikasi kompetensi
Sertifikasi kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi melalui proses
penilaian/uji kompetensi.

Sertifikat kompetensi
Sertifikat kompetensi adalah pengakuan tertulis yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi
Profesi kepada seseorang yang dinyatakan kompeten, yaitu tenaga kerja trampil atau ahli
yang telah menguasai suatu kompetensi tertentu dan telah memenuhi persyaratan
berdasarkan disiplin keilmuan dan atau keahlian/ketrampilan tertentu.

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 7 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

BAB II
STANDAR KOMPETENSI

2.1. Peta paket pelatihan

Standar kompetensi kerja sektor air minum dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) sub sektor,
yaitu perencanaan, pelaksanaan konstruksi, dan pengelolaan. Pada bidang pengelolaan
air minum diantaranya meliputi bidang manajemen.

Terdapat 19 unit kompetensi dalam jabatan manajemen air minum, yang dikategorikan
dalam:
• Kelompok kompetensi umum, terdiri dari 2 unit kompetensi.
• Kelompok kompetensi inti, terdiri dari 15 unit kompetensi.
• Kelompok kompetensi khusus, terdiri dari 2 unit kompetensi.

2.2. Pengertian unit standar

2.2.1 Unit standar kompetensi

Standar kompetensi
Merupakan pernyataan apa yang harus dikerjakan di tempat kerja, disusun dengan
pendekatan bidang pekerjaan. Standar kompetensi terbentuk atas sejumlah unit
kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu.

Unit kompetensi
Merupakan uraian fungsi dan tugas atau pekerjaan yang mendukung tercapainya standar
kompetensi. Setiap unit kompetensi memiliki sejumlah elemen kompetensi.

Elemen kompetensi
Merupakan bagian terkecil dari unit kompetensi yang mengidentifikasikan sejumlah fungsi
tugas atau kegiatan yang harus dikerjakan untuk mencapai unit kompetensi tersebut.

Kriteria unjuk kerja (KUK)


Merupakan langkah kerja yang harus dilaksanakan dalam pencapaian elemen
kompetensi. KUK mencerminkan kegiatan yang menggambarkan 3 aspek, yaitu
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kerja. Selain itu KUK juga menunjukkan sejauh
mana persyaratan elemen kompetensi dapat diukur berdasarkan pada tingkat yang
diinginkan.

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 8 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

2.2.2 Daftar unit kompetensi

Terdapat 19 unit kompetensi dalam jabatan manajemen air minum :

A. Kelompok kompetensi umum


1. Menerapkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja.
2. Melaksanakan manajemen umum.

B Kelompok kompetensi inti


1. Melaksanakan manajemen mutu
2. Melaksanakan manajemen strategik
3. Melaksanakan manajemen sumber daya manusia
4. Melaksanakan manajemen aset/barang
5. Melaksanakan manajemen keuangan dan akuntansi
6. Melaksanakan manajemen informasi
7. Melaksanakan manajemen operasi SPAM
8. Melaksanakan manajemen pemeliharaan SPAM
9. Melakukan komunikasi
10. Melaksanakan konseling
11. Melaksanakan negosiasi bisnis
12. Melakukan manajemen bisnis air minum
13. Melakukan manajemen investasi
14. Melakukan manajemen resiko
15. Melaksanakan kemitraan pemerintah badan usaha

C Kelompok kompetensi khusus


1. Menerapkan prinsip pengadaan barang dan jasa
2. Melakukan hubungan masyarakat

2.2.3 Durasi pelatihan

Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pelatihan seluruh 19 unit kompetensi adalah
111 JPL, dimana 1 JPL (jam pelajaran) adalah 45 menit.

Sedangkan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pelatihan unit kompetensi ini
adalah 5 JPL.

2.2.4 Kesempatan mencapai kompetensi

Jika anda belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, pelatih anda
akan mengatur rencana pelatihan dengan anda. Rencana ini akan memberikan anda

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 9 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

kesempatan kembali untuk meningkatkan level kompetensi anda sesuai dengan level
yang diperlukan.

Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali.

2.3. Unit kompetensi yang dipelajari

2.3.1. Judul unit

Judul unit kompetensi: Melaksanakan manajemen resiko

2.3.2. Kode unit

Kode unit: PAM.MM02.014.01.

2.3.3. Deskripsi unit

Unit ini berhubungan dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang
dibutuhkan dalam melaksanakan manajemen resiko.

2.3.4. Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja

Elemen kompetensi yang harus dikuasai dalam unit kompetensi berikut kriteria unjuk
kerja terdapat pada tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja pada unit kompetensi
melaksanakan manajemen resiko

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

01. Melakukan identifikasi resiko. 1.1. Jenis resiko yang berpotensi menimbulkan
masalah dalam pengelolaan SPAM diidentifikasi
dari data dan informasi yang tersedia atau yang
secara khusus dihimpun untuk keperluam
tersebut.
1.2. Analisis terhadap kemampuan pelanggan/klien,
rekanan, vendor dan mitra bisnis lainnya sebagai
faktor utama resiko dalam pengelolaan SPAM
dilakukan secara objektif dan akurat.
1.3. Berbagai hal penting yang sangat berperan dalam
melaksanakan manajemen SPAM ( antara lain
informasi klien, kebocoran produksi, tunggakan
pembayaran klien dan lainnya) dipahami dan
dianalisis dengan seksama.
1.4. Potensial resiko yang ada diklasifikasi berdasar
jenis, karakter penyebab masalahanya.

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 10 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

02. Melakukan perhitungan resiko. 2.1 Probabilitas resiko yang timbul dihitung berdasar
pada data dan informasi yang relevan..
2.2 Kuantifikasi resiko yang muncul dilakukan sesuai
dengan hasil analisis potensial resiko yang
muncul.
2.3 Daftar kuantifikasi resiko dibuat sesuai dengan
kelompok dan jenisnya serta dirumuskan
cara/metode mitigasinya
03. Melakukan mitigasi resiko. 3.1 Permasalahan atau resiko yang timbul dan faktor
penyebabnya diidentifikasi baik dari sisi internal
maupun eksternal.
3.2 Metode mitigasi untuk menanggulangi resiko
dipilih berdasar pada hasil analisis faktor
penyebab, alternatif pemecahan dan biaya yang
timbul.
3.3 Pelaksanaan mitigasi resiko dilakukan dengan
menggunakan metode yang ditetapkan dengan
tetap mempertimbangkan kebijakan perusahaan
dalam menanggunalngi resiko dan aspek hukum
yang berlaku.
04. Menetapkan strategi 4.1 Hasil mitigasi resiko dikaji ulang untuk
pengelolaan resiko. memperoleh pola mitigasi yang efektif dan efisien
dalam meminimalkan resiko yang timbul.
4.2 Tindakan pencegahan terjadinya resiko
dirumuskan berdasar pada hasil kajian
pelaksanaan mitigasi.
4.3 Penggunaan atau manfaat asuransi dalam
pengelolaan resiko dipertimbangkan untuk
memperkecil resiko kerugian perusahaan.
4.4 Laporan pelaksanaan pengelolaan resiko dibuat
dan disampaikan kepada pihak yang terkait dan
didokumentasikan untuk keperluan pengelolaan
resiko berikutnya.

2.3.5. Batasan variabel

1. Konteks variabel :
Unit ini berlaku untuk melakukan identifikasi resiko, melakukan perhitungan resiko,
melakukan mitigasi resiko dan menerapkan strategi pengelolaan resiko yang
digunakan untuk melaksanakan manajemen resiko.

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 11 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

2. Perlengkapan untuk melaksanakan manajemen resiko pada pengelolaan air minum,


mencakup:
2.1 Persyaratan perasuransian.

3. Tugas pekerjaan untuk melaksanakan manajemen resiko pada pengelolaan air


minum meliputi :
3.1 Melakukan identifikasi resiko.
3.2 Melakukan perhitungan resiko.
3.3 Melakukan mitigasi resiko.
3.4 Menetapkan strategi pengelolaan resiko.

4. Peraturan untuk melaksanakan manajemen resiko pada pengelolaan air minum


adalah :
4.1 Peraturan Presiden no 67 tahun 2005

2.3.6. Panduan penilaian

1. Penjelasan prosedur penilaian :


Alat, bahan dan tempat penilaian serta unit kompetensi yang harus dikuasai
sebelumnya yang mungkin diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini dengan
unit-unit kompetensi yang terkait :
1.1. PAM.MM01.002.01 : Melaksanakan manajemen umum.

2. Kondisi penilaian :
2.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat
berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut yang terkait dengan
identifikasi resiko, perhitungan resiko, mitigasi resiko, dan strategi
pengelolaan resiko pada pelaksanaan manajemen resiko.
2.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara : lisan, tertulis, demonstrasi/praktik,
dan simulasi di workshop dan atau di tempat kerja.

3. Pengetahuan yang dibutuhkan :


Pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini sebagai berikut :
3.1. Ilmu manajemen.
3.2. Ekonomi makro dan mikro.
3.3. Teori pengambilan keputusan.

4. Keterampilan yang dibutuhkan :


Keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini sebagai berikut :
4.1. Membuat analisis keuangan.
4.2. Membuat proposal.

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 12 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

5. Aspek kritis :
Aspek kritis yang merupakan kondisi kerja untuk diperhatikan dalam mendukung unit
kompetensi ini, sebagai berikut :
5.1. Kuantifikasi resiko.
5.2. Strategi pengelolaan.

2.3.7. Kompetensi kunci

Kompetensi kunci dalam mencapai unjuk kerja yang disyaratkan terdapat pada tabel 2.2
di bawah ini.

