Anda di halaman 1dari 14

AKTIVITAS LOKOMOTOR DARI MINYAK ATSIRI

BIJI PALA (Myristica Fragrance Hout) PADA MENCIT

USULAN PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Praktikum Farmakoterapi Gangguan Kulit,


Tulang dan Sendi, Mata, THT, Saraf dan Psikiatri pada Fakultas Farmasi
Universitas Padjadjaran

Shift B 2016
Kelompok 2

Kita Radisa 260110160051


Ai Mashitoh 260110160052
Khoirina Nur S 260110160054
Aulia Annisa P 260110160055
Fajra Dinda C 260110160056
Dian Amalia M 260110160057
Irsarina Rahma 260110160058
Utari Yulia A 260110160059
Wan Muhammad 260110160068

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Gerak lokomotor dapat diartikan sebagai gerak memindahkan tubuh dari

satu tempat ke tempat lain (Yudanto, 2011). Bentuk gerak lokomotor diantaranya

berjalan, berlari, brjingkat, melompat dan meloncat, berderap, merayap dan

memanjat. Definisi gerak lokomotor juga dijelaskan oleh Mahendra (2007: 32)

menyatakan bahwa gerak lokomotor adalah gerak memindahkan tubuh dari satu

tempat ke tempat yang lain, baik secara horisontal maupun secara vertikal.

Gerakan tersebut diantaranya jalan, lari, lompat, loncat, jingkat, menderap,

memanjat dan lain-lain.

Dalam kehidupan sehari-hari tidak disadari betapa rumitnya mekanisme

yang mengatur gerakan kedua tungkai sehingga menghasilkan gerakan ‘berjalan’ .

Secara automatis seseorang dapat berjalan ke tempat yang dituju karena adanya

koordinasi dari sistem lokomotor yang baik. (Priguna Sidharta, 1979) . Koordinasi

dan sinkronisasi gerakan otot kedua tungkai tersebut diatur secara integrative oleh

susunan syaraf pusat. (Priguna Sidharta, 1979) . Pada keadaan tidur atau

mengantuk terjadi penurunan kewaspadaan dan penurunan aktivitas sistem

lokomotor karena pada saat tidur aktivitas cortex cerebri terdepresi tetapi tidak

sepenuhnya hilang (Houssay, 1955).

Etnobotani pala ( Myristica fragrans Houtt.) (MF, Myristicaceae) dipelajari

di propinsi Maluku dan Jawa tengah (Van Gils, 1994). Tanaman pala merupakan

1
2

tanaman asli Indonesia. Berbagai macam bagian dari pala memiliki efek yang

bermacam – macam. Sebagai contoh diantaranya adalah biji pala yang dapat

dimanfaatkan sebagai obat sedatif-hipnotik dan secara empiris, biji pala sering

digunakan oleh masyarakat sebagai obat untuk menenangkan atau menidurkan

anak (Isogai,1973 ; Stein, 2001). Menurut Hari (2012), bahwa biji pala merupakan

tanaman yang mengandung minyak atsiri, minyak lemak, saponin, miristisin,

elemisi, enzim lipase, pektin, hars, zat samak, lemonena, asam oleat dan asam

linoleat. Kandungan biji pala yang lebih berkhasiat adalah minyak atsiri. Weiss

E.A. menyebutkan bahwa senyawa aromatik myristicin dan elimicin sebesar 2 -

18% yang terdapat pada biji pala bersifat merangsang tidur. Namun efek ekstrak

biji pala sebagai obat sedatif-hipnotik belum diketahui secara jelas, sehingga

peneliti tertarik untuk meneliti efek sedatif-hipnotik ekstrak biji pala (Myristica

fragnans Houtt) pada mencit balb/c (Sonavane, 2001)

Miristisin merupakan turunan safrole dengan gugus metoksi terpasang di

karbon 4. Gugus metoksi di miristisin memberikan efek sedatif yang kuat pada

senyawa, seperti halnya kelompok metoksi di fenilpropanolamin (Foye, 1981).

