Anda di halaman 1dari 158

Analis Kesehatan 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktek Kerja Industri merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan bagi para siswa, yang memadukan antara pendidikan
di Sekolah dengan pendidikan di Dunia Industri yang diperoleh dengan
melakukan praktek kerja secara langsung dan terarah untuk menambah keahlian
tertentu.
Sesuai dengan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan bahwa lulusan SMK
diharapkan menjadi siswa yang siap pakai di masyarakat. Di dalam kurikulum
sekolah ditetapkan bahwa untuk mewujudkan program tersebut para siswa
diharuskan mengikuti dan melaksanakan prakerin antara lain : Ketentuan
Kurikulum SMK, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan berdasarkan
pendekatan pendidikan dan pelatihan berdasarkan pendekatan Pendidikan
Sistem Ganda, Visi dan Misi SMK.
Pengetahuan dan keterampilan yang menjurus pada satu bidang pekerjaan
yang diperoleh melalui pendidikan kejuruan, secara khusus
memerlukan media yang bersifat melatih penerapannya dan memperjelas
fungsi yang sebenarnya. Hal ini berkaitan dengan tuntutan agar secara
langsung dapat menerapkan teori-teori dan pratik-praktik yang telah
dikuasai sebagai pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi orang
banyak. Pengetahuan dan keterampilan analis kesehatan merupakan
salah satu bidang ilmu yang pendidikannya memerlukan pendekatan
pada fungsi sesungguhnya di tengah masyarakat. Pelaksanaan praktek
tidak terbatas pada praktik laboratorium saja tetapi juga praktik
pengenalan lingkungan kerja yang sesungguhnya.
Analis Kesehatan 2

1.2 Dasar Penulisan


1. Untuk mengembangkan dan berbagi ilmu yang telah di dapat di RS. Harum
Sisma Medika dalam bentuk tulisan.
2. Untuk menyelesaikan tugas prakerin dan syarat untuk mengikuti Uji
Kompetensi.
3. Untuk memberikan informasi tentang RS. Harum Sisma Medika.
1.3 Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud
Laporan ini dibuat agar kami (penulis) dapat mengikuti Ujian Akhir
Semester (UAS) dan Ujian Akhir Nasional (UAN) dan sebagai bukti
bahwa siswa telah melaksanakan dan menyelesaikan kegiatan Pratek
Kerja Industri (PRAKERIN) di RS. HARUM SISMA MEDIKA.
1.3.2 Tujuan
1. Untuk mengenal dan mengetahui jenis pemeriksaan laboratorium
yang tidak terdapat di sekolah tetapi terdapat di Rumah Sakit.
2. Untuk lebih mengetahui metode pemeriksaan yang digunakan di
laboratorium rumah sakit.
3. Untuk lebih memahami tahap-tahap pra analisis, analisis dan pasca
analisis dengan berkomunikasi secara langsung dengan pasien atau
petugas lain.
4. Untuk menambah dan memperluas pengetahuan tentang metode,
cara kerja dan interpretasi hasil yang terdapat di laboratorium.
1.4 Manfaat Kegiatan
1. Dapat mengetahui gambaran umum laboratorium yang terdapat di Rumah
Sakit.
2. Dapat mengetahui metode dan cara kerja yang terdapat di laboratorium
Rumah Sakit.
3. Dapat melatih tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dikerjakan.
Analis Kesehatan 3

BAB 2

PANDANGAN UMUM

RUMAH SAKIT HARUM SISMA MEDIKA

Gambar 2.1 Rumah sakit Harum Sisma Medika

2.1 Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Harum Sisma Medika


Awal berdirinya Rumah Sakit Harum Sisma Medika dimulai pada
tahun 1987 yang merupakan bagian dari PT. Sismadi Mancorpindo, yaitu
perusahan swasta murni yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan
yang dimiliki oleh keluarga Dr. Simardi Partodimulyo, MBA. Dalam
operasionalnya Rumah Sakit Harum Sisma Medika dibiayai dari sumber dana
pribadi dan pinjaman dari bank. Pada awal didirikannya Rumah Sakit Harum
Sisma Medika hanya teridir dari 8 ruangan poliklinik sederhana dan 38
tempat tidur. Kemudian dengan meningkatnya tuntutan masyarakat akan
pelayanan kesehatan, maka pada tahun 1996 dilakukan perluasan bangunan
dan penambahan peralatan Rumah Sakit disesuaikan dengan kemajuan
teknologi dan tuntutat profesional kerja.
Secara keseluruhan fasilitas pelayanan Rumah Sakit Harum Sisma
Medika meliputi rawat jalan, rawat inap, UGD (Unit Gawat Darurat), HCU
(High Care unit), kamar operasi, kamar mayat, poliklinik umum, poliklinik
gigi, poliklinik spesialis (mata, THT, jantung, onkologi, bedah mulut), serta
penunjang diagnosa seperti instanlasi farmasi (apotik), laboratorium, rontgen,
fisioterapi dan rehabilitasi medik.
Analis Kesehatan 4

Pada tahun 1999 dan 2003 Rumah Sakit Harum Sisma Medika telah
terakreditasi tingkat dasar untuk 5 bidang pelayanan yaitu, administrasi,
pelayanan medik, perawatan, UGD dan medical record. Pada tahun 2004
Rumah Sakit Harum Sisma Medika menambah kapasitas tempat tidur
menjadi 84 tempat tidur dan pada tahun 2006 kapasitas tempat tidur
bertambah lagi menjadi 97 tempat tidur yang terbagi menjadi 4 paviliun
antara lain, paviliun mawar, anggrek, anyelir dan arum ndalu.
Pada tahun 2008 Rumah Sakit Harum Sisma Medika menambah
fasilitas pelayanan berupa pemeriksaan CT Scan dan klinik tumbuh kembang
anak.
2.2 Organisasi dan Tata Laksana
2.2.1 Organisasi
Berdasarkan SK No. 3/SK/YH/VI/2002 struktur organisasi ini
ditetapkan oleh ketua Yayasan Harum yaitu Dr. H. Sismadi
Partodimulyo, MBA di Jakarta pada tanggal 1 juni 2002.
Sumber Daya Manusia RS. Harum Sisma Medika terdiri dari :
 Direktur : 1 orang
 Wakil Direktur : 2 orang
 Personalia : 3 orang
 Operator : 2 orang
 Penunjang Rumah Sakit : 1 orang
 Logistik : 2 orang
 Marketing dan Humas : 5 orang
 Akutansi : 8 orang
 FO dan Administrasi : 21 orang
 P2D & MR : 10 orang
 Petugas Dapur : 23 orang
 Petugas Teknisi : 7 orang
 Driver : 5 orang
 Kurir : 4 orang
 Rumah Tangga : 3 orang
 Satpam : 14 orang
Analis Kesehatan 5

 Dokter Karyawan : 3 orang


 Suster Kontrol : 4 orang
 Ahli Gizi : 2 orang
 Petugas Apotek : 28 orang
 Laboratorium : 10 orang
 Fisioterapi : 2 orang
 Radiologi : 6 orang

Para Medis terdiri dari :

 Bidan : 13 orang
 OK : 11 orang
 HCU : 11 orang
 Poliklinik : 12 orang
 Ruang Perawatan Mawar : 21 orang
 Ruang Perawatan Anyelir : 15 orang
 Ruang Perawatan Anggrek : 14 orang
 Ruang Perawatan Arum Ndalu : 12 orang
 UGD : 11 orang
2.3 Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit
2.3.1 Visi
Pusat rujukan alternative bidang pelayanan kesehatan bagi masyarakat
Jakarta Timur dan sekitarnya.
2.3.2 Misi
1. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang holistic berdasarkan standar
profesi.
2. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau pada
masyarakat.
2.3.3 Motto
Melayani dengan baik merupakan kewajiban kami.
Pelayanan dengan nuansa “HARUM” dengan makna :
Analis Kesehatan 6

H ~ ormati sesama
A ~ kurat dalam pelayanan
R ~ amah selalu
U ~ tamakan kesehatan pasien
M ~ emegang teguh etika
2.4 Peraturan
2.4.1 Peraturan Laboratorium
1. Datang tepat waktu, dengan ketentuan jam kerja :
a) Shift Pagi :
Mulai dari : Jam 07.00 s/d 14.00 WIB
b) Shift Sore :
Mulai dari : Jam 14.00 s/d 21.00 WIB
c) Shift Malam :
Mulai dari : Jam 21.00 s/d 07.00 WIB
2. Memakai seragam yang telah ditentukan.
3. Memakai jas lab yang bersih dan rapih.
4. Menggunakan sarung tangan yang bersih.
5. Memakai masker.
6. Mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja
7. Membuang sarung tangan ke tempah sampah dengan label
infeksius.
8. Memakai sepatu tertutup.
9. Membuka dan menyimpan jas lab ke dalam tempat yang telah
disediakan.
2.5 Fasilitas Rumah Sakit
Ruangan yang terdapat di RS.Harum Sisma Medika
BASEMENT
 Dapur
 Gudang Logistik
 Maintenance
 Ruang Makan Karyawan
 Cleaning Service
Analis Kesehatan 7

LANTAI DASAR

 Font Office (Customer Service)


 Pendaftaran Rawat Jalan Asuransi dan Tunai
 Pendaftaran/ Adminiatrasi Rawat Inap
 Operator
 CT Scan
 Radiologi/ Rontgen
 Laboratorium
 Apotek
 UGD (Unit Gawat Darurat)
 Poliklinik Umum
 Poliklinik Spesialis
 Kantin
 P2D
 Kamar Jenazah

LANTAI 1

 Ruang Komite Medik


 Rekam Medis
 Ruang Konsultasi Gizi
 Fisioterapi
 Ruang Senam Kesehatan
 Poliklinik Spesialis
 Apotek
 Klinik Tumbuh Kembang Anak
 Klinik Kecantikan
 Ruang Hemodialisa
 Ruang Perawatan Mawar, meliputi :
 Kamar Bayi, terdiri dari 11 box
 Kamar Bersalin, terdiri dari 3 tempat tidur
Analis Kesehatan 8

 Kamar Perawatan terdiri dari :


o Kelas VIP : 3 tempat tidur
o Kelas I : 4 tempat tidur
o Kelas II : 12 tempat tidur
o Kelas III : 4 tempat tidur

LANTAI 2

 Ruang Perawatan Anyelir, meliputi :


o Kelas VIP B : 4 tempat tidur
o Kelas Utama : 2 tempat tidur
o Kelas I : 8 tempat tidur
o Kelas II : 14 tempat tidur
 Ruang Perawatan Anggrek, meliputi :
o Kelas Isolasi : 1 tempat tidur
o Kelas II A : 6 tempat tidur
o Kelas II B : 4 tempat tidur
o Kelas III A : 18 tempat tidur
o Kelas III B : 6 tempat tidur
 Ruang Perawatan Arum Ndalu, meliputi :
o Kelas VIP A : 4 tempat tidur
o Kelas I A : 8 tempat tidur

LANTAI 3

 Kamar Operasi : 4 meja operasi


 HCU : 4 tempat tidur
 Ruang Kantor Administrasi
 Ruang Direksi
 Ruang Pertemuan/ Rapart
Analis Kesehatan 9

Pelayanan dan Fasilitas Rumah Sakit Harum Sisma Medika

No Jenis Spesialisasi Jumlah Dokter


1 Anak 4
2 Bedah Anak 1
3 Bedah Digestif 1
4 Bedah Mulut 1
5 Bedah Onkologi 1
6 Bedah Orthopedi 3
7 Bedah Plastik 1
8 Bedah Syaraf 1
9 Bedah Thorax 1
10 Bedah Umum 3
11 Bedah Urologi 1
12 Gizi 2
13 Jantung 2
14 Kebidanan & Penyakit Kandungan 5
15 Kulit dan Kelamin 2
16 Mata 4
17 Neurologi (Syaraf) 3
18 Ortodonthie 1
19 Paru-paru 3
20 Penyakit Dalam 8
21 Psikiatri 1
22 Rehabilitas Medik 1
23 THT 4
24 Tumbuh Kembang Anak -
25 Klinik Kecantikan 1
Analis Kesehatan 10

