Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PESERTA DIKLAT
RANCANGAN AKTUALISASI
Penguji,
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Bapa di Surga, Tuhan Yesus Kristus atas
segala kekuatan, penyertaan, dan pertolongan yang tiada habisnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan rancangan aktualisasi
Pengoptimalan Pelayanan Konseling kepada Peserta Diklat.
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut Peraturan Lembaga Administrasi Negara (LAN) No. 12
Tahun 2018, CPNS wajib menjalani Masa Prajabatan selama satu
tahun. Dalam Masa Prajabatan tersebut CPNS wajib mengikuti
pendidikan dan pelatihan yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat
sebagai PNS. Pendidikan dan pelatihan ini disebut dengan Pelatihan
Dasar CPNS yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi dan
membentuk karakter CPNS. Pelatihan Dasar CPNS dilaksanakan
secara terintegrasi sebagaimana diatur dalam Peraturan LAN No. 12
Tahun 2018 Pasal 5. Terintegrasi yang dimaksud adalah dengan
memadukan antara pelatihan klasikal dengan nonklasikal, serta
Kompetensi Sosial Kultural dengan Kompetensi Bidang. Selama
pelatihan klasikal on campus, CPNS akan dididik dan dilatih mengenai
lima nilai-nilai dasar PNS yang disingkat dengan ANEKA, yakni
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti
Korupsi. Selain itu, CPNS juga akan diberikan pengetahuan mengenai
kedudukan dan peran PNS dalam NKRI melalui materi pelatihan
Whole of Government (WoG), Pelayanan Publik, dan Manajemen
Aparatur Sipil Negara (ASN). Setelah melaksanakan pelatihan
klasikal, CPNS akan mengaktualisasikan semua yang sudah
didapatkan di unit kerja masing-masing. Penerapan dan aktualisasi
tersebut dilakukan saat pelatihan nonklasikal off campus.
Habituasi dilakukan di unit kerja masing-masing dengan
menyelesaikan isu aktual yang menjadi masalah di unit kerja selama
30 hari kerja. Penyelesaian masalah isu aktual utama yang diangkat
harus menerapkan apa yang telah dipelajari selama pelatihan klasikal
1
on campus. Isu aktual utama harus dapat ditemui oleh peserta diklat
melalui scanning unit kerja atau mencari informasi melalui rekan kerja
dan atasan. Isu aktual utama yang penulis ingin angkat berkaitan
dengan unit kerja penulis yaitu Pusat Pendidikan dan Pelatihan
(Pusdiklat) BSSN.
Menurut Peraturan BSSN No. 2 Tahun 2018, Pusdiklat BSSN
merupakan salah satu unit kerja BSSN yang bertugas melaksanakan
penyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sumber daya keamanan
siber dan sandi dan akreditasi lembaga pendidikan dan pelatihan serta
evaluasi dan pelaporan. Pusdiklat terdiri atas: (1) Bidang Pendidikan
dan Pelatihan Manajemen; (2) Bidang Pendidikan dan Pelatihan
Teknis dan Fungsional; (3) Bidang Evaluasi dan Penjaminan Mutu
Pendidikan dan Pelatihan; (4) Bagian Umum; dan (5) Kelompok
Jabatan Fungsional. Penulis merupakan Pengelola Bahan Akademik
dan Pengajaran pada Bidang Pendidikan dan Pelatihan Teknis dan
Fungsional (PPTF). Bidang PPTF bertugas melaksanakan penyiapan
penyusunan rencana, program, kegiatan, dan anggaran serta
perencanaan, penyelenggaraan, dan kerja sama teknis pendidikan
dan pelatihan teknis dan fungsional.
Selama dua bulan penulis bekerja pada Bidang PPTF, penulis
menemukan empat buah isu melalui scanning lingkungan kerja dan
informasi dari rekan kerja dan atasan, yaitu:
1. Pengarsipan surat masuk dan surat keluar masih berantakan dan
belum tersusun dengan baik;.
2. Masih adanya jadwal kegiatan yang berbenturan karena belum
adanya jadwal yang terintegrasi antar bidang;
3. Pelayanan konseling kepada peserta diklat masih belum optimal;
4. Data tenaga kediklatan belum terdokumentasi dengan baik
(termasuk data pengembangan kompetensi dan sertifikasi) belum
terdokumentasi dengan baik.
2
Dari keempat isu-isu aktual di atas, peneliti menetapkan isu utama
yang diangkat yaitu belum optimalnya pelayanan konseling kepada
peserta diklat. Menurut Peraturan Kepala Pusdiklat Lembaga Sandi
Negara No. 214 Tahun 2013, peserta diklat berhak memperoleh
bimbingan konseling. Selama ini pelayanan konseling yang diberikan
oleh Pusdiklat kepada peserta diklat belum terlalu sering dan belum
optimal. Padahal mengingat kondisi peserta diklat yang diasramakan
dalam kurun waktu tertentu dan tak jarang jauh dari keluarga dapat
menimbulkan stress bagi peserta diklat. Tingkat stress pada
seseorang dapat berpengaruh pada hasil pendidikan dan pelatihan
pada akhirnya.
