Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tektonisme

Tektonisme atau diatropisme merupakan tenaga dari dalam bumi yang


mengakibatkan perubahan letak (dislokasi) dan bentuk (deformasi) pada kulit bumi.
Kulit bumi yang bersifat keras dan kaku akibat tekanan dari dalam bumi, pada
akhirnya kulit bumi terpecah menjadi lempengan-lempengan besar yang tidak sama
ukurannya kemudian disebut lempeng tektonik. Lempeng-lempeng ini bergerak
secara horizontal maupun vertikal karena pengaruh cairan astenosfir yang panas di
bawahnya.

Berdasarkan luas dan waktu kejadian, gerakan lempeng tektonik dapat


dibedakan menjadi, gerak Eporogenetik dan gerak Orogenetik. Gerak Epirogenetik
merupakan pergeseran lempeng tektonik secara perlahan dan meliputi wilayah yang
luas, seperti penenggelaman benua Gondwana menjadi Sesar Hindia. Gerak
epirogenetik dibedakan atas;

a. Epirogenetik positif, yaitu gerak turunnya daratan sehingga tampak


permukaan air laut yang naik. Contoh: turunnya pulau-pulau di Indonesia
bagian timur (Kepulauan Maluku dari pulau-pulau barat daya sampai ke
pulau Banda).
b. Epirogenetik negatif, yaitu gerak naiknya daratan sehingga tampak
permukaan air yang turun. Contoh: naiknya Pulau Buton dan Pulau Timor.

Gambar 1. Gerak Epirogenetik Positif dan Negatif


Gerak orogenetik merupakan proses pembentukan pegunungan yang
meliputi luas areal yang sempit dan waktu relatif singkat, dibandingkan
epirogenesis, seperti pembentukan rangkaian pegunungan yang ada sekarang.
Gerak orogenetik disebabkan adanya tekanan secara vertikal pada lempeng dan
pecah, lempeng yang pecah mengalami pergeseran secara horizontal. Pergeseran
ini mengakibatkan terjadinya lapisan kulit bumi atau salah satu lempeng terlipat
dan patah.

2.2 Pergerakan Lempeng


Lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak samudera atau keduanya.
Arus konvensi tersebut merupakan sumber kekuatan utama yang menyebabkan
terjadinya pergerakan lempeng. Ada dua jenis kerak bumi yakni kerak samudera
yang tersusun oleh batuan bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai di samudera
sangat dalam, dan kerak benua tersusun oleh batuan asam dan lebih tebal dari kerak
samudera. Kerakbumi menutupi seluruh permukaan bumi, namun akibat adanya
aliran panas yang mengalir di dalam astenofer menyebabkan kerakbumi ini pecah
menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng kerakbumi.

2.2.1 Batas Lempeng Divergen (Divergent Plate Boundary)

Perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan lainnya (plate


boundaries) terbagi dalam 3 jenis berdasarkan arah pergerakannya , yaitu divergen,
konvergen, dan transform. Selain itu ada jenis lain yang cukup kompleks namun
jarang, yaitu pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana tiga lempeng kerak
bertemu.
Gambar 2. Batas Lempeng Divergen

Pada tipe divergen lempeng-lempeng yang bergerak saling menjauhi,


sehingga terbentu rongga diantara kedua lempeng tersebut. Akan tetapi, rongga
yang terbentuk akan segera diisi oleh batuan cair baru yang terinjeksi oleh
astenosfir kemudian memadat dan akan mendorong lantai samudera menjauhi titik
pemekaran atau biasa disebut pemekaran lantai samudera (sea floor spreading).
Ada dua macam zona yang terbentuk akibat kejadian lempeng divergen,
yaitu:
a. Zona divergen antara lempeng-lempeng pada lantai dasar samudera.

Gambar 3. Zona Divergen

b. Zona divergen antara dua lempeng benua.


Gambar 3. Zona Divergen Antara Lempeng Eurasia-Amerika Utara, Islandia

Ciri-ciri morfologi zona divergen yaitu keadaan ini menyebabkan terjadinya


rekahan yang cukup besar pada daratan. Rekahan itu akan terus meluas setiap
tahunnya. Sebagai contoh yang terjadi di Afrika Timur yang dikenal sebagai Great
Rift Valley.Adanya bekas tarikan berlawanan arah antara kedua lempeng, yang bisa
ditandai dengan: celah antara kedua lempeng, atau bisa juga dengan adanya
penipisan lempeng di pertengahan kedua arah gaya.

