Pada prinsipnya pengaturan alat pada waterpass sama dengan pengaturan alat pada theodolit.
Adapun caranya adalah sebagai berikut :
1. Injak sepatu statip agar melesak dalam tanah (jika di atas tanah), tinggi statip disesuaikan
dengan orang yang akan membidik dan permukaan kepala statip diusahakan relatif datar.
5. Sejajarkan teropong dengan dua buah sekrup A dan B (kadudukan I), kemudian sekrup
diputar searah (jika masuk, masuk semua; jika keluar, keluar semua) sambil dilihat
kedudukan gelembung nivo tabung agar tepat di tengah-tengah skala nivo.
6. Putar teropong searah jarum jam hingga kedudukannya tegak lurus terhadap dua sekrup A,
B (kedudukan II), kemudian putar sekrup C (tanpa memutar sekrup A, B) masuk atau keluar
sambil dilihat kedudukan gelembung nivo kotak agar tepat di tengah-tengah skala nivo.
Langkah untuk memperoleh data di lapangan dilakukan dengan cara yang sama seperti pada
alat theodolit. Agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan dalam pengukuran di lapangan, maka
langkah-langkah tersebut di atas harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga ketiga
syarat berikut dapat terpenuhi, yaitu :
1. Sumbu I vertikal.
Pengukuran sipat datar profil banyak digunakan dalam perencanaan suatu wilayah.
Pengukuran ini terbagi menjadi dua macam, yaitu profil memanjang dan profil melintang.
Dengan pengukuran profil ini, banyak manfaat yang bisa diperoleh dari data yang dihasilkan
karena beda tinggi di setiap bagian di wilayah tersebut dapat diketahui. Informasi mengenai
beda tinggi sangat berguna dalam cut danfill suatu permukaan tanah yang tidak rata,
misalnya saja dalam pengerjaan jalan raya atau jalur kereta api.
Mengingat begitu besarnya manfaat sipat datar profil, maka pengukuran ini mutlak harus
dikuasai oleh surveyor ataupun mahasiswa teknik Geomatika. Salah satu cara untuk
menguasai pengukuran sipat datar profil adalah dengan pelaksanaan praktikum secara
sungguh-sungguh atau dengan memperbanyak jam terbang pengukuran.
Fungsi dari pengukuran beda tinggi ini, antara lain :
a) Merancang jalan raya, jalan baja, dan saluran-saluran yang mempunyai garis gradien
paling sesuai dengan topografi yang ada.
b) Merencanakan proyek-proyek konsruksi menurut evaluasi terencana.
c) Menghitung volume pekerjaan tanah.
d) Menyelidiki ciri-ciri aliran di suatu wilayah.
e) Mengembangkan peta-peta yang menunjukkan bentuk tanah secara umum.
Digunakan untuk mementukan ketinggian titik-titik yang menyebar dengan kerapatan tertentu
untuk membuat garis-garis ketinggian (kontur).
1. Pengukuran sipat datar resiprokal (reciprocal levelling)
Adalah pengukuran sipat datar dimana alat sipat datar tidak dapat ditempatkan antara dua
station. Misalnya pengukuran sipat datar menyeberangi sungai/lembah yang lebar.
2. Pengukuran sipat datar teliti (precise levelling)
Adalah pengukuran sipat datar yang menggunakan aturan serta peralatan sipat datar teliti.
