Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Penentuan Harga Transfer (Transfer Pricing)

Mata Kuliah Akutansi Manajemen Lanjutan

Dosen Pengampu :

Dr.Dwi Orbanigsih, MM.,Ak

Disusun oleh :

Helmatus Shalihah (16110038)


Siti Ayu Nadiyasari (16110012)
Najmatul laila islamiyah (16110031)
Thoyibah asa syafika (18115003)
Abdul Hafiz Akbar (18115001)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PRODI AKUNTANSI

UNIVERSITAS GAJAYANA MALANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan untuk para
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 22 Oktober 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.1 LATAR BELAKANG


Dalam suatu perusahaan yang organisasinya telah dibagi-bagi menjadi pusat-pusat
laba, transfer barang atau jasa antar pusat laba tersebut menimbulkan masalah penentuan
harga transfer, karena masing-masing pusat laba diukur kinerjanya berdasarkan laba,
sehingga setiap transfer barang atau jasa antar pusat laba akan berdampak terhadap laba
masing - masing pihak yang terkait.
Perusahaan melakukan penetapan harga dengan berbagai cara. Pada perusahaan-perusahaan
kecil biasanya ditetapkan oleh manajemen puncak bukannya oleh bagian
pemasaran.Sedangkan pada perusahaan-perusahaan besar penetapan harga biasanya ditangani
oleh manajer divisi dan lini produk.Bahkan disni manajemen punjak juga menetapkan tujuan
dan kebijakan umum penetapan harga serta serta pemberian persetujuan atas ususlan harga
dari manajemen dibawahnya.
Masalah penentuan Harga Transfer dijumpai dalam perusahaan yang organisasinya
disusun menurut pusat – pusat laba, dan antara pusat laba yang dibentuk terjadi transfer
barang atau jasa. Latar belakang timbulnya masalah harga transfer dapat dihubungkan dengan
proses diferensiasi bisnis dan perluna integrasi dalam organisasi yang telah melakukan
diferensiasi bisnis.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka didapatkan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian penentuan harga trasfer (terperincing)?
2. Apa saja Sasaran Penentuan Harga Transfer?
3. Bagaimana Metode Penentuan Harga Transfer?
4. Bagaimana Prinsip Dasar Harga Trasfer?
5. Bagaimana Situasi Ideal Harga Trasfer?
6. Bagaimana Hambatan-hambatan Dalam Perolehan Sumber Daya (Sourcing) harga
trasfer?
7. Bagaimana Harga Transfer Berdasarkan?
8. Apa Saja Biaya Tetap Dan Laba Upstream?
9. Bagaiama Praktik Bisnis Berdasarkan Harga Trasfer?
10. Bagaimana Penentuan Harga Jasa Perusahaan?
1.3 TUJUAN MAKALAH
Berdasarkan rumusan masalah diatas makalah ini bertujuan untuk menjelaskan kepada
pembaca tentang,
1. Pengertian penentuan harga trasfer (terperincing),
2. Sasaran Penentuan Harga Transfer,
3. Metode Penentuan Harga Transfer,
4. Prinsip Dasar Harga Trasfer,
5. Situasi Ideal Harga Trasfer,
6. Hambatan-hambatan Dalam Perolehan Sumber Daya (Sourcing) harga trasfer,
7. Harga Transfer Berdasarkan,
8. Biaya Tetap Dan Laba Upstream,
9. Praktik Bisnis Berdasarkan Harga Trasfer,
10. Penentuan Harga Jasa Perusahaan,
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penentuan Harga Transfer (Transfer Pricing)

Definisi Harga Transfer :


Arti Sempit:
adalah harga perpindahan barang atau jasa antara dua pusat laba atau lebih.
Arti Luas:
adalah harga perpindahan barang atau jasa yang dipertukarkan antar unit-unit atau antar pusat
pertanggungnjawaban dalam suatu organisasi.

