Anda di halaman 1dari 37

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
RDS ( Respiratory Distress Syndrome ) adalah perkembangan yang immature
pada system pernapasan atau tidaknya adekuat jumlah surfaktan dalam paru-paru.
RDS ( Respiratory Distress Syndrome ) juga dikatakan sebagai hyaline membrane
disease ( HMD ). RDS ( Respiratory Distress Syndrome ) termasuk penyebab
utama kematian pada anak baru lahir, yang diperkirakan 30% pada semuan
kematian, neonatus disebabkan oleh penyakit ini maupun komplikasi yang
mengikuti. Penyakit tersebut terjadi pada anak yang lahir premature serta
insidennya berbanding terbalik dengan umuur kehamilan dan berat badan. ( Fida
dan Maya, 2012 ).
BBLR adalah BB bayi kurang dari 2500 gram ( Sudarti, 2013 ) Sepsis adalah
infeksi sistemik pada neonates merupakan penyebab kematian utama di samping
asfiksia, hipotermi dan BBLR ( Sudarti- Afroh Fauziah, 2013 ). Neonatus berasal
dari bahasa lain yang berarti baru saja dilahirkan. Dalam dunia kedokteran,
neonates didefinisikan sebagai masa kehidupan pertama ekstrauteri sampai
dengan usia 28 hari atau 4 minggu pertama setelah kelahiran ( Dorland, 2011 ).
Neonatus premature ( NP ) merupakan bayi baru lahir dengan berat badan
lahir kurang dari 2500 gram. Neonates premature sangat erat kaitannya dengan
BBLR. Sebagian besar bayi premature lahir dengan berat bayi lahir rendah.
Pada suatu penelitian epidemiologi gagal napas/RDS ( Respiratory Disstress
Syndrome ). Di Rumkital Dr Ramelan Surabaya jumlah klien yang berada di
Ruang NICU pada tahun 2016 adalah 77 kasus sedangkan jumlah klien pada
tahun 2017 bulan januari- mei adalah 27 kasus. Masalah pernapasan merupakan
salah satu penyebab kematian pada bayi yang sering dihubungkan dengan kondisi
Respiratory Distress Syndrome (RDS/asfiksia neonatorum. Kondisi ini merupakan
penyebab terbanyak dari angka kesakitan dan kematian pada bayi premature.
Kompikasi jangka pendek ( akut ) dapat terjadi : Ruptur alveoli : Pada bayi
dengan RDS yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinis hipotensi, apnea atau
bradikardi, Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang
memburuk dan adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni,
2

Perdarahan intracranial dan leukomalacia preventicular, Komplikasi jangka


panjang oleh toksisitas oksigen, Broncho pulmonary dyslapsia ( BPD ) : [penyakit
paru kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi masa gestasi 36
minggu, Retinopathy premature : kegagalan fungsi neurologi berhubungan dengan
massa gestasi, adanya hypoxia, intracranial dan adanya infeksi Penyakit RDS
dapat dicegah melalui Perhatian langsung diberikan untuk mengantisipasi dan
mengurangi komplikasi dan jga diupayakan untuk pencegahan persalinan kurang
bulan, Pemberian terapi streroid antenatal diberikaan ibu yang terancam
persalinan kurang bulan, Melakukan resusitasi dengan baik dan benar, Pemberian
surfaktan bila perlu

1.2 Rumusan Masalah


“ Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan RDS ( Respiratory
Distress Syndrome ) di Ruang NICU Rumah Sakit Universitas Airlangga
Surabaya?”
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien
dengan Neonatus Prematur, RDS ( Respiratory Distress Syndrome ),
BBLR di Ruang NICU Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi hasil pengkajian pasien dengan diagnosis medis
Neonatus Prematur, RDS ( Respiratory Distress Syndrome ), BBLR di
di Ruang NICU Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya
2. Menentukan diagnoda keperawatan pada pasien dengan diagnosis
medis Neonatus Prematur, RDS ( Respiratory Distress Syndrome ),
BBLR di di Ruang NICU Rumah Sakit Universitas Airlangga
Surabaya
3. Merencanakan tindakan keperawatan dengan diagnosis medis
Neonatus Prematur, RDS ( Respiratory Distress Syndrome ), BBLR di
NICU Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya
3

4. Melaksanakan tindakan keperawatan dengan diagnosis medis


Neonatus Prematur, RDS ( Respiratory Distress Syndrome ), BBLR di
NICU Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan dengan diagnosis medis
Neonatus Prematur, RDS ( Respiratory Distress Syndrome ), BBLR di
NICU Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya
6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosis Neonatus Prematur, RDS ( Respiratory Distress Syndrome ),
BBLR di NICU Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya
1.4 Manfaat Penulisan
Berkaitan dengan tujuan penulisan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat
member manfaat bagi beberapa pihak, yaitu “
1.4.1 Akademis
Hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan
khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosis
medis Neonatus Prematur, RDS ( Respiratory Distress Syndrome ), BBLR.
1.4.2 Non-Akademis
1. Bagi Pelayanan keperawatan di rumah sakit
Hasil studi kasus ini dapat menjadi masukan bagi pelayanan kesehatan di
rumah sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan yang terkait
dengan baik
2. Bagi peniliti
Hasil studi kasus ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti
berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada kasus terkait.
3. Bagi profesi kesehatan
Hasil studi kasus ini dapat menjadi tambahan ilmu bagi profesi
keperawatan dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang asuhan
keperawatan yang terkait

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Pengertian Respiratory Distress Syndrome
RDS ( Respiratory Distress Sindrome ) adalah perkembangan yang
immature pada system pernapasan atau tidaknya adekuat jumlah surfaktan
dalam paru-paru. RDS (Respiratory Distress Syndrome) juga dikatakan
sebagai hyaline membrane disease (HMD). RDS ( Respiratory Distress
Syndrome ) termasuk penyebab utama kematian pada anak baru lahir,
yang diperkirakan 30% pada semuan kematian, neonates disebabkan oleh
penyakit ini maupun komplikasi yang mengikuti. Penyakit tersebut terjadi
pada anak yang lahir premature serta insidennya berbanding terbalik
dengan umur kehamilan dan berat badan. ( Fida dan Maya, 2012 ).