Berdasarkan isu aktual yang diangkat ini, penulis merancang
kegiatan yang nantinya akan dilaksanakan selama off campus di unit
kerja. Pelaksanaan setiap kegiatan harus diterapkan sesuai dengan
nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan mengenai kedudukan dan
peran PNS yang sudah dipelajari selama on campus.
3
BAB II
NILAI-NILAI DASAR
1. Akuntabilitas
Akuntanbilitas merupakan kewajiban setiap individu, kelompok
atau instansi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi
amanahnya. Seorang PNS memiliki amanah untuk menjamin
terwujudnya nilai-nilai publik, yaitu: (1) mampu mengambil pilihan
yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan, antara
kepentingan publik dan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi;
(2) memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan
mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis; (3)
memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik; dan (4)
menunjukkan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat
diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan. Lingkungan
kerja yang akuntabel memiliki ciri-ciri adanya kepemimpinan,
transparansi, integritas, tanggung jawab, keadilan, kepercayaan,
keseimbangan, kejelasan, dan konsistensi.
2. Nasionalisme
Nasionalisme dimaknai secara politis sebagai manifestasi
kesadaran nasional yang mengandung cita-cita dan pendorong
bagi suatu bangsa, baik untuk merebut kemerdekaan atau
mengenyahkan penjajahan maupun sebagai pendorong untuk
membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa, dan
4
negaranya. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-
nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia: senantiasa
menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan;
menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan
negara; bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air
Indonesia serta tidak merasa rendah diri; mengakui persamaan
derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia
dan sesama bangsa; menumbuhkan sikap saling mencintai
sesama manusia; mengembangkan sikap tenggang rasa (Latief,
Suryanto, & Muslim, 2015).
3. Etika Publik
Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah
refleksi tentang standar atau norma yang menentukan baik buruk
atau benar salahnya suatu perilaku, tindakan, dan keputusan untuk
mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan
tanggung jawab pelayanan publik. Kode etik adalah aturan-aturan
yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus, sudut
pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk
ketentuan-ketentuan tertulis.
Berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014, kode etik dan kode perilaku
ASN yakni: (1) melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung
jawab, dan berintegritas tinggi; (2) melaksanakan tugasnya dengan
cermat dan disiplin; (3) melayani dengan sikap hormat, sopan, dan
tanpa tekanan; (4) melaksanakan tugasnya sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku; (5) melaksanakan tugasnya
sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan; (6) menjaga
kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara; (7)
5
menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien; (8) menjaga agar tidak
terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya; (9)
memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan
kedinasan; (10) tidak menyalahgunakan informasi intern negara,
tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau
mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk
orang lain; (11) memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu
menjaga reputasi dan integritas ASN; (12) melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin
pegawai ASN (Kumorotomo, Wirapradja, & Imbaruddin, 2015).
4. Komitmen Mutu
ASN sebagai pelayan publik harus memberikan pelayanan
yang efektif, efisien, mengandung inovasi, dan kinerja yang
berorientasi pada mutu. Mutu merupakan salah satu standar yang
menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu juga
dapat dijadikan sebagai alat pembeda atau pembanding dengan
produk atau jasa sejenis lainnya, yang dihasilkan oleh pihak lain
sebagai competitors. Mutu pelayanan yang diberikan oleh berbagai
instansi pemerintahan kepada masyarakat akan diukur dari tingkat
kepuasan masyarakat terhadap produk atau jasa yang diberikan.
Oleh sebab itu, penerapan manajemen mutu dalam lembaga
pemerintahan menjadi suatu hal yang sangat penting.
Total Quality Management (TQM) terdiri atas kegiatan
perbaikan berkelanjutan yang melibatkan setiap orang dalam
organisasi melalui usaha yang terintegrasi secara total untuk
meningkatkan kinerja pada setiap level organisasi. TQM juga
merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai
6
usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan
melibatkan seluruh anggota organisasi.