2.2.2 Batas Lempeng Konvergen (Konvergent Plate Boundary)


Pada tipe konvergen pergerakan lempeng saling mendekati sehingga satu
sama lain akan terbentuk empeng yang menuju ke atas dan ada juga lempeng yang
menekuk menuju ke lapisan astenosfir. Lempeng yang menekuk menuju lapisan
astenosfir akan hancur karena suhu dan tekanan yang tinggi pada lapisan tersebut.
Gambar 4. Batas Lempeng Konvergen

Terdapat tiga kemungkinan yang akan terjadi yaitu tumbukan antar lempeng
samudera, tumbukan antar lempeng benua, dan tumbukan antara lempeng benua
dengan lempeng samudera. Pada umumnya tumbukan antar lempeng yang sejenis
tidak akan menimbulkan zona subduksi karena rapat masa lempeng yang sama,
zona subduksi akan terbentuk jika tumbukan terjadi antara lempeng benua dengan
lempeng samudera.
a. Tumbukan lempeng benua dengan lempeng samudera

Gambar 5. Zona Batas Konvergen (Samudera-Samudera)

Pada daerah konvergensi lempeng samudera-lempeng samudera, salah satu


lempeng yang beratnya lebih tinggi dari lempeng lainnya akan tersubduksi ke arah
mantel. Sehingga, pada daerah pertemuan tersebut akan terbentuk daerah kepulauan
yang terdiri dari gunung-gunung laut. Pertemuan lempeng yang seperti ini biasanya
terjadi di daerah laut dalam dengan kedalaman lebih dari 11000 meter, contohnya
adalah rangkaian kepulauan yang dipenuhi gunung api sepanjang Mariana Trench
di bagian barat Samudera Pasifik.
b. Tumbukan lempeng benua dengan lempeng benua

Gambar 6. Zona Batas Konvergen (Benua-Benua)

Contoh dari peristiwa ini adalah bersatunya India dan benua Asia yang
sebelumnya pisah dan akhirnya dapat bertubrukan kemudian lempeng samudera
terlipat, tertekuk, dan terdeformasi lalu masuk dan membentuk busur kepulauan.
Sehingga terbentuklah pegunungan Himalaya.
c. Tumbukan lempeng samudera dengan lempeng samudera

Gambar 6. Zona Batas Konvergen (Benua-Samudera)


Karena densitas lempeng samudera lebih tinggi, lempeng samudera akan
tersubduksi ke arah mantel dan menyebabkan terbentuknya gunung-gunung api
aktif di daratan benua. Adapun terjadinya gunung-gunung aktif tersebut, adalah
karena adanya pergesekan antara lempeng samudera dengan batuan-batuan di
sekitarnya, dimana batuan akan leleh dan berubah fase menjadi cair (magma). Hal
itu terjadi karena pergerakan lempeng samudera. Akibatnya, magma akan
merambat ke permukaan melalui rekahan-rekahan, sehingga terbentuklah gunung
api. Daerah konvergen ini dicirikan dengan adanya aktivitas seismik yang cukup
tinggi, bahkan kebanyakan gelombang tsunami tak jarang terjadi akibat hal
tersebut. Contoh tipe konvergensi lempeng benua—lempeng samudera terdapat di
daerah zona penyusupan di sepanjang Pantai barat Sumatera dan di sepanjang
Pantai Selatan Jawa.