 Tujuan Harga Transfer

Penetuan harga transfer antar pusat laba sangat penting jika :


1. Transaksi transfer barang atau jasa antar pusat laba cukup signifikan,
2. Biaya barang atau jasa yang ditransfer merupakan komponen penting produk akhir,
3. Profitabilitas merupakan pertimbangan penting di dalam penilaian prestasi divisi.

 Sistem Harga Transfer bertujuan :


1. Untuk memberikan informasi relevan pada setiap pusat laba dalam menentukan harga
transfer.
2. Untuk memmotivasi manajer pusat laba pengirim, pusat laba penerima, dan kantor pusat
dalam membuat keputusan yang tepat.
3. Untuk menyajikan laporan laba setiap divisi yang secara layak mengukur prestasi divisi.

2.2 Sasaran Penentuan Harga Transfer

Harga transfer merupakan mekanisme untuk mendistribusikan pendapatan jika dua pusat laba
atau lebih bertanggungjawab bersama atas pengembangan, pembuatan, dan pemasaran suatu
produk sehingga masing-masing harus berbagi pendapatan yang dihasilkan ketika produk
tersebut terjual.
Harga transfer harus dirancang sedemikian rupa supaya dapat mencapai beberapa sasaran
sebagai berikut :
o Memberikan informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk
menentukan penyesuaian yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.
o Menghasilkan keputusan yang bertujuan sama-maksudnya, sistem harus dirancang agar
keputusan yang meningkatkan laba unit usaha juga akan meningkatkan laba
perusahaan.
o Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari tiap unit usaha.
o Sistem harus mudah dimengerti dan dikelola.
2.3 Metode Penentuan Harga Transfer

Istilah “harga transfer” yang digunakan disini adalah nilai yang diberikan kepada suatu
transfer barang dan jasa dalam suatu transaksi dimana setidaknya ada satu pusat laba yang
terlibat didalamnya.Harga semacam ini biasanya melibatkan suatu elemen laba karena sebuah
perusahaan yang independent tidak akan mentransfer barang dan jasa ke perusahaan
independent yang lain sebesar biaya produksi atau lebih rendah dari itu.

2.4 Prinsip Dasar


Prinsip dasarnya adalah bahwa harga transfer harus sama dengan harga yang dipatok
seandainya produk tersebut terjual kepada konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar.Ketika
suatu pusat laba pada sebuah perusahaan membeli produk, dan menjualnya kepada, satu sama
lain, maka dua keputusan yang harus diambil untuk setiap produk adalah :
o Apakah perusahaan harus memproduksi sendiri produk tersebut atau membelinya dari
pemasok luar ? Hal ini memrupakan sourcing decision.
o Jika diproduksi sendiri, pada tingkat harga berapakah produk tersebut ditransfer
diantara pusat-pusat laba ? Hal ini merupakan transfer price decision.
Idealnya, harga transfer harus mengestimasikan harga normal pasar di luar, dengan
penyesuaian untuk biaya yang tidak terjadi di dalam perusahaan. Bahkan ketika
sourcing decision mengalami hambatan, harga pasar merupakan harga transfer yang
paling baik.

2.5 Situasi Ideal


Harga transfer yang berdasarkan harga pasar akan menghasilkan kesamaan tujuan, dan tidak
membutuhkan administrasi pusat jika kondisi-kondisi dibawah ini terpenuhi :
Orang-orang kompeten. Idealnya, para manajer harus memperhatikan kinerja jangka
panjang dari pusat-pusat tanggung jawab mereka, sama seperti dalam jangka
pendeknya. Staf yang terlibat dalam negosiasi dan arbitrase suatu harga transfer juga
harus kompeten.
Atmosfer yang baik. Para manajer harus menjadikan profitabilitas – yang diukur dari
laporan laba rugi – sebagai tujuan yang penting dan suatu pertimbangan yang
signifikan dalam penilaian kinerja mereka. Mereka juga harus dapat menerima bahwa
harga transfer tersebut akurat.
Suatu harga pasar. Harga transfer yang ideal harus berdasarkan harga pasar normal
dan wajar dari produk identik yang ditransfer – maksudnya, harga pasar yang
mencerminkan kondisi yang sama (kuantitas, waktu pengiriman, dan kualitas) dengan
produk yang diberi harga transfer. Harga transfer tersebut dapat diturunkan untuk
mencerminkan penghematan dari penjualan di dalam perusahaan.
Kebebasan memperoleh sumber daya. Alternatif dalam memperoleh sumber daya
haruslah ada, dan para manajer harus diberi wewenang untuk memilih mana yang
paling baik untuk mereka.
Informasi penuh. Para manajer harus mengetahui semua alternatif yang ada, biaya dan
pendapatan yang relevan dari masing-masing alternatif tersebut.
Negosiasi. Harus ada mekanisme kerja yang berjalan lancer dalam melakukan
negosiasi atas “kontrak” diantara unit-unit usaha.

2.6 Hambatan-hambatan Dalam Perolehan Sumber Daya (Sourcing)


Idealnya seorang manajer pembelian bebas mengambil keputusan sourcing. Demikian halnya
dengan manajer penjualan, ia harus bebas untuk menjual produknya ke pasar yang paling
menguntungkan.Akibat-akibat yang terjadi jika para manajer pusat laba tidak memiliki
kebebasan dalam mengambil keputusan sourcing :
 Pasar yang terbatas.
Dalam berbagai perusahaan, pasar bagi pusat laba penjual atau pembeli dapat saja sangat
terbatas. Ada beberapa alasan akan hal ini :
Pertama, keberadaan kapasitas internal dapat membatasi pengembangan penjualan eksternal.
Kedua, jika perusahaan merupakan produsen tunggal dari produk yang terdeferensiasi, tidak
ada sumber daya dari luar.
Ketiga, jika suatu perusahaan telah melakukan investasi yang besar, maka ia cenderung tidak
akan menggunakan sumber daya dari luar kecuali harga jual di luar mendekati biaya variable
perusahaan, dimana hal ini jarang sekali terjadi.

2.7 Harga Transfer Berdasarkan Biaya


Jika harga kompetitif tidak tersedia, maka suatu harga transfer dapat ditentukan berdasarkan
biaya ditambah laba, meskipun harga transfer semacam ini sangat sulit dihitung dan hasilnya
kurang memuaskan dibandingkan dengan harga yang berbasis pasar (marked-based price).
Dua keputusan yang harus dibuat dalam system harga transfer berdasarkan biaya :
1) bagaimana menentukan besarnya biaya, dan
2) bagaimana menghitung markup laba.
 Basis biaya.
Basis yang umum adalah biaya standar. Biaya actual tidak boleh digunakan karena factor
inefisiensi produksi akan terlewatkan bagi pusat laba pembelian. Jika biaya standar yang
digunakan, maka dibutuhkan suatu insentif untuk menetapkan standar yang ketat dan
meningkatkan standar tersebut.
 Markup laba.
Dalam menghitung markup laba, juga terdapat dua keputusan :
1. Apa basis markup laba tersebut,
Basis yang paling mudah digunakan adalah persentase biaya.
Basis yang secara konsep lebih baik adalah persentase investasi, tetapi
menghitung investasi untuk diaplikasikan kepada setiap produk yang dihasilkan
dapat menyebabkan permasalahan teknis.
2. Tingkat laba yang diperbolehkan.
Problem yang kedua dalam penyisihan laba adalah besarnya jumlah laba. Persepsi
manajemen senior atas kinerja keuangan dari suatu pusat laba akan dipengaruhi oleh
laba yang ditunjukkannya. Konsekuensi, kemungkinan penyisihan laba harus dapat
memperkirakan tingkat pengembalian (rate of return) yang akan dihasilkan
seandainya unit usaha tersebut merupakan perusahaan independent yang menjual
3. produknya kepada konsumen luar.
Solusi konseptual adalah dengan membuat penyisihan laba yang berdasarkan investasi
yang dibutuhkan untuk memenuhi volume yang diminta oleh pusat laba pembelian.
Nilai investasi tersebut dihitung pada level “standar”, dengan asset dan persediaan
pada tingkat biaya penggantian (replacement cost).

2.8 Biaya Tetap dan laba Upstream


Penetapan harga transfer dapat menimbulkan permasalahan yang cukup serius dalam
suatu perusahaan yang terintegrasi. Pusat laba yang pada akhirnya menjual produk
kepada pihak luar mungkin tidak menyadari adanya jumlah biaya tetap dan laba
upstream yang terkandung di dalam harga pembelian internal.
Metode-metode yang digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
cara-cara yang digambarkan di bawah ini :
o Persetujuan diantara unit-unit usaha.
Beberapa perusahaan membuat mekanisme formal dimana wakil-wakil dari uit-
unit pembelian dan penjualan bertemu secara berkala untuk memutuskan harga
penjualan kepada pihak luar dan pembagian laba untuk produk-produk dengan
biaya tetap dan laba upstream yang signifikan.
o Dua langkah penentuan harga
Cara lain adalah dengan membuat suatu harga transfer yang meliputi dua jenis
biaya :
1. untuk setiap unit yang terjual, pembebanan biaya dibuat sama dengan
biaya variable standar dari produksi.
2. Pembebanan biaya yang berkala (biasanya setiap bulan) dibuat sama
dengan biaya tetap yang berhubungan dengan fasilitas yang disediakan
untuk unit pembeli.
3. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menerapkan metode
penentuan harga dua langkah (two-step pricing method) :
4. Pembebanan biaya per bulan untuk biaya tetap dan laba harus
dinegosiasikan secara berkala dan akan tergantung dari kapasitas yang
digunakan oleh unit pembeli.
5. Pertanyaan mungkin akan timbul mengenai keakuratan alokasi investasi
dan biaya.
6. Dengan system penentuan harga ini, inerja laba dari unit produksi tidak
dipengaruhi volume penjualan dari unit yang terakhir. Hal ini
memecahkan masalah yang muncul ketika usaha pemasaran oleh unit
usaha yang lain mempengaruhi kinerja laba dari unit produksi murni.
7. Mungkin terdapat konflik antara kepentingan dari unit produksi dengan
kepentingan perusahaan.(Kelemahan ini diatasi dengan menentukan
bahwa unit pemasaran memiliki prioritas utama dalam menggunakan
kapasitas yang terbatas)
8. Metode ini mirip dengan penentuan harga “take or pay” yang sering
digunakan oleh perusahaan-perusahaan sarana umum, saluran pipa, dan
batubara, dan dalam kontrak jangka panjang.
9. Pembagian laba
Jika system penentuan harga dua langkah tidak feasible, sistem
pembagian laba (profir sharing) dapat digunakan untuk memastikan
kesamaan antara kepentingan unit usaha dan perusahaan.
Sistem tersebut beroperasi dengan cara sebagai berikut :

1) Produk tersebut ditransfer ke unit pemasaran pada biaya variable


standar.
2) Setelah produk tersebut terjual, unit-unit usaha membagi kontribusi
yang dihasilkan, dimana perhitungannya adalah harga penjualan
dikurangi biaya variable produksi dan pemasaran.
Melaksanakan system pembagian laba semacam ini akan menimbulkan
beberapa masalah teknis :
1) mungkin saja terdapat argument-argumen mengenai cara pembagian
kontribusi diantara dua pusat laba, dan manajemen senior akan turun
tangan untuk menangani masalah ini.Hal ini membuang biaya, waktu
dan bekerja secara berlawanan dengan alas an dasar dari desntralisasi,
yaitu otonomi para manajer unit usaha.
2) Membagi rata laba diantara pusat laba tidak memberikan informasi
yang tepat mengenai profitabilitas masing-masing pusat laba.
3) Karena kontribusi yang ada tidak akan dialoksikan sampai penjualan
selesai dilakukan, maka kontribusi unit produksi tergantung pada
kemampuan unit pemasaran untuk menjual seharga harga penjualan
aktual. Unit produksi mungkin merasa diperlakukan dengan tidak adail
dalam situasi ini.

Dua bentuk harga


Dalam metode ini, pendapatan unit produksi akan dikreditkan pada saat harga jual di luar dan
unit pembelian dibebankan biaya sebesar total biaya standar.
Beberapa kelamahan penggunaan sistem ini adalah :
1) jumlah laba unit usaha akan lebih besar dari laba perusahaan secara keseluruhan.
2) Sistem ini menciptakan suatu ilusi bahwa unit usaha akan menghasilkan uang, sementara
pada kenyataannya perusahaan secara keseluruhan mengalami kerugian karena debit ke
kantor pusat.
3) Sistem ii dapat memicu unit usaha hanya berkonsentrasi pada transfer internal dimana
mereka terpana pada markup yang bagus pada biaya penjualan ke luar.
4) Terdapat tambahan pembukuan yang terlibat dalam pendebitan akun kantor pusat setiap
kali ada transfer dan kemudian mengeliminasi akun ini ketika laporan keuangan unit usaha
dikonsolidasi.
5) Fakta bahwa ada konflik diantaraa unit-unit bisnis akan membuat sistem ini terlihat lemah.
Dengan metode dua bentuk harga, konflik-konflik ini dapat dikurangi sehingga tidak
meghadapkan manajemen pada permasalahan seperti ini.
a. Penentuan Harga Jasa Perusahaan
Beberapa masalah yang berhubungan dengan pembebanan unit usaha dengan jasa-jasa
yang diberikan oleh unit staf perusahaan akan digambarkan dalam bagian ini.

b. Pengendalian atas Jumlah Jasa


Manajer unit usaha mungkin diharuskan untuk menggunakan staf perusahaan yang
tidak dapat dikendalikan efisiensi kinerjanya ( teknologi informasi dan riset &
pengembangan) tetapi dia tapi dapat mengendalikan jumlah jasa yang diterimanya.
Ada tiga teori pemikiran mengenai jasa-jasa seperti ini :
 Teori pertama menyatakan bahwa sebuah unit usaha harus membayar biaya
variable standar dari jasa yang diberikan.
 Teori kedua menyarankan harga yang sama dengan biaya variable standar
ditambah porsi yang cukup memadai atas biaya tetap standar – yaitu biaya
penuh (full cost).
 Teori pemikiran yang ketiga menyarankan suatu harga yang sama dengan
harga pasar, atau biaya penuh standar (standard full cost) ditambah dengan
margin labanya.
c. Pilihan Penggunaan Jasa
Dalam beberapa kasus, pihak manajemen mungkin memutuskan bahwa unit-unit
usaha dapat memilih apakah akan menggunkan unit servis sentral atau tidak. Unit-unit
bisnis dapat memperoleh jasa tersebut dari pihak luar, mengembangkan kemampuan
mereka, atau memilih untuk tidak menggunakan jasa ini sama sekali.
d. Kesederhanan dari Mekanisme Harga
Harga yang dibebankan untuk servis perusahaan tidak akan mencapai tujuan kecuali
metode dalam menghitungnya dapat dimengerti dan dipahami dengan cukup mudah
oleh para manajer unit usaha.

2.9 PRAKTIK BISNIS


Masalah yang berkaitan dengan pembebanan unit usaha atas jasa-jasa yang disediakan
oleh unit staf korporat. Jika seluruh biaya ini dibebankan, maka itu semua biaya tersebut akan
dialpkasikan, dah alokasi tidak memasukkan kom lonen laba. Terdapat dua jenis transfer:
Untuk jasa pusat yang harus diterima oleh unit penerima di mana unit penerima dapat
mengendalikan jumlah yang digunakan paling tidak secara parsial. Untuk jasa pusat yang
dapat diputuskan oleh unit usaha apakah akan digunakannya atau tidak.

