Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS PSIKIATRI

Nama : Tn. Ir
Umur : 28 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Sampit
Pekerjaan : Serabutan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Suku/Warga Negara : Dayak/Indonesia
Pendidikan : SMP
Tanggal Pemeriksaan : 22 April 2019
Tempat Pemeriksaan : Bangsal Teratai RSUD dr.Murjani Sampit
Tanggal Masuk RS : 21 April 2019 (Pertama kali)

LAPORAN PSIKIATRIK
I. RIWAYAT PENYAKIT
Autoanamnesis dan Heteroanamnesis (Ny. S [Kakak Kandung])
A. Keluhan utama
Pasien tidak dapat tidur

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Seorang laki-laki berusia 28 tahun MRS dengan keluhan pasien
tidak dapat tidur ± 1 minggu, pasien gelisah dan berjalan kesana-
kemari. Perasaan seperti ini telah dirasakan kurang lebih 1 minggu
SMRS. Sekitar 1 minggu SMRS pasien juga merasa badan pasien
kebal akan goresan benda tajam, serta merasa mendengar ada yang
selalu mengomentari apa yang pasien lakukan.

1
Awalnya pasien merasa mendapatkan kekuatan kekebalan tubuh
dari luka goresan benda tajam. Pasien menceritakan ke kakak
kandungnya, selain itu pasien juga sering mendengar ada bisikan yang
mengomentari setiap apa yang dilakkuan mengakibatkan pasien
gelisah dan susah untuk tidur. Ny. S (kakak kandung) mengaku bahwa
kejadian ini berlangsung +- 1 minggu, namun sebelumnya pasien
melarikan diri dari rumah nya karena ada masalah keluarga ± 20 hari
karena istri pasien meminta untuk diceraikan seetelah kelahiran anak
ke-3 dan akhirnya pasien mendatangi rumah kakak kandungnya.
 Hendaya/Disfungsi
Hendaya Sosial (+)
Hendaya Pekerjaan (+)
 Faktor Stressor Psikososial
1. Masalah keluarga, yaitu perceraian.
2. Masalah pekerjaan (-).
 Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat
penyakit/gangguan sebelumnya.
Pasien dan kakak kandung mengaku bahwa pasienbelum pernah
dirawat di Rumah Sakit sebelumnya. Keluhan seperti ini baru
pertama kali dirasakan oleh pasien.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Gangguan emosional atau mental (-)
2. Gangguan psikosomatik (-)
3. Kondisi medis (per-sistem) (-)
Infeksi Berat (-)
Penggunaan obat/NAPZA (-)
Alkohol (-)
Merokok (+)

2
4. Gangguan neurologi:
Trauma/Cedera Kepala (-)
Kejang atau Tumor (-)

D. Riwayat Kehidupan Pribadi(Past Personal History)


 Riwayat Prenatal dan Perinatal
Tidak ada masalah saat pasien dalam kandungan. Pasien
lahir normal. Pasien lahir tanpa penyulit apapun dalam
persalinan.
 Riwayat Masa Kanak-Kanak Awal (1-3 tahun)
Tidak terdapat persoalan-persoalan makan diusia
ini.Pertumbuhan dan perkembangan sesuai umur dan tidak
terdapat gejala-gejala problemperilaku.Tidak ada riwayat
kejang, trauma atau infeksi pada masa ini. Pasien mendapatkan
kasih sayang dari orang tua dan saudara-saudaranya.
 Riwayat Masa Kanak-Kanak Pertengahan (4-11 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan baik, sesuai dengan anak
seusianya. Pasien masuk sekolah dasar dan Hubungan dengan
teman sekolah baik.
 Riwayat Masa Kanak-Kanak Akhir/Pubertas/Remaja (12-18
tahun)
Hubungan pasien dengan keluarga, kerabat, dan
lingkungan tempat tinggal baik. Selama periode di sekolah dasar
tidak ada permasalahan yang dialami pasien. Pasien tidak lagi
melanjutkan pendidikan pasien dengan alasan yang tidak
diketahui. Perkembangan emosional, kognisi, dan motorik
pasien baik. Pasien tidak terlibat kenakalan remaja, baik itu
perkelahian, merokok, minum-minuman keras, ataupun

3
penggunaan obat-obatan terlarang. Pasien sudah merasakan
jatuh hati (naksir) pada lawan jenis.
 Riwayat Masa Dewasa (>18 tahun)
Pasien bekerja sebagai pekerja di perusahaan sawit. Dan
pasien menikah pada usia 21 Tahun.

E. Riwayat Kehidupan Keluarga


Pasien anak terakhir dari 3 bersaudara, Ayah pasien telah
meninggal dunia dan saat ini pasien sudah menikah dan tinggal
dengan istri dan ketiga anaknya dirumahnya.

F. Situasi Sekarang
Pasien tinggal di rumah sakit dan meninggalkan istri dan ketiga
anaknya, serta tidak dapat melanjutkan pekerjaannya.

G. Persepsi (Tanggapan)Pasien Tentang Diri dan Kehidupan.


Pasien tidak menyadari dirinya sakit secara penuh.

II. STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
 Penampilan:
Tampak seorang laki-laki memakai kaos biru, memakai
celana panjang kain hitam. Postur tinggi badan pasien sekitar
160 cm, rambut lurus tidak rapi, tampakan wajah pasien sesuai
dengan umurnya. Perawakan agak kurus. Perawatan diri kurang.
Tampak bingung.
 Kesadaran: baik (compos mentis)
 Perilaku dan aktivitas psikomotor : tenang

4
 Pembicaraan: lancar dan intonasi biasa, sesuai dengan
pertanyaan.
 Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

B. Keadaan Afektif
 Mood : Eutimia
 Afek : Afek Menyempit
 Keserasian : Serasi (appropriate)
 Empati : Tidak dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)


 Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan:
Pengetahuan dan kecerdasan sesuai taraf pendidikannya.
 Daya konsentrasi: baik
 Orientasi:
o Waktu : baik
o Tempat : baik
o Perorangan : buruk
 Daya ingat
o Jangka Pendek : Baik
o Segera (immediate memory) : Baik
o Jangka Panjang : Baik
 Pikiran abstrak : tidak baik
 Bakat kreatif : ada
 Kemampuan menolong diri sendiri: tidak mampu

D. Gangguan Persepsi
 Halusinasi : auditorik bersifat commenting dan visual
kadang pasien dapat melihat sesosok ular.

5
 Ilusi : Tidak ada
 Depersonalisasi : Tidak ada
 Derealisasi : Tidak ada

E. Proses berpikir
 Arus pikiran :
1. Produktivitas: pasien hanya menjawab apabila ditanya
2. Kontinuitas pikiran: relevan
3. Hendaya berbahasa: tidak ada
 Isi Pikiran
1. Preokupasi: tidak ada
2. Gangguan isi pikiran : waham kebesaran (pasien mengaku
memiliki kekuatan kekebalan dari goresan benda tajam)

F. Pengendalian impuls
Baik

G. Daya nilai
 Norma sosial : Baik
 Uji daya nilai : Baik
 Penilaian Realitas : Baik

H. Tilikan (insight)
Derajat II

I. Taraf Dapat Dipercaya


Dapat dipercaya

6
III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
Pemeriksaan fisik
Status internus& status nerologis: keadaan umum = baik, GCS:
E4M6V5,fungsi kortikal luhur dalam batas normal, pupil bundar isokor,
reflex cahaya (+)/(+), konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus,fungsi
motorikke empat ekstremitas dalam batas normal.
TD: 130/80 RR: 18 x/m
N : 80x/m S : 36C

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang laki-laki berusia 28 tahun MRS dengan keluhan pasien tidak
dapat tidur, gelisah, dan berjalan kesana-kemari. Perasaan seperti ini telah
dirasakan sejak kurang lebih 1 minggu SMRS. Pasien juga merasa ada
kekuatan kekebalan tubuh dari goresan benda tajam dan kadang mendengar
bisikan yang selalu mengomentari apa yang pasien lakukan. Terdapat
stressor psikososial berupa masalah keluarga, yaitu istri pasien meminta
untuk cerai setelah kelahiran anak ke-3. Terdapat pula riwayat merokok.
Sedangkan keluhan seperti ini, baru pertama kali dirasakan pasien.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan halusinasi auditorik,
visual dan adanya waham kebesaran serta tilikan pada derajat II:
ambivalensi terhadap penyakitnya.

