BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
RDS ( Respiratory Distress Syndrome ) adalah perkembangan yang immature
pada system pernapasan atau tidaknya adekuat jumlah surfaktan dalam paru-paru.
RDS ( Respiratory Distress Syndrome ) juga dikatakan sebagai hyaline membrane
disease ( HMD ). RDS ( Respiratory Distress Syndrome ) termasuk penyebab
utama kematian pada anak baru lahir, yang diperkirakan 30% pada semuan
kematian, neonatus disebabkan oleh penyakit ini maupun komplikasi yang
mengikuti. Penyakit tersebut terjadi pada anak yang lahir premature serta
insidennya berbanding terbalik dengan umuur kehamilan dan berat badan. ( Fida
dan Maya, 2012 ).
BBLR adalah BB bayi kurang dari 2500 gram ( Sudarti, 2013 ) Sepsis adalah
infeksi sistemik pada neonates merupakan penyebab kematian utama di samping
asfiksia, hipotermi dan BBLR ( Sudarti- Afroh Fauziah, 2013 ). Neonatus berasal
dari bahasa lain yang berarti baru saja dilahirkan. Dalam dunia kedokteran,
neonates didefinisikan sebagai masa kehidupan pertama ekstrauteri sampai
dengan usia 28 hari atau 4 minggu pertama setelah kelahiran ( Dorland, 2011 ).
Neonatus premature ( NP ) merupakan bayi baru lahir dengan berat badan
lahir kurang dari 2500 gram. Neonates premature sangat erat kaitannya dengan
BBLR. Sebagian besar bayi premature lahir dengan berat bayi lahir rendah.
Pada suatu penelitian epidemiologi gagal napas/RDS ( Respiratory Disstress
Syndrome ). Di Rumkital Dr Ramelan Surabaya jumlah klien yang berada di
Ruang NICU pada tahun 2016 adalah 77 kasus sedangkan jumlah klien pada
tahun 2017 bulan januari- mei adalah 27 kasus. Masalah pernapasan merupakan
salah satu penyebab kematian pada bayi yang sering dihubungkan dengan kondisi
Respiratory Distress Syndrome (RDS/asfiksia neonatorum. Kondisi ini merupakan
penyebab terbanyak dari angka kesakitan dan kematian pada bayi premature.
Kompikasi jangka pendek ( akut ) dapat terjadi : Ruptur alveoli : Pada bayi
dengan RDS yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinis hipotensi, apnea atau
bradikardi, Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang
memburuk dan adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni,
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
DOWN SCORE
0 1 2
Frekuensi < 60/menit 60 – 80/menit > 80/menit
Napas
Sianosis Tidak Sianosis hilang dengan O2 Sianosis menetap walaupun diberi
sianosis O2
Retraksi Tidak ada Retraksi ringan Retraksi berat
retraksi
Air Entry Udara masuk Penurunan ringan udara masuk Tidak ada udara masuk
bilateral baik
6
Merintih Tidak Dapat didengar dengan Dapat didengar tanpa alat bantu
merintih stetoskop
Keterangan:
<3 : Distress Napas Ringan; membutuhkan O2 nasal atau headbox
4-5 : Distsres Napas Sedang; membutuhkan Nasal CPAP
>6 : Distres Napas Berat; Ancaman Gagal Napas; membutuhkan Intubasi
(perlu diperiksa Analisa Gas Darah/AGD)
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan labratorium
a. Analisis gas darah
1) Dilakukan untuk menentukan adanya gagal napas akut ditandai
dengan PaCO2 > 50 mmHg, PaO2 < 60 mmHg
2) Dilakukan pada BBL yang memerlukan suplementasi oksigen lebih
dari 20 menit.
3) Diambil berdasarkan indikasi klinis dengan mengambil sampel
darah dari arteri umbilikalis atau pungsi arteri
4) Menggambarkan gambaran asidosis metabolik
5) Hipoksia terjadi akibat pirau dari kanan ke kiri melalui pembuluh
darah pulmonal
6) Pulse oxymeter digunakan sebagai cara non invasif untuk
memantau saturasi oksigen yang dipertahankan pada 90-95%
b. Elektrolit :
1) Kenaikan kadar serum bikarbonat mungkin karena kompensasi
metabolic untuk hiperkapnea kronik
2) Kadar glukosa darah untuk menentukan adanya hipoglikemi
c. Pemeriksaan jumlah sel darah
2. Pemeriksaan radiologic atau pencitraan
1) Pemeriksaan radiologi toraks pada bayi dengan RDS, menunjukkan
gambaran retikulo yang difus bilateral dan paru yang tidak
berkembang jika di foto thorax < coste 8
2) Untuk evaluasi adanya kelainan yang memerlukan tindakan segera
misalnya adanya pneumothoraks
2.1.6 Pencegahan
7
2. Faktor janin
1) Hidramnion
Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah
keadaan di mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Gejala
hidramnion terjadi semata-mata karena faktor mekanik sebagai akibat
penekanan uterus yang besar kepada organ-organ seputarnya.
Hidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi
karena dapat membahayakan ibu dan anak.
2) Kehamilan ganda
Pertumbuhan janin kembar lebih sering mengalami gannguan
dibandingkan janin tunggal yang tampak pada ukuran sonografi dan berat
lahir. Semakin banyak jumlah bayi semakin besar derajat retardasi
pertumbuhan. Pengaruh kehamilan kembar pada janin dapat
menyebabkan berat badan anak yang lebih kecil dari rata-rata dan
malpresentasi. Mortalitas janin meningkat hingga 4 kali dari pada
kehamilan tunggal. Hal ini disebabkan oleh prematuritas, berat lahir
rendah, malpresentasi dan anomali kongenital. Kehamilan kembar juga
berpengaru terhadap peregangan uteerusyang berlebihan yang
mengakibatkan terjadinya partus prematurus.
Selain itu, kebutuhan ibu untuk pertumbuhan hamil kembar lebih
besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi anemia ibu hamil yang dapat
mengganggu pertumbuhan janin seperti BBLR.
3) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom pada janin bisa diturunkan dari salah satu orang tua
yang membawa kelainan kromosom, bisa juga terjadi secara spontan
(dengan sendirinya) pada saat proses reproduksi. Usia ibu pada saat
hamil juga salah satu faktor penyebab kelainan kromosom. resiko
terjadinya kelainan kromosom pada janin adalah 4 kali lebih besar jika
ibu berusia 35 tahun atau lebih.
4) Cacat bawaan
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur
bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang
dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa
kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital
12
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat
normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan
kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada
masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian
yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi
risiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi :
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan
kalori yang meningkat. Masalah pernapasan juga akan mengganggu makanan
secara oral. Potensial untuk kehilangan panas akibat permukaan tubuh dibanding
dengan BB dan sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini
akan meningkatkan kebutuhan akan kalori.
a. bayi kecil
b. pergerakan kurang dan masih lemah
c. kepala lebih besar dari pada badan
d. berat badan < 2500 gram
e. panjang badan 45 cm, lingkar dada 30 cm, lingkar kepala 33 cm.
f. Masa gestasi 37 minggu
2. Kulit dan kelamin
a. kulit tipis dan transparan
b. lanugo banyak
c. rambut halus dan tipis
d. genitalia belum sempurna
3. Sistem saraf
a. refleks moro
b. refleks menghisap, menelan, batuk belum sempurna
4. Sistem muskuloskeletal
a. axifikasi tengkorak sedikit
b. ubun-ubun dan satura lebar
c. tulang rawan elastis kurang
d. otot-otot masih hipotonik
e. tungkai abduksi
f. sendi lutut dan kaki fleksi
5. Sistem pernapasan
a. pernapasan belum teratur sering apnea
b. frekwensi napas bervariasi
2.2.5 Komplikasi
1. Hipotermia
2. Hipoglikemia
3. Hiperbilirubinemia
4. Respiratory distress syndrome (RDS)
5. Intracerebral and Intraventricular Haemoragge (IVH)
6. Periventrikuler Leucomalasia (PVL)
7. Infeksi bakteri
8. Kesulitan minum
9. Penyakit paru kronis (chronic lung disease)
10. NEC (necrotizing enterocolitis)
15
2.2.7 Penatalaksanaan
1. Pemberian Vitamin K
Injeksi 1 mg IM sekali pemberian atau peroral 2 mg 3 kali pemberian (saat
lahir, umur 3-10 hari, umur 4-6 minggu)
e. Letakkan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu
dan pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan bayi
dengan siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada bayi terletak di dada
ibu dengan kepala agak sedikit mendongak.
f. Dapat pula ibu memakai baju dengan ukuran besar, dan bayi diletakkan
di antara payudara ibu, dengan posisi tegak, dada bayi menempel ke
dada ibu.
g. Posisi bayi diamankan dengan kain panjang atau pengikat lainnya.
Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri dan dengan posisi
sedikit ekstensi. Ujung pengikat berada tepat di bawah kuping bayi.
Posisi kepala bayi yang seperti itu bertujuan untuk menjaga saluran
nafas tetap terbuka dan memberi peluang agar terjadi kontak mata
antara ibu dan bayi. Hindari posisi bayi merunduk ke depan, dan sangat
tengadah. Pangkal paha bayi harus dalam posisi fleksi dan ekstensi
seperti dalam posoisi ”kodok”, tangan harus dalam posisi fleksi.
h. Ikatkan kain dengan kuat agar saat ibu bangun dari duduk, bayi tidak
tergelincir. Pastikan juga bahwa ikatan yang kuat dari kain tersebut
menutupi dada si bayi. Perut bayi jangan sampai tertekan dan sebaiknya
berada di sekitar epigastrium ibu. Dengan cara ini bayi dapat
melakukan pernafasan perut. Nafas ibu akan merangsang bayi.
i. Setelah posisi bayi baik, baju kanguru diikat untuk menyangga bayi.