Produk RS. Harum Sisma Medika

1. Laboratorium 24 Jam
2. Radiologi X Ray/ Rontgen
3. CT Scan
4. Tread Mill
5. Instalasi Farmasi 24 Jam
6. Klinik Tubuh Kembang
7. Ambulance
8. Mobil Medical Check Up & Rontgen
9. Senam Osteoporosis (Indoor)
10. Senam Jantung Sehat, Senam Diabetes, Senam Rematik, Senam Asma,
Senam Osteoporosis (outdoor)
11. USG 4D
12. Klinik Kecantikan

Kamar Perawatan :

1. VIP A
Fasilitas Ruangan
 1 Electric Bed
 Lemari Pakaian
 Meja Makan Pasien/ Bedsite Table
 Kulkas
 TV
 Pesawat Telepon Intern
 Dispenser
 Sofa & kursi tunggu pasien
 Kamar Mandi dengan Water Heater
 AC
Analis Kesehatan 11

2. VIP B

Fasilitas Ruangan

 1 Electric Bed
 Lemari Pakaian
 Meja Makan Pasien/ Bedsite Table
 Kulkas Mini
 TV
 Pesawat Telepon Intern
 Dispenser
 Sofa & kursi tunggu pasien
 Kamar Mandi dengan Water Heater
 AC
3. UTAMA
Fasilitas Ruangan
 2 tempat tidur semi otomatis
 Lemari Pakaian
 Meja Makan Pasien/ Bedsite Table
 Kulkas Mini
 TV
 Pesawat Telepon Intern
 Dispenser
 Sofa & kursi tunggu pasien
 Kamar Mandi dengan Water Heater
 AC
4. Kelas I A
 2 tempat tidur semi otomatis
 Lemari Kecil
 Meja Makan Pasien/ Bedsite Table
 TV
 Pesawat Telepon Intern
 Dispenser
 Sofa & kursi tunggu pasien
Analis Kesehatan 12

 Kamar Mandi dengan Water Heater


 AC
5. Kelas I B
 2 tempat tidur semi otomatis
 Lemari Kecil
 Meja Makan Pasien/ Bedsite Table
 TV
 Pesawat Telepon Intern
 Guci Air Mineral
 Sofa & kursi tunggu pasien
 Kamar Mandi dengan Water Heater
 AC
6. Kelas II A
 2 tempat tidur semi otomatis
 Lemari Pakaian
 Meja Makan Pasien/ Bedsite Table
 TV
 Kursi Tunggu Pasien
 Kamar Mandi dengan Water Heater
 AC
7. Kelas II B
 4 tempat tidur semi otomatis
 Lemari Pakaian
 Meja Makan Pasien/ Bedsite Table
 TV
 Kursi Tunggu Pasien
 Kamar Mandi dengan Water Heater
 AC
Analis Kesehatan 13

8. Kelas III A
 3 tempat tidur semi otomatis
 Meja/Lemari Pakaian
 TV
 Kursi Tunggu Pasien
 Kamar Mandi (dalam)
 AC
9. Kelas III B
 3 tempat tidur
 Meja/Lemari Pakaian
 Kursi Tunggu Pasien
 Kamar Mandi (luar)
 AC
Analis Kesehatan 14

BAB 3

LAPORAN KEGIATAN
3.1 Pelayanan Pasien di Laboratorium
1. Pasien membawa pengantar laboratorium ke kasir untuk di proses
pembayaran atau jaminan.
2. Pengantar yang sudah disertai bukti pembayaran diserahkan ke petugas
laboratorium.
3. Pasien tunggu dipanggil oleh petugas laboratorium untuk dilakukan
pemeriksaan atau pengambilan sampel.
4. Petugas menjanjikan hasil laboratorium kepada pasien.
5. Pasien menunggu dipanggil petugas untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan.
3.2 Pra Analisis
3.2.1 Persiapan Pasien
a. Pasien Rawat Jalan
1. Bagian administrasi rumah sakit menerima formulir permintaan
pemeriksaan laboratorium dari dokter dalam atau dokter luar
atau permintaan sendiri.
2. Pasien menyerahkan formulir yang telah diregistrasi (dibayar)
kepada petugas laboratorium.
3. Bagian laboratorium membaca jenis-jenis pemeriksaan yang
diminta dan menanyakan identitas pasien untuk memastikan
identitas pasien.
4. Petugas laboratorium memperkirakan volume sampel yang
akan diambil.
5. Petugas laboratorium memberi nomor pada formulir permintaan
sesuai dengan urutan data dilaboratorium tersebut.
6. Petugas laboratorium mempersiapkan alat-alat yang akan
digunakan untuk pengambilan sampel seperti spuit dan wadah
penampung sampel.
7. Bagian pengambilan sampel menanyakan pasien apakah telah
melakukan persiapan yang harus dilakukan sebelum
pengambilan sampel, apabila belum petugas memberikan
Analis Kesehatan 15

penjelasan mengenai persiapan yang harus dilakukan dengan


persyaratan sebagai berikut :
a. Glukosa Puasa : Puasa 10 - 12 jam
b. Glukosa PhostPrandial : Puasa 2 jam setelah makan
c. Lemak Lengkap : Puasa 10 – 12 jam
8. Setelah pengambilan sampel, pasien diberikan kartu untuk
mengambil hasil pemeriksaan
b. Pasien Rawat Inap
1. Perawat ruang mengantarkan formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium yang telah ditulis oleh dokter yang bersangkutan
dengan identitas pasien, ruang perawatan, tanda tangan dokter
dan kwitansi pembayaran.
2. Petugas laboratorium menanyakan identitas pasien kepada
perawat untuk memastikan identitas pasien.
3. Petugas laboratorium memperkirakan volume sampel yang
akan diambil.
4. Petugas laboratorium mempersiapkan alat-alat yang akan
digunakan untuk pengambilan sampel seperti spuit dan wadah
penampung sampel.
5. Petugas laboratorium memberi nomor pada formulir permintaan
sesuai dengan urutan data dilaboratorium tersebut.
6. Petugas laboratorium menanyakan kepada perawat apakah
pasien telah melakukan persiapan yang harus dilakukan
sebelum pengambilan sampel, apabila belum maka petugas
memberikan penjelasan pesiapan yang harus dilakukan dengan
persyaratan sebagai berikut :
a. Glukosa puasa : Puasa 10-12 jam
b. Glukosa PhostPrandial : Puasa 2 jam setelah makan
c. Lemak Lengkap : Puasa 10 – 12 jam
d. BTA : Sampel Pagi hari
7. Petugas laboratorium mengambil sampel ke ruang perawatan
dengan membawa formulir permintaan pemeriksaan untuk
Analis Kesehatan 16

memastikan nama pasien, umur, jenis kelamin dan ruang


perawatannya
c. Pasien Unit Gawat Darurat
1. Perawat UGD atau keluarga pasien menyerahkan formulir ke
laboratorium yang telah ditulis oleh dokter yang bersangkutan
dengan identitas pasien, jenis pemeriksaan, tanda tangan dokter,
lengkap dengan kwitansi pembayaran dan stampel UGD.
2. Petugas laboratorium menanyakan identitas pasien kepada
keluarga pasien atau perawat untuk memastian identitas pasien.
3. Petugas laboratorium memperkirakan volume sampel yang akan
diambil.
4. Petugas laboratorium mempersiapkan alat-alat yang akan
digunakan untuk pengambilan sanpel sepeti spuit dan wadah
penampung sampel.
5. Petugas laboratorium memberikan nomer pada formulir
permintaan sesuai dengan urutan data laboratorium pada hari
tersebut.
6. Petugas laboratorium mengambil sampel ke Unit Gawat Darurat
dengan membawa formulir permintaan untuk memastikan nama
pasien, umur dan jenis kelamin.
3.2.2 Pesiapan Pengambilan Spesimen
3.2.2.1 Mikrobiologi
a. Pasien Rawat Jalan
1. Petugas laboratorium menggunakan jas lab dan sarung
tangan yang bersih dan rapih.
2. Petugas menerima formulir permintaan pemeriksaan
yang telah disertai dengan tanda bukti pembayaran.
3. Petugas membaca jenis pemeriksaan yang diminta.
4. Petugas menulis nama pasien, nomor urut pasien pada
wadah penampung sputum.
5. Petugas menjelaskan bahan yang akan diambil dan cara
penampungannya kepada pasien.
Analis Kesehatan 17

6. Petugas menuliskan nama pasien, nomor urut pasien dan


jam pengambilan hasil untuk diserahkan kepada pasien.
7. Untuk pemeriksaan BTA pasien rawat jalan dilakukan
selama 3 hari berturut-turut sehingga pasien diminta
untuk menampung sputum yang dikeluarkan pada pagi
hari sebelum mengkonsumsi makanan dan minum
(kecuali air mineral) dan mengantarkan sampel setiap
hari selama 3 hari berturu-turut ke laboratorium.
b. Pasien Rawat Inap
1. Petugas laboratorium menggunakan jas lab dan sarung
tangan yang bersih dan rapih.
2. Petugas menerima formulir permintaan pemeriksaan
yang telah disertai dengan tanda bukti pembayaran.
3. Petugas membaca jenis pemeriksaan yang diminta.
4. Petugas menulis nama pasien, nomor urut pasien pada
wadah penampung sputum.
5. Petugas memberikan wadah penampung sputum kepada
perawat ruangan untuk diberikan kepada pasien.
6. Untuk pemeriksaan BTA pasien rawat inap dilakukan
selama 3 hari berturut-turut sehingga perawat ruangan
diminta untuk memberitahu pasien untuk menampung
sputum yang dikeluarkan pada pagi hari sebelum
mengkonsumsi makanan dan minum (kecuali air
mineral) dan perawat mengantarkan sampel setiap hari
selama 3 hari berturu-turut ke laboratorium.
3.2.2.2 Hematologi
a. Pasien Rawat Jalan
1. Petugas laboratorium menggunakan jas lab dan sarung
tangan yang bersih dan rapih.
2. Petugas menerima formulir permintaan pemeriksaan
yang telah disertai dengan tanda bukti pembayaran.
Analis Kesehatan 18

3. Petugas membaca jenis pemeriksaan yang diminta dan


memperkirakan jumlah bahan/ sampel yang akan
diambil.
4. Petugas menyiapkan wadah penampung yang dibutuhkan
sesuai dengan jenis pemeriksaan.
5. Petugas menulis nama pasien, nomor urut pasien pada
wadah penampung.
6. Petugas menjelaskan bahan yang akan diambil dan cara
pengambilannya kepada pasien.
7. Petugas menuliskan nama pasien, nomor urut pasien dan
jam pengambilan hasil untuk diserahkan kepada pasien.
b. Pasien Rawat Inap
1. Laboratorium di telephone oleh petugas ruang
perawatan, untuk mengambil bahan pemeriksaan pasien.
2. Ruang perawatan memberikan formulir permintaan
pemeriksaan ke laboratorium yang disertai dengan tanda
bukti pembayaran.
3. Petugas membaca jenis pemeriksaan yang diminta dan
memperkirakan jumlah bahan yang akan diambil.
4. Petugas laboratorium mendatangi ruang perawatan
pasien dengan membawa peralatan lengkap dan memakai
jas lab serta sarung tangan.
5. Petugas laboratorium mengucapkan salam dan
menanyakan identitas pasien diruangan tersebut sebelum
pengambilan bahan pemeriksaan dilakukan.
6. Petugas menyiapkan peralatan yang akan digunakan
untuk pengambilan bahan pemeriksaan serta menuliskan
nama pasien dan nomor Medical Record (MR) pada
wadah penampung.
c. Pasien Unit Gawat Darurat
1. Petugas laboratorium menggunakan jas lab dan sarung
tangan yang bersih dan rapih.
Analis Kesehatan 19