Tabel 2.2 Kompetensi kunci dalam pencapaian unjuk kerja melaksanakan manajemen
resiko

NO KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT TINGKAT

1. Mengumpulkan, mengorganisasi dan menganalisa informasi 2

2. Mengkomunikasikan ide-ide dan menginformasikan 2

3. Merencanakan dan mengorganisir kegiatan 3

4. Bekerjasama dengan orang lain dan berkelompok 3

5. Menggunakan ide serta tehnik matematika 2

6. Memecahkan masalah 3

7. Menggunakan teknologi 2

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 13 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

BAB III
STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1 Strategi pelatihan

Persiapan dan perencanaan pelatihan:


• Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan
tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar anda.
• Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.
• Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan
pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki.
• Merencanakan aplikasi praktik pengetahuan dan keterampilan anda.

Permulaan dari proses pembelajaran:


• Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas yang terdapat pada tahap
belajar.
• Merevisi dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan anda.

Pengamatan terhadap tugas praktik:


• Mengamati keterampilan praktik yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang
telah berpengalaman lainnya.
• Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang konsep sulit yang anda temukan.

Implementasi dan penilaian:


• Penilai akan mengumpulkan bukti dan membuat pertimbangan mengenai
pengetahuan, pemahaman dan unjuk kerja tugas-tugas anda dan sikap anda terhadap
pekerjaan.
• Penilaian dapat dilaksanakan dengan tujuan sebagai bantuan dan dukungan belajar.
• Anda akan dinilai untuk menentukan apakah anda telah mencapai kompetensi sesuai
dengan standar yang dijelaskan dalam kriteria unjuk kerja.

3.2 Metode pelatihan

Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus,
kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan.

Belajar secara mandiri:


Belajar secara mandiri memperbolehkan anda untuk belajar secara individual, sesuai
dengan kecepatan belajar masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 14 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

bebas, anda disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan
kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.

Belajar berkelompok
Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk datang bersama secara teratur dan
berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip
sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, namun sesi kelompok tetap
memberikan interaksi antara peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja.

Belajar terstruktur
Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh
pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar terstruktur ini umumnya mencakup topik tertentu.

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 15 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

BAB IV
MANAJEMEN RESIKO

4.1 Identifikasi resiko

4.1.1 Pemahaman konsep resiko

Setiap perusahaan/organisasi pasti mempunyai tujuan, yang utamanya adalah


membangun nilai (value) kepada semua pihak yang terkait (para pemangku kepentingan);
seperti memastikan operasi perusahaan berjalan efisien dan efektif, memberikan
kepuasan kepada pelanggan, dan mempertahankan reputasi perusahaan. Tujuan
tersebut dapat dicapai melalui proses, mulai dari penetapan strategi dan rencana kerja,
upaya merealisasi rencana tersebut, pengawasannya dan menikmati hasil dari tujuan
yang telah ditetapkan.

Dalam upaya pencapaian tujuan tersebut, setiap perusahaan sama-sama menghadapi


berbagai ketidakpastian. Ketidakpastian itu mengandung nilai resiko potensial yang dapat
menghilangkan peluang untuk menghasilkan nilai tambah, bahkan dapat mengurangi nilai
yang telah ada bagi para pemangku kepentingan. Sehingga resiko dapat didefinisikan
sebagai suatu keadaan yang menghambat perusahaan/organisasi dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.

Memahami konsep resiko secara luas merupakan dasar yang esensial untuk memahami
konsep dan teknik manajemen resiko. Di bawah ini diberikan beberapa definisi mengenai
resiko yang diharapkan akan meningkatkan pemahaman tentang konsep resiko. Karena
subyek resiko begitu kompleks serta meliputi berbagai bidang yang berbeda, maka
terdapat pengertian yang bervariasi, antara lain:
• Resiko adalah kemungkinan terjadinya kerugian.
• Resiko adalah ketidakpastian. Misal dalam peramalan cuaca, apakah akan terjadi
hujan atau tidak. Ketidakpastian dalam alam yang menimbulkan resiko dalam
pengambilan keputusan.
• Resiko merupakan penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan. Dimana
penyimpangan merupakan pernyataan ketidakpastian secara statistik.
• Resiko adalah probabilitas outcome aktual akan berbeda dengan outcome yang
diharapkan.

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 16 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

Biaya-biaya yang timbul karena menanggung resiko dapat dibagi atas:


• Biaya dari kerugian yang tidak diharapkan.
• Biaya dari ketidakpastian itu sendiri.

Resiko pada umumnya diartikan sebagai kemungkinan terjadinya kegagalan atau


kerugian karena proses atau peristiwa tidak dilaksanakan dan memberikan hasil tidak
sebagaimana yang direncanakan. Dimana resiko merupakan suatu umpan balik negatif
yang timbul dari suatu kegiatan dengan tingkat probabilitas berbeda untuk setiap
kegiatan. Pada dasarnya resiko dari suatu kegiatan tidak dapat dihilangkan akan tetapi
dampaknya terhadap hasil suatu kegiatan dapat diperkecil. Untuk mengurangi
kemungkinan negatif terhadap pencapaian tujuan perusahaan, perusahaan harus mampu
(i) mengidentifikasi jenis resiko yang dihadapi perusahaan, (ii) mengukur dampak tingkat
resiko dan dampaknya terhadap aktivitas perusahaan, (iii) menyusun strategi dan
alternatif pengurangan resiko, dan (iv) menentukan alokasi kepada pihak lain yang terkait,
Proses menganalisa serta memperkirakan timbulnya suatu resiko dalam suatu kegiatan
disebut sebagai manajemen resiko.

Manajemen resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola


ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; merupakan suatu rangkaian proses
meliputi identifikasi resiko, analisis resiko, mengukur/menilai resiko, serta pengembangan
strategi untuk mengelola resiko dengan menggunakan sumber daya yang ada dengan
tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas perusahaan. Strategi yang dapat
digunakan antara lain adalah memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari resiko,
mengurangi efek negatif resiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi dari
resiko tertentu.

4.1.2 Identifikasi jenis resiko

Identifikasi jenis resiko merupakan suatu proses yang sistematis untuk menemukan
resiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas usaha. Identifikasi resiko secara
lengkap dan akurat merupakan hal yang sangat vital dalam manajemen resiko.

Perusahaan dapat mengidentifikasi resiko melalui pengamatan operasi normal dari


kegiatannya. Misal perusahaan yang menggunakan banyak mesin sudah seharusnya
lebih memperhatikan kecelakaan yang disebabkan oleh mesin tersebut. Perusahaan
yang memproduksi mainan anak harus memperhatikan potensi kecelakaan terhadap
anak-anak akibat mainan tersebut.

Salah satu aspek penting dalam kegiatan identifikasi resiko adalah dengan membuat
daftar item resiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin (checklist). Checklist dibangun

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 17 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

untuk menemukan item resiko dan menjelaskan jenis-jenis kerugian yang dihadapi
perusahaan.

Namun metoda checklist ini terlalu sederhana untuk diterapkan pada perusahaan yang
kompleks dan dinamis, sehingga diperlukan metoda lain yang lebih sistematis guna dapat
mengeksplorasi dan melengkapi semua aspek dari perusahaan, yaitu (i) kuesioner
analisis resiko, (ii) metoda laporan keuangan, (iii) metoda peta aliran, (iv) inspeksi
langsung pada obyek, (v) interaksi terencana dengan bagian-bagian dalam perusahaan,
(vi) catatan statistik tentang kerugian di masa lalu, (vii) analisis lingkungan, sebagaimana
dijelaskan di bawah ini:

a. Kuesioner analisis resiko,


Dengan menggunakan kuesioner untuk memastikan bahwa informasi yang diperlukan
tidak ada yang tertinggal atau terlupakan.

b. Metoda laporan keuangan,


Dengan menganalisis neraca, laporan laba rugi, dan catatan pendukung lainnya,
dapat diidentifikasi semua resiko yang berkenaan dengan harta, hutang dan
personalia perusahaan. Juga dengan menggabungkan laporan keuangan dengan
prediksi keuangan dan anggaran dapat diidentifikasi resiko yang akan dihadapi,
karena setiap transaksi bisnis pada akhirnya akan berhubungan dengan uang maupun
hak milik.

c. Metoda peta aliran,


Suatu peta aliran (flow chart) menggambarkan seluruh operasi dari perusahaan yang
bersangkutan, dimulai dari bahan baku (untuk PDAM adalah air baku), listrik, dan
input lain-lain yang diperlukan dan berakhir dengan produk jadi dalam tangan
langganan (air siap minum di pelanggan).

Checklist dari kerugian potensial diserahkan pada masing-masing bagian dan unit
operasional yang terlibat dalam peta aliran untuk dianalisis dan menentukan kerugian
yang mana yang dihadapi oleh perusahaan, sebagai berikut:
• Kerugian yang berhubungan dengan harta, misal penggantian truk, mesin, pompa
baik karena bencana fisik atau disebabkan oleh manusia.
• Kerugian yang berhubungan dengan tanggungjawab, misal kualitas air tidak
memenuhi persyaratan, kelalaian supir perusahaan, kecelakaan pegawai.
• Kerugian personil, adalah kerugian karena pegawai yang penting (yang
menentukan) tidak bisa bekerja lagi.

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 18 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

d. Inspeksi,
Dengan melakukan pengamatan langsung jalannya operasional, bekerjanya mesin,
lingkungan kerja, kebiasaan kerja para pegawai, dst, maka manajer resiko dapat
mempelajari lebih banyak tentang bahaya (hazard) yang mungkin tidak disadari oleh
pegawai, atau mungkin tidak ditemukan dalam laporan tertulis.

e. Interaksi dengan bagian lain,


Keberhasilan manajer resiko dalam mengidentifikasi dan menganalisis resiko sangat
tergantung pada kerjasama dengan bagian-bagian lain. Manajer bagian lain ini akan
menjadi waspada terhadap resiko yang dihadapinya. Interaksi ini meliputi (i) tanya
jawab dengan manajer bagian dan pegawainya, dan (ii) laporan lisan atau tertulis dari
bagian-bagian tersebut baik atas inisiatif mereka maupun sebagai laporan rutin yang
memberi informasi terkini mengenai perkembangan yang relevan.

f. Statistik kerugian,
Berdasarkan data statistik kerugian yang lalu selain dapat menunjukkan jumlah
kerugian yang ada juga dapat menunjukkan kerugian manakah yang sering terjadi.

g. Analisis lingkungan,
Merupakan analisis terhadap lingkungan yang relevan, yaitu pelanggan, pemasok,
kompetitor/saingan jika ada, Undang-undang dan peraturan lainnya yang dikeluarkan
pemerintah.