2.1.2 Etiologi Respiratory Distress Syndrome


Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, RDS ( Respiratori
Distress Syndrome sangat berkaitan erat dengan usia kehamilan. Dengan
ungkapan lain, semakin muda seorang anak, semakin tinggi pula resiko
mengalami RDS ( Respiratory Distress Syndrome ), sehingga menjadikan
perkembangan yang immature pada system pernapasan atau tidak
adekuatnya jumlah surfaktan dlam paru-paru. Pada umumnya, RDS
( Respiratory Distress Syndrome ) dua kali lebih banyak dialami oleh anak
laki-laki daripada perempuan selain itu insiden penyakit ini meningkat
pada anak dengan faktor-faktor tertentu, seperti ibu penderita diabetes
yang melahirkan anak kurang dari 38 minggu, hipoksia perinatal, dan lahir
melalui section caesaria. ( Fida dan Maya, 2012 )
2.1.3 Patofisiologi
Anak yang mengalami RDS ( Respiratory Distress Syndrome ),
paruparunya tidak memiliki kemampuan untuk mengembang dan
alveolinya terbuka. RDS (Respiratory Distress Syndrome ) pada anak yang
premature menyebabkan gagal pernapasan karena immaturenya dinding
dada parenchim paru-paru, dan immaturenya endotellium kapiler, sehingga
menyebabkan kolaps paru-paru pada akhir ekspirasi. Pada kasus RDS
( Respiratory Distress Syndrome ), yang terjadi adalah akibat tidak adanya,
5

kurangnya, atau berubahnya komponen surfaktan adalah suatu kompleks


lipoprotein, yang merupakan bagian dari permukaan mirip film yang ada
di alveoli, untuk mencegah kolapsnya alveolus tersebut. Surfaktan
dihasilkan oleh sel-sel pernapasan tipe II di alveoli. Jika surfaktan tersebut
tidak adekuat, maka bisa terjadi kolaps alveolus, sehingga menyebabkan
hipoksia, retensi co2 dan asidosis. Dampak selanjutnya ialah terjadi
konstriksi vaskuler pulmoner dan penurunan perfusi pulmoner, yang
berakhir sebagai gagal napas progresif, bahkan terjadi hiposemia progresif
yang dapat menyebabkan kematian. ( Fida dan Maya,2012 )

2.1.4 Tanda dan Gejala


Gejala utama gawat napas/ distress respirasi pada neonates adalah :
1. Takipnea : laju napas >60x/menit ( normal laju napas 40-60x/menit)
2. Sianosis sentral pada suhu kamar yang menetap atau memburuk pada 48-
96 jam
3. Retraksi dada : terlihat di intercosta dan di supra sternal
4. Grunting : suara merintih saat ekspirasi
5. pernapasan cuping hidung

DOWN SCORE
0 1 2
Frekuensi < 60/menit 60 – 80/menit > 80/menit
Napas
Sianosis Tidak Sianosis hilang dengan O2 Sianosis menetap walaupun diberi
sianosis O2
Retraksi Tidak ada Retraksi ringan Retraksi berat
retraksi
Air Entry Udara masuk Penurunan ringan udara masuk Tidak ada udara masuk
bilateral baik
6

Merintih Tidak Dapat didengar dengan Dapat didengar tanpa alat bantu
merintih stetoskop

Keterangan:
<3 : Distress Napas Ringan; membutuhkan O2 nasal atau headbox
4-5 : Distsres Napas Sedang; membutuhkan Nasal CPAP
>6 : Distres Napas Berat; Ancaman Gagal Napas; membutuhkan Intubasi
(perlu diperiksa Analisa Gas Darah/AGD)
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan labratorium
a. Analisis gas darah
1) Dilakukan untuk menentukan adanya gagal napas akut ditandai
dengan PaCO2 > 50 mmHg, PaO2 < 60 mmHg
2) Dilakukan pada BBL yang memerlukan suplementasi oksigen lebih
dari 20 menit.
3) Diambil berdasarkan indikasi klinis dengan mengambil sampel
darah dari arteri umbilikalis atau pungsi arteri
4) Menggambarkan gambaran asidosis metabolik
5) Hipoksia terjadi akibat pirau dari kanan ke kiri melalui pembuluh
darah pulmonal
6) Pulse oxymeter digunakan sebagai cara non invasif untuk
memantau saturasi oksigen yang dipertahankan pada 90-95%
b. Elektrolit :
1) Kenaikan kadar serum bikarbonat mungkin karena kompensasi
metabolic untuk hiperkapnea kronik
2) Kadar glukosa darah untuk menentukan adanya hipoglikemi
c. Pemeriksaan jumlah sel darah
2. Pemeriksaan radiologic atau pencitraan
1) Pemeriksaan radiologi toraks pada bayi dengan RDS, menunjukkan
gambaran retikulo yang difus bilateral dan paru yang tidak
berkembang jika di foto thorax < coste 8
2) Untuk evaluasi adanya kelainan yang memerlukan tindakan segera
misalnya adanya pneumothoraks
2.1.6 Pencegahan
7

Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi


pada bayi resiko adalah mencegah terjadinya kelahiran premature,
tindakan yang efektif untuk mencegah RDS :
a. Mencegah kelahiran < bulan (prematur)
b. Mencegah tindakan seksio cesarean yang tidak sesuai dengan indikasi
medis
c. Pengendalian kadar gula darah ibu hamil yang memiliki riwayat DM.
d. Optimalisasi kesehatan ibu.
2.1.7 Penatalaksanaan
1. Lingkungan yang optimal
Suhu tubuh harus diusahakan agar tetap dalam batas normal
Normal suhu : 36,5-37,5
2. Pemberian oksigen
Pemberian O2 CPAP sebaiknya diikuti dengan pemeriksaan analisis
gas darah
3. Pemberian cairan dan elektrolit
Pada permulaan diberikan glukosa 5-10%, 60-125 ml/kg bb/hari.
Asidosis yang selalu dijumpai pun harus segera dikoreksi dengan
Nahco3 secara intravena
4. Pemberian antibiotic
Bertujuan mencegah infeksi sekunder. Anak dapat diberi penisilin
dengan dosis 5.0000-10.000 u/kg bb/bb/hari
5. Pemberian surfaktan eksogen
Pemberian urfaktan eksogen melalui endotrakheal tube. Obat ini
terbukti sangat efektif untuk mengobati terjadinya RDS. ( Fida dan
Maya, 2012 )
2.1.8 Komplikasi
1. Kompikasi jangka pendek ( akut ) dapat terjadi :
a. Ruptur alveoli : Pada bayi dengan RDS yang tiba-tiba
memburuk dengan gejala klinis hipotensi, apnea atau
bradikardi
8

b. Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita


yang memburuk dan adanya perubahan jumlah leukosit dan
thrombositopeni
c. Perdarahan intracranial dan leukomalacia preventicular
2. Komplikasi jangka panjang oleh toksisitas oksigen
a. Broncho pulmonary dysplasia ( BPD ) : [enyakit paru kronik
yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi masa gestasi 36
minggu
b. Retinopathy premature : kegagalan fungsi neurologi
berhubungan dengan massa gestasi, adanya hypoxia,
intracranial dan adanya infeksi.
2.2 Konsep Penyakit
2.2.1 Pengertian Berat Badan Lahir Rendah
Defenisi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bila berat badannya
kurang dari 2500 gram.(pengantar kuliah Obstetri,IBG Manuaba,2009 :
421)
Berat badan lahir rendah Adalah semua bayi baru lahir yang berat
badannya kurang atau dengan 2.500 gr disebut Low Birth Weight Infant
(Prawirohardjo, 2009 )
Berat badan lahir rendah Adalah bayi baru lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan.(atikah
proverawati, dkk. 2009) BBLR di bedakan dalam :
a. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir 1000- 1500 gram
b. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLASR), berat lahir < 1000 gram
Bayi dengan BBLR dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Prematuritas Murni
Neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai dengan berat untuk masa kehamilan,
atau disebut bayi kurang bulan sesuai masa kehamilan (BKB/SMK)
2. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa kehamilan atau bisa disebut bayi
9

cukup bulan kecil masa kehamilan (BCB/KMK) ( Wiknjosastro, H.


2007 )
2.2.2 Etiologi BBLR
BBLR dapat disebabkab oleh beberapa faktor, yaitu :
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor (dr. Arief ZR, dkk, 2009)
yaitu:
1. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Toksemia gravidarum (pre eklamsi)
Pre-eklampsia/ Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan
pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran
mati. Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia / Eklampsia pada
ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah placenta, sedangkan
bayi memperoleh makanan dan oksigen dari placenta, dengan
adanya perkapuran di daerah placenta, suplai makanan dan oksigen
yang masuk ke janin berkurang.
b) Perdarahan antepartum
Perdarahan ante partum dapat menyebabkan ibu kehilangan Fe dan
O2 sehingga dapat menyebabkan ibu menderita anemia, yang akan
mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
c) Trauma fisik dan psikologis
Trauma adalah benturan fisik yang berpengaruh terhadap janin dan
kandungan. Sekitar 6% kehamilan mengalami komplikasi karena
trauma.
d) Diabetes mellitus
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai
gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui
pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu
mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama
kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan
respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian
10

besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara


kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.
2) Usia ibu
a) Usia ibu < 20 tahun
Usia wanita saat perkawinan dapat mempengaruhi resiko kelahiran,
semakin muda usia ibu dalam perkawinan semakin besar risiko yang
di hadapi bagi keselamatan ibu maupun anak disebabkan belum
matangnya rahim wanita usia muda untuk memproduksi anak.
b) Usia > 35 tahun
Usia diatas 35 tahun telah terjadi sedikit penurunan curah jantung
yang disebabkan oleh kurangnya kontraksi miokardium. Sehingga,
sirkulasi darah dan pengambilan oksigen dari darah di paru-paru.
c) Multi gravid yang jarak kehamilannya terlalu dekat
Jarak terlalu dekat atau kurang dari duatahun membuat kondisi ibu
belum pulih betul dari masalah gizi, kehilangan darah serta
kerusakan system reproduksi akibat kelahiran yang sebelumnya,
sehingga calon bayi mungkin tidak akan mendapatkan makan yang
dibutuhkannya dan berat badan ketika lahir rendah dan sistem
tubuhnya sangat rendah.
Jarak yang dianjurkan untuk melahirkan berikutnya adalah berkisar
2-3 tahun karena alat reproduksi sudah siap dan juga rahim serta
kondisi ibu sudah pulih dengan baik.
3) Keadaan sosial
Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di
masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat
dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok
Status ekonomi biasanya erat hubungannya dengan pendapatan
seseorang atau keluarga. Penghasilan yang terbatas membuat
kelangsungan kehamilanya membuat berbagai masalah kebidanan.
Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stress dan
nilai gizi yang relatif rendah dapat menimbulkan berbagai masalah
kebidanan sehingga memudahkan terjadinya Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) (Manuaba, 2010).
11

2. Faktor janin
1) Hidramnion
Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah
keadaan di mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Gejala
hidramnion terjadi semata-mata karena faktor mekanik sebagai akibat
penekanan uterus yang besar kepada organ-organ seputarnya.
Hidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi
karena dapat membahayakan ibu dan anak.
2) Kehamilan ganda
Pertumbuhan janin kembar lebih sering mengalami gannguan
dibandingkan janin tunggal yang tampak pada ukuran sonografi dan berat
lahir. Semakin banyak jumlah bayi semakin besar derajat retardasi
pertumbuhan. Pengaruh kehamilan kembar pada janin dapat
menyebabkan berat badan anak yang lebih kecil dari rata-rata dan
malpresentasi. Mortalitas janin meningkat hingga 4 kali dari pada
kehamilan tunggal. Hal ini disebabkan oleh prematuritas, berat lahir
rendah, malpresentasi dan anomali kongenital. Kehamilan kembar juga
berpengaru terhadap peregangan uteerusyang berlebihan yang
mengakibatkan terjadinya partus prematurus.
Selain itu, kebutuhan ibu untuk pertumbuhan hamil kembar lebih
besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi anemia ibu hamil yang dapat
mengganggu pertumbuhan janin seperti BBLR.
3) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom pada janin bisa diturunkan dari salah satu orang tua
yang membawa kelainan kromosom, bisa juga terjadi secara spontan
(dengan sendirinya) pada saat proses reproduksi. Usia ibu pada saat
hamil juga salah satu faktor penyebab kelainan kromosom. resiko
terjadinya kelainan kromosom pada janin adalah 4 kali lebih besar jika
ibu berusia 35 tahun atau lebih.
4) Cacat bawaan
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur
bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang
dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa
kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital
12

yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama


kehidupannya
3. Faktor lingkungan
Konsumsi obat-obatan pada saat hamil: Peningkatan penggunaan obat-
obatan (antara 11% dan 27% wanita hamil, bergantung pada lokasi geografi)
telah mengakibatkan makin tingginya insiden kelahiran premature, BBLR,
defek kongenital, ketidakmampuan belajar, dan gejala putus obat pada janin
(Bobak, 2004). Konsumsi alkohol pada saat hamil: Penggunaan alkohol
selama masa hamil dikaitkan dengan keguguran (aborsi spontan), retardasi
mental, BBLR dan sindrom alkohol janin.
2.2.3 Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan
(BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai
2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi
sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya
kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat
normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan
kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada
masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian
yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di


bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang
paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi
besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada
saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III.
13

Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada


pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan,
BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan
mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu
hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas
maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
prematur juga lebih besar.

Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi
risiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi :

1. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit.


Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor,
dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
2. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan dibandingkan
BBLR.
3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara
reflek hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah
aspirasi pneoumonia belum berkembang denan baik sampai kehamilan 32 – 34
minggu. Penundaan pengosongan lambung atau buruknya motilitas usus
sering terjadi pada bayi preterm.
Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk
mencerna dan mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi
amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak
dan karbohidrat juga menurun. Begitu pula kadar laktose (enzim yang diperlukan
untuk mencerna susu) juga sampai sekitar kehamilan 34 minggu.

Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan
kalori yang meningkat. Masalah pernapasan juga akan mengganggu makanan
secara oral. Potensial untuk kehilangan panas akibat permukaan tubuh dibanding
dengan BB dan sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini
akan meningkatkan kebutuhan akan kalori.

2.2.4 Manifestasi Klinis


1. Fisik
14

a. bayi kecil
b. pergerakan kurang dan masih lemah
c. kepala lebih besar dari pada badan
d. berat badan < 2500 gram
e. panjang badan  45 cm, lingkar dada  30 cm, lingkar kepala  33 cm.
f. Masa gestasi  37 minggu
2. Kulit dan kelamin
a. kulit tipis dan transparan
b. lanugo banyak
c. rambut halus dan tipis
d. genitalia belum sempurna
3. Sistem saraf
a. refleks moro
b. refleks menghisap, menelan, batuk belum sempurna
4. Sistem muskuloskeletal
a. axifikasi tengkorak sedikit
b. ubun-ubun dan satura lebar
c. tulang rawan elastis kurang
d. otot-otot masih hipotonik
e. tungkai abduksi
f. sendi lutut dan kaki fleksi
5. Sistem pernapasan
a. pernapasan belum teratur sering apnea
b. frekwensi napas bervariasi
2.2.5 Komplikasi
1. Hipotermia
2. Hipoglikemia
3. Hiperbilirubinemia
4. Respiratory distress syndrome (RDS)
5. Intracerebral and Intraventricular Haemoragge (IVH)
6. Periventrikuler Leucomalasia (PVL)
7. Infeksi bakteri
8. Kesulitan minum
9. Penyakit paru kronis (chronic lung disease)
10. NEC (necrotizing enterocolitis)
15

11. AOP (apnea of prematurity) terutama terjadi pada bayi <1000gram


12. PDA (patent ductus arteriosus) pada bayi dengan berat <1000 gram
13. Disabilitas mental dan fisik
- Keterlambatan perkembangan
- CP (Cerebral Palsy)
- Gangguan pendengaran
- Gangguan penglihatan seperti ROP (Retinopathy of prematurity)

2.2.6 Pemeriksaan Diagnostik dan Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan diagnostik
a. Timbangan untuk bayi baru lahir
b. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ).
c. Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65 % atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal /perinatal).
d. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan).
e. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari,
dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
f. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
g. Pemantauan elektrolit ( Na, K, CI) : biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
h. Pemeriksaan Analisa gas darah.
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina serta
menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultra
sonografi.
b. Memeriksa kadar gula darah ( true glukose ) dengan dextrostix atau
laboratorium kalau hipoglikemia perlu diatasi.
c. Pemeriksaan darah rutin, AGD, dan kadar elektrolit
d. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK.
16

e. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita


aspirasi mekonium.
f. Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernapasan dan bila frekwensi
lebih dari 60x/ menit dibuat foto thorax.
g. Pemeriksaan skor Ballard

2.2.7 Penatalaksanaan
1. Pemberian Vitamin K
Injeksi 1 mg IM sekali pemberian atau peroral 2 mg 3 kali pemberian (saat
lahir, umur 3-10 hari, umur 4-6 minggu)

2. Mempertahankan suhu tubuh normal


- Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu
tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pamancar
panas, incubator, atau ruangan hangat yang tersedia di fasilitas kesehatan
setempat sesuai petunjuk
- Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
- Ukur suhu tubuh sesuai jadwal
3. Pemberian minum
- ASI merupakan pilihan utama
- Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai
kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali
- Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20
gram/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu
- Pemberian minum minimal 8 x /hari. Apabila bayi masih menginginkan
dapat diberikan lagi
- Indikasi nutrisi parenteral yaitu status kardiovaskuler dan respirasi yang
tidak stabil, fungsi usus belum berfungsi/terdapat anomaly mayor saluran
cerna, NEC, IUGR berat dan berat lahir < 1000 gram.
- Pada bayi sakit, pemberian minum tidak perlu dengan segera
ditingkatkan selama tidak ditemukan tanda dehidrasi dan kadar natrium
serta glukosa normal.
Panduan pemberian minum berdasarkan BB:
17

a. Berat lahir < 1000 gram


- Minum melalui pipa lambung
- Pemberian minum awal : ≤ 10 ml/kg/hari
- ASI perah/term formula/half-strength preterm formula
- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang
baik : tambahan 0,5 -1 ml, interval 1 jam , setiap ≥ 24 jam
- Setelah 2 minggu : ASI perah + HMF (human milk fortifier)/full-
strength preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 gram.
b. Berat lahir 1000-1500 gram
- Pemberian minum melalui pipa lambung (gavage feeding)
- Pemberian minum awal : ≤ 10 ml/kg/hari
- ASI perah/term formula/half-strength preterm formula
- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang
baik : tambahan 1-2 ml, interval 2 jam , setiap ≥ 24 jam
- Setelah 2 minggu : ASI perah + HMF (human milk fortifier)/full-
strength preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 gram.
c. Berat lahir 1500-2000 gram
- Pemberian minum melalui pipa lambung (gavage feeding)
- Pemberian minum awal : ≤ 10 ml/kg/hari
- ASI perah/term formula/half-strength preterm formula
- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang
baik : tambahan 2-4 ml, interval 3 jam , setiap ≥ 24 jam
- Setelah 2 minggu : ASI perah + HMF (human milk fortifier)/full-
strength preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 gram.
d. Berat lahir 2000-2500 gram
- Apabila mampu sebaliknya diberikan minum peroral
- ASI perah/term formula
e. Bayi sakit
- Pemberian minum awal : ≤ 10 ml/kg/hari
- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang
baik : tambahan 3-5 ml, interval 3 jam, setiap ≥ 8 jam
18

4. Melakukan KMC (kangaroo Mother Care)


Kangaroo Mother Care (KMC) atau perawatan metode kangguru (PMK)
merupakan perawatan untuk bayi berat badan lahir rendah atau lahiran
premature dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit
ibu, dimana ibu menggunakan shu tubuhnya untuk menghangatkan bayi.
Menurut Perinasia meliputi:
1. Persiapan ibu.
a. Membersihkan daerah dada dan perut dengan cara mandi
dengan sabun 2-3 kali sehari.
b. Membesihkan kuku dan tangan
c. Baju yang dipakai harus bersih dan hangat sebelum dipakai
d. Selama pelaksanaan Metode Kanguru ibu tidak memakai BH
e. Bagian bawah baju diikat dengan pengikat baju atau kain
f. Memakai kain baju yang dapat direnggang
2. Persiapan bayi
a. Bayi jangan dimandikan, tetapi cukup dibersihkan dengan kain
bersih dan hangat
b. Bayi perlu memakai tutup kepala atau topi dan popok selama
penggunaan metode ini.
c. Posisi bayi vertikal ditengah payudara atau sedikit ke samping
kanan/kiri sesuai dengan kenyamanan bayi serta ibu. Usahakan
kulit bayi kontak langsung dengan kulit ibunya terus menerus.
d. Saat ibu duduk atau tidur posisi bayi tetap tegak mendekap ibu
e. Setelah bayi dimasukkan ke dalam baju, ikat kain selendang di
sekeliling atau mengelilingi ibu dan bayi.
Langkah – Langkah Perawatan Metode Kanguru
a. Cuci tangan, keringkan dan gunakan gel handscrub.
b. Ukur suhu bayi dengan termometer.
c. Pakaikan baju kanguru pada ibu.
d. Bayi dimasukkan dalam posisi kanguru, menggunakan topi, popok dan
kaus kaki.
19

e. Letakkan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu
dan pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan bayi
dengan siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada bayi terletak di dada
ibu dengan kepala agak sedikit mendongak.
f. Dapat pula ibu memakai baju dengan ukuran besar, dan bayi diletakkan
di antara payudara ibu, dengan posisi tegak, dada bayi menempel ke
dada ibu.
g. Posisi bayi diamankan dengan kain panjang atau pengikat lainnya.
Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri dan dengan posisi
sedikit ekstensi. Ujung pengikat berada tepat di bawah kuping bayi.
Posisi kepala bayi yang seperti itu bertujuan untuk menjaga saluran
nafas tetap terbuka dan memberi peluang agar terjadi kontak mata
antara ibu dan bayi. Hindari posisi bayi merunduk ke depan, dan sangat
tengadah. Pangkal paha bayi harus dalam posisi fleksi dan ekstensi
seperti dalam posoisi ”kodok”, tangan harus dalam posisi fleksi.
h. Ikatkan kain dengan kuat agar saat ibu bangun dari duduk, bayi tidak
tergelincir. Pastikan juga bahwa ikatan yang kuat dari kain tersebut
menutupi dada si bayi. Perut bayi jangan sampai tertekan dan sebaiknya
berada di sekitar epigastrium ibu. Dengan cara ini bayi dapat
melakukan pernafasan perut. Nafas ibu akan merangsang bayi.
i. Setelah posisi bayi baik, baju kanguru diikat untuk menyangga bayi.
Selanjutnya ibu bayi dapat beraktifitas seperti biasa sambil membawa
bayinya dalam posisi tegak lurus di dada ibu (skin to skin contact)
seperti kanguru.
2.3.1 Konsep Neonatus Prematur
Bayi prematur adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram. Bayi prematur adalah neonatus dengan Berat Badan Lahir pada
saat kelahiran kurang dari 2500 gram (Tanto, 2014). Dalam hal ini
dibedakan menjadi:
1. Prematuritas murni Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat
badan sesuai.
20

2. Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)


Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan
usia kehamilan
2.3.2 Klasifikasi prematur
Klasifikasi pada bayi premature:
a. Bayi prematur digaris batas
1. 37 miligram, masa gestasi
2. 2500 gram, 3250 gram
3. 16 % seluruh kelahiran hidup
4. Biasanya normal
5. Masalah: Ketidak stabilan, kesulitan menyusu, ikterik, RDS mungkin
muncul
6. Penampilan: Lipatan pada kaki sedikit, payudara lebih kecil, lanugo
banyak, genitalia kurang berkembang.
b. Bayi Prematur Sedang
1. 31 miligram – 36 gestasi
2. 1500 gram – 2500 gram
3. 6 % - 7 % seluruh kelahiran hidup
4. Masalah: Ketidak stabilan, pengaturan glukosa, RDS, ikterik,
anemia, infeksi, kesulitan menyusu.
5. Penampilan: Seperti pada bayi premature di garis batas tetapi lebih
parah, kulit lebih tipis, lebih banyak pembuluh darah yang tampak
c. Bayi Sangat Prematur
1. 24 miligram – 30 miligram gestasi
2. 500 gram – 1400 gram
3. 0,8 % seluruh kelahiran hidup
4. Penampilan: Kecil tidak memiliki lemak, kulit sangat tipis, kedua
mata mungkin berdempetan (Tanto, 2014).
2.3.3 Etiologi
Prematuritas adalah penyebab utama dari kematian perinatal di negara
idiopatik, meskipun pada beberapa kasus disebabkan oleh infeksi, kelainan
21

uterus, inkompetensia serviks dan kelainan placenta. Etiologi prematur


adalah
1. Demografi
a. Insidens bertambah
1) Batas usia teratas dan terbawah Mungkin berkaitan dengan
campuran faktor lainnya.
2) Status sosial ekonomi yang rendah
3) Prenatal care yang tidak adekuat
4) Ras. Beberapa penelitian melaporkan kenaikan dua kali lipat kulit
hitam.
2. Gaya hidup dan pekerjaan
a. Terbukti menaikkan insidens
1) Merokok
2) Penggunaan obat-obatan (drug ust)
b. Mungkin insidens naik
1) Berdiri terlalu lama
2) Kelelahan kerja dan kerja terlalu lama
3) Kerja berat mengangkat berat pada pasien yang mempunyai
predisposisi melahirkan prematur.
3. Riwayat Reproduksi
Faktor utama dalam menetapkan resiko pada kehamilan yang sedang
berlangsung.
4. Anomali uterus
Lelomiomata pada uterus bisa juga meningkatkan insidens partus
prematurus.
5. Kenaikan berat badan
Berat badan yang rendah atau kenaikan berat badan yang sedikit bisa
meningkatkan resiko.
6. Anemia
a. Alat prediksi yang paling lemah.
b. Kemungkinan berkaitan dengan faktor resiko lainnya.
7. Ukuran uterus dan kelainan placenta
22

Uterus yang menggelembung (distended) bisa memperbesar


perbentukan junction.
a. Kehamilan ganda
b. Polihramnnion
Faktor yang dapat mendorong timbulnya prematuritas adalah :
1. Faktor ibu adalah meliputi :
a. Usia dibawah 20 tahun atau di atas 35 tahun.
b. Penyakit yang diderita ibu, misalnya pendarahan antepartum, trauma
psikis, toksimia gravidarum.
c. Hipotensi tiba-tiba
d. Pre eklami dan eklamsi
e. Multigravida yang jarak kehamilannya terlalu dekat.
f. Keadaan sosial ekonomi rendah
g. Ibu perokok, peminum alkohol.
2. Faktor janin adalah :
a. Kehamilan ganda
b. Kelainan kromosom
c. Infeksi dalam kandungan
d. KPD
3. Faktor lingkungan
a. Tempat tinggal
b. Radiasi
c. Zat-zat racun (Adnyanti, 2011).

2.3.4 Patofisiologi
Penyebab terjadinya kelahiran bayi prmatur belum diketahui secara
jelas. Data statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada
ibu yang memiliki sosial ekonomi rendah. Kejadian ini dengan kurangnya
perawatan pada ibu hamil karena tidak melakukan antenatal care selama
kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan, infeksi
23

pada uterus dan komplikasi obstetrik yang lain merupakan pencetus


kelahiran bayi prematur. Ibu hamil dengan usia yamg masih muda,
mempunyai kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol juga
menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor tersebut bisa menyebabkan
terganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa bayiuntuk keluar
sebelum waktunya. Karena bayi lahir sebelum masa gestasi yang cukup
maka organ tubuh bayi belum matur sehingga bayi lahir prematur
memerlukan perawatan yang sangat khusus untuk memungkinkan bayi
beradaptasi dengan lingkungan luar (Tanto, 2014)
2.3.5 Tanda atau Gejala bayi Prematur
Karakteristik bayi prematur adalah :
1. Berat badan kurang dari 2500 gram
2. Panjang badan kurang dari 45 cm
3. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
4. Lingkar dada kurang dari 30 cm
5. Kepala lebih besar dari badan
6. Kulit tipis transparan
7. Lanugo (bulu-bulu) banyak terutama di dahi, pelipis dan telinga dan
tangan.
8. Lemak subkutan kurang.
9. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora (pada wanita). Pada laki-laki tester belum turun.
10. Rambut tipis, halus.
11. Tulang rawan di daun telinga masih kurang sempurna.
12. Putting susu belum terbentuk dengan baik.
13. Pergerakan kurang dan lemah.
14. Banyak tidur, tangis lemah, pernapasan belum teratur dan sering
mengalami serangan apnae.
15. Reflek tonus lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek batul
belum sempurna.
16. Kulit tampak mengkilat dan licin (Adnyanti, 2011).
2.3.6 Penatalaksanaan Bayi Prematur
24

1. Perawatan di Rumah Sakit


Mengingat belum sempurnanya kerja alat – alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan
hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan,
pemberian makanan dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi
sertamencegah kekurangan vitamin dan zat besi.
a. Pengaturan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila
berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh
permukaan tubuh bai yang relative lebih luas bila dibandingkan
dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan
kekurangan lemak coklat (brown flat). Untuk mencegah hipotermia
perlu diusahakan lingkunagn yang cukup hangat untuk bayi dan dalam
keadaan istirahat konsumsi okigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh
bayi tetap normal. Bila bayi di rawat di dalam incubator maka suhu
untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35 ˚C dan
untuk bayi dengan berat badan 2 – 2,5 kg adalah 34 ˚C agar ia dapta
mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 ˚C. Kelembapan incubator
berkisar antara 50% - 60%. Kelembapan yang lebih tinggi diperlukan
pada bayi dengan sindroma gangguan pernapasan. Suhu incubator
dapat diturunkan 1˚C perminggu untuk bayi dengan berat badan 2 kg
dan secara berangsur – angsur ia dapat di letakkan di dalam tempat
tidur bayi dengan suhu lingkungan 27˚C - 29˚C. Bila incubator tidak
ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan
meletakkan botol – botol hangat disekitarnya atau dengan memasang
plastik polyefhilene di dekat tempat tidur bayi. Cara lain untuk
mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36˚C - 37˚C adalah dengan
memakai alat “perspexheat shield” yang diselimutkan pada bayi dalam
incubator. Alat ini digunakan untuk menghilangkan panas karena
radiasi. Akhir – akhir ini telah mulai digunakan incubator yang
dilengkapi dengan alat temperature sensor (thermistor probe). Alat ini
ditempelkan di kulit bayi. Suhu incubator dikontrol oleh alat
25

servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan


pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat
bermanfaat untuk bayi dengan lahir yang rendah.
Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini mungkin
untuk pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku,
warna kulit, pernapasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit
yang diderita dapat dikenal sedini – dininya dan tindakan serta
pengobatan dapat dilaksanakan secepatnya.
b. Pemberian ASI pada bayi premature
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat
diberikan oleh ibu pada bayinya, juga untuk bayi premature.
Komposisi ASI yang dihasilkan ibu yang melahirkan premature
berbeda dengan komposisi ASI yang dihasilkan oleh ibu yang
melahirkan cukup bulan dan perbedaan ini berlangsung selama kurang
lebih 4 minggu.

Sering kali terjadi kegagalan menyusui pada ibu yang melahirkan


premature. Hal ini disebabkan oleh karena ibu stres, ada perasaan
bersalah, kurang percaya diri, tidak tahu memerah ASI pada bayi
prematur refleks hisap dan menelan belum ada atau kurang, energi
untuk menghisap kurang, volume gaster kurang, sering terjadi refluks,
peristaltik lambat.
Agar ibu yang melahirkan prematur dapat berhasil memberikan
ASI perlu dukungan dari keluarga dan petugas, diajarkan cara
memeras ASI dan menyimpan ASI perah dan cara memberikan ASI
perah kepada bayi prematur dengan sendok, pipet ataupun pipa
lambung.
1) Bayi prematur dengan berat lahir >1800 gram (> 34 minggu gestasi)
dapat langsung disusukan kepada ibu. Mungkin untuk hari – hari
pertama kalau ASI belum mencukupi dapat diberikan ASI donor
dengan sendok / cangkir 8 – 10 kali sehari.
2) Bayi prematur dengan berat lahir 1500- 1800 gram (32 – 34
minggu), refleks hisap belum baik, tetapi refleks menelan sudah
26

ada, diberikan ASI perah dengan sendok / cangkir, 10 – 12 kali


sehari. Bayi prematur dengan berat lahir 1250 – 1500 gram (30 –
31 minggu), refleks hisap dan menelan belum ada, perlu diberikan
ASI perah melalui pipa orogastrik 12X sehari.
c. Makanan bayi
Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum sempurna,
kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama
lipase masih kurang disamping itu kebutuhan protein 3 – 5 gram/ hari
dan tinggi kalori (110 kal/ kg/ hari), agar berat badan bertambah
sebaik – baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi
cukup bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3
jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.
Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan penghisapan
cairan lambung. Hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia
esophagus dan mencegah muntah. Penghisapan cairan lambung juga
dilakukan setiap sebelum pemberian minum berikutnya. Pada
umumnya bayi denagn berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu
pada ibunya. Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram kurang
mampu menghisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari –
hari pertama, maka bayi diberi minum melalui sonde lambung
(orogastrik intubation).
Jumlah cairan yang diberikan untuk pertama kali adalah 1 – 5
ml/jam dan jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap 12
jam. Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60mg/kg/hari dan setiap
hari dinaikkan sampai 200mg/kg/hari pada akhir minggu kedua.
d. Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini disebabkan oleh
karena daya tahan tubuh terhadap infeksi kurang, relatif belum
sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi
terhadap peradangan belum baik oleh karena itu perlu dilakukan
tindakan pencegahan yang dimulai pada masa perinatal memperbaiki
keadaan sosial ekonomi, program pendidikan (nutrisi, kebersihan dan
27

kesehatan, keluarga berencana, perawatan antenatal dan post natal),


screening (TORCH, Hepatitis, AIDS), vaksinasi tetanus serta tempat
kelahiran dan perawatan yang terjamin kebersihannya. Tindakan
aseptik antiseptik harus selalu digalakkan, baik dirawat gabung
maupun dibangsal neonatus. Infeksi yang sering terjadi adalah infeksi
silang melalui para dokter, perawat, bidan, dan petugas lain yang
berhubungan dengan bayi. Untuk mencegah itu maka perlu dilakukan:

1) Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi


yang tidak terkena infeksi

2) Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi

3) Membersihkan temapat tidur bayi segera setelah tidak dipakai lagi


(paling lama seorang bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu
untuk kemudian dibersihkan dengan cairan antisptik)

4) Membersihkan ruangan pada waktu – waktu tertentu

5) Setiap bayi memiliki peralatan sendiri

6) Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian yang


telah disediakan

7) Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat bayi

8) Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik – baiknya

9) Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
A. IDENTITAS
1. Identitas Klien
28

Nama Bayi, Umur Bayi, Tanggal/jam lahir, Jenis kelamin laki-laki,


Tanggal Masuk, No Register, Tanggal Pengkajian, Diagnosa Medis
2. Identitas Penanggung jawab
Nama Ayah/Ibu, Umur Ayah/Ibu, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat,
Diagnosa Ibu.
B. KELUHAN UTAMA : -
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Bayi lahir spontan GIIP1001 Gemeli 1 letkep, usia kehamilan 35/36
minggu,
Ketuban keruh,
D. RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat kesehatan maternal :


2. Riwayat kesehatan prenatal
Observasi :
a. HPHT , ANC , Imunisasi TT, BB ibu.
b. Keluhan : Trimester I, Trimester II, Trimester III.
3. Riwayat kesehatan intranatal
Tanggal lahir, Tempat, Jenis persalinan, Penyulit, Lama persalinan
4. Riwayat postnatal
Usaha napas, APGAR Score, Kebutuhan resusitasi, Trauma lahir

E. POLA KEBUTUHAN SEHARI-HARI


1. Pola Nutrisi : ASI 5x2 ml, (minum asi pakai spuit), belum
menetek, menyusu menggunakan cup feeder
2. Pola eliminasi bayi BAK : 3x ganti pampers warnanya jernih
baunya khas urin
BAB 3x/hari warnanya hijau gelap bau khas
konsistensi cair

3. Pola aktivitas : bayi bergerak aktif, menangis kuat


4. Pola Bayi rewel setiap malam
istirahat/tidur
5. Personal : bayi di seka 2x/hari, ganti diapers tiap BAK/BAB,
hygiene merawat tali Pusat setiap hari dengan kasa steril
kering
29

F. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : cukup
b. Kesadaran : Alert
c. Tanda-tanda vital :Suhu : 35,3oC Nadi : 156x/menit RR :
36x/menit
d. Antropometri :
BB : 1550 gram
PB : 42 cm
LD : 38 cm
LILA : 8 cm
LK : 29 cm
Circumferentia fronto occipitalis : 30 cm
Circumferentia suboccipito bregmatica : 32 cm
Circumferentia mento bregmatica : 35 cm
2. Kepala
a. Ubun-ubun : UUK : teraba lunak dan lembut
UUB : lembut, teraba berdenyut
b. Sutura, moulage : sutura belum tersambung
c. Caput succedonium : tidak ada
d. Cephal hematoma : tidak ada
e. Bentuk kepala : bulat, simetris, tidak ada lesi
f. Rambut : warna hitam, pertumbuhan rambut
merata, tipis
3. Muka : simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan
4. Mata : simetris, pupil isokor, konjungtiva merah muda, sklera
kuning
5. Hidung : simetris kanan kiri, ada pernafasan cuping hidung, tidak
ada kelainan kongenital, tidak ada secret
6. Telinga : bersih, bentuk simetris kanan kiri
7. Mulut : mulut bersih tidak ada lesi, warna bibir gelap, mukosa
bibir lembab.
8. Leher : bersih, tidak ada benjolan
9. Dada :
a. Jantung :
Inspeksi : iktus cordis terlihat
Perkusi : pekak
Palpasi : ictus cordis
Auskultasi : s1-s2 tunggal
30

b. Paru
Inspeksi : pergerakan dada simetris, ada retraksi intercosta,
Perkusi : sonor
Palpasi : pergerakan dada teraba simetris
Auskultasi : vesikuler
c. Payudara
Inspeksi : simetris kanan kiri
10. Abdomen
Inspeksi : tidak ada pembesaran abdomen, tali pusat tertutup
kasa
Auskultasi : bising usus ada frekuensi 5x/menit
Perkusi : timpani

Palpasi : teraba supel,tidak tegang, tidak ada benjolan

11. Genetalia : tidak ada kelainan, tidak ada lesi, tidak ada UDT,
dan anus lubang anus ada

12. Ekstremitas
Ektremitas atas : simetris kanan kiri, jari-jari lengkap ada 10, gerak
aktif, tidak ada edema, tidak ada Deformitas,
terdapat sianosis
Ektremitas : jari-jari lengkap ada 10, pergerakan aktif, tidak
bawah ada edema, tidak ada Deformitas, terdapat
sianosis
13. Punggung : tidak ada kelainan, tidak ada spina bifida, tidak
ada kelainan
tulang seperti skoliosis

14. Kulit : akral dingin , kulit elastis, tidak ada lesi, tidak ada
edema

G. REFLEKS FISIOLOGIS
1. Refleks Moro : positif/ lemah
2. Refleks Rooting : positif/ lemah
3. Refleks Sucking : positif/ lemah
4. Refleks Grapsing : positif/ lemah
5. Reflek Tonic Neck : positif/ lemah
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi yang
ditandai dengan takipnea
31

2. Hipotermi berhubungan dengan suhu lingkungan rendah yang


dibuktikan suhu yang dibawah normal
3. Ketidakseimbangan nutris kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
faktor biologis ditandai dengan berat badan menurun.
4. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan reflek hisap bayi
buruk yang ditandai dengan penurunan berat badan bayi terus menerus
5. Ikterik neonates berhubungan dengan penurunan berat badan yang
ditandai dengan kulit kuning sampai orange
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa NOC NIC
Ketidakefektifan Setelah dilakukan Aktivitas
pola napas asuhan keperawatan 1. Manajemen jalan napas
a. Posisikan pasien
berhubungan selama 2x24 jam
memaksimalkan ventilasi
dengan diharapakan pasien
b. Kelola oksigen yang lembab
hiperventilasi menunjukkan : 2. Monitor pernapasan
a. Monitar kecepatan, irama,
yang ditandai 1. Pola napas normal
kedalaman dan kesulitan
dengan takipnea dengan indicator :
a. Frekuensi bernapas
b. Monitor pola napas (retraksi
pernapasan dari
dada dan merintih)
skala 2 ke 4
c. Pertahankan kepatenan jalan
b. Irama pernapasan
napas.
dari skala 2 ke 4
c. Retraksi dada dari
skala 2 ke 4

Diagnosa NOC NIC


32

Hipotermi b/d setelah dilakukan 1. Perawatan hipotermi


a. Bebaskan pasien dari
suhu lingkungan tindakan asuhan
lingkungan yag dingin
rendah yang keperawatan selama
d. Monitor suhu pasien
ditandai dengan 1x24jam didapatkan
menggunakan alat pengkur
suhu dibawah hasil :
dan rute yang paling tepat
normal 1. Control resiko e. Bebaskan pasien dari pakaian
(hipotermi) yang dingin dan basah
- M b. Pengaturan suhu
f. monitor dan laporkan adanya
engidentifikasi
tanda & gejala dari hipotermia
faktor resiko
dan hipertermia
hipotermi dari
g. monitor suhu paling tidak
skala 3 ke 4
setiap 1 jam sesuai kebutuhan
- M
engidentifikasi
tanda dan
gejala
hipotermi dari
skala 3 ke 4

Ketidakseimban Setelah dilakukan a. kaji adanya alergi makan


b. monitor adanya penurunan
gan nutrisi tindakan asuhan
BB
kurang dari keperawatan selama
c. monitor kulit kering dan
kebutuhan tubuh 1x24jam di dapatkan
perubahan pigmentasi
berhubungan status nutrisi bayi
dengan faktor hasil :
biologis - A
danya peningkatan
BB
- T
idak ada tanda-tanda
malnutrisi
1. pemberian makan
Ketidakefektifan
a. Topang bayi selama minum
pemberian ASI
33

berhubungan Setelah dilakukan ashan melalui cup feeder


b. posisikan bayi pada posisi semi
dengan reflek keperawatan 2x24 jam
fowler pada saat bayi menyusu
isap bayi buruk dengan keberhasilan
c. sendawakan bayi sering2 selama
yang ditandai menyusui bayi :
dan setelah menyusu
dengan a. Reflek menghisap d. dorong pasien untuk menghisap
penurunan berat dari skala 3 ke 5 dengan menstimulasi reflek
b. Penambahan berat
badan bayi terus rooting
badan sesuai usia e. tupang dagu bayi untuk
menerus
dari skala 2 ke 4 mengurangi keluarnya susu dari
mulut.

1. Fototerapi neonates (112)


a. Kaji riwayat maternal dan bayi
Ikterus neonates
mengenai adanya faktor terjadinya
berhubungan
hiperbilirubin
Setelah dilakukan
dengan b. Periksa kadar serum bilirubin
asuhan keperawatan
penurunan berat sesuai permintaan dokter
2x24 jam dengan c. Tutupi kedua mata bayi, hindari
badan yang
integritas kulit dan penekanan yang berlebihan
ditandai dengan
d. Tempatkan lampu foto terapi di
membrane mukosa:
kulit kuning
atas bayi dengan tinggi yang
c. Suhu kulit dari skala
sampai orange
sesuai
3 ke 5
e. Observasi tanda-tanda dehidrasi
d. Pigmentasi
f. Edukasi keluarga mengenai
abnormal dari skala
perawatan fototerapi
2 ke 4
34

BAB 3

PENUTUP

Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi baru lahir yang berat
badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. BBLR dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu prematuritas murni dan dismaturitas. Faktor
penyebab terjadinya BBLR antara lain faktor ibu, faktor janin dan faktor
lingkungan.
Bayi BBLR mempunyai tanda dan gejala bayi kecil, pergerakan kurang
dan masih lemah, kepala lebih besar dari pada badan, berat badan < 2500
35

gram, panjang badan  45 cm, lingkar dada  30 cm, lingkar kepala  33


cm, dan masa gestasi  37 minggu. Penatalaksanaannya meliputi
pengaturan suhu, nutrisi dan menghindari infeksi.
RDS ( Respiratory Distress Sindrome ) adalah perkembangan yang
immature pada system pernapasan atau tidaknya adekuat jumlah surfaktan
dalam paru-paru. RDS (Respiratory Distress Syndrome) juga dikatakan
sebagai hyaline membrane disease (HMD). RDS ( Respiratory Distress
Syndrome ) termasuk penyebab utama kematian pada anak baru lahir, yang
diperkirakan 30% pada semuan kematian, neonates disebabkan oleh
penyakit ini maupun komplikasi yang mengikuti. Penyakit tersebut terjadi
pada anak yang lahir premature serta insidennya berbanding terbalik dengan
umuur kehamilan dan berat badan.
36

DAFTAR PUSTAKA

Adnyanti Niti. 2011. Laporan Pendahuluan Pada Bayi Premature. Bali http://niti-
adnyani.blogspot.co.id/2011/09/laporan-pendahuluan-pada-pasien-dengan
4945.html (diakses pada tanggal 8 November 2015).

Lia Dewi VN. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jogjakarta: Salemba
Medika.

Tanto Chris. 2014. Kapita Selekta Kedokteran edisi IV. Jakarta : Media
Aesculapius.

Pudjiaji, A. dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter


Anak Indonesia. Jogjakarta: Pengurus Pusat Ikatan Dokter
Anak Indonesia.
37

Anda mungkin juga menyukai