Karakteristik nilai dasar orientasi mutu terdiri atas: (1) komitmen
bagi kepuasan masyarakat; (2) pemberian layanan yang cepat,
tepat, dan ramah; (3) pemberian layanan yang menyentuh hati,
tanpa cacat, tanpa kesalahan, dan tidak ada pemborosan; (4)
pemberian layanan yang dapat memberi perlindungan kepada
publik, terutama ketika terjadi perubahan, baik ketika berkaitan
dengan pergeseran tuntutan kebutuhan pelanggan,
perkembangan teknologi, maupun sebagai konsekuensi dari
lahirnya kebijakan baru; (5) pendekatan ilmiah dan inovatif dalam
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Penjaminan mutu juga harus didukung juga dengan kreativitas
dan inovasi. Kreativitas adalah proses mengembangkan dan
mengekspresikan gagasan yang diperkirakan bermanfaat. Hasil
proses kreativitas adalah inovasi. Beberapa sifat yang harus
dimiliki oleh ASN yang mampu menciptakan inovasi, antara lain:
(1) senantiasa merasa butuh untuk terus mengembangkan
kemampuan; (2) bersifat dinamis dan berpikir kritis terhadap situasi
yang berkembang; (3) selalu menjadikan keterbatasan sebagai
sarana untuk melakukan kreativitas dan inovasi. Sifat-sifat tersebut
tidak dapat berkembang dengan baik, jika tidak didukung oleh
factor-faktor pendukung, seperti: (1) kepemimpinan yang memiliki
visi dan misi untuk melakukan perubahan yang lebih baik; (2)
lingkungan kerja yang mendorong terciptanya kreativitas kerja,
misalnya lingkungan yang dapat mengapresiasi kinerja setiap
individu dan memberi motivasi bagi kinerja yang kurang agar
menjadi lebih baik; (3) budaya organisasi yang memfasilitasi
terjadinya inovasi, seperti budaya kerja yang dinamis, kreatif, tidak
cepat puas, pekerja keras, malu jika tidak berbuat lebih baik, dan
menghargai hasil karya orang lain (Yuniarsih & Taufiq, 2015).
7
5. Anti Korupsi
Korupsi berasal dari Bahasa Latin yaitu corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan, dan kebusukan. Korupsi merupakan
kejahatan luar biasa, salah satu alasannya karena dampaknya
menyebabkan kerusakan di ruang lingkup pribadi, keluarga,
masyarakat, dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tersebut
tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun
berdampak jangka panjang. Dampak korupsi dalam kehidupan
bangsa dan negara, yakni: (1) pendapatan per kapita yang rendah;
(2) Angka pengangguran tinggi; (3) Tingkat pendidikan rendah; (4)
Angka kematian bayi lebih tinggi; (5) Tingkat kriminalitas tinggi; (6)
daya beli daerah rendah; dan (7) daya saing lima sektor prioritas
rendah.
Tindak korupsi menyebabkan kerugian biaya sosial yang terdiri
atas:
a. Biaya eksplisit: biaya korupsi yang diambil oleh pelaku korupsi.
b. Biaya antisipasi korupsi: biaya sosial korupsi sebagai bahaya
laten.
c. Biaya akibat reaksi terhadap korupsi: biaya peradilan,
penyidikan, dan operasional Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK), serta biaya perampasan aset di luar negeri dan di
dalam negeri.
d. Biaya implisit: biaya oportunitas korupsi (beban angsuran
bunga di masa mendatang yang timbul karena korupsi di masa
sebelumnya).
Menurut UU No. 31 tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun 2001,
terdapat tujuh kelompok tindak pidana korupsi yang terdiri dari: (1)
kerugian keuangan negara; (2) suap-menyuap; (3) pemerasan; (4)
perbuatan curang; (5) penggelapan dalam jabatan; (6) benturan
kepentingan dalam pengadaan; (7) gratifikasi. Semua jenis korupsi
8
tersebut merupakan delik-delik yang diadopsi dari KUHP (pasal 1
ayat 1 sub c UU No. 3 tahun 1971).
Komitmen untuk anti korupsi terbangun saat manusia telah
mencapai spiritual accountability, yang mana adanya kesadaran
akan kehidupan setelah kematian dan semua yang sudah
dilakukan di dunia akan diminta pertanggungjawabannya oleh
Tuhan setelah meninggal. Spiritual accountability yang baik akan
menghasilkan niat yang baik, yang akan menghasilkan visi dan
misi yang baik, kemudian akan diterjemahkan dalam usaha yang
terbaik untuk mendapatkan hasil terbaik. Kualitas spiritual
accountability manusia sejalan dengan kualitas hubungannya
dengan Tuhan, yang mana hal ini diyakini sebagai kekuatan yang
lebih berkuasa atas segala sesuatu, membentuk manusia yang
taat pada aturan Tuhan dan melakukan segala sesuatu didasari
hanya untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
KPK Bersama para pakar telah melakukan identifikasi nilai-nilai
dasar anti korupsi sebagai berikut: (1) jujur; (2) peduli; (3) mandiri;
(4) disiplin; (5) tanggung jawab; (6) kerja keras; (7) sederhana; (8)
berani; (9) adil. Manusia yang berintegritas merupakan salah satu
upaya dari sikap anti korupsi. Tunas integritas merupakan
terjemahan dari konsep yang berprinsip bahwa manusia sebagai
faktor kunci perubahan, sehingga pembangunan integritas harus
dimulai dari upaya membangun integritas individu yang selaras
dengan integritas organisasi dan bangsa. ASN diharapkan dapat
menjadi tunas-tunas integritas yang menjalankan peran strategis
dalam organisasi berupa (Tim Penulis Komisi Pemberantasan
Korupsi, 2015):
a. Menjadi jembatan masa depan kesuksesan organisasi, tunas-
tunas integritas menjadi kumpulan orang yang selalu terdepan
untuk memastikan tujuan organisasi.