Selanjutnya ibu bayi dapat beraktifitas seperti biasa sambil membawa
bayinya dalam posisi tegak lurus di dada ibu (skin to skin contact)
seperti kanguru.
2.3.1 Konsep Neonatus Prematur
Bayi prematur adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram. Bayi prematur adalah neonatus dengan Berat Badan Lahir pada
saat kelahiran kurang dari 2500 gram (Tanto, 2014). Dalam hal ini
dibedakan menjadi:
1. Prematuritas murni Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat
badan sesuai.
20
2.3.4 Patofisiologi
Penyebab terjadinya kelahiran bayi prmatur belum diketahui secara
jelas. Data statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada
ibu yang memiliki sosial ekonomi rendah. Kejadian ini dengan kurangnya
perawatan pada ibu hamil karena tidak melakukan antenatal care selama
kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan, infeksi
23
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
A. IDENTITAS
1. Identitas Klien
28
F. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : cukup
b. Kesadaran : Alert
c. Tanda-tanda vital :Suhu : 35,3oC Nadi : 156x/menit RR :
36x/menit
d. Antropometri :
BB : 1550 gram
PB : 42 cm
LD : 38 cm
LILA : 8 cm
LK : 29 cm
Circumferentia fronto occipitalis : 30 cm
Circumferentia suboccipito bregmatica : 32 cm
Circumferentia mento bregmatica : 35 cm
2. Kepala
a. Ubun-ubun : UUK : teraba lunak dan lembut
UUB : lembut, teraba berdenyut
b. Sutura, moulage : sutura belum tersambung
c. Caput succedonium : tidak ada
d. Cephal hematoma : tidak ada
e. Bentuk kepala : bulat, simetris, tidak ada lesi
f. Rambut : warna hitam, pertumbuhan rambut
merata, tipis
3. Muka : simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan
4. Mata : simetris, pupil isokor, konjungtiva merah muda, sklera
kuning
5. Hidung : simetris kanan kiri, ada pernafasan cuping hidung, tidak
ada kelainan kongenital, tidak ada secret
6. Telinga : bersih, bentuk simetris kanan kiri
7. Mulut : mulut bersih tidak ada lesi, warna bibir gelap, mukosa
bibir lembab.
8. Leher : bersih, tidak ada benjolan
9. Dada :
a. Jantung :
Inspeksi : iktus cordis terlihat
Perkusi : pekak
Palpasi : ictus cordis
Auskultasi : s1-s2 tunggal
30
b. Paru
Inspeksi : pergerakan dada simetris, ada retraksi intercosta,
Perkusi : sonor
Palpasi : pergerakan dada teraba simetris
Auskultasi : vesikuler
c. Payudara
Inspeksi : simetris kanan kiri
10. Abdomen
Inspeksi : tidak ada pembesaran abdomen, tali pusat tertutup
kasa
Auskultasi : bising usus ada frekuensi 5x/menit
Perkusi : timpani
11. Genetalia : tidak ada kelainan, tidak ada lesi, tidak ada UDT,
dan anus lubang anus ada
12. Ekstremitas
Ektremitas atas : simetris kanan kiri, jari-jari lengkap ada 10, gerak
aktif, tidak ada edema, tidak ada Deformitas,
terdapat sianosis
Ektremitas : jari-jari lengkap ada 10, pergerakan aktif, tidak
bawah ada edema, tidak ada Deformitas, terdapat
sianosis
13. Punggung : tidak ada kelainan, tidak ada spina bifida, tidak
ada kelainan
tulang seperti skoliosis
14. Kulit : akral dingin , kulit elastis, tidak ada lesi, tidak ada
edema
G. REFLEKS FISIOLOGIS
1. Refleks Moro : positif/ lemah
2. Refleks Rooting : positif/ lemah
3. Refleks Sucking : positif/ lemah
4. Refleks Grapsing : positif/ lemah
5. Reflek Tonic Neck : positif/ lemah
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi yang
ditandai dengan takipnea
31
BAB 3
PENUTUP
Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi baru lahir yang berat
badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. BBLR dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu prematuritas murni dan dismaturitas. Faktor
penyebab terjadinya BBLR antara lain faktor ibu, faktor janin dan faktor
lingkungan.
Bayi BBLR mempunyai tanda dan gejala bayi kecil, pergerakan kurang
dan masih lemah, kepala lebih besar dari pada badan, berat badan < 2500
35
DAFTAR PUSTAKA
Adnyanti Niti. 2011. Laporan Pendahuluan Pada Bayi Premature. Bali http://niti-
adnyani.blogspot.co.id/2011/09/laporan-pendahuluan-pada-pasien-dengan
4945.html (diakses pada tanggal 8 November 2015).
Lia Dewi VN. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jogjakarta: Salemba
Medika.
Tanto Chris. 2014. Kapita Selekta Kedokteran edisi IV. Jakarta : Media
Aesculapius.