2. Petugas menerima formulir permintaan pemeriksaan


yang telah disertai dengan tanda bukti pembayaran dan
stampel UGD.
3. Petugas membaca jenis pemeriksaan yang diminta dan
memperkirakan jumlah bahan/ sampel yang akan
diambil.
4. Petugas laboratorium mendatangi unit gawat darurat
dengan membawa peralatan lengkap dan memakai jas lab
serta sarung tangan.
5. Petugas laboratorium mengucapkan salam dan
menanyakan identitas pasien di ruangan tersebut sebelum
pengambilan bahan pemeriksaan dilakukan.
6. Petugas menyiapkan peralatan yang akan digunakan
untuk pengambilan bahan pemeriksaan serta menuliskan
nama pasien dan nomor Medical Record (MR) pada
wadah penampung.
3.2.2.3 Kimia Darah
a. Pasien Rawat Jalan
1. Petugas laboratorium menggunakan jas lab dan sarung
tangan yang bersih dan rapih.
2. Petugas menerima formulir permintaan pemeriksaan
yang telah disertai dengan tanda bukti pembayaran.
3. Petugas membaca jenis pemeriksaan yang diminta dan
memperkirakan jumlah bahan atau sampel yang akan
diambil.
4. Petugas menulis nama pasien, nomor urut pasien pada
wadah penampung tanpa anticoagulant/ tabung vacum
non-addictive.
5. Petugas menjelaskan bahan yang akan diambil dan cara
pengambilannya kepada pasien.
6. Petugas menuliskan nama pasien, nomor urut pasien dan
jam pengambilan hasil untuk diserahkan kepada pasien.
Analis Kesehatan 20

7. Untuk pemeriksaan glukosa nuchter dan glukosa post


prandial, diinformasikan kepada pasien bahwa setelah
pengambilan darah nuchter, pasien diperbolehkan untuk
makan dan minum seperti biasa setelah itu pasien
diminta untuk berpuasa selama 2 jam untuk pengambilan
darah post prandial.
b. Pasien Rawat Inap
1. Laboratorium ditelephone oleh petugas ruang perawatan,
untuk mengambil bahan pemeriksaan pasien.
2. Ruang perawatan memberikan formulir permintaan
pemeriksaan ke laboratorium yang disertai dengan tanda
bukti pembayaran.
3. Petugas membaca jenis pemeriksaan yang diminta dan
memperkirakan jumlah bahan yang akan diambil.
4. Petugas laboratorium mendatangi ruang perawatan
pasien dengan membawa peralatan lengkap dan memakai
jas lab serta sarung tangan.
5. Petugas laboratorium mengucapkan salam dan
menanyakan identitas pasien diruangan tersebut sebelum
pengambilan bahan pemeriksaan dilakukan.
6. Petugas menyiapkan peralatan yang akan digunakan
untuk pengambilan bahan pemeriksaan serta menuliskan
nama pasien dan nomor Medical Record (MR) pada
wadah penampung tanpa anticoagulant/ tabung vacum
non-addictive.
8. Jika pasien meminta pemeriksaan glukosa nuchter dan
glukosan post prandial, diinformasikan kepada pasien
bahwa setelah pengambilan darah nuchter, pasien
diperbolehkan untuk makan dan minum seperti biasa
setelah itu pasien diminta untuk berpuasa selama 2 jam
untuk pengambilan darah post prandial.
7. Setelah 2 jam berpuasa, petugas kembali mendatangi
ruang perawatan untuk mengambil darah post prandial.
Analis Kesehatan 21

c. Pasien Unit Gawat Darurat


1. Petugas laboratorium menggunakan jas lab dan sarung
tangan yang bersih dan rapih.
2. Petugas menerima formulir permintaan pemeriksaan
yang telah disertai dengan tanda bukti pembayaran.
3. Petugas membaca jenis pemeriksaan yang diminta dan
memperkirakan jumlah bahan/ sampel yang akan
diambil.
4. Petugas laboratorium mendatangi unit gawat darurat
dengan membawa peralatan lengkap dan memakai jas lab
serta sarung tangan.
5. Petugas laboratorium mengucapkan salam dan
menanyakan identitas pasien diruangan tersebut sebelum
pengambilan bahan pemeriksaan dilakukan.
6. Petugas menyiapkan peralatan yang akan digunakan
untuk pengambilan bahan pemeriksaan serta menuliskan
nama pasien dan nomor urut pasien pada wadah
penampung tanpa anticoagulant/ tabung vacum non-
addictive.
3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel
3.2.3.1 Hematologi
a. Pengambilan darah kapiler
1. Petugas memakai jas lab dan sarung tangan yang
bersih.
2. Petugas menyiapkan peralatan yang akan digunakan
untuk pengambilan darah kapiler.
3. Petugas memberikan informasi kepada pasien bahwa
akan diambil darah pada ujung jari.
4. Petugas memilih jari manis atau jari tengah pasien yang
akan diambil.
5. Ujung jari pasien didesinfeksi/ dibersihkan dengan
kapas alkohol 70% dengan gerakan memutar dari
dalam keluar dan dibiarkan hingga kering.
Analis Kesehatan 22

6. Ujung jari ditusuk dengan lanset , setelah darah keluar,


darah yang pertama kali keluar di hapus dengan tissue
kering dan darah selanjutnya digunakan untuk bahan
pemeriksaan.
b. Pengambilan darah vena
1. Petugas memakai jas lab dan sarung tangan yang
bersih.
2. Petugas menyiapkan peralatan yang akan digunakan
untuk pengambilan darah vena.
3. Petugas memberikan informasi kepada pasien bahwa
akan diambil darah pada bagian vena fossa cubiti/
bagian lengan.
4. Petugas meraba vena yang akan ditusuk untuk
memastikan posisi vena dengan baik.
5. Bagian yang akan ditusuk, didesinfeksi dengan alkohol
70% dan dibiarkan hingga kering.
6. Torniquite dipasang pada lengan bagian atas dan pasien
diminta untuk mengepalkan tangannya.
7. Kulit ditegangkan kemudian tusuk kulit hingga jarum
masuk ke dalam vena.
8. Torniquite diregangkan dan secara perlahan spuit
ditarik hingga darah masuk ke dalam spuit sampai
volume yang dibutuhkan untuk pemeriksaan.
9. Kapas alkohol 70% diletakkan diatas jarum kemudian
spuit dicabut secara perlahan.
10. Luka bekas tusukan ditutup dengan kapas alkohol dan
direkatkan dikulit menggunakan mikropore.
c. Pengambilan darah arteri untuk analisa gas darah (AGD)
1. Petugas memakai jas lab dan sarung tangan yang bersih.
2. Petugas menyiapkan peralatan yang akan digunakan
untuk pengambilan darah arteri.
Analis Kesehatan 23

3. Petugas memberikan informasi kepada pasien bahwa


akan diambil darah pada bagian arteri radialis/ bagian
pergelangan tangan.
4. Petugas membilas spuit dengan anticoagulant heparin.
5. Petugas meraba arteri yang akan ditusuk untuk
memastikan posisi arteri dengan baik.
6. Bagian yang akan ditusuk, di desinfeksi dengan alkohol
70% dan dibiarkan hingga kering.
7. Bagian yang akan ditusuk ditekan agar tidak bergerak.
8. Bagian tersebut ditusuk dengan memakai spuit steril dan
posisi jarum 45o sampai 90o.
9. Darah arteri akan masuk dan mendorong spuit sampai
volume yang diinginkan.
10. Kapas alkohol 70% diletakkan diatas jarum kemudian
spuit dicabut secara perlahan.
11. Luka bekas tusukan ditutup dengan kapas alkohol dan
direkatkan dikulit menggunakan mikropore.
3.2.3.2 Kimia Darah
a. Pengambilan darah kapiler untuk pemeriksaan glukosa
darah sewaktu (GDS) dan glukosa darah puasa (GDN)
1. Petugas menggunakan jas lab dan sarung tangan yang
bersih.
2. Petugas menyiapkan peralatan untuk pengambilan
darah kapiler dan alat accu check.
3. Petugas memberikan informasi kepada pasien bahwa
darah akan diambil darah pada ujung jari.
4. Petugas memilih jari manis atau jari tengah pasien yang
akan diambil darahnya.
5. Ujung jari didesinfeksi dengan alkohol 70% dan
dibiarkan hingga mengering.
6. Ujung jari ditusuk dengan lanset, setelah darah keluar,
darah yang pertama kali keluar dihapus dengan tissue
kering kemudian darah selanjutnya di masukkan
Analis Kesehatan 24

kedalam strip yang sudah dipasang pada alat accu


check, tunggu beberapa menit kemudian hasil akan
muncul.
b. Pengambilan darah kapiler untuk bilirubin bayi
1. Petugas menggunakan jas lab dan sarung tangan yang
bersih.
2. Petugas menyiapkan peralatan untuk pengambilan darah
kapiler dan pipa mikrokapiler serta crestocell.
3. Petugas memberikan informasi kepada ibu pasien bahwa
darah akan diambil darah pada bagian tumit.
4. Petugas memijat bagian tumit bayi kemudian tumit
didesinfeksi dengan alkohol 70% dan dibiarkan hingga
mengering.
5. Tumit ditusuk dengan lanset, setelah darah keluar, darah
dimasukkan kedalam pipa mikrokapiler sampai ¾ bagian
pipa.
6. Salah satu bagian bawah pipa ditutup dengan crestocell/
lilin.
7. Bagian tumit yang telah ditusuk ditutup dengan kapas
alkohol 70% dan direkatkan dengan mikropore.
c. Pengambilan darah vena
1. Petugas memakai jas lab dan sarung tangan yang
bersih.
2. Petugas menyiapkan peralatan yang akan digunakan
untuk pengambilan darah kapiler.
3. Petugas memberikan informasi kepada pasien bahwa
akan diambil darah pada bagian vena fossa cubiti/
bagian lengan.
4. Petugas meraba vena yang akan ditusuk untuk
memastikan posisi vena dengan baik.
5. Bagian yang akan ditusuk, di desinfeksi dengan alkohol
70% dan dibiarkan hingga kering.
Analis Kesehatan 25

6. Torniquite dipasang pada lengan bagian atas dan pasien


diminta untuk mengepalkan tangannya.
7. Kulit ditegangkan kemudian tusuk kulit hingga jarum
masuk ke dalam vena.
8. Torniquite diregangkan dan secara perlahan spuit
ditarik hingga darah masuk ke dalam spuit sampai
volume yang dibutuhkan untuk pemeriksaan.
9. Kapas alkohol 70% diletakkan diatas jarum kemudian
spuit dicabut secara perlahan.
10. Luka bekas tusukan ditutup dengan kapas alkohol dan
direkatkan dikulit menggunakan mikropore.
3.2.4 Penanganan Sampel
a. Kriteria sampel
 Hematologi
1. Sampel menggunakan antikoagulan EDTA 10% dengan
perbandingan antara antikoagulan dan darah 1:10.
2. Sampel non-hemolisis.
3. Sampel tidak boleh ada bekuan.
4. Sampel dihomogenkan sebelum melakukan
pemeriksaan.
 Kimia Darah
1. Sampel harus benar-benar membeku sebelum
dicentrifuge.
2. Sampel non hemolisis.
Analis Kesehatan 26

b. Label

Setiap menampung darah dalam tabung vacutainer, menampung


urin pada pot urin dan menampung sputum pada wadah penampung
sputum, harus diberi label yang benar dan sesuai deng formulir
permintaan. Label diberi nama, nomor pasien dan jenis
pemeriksaannya.
c. Pemusingan
Pada saat darah sudah ditampung pada tabung vacum berwarna
merah dan biru, tabung diletakkan ke dalam centrifuge kemudian di
pusing dengan kecepatan dan waktu yang telah ditentukan.
Setelah serum/plasma terpisah dari darah dengan sempurna,
masing-masing tabung tersebut diletakkan pada masing-masing
bagian. Tabung vacum warna merah diletakkan pada bagian kimia,
sedangkan tabung warna biru diletakkan dibagian hematologi.
d. Pengiriman
Pengiriman bahan pemeriksaan ke laboratorium rujukan harus
disimpan pada suhu tertentu sesuai dengan bahan yang akan
diperiksa.
Analis Kesehatan 27