4.1.3 Analisis resiko

Resiko bisnis perusahaan juga dipengaruhi oleh berbagai karakteristik khusus


perusahaan, yang dapat mempengaruhi kemampuan produksi perusahaan. Analisis
terhadap kemampuan pelanggan, rekanan, vendor, mitra bisnis, peraturan perudangan,
dll yang merupakan faktor utama dalam pengelolaan SPAM dilakukan secara obyektif
dan akurat, antara lain:

a. Pendanaan yang terbatas.


Akses dalam pendanaan yang terbatas menyebabkan fleksibilitas yang dimiliki untuk
menutup pengeluaran perusahaan juga terbatas. Pendanaan yang terbatas
mengakibatkan resiko bisnis yang lebih banyak.

b. Prasarana dan sarana yang terbatas.


Dengan prasarana dan sarana yang terbatas, PDAM tidak dapat memenuhi
kebutuhan air yang semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 19 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

perekonomian. PDAM perlu melakukan pengembangan usaha. Di sisi lain,


pengembangan usaha memerlukan dana dan sumber daya pengelolaan yang besar.

c. Ketergantungan pada satu produk.


Pendapatan perusahaan bergantung pada 1 produk. Apabila permintaan atas produk
menurun maka pendapatan akan berkurang secara nyata. Bagi PDAM, resiko ini
dapat terjadi bila SPAM hanya bergantung pada satu sumber air baku. . Selain itu
resiko ini juga dapat terjadi bila penyediaan air minum bukan ‘monopoli’ dari 1 PDAM
saja

d. Ketergantungan pada satu pelanggan.


Perusahaan yang bergantung pada satu pelanggan memiliki resiko bisnis yang tinggi,
karena kinerja mereka akan menurun secara tiba-tiba apabila pelanggan berpindah ke
pesaing. Contoh bagi PDAM adalah kasus dimana pelanggan meter besar berpindah
menggunakan air tanah (karena air tanah berlimpah).

e. Ketergantungan pada satu pemasok.


Perusahaan yang bergantung pada pemasok tunggal akan sangat terpengaruh
apabila pemasok tidak dapat memenuhi kewajibannya. Kasus PDAM adalah pasokan
air baku dan enerji.

f. Ketergantungan pada karyawan kunci.


Saat perusahaan bergantung pada karyawan kunci dalam kegiatannya, maka kinerja
perusahaan akan turun bila karyawan tersebut meninggal, sakit, atau keluar dari
perusahaan. Resiko ketergantungan terhadap karyawan tunggal dapat dikurangi
dengan melakukan diversifikasi tanggungjawab pekerjaan, sehingga setiap pekerjaan
dapat dilakukan oleh lebih dari 1 (satu) karyawan.

g. Kerugian properti.
Adalah kerugian yang disebabkan oleh kerusakan properti. Kerugian keuangan
perusahaan dapat berasal dari beban perbaikan kerusakan tersebut, tetapi juga dari
gangguan terhadap operasi perusahaan sehingga menyebabkan hilangnya
pendapatan. Contoh kasus untuk PDAM adalah kerusakan pada fasilitas/bangunan
inti (kapasitas instalasi menurun, kebocoran jaringan pipa)

h. Kerugian hutang.
Adalah kerugian keuangan karena tindakan perusahaan yang menyebabkan
kerusakan bagi orang lain atau propertinya. Sebagai contoh perusahaan
bertanggungjawab untuk pelanggan yang cedera karena produk cacat yang diproduksi
perusahaan. Contoh kasus PDAM adalah kualitas air minum yang didistribusikan;

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 20 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

dimana diare akan menyebar jika PDAM mendistribusikan air yang mengandung
bakteri (ditandai dengan tercemar oleh e.coli).

i. Klaim kompensasi karyawan.


Adalah biaya yang timbul karena perusahaan harus membayar kompensasi kepada
karyawan yang terluka dalam pekerjaan, termasuk tagihan pengobatan dan
kehilangan upah. Manajemen resiko yang tepat harus dapat memperkirakan kegiatan
operasional yang ada dan memastikan bahwa peralatan dan mesin sudah aman serta
tugas-tugas dikerjakan sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
Dapat dilakukan pembuatan asuransi diri untuk menyediakan dana guna menutupi
kompensasi karyawan; atau membeli asuransi kompensasi karyawan. Premi asuransi
tergantung pada besarnya kompensasi karyawan yang akan dibayarkan perusahaan
pada kecelakaan kerja.

Selanjutnya dilakukan analisis resiko yaitu melakukan analisis terhadap resiko yang
diidentifikasikan akan dihadapi oleh perusahaan, perkiraan kemungkinan kejadian, serta
evaluasi dampak potensial yang akan muncul dari suatu kegiatan secara kualitatif dan
kuantitatif.

4.1.4 Klasifikasi resiko potensial

Hasil utama dari identifikasi dan analisis resiko adalah identifikasi dari potensi resiko-
resiko dan dampaknya terhadap sistem/perusahaan. Pertimbangan keuntungan dan
kerugian dari pengantisipasian ancaman tersebut merupakan hal yang penting pada saat
penyusunan suatu strategi guna meminimalkan resiko. Selain itu, tindakan antisipasi ini
juga mempengaruhi pengambilan keputusan misalnya yang berhubungan dengan
investasi, proses produksi, konstruksi dan lain-lain. Potensial resiko yang ada selanjutnya
diklasifikasi berdasar jenis dan karakter penyebab masalah.

Tabel 4.1 memberikan contoh-contoh analisis terhadap resiko yang secara umum dapat
dihadapi perusahaan.

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 21 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

Tabel 4.1 Contoh klasifikasi resiko yang dihadapi perusahaan

Kategori resiko Analisis resiko/checklist

Resiko keuangan Resiko pasar, antara • Resiko atas kerugian investasi pada akuisisi
lain resiko tingkat suatu perusahaan.
bunga, resiko nilai • Kerugian kurs mata uang asing.
tukar, resiko
komoditas, dan resiko
ekuitas
Resiko Resiko sumber daya • Resiko tidak mempunyai staf yang berkualitas
operasional manusia karena masalah rekrutmen
• Resiko kehilangan staf kunci karena program
kompensasi yang di bawah pasar
Resiko produktivitas • Kegagalan untuk meng-upgrade dan
memodernisasi sistem.
Resiko teknologi • Resiko peningkatan biaya operasi
• Kegagalan mereduksi kehilangan air non
Resiko inovasi teknis.
• Teknologi yang dipilih gagal berfungsi
Resiko sistem sebagaimana yang diharapkan.
• Pelanggaran terhadap kerahasiaan sistem
atau kebocoran pengamanan.
Resiko proses • Kurangnya proses yang tidak didokumenta-
sikan (tidak memiliki prosedur tetap).
• Sebaliknya, pengendalian administratif yang
terlalu kuat dan terpusat dapat menimbulkan
resiko tidak dapat bertindak cepat.
• Resiko tunggakan pembayaran dari pelanggan
Resiko strategis Resiko bisnis • Pertumbuhan yang diperoleh melalui akuisisi
yang agresif.
Resiko hubungan
• Kegagalan meningkatkan kapasitas produksi.
investor
• Kegagalan peningkatan cakupan pelayanan.
Resiko transaksi
strategis, program • Kegagalan mereduksi kehilangan air teknis.
kemitraan • Sebaliknya, apabila menerapkan strategi yang
terlalu konservatif juga mengandung resiko
penguasaan pasar oleh kompetitor.
• Pengoperasian oleh mitra usaha tidak
mencapai hasil yang diinginkan (laba, arus kas
bersih).
Resiko Resiko lingkungan • Menurunnya kapasitas sumber air.
eksternalitas • Peraturan lingkungan hidup yang
mempengaruhi proses produksi, misal
pembuangan limbah instalasi.
Resiko tarif • Resiko kenaikan tarif tidak tercapai sesuai
yang direncanakan.
Resiko hukum • Undang-undang, peraturan/regulasi, perlin-
dungan konsumen, dll, yang mempengaruhi
proses produksi, misal pencapaian kualitas air
minum, regulasi K3.
• Resiko gagal mendapatkan ijin pembangunan,
lisensi penggunaan teknologi.
• Resiko beroperasi secara ‘berani’.

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 22 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

4.2 Pengukuran resiko

Setelah melakukan identifikasi dan analisis resiko, selanjutnya dilakukan pengukuran


resiko dengan cara melihat seberapa besar potensi keparahan (severity) dan probabilitas
terjadinya resiko tersebut. Masing-masing resiko harus dikuantifikasi secara matematis
dengan menentukan kemungkinan terjadinya dan tingkat akibat finansial bila peristiwa
semacam ini terjadi. Dengan informasi ini maka strategi pengurangan resiko dan
pengelolaan yang tepat dapat dikembangkan.

Beberapa resiko memang mudah diukur, namun sangat sulit untuk memastikan
probabilitas suatu kejadian yang jarang terjadi. Selain itu kesulitan dalam menentukan
kemungkinan terjadi resiko juga disebabkan karena informasi statistik tidak selalu
tersedia untuk beberapa resiko tertentu. Sehingga penentuan probabilitas terjadinya
suatu kejadian sangatlah subyektif dan lebih didasarkan pada nalar dan pengalaman.

Tujuan utama melakukan pengukuran resiko adalah mengukur dampak dari ancaman-
anacaman yang berpotensi untuk berdampak pada sistem. Karena itu sangatlah penting
untuk menentukan dugaan yang terbaik pada tahapan ini, supaya nantinya akan dapat
memprioritaskan implementasi perencanaan manajemen resiko dengan baik. Jadi dapat
dikatakan bahwa tujuan pengukuran resiko ini adalah untuk (i) menentukan peringkat
kepentingan relatif resiko ini, serta (ii) memperoleh informasi yang akan menolong dalam
menetapkan cara yang terbaik untuk menangani resiko.

Informasi yang diperlukan berkaitan dengan pengukuran resiko didasarkan pada dua
penilaian, yaitu:
1. Frekuensi kerugian yang terjadi (probabilitas).
2. Keparahan dari kerugian tersebut (pengaruh).

Data minimal yang diperlukan untuk tiap butir informasi/penilaian di atas adalah:
• Nilai rata-rata dalam tiap periode anggaran.
• Variasi dari nilai tersebut dari tiap periode anggaran.
• Dampak keseluruhan dari kerugian tersebut jika seandainya kerugian tersebut
ditanggung sendiri.

Penentuan resiko dilakukan melalui penilaian resiko yang didasarkan atas kedua
informasi atau ancaman di atas yaitu (i) probabilitas atau kemungkinan terjadinya
peristiwa dan (ii) pengaruh kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan. Probabilitas resiko
yang timbul dihitung berdasarkan pada data dan informasi yang relevan. Penilaian resiko
disajikan dalam tabel resiko dengan format terdapat pada tabel 4.2.

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 23 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

1. Buat skala untuk mewakili probabilitas atau kemungkinan resiko terjadi, yaitu :
• 100 : sangat tinggi
• 70 : tinggi
• 40 : sedang
• 10 : rendah.

2. Buat skala nilai untuk pengaruh kejadian / dampak resiko / tingkat ancaman
• 1,0 : sangat parah, katastropik (catastrophic)
• 0,7 : parah, kritis (critical)
• 0,4 : kecil, marjinal (marginal)
• 0,1 : dapat diabaikan (negligible).

Dalam penentuan kuantifikasi resiko, langkah yang dilakukan adalah dengan


mendefinisikan dampak resiko dalam bentuk matriks sehingga resiko dapat terukur.
1. Matriks dapat dibuat dalam bentuk seperti pada tabel 4.3.
2. Hitung hasil kali probabilitas dan pengaruh resiko (tabel 4.3, kolom 4).
3. Urutkan tabel 4.3 berdasarkan probabilitas dan pengaruh, yang menunjukkan skala
prioritas dari manajemen resiko.

Tabel 4.2 Matriks penentuan resiko

Dampak
Tingkat ancaman Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah
(100) (70) (40) (10)

Catastrophic (1,0) 100 x 1= 100 70 x 1 = 70 40 x 1 = 40 10 x 1 = 10

Critical (0,7) 100 x 0,7 = 0,7 70 x 0,7 = 49 40 x 0,7 = 28 10 x 0,7 = 7

Marginal (0,4) 100 x 0,4 = 40 70 x 0,4 = 28 40 x 0,4 = 16 10 x 0,4 = 4

Negligible (0,1) 100 x 0,1 = 10 70 x 0,1 = 7 40 x 0,1 = 4 10 x 0,1 = 1

Tabel 4.3 Contoh kuantifikasi resiko

Resiko Probabilitas Dampak Penilaian resiko


(1) (2) (3) (4)
1. Kegagalan naik tarif 100 0,7 100 X 0,7 = 70
2. Banjir 40 1 10 X 1 = 40
3. Kualitas air baku 40 0,7 40 X 0,7 = 28
4. dll … … ….
Isi dengan Isi dengan Hitung
skala 10 - 100 skala 0,1 - 1 probabilitas X dampak

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 24 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

Selain untuk menentukan kepentingan relatif yang disusun dalam tabel kuantifikasi resiko
di atas, suatu kerugian potensial perlu pula diukur untuk menolong mendapatkan
informasi dalam penetapan cara terbaik untuk menangani resiko tersebut. Sebagai
contoh, probabilitas rata-rata per tahun suatu kejadian dikalikan nilai keparahan kerugian
akan sama dengan nilai total kerugian rata-rata yang diharapkan dalam 1 tahun. Kerugian
rata-rata ini dapat dibandingkan dengan misal premi asuransi yang harus dibayar.

Setelah mengukur/mendefinisikan suatu resiko dalam skala tertentu, langkah selanjutnya


adalah membuat suatu rekomendasi dari hasil matriks yang timbul, dimana pendefinisian
skala rekomendasi yang dibuat berdasarkan skala prioritas perusahaan. Rekomendasi
tersebut meliputi beberapa hal sebagai berikut :
1. Rekomendasi tingkat keefektifitasan suatu sistem secara keseluruhan.
2. Rekomendasi yang berhubungan dengan regulasi dan undang-undang yang berlaku.
3. Rekomendasi atas kebijakan organisasi.
4. Rekomendasi terhadap dampak operasi yang akan timbul.
5. Rekomendasi atas tingkat keamanan dan kepercayaan.

4.3 Mitigasi resiko

4.3.1 Resiko dalam pengelolaan SPAM

Walaupun sudah mengembangkan berbagai macam strategi pengelolaan, perusahaan


masih banyak menghadapi kemungkinan-kemungkinan negatif atau resiko yang akan
mengganggu pencapaian tujuan perusahaan. Permasalahan yang sering dihadapi PDAM
dalam menjalankan usahanya adalah bagaimana PDAM memenuhi kebutuhan
operasional dan pengembangan prasarana yang sangat terbatas, serta memenuhi aspek
regulasi yang ditetapkan.

Pada tabel 4.4 diberikan contoh eksplorasi resiko yang umumnya dihadapi dalam
melaksanakan pengelolaan SPAM beserta dampak yang dihadapi. Resiko-resiko yang
lebih terinci dapat digali lebih jauh pada tiap prosedur kerja di masing-masing bagian atau
bidang.

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 25 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

Tabel 4.4 Contoh resiko yang dihadapi oleh PDAM

No Kategori Resiko bagi PDAM Dampak / kerugian


resiko
1 Resiko Terus menurunnya pola • Menurunkan volume air terjual
operasional konsumsi air per • Menurunkan pendapatan
sambungan
2 Tunggakan pembayaran • Mempengaruhi pendapatan
dari pelanggan
3 Kehilangan air non teknis • Menurunkan pendapatan
yang tinggi
4 Peningkatan biaya enerji, • Meningkatkan biaya pengolahan
harga bahan kimia
5 Terjadi banjir parah yang • Mempengaruhi tingkat pelayanan:
mengganggu pasokan air kontinuitas dan kuantitas.
baku dan pendistribusian air • Menurunkan volume produksi dan
terolah akibat kerusakan di volume air terjual
instalasi produksi dan
reservoir distribusi/pompa
6 Kualitas air distribusi • Penyebaran penyakit
tercemar e-coli • Tanggungjawab terhadap pelanggan
7 Tidak mampu • Produktivitas menurun
merehabilitasi/meng- • Menurunkan volume air terjual
upgrade instalasi produksi
8 Resiko strategis Ketidakmampuan • Volume produksi dan volume air
meningkatkan pasokan air terjual tidak dapat ditingkatkan
baku yang dapat • Tingkat pelayanan, yaitu kuantitas
dihandalkan sesuai dengan tidak dapat ditingkatkan
peningkatan kebutuhan air • Tidak dapat meningkatkan cakupan
pelayanan
9 Kompetisi dengan air • Sulit meningkatkan cakupan
tanah/sumber lain pelayanan
• Menurunkan volume air terjual
• Menurunkan pendapatan
10 Lambatnya pertumbuhan • Cakupan pelayanan tidak bertambah
jumlah sambungan meter • Volume air terjual tidak bisa
besar dan sambungan ditingkatkan
komersial dibandingkan • Sulit meningkatkan pendapatan
dengan yang direncanakan
11 Lambatnya pertumbuhan • Cakupan pelayanan tidak bertambah
sambungan domestik • Volume air terjual tidak bisa
dibandingkan dengan yang ditingkatkan
direncanakan • Sulit meningkatkan pendapatan
12 Kehilangan air teknis yang • Menurunkan volume air terjual
tinggi • Kehilangan biaya produksi

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 26 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

Tabel 4.4 lanjutan

No Kategori Resiko bagi PDAM Dampak / kerugian


resiko
13 Resiko Penurunan kehandalan • Penurunan volume produksi dan
eksternalitas kuantitas air baku volume air terjual
• Penurunan tingkat pelayanan, yaitu
kontinuitas dan kuantitas.
• Penurunan pendapatan
14 Penurunan kualitas air baku • Meningkatkan biaya pengolahan
• Penurunan tingkat pelayanan yaitu
kualitas air
15 Peningkatan harga air baku • Meningkatkan biaya pembelian air
baku
16 Kenaikan tarif tidak tercapai • Mempengaruhi pendapatan
sesuai yang direncanakan • Mempengaruhi operasional
17 Kewajiban untuk memenuhi • Tanggungjawab terhadap kualitas
UU lingkungan, misal lingungan/kerusakan lingkungan
standar kualitas air limbah • Meningkatkan biaya pengolahan
untuk IPA
18 Perijinan pembangunan • Kegagalan pelaksanaan proyek
19 Pemenuhan kewajiban • Meningkatkan biaya operasional
Standar Air Minum sesuai • Meningkatkan tarif
PP 16 tahun 2005
20 Pemenuhan kewajiban • Mempengaruhi tingkat pelayanan
cakupan pelayanan sesuai minimal
PP 16 tahun 2005

4.3.2 Metoda mitigasi resiko

Pengelolaan resiko bukan merupakan peniadaan resiko dan seluruh akibat dari suatu
peristiwa resiko. Resiko akan tetap senantiasa menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dari kegiatan usaha pada umumnya. Manajemen harus menetapkan berbagai pilihan
respon terhadap resiko dan mempertimbangkan konsekuensinya pada sering dan besar
pengaruh dari kejadian tersebut, berkaitan dengan resiko perusahaan.