Selain itu, telah dilaporkan bahwa miristisin mengalami metabolisme di dalam

tubuh, dan metabolitnya dikenal sebagai obat penenang 3-metoksi-4,5-

methylenedioxyamphetamine (MMDA) (Stein, 2001 ; Beyer, 2006)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan

yang dapat diidentifikasi yaitu :


3

1. Bagaimana cara pengujian efek aktivitas lokomotor dar biji pala (Myristica

fragrance Houtt.) pada mencit?

2. Apakah minyak atsiri dari biji pala (Myristica Fragrance Hout) memiliki

efek terhadap aktivitas lokomotor pada mencit?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui cara pengujian efek aktivitas lokomotor dari biji pala (Myristica

fragrance Houtt.) pada mencit

2. Mengetahui aktivitas lokomotor minyak atsiri dari biji pala (Myristica

Fragrance Hout) pada mencit.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi ilmiah dalam

pemanfaatan dan pengembangan tumbuhan herbal sebagai obat baru dalam terapi.

1.5 Metode Penelitian

Penelitian akan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Destilasi tanaman Pala (Myristica Fragrance Houtt)

2. Pengujian aktivits lokomotor terhadap mencit.


4

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret 2018 sampai Mei 2018

bertempat di Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas

Padjadjaran.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Pala

Tanaman pala (Myristica Fragrance Houtt) merupakan tumbuhan yang

tersebar di dunia termasuk daerah tropis Indonesia dari pulau Banda. Tanaman ini

memiliki batang sedang dengan tinggi mencapai 18 meter, serta dapat hidup

dalam umur yang panjang hingg lebih dari 100 tahun. Ciri-ciri daun tanaman pala

ini memiliki bentuk bulat atau lonjong teur yang selalu hijau sepanjang tahun.

Tanaman ini daat tumbuh di daerah tropis pada ketinggian dibawah 700 meter dari

permukaan laut, beriklim lembab dan panas, curah hujan 2.000-3.500 mm tanpa

mengalami periode kering secara nyata (Nurdjannah, 2007).

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Pala

Tanaman pala termasuk dalam kelas Angiospermae, subkelas

Dicotyledonae, ordo Ranales, Famili Myrstceae dan Myristica, terdiri atas 15

genus dan 250 spesies. Dari 15 genus tersebut 5 diantaranya terdapat di daerah

tropis Amerika , 6 di daerah tropis Afrika, dan 4 genus di daerah tropis Asia,

termasuk Indonesia (Agoes, 2010).

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Sub kingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)

Super divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

5
6

Sub kelas : Magnoliidae

Ordo : Magnoliales

Famili : Myristicaceae

Genus : Myristica

Spesies : Myristica fragrans houtt

Gambar 2.1 Myristica Fragrance Hout. (GBIF, 2018)

2.1.2 Morfologi Tanaman Pala

Tanaman pala (Myristica Fragrance Houtt) memiliki batang sedang

dengan tinggi mencapai 18 meter, serta dapat hidup dalam umur yang panjang

hingg lebih dari 100 tahun. Ciri-ciri daun tanaman pala ini memiliki bentuk bulat

atau lonjong teur yang selalu hijau sepanjang tahun (Nurdjannah, 2007).

Buah pala terdiri dari empat bagian yaitu daging buah, fuli, tempurung dan

biji. Buah pala terdiri dari 83% daging buah, 3,22% fuli, 3,94% tempurung biji,

dan 9,54% daging biji (Permentan, 2011).

2.1.3 Kandungan Kimia Tanaman Pala


7

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muchtaridi et al. (2010),

kandungan utama tanaman pala (Myristica Fragrane Houtt.) adalah minyak atsiri,

serta komponen minyak atsirinya seperti sabinen, 4-terpineol, dan myristicin.

Disisi lain, allyl benzene dan propil benzene derivatif (Myristicin, safrole,

eugenol, dan turunannya) merupakan senyawa dominan dalam biji pala

(Muchtaridi et al.,2010).

2.1.4 Khasiat dan Kegunaan Tanaman Pala

Berbagai macam bagian dari pala memiliki efek yang bermacam – macam.

Sebagai contoh diantaranya adalah biji pala yang dapat dimanfaatkan sebagai obat

sedatif-hipnotik dan secara empiris, biji pala sering digunakan oleh masyarakat

sebagai obat untuk menenangkan atau menidurkan anak (Isogai,1973 ; Stein,

2001).