3.3 Analisis

3.3.1 Hematologi

1. Prosedur penggunaan Mindray BC-1800

Gambar 3.1 Mindray BC-1800


Metode : Impedance.
Prinsip alat : Alat hematologi analyzer menggunakan metode
restansi elektrolit/impedance gunanya untuk
menghitung sel darah merah sebelum pemeriksaan
sampel akan didilusi (diencerkan) dengan larutan
yang memiliki konduktifitas dan osmositas tertentu
kemudian RBC dialirkan melalui celah dengan
ukuran tertentu yang disebut oriface. Pada saat yang
sama suatu aliran listrik dialirkan melalui elektroda
yang dipasang diluar dan sisi dalam oriface. Sel
darah merupakan penghantar listrik yang buruk,
sehingga setiap sel darah yang masuk melalui
oriface akan menimbulkan suatu pulsa, dimana
besarnya pulsa tersebut akan berbading lurus dengan
demikian harus dapat mengenali jenis-jenis sel darah
menurut ukurannya, serta menghitung jenisnya.
Analis Kesehatan 28

Prosedur :
A. Persiapan Sebelum Menghidupkan Alat
1. Cek kecukupan reagen.
2. Cek reagent apakah kotor, keruh atau yang lainnya.
3. Cek tubing reagent ada gelembung atau tidak.
4. Kosongkan botol pembuangan.
B. Menghidupkan Alat
Tekan power on switch pada bagian belakang alat → alat akan
melakukan inisialisasi dan mengecek background secara otomatis
dan masuk ke layar tampilan “Count”.
C. Cek Background
Hasil beckground harus sesuai dengan nilai berikut :
o WBC ≤ 0,3 x 109/ L
o RBC ≤ 0,03 X 1012/L
o HBG ≤ 0,1 gr/dl
o PLT ≤ 10 X 109/L

Kalau background tidak masuk maka pada layar akan tampil


“Abnormal Background”. Lakukan cleaning dan maintenance
sebelum mengecek ulang background.

D. Sampel Whole Blood


Cara menjalankan :
1. Tekan menu → pilih “Sampel mode” → pilih “Whole blood”
→ tekan “Enter” → tekan “Menu” → pilih “Count”.
2. Untuk sampel dianjurkan menggunakan EDTA, kocok
secara perlahan sampai homogen, masukkan tabung sampel
pada probe sampel hingga menyentuh sampel, tekan tombol
aspirate untuk memulai pengukuran.
E. Sampel Predilute
 Cara menjalankan :
Tekan “Menu” → pilih “Sampel mode” → pilih “Prediluted”
→ tekan “Enter” → tekan “Menu” → pilih “Count”.
Analis Kesehatan 29

 Cara melakukan predilute :


Tekan diluent → tabung disiapkan dibawah tabung lalu tekan
“Aspirate” → diluent akan keluar di probe sebanyak 0,7 ml
kemudian segera masukkan darah 20 ul lalu dihomogenkan
secara perlahan → masukkan tabung pada “Probe sampel”
hingga menyentuh sampel → tekan “Aspirate” untuk
memulai pengukuran.
F. Mematikan Alat
Tekan “Menu” → pilih “Shutdown” → tekan “Enter” (gunakan
E-Z cleanser untuk shutdown) → tekan “Aspirate”.
G. Calibrasi dan Control
1. Calibrasi
Tekan “Menu” → pilih “Calibration”
o Manual (untuk merubah faktor secara manual).
o Calibration (masukkan nlai calibrator) kemudian
jalankan kalibrator 5 kali untuk mencari faktor secara
otomatis.
2. Control
Tekan “Menu” → pilih “Quality Control” → pilih L – J
Analysis → pilih L – J edit (untuk memasukkan nilai kontrol)
→ pilih L – J Count (untuk menjalankan kontrol).
Analis Kesehatan 30

2. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED)

Gambar 3.2 Tabung Westergreen

Metode : Westergreen
Tujuan : untuk mengetahui kecepatan sel darah mengendap dalam
satuan mm/jam
Prinsip : Sejumlah darah dengan anticoagulan dicampur dengan Nacl
0,9 % dengan perbandingan 1:4 kemudian dipipet dengan pipet
westergreen dan dibiarkan selama 1 jam dalam keadaan tegak
lurus sampai terjadi mekanisme pembentukan rouleaux yang
berlangsung selama 10 menit, pengendapan sel-sel darah yang
berlangsung selama 40 menit dan pemadatan sel-sel darah
yang berlangsung selama 10 menit.
Alat dan Bahan :
 Pipa westergreen
 Rak Westergreen
 Botol sample
 NaCl 0,9%
 Darah EDTA

Prosedur :

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Darah dihomogenkan.
3. Nacl 0,9% dipipet sampai skala 50 mm menggunakan pipet westergreen dan
dikeluarkan pada botol berwarna coklat.
Analis Kesehatan 31

4. Darah dipipet sampai skala 200 mm menggunakan pipet westergreen dan


dikeluarkan pada botol sampel yang telah berisi Nacl 0,9% sebanyak 50 mm.
5. Campuran darah dengan Nacl 0,9% yang telah homogen dipipet sampai tanda
0.
6. Pipet westergreen diletakkan pada rak laju endap darah dengan tegak lurus
dan didiamkan selama 1 jam di tempat yang datar dan terhindar dari
goncangan.
7. Setelah 1 jam, tinggi plasma dibaca sebagai nilai Laju Endap Darah (LED)
dan hasil dicatat.

Nilai Normal :

 Laki-laki : < 10 mm/jam


 Perempuan : < 15 mm/jam

Pembahasan :

a. LED merupakan ukuran kecepatan mengendapnya sel darah merah /jam


dalam satuan mm.
b. LED dapat dijadikan alat pemantauan perkembangan suatu penyakit dan juga
keberhasilan terapi atau pengobatan.

Hasil Laju Endap Darah (LED) yang tinggi juga dapat terjadi karena

a. Anemia
b. Kanker seperti lymphoma atau multiple myeloma
c. Kehamilan
d. Penyakit Thyroid
e. Diabetes
f. Penyakit jantung

Faktor-faktor yang mempengaruhi temuan laboratorium :


 Faktor yang mengurangi LED : bayi baru lahir (penurunan fibrinogen), obat
(lihat pengaruh obat), gula darah tinggi, albumin serum, fosfolipid serum,
kelebihan antikoagulan, penurunan suhu.
Analis Kesehatan 32

 Faktor yang meningkatkan LED : kehamilan (trimester kedua dan ketiga),


menstruasi, obat (lihat pengaruh obat), keberadan kolesterol, fibrinogen,
globulin, peningkatan suhu, kemiringan tabung.
3. Pemeriksaan Retikulosit
Metode : Pewarnaan Supravital (New Methylene Blue)
Definisi : Pewarnaan supravital adalah pewarnaan yang mewarnai sel-
sel yang masih hidup atau vital
Yang termasuk pewarnaan supravital :
1) Pewarnaan Gram
2) Pewarnaan New Methylene Blue

Tujuan : untuk mengetahui jumlah retikulosit dalam 1000 sel eritrosit

Prinsip : Sejumlah darah dicampur dengan pewarna supravital


pebandingan antara darah dan New Methylene Blue 1:1 dan
kemudian di inkubasi selama 30 sampai 60 menit lalu dibuat
sediaan maka sel retikulosit dapat di identifikasi.

Reaksi :

Darah + New Methylene Blue 1% Sel Retikulosit terwarnai


(Biru)

Alat dan Bahan :

 Darah EDTA
 Tabung reaksi
 Mikropipet
 Mikroskop
 Larutan New Methylene Blue
 Objek glass
Analis Kesehatan 33

Prosedur :

A. Sediaan Basah
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Larutan New Metheylene Blue atau Briliant Cresol Blue 1% dipipet
sebanyak 100 ul dan dimasukkan ke dalam tabung.
3. Darah dihomogenkan, kemudian darah dipipet sebanyak 100 ul dan
dimasukkan ke dalam tabung yang berisi pewarna supravital.
4. Larutan dan darah dihomogenkan kemudian tabung ditutup dan
diinkubasi selama 30 sampai 60 menit.
5. Campuran pewarna dan darah dibuat sediaan basah, dengan cara sebagai
berikut :
a) Campuran pewarna dan darah yang telah diinkubasi di pipet dengan
pipet pasteur dan diletakkan diatas obyek glass sebanyak 1 tetes.
b) Tutup campuran pewarna dan darah tersebut denngan cover glass.
6. Baca sediaan basah tersebut pada mikroskop dengan lensa obyektif 100x.
7. Retikulosit dihitung dalam 1000 sel eritrosit kemudian hasil dilaporkan.
B. Sediaan Kering
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Larutan New Methylene Blue atau Briliant Cresol Blue 1% dipipet
sebanyak 100 ul dan dimasukkan kedalam tabung.
3. Darah dihomogenkan, kemudian 100 ul darah dimasukkan ke dalam
tabung yang berisi pewarna supravital.
4. Larutan dan darah dihomogenkan kemudian tabung di tutup dan
didiamkan selama 30 sampai 60 menit.
5. Campuran pewarna dan darah dibuat sediaan kering, dengan cara sebagai
berikut :
a) Campuran pewarna dan darah yang telah diinkubasi di pipet
kemudian diletakkan diatas obyek glass sebanyak 1 tetes.
b) Tetesan tersebut di buat apusan dengan cara didorong dengan
obyek glass lain.
6. Sediaan diamati secara mikroskopis dengan menggunakan lensa obyek
100x.
7. Retikulosit dihitung dalam 1000 sel eritrosit kemudian hasil dilaporkan.
Analis Kesehatan 34

Perhitungan : ∑ Retikulosit x 100%

∑ Eritrosit

Nilai Normal : 0,5 – 1,5%

Pembahasan :

a. Pemeriksaan biasanya dilakukan setelah pendarahan (post hemoragic).


b. Retikulosit berada dalam sirkulasi darah akibat adanya infeksi parasit, bahan
kimia atau reaksi transfusi yang salah.
c. Pemeriksaan ini untuk mendiagnosa anemia aplastik atau kerusakan sumsum
tulang.
d. Retikulosit yang berlebih didalam sirkulasi darah disebut retikulositosis.
4. Pemeriksaan Bleeding Time
Metode : Ivy
Tujuan : Untuk mengetahui lamanya masa perdarahan untuk menilai faktor -
faktor hemostasis yang letaknya ekstravaskuler.
Prinsip : Dengan sengaja membuat luka pada kulit lalu diukur dengan
lamanya waktu untuk menghentikan perdarahan yang diperankan oleh
jaringan bawah kulit.

Alat dan Bahan :

 Spignomanometer
 Lancet dan autoklik
 Stopwatch
 Kertas saring
 Kapas alkohol 70%

Prosedur :

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Lengan pasien dikenakan spignomanometer dan dipompa 40mmHg, selama
percobaan tekanan diharuskan stinggi itu.
3. Kulit 3 jari dibawah lipat siku ditegangkan lalu didesinfektan menggunakan
kapas alkohol 70%.
Analis Kesehatan 35

4. Kulit yang sudah didesinfektan ditusuk menggunakan autoklik berisi lancet


sedalam 3mm.
5. Stopwatch dijalankan saat darah keluar.
6. Kertas saring ditempelkan setiap 30 detik sampai darah berhenti, dijaga agar
jangan sampai menekan kulit pada waktu menghisap darah.
7. Stopwtch dihentikan pada waktu darah tidak dapat dihisap lagi dan jumlah
tetesan dihitung.
Perhitungan : Jumlah tetesan x 30 detik
Nilai normal : 1-3 menit
Pembahasan :
a. Bleeding time test adalah percobaan untuk menilai faktor faktor hemostasis
yang terletak di ekstravaskuler.
b. Waktu perdarahan memanjang terjadi pada penderita :
o trombositopeni (rendahnya jumlah trombosit hingga 50.000 sel/ ul)
o ketidaknormalan fungsi trombosit
o ketidaknormalan pembuluh darah
o penyakit hati tingkat berat
o anemia aplastik
o kekurangan faktor pembekuan darah dan leukemia
c. perpanjangan waktu perdarahan juga dapat disebabkan oleh obat misalnya:
o salisilat (obat kulit untuk anti jamur)
o obat antikoagulan warfarin (anti penggumpalan darah)
5. Clotting Time test ( masa pembekuan)

Metode : Lee-white

Tujuan : untuk mengetahui faktor faktor koagulasi darah terutama yang


membentuk thromboplastin dan faktor yang berasal dari trombosit.
Selain itu kadar fibrinogen juga ikut berpengaruh.