Metoda mitigasi (mengurangi) resiko yang timbul dapat ditentukan berdasarkan hasil
analisis faktor penyebab resiko, dengan mempertimbangkan altenatif pemecahan dan
biaya yang timbul. Pelaksanaan mitigasi resiko dilakukan dengan menggunakan metode
yang ditetapkan dengan tetap mempertimbangkan kebijakan perusahaan dalam
menanggulangi resiko dan aspek hukum yang berlaku.

Sebagai contoh:

a. Resiko perijinan, merupakan resiko dimana suatu proyek gagal mendapatkan ijin
pelaksanaan pembangunan, atau lisensi penggunan teknologi, atau persetujuan dari

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 27 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

instansi pemerintah terkait. Karena itu PDAM harus mempelajari seluruh perijinan,
regulasi dan lain-lain serta kemungkinan keterlambatan suatu proyek. Selain itu dalam
perencanaan proyek, PDAM harus memahami bahwa proyek harus memenuhi
standar keselamatan dan lingkungan hidup

b. Resiko teknologi, merupakan resiko dimana teknologi yang dipilih gagal untuk
berfungsi sebagaimana diharapkan bagi perusahaan. Resiko teknologi sering timbul
karena keinginan pihak sponsor, misal pemberi pinjaman, serta keinginan pemerintah
untuk menggunakan teknologi mutakhir yang mungkin tidak sesuai dengan kondisi
teknis yang ada. Resiko dapat dikurangi dengan penerapan teknologi yang telah
terbukti baik dengan perawatan purna jual yang jelas, dimana biasanya dimiliki
perusahaan dengan reputasi dan sejarah kinerja yang baik. Jaminan pemasok
teknologi harus diperoleh untuk mengurangi resiko bisnis.

c. Resiko kurs valuta asing, timbul karena perusahaan mempunyai kewajiban dalam
valuta asing dimana kurs saat penerimaan kredit tidak sama dengan kurs saat
pembayaran kewajibannya. Perusahaan akan menanggung kerugian yang signifikan
bila kurs valuta asing menguat secara signifikan pada saat kewajiban jatuh tempo.
Alternatif pengurangan resiko biasanya ditempuh dengan melakukan hedging. Strategi
hedging yang dapat digunakan sangat tergantung pada perkembangan pasar valuta
asing. Secara umum perusahaan dapat mengikat transaksi swap atau forward dengan
bank devisa setempat.

d. Resiko suku bunga, berkaitan dengan kemungkinan peningkatan biaya bunga yang
harus dibayar perusahaan. Kemungkinan besar resiko ini terjadi bila perusahaan
memiliki pinjaman dengan suku bunga mengambang. Tingkat bunga biasanya sangat
dipengaruhi tingkat inflasi dan premi resiko atas kredit. Selain itu tingkat suku bunga
juga dikaitkan dengan jangka waktu kredit. Semakin lama kredit, semakin besar
tingkat suku bunga yang diminta kontraktor. Resiko suku bunga sering ditanggulangi
dengan melakukan swap suku bunga, yaitu menukar suku bunga fluktuatif menjadi
suku bunga tetap.

4.4 Strategi pengelolaan resiko

4.4.1 Perumusan strategi pencegahan dan mitigasi resiko

Setelah manajemen resiko mengidentifikasi dan mengukur resiko yang dihadapi


perusahaan, maka perusahaan harus memutuskan bagaimana menangani resiko

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 28 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

tersebut. Pengelolaan resiko bertujuan agar resiko dapat dikendalikan dan diperkecil
sampai ke tingkat yang dapat diterima oleh manajemen dan jajarannya.

Pengelolaan resiko merupakan proses identifikasi dan kuantifikasi resiko yang sistematis,
yang diikuti dengan penerapan strategi yang tepat untuk mengendalikan resiko dan jika
mungkin memperkecil akibat resiko yang terjadi.

Hasil mitigasi resiko yang dilakukan sebelumnya dikaji ulang, untuk memperoleh pola
mitigasi yang efektif dan efisien dalam meminimalkan resiko yang timbul. Tindakan
pencegahan terjadinya resiko dirumuskan berdasarkan pada hasil kajian pelaksanaan
mitigasi.

Terdapat 2 (dua) pendekatan dasar dalam melakukan penanganan resiko, yaitu (i)
pengendalian resiko (risk control), serta (ii) pembiayaan resiko (risk financing).

Pengendalian resiko, dilakukan dengan metode:


• Menghindari resiko,
• Mengendalikan kerugian,
• Pemisahan,
• Kombinasi atau pooling,
• Pemindahan resiko.

Pembiayaan resiko meliputi:


• Pemindahan resiko disertai pembiayaan (risk financing transfer),
• Menanggung resiko (risks retention).

4.4.2 Pencegahan resiko

Pencegahan/pengendalian resiko adalah sebagai berikut:

a. Menghindari resiko
Salah satu cara mengendalikan resiko murni adalah menghindari kegiatan dari
kemungkinan terkena resiko, dengan cara:
• Menolak menerima atau melaksanakan kegiatan itu.
• Menyerahkan kembali resiko yang sudah terlanjur diterima, atau segera
menghentikan kegiatan begitu diketahui mengandung resiko.

Jadi resiko dihapuskan dengan menghentikan operasi yang menyebabkannya.


Menghindari resiko berarti juga menghilangkan resiko tersebut. Sebagai contoh,
perusahaan dapat menghapus resiko kecelakaan yang berasal dari mesin dengan

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 29 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

menghentikan penggunaan mesin. Atau perusahaan dapat menghindari resiko produk


boneka yang cacat dengan menghapus produksi boneka.

Dalam hal ini perlu dipertimbangkan beberapa hal, yaitu:


• Bahwa makin luas resiko yang dihadapi maka makin besar ketidakmungkinan
menghindarinya. Atau dengan kata lain tidak ada kemungkinan untuk menghindari
resiko. Misalnya kalau ingin menghindari resiko tanggung jawab maka semua
kegiatan perlu dihentikan.
• Manfaat atau keuntungan potensial yang akan diterima akan hilang jika
dilaksanakan penghindaran resiko.
• Makin sempit resiko yang dihadapi maka makin besar kemungkinan tercipta resiko
baru; misal menghindari resiko pengangkutan bahan kimia dengan kapal dan
menukarnya dengan pengangkutan darat akan menimbulkan resiko yang
berhubungan dengan pengangkutan darat.

Meskipun penghapusan operasi yang menyebabkan resiko dapat menghilangkan


resiko dengan efektif, namun perusahaan lebih menyukai untuk melanjutkan bisnis
mereka dan mencari jalan keluar yang lain. Misalnya dengan melaksanakan suatu
kebijakan dan prosedur tertentu yang harus diikuti oleh seluruh bagian perusahaan
dan seluruh karyawan.

b. Pengendalian kerugian
Pengendalian kerugian (loss control) dijalankan dengan:
• Merendahkan kans (chance, kemungkinan) untuk terjadinya kerugian.
• Mengurangi keparahannya jika kerugian itu memang terjadi.

Kedua tindakan pengendalian tersebut dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara


yaitu:

1. Tindakan pencegahan kerugian dan tindakan pengurangan kerugian.


Program pencegahan kerugian berusaha mengurangi atau menghilangkan kans
terjadinya kerugian. Sedangkan program pengurangan kerugian bertujuan untuk
mengurangi keparahan potensial dari kerugian. Umumnya dilakukan gabungan
antara program pengurangan dan pencegahan kerugian.

Ilustrasi beberapa program pencegahan kerugian:


- Kans suatu kerugian bisa dikurangi dengan konstruksi memakai bahan tahan api.
- Kans tanggung gugat produk bisa dikurangi dengan memperketat pengawasan
mutu, memilih distributor yang baik, meneliti pernyataan yang dikeluarkan humas

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 30 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

atau hubungan pelanggan yang menjurus kepada kemungkinan penuntutan oleh


konsumen.
- Kans kecelakaan kerja bisa dikurangi dengan mengadakan penyuluhan/pelatihan
keselamatan kerja, mengharuskan pekerja memakai alat pelindung diri, dsb.

Program pengurangan kerugian dapat dibagi atas minimization program dan


salvage program. Minimization program dijalankan sebelum kerugian terjadi (seperti
contoh di atas) atau selama kerugian terjadi (misal memadamkan kebakaran),
dengan tujuan membatasi besarnya kerugian. Salvage program bertujuan untuk
menyelamatkan harta tersisa, misal harta yang tertinggal sesudah terjadi
kebakaran, mengangkat kembali kapal karam, dsb.

2. Menurut sebab kejadian yang akan dikendalikan.


Secara tradisional teknik pengendalian kerugian dapat diklasifikasikan berdasarkan
pendekatan yang dilakukan. Dalam prakteknya kedua pendekatan ini dijalankan
secara simultan.
- Pendekatan enjinering yang menekankan kepada sebab-sebab yang bersifat
fisikal dan mekanikal, misalnya memperbaiki kabel/panel listrik yang tidak
memenuhi syarat, memperbaiki pembuangan limbah yang tidak memenuhi
ketentuan, memperbaiki konstruksi bangunan dengan kualitas buruk, dsb.
- Pendekatan hubungan kemanusiaan, menekankan sebab-sebab kecelakaan
yang berasal dari faktor manusia, seperti kelengahan, kelalaian, sengaja tidak
memakai alat pelindung diri yang diharuskan, dll

3. Menurut lokasi dari kondisi-kondisi yang akan dikendalikan.


Tindakan pengendalian resiko dapat pula diklasifikasikan menurut lokasi daripada
kondisi yang direncanakan untuk dikendalikan. Misal kerusakan kebakaran
terhadap bangunan, tergantung pada kondisi-kondisi di lokasi tersebut, yaitu orang
yang menggunakan bangunan dan masyarakat sekitar.

4. Menurut waktunya (timing).


Pendekatan menurut waktu ini mempertanyakan apakah metoda pengendalian
akan diterapkan (i) sebelum kejadian, (ii) selama kejadian berlangsung, (iii) setelah
kejadian. Klasifikasi ini dipakai juga sebagai kriteria untuk membedakan antara
minimization program dan salvage program. Tindakan pencegahan kerugian
(berdasarkan definisi) semuanya dilaksanakan sebelum kejadian.

Selain itu berdasarkan timing ini, pengendalian resiko juga dapat diklasifikasikan
sebagai (i) fase perencanaan, (ii) fase pengamanan-perawatan, dan (iii) fase
darurat. Semua perubahan mendasar pada operasional, seperti membeli mesin

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 31 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

baru, penambahan bangunan, dsb harus didahului dengan perencanaan


pengendalian kerugian. Dalam fase perencanaan dilakukan segala pertimbangan
untuk mengadakan perubahan yang diperlukan ditinjau dari sudut pencegahan atau
pengurangan kerugian. Fase pengamanan-perawatan meliputi program untuk
memeriksa pelaksanaan dan mengusulkan perubahan bila perlu, misalnya kualitas
sistem alat monitoring apakah sudah memadai, dsb. Sedangkan fase darurat
meliputi program-program yang menjadi efektif dalam keadaan darurat, misalnya
pengadaan fasilitas pemadam kebakaran, generator pembangkit listrik.

Langkah pertama dalam pengendalian kerugian adalah mengidentifikasikan dan


menganalisis:
• Kerugian yang telah terjadi,
• Hazard yang menyebabkan kerugian tersebut atau yang mungkin akan
menyebabkan kerugian.
Penerapan langkah ini memerlukan:
• Suatu sistem laporan yang komprehensif,
• Inspeksi secara berkala.

1. Analisis kerugian
Untuk mendapatkan informasi atas kerugian, maka pengendali kerugian perlu
untuk:
- Membangun jaringan pemberi informasi.
- Mengembangkan formulir untuk melaporkan kerugian.

Pemberi informasi yang utama ialah supervisor lini yang bertanggungjawab


terhadap operasi dimana kecelakaan itu terjadi, mereka dapat menyediakan
informasi terinci mengenai kecelakaan itu. Selanjutnya dengan mengisi formulir
secara lengkap dan sempurna mereka akan menjadi lebih waspada tentang apa
yang menyebabkan kecelakaan dan tentang pentingnya mengendalikan penyebab
tersebut.

Formulir informasi yang disediakan harus mencakup hal-hal yang dapat


dipergunakan untuk:
- Mengukur kinerja manajer lini.
- Menetapkan operasi manakah yang perlu diperbaiki.
- Mengidentifikasikan hazard yang terkait dengan kerugian ini.
- Menyediakan informasi yang dapat dipergunakan untuk memotivasi manajer dan
pekerja agar memberikan perhatian terhadap pengendalian kerugian.

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 32 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

Laporan-laporan ini akan mengikhtisarkan karakteristik kecelakaan per periode, dan


juga memperlihatkan bagaimana karakteristik ini berubah sepanjang waktu.
Perhatian terutama harus ditujukan terhadap karakteristik yang kemunculannya
melebihi frekuensi normal.

2. Analisis hazard
Analisis ini tidak dibatasi pada analisis hazard yang telah menyebabkan kecelakaan
saja, tetapi diperlukan juga untuk menyelidiki hazard yang mungkin akan muncul.
Dapat dilakukan dengan menggunakan pengalaman perusahaan lain, atau
pengalaman dari perusahaan asuransi.

3. Menentukan kelayakan ekonomis


Walaupun diinginkan adanya pencegahan terhadap segala kerugian, tetapi ditinjau
dari sudut manfaat biaya, tidak selalu layak secara ekonomis (economically
feasible). Oleh karena itu harus dilakukan pertimbangan yang bersifat ekonomi.

(i) Biaya yang timbul karena kecelakaan


Seringkali alokasi biaya yang timbul karena kecelakaan lebih rendah dari jumlah
yang mungkin terjadi. Hal ini disebabkan adanya biaya-biaya lain yang
tersembunyi yang tidak terlihat secara langsung pada kecelakaan itu sendiri,
diantaranya:
- Biaya karena hilangnya waktu kerja dari pegawai yang cedera.
- Biaya karena hilangnya waktu kerja dari pegawai lain yang menolong pegawai
yang cedera.
- Biaya dari waktu yang terpakai oleh supervisor untuk menyiapkan laporan
kecelakaan itu serta melatih pegawai lain untuk menggantikan pegawai yang
cidera.
- Biaya berkaitan dengan rusaknya mesin, peralatan, atau material yang
terbuang.
- Biaya berkaitan dengan pembayaran penuh gaji pegawai yang pulih dari
cedera, namun kemampuan kerjanya menurun.
- Hilangnya waktu produksi.

(ii) Biaya pengendalian kerugian


Biaya pengendalian kerugian dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu:
- Pengeluaran modal dan depresiasi untuk alat pencegah seperti : dinding
tahan api, peralatan pompa pemadam api.
- Pengeluaran seperti gaji, tunjangan, pakaian, biaya, pelatihan dan sebagainya
bagi penjaga, supervisor, regu pemadam kebakaran, konsultan, dsb.

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 33 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

- Pengeluaran untuk menjalankan program, seperti biaya pembuatan


pedoman/manual dan lain-lain alat Bantu, inspeksi dan perawatan preventif,
dsb.
(iii) Membandingkan manfaat dan biaya
Karena manfaatnya biasanya tidak pasti, maka dalam membandingkan antara
manfaat pengendalian kerugian dengan biaya, manfaat (benefit) tersebut harus
dikalikan dengan probabilitas manfaat tersebut akan terjadi. Baik manfaat
maupun biaya bisa disebarkan pada biaya untuk beberapa tahun. Karenanya
yang harus dibandingkan adalah present value dari expected cost.

(iv) Evaluasi
Evaluasi usaha pengendalian kerugian dilakukan terhadap:
- Apakah biaya kecelakaan berkurang dengan adanya usaha tersebut.
- Apakah kebijakan keselamatan (safety policy) dan prosedur yang ditetapkan
dilaksanakan.
Perubahan dalam biaya kecelakaan dapat diukur dengan perubahan premi
asuransi, biaya-biaya lain kecelakaan, frekuensi kerugian, dan keparahan
kerugian. Perubahan ini dianalisis dalam aggregate, berdasarkan departemen/
bagian/bidang/unit, serta berdasarkan paparan kecelakaan (exposure).

c. Pemisahan
Yang dimaksud dengan pemisahan disini adalah menyebarkan harta yang
menghadapi resiko sama, dan tidak ditempatkan dalam 1 lokasi. Maksud pemisahan
ini adalah mengurangi jumlah kerugian untuk 1 peristiwa. Dengan menambah
banyaknya independent exposure unit, maka probabilitas perkiraan kerugian
diperkecil, jadi memperbaiki kemampuan perusahaan untuk meramalkan kerugian
yang akan dialami.

Misalnya jika perusahaan memiliki banyak truk, maka tindakan pemisahan dilakukan
dengan menempatkannya dalam beberapa pool yang berlainan. Atau menempatkan
stock barang persediaan tidak dalam satu gudang saja, tetapi dipisahkan dalam 2
gudang atau lebih. Fasilitas inti SPAM (instalasi produksi, reservoir) ditempatkan pada
beberapa lokasi yang tersebar.

d. Kombinasi
Kombinasi atau pooling adalah menambah banyaknya exposure unit dalam batas
kendali perusahaan yang bersangkutan, dengan tujuan agar kerugian yang akan
dialami lebih dapat diramalkan, jadi mengurangi resiko.

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 34 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

e. Pemindahan resiko
Pemindahan atau alokasi resiko merupakan proses pengalokasian tanggung jawab
untuk menanggung akibat dari resiko atau sub resiko tertentu kepada pihak eksternal
perusahaan, mitra usaha, jajaran pengelola perusahaan. Resiko yang dialokasikan
pada mitra usaha dilakukan melalui aturan kontrak.

Pemindahan resiko dapat dilakukan dengan tiga cara:

1. Harta milik atau kegiatan yang mengandung resiko dapat dipindahkan ke pihak lain,
dan dinyatakan dengan tegas dalam berbagai transaksi atau kontrak. Contoh
perusahaan yang menjual gedungnya dengan sendirinya memindahkan resiko yang
berhubungan dengan kepemilikan gedung kepada pemilik baru; ikatan kontrak
dengan pihak swasta, baik dalam bentuk peran serta swasta (PSS) maupun
kemitraan pemerintah swasta (KPS).

2. Resiko itu sendiri yang dipindahkan. Misalnya seorang pembuat barang berhasil
mendesak pengecer untuk memikul tanggungjawab terhadap adanya kerusakan
barang yang diterimanya sesudah barang meninggalkan gudang pembuat barang,
bahkan jika sebenarnya pembuat barang itu sendiri yang seharusnya bertanggung
jawab. Dapat dikatakan bahwa transferee memaafkan/menerima bahwa transferor
lepas dari tanggung jawab, karena itu exposure itu sendirilah yang dihilangkan. Ada
beberapa pengendalian resiko yang tidak menghapuskan exposure tetapi hanya
membatasinya, misal membatasi jumlah rupiah tanggungjawabnya.

3. Pembatalan perjanjian oleh transferee. Suatu risk financing transfer seperti


dijelaskan pada point 2 di atas menciptakan suatu paparan kerugian (loss
exposure) bagi transferee. Dengan pembatalan itu, transferee tidak
bertanggungjawab secara hukum untuk kerugian yang semula ia setujui untuk
dibayar.