9
b. Membangun sistem integritas, berpartisipasi aktif dalam
pembangunan sistem integritas hingga semua peluang korupsi
dan berbagai penyimpangan lainnya dapat ditutupi.
c. Mempengaruhi orang lain, khususnya mitra kerja untuk
berintegritas tinggi.
1. Manajemen ASN
Menurut UU No. 5 Tahun 2014, manajemen ASN adalah
pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Pegawai
ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta
harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan
partai politik. Berdasarkan jenisnya ASN dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah warga negara Indonesia
yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN
secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk
menduduki jabatan pemerintahan, memiliki nomor induk
pegawai secara nasional.
b. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) adalah
warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang
diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu
tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.
10
Pegawai ASN berfungsi sebagai: (1) pelaksana kebijakan
publik; (2) pelayan publik; (3) perekat dan pemersatu bangsa.
Pegawai ASN memiliki tugas, yakni:
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas; dan
c. Mempererat persatuan dan kesatuan NKRI.
Selanjutnya peran pegawai ASN adalah sebagai perencana,
pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum
pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan
kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari
intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
Sesuai dengan Pasal 21 UU No. 5 Tahun 2014, PNS berhak
memperoleh: (1) gaji, tunjangan, dan fasilitas; (2) cuti; (3) jaminan
pension dan jaminan hari tua; (4) perlindungan; dan (5)
pengembangan kompetensi. Kemudian PPPK berhak
memperoleh: (1) gaji dan tunjangan; (2) cuti; (3) perlindungan; dan
(4) pengembangan kompetensi. Selanjutnya, kewajiban pegawai
ASN sebagaimana diatur dalam Pasal 23 UU No. 5 Tahun 2014
adalah sebagai berikut:
a. Setia dan taat pada Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan
pemerintah yang sah;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah
yang berwenang;
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab;
11
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan, dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam
maupun di luar kedinasan;
g. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan
rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
h. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI.
Dalam rangka mewujudkan pegawai ASN yang profesional dan
berkualitas, pengelolaan SDM juga harus diperhatikan. Pengadaan
SDM menjadi hal yang penting untuk menyeleksi dan memilik SDM
yang terbaik. Sistem merit menjadi salah satu upaya pemerintah
dalam menyeleksi dan memilih SDM untuk menjadi pegawai ASN
yang terbaik dan profesional dengan menerapkan objektivitas,
transparansi, dan keadilan. Menurut PP No. 11 Tahun 2017, sistem
merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan
pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar
dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit,
agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau
kondisi kecacatan.
2. Pelayanan Publik
Pelayanan publik sebagai salah satu fungsi ASN menjadi hal
yang penting untuk diterapkan sebagai pegawai PNS. Pelayanan
publik didefinisikan sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik (UU No. 25
Tahun 2009).
12
Sebagai pelayan publik, PNS harus memberikan pelayanan
yang prima bagi masyarakat. Prinsip pelayanan publik yang baik
untuk mewujudkan pelayanan prima adalah:
a. Partisipatif: dalam memberikan pelayanan publik yang prima,
pemerintah harus melibatkan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya;
b. Transparan: masyarakat harus diberikan akses untuk
mengetahui segala hal yang terkait pelayanan publik yang
dilakukan oleh pemerintah. Selain itu, pemerintah juga harus
memberikan akses untuk masyarakat mempertanyakan dan
menyampaikan pengaduan atas ketidakpuasan yang diterima
dari pelayanan publik;
c. Responsif: Pemerintah sebagai pelayan publik wajib
mendengarkan dan memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat,
serta mau mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat;
d. Tidak diskriminatif: pelayanan publik tidak boleh membedakan
masyarakat atas dasar apapun, seperti latar belakang SARA,
jenis kelamin, status sosial, pandangan politik, dan difabel;
e. Mudah dan murah: berbagai persyaratan yang dibutuhkan
dalam penyelenggaraan pelayanan publik harus masuk akal
dan mudah dipenuhi. Selain itu, biaya yang dikeluarkan juga
terjangkau, karena pelayanan publik yang diselenggarakan
oleh pemerintah bukan untuk mencari keuntungan;
f. Efektif dan efisien: penyelenggara pelayanan publik harus
mampu memenuhi tujuan yang ingin dicapai dengan prosedur
yang sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang
murah;
g. Aksesibel: pelayanan publik harus dapat dijangkau masyarakat,
baik dalam arti fisik (terkait jarak yang dekat dan mudah
ditemukan), maupun dalam arti nonfisik (terkait biaya dan
persyaratan yang dipenuhi).
13
h. Akuntabel: pelayan publik harus dapat
mempertanggungjawabkan pelayanan yang sudah diberikan
secara terbuka kepada masyarakat luas.
i. Berkeadilan: pelayanan publik harus dapat menjadi alat
melindungi kelompok masyarakat yang rentan dari praktik
buruk yang dilakukan warga negara yang lain dan mampu
menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok yang lemah ketika
berhadapan dengan kelompok yang kuat.