Menurut beberapa peneliti,seperti Lee et al.,1998; Olajide et al.,1999;

Sonovanne et al.,2002; Stein et al.,2001 bahwa Mysristicin dan sefrole merupakan

senyawa aktif yang dapat menurunkan aktivitas lokomotor. Mysristicin

merupakan turunan safrole dengan substitusi gugus metoksi pada no.4. mysristicin

dan safrole merupakan senyawa atsiri yang tersebar luas dalam tumbuhan

aromatik yang berarti mereka memiliki aktivitas kerja yang sama dengan

phenilpropanolamine (PP) yang dikenal sedatif kuat (Foye, 1981).

Aktivitas tersebut dapat terlihat bahwa minyak atsiri biji pala memberikan

penurunan aktivitas lokomotor yang meningkat dengan ditingkatkannya dosis

(Muchtaridi et al., 2004).


8

Biji pala memiliki efek sebagai antitrombotik, anti-platelet, anti jamur, anti

disentrik, dan kegiatan anti inflamasi. Selain itu ini digunakan sebagai obat sakit

perut, rematik, dan muntah selama kehamilan (Olajide, 1999 ; Sonavane, 2002).

Sonavane, 2002 menjelaskan bahwa ekstrak n heksana biji pala memiliki

ansiogenik, obat penenang dan aktivitas analgesik.

2.2 Sistem Lokomotor

Aktivitas lokomotor adalah aktivitas gerak yang terjadi karena adanya

perubahan aktivitas listrik yang disebabkan oleh perubahan permeabilitas

membran pascasinaptik dan karena pelepasan transmitter oleh neuron prasinaptik

di SSP (Goodman and Gilman, 2007).

Penentuan efek dari minyak esensial biji pala diberikan secara inhalasi.

Efek penghambatan diamati berdasarkan beberapa dosis, yaitu 0,1; 0,3; 0,5

ml/kandang serta penurunan aktivitas lokomotor oleh 62,81%; 65,33%; dan

68,62%. Dengan demikian, efek minyak pala pada aktivitas lokomotor tergantung

pada dosis. (Muchtaridi, 2010)


9

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian yaitu alat destilasi, wadah air,

labu destilasi, sambungan, termometer, kondensor, aliran masuk air dingin, aliran

keluar air dingin, lubang udara, tempat keluarnya destilat, penangas, air penangas,

larutan zat, alat pendingin, cage inhalator yang dilengkapi dengan kipas angin

listrik serta berbagai alat-alat gelas yang lazim digunakan di Laboratorium.

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji pala (Myristica

Fragrance Houtt), bahan destilasi, Natrium Sulfat, Minyak Lavender dan

aquades.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan terdiri dari 2 tahap, yaitu, isolasi essential oil dan

tes aktivitas lokomotor pada mencit.

3.3.1 Pengumpulan, Pengolahan, dan Determinasi Tumbuhan

Simplisia yang diperoleh berasal dari daerah Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Simplisia tersebut didestilasi di laboratoium farmakognosi bahan alam, fakultas

farmasi universitas padjadjaran


3.3.2 Destilasi

Dalam isolasi essential oil, biji pala kering sebanyak 500 gram didestilasi

dengan menggunakan metode water-destillation selama 3 jam. Kemudian minyak

disimpan di suhu -20oC setelah ditambahkan natrium sulfat.

Bahan baku dimasukkan ke dalam ketel penyuling yang telah berisi air

kemudian panaskan. Uap yang keluar dari ketel dialirkan dengan pipa yang

dihubungkan dengan kondensor. Uap yang merupakan campuran, uap air dan

minyak aka terkondensasi menjadi cair dan ditampung dalam wadah. Selanjutnya,

cairan minyak dan air tersebut dipisahkan dengan separator pemisah minyak

untuk diambil minyaknya saja.