V. EVALUASI MULTIAKSIAL
 Aksis I :
1. Kategori gangguan jiwa, ditandai dengan:
o Adanya gejala klinis yang bermakna berupa tidak dapat
tidur, gelisah, dan berjalan kesana-kemari. Pasien juga
merasa memiliki ilmu kekebalan tubuh terhadap benda
tajam.

7
o Keadaaan tersebut menimbulkan disstress bagi pasien
o Keadaaan tersebut menimbulkan disabilitas dalam sosial
dan pekerjaan
2. Gangguan JiwaPsikotik, ditandai dengan adanya hendaya berat
dalam menilai realita: adanya halusinasi auditorik dan waham
paranoid.
3. Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik: pada riwayat penyakit
sebelumnya dan pemeriksaan status interna dan neurologis tidak
ditemukan adanya kelainan yang mengindikasi gangguan medis
umum yang menimbulkan gangguan fungsi otak serta dapat
mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita pasien ini.
4. F23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara
5. F23.2 Gangguan Psikotik Lir-Skizofrenia (Schizophrenia-
Like)
 Aksis II
Tidak ada diagnosis aksis II
 Aksis III
Tidak ditemukan diagnosis karena tidak ada ditemukan
gangguan organik.
 Aksis IV
Masalah dengan “primary support group” (keluarga).
 Aksis V
GAF scale 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap,
disablitas ringan dalam fungsi, secara umum baik).

8
VI. DAFTAR MASALAH
1. Psikologik/Perilaku
Adanya halusinasi auditorik,visual dan waham paranoid.
2. Keluarga/lingkungan/sosial budaya
Ditemukan adanya masalah/stressor keluarga sehingga pasien
memerlukan psikoterapi.

VII. PROGNOSIS
Pendukung ke arah baik Pendukung ke arah buruk
Genetik tidak ada Tidak ada
Onset akut Onset kronik
Usia tua Usia muda
Faktor pencetus jelas Faktor pencetus tidak jelas
Riwayat premorbid sosial& pekerjaan baikRiwayat premorbidburuk
Belum pernah sakit seperti ini Pernah sakit seperti ini
Menikah Tidak menikah
Suportif lingkungan ada Suportif lingkungan tidak ada
Tilikan baik Tilikan buruk
Status ekonomi cukup Status ekonomi kurang
Prognosis: dubia ad sanam

VIII. RENCANA TERAPI


 Farmakoterapi:
o Anti-psikosis Tipikal: Haloperidol Inj 5 mg 2 x 1
 Anti-anxietas gol. Benzodiazepine: Diazepam Inj 10 mg
 Clozapine Tablet 2x25 mg
 Psikoterapi suportif
o Sosioterapi

9
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan lingkungan
sekitar pasien sehingga tercipta dukungan sosial dengan
lingkungan yang kondusif untuk membantu proses
penyembuhan pasien serta melakukan kunjungan berkala.
Pemeriksaan Penunjang 21-04-2019
Hb: 14,8
Ht: 43%
AL : 7.700 Ur : 22
AT: 279.000 Cr : 1,2
GDS : 87 SGOT/PT : 17/18

IX. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta
menilai efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan munculnya
efek samping obat yang diberikan.

X. PEMBAHASAN
A. Definisi
Psikosis adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan
individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi,
waham atau perilaku kacau atau aneh. Psikotis akut adalah sekelompok
gangguan jiwa yang berlangsung kurang dari satu bulan dan tidak disertai
gangguan mood, gangguan berhubungan dengan zat, atau suatu suatu
gangguan psikotik karena kondisi medis umum.[1]
Pedoman diagnostik gangguan psikotik akut dan sementara:[2]
1. Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas
yang diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan
prioritas yang digunakan adalah:

10
a. Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang sama
dengan jangka waktu gejala-gejala psikotik menjadi nyata dan
mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan
pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode prodormal yang
gejalanya sering tidak jelas) sebagai ciri khas yang menentukan
seluruh kelompok.
b. Adanya sindrom yang khas (berupa polimorfik = beraneka
ragam dan berubah cepat, atau schizophrenia-like = gejala
skizofrenik yang khas)
c. Adanya stress akut yang berkaitan
d. Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung
2. Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi criteria
episode manic atau episode depresif, walaupun perubahan emosional
dan gejala-gejala afektif individual dapat menonjol dari waktu ke
waktu
3. Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis, delirium atau
demensia. Tidak merupakan intoksikasi akibat penggunaan
alcohol atau obat-obatan
Gejala psikotik berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari
satu bulan. Diagnosis dapat dibuat sebelum periode waktu satu bulan, tetapi
harus diterima sebagai diagnosis sementara. Jika gejala menetap lebih dari
satu bulan, diagnosis berubah menjadi gangguan psikotik lainnya, seperti
gangguan skizofreniform.[2]
Bentuk-bantuk psikosis akut:[2]
1. F 23.0 Gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skizofrenia
a. Onset harus akut (dari suatu keadaan nonpsikotik sampai
keadaan psikotik yang jelas dalam kurun waktu 2 minggu atau
kurang);

11
b. Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham yang berubah
dalam jenis dan intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari
yang sama.
c. Harus ada keadaan emosional yang sama beranekaragamnya;
d. Walaupun gejala-gejalanya beraneka ragam, tidak satupun dari
gejala itu ada secara cukup konsisten dapat memenuhi kriteria
skizofrenia atau episode manik atau episode depresif.

2. F 23.1 Gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala skizofrenia


a. Memenuhi kriteria (a), (b), dan (c) yang khas untuk gangguan
psikotik polimorfik akut;
b. Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis
skizofrenia yang harus sudah ada untuk sebagian besar waktu
sejak munculnya gambaran klinis psikotik itu secara jelas;
c. Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1
bulan maka diagnosis harus diubah menjadi skizofrenia.

3. F 23.2 Gangguan psikotik lir-skizofrenia (schizophrenia-like akut)


a. Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang,
dari nonpsikosis psikosis);
b. Memenuhi kriteria skizofrenia, tetapi lamanya kurang dari
1 bulan;
c. Tidak memenuhi kriteria psikosis polimorfik akut.

4. F 23.3 Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham


a. Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari
nonpsikosis psikosis);
b. Waham dan halusinasi;

12
c. Baik kriteria skizofrenia maupun gangguan psikotik polimorfik
akut tidak terpenuhi.

5. F 23.8 Gangguan psikotik akut dan sementara lainnya


Gangguan psikotik akut lain yang tidak dapat diklasifikasikan ke
dalam kategori manapun.

6. F 23.9 Gangguan psikotik akut dan sementara YTT

B. Etiologi
Didalam DSM III faktor psikososial bermakna dianggap
menyebabkan psikosis reaktif singkat, tetapi kriteria tersebut telah
dihilangkan dari DSM IV. Perubahan dalam DSM IV menempatkan
diagnosis gangguan psikotik singkat didalam kategori yang sama
dengan banyak diagnosis psikiatrik utama lainnya yang penyebabnya
tidak diketahui dan diagnosis kemungkinan termasuk gangguan yang
heterogen.2
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di
jumpai pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki
kerentanan biologis atau psikologis terhadap perkembangan gejala
psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat, seperti peristiwa traumatis,
konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah,
kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat
memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi mendukung
kerentanan genetik untuk gangguan psikotik singkat.2

13
C. Patofisiologi
Hipotesis dopamine pada gangguan psikosis serupa dengan
penderita skizofrenia adalah yang paling berkembang dari berbagai
hipotesis, dan merupakan dasar dari banyak terapi obat yang rasional.
Hipotesis ini menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu
banyaknya aktivitas dopaminergik. Beberapa bukti yang terkait hal
tersebut yaitu: (1) kebanyakan obat-obat antipsikosis menyekat
reseptor D2 pascasinaps di dalam sistem saraf pusat, terutama di
sistem mesolimbik frontal; (2) obat-obat yang meningkatkan aktifitas
dopaminergik, seperti levodopa (suatu precursor), amphetamine
(perilis dopamine), atau apomorphine (suatu agonis reseptor dopamine
langsung), baik yangdapat mengakibatkan skizofrenia atau psikosis
pada beberapa pasien; (3) densitas reseptor dopamine telah terbukti,
postmortem, meningkat diotak pasien skizofrenia yang belum pernah
dirawat dengan obat-obat antipsikosis; (4) positron emission
tomography (PET) menunjukkan peningkatan densitas reseptor
dopamine pada pasien skizofrenia yang dirawat atau yang tidak
dirawat, saat dibandingkan dengan hasil pemeriksaan PET pada orang
yang tidak menderita skizofrenia; dan (5) perawatan yang berhasil
pada pasien skizofrenia telah terbukti mengubah jumlah homovanilic
acid (HVA), suatu metabolit dopamine, di cairan serebrospinal,
plasma, dan urine. Namun teori dasar tidak menyebutkan
hiperaktivitas dopaminergik apakah karena terlalu banyaknya
pelepasan dopaminergik, terlalu banyaknya reseptor dopaminergik
atau kombinasi mekanisme tersebut. Neuron dopaminergik di dalam
jalur mesokortikal dan mesolimbik berjalan dari badan selnya di otak
tengah ke neuron dopaminoseptif di sistem limbik dan korteks
serebral.3