Selain prinsip pelayanan publik, pegawai ASN juga perlu
mengetahui mengenai prinsip-prinsip pelayanan prima, yakni:
a. Responsif terhadap pelanggan dan memahami pelanggan;
b. Membangun visi dan misi pelayanan;
c. Menetapkan standar pelayanan dan ukuran kinerja pelayanan;
d. Pemberian pelatihan dan pengembangan pegawai terkait
bagaimana memberikan pelayanan yang baik;
e. Memberikan apresiasi kepada pegawai.
Dalam memberikan pelayanan publik ada beberapa dasar
etiket yang seharusnya dilakukan oleh pegawai ASN, antara lain
kesopanan, sikap menghormati dan menghargai pihak lain, penuh
perhatian, kooperatif dan mau menolong pihak lain yang
membutuhkan pertolongan, toleransi, sikap ramah yang tidak
formal atau resmi, serta bisa menguasai diri dan mengendalikan
emosi dalam berbagai situasi (Purwanto, Tyastianti, Taufiq, &
Novianto, 2017).
14
publik. Pendekatan WoG ada sebagai jawaban dari pertanyaan
mengenai koordinasi yang sulit antar sektor atau kelembagaan
yang berdampak pada pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat luas. WoG menekankan pada aspek kebersamaan
dan kerja sama untuk menghilangkan egosektoral yang terbentuk.
Pendekatan WoG memiliki karakteristik yang dapat dirumuskan
dalam prinsip kolaborasi, kebersamaan, kesatuan, tujuan
bersama, dan mencakup keseluruhan aktor dari seluruh sektor
pemerintahan (Suwarno & Sejati, 2017).
Mewujudkan WoG bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan,
ada beberapa tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan
WoG, antara lain (Suwarno & Sejati, 2017):
a. Kapasitas SDM dan institusi yang terlibat dalam WoG tidaklah
sama.
b. Nilai dan budaya organisasi yang menjadi kendala terjadi upaya
kolaborasi sampai dengan penyatuan kelembagaan
c. Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang
mengakomodasi perubahan nilai dan budaya organisasi serta
meramu SDM yang tersedia guna mencapai tujuan yang
diharapkan.
15
1. Menjamin keamanan informasi di sektor pemerintah, infrastruktur
informasi kritikal nasional, dan ekonomi digital dalam mewujudkan
keamanan nasional dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
nasional;
2. Membangun dan menerapkan tata kelola keamanan siber dan
sandi yang komprehensif;
3. Membangun kemandirian teknologi keamanan siber dan sandi
dengan mendorong tumbuhnya industry dalam negeri di bidang
keamanan siber dan sandi;
4. Membangun, mengoordinasikan, mengolaborasikan, dan
mengoperasionalkan sistem identifikasi, deteksi, mitigasi,
manajemen krisis, penanggulangan, dan pemulihan terhadap
ancaman, insiden, dan/atau serangan siber dan sandi;
5. Membangun budaya keamanan siber sebagai tatanan nilai budaya
yang melekat dengan mendorong tumbuhnya budaya penggunaan
internet yang aman dan nyaman oleh setiap warga negara
Indonesia; dan
6. Menyediakan dan mengoptimalkan sumber daya keamanan siber
dan sandi melalui proses pembelajaran dan peningkatan kualitas
yang berkelanjutan dengan didukung manajemen perkantoran
secara transparan dan akuntabel.
16
2. Integritas merupakan suatu nilai yang terdiri atas perilaku terpuji
dalam bekerja, disiplin dalam berperilaku, dan berdedikasi
terhadap tugas pekerjaan;
3. Adaptabilitas teknologi merupakan suatu nilai yang terdiri atas
perilaku inovatif dan kekinian serta mengikuti dan tanggap
terhadap perubahan teknologi;
4. Tepercaya merupakan suatu nilai yang terdiri atas dapat dipercaya,
berorientasi pada keamanan informasi, dan tidak berpihak.
Selain sistem nilai PINTAR, ada juga sistem nilai lain yang
digunakan oleh BSSN yaitu etos sandi. Etos sandi terdiri atas sembilan
nilai, yaitu: (1) nasionalisme; (2) tepercaya; (3) kemampuan
menyimpan rahasia; (4) dapat diandalkan; (5) dedikasi; (6) disiplin; (7)
rasa tanggung jawab; (8) jiwa korsa; (9) mandiri.
BSSN sebagai salah satu instansi pemerintah juga menggunakan
sistem nilai lain, yaitu kode etik PNS dan Panca Prasetya Korps
Pegawai Republik Indonesia. Kode etik dan kode perilaku ASN diatur
dalam UU No. 5 Tahun 2014 antara lain:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan
berintegritas tinggi;
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau
Pejabat yang Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggungjawab, efektif, dan efisien;
17
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya;
9. memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan
kedinasan;
10. tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau orang lain;
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN; dan
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai disiplin pegawai ASN.