Prosedur Lapangan Menggunakan Waterpass
Operasi sifat datar membutuhkan kerja sama dari dua petugas, yaitu pemegang alat dan
pemegang rambu ukur pada saat pembacaan demi dicapainya hasil yang konsisten. Ketepatan
survey tergantung dari ketelitian membuat garis bidik horizontal, kemampuan pemegang
rambu ukur dalam memegang rambu ukur secara vertical, dan presisi rambu ukur yang
dibaca. Ketepatan alat yang memakai nivo gelembung gas juga harus memperhatikan
penyetelan tabung nivo dan presisi sejajar suatu nivo dan garis bidik. Tidak boleh terjadi
penurunan alat di antara waktu bidik belakang dan bidik muka pada stasiun alat. (Wirshing,
1995)
Pengoperasian Alat
Waterpass harus disetel sebelum memulai operasi sifat datar. Setelah alat disetel, operasi
waterpass terdiri dari memasang, mendatarkan, dan melakukan pembacaan sampai ketepatan
tertentu. Pembacaan terdiri dari penentuan posisi dimana salib sumbu tampak memotong
rambu ukur dan mencatat hasil pembacaan tersebut. Tiap alat yang dipasang memerlukan
satu pembacaan bidik belakang untuk menetapkan tinggi alat dan paling sedikit satu
pembacaan bidik muka untuk menentukan elevasi titik di sebelah muka ( sebuah titik stasiun
atau elevasi ). Pembacaan halus biasanya sampai 0,01 ft kecuali digunakan target pada rambu
ukur. Target tunggal yang dibaca dapat menimbulkan kesalahan tak sengaja. Tambahan bidik
muka dapat dilakukan terhadap titik-titik lain yang dsapat dilihat dari tempat alat dipasang
apabila elevasi titik-titiki ini juga diperlukan. Tergantung pada tipe survei dan alat yang
dipakai, baik benang tengah, semua ketiga benang salib sumbu, atau cara dengan mikrometer
dapat digunakan untuk melakukan pembacaan. (Wirshing, 1995)
Pengukuran Sipat Datar Memanjang
Sipat datar memanjang adalah suatu pengukuran yang bertujuan unutk mengetahui ketinggian
titik-titik sepanjang jalur pengukuran dan pada umumnya digunakan sebagai kerangka
vertikal bagi suatu daerah pemetaan. Sipat datar memanjang terbagi menjadi sipat datar
terbuka dan tertutup.
Cara pengukuran:
1. Letakkan rambu ukur di titik A dan B.
2. Letakkan alat antara titik A dan titik B (usahakan jarak antara alat dengan titik A maupun
titik B sama).
3. Baca Rambu A (BA, BT, BB). Hitung koreksi dengan cara BT=(BA+BB):2
4. Baca rambu B (BA, BT, BB). Hitung koreksi dengan cara BT=(BA+BB):2
5. Koreksi maksimum 2mm.
6. Hitung beda tinggi dengan mengurangi BT muka dan BT belakang.
7. Hitung jarak alat dengan titik A
dA=(BA A – BB A)x100
8. Hitung jarak alat dengan titik B
dB=(BA B – BB B)x100
9. Hitung jarak AB=dA+dB
10. Pada slag berikutnya, rambu A menjadi bacaan muka dan sebaliknya, rambu B menjadi
bacaan belakang
Adapun yang perlu diperhatikan dalam pengukuran ini adalah:
a. Usahakan jarak antara titik dengan alat sama.
b. Seksi dibagi dalam jumlah yang genap.
c. Baca rambu belakang, baru kemudian dibaca rambu muka.
d. Diukur pulang pergi dalam waktu satu hari.
e. Jumlah jarak muka=jumlah jarak belakang.
f. Jarak alat ke rambu maksimum 75 m.
Metode sipat darat adalah proses penentuan ketinggian dari sejumlah titik atau pengukuran
perbedaan elevasi. Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan tinggi di atas air laut ke suatu
titik tertentu sepanjang garis vertikal. Perbedaan tinggi antara titi-titik akan dapat ditentukan
dengan garis sumbu pada pesawat yang ditunjukkan pada rambu vertikan. Tujuan dari
pengukuran penyipat datar adalah mencari beda tinggi antara dua titik yang diukur. Misalnya
bumi, bumi mempunyai permukaan ketinggian yang tidak sama atau mempunyai selisih
tinggi. Apabila selisih tinggi dari dua buah titik dapat diketahui maka tinggi titik kedua dan
seterusnya dapat dihitung setelah titik pertama diketahui tingginya.
Sebelum digunakan alat sipat datar mempunyai syarat yaitu : garis bidik harus sejajar dengan
garis jurusan nivo. Dalam keadaan di atas, apabila gelembung nivo tabung berada di tengah
garis bidik akan mendatar. Oleh sebab itu, gelembung nivo tabung harus di tengah setiap kali
akan membaca skala rambu.
1. Station, merupakan titik dimana rambu ukur ditegakan, bukan tempat alat sipat datar
ditempatkan. Tetapi pada pengukuran horizontal, stasion adalah titik tempat berdiri alat.