14
D. Manifestasi klinis
Gambaran utama perilaku:
Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :
1. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
3. Kebingungan atau disorientasi
4. Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti
menyendiri, kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang
lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta marah-marah atau
memukul tanpa alasan.2
Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurang
kurangnya satu gejala psikosis utama, biasanya dengan onset yang
tiba-tiba, tetapi tidak selalu memasukkan keseluruhan pola gejala yang
ditemukan pada skizofrenia. Beberapa klinisi telah mengamati bahwa
gejala afektif, konfusi dan gangguan pemusatan perhatian mungkin
lebih sering ditemukan pada gangguan psikotik singkat daripada
gangguan psikotik kronis. Gejala karakteristik untuk gangguan
psikotik singkat adalah perubahan emosional, pakaian atau perilaku
yang aneh, berteriak teriak atau diam membisu dan gangguan daya
ingat untuk peristiwa yang belum lama terjadi. Beberapa gejala
tersebut ditemukan pada gangguan yang mengarahkan diagnosis
delirium dan jelas memerlukan pemeriksaan organik yang lengkap,
walaupun hasilnya mungkin negative.1
Pemeriksaan status mental biasanya hadir dengan agitasi psikotik
parah yang mungkin terkait dengan perilaku aneh, tidak kooperatif,
agresif fisik atau verbal, tidak teratur berbicara, berteriak atau
kebisuan, suasana hati labil atau depresi, bunuh diri, membunuh
pikiran atau perilaku, kegelisahan, halusinasi, delusi, disorientasi,

15
perhatian terganggu, konsentrasi terganggu, gangguan memori, dan
wawasan miskin.4
Seperti pada pasien psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan untuk
membuat diagnosis mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari pasien.
Walaupun adanya gejala psikotik mungkin jelas, informasi mengenai
gejala prodromal, episode suatu gangguan mood sebelumnya, dan
riwayat ingesti zat psikotomimetik yang belum lama mungkin tidak
dapat diperoleh dari wawancara klinis saja. Disamping itu, klinis
mungkin tidak mampu memperoleh informasi yang akurat tentang ada
atau tidaknya stressor pencetus.

E. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut
adalah sebagai berikut:
1. Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan :
misalnya, mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat
sesuatu yang tidak ada bendanya).
2. Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat
diterima oleh kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa
mereka diracuni oleh tetangga, menerima pesan dari televisi, atau
merasa diamati/diawasi oleh orang lain).
3. Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
4. Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
5. Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel).1
Berdasarkan DSM-IV diagnosisnya terutama atas lama gejala,
untuk gejala psikotik yang berlangsung sekurangnya satu hari tetapi
kurang satu bulan dan yang tidak disertai dengan suatu gangguan
mood, gangguan berhubungan dengan zat, atau suatu gangguan
psikotik karena kondisi medis umum, diagnosis gangguan psikotik

16
singkat kemungkinan merupakan diagnosis yang tepat. Untuk gejala
psikotik yang berlangsung lebih dari satu hari, diagnosis sesuai yang
harus dipertimbangkan adalah gangguan delusional (jika waham
adalah gejala psikotik yang utama), gangguan skizofreniform (
jikagejala berlangsung kurang dari 6 bulan), dan skizofrenia (jika
gejala telah berlangsung lebih dari 6 bulan).2
1. Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Psikotik Singkat.
Adanya satu (atau lebih) gejala berikut :
a. Waham
b. Halusinasi
c. Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau
inkoherensi)
d. Perilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik
2. Lama suatu episode gangguan adalah sekurangnya satu hari tetapi
kurang dari satu bulan, akhirnya kembali penuh kepada tingkat funsi
pramorbid.
3. Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu ganggan mood
dengan ciri psikotik, gangguan skizoafektif, atau skizofrenia dan
bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat
yang disalahgunakan) atau suatu kondisi umum.
Penegakan diagnosis gangguan psikotik singkat di
Indonesia ditegakkan melalui Pedoman Penggolongan Diagnostik
Gangguan Jiwa Edisi ke III (PPDGJ III). Berikut kriteria diagnostik
gangguan kepribadian histrionik berdasarkan PPDGJ III.
F 23.2 Gangguan psikotik lir-skizofrenia (schizophrenia-like akut)

d. Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau


kurang, dari nonpsikosis psikosis);
e. Memenuhi kriteria skizofrenia, tetapi lamanya kurang
dari 1 bulan;
f. Tidak memenuhi kriteria psikosis polimorfik akut.
17
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya, hal
yang dapat dilakukan yaitu:
a. Keluarga atau teman harus mendampingi pasien
b. Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum, eliminasi
dan kebersihan)
c. Hati-hati agar pasien tidak mengalami cedera
Konseling pasien dan keluarga.
a. Bantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan
pengobatan psikiatrik antara lain : hak pasien, kewajiban dan tanggung
jawab keluarga dalam pengobatan pasien
b. Dampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak
dengan stressor
c. Motivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari-hari setelah gejala
membaik
2. Penatalaksanaan Medis
a. Obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik :
Obat antipsikotik mencakup dua kelas utama: antagonis reseptor dopamin,
dan antagonis serotonin-dopamin.
1. Antagonis Reseptor Dopamin
Antagonis reseptor dopamin, terutama terhadap gejala positif. Obat-obatan
ini memiliki dua kekurangan utama. Pertama, hanya presentase kecil
pasien yang cukup terbantu untuk dapat memulihkan fungsi mental
normal secara bermakna. Kedua, antagonis reseptor dopamin dikaitkan
dengan efek samping yang mengganggu dan serius. Efek yang paling
sering mengganggu adalah akatisia adan gejala lir-parkinsonism berupa
rigiditas dan tremor. Efek potensial serius mencakup diskinesia tarda dan
sindrom neuroleptik maligna.

2. Antagonis Serotonin-Dopamin (SDA)


SDA menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang minimal atau tidak ada,
berinteraksi dengan subtipe reseptor dopamin yang berbeda di banding
antipsikotik standar, dan mempengaruhi baik reseptor serotonin maupun
glutamat. Obat ini juga menghasilkan efek samping neurologis dan
endokrinologis yang lebih sedikit serta lebih efektif dalam menangani
gejala negatif. Obat yang juga disebut sebagai obat antipsikotik atipikal ini
tampaknya efektif untuk pasien skizofrenia dalam kisaran yang lebih luas
18
dibanding agen antipsikotik antagonis reseptor dopamin yang tipikal.
Golongan ini setidaknya sama efektifnya dengan haloperidol untuk gejala
positif, secara unik efektif untuk gejala negatif, dan lebih sedikit, bila ada,
menyebabkan gejala ekstrapiramidal. Beberapa SDA yang telah disetujui
di antaranya adalah klozapin, risperidon, olanzapin, sertindol, kuetiapin,
dan ziprasidon. Obat-obat ini tampaknya akan menggantikan antagonis
reseptor dopamin, sebagai obat lini pertama untuk antipsikosis.
Pada kasus sukar disembuhkan, klozapin digunakan sebagai agen
antipsikotik, pada subtipe manik, kombinasi untuk menstabilkan mood
ditambah penggunaan antipsikotik.
Kategori obat: Antipsikotik – memperbaiki psikosis dan kelakuan agresif.
Nama Obat
Haloperidol (Haldol) dan Clorpromazin
Digunakan untuk manajemen psikosis, saraf motorik dan suara pada anak
dan orang dewasa. Mekanisme tidak secara jelas ditentukan, tetapi
merupakan competively blocking postsynaptic dopamine (D2) reseptor
dalam sistem mesolimbik dopaminergik, dengan meningkatnya pergantian
dopamin untuk efek penenang. Dengan terapi subkronik, depolarisasi dan
D2 postsinaptik dapat memblokir aksi antipsikotik.
Risperidone (Risperdal) Monoaminergik selektif mengikat reseptor D2
dopamin selama 20 menit, afinitasnya lebih rendah dibandingkan reseptor
5-HT2. Juga mengikat reseptor alfa1-adrenergik dengan afinitas lebih
rendah dari H1-histaminergik dan reseptor alpha2-adrenergik.
Memperbaiki gejala negatif pada psikosis dan menurunkan kejadian pada
efek ekstrpiramidal.
Olanzapine (Zyprexa) Antipsikotik atipikal dengan profil farmakologis
yang melintasi sistem reseptor (seperti serotonin, dopamin, kolinergik,
muskarinik, alpha adrenergik, histamin). Efek antipsikotik berupa
perlawanan terhadap dopamin dan reseptor serotonin tipe-2. Diindikasikan
untuk pengobatan psikosis dan gangguan bipolar.
Clozapine (Clozaril) Memblokir aktifitas reseptor D2 dan D1, tetapi
memiliki efek dalam menghambat nonadrenolitik, antikolinergik,
antihistamin secara signifikan, tepatnya antiserotonin. Resiko terbatasnya
penggunaan agranulositosis pada pasien nonresponsif atau agen
neuroleptik klasik tidak ditoleransi.
Quetiapine (Seroquel) Antipsikotik terbaru untuk penyembuhan jangka
panjang. Mampu melawan efek dopamine dan serotonin. Perbaikan lebih