Panca Prasetya Korps Pegawai Republik Indonesia berisikan
sebagai berikut:
“Kami anggota Korps Pegawai Republik Indonesia adalah insan yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjanji:
1. Setia dan taat kepada Negara Kesatuan dan Pemerintah Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945;
2. Menjunjung tinggi kehormatan bangsa dan negara, serta
memegang teguh rahasia jabatan dan rahasia negara;
3. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat di atas
kepentingan pribadi dan golongan;
4. Memelihara persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesetiakawanan Korps Pegawai Republik Indonesia;
5. Menegakkan kejujuran, keadilan, dan disiplin serta meningkatkan
kesejahteraan dan profesionalisme.”
18
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI
A. PENENTUAN ISU
1. IDENTIFIKASI ISU
Secara umum isu diartikan sebagai suatu fenomena atau
kejadian yang diartikan sebagai masalah. Isu kritikal dipandang
sebagai topik yang berhubungan dengan masalah-masalah
sumber daya yang memerlukan pemecahan disertai dengan
adanya kesadaran publik akan isu tersebut. Isu kritikal secara
umum terbagi ke dalam tiga kelompok berbeda berdasarkan
tingkat urgensinya, antara lain:
a. Isu saat ini adalah kelompok isu yang mendapatkan perhatian
dan sorotan publik secara luas dan memerlukan penanganan
sesegera mungkin dari pengambilan keputusan.
b. Isu berkembang merupakan isu yang perlahan-lahan masuk,
mulai menyebar di ruang publik, dan publik mulai menyadari
adanya isu tersebut.
c. Isu potensial adalah kelompok isu yang belum nampak di
ruang publik, namun dapat terindikasi dari beberapa
Identifikasi isu kritikal dapat dilakukan dengan beberapa
kemampuan antara lain:
a. Environmental scanning, peduli terhadap masalah dalam
organisasi dan mampu memetakan hubungan kausalitas;
b. Problem solving, mampu mengembangkan dan memilih
alternatif, dan mampu memetakan aktor terkait dan perannya
masing-masing;
c. Analisis, mampu berpikir konseptual, mampu mengidentifikasi
implikasi/dampak/manfaat dari sebuah pilihan
kebijakan/program/kegiatan/tahapan.
19
Dalam mengidentifikasi isu-isu yang ada, penulis
mengidentifikasi isu dengan ketiga kemampuan di atas. Ada
empat isu yang diidentifikasi dan didapatkan dalam unit kerja
tempat penulis bekerja, antara lain:
a. Pengarsipan surat masuk dan surat keluar masih berantakan
dan belum tersusun dengan baik.
Pada Bidang PPTF ada cukup banyak diklat yang diberikan
dan seringkali jadwal pelaksanaan diklat tersebut waktunya
berurutan, bahkan dalam satu periode waktu terkadang ada
dua diklat yang berjalan. Jumlah diklat yang cukup banyak
dengan waktu pelaksanaan yang berurutan bahkan
bersamaan membuat distribusi surat masuk dan surat keluar
juga meningkat. Selama ini surat masuk dan surat keluar
hanya diletakkan di beberapa file holder sesuai dengan nama
diklatnya. Setiap surat belum disusun secara rapi dan tidak
dibuat list surat-surat yang ada di setiap file holder. Hal ini
menyebabkan terkadang ada surat yang terselip dan sulit
untuk mencarinya.
b. Masih adanya jadwal kegiatan yang berbenturan.
Penyelenggaraan diklat tidak hanya dilakukan oleh Bidang
PPTF, tetapi juga dilakukan oleh Bidang Pendidikan dan
Pelatihan Manajemen. Belum adanya jadwal yang terintegrasi
antar bidang menyebabkan masih ada jadwal yang
berbenturan, contohnya rapat kegiatan diklat yang satu
dengan rapat kegiatan diklat lainnya. Hal ini menyebabkan
koordinasi yang terjadi antar bidang dan kegiatan diklat
menjadi tidak efektif.
c. Pelayanan konseling kepada peserta diklat masih belum
optimal.
Menurut Pedoman Kepala BSSN No. 2 Tahun 2018 tentang
Rincian Kegiatan Organisasi (RKO) BSSN, Pusdiklat juga
20
melaksanakan bimbingan dan konsultasi akademik dan
psikologi siswa diklat manajemen, teknis dan keamanan siber
dan sandi. Selain itu, menurut Peraturan Kepala Pusdiklat
Lembaga Sandi Negara No. 214 Tahun 2013, peserta diklat
berhak memperoleh bimbingan konseling. Selama ini
pelayanan konseling yang diberikan oleh Pusdiklat kepada
peserta diklat belum terlalu sering dan belum optimal. Selama
menjalani diklat peserta diklat diasramakan dalam kurun
waktu tertentu. Menurut penelitian yang dilakukan di India
terhadap mahasiswa kedokteran gigi, disimpulkan bahwa
mahasiswa yang tinggal di asrama memiliki tingkat stress
yang lebih tinggi daripada mahasiswa yang tinggal di rumah
bersama keluarga. Hal ini dikarenakan mereka merasa tidak
adanya kerabat atau orang yang dapat memberikan
dukungan emosional dalam kondisi yang mendesak dan sulit
(Tangade, Marthur, Gupta, & Chaudhary, 2011). Penelitian ini
dapat menjadi penelitian pembanding bagi kondisi peserta
diklat yang juga diasramakan dalam kurun waktu tertentu dan
tidak jarang terpisah jauh dari keluarga selama mengikuti
diklat. Peserta diklat memungkinkan untuk mengalami stress
selama mengikuti diklat. Tingkat stress yang tinggi
berpengaruh terhadap hasil belajar yang menjadi kurang
maksimal. Oleh karena itu, pelayanan konseling yang optimal
harus tersedia sebagai salah satu cara mengurangi stress.
d. Data tenaga kediklatan belum terdokumentasi dengan baik
(termasuk data pengembangan kompetensi dan sertifikasi)
belum terdokumentasi dengan baik.
Selama ini, data tenaga kediklatan seperti CV Tenaga
Kediklatan beserta sertifikat kompetensi yang dicapai masih
terus diminta setiap tahun semuanya. Belum ada bank data
yang memuat semua data tenaga kediklatan di Pusdiklat yang
21
dapat diakses oleh semua pegawai Pusdiklat, sehingga setiap
pegawai tidak perlu mengisi dari awal terkait CV Tenaga
Kediklatan dan mengumpulkan sertifikasinya dari awal. Bank
data dapat mempermudah pegawai hanya tinggal
memperbaharuinya jika ada kompetensi baru beserta
sertifikasinya.
22
Tabel 3. 1. Tabel Penilaian Isu Aktual
PENILAIAN JUMLAH
NO ISU AKTUAL RANKING
U S G SKOR
Pengarsipan surat
masuk dan surat keluar
1. masih berantakan dan 3 3 4 10 2
belum tersusun dengan
baik
Masih adanya jadwal
kegiatan yang
berbenturan (contohnya
2. 3 4 3 10 2
rapat suatu kegiatan
dengan rapat kegiatan
lain).
Pelayanan konseling
3. kepada peserta diklat 4 4 4 12 1
masih belum optimal.
Data tenaga kediklatan
belum terdokumentasi
dengan baik (termasuk
data pengembangan
4. 3 3 3 9 3
kompetensi dan
sertifikasi) belum
terdokumentasi dengan
baik.
3. PENENTUAN GAGASAN
Penentuan gagasan dari sebuah isu utama dapat dilakukan
dengan berbagai cara, antara lain dengan mind mapping,
fishbone diagram, analisis SWOT, dan analisis kesenjangan. Isu
utama akan ditentukan gagasan-gagasannya dengan
menggunnakan metode fishbone diagram, yang mana isu utama
atau persoalan dipahami dan dipetakan berdasarkan cabang-
23
cabang terkait, serta lebih menekankan pada hubungan sebab
akibat.
Belum adanya
Belum ada prosedur
telaahan staf pelayanan
mengenai konseling
pelayanan
konseling Belum adanya
Pedoman Kepala
Pusdiklat mengenai
Belum adanya draft pelayanan konseling
SOP pelayanan
konseling Pusdiklat
Pelayanan
Konseling kepada
Peserta Diklat
Belum Optimal
Ruangan
konseling belum
terfasilitasi
24
1. PENYUSUNAN KEGIATAN DAN TAHAPAN KEGIATAN
Unit Kerja : Pengelola Bahan Akademik dan Pengajaran pada Bidang Diklat Teknis dan Fungsional, Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Badan Siber dan Sandi Negara
Identifikasi Isu : 1. Pengarsipan surat masuk dan surat keluar masih berantakan dan belum tersusun dengan baik
2. Masih adanya jadwal kegiatan yang berbenturan (contohnya rapat suatu kegiatan dengan rapat
kegiatan lain)
3. Pelayanan konseling kepada peserta diklat masih belum optimal
4. Data tenaga kediklatan belum terdokumentasi dengan baik (termasuk data pengembangan
kompetensi dan sertifikasi) belum terdokumentasi dengan baik
Isu yang Diangkat : Pelayanan konseling kepada peserta diklat masih belum optimal
Gagasan Pemecahan Masalah : 1. Pembuatan telaahan staf mengenai pelayanan konseling
2. Pembuatan draft prosedur pelayanan konseling
3. Pembuatan draft pengajuan fasilitas ruangan konseling
25
Tabel 3. 2. Rancangan Aktualisasi
26
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output Keterkaitan Kontribusi Penguatan
Substansi Terhadap Visi Nilai
Mata Misi
Pelatihan Organisasi
2. Membuat draft SOP
pelayanan konseling Agenda II:
3. Melakukan validasi Akuntabilitas
draft SOP pelayanan Etika Publik
konseling Komitmen
4. Meminta persetujuan Mutu
atasan
4. Sosialisasi draft 1. Membuat infografis Infografis Agenda III: Misi BSSN No. Profesionalitas
SOP pelayanan 2. Meminta persetujuan sosialisasi Pelayanan 6 Integritas
konseling di atasan terhadap draft SOP Publik Tepercaya
lingkungan infografis yang dibuat pelayanan Adaptabilitas
BSSN 3. Mencetak infografis konseling Agenda II: Teknologi
menjadi X banner dalam bentuk Akuntabilitas
4. Menyebarkan infografis X-banner Etika Publik
Komitmen
Mutu
27
Tabel 3. 3. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi (Bulan Mei)
MEI
No. Kegiatan
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Membuat telaahan staf mengenai pelayanan konseling
Mencari
referensi terkait
1
pelayanan
konseling
Membuat
telaahan staf
2 mengenai
pelayanan
konseling
Meminta
3 persetujuan
atasan
Membuat draft Pedoman Kepala Pusdiklat mengenai pelayanan konseling
Mengidentifikasi