4.4.3 Penggunaan asuransi dalam pengelolaan resiko

Memindahkan resiko melalui pembiayaan resiko (risk financing) berarti transferor mencari
dana eksternal, dimana dana tersebut akan membayar kerugian pada yang bersangkutan
jika kerugian nanti sungguh terjadi. Risk financing transfer dapat dilakukan dengan cara:
• Transfer resiko kepada perusahaan asuransi
• Transfer resiko kepada perusahaan lain yang bukan perusahaan asuransi (non-
insurance transfer).

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 35 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

4.4.3.1 Pemindahan resiko kepada perusahaan asuransi

Asuransi dapat didefinisikan dari dua sudit pandangan, yaitu (i) sebagai perlindungan
terhadap resiko keuangan yang disediakan pihak insurer, dan (ii) alat penggabungan
resiko dari dua atau lebih orang atau perusahaan melalui sumbangan aktual atau yang
dijanjikan untuk membentuk dana guna membayar klaim.

Manfaat asuransi yang sebenarnya adalah mengganti kerugian bagi mereka yang
menderita kerugian tak diharapkan, mereka dipulihkan atau setidaknya mengubah posisi
ekonomi sebelumnya. Manfaat yang lebih berarti tapi kurang nyata dari asuransi muncul
dari kenyataan bahwa asuransi dapat:
• Menghilangkan resiko, ketidakpastian, dan reaksi pribadi terhadap resiko bagi pihak
tertanggung individual.
• Mengurangi total resiko, ketidakpastian dan reaksi sebaliknya terhadap resiko ini dalam
masyarakat.

Melalui hapusnya ketidakpastian yang berhubungan dengan resiko yang


dipertanggungkan, asuransi melenyapkan ketegangan mental dan fisik yang diakibatkan
oleh kecemasan dan ketakutan berkaitan dengan resiko tersebut. Selain itu karena
asuransi mengurangi resiko individu dan resiko sosial, maka asuransi juga mengurangi
resiko dan ketidakpastian dalam masyarakat dan juga dalam industri. Akibatnya akan
mengurangi ketidak efisiensian dalam pemanfaatan tenaga kerja dan capital yang ada.
Berkurangnya ketidakpastian juga akan mendorong akumulasi modal baru karena
berkurangnya keragu-raguan investor potensial, periode perencanaan dapat
diperpanjang, dan kredit umumnya diperluas.

Asuransi merupakan sarana yang paling penting pada metoda transfer resiko dan
merupakan dasar dari sebagian besar program manajemen resiko. Dari sudut pandangan
orang/perusahaan yang diasuransikan, asuransi merupakan peralatan retensi resiko dan
kombinasi resiko. Sebagai sarana transfer resiko, asuransi memiliki ciri-ciri bahwa
asuransi memerlukan penyatuan (pooling) resiko; yaitu insurer menggabungka resiko-
resiko dari banyak tertanggung. Melalui kombinasi ini insurer meningkat kemampuannya
untuk meramalkan perkiraan kerugian (expected losses).

Setelah kegiatan mengidentifikasikan dan mengukur kerugian potensial selesai dilakukan,


dapat mulai disusun daftar perlindungan asuransi (insurance coverage) yang paling tepat
untuk menutup kerugian ini. Selanjutnya dapat mulai disusun kombinasi penutupan
asuransi yang dapat memberikan perlindungan terbaik terhadap resiko yang dihadapi
perusahaan yang bersangkutan. Sehingga pihak manajemen resiko harus mengerti
mengenai kontrak asuransi dan penetapan harga asuransi. Tujuannya adalah untuk

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 36 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

mengadakan perlindungan paling lengkap dengan biaya paling murah. Oleh karena tidak
semua resiko bisa diasuransikan, maka dengan membuat daftar ini manajer resiko dapat
lebih waspada akan resiko-resiko yang harus ditangani dengan cara lain dan tidak
dengan asuransi.

Selain itu limit kebijakan dalam memberikan perlindungan juga harus ditetapkan
selengkap mungkin. Seharusnya limit kebijakan perlindungan sama dengan kemungkinan
kerugian maksimum (maximum possible loss). Tetapi kadang-kadang kerugian melebihi
perlindungan maksimum yang tersedia, untuk itu kerugian yang melebihi jumlah
maksimum harus ditangani dengan cara lain.

Beberapa perlindungan asuransi yang esensial adalah perlindungan yang diwajibkan oleh
undang-undang, misalnya asuransi kompensasi tenaga kerja, Astek, atau asuransi yang
diwajibkan oleh perjanjian (seperti perjanjian dengan serikat buruh/serikat pekerja,
perjanjian dengan pemberi hipotik, dsb).

4.4.3.2 Pemindahan resiko kepada perusahaan bukan asuransi

Kebanyakan pemindahan resiko kepada pihak non asuransi dilakukan melalui kontrak-
kontrak bisnis biasa, dan melalui kontrak khusus pemindahan resiko. Banyak isi kontrak
ini berkenaan dengan pemindahan tanggungjawab keuangan atas (i) harta, (ii) kerugian
atas net income, (iii) kerugian personil, (iv) tanggunggugat (liabilities) kepada pihak
ketiga.

Pemindahan ini dapat dibeda-bedakan berdasarkan tanggungjawab yang dipindahkan.


Pada keadaan ekstrim, transferer hanya memindahkan tanggungjawab keuangannya saja
untuk tindakan tak sengaja pihak transferee. Kondisi kebalikannya, pihak transferor akan
menerima ganti rugi akan menerima ganti rugi dengan tidak memperhatikan apa
penyebab kerugian tersebut, apakah kelalaian transferee, pihak ketiga atau bencana
alam.

Beberapa keterbatasan yang harus diperhatikan:


• Kontrak mungkin hanya memindahkan sebagian resiko dari resiko yang menurut
pendapat manajer telah dipindahkan ke pihak luar. Oleh karena itu isi kontrak harus
dipelajari dengan hati-hati.
• Bahasa yang tertulis di dalamnya adalah bahasa “hukum” yang sukar dipahami
sehingga bisa terjadi salah mengerti maksud yang tertulis.
• Surat kontrak bisa dibatalkan oleh pengadilan, jika isinya bertentangan dengan
undang-undang atau peraturan/kebijakan pemerintah atau tidak wajar bagi transferee.

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 37 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

4.4.4 Menanggung resiko

Menanggung sendiri resiko (risk retention) oleh perusahaan yang bersangkutan


merupakan metode yang paling umum dalam penanganan resiko. Sumber dana
diusahakan oleh perusahaan. Penanggungan sendiri ini bisa (i) bersifat pasif atau tidak
direncanakan (unplanned retention), atau (ii) bersifat aktif atau direncanakan (planned
retention).

Dikatakan pasif bila manajer resiko tidak memperhatikan tentang adanya exposure dank
arena itu tidak melakukan usaha apapun untuk menanganinya. Sedikit sekali perusahaan
yang telah mengidentifikasikan semua exposure terhadap kerugian harta benda, kerugian
tanggung-gugat dan kerugian personil. Sebagai akibatnya, penanggungan resiko yang
tidak terencana ini merupakan hal yang umum dijumpai bahkan tak terelakkan. Kadang-
kadang juga dijumpai bahwa resiko memang telah diidentifikasi, tetapi penaksiran
besarnya kerugian potensial terlalu rendah (under estimate). Pada keadaan lain juga
dapat dijumpai bahwa exposure telah diidentifikasi tetapi keputusan tentang bagaimana
penanganannya terus menerus tertunda. Unplanned retention secara kebetulan bisa
merupakan pendekatan terbaik bagi suatu exposure tertentu, tetapi tidak pernah
merupakan cara yang rasional.

Retention disebut aktif bila manajer mempertimbangkan metoda lain untuk menangani
resiko dan kemudian memutuskan untuk tidak memindahkan kerugian potensial tersebut.
Apakah suatu planned retention adalah rasional atau tidak rasional tergantung atas
keadaan yang melingkupi pengambilan keputusan untuk menanggung resiko tersebut.
Kadang ditemui bahwa resiko yang menurut pertimbangan orang lain seharusnya tidak
ditanggung sendiri, tetapi ternyata ditanggung sendiri oleh perusahaan. Sebaliknya juga
ditemui ada suatu resiko yang seharusnya ditanggung sendiri tetapi ternyata
diasuransikan.

Beberapa penyebab perusahaan mau menanggung sendiri resiko yang dihadapi dapat
digolongkan sebagai berikut:
a. Keharusan menanggung sendiri resiko karena tidak tersedia alternatif lain, atau tidak
mungkin untuk memindahkan resiko. Misalnya untuk tanggungjawab tindakan
kriminal; keadaan dimana probabilitas kerugian sangat tinggi sehingga tidak sanggup
diasuransikan karena premi yang sangat tinggi; keadaan dimana belum ada
perusahaan asuransi yang mau menanggung resiko seperti itu.

b. Biaya. Apakah jika perusahaan menanggung sendiri resiko akan lebih murah
dibandingkan dengan memindahan resiko pada perusahaan asuransi karena
penghematan biaya premi?

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 38 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

c. Perkiraan kerugian. Jika perusahaan percaya bahwa perkiraan kerugian yang dihitung
lebih rendah dari perkiraan asuransi, maka dalam jangka panjang perusahaan dapat
menghemat pengeluaran sebesar selisih kedua perhitungan tersebut. Bahkan jika
perkiraan kerugian yang diharapkan masih sama dengan pihak asuransipun
perusahaan masih akan memilih retention.

d. Opportunity cost menyangkut waktu pembayaran premium dibandingkan dengan


pengeluaran untuk kerugian. Pengembalian investasi yang tinggi, besarnya jarak
waktu (time log) sebelum kerugian dan pengeluaran, penting untuk dipertimbangkan.
Makin panjang time log sehubungan dengan kerugian tanggung-gugat menyebabkan
faktor ini menjadi alasan yang penting untuk menanggung sendiri resiko tanggung-
gugat daripada resiko harta.
e. Kualitas servis. Sebagian perusahaan percaya bahwa servis yang disediakan oleh
penanggung (asuransi) bisa dilaksanakan dengan lebih baik oleh perusahaan itu.
f. Pajak.