19
awal antipsikotik termasuk efek antikolinergik dan kurangnya distonia,
parkinsonism, dan tardif diskinesia.
Aripiprazole (Abilify) Memperbaiki gejala positif dan negatif skizofrenia.
Mekanisme kerjanya belum diketahui, tetapi hipotesisnya berbeda dari
antipsikotik lainnya. Aripiprazole menimbulkan parsial dopamin (D2) dan
serotonin (5HT1A) agonis, dan antagonis serotonin (5HT2A).

G. Prognosis
Menurut definisinya, perjalanan penyakit gangguan psikotik singkat
adalah kurang dari satu bulan. Namun demikian, perkembangan gangguan
psikiatrik bermakna tertentu dapat menyatakan suatu kerentanan mental
pada pasien. Sejumlah pasien dengan persentasi yang tidak diketahui, yang
pertama kali di klasifikasikan menderita gangguan psikotik singkat
selanjutnya menunjukkan sindroma psikiatrik kronis, seperti skizofrenia
dan gangguan mood. Tetapi, pada umumnya pasien dengan gangguan
psikotik singkat memiliki prognosis yang baik, dan penelitian di Eropa
telah menyatakan bahwa 50 sampai 80 persen dari semua pasien tidak
memilki masalah psikiatrik berat lebih lanjut. Lamanya gejala akut dan
residual sering kali hanya beberapa hari. Kadang-kadang, gejala depresif
mengikuti resolusi gejala psikotik. Bunuh diri adalah suatu keprihatinan
pada fase psikotik maupun fase depresif pascapsikotik. Sejumlah indikator
telah dihubungkan dengan prognosis yang baik. Pasien dengan ciri-ciri
tersebut memiliki kemungkinan kecil untuk kemudian menderita
skizofrenia atau suatu gangguan mood.6

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan & Sadock.Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed.2. Jakarta: EGC; 2010.
2. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta:Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atmajaya;2013.
3. 3. Bora E., Yucel M., and Pantelis C. 2009. Cognitive functioning in schizophrenia,
schizoaffective disorder and affective psychoses: meta-analytic study. British
Journal of Psychiatry, 195:475-482
4. 4. Trimble MR., George MS. 2010. Biological Psychiatry 3rd edition. Wiley-
Blackwell.
5. 5. Lee KY., et al. 2012. Acute psychosis related to use of
trimethoprim/sulfamethoxazole in the treatment of HIV-infected patients with
Pneumocystis jirovecii pneumonia: a multicentre, retrospective study. Journal of
Antimicrobial Chemotherapy .
6. 6. Kumar R., et al. 2011. Acute Psychosis as the Initial Presentation of MS: A Case
Report. The International MS Journal.17.2: 54–57.

21

Anda mungkin juga menyukai