3.3.3 Pengujian aktivitas lokomotor

Tes aktivitas lokomotor pada mencit dilakukan menggunakan wheel cage

dimana mencit berlari dan dihitung jumlah rotasi dalam meter. Cage inhlator

mengandung fiber glass yang berukuran 20cmx 20cmx 30cm dan dilengkapi

dengan kipas angin listrik untuk penguapan dan distribusi senyawa volatil. Mencit

tersebut dipiih dengan rentang berat 25 kg sampai 30 kg dengan kemampuan

mencit untuk memutar roda hingga 300 kali dalam 30 menit. Mencit yang

memenuhi syarat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu, kelompok kontrol, kontrol

positif minyak lavender dengan dosis 0,1; 0,3; dan 0,5 ml per mencit, dan

kelompok perlakuan minyak biji pala dengan dosis sama. Setelah 30 menit

diinhalasi mencit ditempatkan dalam wheel cage dan setelah 5 menit angka rotasi

di hitung selama 75 menit dalam interval 15 menit.

10
11

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Salemba Medika. Jakarta. 110 hlm.

Beyer, J.; Ehlers, D.; Maurer, H.H. Abuse of nutmeg (Myristica fragrans Houtt.):
Studies on the metabolism and the toxicologic detection of its ingredients
elemicin, myristicin, and safrole in rat and human urine using gas
chromatography/mass spectrometry. Ther. Drug Monit. 2006, 28, 568–
575. 12. Foye, W. Principles of Medicinal Chemistry; LEA &
FEBRIGER.: Philadelphia, PA, USA, 1981; Volume 2, p. 931.

Foye W. 1981. Principles of Medicinal Chemistry. 1th Edition. Philadelphia: LEA

& FEBRIGER. p. 605

Goodman dan Gilman. 2007. Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC

Houssay. 1955. Human Physiology. New York, Toronto, London : McGraw-Hill

Book Company, Inc. p. 182-185, 497.

Isogai, A.; Suzuki, A.; Tamura, S. Structure of dimeric phenoxy-propanoids from

Myristica fragrans. Agar. Biol. Chem. 1973, 37, 193–194.

Lee HS, TC Jeong , JH Kim. 1998. In vitro and in vivo metabolism of myristicin

in the rat. J Chrom B 705 : 367–372 (Short communication).

Mahendra, Agus. (2007). Teori Belajar Motorik. Bandung: FPOK Universitas

Pendidikan Indonesia.

Muchtaridi, Anas Subarnas, Anto Apriantono, dan Resmi Mustarichie. 2010.

Identification of compounds in The Essential Oil of Nutmeg Seeds


12

(Myristica Fragrans Houtt) that Inhibit Locomotor Activity in Mice.

Interntional Journal of Molecular Sciences. Halaman 4771-4781. 11

Muchtaridi, A Apriyantono, A Subarnas, and S Budijanto, J

Levita. 2004. Analysis of compounds possessing inhibitory properties on

mice locomotor activity from essential oils of nutmeg seeds (Myristica

fragrans HOUTT). J. Natura Acta et Math. Paper submitted received

November 2004.

Nurdjannah, N. 2007. Teknologi Pengolahan Pala. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Pascapanen Pertanian. IPB. Bogor.

Olajide OA, FF Ajayi, AI Ekhelar, SO Awe, JM Makinde, AR Alada. 1999.

Biological effects of Myristica fragrans (nutmeg) extract. J Phytother

Res 13(4):344-345

Peraturan Menteri Pertanian. Nomor 53/Permentan/OT.140/9/2012. Pedoman

Penanganan Pascapanen Pala. Peraturan Menteri Pertanian. Jakarta.

Priguna, Sidharta.1979. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Jakarta : Dian


Rakyat

Sonavane GS, S Vikram, K Veena, BK Sanjay. 2001. Behavioural action

of Myristica Fragrans HOUTT seeds. Indian J Pharmacol 33:417-424.

Sonavane, A.; Vikram, S.; Veena, K.; Sanjay, B.K. Behavioural action of

Myristica fragrans Houtt. seeds. Indian J. Pharmacol. 2001, 33, 417–424.


13

Stein, U.; Greyer, H.; Hentschel, H. Nutmeg (myristicin) poisoning—report on a

fatal case and a series of cases recorded by a poison information centre.

Forensic Sci. Int. 2001, 118, 87–90.

van Gils, C.; Cox, P.A. Ethnobotany of nutmeg in the Spice Islands. J.

Ethnopharmacol. 1994, 42, 117–124.

Yudanto. 2011. Implementasi Pendekatan Taktik Dalam Pembelajaran Invasion

Games di Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai