USULAN PENELITIAN
Shift B 2016
Kelompok 2
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
satu tempat ke tempat lain (Yudanto, 2011). Bentuk gerak lokomotor diantaranya
memanjat. Definisi gerak lokomotor juga dijelaskan oleh Mahendra (2007: 32)
menyatakan bahwa gerak lokomotor adalah gerak memindahkan tubuh dari satu
tempat ke tempat yang lain, baik secara horisontal maupun secara vertikal.
Secara automatis seseorang dapat berjalan ke tempat yang dituju karena adanya
koordinasi dari sistem lokomotor yang baik. (Priguna Sidharta, 1979) . Koordinasi
dan sinkronisasi gerakan otot kedua tungkai tersebut diatur secara integrative oleh
susunan syaraf pusat. (Priguna Sidharta, 1979) . Pada keadaan tidur atau
lokomotor karena pada saat tidur aktivitas cortex cerebri terdepresi tetapi tidak
di propinsi Maluku dan Jawa tengah (Van Gils, 1994). Tanaman pala merupakan
1
2
tanaman asli Indonesia. Berbagai macam bagian dari pala memiliki efek yang
bermacam – macam. Sebagai contoh diantaranya adalah biji pala yang dapat
dimanfaatkan sebagai obat sedatif-hipnotik dan secara empiris, biji pala sering
anak (Isogai,1973 ; Stein, 2001). Menurut Hari (2012), bahwa biji pala merupakan
elemisi, enzim lipase, pektin, hars, zat samak, lemonena, asam oleat dan asam
linoleat. Kandungan biji pala yang lebih berkhasiat adalah minyak atsiri. Weiss
18% yang terdapat pada biji pala bersifat merangsang tidur. Namun efek ekstrak
biji pala sebagai obat sedatif-hipnotik belum diketahui secara jelas, sehingga
peneliti tertarik untuk meneliti efek sedatif-hipnotik ekstrak biji pala (Myristica
karbon 4. Gugus metoksi di miristisin memberikan efek sedatif yang kuat pada
1. Bagaimana cara pengujian efek aktivitas lokomotor dar biji pala (Myristica
2. Apakah minyak atsiri dari biji pala (Myristica Fragrance Hout) memiliki
1. Mengetahui cara pengujian efek aktivitas lokomotor dari biji pala (Myristica
pemanfaatan dan pengembangan tumbuhan herbal sebagai obat baru dalam terapi.
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret 2018 sampai Mei 2018
Padjadjaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tersebar di dunia termasuk daerah tropis Indonesia dari pulau Banda. Tanaman ini
memiliki batang sedang dengan tinggi mencapai 18 meter, serta dapat hidup
dalam umur yang panjang hingg lebih dari 100 tahun. Ciri-ciri daun tanaman pala
ini memiliki bentuk bulat atau lonjong teur yang selalu hijau sepanjang tahun.
Tanaman ini daat tumbuh di daerah tropis pada ketinggian dibawah 700 meter dari
permukaan laut, beriklim lembab dan panas, curah hujan 2.000-3.500 mm tanpa
genus dan 250 spesies. Dari 15 genus tersebut 5 diantaranya terdapat di daerah
tropis Amerika , 6 di daerah tropis Afrika, dan 4 genus di daerah tropis Asia,
5
6
Ordo : Magnoliales
Famili : Myristicaceae
Genus : Myristica
dengan tinggi mencapai 18 meter, serta dapat hidup dalam umur yang panjang
hingg lebih dari 100 tahun. Ciri-ciri daun tanaman pala ini memiliki bentuk bulat
atau lonjong teur yang selalu hijau sepanjang tahun (Nurdjannah, 2007).
Buah pala terdiri dari empat bagian yaitu daging buah, fuli, tempurung dan
biji. Buah pala terdiri dari 83% daging buah, 3,22% fuli, 3,94% tempurung biji,
kandungan utama tanaman pala (Myristica Fragrane Houtt.) adalah minyak atsiri,
Disisi lain, allyl benzene dan propil benzene derivatif (Myristicin, safrole,
(Muchtaridi et al.,2010).