2. Tinggi alat, adalah tinggi garis bidik di atas tanah dimana alat sipat datar didirikan.
3. Tinggi garis bidik, adalah tinggi garis bidik di atas bidang referensi ketinggian
(permukaan air laut rata-rata)
4. Pengukuran ke belakang, adalah pengukuran ke rambu yang ditegakan di station yang
diketahui ketinggiannya, maksudnya untuk mengetahui tingginya garis bidik. Rambunya
disebut rambu belakang.
5. Pengukruan ke muka, adalah pengukuran ke rambu yang ditegakan di station yang
diketahui ketinggiannya, maksudnya untuk mengetahui tingginya garis bidik. Rambu di sebut
rambu muka.
6. Titik putar (turning point), adalah station dimana pengukuran ke belakang dan ke muka
dilakukan pada rambu yang ditegakan di station tersebut.
Mendirikan waterpass di antara dua titik target merupakan pekerjaan yang sering dijumpai
dilapangan. Penempatan waterpass di antara dua titik target ini tidak perlu segaris dengan
kedua titik tersebut, yang penting jarak diantara waterpass dan titik-titik tersebut diusahakan
sama atau hampir sama panjangnya. Dalam aplikasi sesungguhnya jarak-jarak antara titik-
titik tersebut panjangnya tidak diukur (secara optis) dengan alat waterpas, tetapi diukur
dengan alat ukur jarak langsung (misalnya pita ukur, EDM dan lainnya). Pengukuran jarak
secara optis dengan alatwaterpas ini digunakan untuk membandingkan dengan hasil
yangdiperoleh dari pengukuran jarak langsung tersebut ataupun untukmengecek bacaan
benang tengahnya, apakah telah memenuhi ketentuan bahwa bt = ½ (ba + bb) Satu
kedudukan waterpas di antara dua titik target yang ditegakkan rambu ukur disebut slag,
pengukuran dalam satu hari terdiri dari beberapa slag yang dikenal dengan istilah seksi,
sedangkan trayek adalah panjang pengukuran dari beberapa seksi, yang merupakan panjang
dari satupekerjaan projek.
1. Siapkan alat ukur waterpass di atas kaki tiga, dan siapkan pula alat tulis untuk mencatat
hasil pengukuran
2. Buka kaki tiga dari pengunci
3. Berdirikan dan dalam keadaan tidak terkunci tinggikan sampai kira-kira sebatas dada,
kemudian kuncikan kembali
4. Renggangkan ketiga kakinya membentuk segitiga sama sisi dengan jarak antar kaki
sekitar 60 cm dan kepala kaki tiga dalam keadaan mendatar
5. Keluarkan alat ukur dari tempatnya, kemudian pasang di atas kepala kaki tiga yang sudah
disiapkan tadi, pasang skrup yang ada di kepada kaki tifa pada lubang yang ada di bagian
bawah alat ukur cukup kuat agar antara kaki tiga dan alat betul-betul menjadi satu kesatuan.
Lalu injak alat injakan yang ada di kaki tiga
6. Atur teropong sejajar dengan dua buah skrup pendatar
7. Putar kedua skup pendatar ke atas atau kebawah secara bersamaan dan skrup ketiga
sebagai pengatur sampingan, sampai gelembung nivo tepat ditengah kotak
8. Untuk memenuhi syarat garis bidik sejajar garis nivo, atur gelembung nivo tabungnya
agar tepat ada ditengah dengan menggunakan skrup pengatur nivo tabung
9. Arahkan tropong ke sasaran, berupa rambu ukur yang didirikan tegak diatas titik
pengukuran
10. Cek benang diafragma terlihat atau tidak. Bila tidak terlihat putar-putar skrup pemokus
difragma sampai benang diafragma tersebut terlihat jelas
11. Tentukan dua titik A dan B
12. Bagi panjang PQ dalam beberapa slag
13. Baca benang tengah di tiap slag, dengan menganggap bacaan bt yang berlawanan dengan
arah pengukuran menjadi arah belakang (b), yang searah menjadi arah muka (m) dan catat
pada lembar kerja. Hitung beda tinggi tiap-tiap slag