2.3 Penyebab Terjadinya Pergerakan Lempeng Di Pulau Sumatera


Pulau Sumatera termasuk kawasan kaya akan gempa, karena letaknya di
zona pertemuan lempeng bumi. Peneliti Pusat Studi Tsunami dan Mitigasi Bencana
(TDMRC) Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, menjelaskan bahwa Pulau
Sumatera termasuk dalam kategori tatanan tektonik yang unik. Di bagian selatan
pulau ini ada zona pertemuan lempeng secara subduksi, dimana lempeng Indo-
Australia menyusup masuk ke bawah lempeng Eurasia. Selain itu tunjaman
lempeng Indo-Australia yang ternyata tidak tegak lurus terhadap garis penunjaman.
Sehingga di tengah-tengah Sumatera terbentuk patahan Sumatera dari teluk
Semangko sampai ke Aceh.
Pada saat dua buah lempeng samudera saling bertumbukan, maka salah
satunya akan menunjam di bawah yang lain, yang juga akan diikuti oleh terjadinya
aktivitas volkanik, seperti pada tumbukan kontinen-samudera. Tetapi, dalam kasus
ini volkanisma akan terjadi di lantai samudera, bukan di daerah kontinen.
Tumbukan antara lempeng samudra dan lempeng benua ini dikategorikan
menjadi dua jenis :
a. Subduksi (Subduction)
Lempeng benua dengan lempeng samudera. Pada peristiwa ini, lempeng
samudera menunjam ke bawah dengan sudut 45° atau lebih, menyusup di
bawah lempeng benua. Contoh: palung (trench) yang memanjang dari
Sumatra, Jawa, hingga ke Nusa Tenggara Timur akibat tumbukan antara
lempeng benua Asia Tenggara dengan lempeng samudra Hindia– Australia.
b. Obduksi (Obduction)
Kenampakan dimana kerak benua menunjam di bawah kerak samudera.
Ada beberapa hipotesis tentang mula terjadi obduksi, yang paling
memungkinkan adalah bahwa diawali oleh penunjaman kerak samudera
dengan kerak benua di belakangnya. Penunjaman bisa terjadi karena
perubahan dari batas lempeng divergen menjadi konvergen. Kelanjutan
penunjaman membawa kerak benua berbenturan dengan kerak samudera
dan pada awalnya, kerak samudera naik ke atas kerak benua, sebelum
akhirnya penunjaman di tempat itu berhenti dan berpindah ke tempat lain
yang dapat mengakomodasi konvergensi antar lempeng.

2.4 Efek Terjadinya Pergerakan Lempeng


Suatu blok yang mendapatkan tekanan akan memberikan respon berupa
pergerakan ke batuan lain. Untuk batuan yang elastis seperti batu lempung, jika
mendapatkan tekanan tidak akan langsung pecah. Tegang elastis pada batuan
harus perlahan lahan terkumpul dan terjadi terus menerus (Hidayat, 1997).

Subduction zone merupakan zona dimana bertemunya dua lempeng, maka


disitulah tempat yang mengalami tekanan secara terus menerus selama jutaan tahun
yang lalu sampai sekarang. Pada saat energi tekanan semakin besar dan elastisitas
batuannya sudah jenuh maka dia akan patah. Jadi gempa terjadi karena interaksi
antara dua lempeng yang saling menekan sehingga terakumulasi energi yang cukup
besar, gempanya sendiri terjadi karena kurun waktu tertentu.

Secara sederhana terjadinya gempa dapat dijelaskan karena patah, atau


karena adanya patahan (disebut juga fault atau biasa disebut juga sesar oleh para
geologis) yang terjadi pada lempeng penyusun bumi. Batuan memang bisa berlapis
dan patah, sebelum patah dia terbengkokkan (folding) dulu.

Jadi dapat dikatakan bahwa, jika terjadi pergerakan lempeng secara terus
menerus akan menyebabkan terjadinya gempa bumi khususnya di Pulau Sumatera.
Yang akibat pergerakan lempeng tersebut membuat permukaan bumi menjadi tidak
rata. Arus konveksi merupakan sumber kekuatan utama yang menyebabkan
terjadinya pergerakan lempeng.
DAFTAR PUSTAKA

Husein, Salahuddin. 2012. Tektonik Lempeng. Yogyakarta. Jurusan Teknik


Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
Khairani, Z. 2015. Pengaruh Pergerakan Lempeng Terhadap Sebaran Salinitas
Samudera. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan: Universitas Diponegoro

Khairani, Z. 2017. Bagian dan Pergerakan Lempeng Bumi. Fakultas Perikanan


dan Ilmu Kelautan: Universitas Diponegoro.

Hidayat, Nur dan Eko Widi Santoso. 1997. Gempa Bumi dan Mekanismenya vol 2
no 3.
https://www.google.com/amp/s/news.okezone.com/

diakses pada tanggal 06 Maret 2019

Anda mungkin juga menyukai