Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP

RSUD Dr.H. Marsidi Judono, Tanjung Pandan


No. ID dan Nama Peserta : dr. Melissa Trixiana
No. ID dan Nama Wahana : RSUD Dr.H. Marsidi Judono, Tanjung Pandan
Tanggal (kasus) : 11 Februari 2017 Presenter : dr. Melissa Trixiana
Nama Pasien : An.E No. RM : 101.63.16
Tanggal Presentasi : 15 Maret 2017 Pendamping : dr. Bambang Hermawan
Tempat Presentasi : RSUD Dr.H. Marsidi Judono
Topik: Kejang Demam
Obyektif Presentasi :
 Keilmuan   Ketrampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka 

 Diagnostik   Manajemen   Masalah  Istimewa

 Neonatus  Bayi  Anak   Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil


Deskripsi : Seorang anak usia 2 tahun, dengan keluhan kejang 30 menit sebelum masuk rumah
sakit. Kejang sebanyak 1 kali berlangsug sekitar 10 menit. Saat kejang mata Os mendelik ke atas
lalu seluruh tubuh Os kaku. Setelah kejang Os terdiam sebentar lalu menangis. Demam dialami
sejak 12 jam SMRS cenderung semakin tinggi. Os sempat muntah 3 kali berupa air dan sisa
makanan dan BAB cair sebanyak 1 kali berwarna kuning kecoklatan, terdapat ampas tanpa lendir
maupun darah. Riwayat pernah kejang sebelumnya disangkal.
 Tujuan : penegakan diagnosis, tatalaksana
Bahan bahasan :  Tinjauan Pustaka   Riset  Kasus   Audit
Cara membahas :  Diskusi  Presentasi dan  E-mail  Pos
diskusi 
Data pasien : Nama An. E, 2 tahun 2 bulan 7 hari
Nama klinik : RSUD Dr.H. Marsidi Telp : - Terdaftar sejak :
Judono Februari 2017
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/ Gambaran klinis :
Seorang anak usia 2 tahun, datang diantar keluarganya dengan keluhan kejang 30 menit sebelum masuk
rumah sakit. Kejang sebanyak 1 kali berlangsug sekitar kurang dari 10 menit. Orang tua Os
mengatakan saat kejang mata Os mendelik ke atas lalu seluruh tubuh Os kaku. Setelah kejang Os
terdiam sebentar lalu menangis. Demam dialami Os sejak 12 jam SMRS dan semakin tinggi. Sempat
diberi Paracetamol sirup namun dimuntahkan kembali. Orang tua Os mengaku hari ini Os sempat
muntah 3 kali berupa air dan sisa makanan dan BAB cair sebanyak 1 kali berwarna kuning kecoklatan,
terdapat ampas tanpa lendir maupun darah. Batuk pilek disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu:


- Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
- Riwayat kelainan bawaan lahir disangkal
- Riwayat keterlambatan perkembangan disangkal
2. Riwayat keluarga:
- Tidak diketahui riwayat penyakit serupa di keluarga.

1
Riwayat sosial ekonomi:
- Pasien merupakan anak ke 3 dari tiga bersaudara dan ayah Os seorang pedagang

3. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : sadar penuh
Tanda-tanda vital :
- Nadi : 120 kali/menit
- Suhu : 39,3oC
- Laju pernapasan : 28 kali/menit
Berat badan : 15 kg
Tinggi badan : 91 cm
Status Gizi : Baik
Kepala : Normocephali, deformitas -
Mata : Konjungtiva anemis -/- sklera ikterik -/-, refleks cahaya +/+, pupil isokor 3mm/3mm
Hidung : Septum nasi di tengah, sekret -/-,
Mulut : Mukosa oral basah, faring hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)
Paru :
Pengembangan dada tampak simetris, retraksi sela iga (-) , gerak nafas simetris kanan dan kiri,
Suara nafas vesikular +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung:
Iktus cordis tidak tampak, Bunyi jantung I dan II murni regular, murmur -, gallop -

Abdomen :
Tampak datar, supel, nyeri tekan (-), timpani di seluruh kuadran abdomen, bising usus +
normoperistaltik.

Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik, turgor kulit baik

4. Pemeriksaan Penunjang:
Gula Darah Sewaktu 118 mg/dl
Darah Rutin
Elektrolit
Daftar Pustaka:
1. Pudjiadi AH. Pedoman pelayanan medis IDAI. Jakarta: IDAI, 2009.p150-154
2. Ardi AM. Patofisiologi kejang demam. 2014. Diunduh dari: http://www.e-
jurnal.com/2013/12/patofisiologi-kejang-demam.html
3. American Academy of Pediatrics. Clinical practice guideline-febrile seizures: Guideline for
neurodiagnostics evaluation of the child with simple febrile seizure In Pediatrics Journal.2011.
Diunduh dari: pediatrics.aappublications.org , 17 Juni 2014.
4. Pusponegoro HD. Konsensus penatalaksanaan pada kejang demam. Jakarta: Unit Kerja
Koordinasi Neurologi IDAI 2006.
5. Deliana M. Tatalaksana kejang demam pada anak. Dalam: Sari Pediatri Vol.4, No.2. September
2002.h.59-62.
6. Powell KR. Pathogenesis of fever In Nelson Textbook of Pediatrics, 18th Edition. Philadelphia:
Saunders, 2008. Ch 174.

2
Hasil pembelajaran :
1. Mendiagnosis tipe kejang demam pada anak
2. Tatalaksana awal pasien kejang demam

PEMBAHASAN KASUS

1. Subyektif

Seorang anak usia 2 tahun, datang diantar keluarganya dengan keluhan kejang 30
menit sebelum masuk rumah sakit. Kejang sebanyak 1 kali berlangsug sekitar kurang dari 10
menit. Orang tua Os mengatakan saat kejang mata Os mendelik ke atas lalu seluruh tubuh Os
kaku. Setelah kejang Os terdiam sebentar lalu menangis. Demam dialami Os sejak 12 jam
SMRS dan semakin tinggi. Sempat diberi Paracetamol sirup namun dimuntahkan kembali.
Orang tua Os mengaku hari ini Os sempat muntah 3 kali berupa air dan sisa makanan dan
BAB cair sebanyak 1 kali berwarna kuning kecoklatan, terdapat ampas tanpa lendir maupun
darah. Batuk pilek disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu:


- Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
- Riwayat kelainan bawaan lahir disangkal
- Riwayat keterlambatan perkembangan disangkal
Riwayat keluarga:
- Tidak diketahui riwayat penyakit serupa pada keluarga.
Riwayat sosial ekonomi:
- Pasien merupakan anak ke 3 dari tiga bersaudara, orang tua bekerja sebagai pedagang

2. Obyektif

A. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital :
- Nadi : 120 kali/menit
- Suhu : 39,3C
- Laju pernapasan : 28 kali/menit
Berat badan : 15 kg
Tinggi badan : 91 cm
Status Gizi : Baik
Kepala : Normocephali, deformitas -
Mata : Konjungtiva anemis -/- sklera ikterik -/-, refleks cahaya +/+,
pupil isokor 3mm/3mm
Hidung : Septum nasi di tengah, sekret -/-,

3
Mulut : Mukosa oral lembab
Leher : Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)
Paru : Pengembangan dada tampak simetris, retraksi sela iga (-) ,
gerak nafas simetris kanan dan kiri, Suara nafas vesikular +/+,
Rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung : Iktus cordis tidak tampak, Bunyi jantung I dan II murni
regular, murmur -, gallop -
Abdomen : Tampak datar, supel, nyeri tekan (-), timpani di seluruh
kuadran abdomen, bising usus + normoperistaltik.
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, turgor kulit baik

B. Pemeriksaan Penunjang
Gula Darah Sewaktu: 118
Darah Rutin
Elektrolit

3. Assessment (penalaran klinis) :

Kejang Demam

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal lebih dari 38oC) akibat suatu proses ekstra kranial (tanpa adanya infeksi susunan saraf
pusat). Kejang disertai demam pada bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam
kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami
kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain seperti infeksi SSP, atau epilepsi yang
kebetulan terjadi bersama demam.
Kejang demam sederhana merupakan kejang yang berlangsung kurang dari 15 menit,
bersifat umum serta tidak berulang dalam 24 jam. Dari seluruh kejang demam yang terjadi
sekitar 80% merupakan kejang demam sederhana. Kejang demam disebut kompleks bila
kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau parsial 1 sisi, kejang umum
didahului kejang fokal dan berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Terdapat interaksi 3 faktor yang disinyalir sebagai penyebab kejang demam di
antaranya imaturitas otak dan termoregulator, demam (di mana kebutuhan oksigen
meningkat), dan predisposisi genetik.

Diagnosis
Dari anamnesis perlu ditanyakan mengenai jenis, lama, serta frekuensi, interval
kejang dalam 24 jam, lalu tingkat kesadaran, suhu tubuh sesaat sebelum kejang, keadaan anak
pasca kejang serta perlu digali penyebab dari demam di luar infeksi SSP. Riwayat
perkembangan, riwayat kejang sebelumnya dan epilepsi dalam keluarga, serta untuk
menyingkirkan penyebab kejang lain di luar demam.
Setelah itu pada pemeriksaan fisik pertama kali diperiksa apakah ada penurunan
kesadaran, derajat demam, rengsang meningeal serta pemeriksaan untuk mendeteksi adanya

4
defisit neurologis. Selain itu perlu diperiksa pakah adanya peningkatan tekanan intrakranial,
dan tanda-tanda infeksi di luar SSP.
Selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai dengan indikasi untuk
mencari penyebab demam atau kejang. Pemeriksaan dapat meliputi darah perifer lengkap,
gula darah, elektrolit, urinalisis dan biakan darah, urin, maupun feses. Pemeriksaan
penunjang lainnya di antaranya:

1. Pemeriksaan cairan serebrospinal (LCS)


dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil seringkali
sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi
klinisnya tidak jelas. Namun apabila diyakini secara klinis bukan meningitis, maka
tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. Pungsi lumbal sangat dianjurkan terutama pada
bayi usia kurang dari 12 bulan dan dianjurkan pada usia 12-18 bulan, sedangkan pada
usia di atas 18 bulan tidak rutin dianjurkan.
2. Elektroensefalografi (EEG)
Direkomendasikan pada kejang demam yang tidak khas misalnya kejang demam
kompleks pada anak berusia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.
3. CT-Scan atau MRI kepala
Indikasi pemeriksaan ini ialah apabila terdapat kelainan neurologi fokal yang menetap
(hemiparesis) atau kemungkinan adanya lesi struktural di otak (mikrosefali) dan juga
pada kondisi di mana ditemukan tanda peningkatan TIK (kesadaran menurun, muntah
berulang, UUB menonjol, paresis nervus VI, edema papil.)

Patofisiologi
Infeksi yang terjadi pada jaringan di luar kranial seperti tonsilitis, otitis media akut,
bronkitis penyebab terbanyaknya adalah bakteri yang bersifat toksik. Toksis yang di
hasilkan oleh mikro organisme dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui hematogen maupun
limfogen. Penyebaran toksis ke seluruh tubuh akan direspon oleh hipotalamus dengan
menaikkan pengaturan suhu di hipotalamus sebagai tanda tubuh dalam bahaya secara
sistemik. Naiknya pengaturan suhu di hipotalamus akan merangsang kenaikan suhu di
bagian tubuh yang lain seperti otot, kulit sehingga terjadi peningkatan kontraksi otot.

5
Naiknya suhu di hipotalamus, otot, kulit, dan jaringan tubuh yang lain akan di sertai
pengeluaran mediator kimia sepeti epinefrin dan prostagladin. Pengeluaran mediator kimia
ini dapat merangsang peningkatan potensial aksi pada neuron. Peningkatan potensial inilah
yang merangsang perpindahan ion Natrium, ion Kalium dengan cepat dari luar sel menuju ke
dalam sel. peristiwa inilah yang diduga dapat menaikan fase depolarisasi neuron dengan
cepat sehingga timbul kejang.

Penatalaksanaan
Pengobatan medikamentosa saat kejang sesuai dengan algoritme tatalaksana kejang

6
Saat ini lebih diutamakan pengobatan profilaksis intermiten pada saat demam berupa:
- Antipiretik
Paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari atau Ibuprofen 5-10
mg/kgBB/kali 3-4 kali sehari.
- Anti kejang
Diazzepam oral dengan dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam atau diazepam rektal dosis
0,5mg/kgBB setiap 8 jam pada saat tubuh > 38,5 oC. Efek samping berupa ataksia,
iritabel dan sedasi.
- Pengobatan jangka panjang/rumatan
Hanya diberikan jika kejang demam menunjukkan ciri salah satu dari:
 Kejang lama > 15 menit
 Kelainan neurologi nyata sebelum/sesudah kejang
 Kejang fokal
Dipertimbangkan pengobatan jangka panjang jika:
 Kejang berulang 2 kali/lebih dalam 24 jam

7
 Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
 Kejang demam sebanyak 4 kali atau lebih per tahun
Pengobatan jangka panjang dengan Fenobarbital (dosis 3-4 mg/kgBB/hari dbagi
dosis) atau asam valproat (dosis 15-40 menit mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis).
Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan.

Indikasi Rawat inap adalah kejang demam kompleks, hiperpireksia, usia di bawah 6
bulan, kejang demam pertama kali, terdapat kelainan neurologis.

Prognosis
Faktor risiko berulangnya kejang demam:
- Riwayat kejang demam dalam keluarga
- Usia kurang dari 12 bulan,
- Temperatur yang rendah saat kejang
- Cepatnya kejang setelah demam

Faktor risiko terjadinya epilepsi


- Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama
- Kejang demam kompleks
- Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
Masing-masing faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi sampai 4-6%,
kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10-49%.
Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada
kejang.

PERBANDINGAN DENGAN KASUS

Pasien kasus di atas, pasien adalah pasien anak perempuan, usia 2 tahun dengan
keluhan kejang sebanyak 1 kali selama 10 menit. Kejang terjadi pada seluruh tubuh yang
tampak kaku. Sebelumnya kejang diawali dengan demam tinggi. Dari gejala yang diderita
pasien, mengarah ke diagnosa kejang demam simpleks.

4. Planning:
- Pemasangan O2 2 lpm via nasal canule

8
- Paracetamol supp (15 kg x 15 mg/kgBB) = 225 mg
- Diazepam per rectal 15 kg x 0,5 mg = 7,5 mg
- IVFD Ringer Laktat 20 tetes per menit
Dasar perhitungan:
Kebutuhan maintenance pasien dalam 24 jam:
o 10 kg x 100 cc/kg/24 jam = 1000cc/24 jam
o 5 kg x 50 cc/kg/24 jam = 250cc/24 jam
o (1250 x 20): (24x60)= 17,36 tpm ~18 tpm
- 1 jam post PCT supp suhu axilla 38oC
- Rawat inap, Konsul Sp.A
- Cek DPL, Elektrolit, Urin lengkap

Anda mungkin juga menyukai