Berbagai macam bagian dari pala memiliki efek yang bermacam – macam.
Sebagai contoh diantaranya adalah biji pala yang dapat dimanfaatkan sebagai obat
sedatif-hipnotik dan secara empiris, biji pala sering digunakan oleh masyarakat
2001).
merupakan turunan safrole dengan substitusi gugus metoksi pada no.4. mysristicin
dan safrole merupakan senyawa atsiri yang tersebar luas dalam tumbuhan
aromatik yang berarti mereka memiliki aktivitas kerja yang sama dengan
Aktivitas tersebut dapat terlihat bahwa minyak atsiri biji pala memberikan
Biji pala memiliki efek sebagai antitrombotik, anti-platelet, anti jamur, anti
disentrik, dan kegiatan anti inflamasi. Selain itu ini digunakan sebagai obat sakit
perut, rematik, dan muntah selama kehamilan (Olajide, 1999 ; Sonavane, 2002).
Penentuan efek dari minyak esensial biji pala diberikan secara inhalasi.
Efek penghambatan diamati berdasarkan beberapa dosis, yaitu 0,1; 0,3; 0,5
68,62%. Dengan demikian, efek minyak pala pada aktivitas lokomotor tergantung
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian yaitu alat destilasi, wadah air,
labu destilasi, sambungan, termometer, kondensor, aliran masuk air dingin, aliran
keluar air dingin, lubang udara, tempat keluarnya destilat, penangas, air penangas,
larutan zat, alat pendingin, cage inhalator yang dilengkapi dengan kipas angin
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji pala (Myristica
aquades.
Metode yang digunakan terdiri dari 2 tahap, yaitu, isolasi essential oil dan
Simplisia yang diperoleh berasal dari daerah Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Dalam isolasi essential oil, biji pala kering sebanyak 500 gram didestilasi
Bahan baku dimasukkan ke dalam ketel penyuling yang telah berisi air
kemudian panaskan. Uap yang keluar dari ketel dialirkan dengan pipa yang
dihubungkan dengan kondensor. Uap yang merupakan campuran, uap air dan
minyak aka terkondensasi menjadi cair dan ditampung dalam wadah. Selanjutnya,
cairan minyak dan air tersebut dipisahkan dengan separator pemisah minyak
dimana mencit berlari dan dihitung jumlah rotasi dalam meter. Cage inhlator
mengandung fiber glass yang berukuran 20cmx 20cmx 30cm dan dilengkapi
dengan kipas angin listrik untuk penguapan dan distribusi senyawa volatil. Mencit
mencit untuk memutar roda hingga 300 kali dalam 30 menit. Mencit yang
positif minyak lavender dengan dosis 0,1; 0,3; dan 0,5 ml per mencit, dan
kelompok perlakuan minyak biji pala dengan dosis sama. Setelah 30 menit
diinhalasi mencit ditempatkan dalam wheel cage dan setelah 5 menit angka rotasi
10
11
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Salemba Medika. Jakarta. 110 hlm.
Beyer, J.; Ehlers, D.; Maurer, H.H. Abuse of nutmeg (Myristica fragrans Houtt.):
Studies on the metabolism and the toxicologic detection of its ingredients
elemicin, myristicin, and safrole in rat and human urine using gas
chromatography/mass spectrometry. Ther. Drug Monit. 2006, 28, 568–
575. 12. Foye, W. Principles of Medicinal Chemistry; LEA &
FEBRIGER.: Philadelphia, PA, USA, 1981; Volume 2, p. 931.
Goodman dan Gilman. 2007. Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Lee HS, TC Jeong , JH Kim. 1998. In vitro and in vivo metabolism of myristicin
Pendidikan Indonesia.
November 2004.
Res 13(4):344-345
Sonavane, A.; Vikram, S.; Veena, K.; Sanjay, B.K. Behavioural action of
van Gils, C.; Cox, P.A. Ethnobotany of nutmeg in the Spice Islands. J.
Yogyakarta.