2.10 Penentuan harga jasa perusahaan

Kita semua tahu bahwa hal yang terpenting dalam jasa adalah penentuan harga (pricing)
karena hal ini terkait dengan penghasilan yang akan kita terima nantinya. Karena penentuan harga
ini sangat penting, sehingga harus dibuat menjadi suatu strategi. Juga dikatakan penting karena itu
penentuan harga ini karena menyangkut kelangsungan usaha.

Penetapan harga tidak boleh tidak mempunyai dasar, karena punya dampak terhadap banyak hal,
seperti pemasok, distributor, pelanggan, pesaing dan sebagainya. Sehingga kebanyakan usaha jasa
mempunyai trategi yang beragam seperti menerapkan strategi penetapan harga dengan biaya
murah, mengurangi biaya operasional, dan sebagainya. Namun hal yang penting dalam penentuan
harga ini, harus punya dasar dan konsisten karena penentuan harga ini termasuk dalam bauran
pemasaran (marketing mix).

Tujuan Penentuan Harga


Adrian Payne dalam buku Manajemen Pemasaran Jasa, Rambat Lupiyoadi (2016: 138) mengatakan
metode penentuan harga harus dimulai dengan pertimbangan atas tujuan penentuan harga itu
sendiri, adapun tujuan menurut Adrian sebagai berikut:
1. Bertahan
2. Memaksimalkan Laba
3. Memaksimalkan Penjualan
4. Prestise
5. Return on Investment (ROI)

Rambat Lupiyoadi juga mengatakan ada faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan harga, sebagai
berikut:
1. Elastisitas Permintaan
2. Struktur Biaya
3. Persaingan
4. Penentuan Posisi dari jasa yang ditawarkan
5. Sasaran yang ingin dicapai perusahaan
6. Daur hidup jasa
7. Sumber daya yang dipergunakan
8. Kondisi ekonomi

Pengendalian atas jumlah jasa?


Pilihan pengunaan jasa?
Kesederhanaan dari mekanisme harga?

Administrasi Harga Transfer


* Negosiasi
Pada sebagian besar perusahaan, unit-unit usaha menegosiasikan harga transfer satu sama
lain; maksudnya, harga transfer yang tidak ditentukan oleh kelompok staf sentral.
Alasan yang paling penting untuk hal ini adalah kepercayaan bahwa dengan membuat suatu
harga jual dan menentukan harga pembelian yang paling cocok merupakan salah satu fungsi
utama dari manajemen lini.
Alasan lain bagi unit usaha untuk menegosiasikan harga mereka adalah bahwa mereka
biasanya memiliki informasi yang paling tepat mengenai pasar-pasar dan biaya-biaya yang
ada, sehingga mereka merupakan pihak yang paling mungkin untuk memberikan harga yang
pantas.
* Arbitrase dan Penyelesaian Konflik
Bagaimanapun rincinya peraturan penentuan harga (pricing rule), mungkin tidak ada kasus
dimana unit-unit usaha tidak setuju pada harga tertentu. Untuk alasan tersebut, suatu prosedur
harus dibuat untuk menengahi pertikaian harga transfer.
Terdapat tingkat formalitas yang luas dalam arbitrase harga transfer.
Kemungkinan ekstremnya akan dibentuk suatu komite yang memiliki tiga tanggungjawab,
yaitu :
(1) menyelesaikan pertikaian harga transfer,
(2) meninjau alternative sourcing yang mungkin ada, dan
(3) mengubah peraturan harga transfer bila perlu.
Arbitrase dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Dengan sistem yang formal, kedua pihak menyerahkan kasus secara tertulis kepada pihak
penengah / pendamai (arbitrator).
Selain tingkat formalitas arbitrase, jenis proses penyelesaian konflik yang digunakan juga
mempengaruhi keefektifan suatu system harga transfer.
Terdapat empat cara untuk menyelesaikan konflik :
- memaksa (forcingi)
- membujuk (smoothing)
- menawarkan (bargaining)
- pemecahan masalah (problem solving)

* Klasifikasi Produk
Luas dan formalitas dari sourcing dan peraturan penentuan harga transfer tergantung pada
banyaknya jumlah transfer dalam perusahaan dan ketersediaan pasar dan harga pasar. Makin
besar jumlah transfer dan ketersediaan harga pasar, makin formal dan spesifik peratutran
yang ada.
Beberapa perusahaan membagi produknya kedalam dua kelas :
Sourcing untuk produk kelas I dapat diubah hanya dengan izin dari manajemen pusat.
Sourcing untuk produk kelas II ditentukan oleh unit-unit usaha yang terlibat.
Dengan perjanjian semacam ini, pihak manajemen dapat berkonsentrasi pada sourcing dan
pricing atas sejumlah kecil produk-produk bervolume besar.

BEBERAPA PERTIMBANGA TEORITIS

Ada beberapa pertimbangan akan model harga transfer teoritis. Model model ini dibagi
menjadi 3 jenis :

Model Ekonomi

Model ekonomi klasik pertama kali ditemukan oleh Jack Hirschleifer dalam sebuah artikel tahun
1956. Profesor Hirschleifer mengembangkan serangkaian pendapatan marginal, biaya marginal dan
kurva permintaan untuk transfer produk menengah atau madya dari satu unit usaha ke yang lainnya. Ia
menggunakan kurva-kurva ini untuk mendapatkan harga transfer, dengan berbagai asumsi ekonomi,
yang akan mengoptimalkan total laba dari dua unit usaha.
Kesulitan dari model ini adalah bahwa model tersebut hanya dapat digunakan ketika beberapa kondisi
khusus terpenuhi, kita harus dapat mengestimasi kurva permintaan untuk produk madya, kondisi-
kondisi yang diasumsikan harus tetaap stabil, dan mungkin tidak ada alternatif untuk penggunaan
fasilitas untuk pembuatan produk madya tersebut. Model ini juga mengansumsikan bahwa harga
transfer akan dipengaruhi oleh staff pusat, dan menyangkal pentingnya negosiasi pada unit-unit usaha.

Model Program Linier

Model program linier adalah model yang berdasarkan pendekatan opportunity cost. Model ini juga
mengombinasikan hambatan-hambatan kapasitas. Jika harga transfer yang andal dapat dihitung, maka
model ini akan berguna dalam menentukan harga transfer. Meskipun demikian, model ini dapat
dikelola, bahkan dalam komputerpun, harus banyak asumsi yang mempermudah untuk
menjalankannya. Diasumsikan kurva permintaan telah diketahui, bahwa ia tetap serta fungsi dari
biayanya adalah linier dan menggunakan alternatif atas fasilitas dan profitabilitas dapat diestimasi
terlebih dahulu.

Nilai Shapley

Sedikit pandangan teoritis yang menyarankan penggunaan nilai shapley sebagai harga transfer. Nilai
shapley dikembangkan pada tahun 1953 oleh L.S. shapley sebagai metode pembagian laba dari koalisi
perusahaan atau individu diantara anggota-anggota individu didalamnya dengan proporsi kontribusi
yang dibuat. Nilai shapley biasanya digunakan untuk memberikan solusi yang sama bagi masalah
yang muncul dalam teori permainan (Theory Of Games). Meskipun metode ini telah dijelaskan dalam
literatur selama bertahun tahun, sedikit aplikasi praktis yang dilaporkan. Sebagian alasan untuk hal ini
adalah bahwa proses perhutungannya sangat panjang kecuali hanya sedikit produk yang terlibat dalam
transfer yang ada. Alasannya lainnya adalah bahwa banyak orang yang telah mempelajari metode
shapley yang tidak percaya bahwa banyak asumsi yang mendasari dapat digunakan untuk masalah
penentuan harga transfer.

http://www.kampusbekasi.com/2017/05/strategi-penentuan-harga-jasa-riduan.html

http://nariyaandi.blogspot.com/2011/05/penentuan-harga-transfer-transfer.html

http://www.academia.edu/28859529/82945815-Harga-transfer-dan-sistem-pengendalian-
manajemen-pada-perusahaan-MNC.docx

Anda mungkin juga menyukai