Prinsip : Lamanya waktu pembentukan benang benang fibrin diukur setelah


darah dikeluarkan dari tubuh pasien.
Analis Kesehatan 36

Alat dan bahan :


 4 tabung reaksi
 Stopwatch
 Spuit 5 ml
Prosedur :
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Pengambilan darah vena dilakukan , saat darah mulai mengalir kedalam spuit
stopwatch dijalankan.
3. Darah yang didapatkan dialirkan ke 4 tabung masing masing sebanyak 1ml
tabung dimiringkan pada saat darah diisi.
4. Setiap 30 detik tabung pertama diangkat dan dimiringkan untuk melihat
apakah telah terjadi pembekuan.dalam tindakan itu tabung lain dijaga agar
tidak tergoyangkan.
5. Setelah darah dalam tabung pertama beku, tabung kedua diperiksa setiap 30
detik ada atau tidaknya pembekuan. Kemudian waktu dicatat.
6. Perlakuan yang sama dilakukan berturut turut dengan tabung ketiga dan
keempat. Waktu pembekuannya juga dicatat.
Perhitungan : waktu tabung ke- II +III +IV
3
Pelaporan dibulatkan 30 detik
Nilai normal : 9-15 menit
Pembahasan :
a. Hasil dari tes ini menjadi ukuran aktivitas faktor faktor koagulasi darah,
terutama faktor faktor yang membentuk tromboplastin dan faktor yang
berasal dari trombosit.
b. Percobaan ini biasanya dilakukan terhadap pasien yang akan menjalankan
tindakan operasi.
c. Penurunan masa pembekuan terjadi pada:
o Penyakit infark miokard (serangan jantung)
o Penyakit emboli pulmonal (penyakit paru-paru)
o penggunaan pil KB
o vitamin K
Analis Kesehatan 37

d. Perpanjangan masa pembekuan terjadi pada penderita:


o penderita penyakit hati
o kekurangan faktor pembekuan darah
o leukemia
o gagal jantung
6. Pemeriksaan Sediaan Apus Darah (SAD) / Diff Count

Gambar 3.3 mikroskop dan cell counter

Metode : Pulasan Wright

Tujuan : Untuk mengetahui bentuk, ukuran dan warna sel-sel darah

Prinsip : Sediaan apus difiksasi dengan Methanol kemudian diwarnai dengan


pewarnaan Wright maka sel-sel darah akan terwarnai.

Alat dan Bahan :

 Objek glass
 Pipet Pasteur
 Rak pewarnaan
 Mikroskop
 Methanol
 Pewarna Wright
Analis Kesehatan 38

Prosedur :

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Sediaan apus dibuat dengan cara meneteskan 1 tetes darah pada objek glass
kemudian dorong dengan objek glass lain.
3. Sediaan dibiarkan hingga mengering.
4. Sediaan difiksasi dengan methanol selama 1 menit atau sampai mengering.
5. Sediaan diwarnai dengan pewarnaan wright selama ± 15 menit kemudian
bilas dengan air mengalir.
6. Sediaan dibiarkan mengering dengan diletakkan pada rak objek glass.

Pembacaan pada Mikroskop :

1. Sediaan diletakkan pada meja preparat dan dilihat dengan lensa obyektif 100x
dengan penambahan minyak imersi.
2. Sel-sel lekosit dhitung pada 10 lapang pandang (LP) hingga sel-sel berjumlah
100 sel.

Nilai Normal :

 Basofil : 0-1%
 Eosinofil : 1-3%
 Netrofil Batang : 2-6%
 Netrofil Segmen : 50-70%
 Limfosit : 20- 40%
 Monosit : 2-8%

Pembahasan :

 Peningkatan Basofil biasanya terjadi pada kasus keracunan.


 Penurunan basofil terjadi pada penderita stres, reaksi hipersensitivitas
(alergi), dan kehamilan.
 Peningkatan Eosinofil disebut Esinofilia, biasanya terjadi pada kasus
cacingan dan infeksi.
 Penurunan Eosinofil terdapat pada kejadian shock, stres, dan luka bakar.
Analis Kesehatan 39

 Peningkatan jumlah neutrofil disebut Neutrofilia atau Shift To The Left,


biasanya pada kasus infeksi akut, radang, kerusakan jaringan, apendiksitis
akut (radang usus buntu), dan Iain-Iain.
 Penurunan jumlah neutrofil terdapat pada infeksi virus, leukemia, anemia
defisiensi besi dan lainnya.
 Peningkatan limfosit disebut Limfositosis, biasanya terjadi pada kasus infeksi
virus.
 Penurunan limposit terjadi pada penderita kanker, anemia aplastik, gagal
ginjal, dan Iain-Iain.
 Peningkatan monosit disebut monositosis, biasanya terjadi pada kasus yang
disertai dengan infeksi parasit.
 Penurunan monosit terdapat pada leukemia limposit dan anemia aplastik.

7. Pemeriksaan Protrombin Time (PT)

Gambar 3.4 Alat Coatron®M1

Metode : Optic

Tujuan : untuk mengetahui adanya gangguan faktor pembekuan darah


pada jalur ekstrinsik khususnya faktor pembekuan V, VII, X,
protrombin dan fibrinogen

Prinsip : kepada plasma citrat rendah trombosit diberi sejumlah


tromboplastin dan ion calcium yang optimal dan lamanya
waktu untuk menyusun benang fibrin diukur.
Analis Kesehatan 40

Alat dan bahan :

 Alat coatron ® M1
 Mikropipet
 Yellow tip
 Singel cuvet
 Plasma citrat
 Reagen TE clot PT-5

Prosedur :

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Alat coatron®M1 dinyalakan dengan menekan tombol “ON” kemudian
tunggu sampai tanda merah “service” menjadi “ready”.
3. Singel cuvet diletakkan pada tempat “incubation” dan reagen tube
ditempatkan pada tempat “reagen”.
4. Pada coatron®M1 ditekan tombol “test” untuk memilih test yang inginkan
kemudian tekan “enter”.
5. Reagen dipipet sebanyak 200 ul dengan mikropipet kemudian di inkubasi
selama 10 menit pada suhu 37oC.
6. Sampel plasma citrat dipipet sebanyak 50 ul dengan mikropipet kemudian
dimasukkan kedalam singel cuvet ditempat inkubasi.
7. Tombol “timer” ditekan, kemudian inkubasi selama 120 detik.
8. Singel cuvet dipindahkan ke tempat “optic” kemudian tekan “optic”.
9. Tunggu sampai perintah “active” kemudian reagen dimasukkan sebanyak 100
ul ke dalam plasma citrat yang berada di singel cuvet.
10. Tunggu beberapa detik.
11. Hasil dicatat dan dilaporkan sebagai nilai PT (Protrombin Time).

Nilai Normal : 11,0 – 15,0 detik

Pembahasan :

Pemeriksaan PT dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan pada pembekuan


darah yang dilakukan oleh trombosit.
Analis Kesehatan 41

8. Pemeriksaan APTT (Activated Partial Tromboplastin Time)

Metode : Optic

Tujuan : untuk mengetaui adanya kekurangan faktor pembekuan pada


jalur ekstrinsik khususnya faktor XII dan XI

Prinsip : menambahkan sejumlah reagen APTT dan CaCl2 ke dalam


plasma citrat rendah trombosit dan lamanya waktu untuk
membentuk benang-benang fibrin diukur.

Alat dan bahan :

 Coatron ® M1
 Mikropipet
 Yellow tip
 Singel cuvet
 Reagen APTT
 Reagen CaCl2
 Plasma citrat

Prosedur :

1. Alat dan bahan disipakan.


2. Alat coatron ® M1 dinyalakan dengan menekan tombol “ON” kemudian
tunggu sampai tanda merah “service” menjadi “ready”.
3. Singel cuvet diletakkan pada tempat “incubation” dan reagen tube
ditempatkan pada tempat “reagen”.
4. Pada coatron®M1 ditekan tombol “test” untuk memilih test yang inginkan
kemudian tekan “enter”.
5. Reagen CaCl2 dipipet sebanyak 100 ul dengan mikropipet kemudian
dimasukkan ke dalam tempat reagen tube 2.
6. Reagen CaCl2 di inkubasi selama 600 detik.
7. Sampel plasma citrat dipipet sebanyak 50 ul dan dimasukkan kedalam singel
cuvet kemudian ditambahkan reagen APTT sebanyak 50 ul.
8. Inkubasi selama 180 detik.
Analis Kesehatan 42

9. Singel cuvet yang telah berisi plasma citrat dan reagen APTT dipindahkan ke
tempat “optic” lalu tekan “optic”.
10. Tunggu sampai perintah “active” kemudian reagen CaCl2 dipipet sebanyak 50
ul dan dimasukkan kedalam singel cuvet yang berada ditempat “optic”.
11. Tunggu beberapa detik, hasil dicatat dan di laporkan sebagai nilai APTT.

Nilai Normal : 30,52 – 39,30 detik

Pembahasan :

Pemeriksaan APTT dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan pada pembekuan


darah yang dilakukan oleh trombosit.

APTT memanjang dijumpai pada :

1. Defisiensi bawaan
o Jika PPT normal kemungkinan kekurangan :
 Faktor VIII
 Faktor IX
 Faktor XI
 Faktor XII
o Jika faktor-faktor koagulasi tersebut normal, kemungkinan
kekurangan HMW kininogen (Fitzgerald factor).
o Defisiensi vitamin K, defisiensi protrombin, hipofibrinogenemia.
2. Defisiensi didapat dan kondisi abnormal seperti :
o Penyakit hati (sirosis hati)
o Leukemia (mielositik, monositik)
o Penyakit von Willebrand (hemophilia vaskular)
o Malaria
o Koagulopati konsumtif, seperti pada disseminated intravascular
coagulation (DIC).
o Circulating anticoagulant (antiprothrombinase atau circulating
anticoagulant terhadap suatu faktor koagulasi).
o Selama terapi antikoagulan oral atau heparin.
Analis Kesehatan 43

9. Pemeriksaan Fibrinogen

Metode : Optic

Tujuan : untuk mengetahui adanya kelainan pada faktor pembekuan darah

Prinsip : ditambahkan reagen thrombin ke dalam plasma sitrat dan akan


bereaksi membentuk benang fibrin. Lamanya waktu terbentuk benang
fibrin diukur. Hasil dilaporkan dalam mg/dl

Alat dan bahan :

 Coatron®M1

 Mikropipet

 Yellowtip

 Plasma sitrat

 Singel cuvet

 Reagen fibrinogen buffer (IBS Buffer)

 Reagen fibrinogen (trombin)

Prosedur :

1. Alat Coatron®M1 dinyalakan, tekan ON, kemudian ditunggu hingga


muncul tulisan “READY” pada layar.

2. Dilakukan pengenceran plasma terlebih dahulu dengan perbandingan


antara sampel dengan buffer 1 : 9, plasma citrat 50 ul dan buffer 450 ul
lalu dihomogenkan.

3. Reagen FIB (Trombin) dipipet sebanyak 50 ul dan dimasukkan kedalam


tabung lalu diinkubasi pada alat selama 10 menit pada suhu 37oC.

4. Dipipet pengenceran plasma tadi sebanyak 100 ul lalu dimasukkan ke


dalam cuvet dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 120 detik (2 menit).

5. Cuvet dipindahkan ke lubang “OPTIC”.

6. Tekan “OPTIC” dan tunggu hingga muncul tulisan “ACTIVE” pada layar.
Analis Kesehatan 44

7. Setelah tulisan “ACTIVE” muncul, ditambahkan 50 ul reagen FIB


(Thrombin) yang telah diinkubasi tadi ke dalam cuvet tersebut.

8. Hasil dibaca dalam satuan detik dan dilaporkan.

Nilai normal : 150 – 350 mg/dl

10. Pemeriksaan Golongan Darah

Gambar 3.5 Reagen dan slide golongan darah

Metode : Aglutinasi
Tujuan : Untuk menetapkan jenis golongan darah pasien
Prinsip : Sel darah merah dicampur dengan antisera A, antisera B,
antisera AB, antisera D kemudian dilihat adanya aglutinasi
yang terbentuk stelah dirotator selama satu menit.

Reaksi : Ag + Ab kompleks Ag-Ab

Alat dan bahan :

 Darah EDTA
 Slide golongan darah
 Rotator
 Batang pengaduk
 Antisera A, B, AB dan D
 Mikropipet

Prosedur kerja :

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Sample darah dihomogenkan.
3. Darah dipipet sebanyak 40µl dengan mikropipet.
Analis Kesehatan 45

4. Satu tetes darah diletakkan pada masing-masing bagian pada kertas golongan
darah.
5. Anti A diteteskan pada satu bagian darah yang ada pada kertas golongan
darah sebanyak satu tetes dibagian anti A.
6. Anti B diteteskan pada satu bagian darah yang ada pada kertas golongan
darah sebanyak satu tetes dibagian anti B.
7. Anti AB diteteskan pada satu bagian darah yang ada pada kertas golongan
darah sebanyak satu tetes dibagian anti AB.
8. Anti D diteteskan pada satu bagian darah yang ada pada kertas golongan
darah sebanyak satu tetes dibagian anti Rh (resus)
9. Sel darah dan antisera dicampur menggunakan lidi pengaduk
10. Kartu golongan darah diletakkan pada rotator selama 1 menit.
11. Aglutinasi yang terbentuk diamati.
Interpretasi hasil :
Golongan darah Anti A Anti B Anti AB
A + - +
B - + +
AB + + +
O - - -

Pembahasan :

Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang
terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:

 Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen
A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen
B dalam serum darahnya.
 Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel
darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum
darahnya
 Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan
antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A
maupun B
Analis Kesehatan 46

 Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B.

Rhesus adalah sistem penggolongan darah berdasarkan ada atau tidaknya


antigen D di permukaan sel darah merah, nama lainnya adalah faktor Rhesus atau
faktor Rh.

Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO


dengan menambahkan “+” bagi pemilik faktor rhesus atau “-“ bagi yang tidak
memiliki faktor rhesus dalam darahnya, sehingga kita mengenal golongan darah
A+ atau A-, B+ atau B-, AB+ atau AB-, dan O+ atau O-.

Delapan puluh lima persen penduduk dunia memiliki faktor rhesus (Rh+)
dalam darahnya, sementara 15% nya tidak memiliki faktor rhesus (Rh-) dalam
darahnya.

3.3.2 Kimia Klinik


Prosedur Penggunaan Alat BS-380

Gambar 3.6 Alat kimia darah BS-380

Prinsip : Seberkas cahaya monokromasi akan melewati filter


kemudian cahaya masuk kedalam cuvet dan di dalam cuvet ada
cahaya yang terserap dan ada juga cahaya yang di teruskan.
Cahaya yang teserap akan diukur oleh detektor kemudian
Analis Kesehatan 47

diubah menjadi sinyal listrik. Sinyal listrik itulah yang


merupakan hasil pengukuran.

cahaya → monokromator → cuvet → detektor → meter

Prosedur :

1. Pengecekan Alat Sebelum Menghidupkan Alat


a. Cek kecukupan diluent wash solution
b. Cek pada reagent disk posisi D dan W pastikan cukup terisi
 D dengan Concentrated Wah Solution
 W dengan Distillated Water
c. Cek pada sampel disk posisi D1, D2 dan W pastikan cukup terisi
 D1 dengan Acid Wash Solution
 D2 dengan Concentrated Wash Solution
 W dengan Distillated Water
d. Cek tempat pembuangan (High dan Low Concentrated Waste)
pastikan tempat pembuangan kosong
2. Menyalakan Alat
a. Turn On Water Pump Unit.
b. Switch on main power BS-380 (Pada bagian samping kiri bawah).
c. Switch on elektronik BS-380 (pada bagian samping kiri atas).
d. Turn on monitor computer.
e. Turn on computer dan printer.
f. Software pengoperasian alat BS-380 akan bekerja secara otomatis.
3. Menempatkan Reagent
a. Tempatkan reagen sesuai dengan tempat yang telah ditentukan pada
reagent disk dan buka penutup reagent.
b. Pastikan botol reagent sesuai dengan yang telah ditentukan untuk
akurasi perhitungan pada inventory pada alat.
4. Menjalankan Kalibrasi
a. Jalankan kalibrasi apabila dibutuhkan.
b. Pilih calibration → calibration request → pilih test yang akan
dicalibration kemudian tekan request.
Analis Kesehatan 48

c. Tempatkan calibration sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan


pada sampel disk.
d. Pilih play untuk memulai menjalankan calibrasi.
e. Untuk melihat hasil calibrasi, pilih calibration → result → pilih pada
test list untuk melihat hasil calibrasi sesuai dengan test yang dipilih.
5. Menjalankan Qontrol
a. Pilih QC → QC request → pilih test yang akan dicontrol → tekan
request.
b. Tempatkan control sesuai dengan tempat yang telah ditentukan pada
sampel disk.
c. Pilih play untuk memulai menjalankan control.
d. Untuk melihat hasil control, pilih QC → real timer (daily/ day to
day) → pilih test pada test list.
6. Menjalankan Sampel
a. Pilih sampel → sampel request → masukkan ID → pilih test yang
akan dijalankan → tekan request.
b. Masukkan ID dan pilih test untuk sampel berikutnya hingga selesai.
c. Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan
pada sampel disk.
d. Pilih play untuk menjalankan sampel.
e. Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel → current atau history.
7. Menjalankan Emergency Sampel (STAT)
a. Pilih sampel → sampel request → masukkan ID → pilih test yang
akan dijalankan → klik kotak pada bagian kiri STAT → tekan
request.
b. Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan
pada sampel disk.
c. Pilih play untuk menjalankan sampel.
d. Untuk melihat hasil sampel, pilih current atau history.
8. Menambahkan atau Mengahapus Sampel/ Test
a. Menambahkan Sampel
 Pilih sampel → sampel request → masukkan ID → pilih test yang
akan dijalankan → tekan request.
Analis Kesehatan 49

 Masukkan ID dan pilih test untuk sampel berikutnya hingga


selesai.
 Tempatkan sampel sesuai tempat yang telah ditentukan pada
sampel request.
 Pilih play untuk menjalankan sampel.
9. Mencetak Hasil Pemeriksaan
 Pilih sampel → current / history → tekan ID → Pilih sampel dan test
yang akan di print → tekan print/send.
10. Mematikan Alat
Setelah pemeriksaan atau pengoperasian alat selesai dan system atau
status alat dalam keadaan IDLE ( berada di pojok kiri atas monitor) →
pilih shutdown untuk keluar dari program alat, secara otomatis akan
mematikan computer, selanjutnya :
 Turn Off monitor computer
 Turn Off printer
 Switch Off Elektronik BS-380 ( Pada bagian samping kiri atas)
 Switch Off power BS-380 ( Pada bagian samping kiri bawah)
 Turn Off water pump unit

Tutup semua botol reagent dan simpan pada refrigerator suhu 2-8oC.
Pindahkan semua sampel dari sampel disk. Bersihkan semua permukaan
alat dengan desinfectan menggunakan clean soft cloth. Periksa tangki
pembuangan (High dan Low concentrated wasted) kosongkan bila perlu.

1. Pemeriksaan Total Protein

Metode : Biuret

Tujuan : Untuk menetapkan kadar total protein didalam darah pasien.

Prinsip : Protein dalam spesimen akan bereaksi dengan cupri sulfat


dalam suasana alkali akan beraksi membentuk kompleks warna
yang intensitasnya sebanding dengan kadar protein total dalam
sample.

Reaksi : Protein + Cu2+ suasana alkali kompleks warna


Analis Kesehatan 50

Alat dan bahan :

 Serum
 Tabung reaksi
 Mikropipet
 Bluetip dan yellowtip
 Fotometer
Prosedur :
 Cara Manual
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Dipipet kedalam tabung.
Blanko Standar Test
Reagen protein total 1000µl 1000µl 1000µl
Standar 20µl
Serum 20µl
3. Masing-masing tabung dihomogenkan lalu diinkubasi selama 10 menit
pada suhu 37o C.
4. Hasil reaksi yang terjadi dibaca dengan menggunakan fotometer dengan
panjang gelombang 546nm.
5. Angka yang muncul pada fotometer dicatat sebagai hasil pemeriksaan
total protein.
 Cara Otomatis
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup.
3. Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum
yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
4. Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan
cara sebagai berikut :
o Pilih sampel → klik sampel request → masukkan ID dan nama
pasien → ubah tube type menjadi micro → pilih test (protein total)
→ tekan ok.
5. Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada
sampel disk.
6. Pilih play untuk menjalankan sampel.
Analis Kesehatan 51

7. Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel → current atau history.

Perhitungan :

Protein total (g/dl) : Abs test x kadar standar

Abs std

Nilai normal : 5-8 g/dl

Pembahasan :

 Pemeriksaan total protein berguna untuk memonitori perubahan kadar protein


yang disebabkan oleh berbagai macam penyakit dan menguji faal hati.

 Penurunan Kadar : malnutrisi berkepanjangan, kelaparan, diet rendah protein,


sindrom malabsorbsi, kanker gastrointestinal, kolitis ulseratif, penyakit
Hodgkin, penyakit hati yang berat, gagal ginjal kronis, luka bakar yang parah,
intoksikasi air.
 Peningkatan Kadar : dehidrasi (hemokonsentrasi), muntah, diare, mieloma
multipel, sindrom gawat pernapasan, sarkoidosi.

2. Pemeriksaan Albumin
Metode : BCG ( Brom Cresol Green )
Tujuan : Untuk mengetahui kadar albumin dalam serum pasien.
Prinsip : Albumin yang terdapat dalam serum akan bereaksi secara
spesifik dengan indicator BCG pada pH tertentu membentuk
kompleks warna yang intensitasnya sebanding dengan kadar
albumin dalam serum.
Reaksi :
Albumin + indikator BCG pH tertentu kompleks warna

Alat dan Bahan :

 Reagen albumin
 Serum
 Fotometer
 Cuvet
Analis Kesehatan 52

 Mikropipet
 Yellowtip dan bluetip

Prosedur :

 Cara Manual
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Dipipet kedalam tabung.
Blanko Standar Test
Reagen albumin 1000µl 1000µl 1000µl
Standar 10µl
Sample 10µl
3. Seluruh isi tabung dihomogenkan, kemudian diinkubasi selama 10 menit
pada suhu ruang.
4. Reaksi yang terjadi dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang
578nm.
 Cara Otomatis
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup.
3. Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum
yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
4. Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan
cara sebagai berikut :
o Pilih sampel → klik sampel request → masukkan ID dan nama
pasien → ubah tube type menjadi micro → pilih test (Albumin) →
tekan ok.
5. Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada
sampel disk.
6. Pilih play untuk menjalankan sampel.
7. Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel → current atau history.
Perhitungan : Abs test x konsentrasi standar
Abs std
Nilai normal : 3,5-5,3 mg/dl
Analis Kesehatan 53

Pembahasan :
a. Albumin berfungsi sebagai penyusun sel dan mempertahankan tekanan
osmotik + H2O.
b. Pemeriksaan dilakukan untuk mendiagnosa adanya gangguan pada fungsi
liver dan ginjal.
c. Penurunan albumin mengakibatkan keluarnya cairan vascular (cairan
pembuluh darah) menuju jaringan sehingga terjadi oedema (bengkak),
Berkurangnya sintesis (produksi) karena malnutrisi, radang menahun,
sindrom malabsorpsi, penyakit hati menahun, kelainan genetik, peningkatan
ekskresi (pengeluaran), karena luka bakar luas, penyakit usus, nefrotik
sindrom (penyakit ginjal). Pengaruh obat : penisilin, sulfonamid, aspirin,
asam askorbat.
d. Peningkatan kadar : dehidrasi, muntah yang parah, diare berat. Pengaruh
obat : heparin.

3. Pemeriksaan SGOT/AST

Metode : IFCC

Tujuan : untuk mengetahui aktivitas enzim AST.

Prinsip : AST mengkatalis transfer gugus amino dari L-aspartat dan α-


ketoglutarat menjadi oxaloacetat dan L-glutamat. Oxaloacetat
akan direduksi dan oksidasi NADH menjadi NAD dengan
bantuan L-malate dihidrogenase.

Reaksi :

L. Aspartate + α-ketoglutarate AST oxaloacetate + L-glutamate

Oxaloacetate + NADH + H+ MDH L-Malate + NAD+ + H2O

Alat dan bahan :

 Serum
 Tabung reaksi
 Fotometer
 Yellowtip dan bluetip
Analis Kesehatan 54

 Reagen SGOT
 Mikropipet
Prosedur :
 Cara Manual
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Dipipet kedalam tabung.
Blanko Test
Reagen AST 1000µl 1000µl
Serum 100µl
3. Masing-masing isi tabung dihomogenkan,lalu diinkubasi selama 1 menit
disuhu ruang.
4. Hasil reaksi yang terjadi dibaca dengan menggunakan fotometer pada
panjang gelombang 340nm.
5. Angka yang muncul pada fotometer dicatat sebagai hasil pemeriksaan
enzim enzim AST.
 Cara Otomatis
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup.
3. Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum
yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
4. Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan
cara sebagai berikut :
o Pilih sampel → klik sampel request → masukkan ID dan nama pasien
→ ubah tube type menjadi micro → pilih test (SGOT) → tekan ok
5. Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada
sampel disk.
6. Pilih play untuk menjalankan sampel.
7. Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel → current atau history.
Perhitungan : Abs test x faktor
Nilai normal : <40 IU/L
Analis Kesehatan 55

Pembahasan :
 SGOT Merupakan enzim transaminase, yang berada pada serum dan jaringan
terutama hati dan jantung. Pelepasan SGOT yang tinggi dalam serum
menunjukkan adanya kerusakan pada jaringan jantung dan hati.
 Peningkatan kadar SGOT terjadi karena radang otot jantung, sirosis hepatis,
infark paru, sumbatan saluran empedu, gagal jantung kongestif, tumor hati,
kerusakan sel-sel hati, infark miokard (serangan jantung), pankreatitis akut
(radang pankreas), dan Iain-lain.
4. Pemeriksaan SGPT/ALT

Metode : IFCC

Tujuan : untuk mengetahui aktivitas enzim ALT

Prinsip : ALT mengkatalis transfer gugus amino dari L-alanine dan α-


ketoglutarat menjadi pyruvat akan direduksi dan oksidasi
NADH menjadi NAD dengan bantuan L-lactate dihidrogenase.

Reaksi :

L-alanine + α-ketoglutamate ALT Pyruvat + L-glutamate

Pyruvat + NADH + H+ LDH L-Laclate + NAD+ + H2O

Alat dan bahan :

 Serum
 Yellowtip dan bluetip
 Tabung reaksi
 Fotometer
 Reagen SGPT
 Mikropipet
Analis Kesehatan 56

Prosedur :
 Cara Manual
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Dipipet kedalam tabung.
Blanko Test
Reagen ALT 1000µl 1000µl
Serum 10µl
3. Masing-masing isi tabung dihomogenkan, lalu diinkubasi selama 1 menit
pada suhu ruang.
4. Hasil reaksi yang terjadi dibaca dengan menggunakan fotometer pada
panjang gelombang 340nm.
5. Angka yang muncul pada fotometer dicatat sebagai hasil pemeriksaan
aktivitas enzim ALT
 Cara Otomatis
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup
3. Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum
yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
4. Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan
cara sebagai berikut :
o Pilih sampel → klik sampel request → masukkan ID dan nama
pasien → ubah tube type menjadi micro → pilih test (SGPT) →
tekan ok
5. Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada
sampel disk.
6. Pilih play untuk menjalankan sampel.
7. Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel → current atau history.
Perhitungan : Abs test x faktor
Nilai normal : < 38 IU/L
Pembahasan :
 SGPT merupakan enzim transaminase yang dalam keadaan normal berada
dalam jaringan tubuh terutama hati. Peningkatan dalam serum darah
menunjukkan adanya trauma atau kerusakan hati.
Analis Kesehatan 57

 Peningkatan kadar SGPT terjadi pada hepatitis virus, hepatitis toksis, infeksi
mond nuklear, hepatitis kronik aktif, infark miokard (serangan jantung),
pankreatitis, sirosis empedu.

5. Pemeriksaaan Bilirubin Total

Metode : DMSO

Tujuan : Untuk mengetahui kadar bilirubin total dalam serum pasien.

Prinsip : Bilirubin akan bereaksi dengan diazotized sulfamilis acid


(DSA) membentuk zat warna merah diukur pada fotometer.

Reaksi :

Sulphanilic acid + sedium nitrit PSA

Bilirubin + DSA + accelerator total Azobilirubin (merah)

Alat dan bahan :

 Serum
 Tabung reaksi
 Fotometer
 Yellowtip dan bluetip
 Reagen bilirubin total
 Mikropipet
Prosedur :
 Cara Manual
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Dipipet kedalam tabung.
Blanko Test
R1 bilirubin total 500µl 500µl
R2 bilirubin total 25µl
Serum 50µl 50µl
3. Semua tabung dihomogenkan kemudian di inkubasi selama 5 menit pada
suhu ruang.
Analis Kesehatan 58

4. Kadar bilirubin total dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang


555 nm.
5. Hasil yang muncul dicatat sebagai nilai bilirubin total.
 Cara Otomatis
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup
3. Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum
yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
4. Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan
cara sebagai berikut :
o Pilih sampel → klik sampel request → masukkan ID dan nama
pasien → ubah tube type menjadi micro → pilih test (Bilirubin
total) → tekan ok.
6. Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada
sampel disk.
7. Pilih play untuk menjalankan sampel.
8. Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel → current atau history .

Nilai Normal : < 1,00 mg/dl

Pembahasan :

▪ Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari
hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotelium.

▪ Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :


a. Makan malam yang mengandung tinggi lemak sebelum pemeriksaan
dapat mempengaruhi kadar bilirubin.
b. Wortel dan ubi jalar dapat meningkatkan kadar bilirubin.
c. Hemolisis pada sampel darah dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
d. Sampel darah yang terpapar sinar matahari atau terang lampu, kandungan
pigmen empedunya akan menurun.
e. Obat-obatan tertentu dapat meningkatkan atau menurunkan kadar
bilirubin.
Analis Kesehatan 59

6. Pemeriksaan Bilirubin Direct


Metode : DMSO
Tujuan : untuk mengetahui kadar bilirubin direct dalam serum pasien
Prinsip : bilirubin glukoronida yang larut dalam air bereaksi langsung (direct)
dengan DSA.
Reaksi : Bilirubin + DSA Direct azobilirubin
Alat dan bahan :
 Mikropipet
 Yellow tip
 Blue tip
 Fotometer

Prosedur :

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Reagen dan serum dipipet sebagai berikut :
Blanko Sampel
R1 Bilirubin 750 ul 750 ul
R2 Bilirubin 25 ul
Serum 50 ul 50 ul
3. Semua tabung dihomogenkan kemudian diinkubasi selama 5 menit pada
suhu ruang.
4. Kadar bilirubin direct dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang
555 nm.

Nilai normal : < 0,25 mg/dl

7. Pemeriksaan Gamma GT

Metode : SZASZ

Tujuan : Untuk mengukur aktivitas enzim Gamma GT.

Prinsip : L-gamma glutamyl 3-carboxy 4 nitro anilide bereaksi dengan


glycyglycin dengan bantuan Gamma GT akan terbentuk L-4
glutamyl glycyglycin + nilai 5 amino 2 nitro benzoate yang
Analis Kesehatan 60

terbentuk sebanding dengan aktivitas Gamma GT dalam


serum.

Reaksi :

L-gamma glutamyl-3-carboxy -4 gamma GT L-4 glutamly glycygcin + 5


nitro anilide + glycyglycin amino- 2 nitro benzoate

Alat dan bahan :

 Mikropipet
 Yellowtip
 Bluetip
 Fotometer
 Serum
 Reagen Gamma GT

Prosedur :

 Cara Manual
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Reagen dan serum dipipet sebagai berikut :
Test
Reagen Gamma GT 500 ul
Serum 50 ul
3. Semua tabung dihomogenkan dan di inkubasi selama 1 menit pada suhu
ruang.
4. Kadar gamma GT dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang 405
nm.
 Cara otomatis
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup
3. Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum
yang berada dalam cuvet/ sampel cup
4. Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan
cara sebagai berikut :
Analis Kesehatan 61

o Pilih sampel → klik sampel request → masukkan ID dan nama


pasien → ubah tube type menjadi micro → pilih test (gamma GT)
→ tekan ok.
5. Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada
sampel disk.
6. Pilih play untuk menjalankan sampel.
7. Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel → current atau history.

Nilai Normal :

 Laki-laki : 9 – 54 IU/L
 Perempuan : 8 – 35 IU/L

Pembahasan :

 Peningkatan Kadar : sirosis hati, nekrosis hati akut dan subakut, alkoholisme,
hepatitis akut dan kronis, kanker (hati, pankreas, prostat, payudara, ginjal,
paru-paru, otak), kolestasis akut, mononukleosis infeksiosa, hemokromatosis
(deposit zat besi dalam hati), DM, steatosis hati / hiperlipoproteinemia tipe
IV, infark miokard akut (hari keempat), CHF, pankreatitis akut, epilepsi,
sindrom nefrotik. Pengaruh obat : Fenitoin (Dilantin), fenobarbital,
aminoglikosida, warfarin (Coumadin).
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :

 Obat fenitoin dan barbiturat dapat menyebabkan tes gamma-GT positif


palsu.
 Asupan alkohol berlebih dan dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan peningkatan kadar gamma-GT.

8. Pemeriksaan Alkali Phosphatase (ALP)

Metode : DGKC

Tujuan : untuk mengetahui aktivitas enzim ALP.

Prinsip : Alkali Phosphatase mengkatalisa dalam media alkali yang


mentransfer 4-nitrophenilphosphat dan 2-amino-2-metil-1-
Analis Kesehatan 62

propanol (AMP) menjadi 4-nitrophenol. Kenaikan 4-


nitrophenol diukur secara fotometri pada panjang gelombang
405 nm.

Reaksi :

Alkali
P-NPP + H2O 4-nitrophenolphosphat + 2-amino 4-nirophenol

-2-metil-1-propanol (AMP)

Alat dan bahan :

 Mikropipet
 Yellowtip
 Bluetip
 Fotometer
 Serum
 Reagen Alkali Phosphatase (ALP)

Prosedur :

 Cara Manual
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Reagen dan serum dipipet sebagai berikut :
Test
Reagen Alkali Phosphatase (ALP) 600 ul
Serum 10 ul
3. Semua tabung dihomogenkan dan di inkubasi selama 1 menit pada suhu
ruang.
4. Kadar ALP dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang 405 nm.
 Cara Otomatis
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup.
3. Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum
yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
4. Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan
cara sebagai berikut :
Analis Kesehatan 63

o Pilih sampel → klik sampel request → masukkan ID dan nama


pasien → ubah tube type menjadi micro → pilih test (ALP) → tekan
ok.
5. Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada
sampel disk.
6. Pilih play untuk menjalankan sampel.
7. Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel → current atau history.