1 proses bisnis
Pusdiklat BSSN
Membuat draft
Pedoman
2
Kepala
Pusdiklat
Melakukan
validasi draft
3 Pedoman
Kepala
Pusdiklat
28
MEI
No. Kegiatan
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Meminta
4 persetujuan
atasan
Membuat draft SOP pelayanan konseling
Mengidentifikasi
1 proses bisnis
Pusdiklat BSSN
Membuat draft
Pedoman
2
Kepala
Pusdiklat
Melakukan
validasi draft
3 Pedoman
Kepala
Pusdiklat
Meminta
4 persetujuan
atasan
Sosialisasi draft SOP pelayanan konseling di lingkungan Pusdiklat BSSN dan peserta diklat
Membuat
1
infografis
Meminta
persetujuan
atasan
2
mengenai
design
infografis
29
MEI
No. Kegiatan
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Mencetak
infografis
3
menjadi X-
banner
Menyebarkan
4
infografis
30
JUNI
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Membuat draft Pedoman Kepala Pusdiklat mengenai pelayanan konseling
Mengidentifikasi
1 proses bisnis
Pusdiklat BSSN
Membuat draft
Pedoman
2
Kepala
Pusdiklat
Melakukan
validasi draft
3 Pedoman
Kepala
Pusdiklat
Meminta
4 persetujuan
atasan
Membuat draft SOP pelayanan konseling
Mengidentifikasi
1 proses bisnis
Pusdiklat BSSN
Membuat draft
Pedoman
2
Kepala
Pusdiklat
Melakukan
3 validasi draft
Pedoman
31
JUNI
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Kepala
Pusdiklat
Meminta
4 persetujuan
atasan
Sosialisasi draft SOP pelayanan konseling di lingkungan Pusdiklat BSSN dan peserta diklat
Membuat
1
infografis
Meminta
persetujuan
atasan
2
mengenai
design
infografis
Mencetak
infografis
3
menjadi X-
banner
Menyebarkan
4
infografis
Keterangan:
Hari Libur
Pelaksanaan
32
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam laporan rancangan aktualisasi ini, isu utama yang diangkat
adalah pelayanan konseling yang belum optimal kepada peserta
diklat. Isu utama ini terpilih melalui Teknik USG yang mana
penetapan skornya dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
kepada beberapa rekan kerja di unit kerja. Kemudian dari isu utama
tersebut ada empat kegiatan yang akan dilakukan selama aktualisasi
off campus 30 hari kerja di unit kerja, yaitu:
1. Membuat telaahan staf mengenai pelayanan konseling;
2. Membuat draft Pedoman Kepala Pusdiklat mengenai pelayanan
konseling;
3. Membuat draft SOP pelayanan konseling;
4. Sosialisasi draft SOP pelayanan konseling di lingkungan
Pusdiklat BSSN dan peserta diklat.
33
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, E., & Irawati, E. (2017). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS
Manajemen Aparatur Sipil Negara. Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara.
Kusumasari, B., Dwiputrianti, S., & Allo, E. L. (2015). Modul Pelatihan Dasar
Calon PNS Akuntabilitas. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Latief, Y., Suryanto, A., & Muslim, A. A. (2015). Modul Pelatihan Dasar
Calon PNS Nasionalisme. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Pedoman Kepala Badan Siber dan Sandi Negara Nomor 2 Tahun 2018
tentang Rincian Kegiatan Organisasi Badan Siber dan Sandi Negara.
Peraturan Badan Siber dan Sandi Negara Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Siber dan Sandi Negara.
Peraturan Badan Siber dan Sandi Negara Nomor 3 Tahun 2018 tentang
Sistem Nilai Badan Siber dan Sandi Negara.
Peraturan Badan Siber dan Sandi Negara Nomor 4 Tahun 2018 tentang
Visi Misi Badan Siber dan Sandi Negara.
34
Pendidikan dan Pelatihan di Lingkungan Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Lembaga Sandi Negara.
Purwanto, E. A., Tyastianti, D., Taufiq, A., & Novianto, W. (2017). Modul
Pelatihan Dasar Calon PNS Pelayanan Publik. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.
Suwarno, Y., & Sejati, T. A. (2017). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS
Whole of Government. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Tangade, P. S., Mathur, A., Gupta, R., & Chaudhary, S. (2011). Assessment
of Stress Level Among Dental School Students: An Indian Outlook.
Dental research journal, 8(2), 95-101.
35
36
37
38