Pada Tabel 4.5 di bawah ini diberikan resume faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
memutuskan pemakaian retention atau menanggung sendiri resiko.

Cara penyediaan dana untuk program retention dapat dilakukan dengan cara-cara
berikut:

a. Tanpa penyediaan dana sebelumnya.


Dengan metode ini berarti jika resiko yang ditanggung itu pada suatu waktu
menimbulkan kerugian, maka kerugian ini ditutup dengan dana yang kebetulan
tersedia atau dibebankan pada penghasilan tahun yang bersangkutan. Jika kerugian
sedemikian besarnya sehingga tidak dapat ditutup oleh laba tahun yang
bersangkutan, maka terpaksa perusahaan mendapatkan uang tunai dengan cara yang
mahal, misal mengambil kredit dengan bunga tinggi atau menjual harta dengan harga
murah.

b. Membentuk dana dan cadangan.


Dengan cara ini dana untuk menutup resiko diperoleh dari cadangan yang setiap
tahun dikredit dari laba yang disisihkan untuk keperluan itu. Banyaknya dana yang
disisihkan adalah sejumlah kerugian yang diperkirakan (expected loss) per tahun. Ada
perusahaan yang membentuk cadangan umum saja, ada pula yang membentuk
cadangan khusus, seperti misalnya cadangan piutang tak tertagih, cadangan biaya
pengobatan, cadangan biaya kecelakaan kerja, dsb.

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 39 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

Tabel 4.5 Pertimbangan dalam menanggung resiko sendiri

Hal yang mendorong retention Hal yang mencegah retention

Biaya lebih rendah dari biaya yang Biaya lebih besar dari biaya yang
dibebankan pihak perusahaan asuransi dibebankan pihak asuransi

Jika expected losses (perkiraan kerugian) Jika expected losses (perkiraan kerugian)
lebih rendah dari perkiraan perusahaan lebih besar dari perkiraan perusahaan
asuransi asuransi

Jika unit yang menghadapi exposure Exposure unit sedikit jumlahnya, yang berarti
banyak, maka resiko akan menjadi lebih bahwa resiko akan tinggi dan perusahaan
rendah sehingga perusahaan mampu tidak akan sanggup untuk meramalkan
memperkirakan probabilitas kerugian kerugiannya dengan ketepatan yang
dengan akurat memuaskan.

Tujuan manajemen resiko yang menerima Tujuan manajemen resiko yang ditekankan
variasi yang besar dalam kerugian tahunan pada ‘ketenangan pikiran’ dan pada variasi
laba tahunan yang kecil

Pembayaran kerugian dan expenses Pembayaran kerugian dan expenses


membengkak selama jangka waktu yang membengkak selama jangka waktu yang
panjang, yang menghasilkan opportunity pendek, yang mengurangi opportunity cost
cost yang besar

Peluang yang kuat bagi investasi, yang Peluang investasi yang terbatas serta
mengakibatkan opportunity cost yang pengembalian (return) yang rendah
besar

Keuntungan pelayanan internal atau Lebih menguntungkannya jasa perusahaan


noninsurer servicing asuransi

Ketidakmampuan keuangan menopang


maximum possible losses atau maximum
probable losses dalam waktu pendek

Peraturan perpajakan yang menyebabkan


retention kurang menarik

Kelemahan dengan cara ini adalah:


1. Cadangan adalah pemindahbukuan secara akuntansi. Jadi belum tentu tiap hari
tersedia sejumlah uang tunai yang tercatat dalam rekening cadangan. Perusahaan
mungkin akan mengalami kesulitan mendapatkan uang tunai untuk menutupi
resiko.
2. Penaksiran expected loss jarang yang tepat.
3. Masih dalam pertanyaan apakah pembentukan dana seperti ini diizinkan
pemerintah jika ditinjau dari sisi perpajakan.

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 40 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

Untuk menghilangkan kelemahan pengelolaan dana cadangan seperti dijelaskan di


atas, ada perusahaan yang memisahkan pengelolaan dana cadangan ini dari
pengelolaan dana perusahaan. Perusahaan membentuk suatu bagian dalam
organisasi perusahaan yang diberi nama Self-insurer. Secara berkala perusahaan
menyetor dana ke bagian ini sebagaimana perusahaan menyetor premi ke
perusahaan asuransi. Bagian ini merupakan bagian yang otonom; karena itu diberi
hak untuk menginvestasikan dana itu sementara dana menganggur, asalkan sewaktu-
waktu dapat menyediakan uang tunai untuk keperluan penutupan resiko bilamana
tiba-tiba terjadi musibah. Perlu diperhatikan, bahwa self-insurer bukan perusahaan
asuransi.

Ada perusahaan yang mengorganisasikan sebuah perusahaan asuransi, yang seluruh


atau sebagian besar nasabahnya adalah perusahaan itu sendiri. Asuransi seperti ini
disebut sebagai captive insurer. Keuntungan perusahaan mendirikan captive insurer
adalah captive insurer dapat membeli perlindungan dari perusahaan reasuransi,
sedangkan self- insurer tidak bisa memperoleh perlindungan dari reasuransi.
Perlindungan reasuransi lebih fleksibel dan tidak begitu banyak pembatasan. Oleh
karena itu perusahaan melalui captive insurernya dapat membeli perlindungan untuk
resiko yang luar biasa atau untuk resiko yang tidak sanggup ditanggung oleh
perusahaan asuransi biasa.

4.4.5 Evaluasi dan monitoring

Laporan pelaksanaan pengelolaan resiko diolah dalam format yang memudahkan


pelaksanaan evaluasi dan komunikasi kepada pihak-pihak yang mempunyai kaitan dan
tanggungjawab. Komunikasi yang efektif harus mengalir ke seluruh level perusahaan dan
juga eksternal seperti pelanggan, pemasok, pemerintah, maupun pemegang saham.

Pengelolaan resiko perusahaan secara keseluruhan dimonitor oleh manajemen puncak


dan dilakukan modifikasi jika dibutuhkan. Karena itu pengelolaan resiko dapat secara
dinamis berubah sesuai dengan kondisi yang ada.

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 41 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

BAB V
SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN
UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI

5.1. Sumber daya manusia

1. Pelatih
Peran pelatih adalah untuk:
• Membantu anda dalam merencanakan proses belajar.
• Membimbing anda dalam melakukan tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam
tahap belaja.
• Membantu anda untuk memahami konsep dan praktik baru dan untuk menjawab
pertanyaan anda mengenai proses belajar anda.
• Membantu anda untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang anda
perlukan untuk belajar anda.
• Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.
• Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika diperlukan.

2. Penilai
Penilai bertugas melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di tempat
kerja.

Penilai akan:
• Melaksanakan penilaian apabila anda telah siap dan merencanakan proses belajar
dan penilaian selanjutnya dengan anda.
• Menjelaskan kepada anda mengenai bagian yang perlu untuk diperbaiki dan
mendiskusikan rencana pelatihan selanjutnya dengan anda.
• Mencatat pencapaian / perolehan anda.

3. Teman kerja/sesama peserta pelatihan


Teman kerja anda/sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber dukungan dan
bantuan. Anda juga dapat mendiskusikan proses belajar dengan mereka. Pendekatan ini
akan menjadi suatu yang berharga dalam membangun semangat tim dalam lingkungan
belajar/kerja Anda dan dapat meningkatkan pengalaman belajar Anda.

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 42 dari 43


Buku informasi Versi 2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi Kode modul
SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM02.014.01

5.2. Sumber-sumber perpustakaan

Pengertian sumber-sumber adalah material yang menjadi pendukung proses


pembelajaran ketika peserta pelatihan sedang menggunakan pedoman belajar ini.
Sumber-sumber tersebut dapat meliputi :
1. Buku referensi (text book)/ buku manual servis
2. Lembar kerja
3. Contoh form-form check list.

Ada beberapa sumber yang disebutkan dalam pedoman belajar ini untuk membantu
peserta pelatihan mencapai unjuk kerja yang tercakup pada suatu unit kompetensi.
Prinsip-prinsip dalam pelatihan berbasis kompetensi adalam mendorong pada fleksibilitas
dari penggunaan sumber-sumber yang terbaik dalam suatu unit kompetensi tertentu,
dengan mengijinkan peserta untuk menggunakan sumber-sumber alternatif lain yang
lebih baik, atau jika ternyata sumber-sumber yang direkomendasi dalam pedoman belajar
ini tidak tersedia/tidak ada.

Buku-buku referensi untuk bahan pelatihan yang telah direkomendasi:


• UU 1/1970 tentang keselamatan kerja
• PP 16/2005, tentang pengembangan sistem penyediaan air minum.
• Perpres 67/2005 tentang kerjasama pemerintah dengan badan usaha dalam
penyediaan infrastuktur.
• Keppres 80/2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah.
• Permen PU 18//2007 tentang penyelenggaraan pengembangan SPAM.
• Permendagri 23/2006 tentang pedoman teknis dan tata cara pengaturan tarif air
minum pada PDAM.
• Permenaker 5/1996 tentang sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
• Kepmen Kimpraswil 409/2002 tentang pedoman kerjasama pemerintah dan badan
usaha swasta dalam penyelenggaraan dan atau pengelolaan air minum dan sanitasi.
• Kepmen Kesehatan 907/2002 tentang standar kualitas air minum.
• Referensi terkait mengenai manajemen resiko.

Judul modul : Manajemen resiko Halaman : 43 dari 43


Buku informasi Versi 2009

Anda mungkin juga menyukai