Nilai Normal : 98-279 u/L

Pembahasan :

 Peningkatan kadar : obstruksi empedu (ikterik), kanker hati, sirosis sel


hati, hepatitis, hiperparatiroidisme, kanker (tulang, payudara, prostat),
leukemia.
 Penurunan kadar : hipotiroidisme, malnutrisi, sariawan/skorbut
(kekurangan vit C) dan lain-lain.

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :

 Sampel hemolisis,
 Pengaruh obat-obatan tertentu
 Usia pasien

9. Pemeriksaan Glukosa Darah

Metode : GOD-PAP

Tujuan : untuk mengetahui kadar glukosa dalam serum pasien.

Prinsip : Glukosa dalam spesimen akan terhidrolisa oleh enzim


glukosa oksidase (GOD). Hasil hidrolisa bereaksi dengan
paraaminopenazon (PAP) dengan dikatalis oleh enzim
peroksidase (POD), shingga membentuk warna merah dan
diukur pada fotometer.
Analis Kesehatan 64

Reaksi : glukosa darah GOD Hidrogen peroksidase

( H2O2 )
H2O2 enz. Peroksidasi Quinoneimine
+ P-aminopenazone (PAP)

Alat dan bahan :

 Serum
 Fotometer
 Tabung reaksi
 Mikropipet
 Yellowtip dan bluetip

Prosedur :

 Cara Manual
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Dipipet kedalam tabung :
Blanko Standar Test
Reagensia 1000µl 1000µl 1000µl
Standar 10µl
Serum 10µl
3. Seluruh isi tabung dihomogenkan, lalu diinkubasi selama 15-20menit
pada waktu ruang.
4. Kemudian dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang 546nm.
 Cara Otomatis
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup.
3. Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum
yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
4. Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan
cara sebagai berikut :
o Pilih sampel → klik sampel request → masukkan ID dan nama
pasien → ubah tube type menjadi micro → pilih test (Glukosa D) →
tekan ok.
Analis Kesehatan 65

5. Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada


sampel disk.
6. Pilih play untuk menjalankan sampel.
7. Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel → current atau history.

Perhitungan : Abs test x kadar standar

Abs std

Nilai normal :

o Glukosa puasa : <140 mg/dl


o Glukosa sewaktu : < 180 mg/dl
o Glukosa 2 jam pp : 70-110 mg/dl

Pembahasan :

a. Kadar glukosa dalam darah merupakan indikator untuk memastikan diagnosa


Diabetes Melitus.
b. Pemeriksaan ini juga berguna untuk memantau kadar gula untuk keberhasilan
pengobatan.

10. Pemeriksaan Trygliserida

Metode : GPO –PAP

Tujan : untuk mengetahui kadar trigliserid dalam spesimen


(serum).

Prinsip : Trigliserid yang terdapat didalam spesimen akan


terhidrolisis oleh lipase menjadi gliserol dan asam
lemak. Gliserol akan bereaksi dibantu oleh ATP dan
enzim gliserol kinase menghasilkan gliserol 3-
phospat. Selanjutnya akan diubah oleh enzim
glycerol phospoxydase menjadi dihidroxi aceton
phospat dan H2O2. Reaksi terakhir antara H2O2
dengan kromogen dipengaruhi oleh enzim
peroksidase menghasilkan senyawa berwarna
kemerahan dan diukur dengan fotometer.
Analis Kesehatan 66

Reaksi :

Trigliserid enz. Lipase glycerol + free fatty acid

Glycerol + ATP glycerol kinase glycerol 3-phospate +ADP

Glycerol 3 phospate + O2 glycerol phospoxydase DAP + H2O2

H2O2 +TBHB peroxydase Qunoneimine + 2H2O

(merah)

Alat dan bahan :

 Serum
 Mikropipet
 Reagen trigliserid
 Yellowtip dan bluetip
 Fotometer
 Tabung reaksi

Prosedur :

 Cara Manual
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Dipipet kedalam tabung :
Balnko Standart Test
Reagen
1000µl 1000µl 1000µl
Triglyserida
Standart 10µl
Serum 10µl
3. Seluruh isi tabung dicampur hingga homogen lalu di inkubasi selama 15-
20 menit pada suhu ruang.
4. Dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang 546nm.
5. Angka yang muncul pada fotometer dicatat dan dilaporkan.
Analis Kesehatan 67

 Cara Otomatis
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup.
3. Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum
yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
4. Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan
cara sebagai berikut :
o Pilih sampel → klik sampel request → masukkan ID dan nama
pasien → ubah tube type menjadi micro → pilih test (Triglyserida)
→ tekan ok.
5. Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada
sampel disk.
6. Pilih play untuk menjalankan sampel.
7. Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel → current atau history.
Nilai normal : ≤ 150 mg/dl
Pembahasan :
a. Pemeriksaan triglyserida diperlukan untuk mendiagnosa gangguan pembuluh
darah seperti sakit jantung dan stroke.
b. Triglyserida ini merupakan penyebab utama penyakit penyumbatan arteri
dibanding kolesterol.
c. Penurunan kadar triglyserid serum dapat terjadi karena malnutrisi protein,
kongenital (kelainan sejak lahir).
d. Peningkatan kadar trigliserida terjadi pada hipertensi (penyakit darah tinggi),
sumbatan pembuluh darah otak,diabetes mellitus tak terkontrol, diet tinggi
karbohidrat, kehamilan.
11. Pemeriksaan Cholesterol
Metode : CHOD-PAP
Tujuan : Untuk mengetahui kadar cholesterol dalam spesimen serum.
Prinsip : cholesterol yang terdapat didalam serum berupa cholesterol
ester yang dihidrolisis oleh enzim cholesterol esterase menjadi
cholesterol dan asam lemak. Cholesterol yang bebas akan
dioksidasin oleh enzim cholesterol oxydase menghasilkan
H2O2. H2O2 bereaksi dengan kromogen menghasilkan
Analis Kesehatan 68

qunoneimin dibantu oleh enzim peroksidase akan


berwarnamerah yang diukur dengan fotometer pada intensitas
warna yang terbentuk sebanding dengan kadar cholesterol.
Reaksi :
Cholesterol ester Cholesterol Esterase Cholesterol acid

Cholesterol + O2 Cholesterol Oxidase Cholesterol -3-one + H2O2

H2O2 + P-HBS + 4-aminoantipyrine enz. POD Qunoneimine + 2H2O


(merah)
Alat dan bahan :
 Serum
 Reagen cholesterol
 Bluetip dan yellowtip
 Mikropipet
 Fotometer
 Tabung reaksi
Prosedur :
 Cara Manual
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Dipipet kedalam tabung :
Blanko Standar Test
Reagen cholesterol 1000µl 1000µl 1000µl
Standart 10µl
Serum 10µl
3. Seluruh isi tabung dicampur hingga homogen dan diinkubasi selama 15-
20 menit pada suhu ruang.
4. Hasil reaksi dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang 546nm.
5. Angka yang diperoleh dicatat dan dilaporkan.
Analis Kesehatan 69

 Cara Otomatis
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup.
3. Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum
yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
4. Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan
cara sebagai berikut :
o Pilih sampel → klik sampel request → masukkan ID dan nama
pasien → ubah tube type menjadi micro → pilih test (CHOL S) →
tekan ok.
5. Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada
sampel disk.
6. Pilih play untuk menjalankan sampel.
7. Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel → current atau history.
Perhitungan : Abs test x kadar standar
Abs std
Nilai normal : 50-200mg/dl
Pembahasan :
 Cholesterol (sterol) berfungsi sebagai bahan baku produksi hormon steroid
yang berfungsi untuk melindungi kulit serta bahan baku untuk
menghasilkan garam empedu.
 Peningkatan cholesterol disebut hyperkolesterolemia yang dapat
menyebabkan pumbuluh darah terganggu.

12. Pemeriksaan HDL

Metode : Direct
Tujuan : untuk mengetahui kadar HDL dalam darah manusia.
Prinsip : kolesterol HDL akan bereaksi secara spesifik dengan
reagensia membentuk kompleks warna yang intensitasnya
sebanding dengan konsentrasi HDL. Hasil reaksi diukur secara
fotometri.
Analis Kesehatan 70

Alat dan bahan :


 Serum
 Fotometer
 Tabung reaksi
 Yellowtip dan bluetip
 Mikropipet
Prosedur :
 Cara Manual
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Dipipet kedalam tabung :
Test
Reagen 1000µl
Serum 10µl
3. Isi tabung dihomogenkan dan diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37oC.
4. Kadar HDL diukur menggunakan fotometer dengan panjang gelombang
546nm.
 Cara Otomatis
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup.
3. Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum
yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
4. Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan
cara sebagai berikut :
o Pilih sampel → klik sampel request → masukkan ID dan nama
pasien → ubah tube type menjadi micro → pilih test (HDL) →
tekan ok.
5. Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada
sampel disk.
6. Pilih play untuk menjalankan sampel.
7. Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel → current atau history.
Nilai normal : 30-75 mg/dl
Analis Kesehatan 71

Pembahasan :
 HDL adalah lemak baik yang membantu/mencegah terjadinya
artrioseklorasi sehinggga terhindar dari penyakit jantung atau stroke.
 HDL membantu mengurangi penimbunan plak pada pembuluh darah.
13. Pemeriksaan LDL

Metode : Friedwald

Tujuan : Untuk mengetahui kadar LDL dalam serum pasien.

𝑇𝑟𝑖𝑔𝑙𝑦𝑠𝑒𝑟𝑖𝑑𝑎
Perhitungan : Cholesterol Total – HDL cholesterol – ( )
5

Nilai Normal : 66 – 178 mg/dl

Pembahasan :

 LDL mempunyai peran utama terjadinya penyakit sumbatan pembuluh


darah yang mengarah ke serangan jantung, stroke, dan Iain-Iain.

14. Pemeriksaan Ureum (Urea)

Metode : GLDH

Tujuan : Untuk mengetahui kadar urea dalam serum pasien.

Prinsip : Urea direaksikan dengan enzim urease menjadi 2NH3 dan


karbondioksida (CO2). Nitrat dan α-KG ditambah NADH dan
H+ maka akan menjadi L-glutamate dan NAD+ dengan
bantuan enzim GLDH.

Reaksi :

Urea + H2O urease 2NH3 + CO2

NH3 + α-KG +NADH+ + H+ GLDH L-glutamate + NAD+ + 2H2O

Alat dan bahan :

 Mikropipet
 Yellowtip
 Bluetip
Analis Kesehatan 72

 Fotometer
 Serum
 Reagen ureum
 Standart ureum

Prosedur :

 Cara Manual
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Reagen dan serum dipipet sebagai berikut :
Blanko standart Test
Reagen 1000 ul 1000 ul 1000 ul
Standart - 10 ul -
Serum - - 10 ul
3. Semua tabung dihomogenkan dan di inkubasi selama 30 menit pada suhu
ruang.
4. Kadar ureum dibaca pada fotometer dengan program Abs.
 Cara Otomatis
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup.
3. Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum
yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
4. Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan
cara sebagai berikut :
o Pilih sampel → klik sampel request → masukkan ID dan nama
pasien → ubah tube type menjadi micro → pilih test (UREA 50x
10) → tekan ok.
5. Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada
sampel disk.
6. Pilih play untuk menjalankan sampel.
7. Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel → current atau history.

Perhitungan : Abs test 2 – Abs test 1 x kadar standart

Abs std 2 – Abs std 1


Analis Kesehatan 73

Nilai Normal : 15 – 50 mg/dl

Pembahasan :

 Ureum merupakan hasil metabolisme protein yang berasal dari asam amino
arginin dan metionin.
 Pemeriksaan ureum untuk mendiagnosa adanya penyakit yang mengganggu
fungsi ginjal.
Faktor yang dapat mempengaruhi hasil :
 Input protein
 Aktivitas otot atau tubuh
 Fungsi ginjal

15. Pemeriksaan Creatinin

Metode : Jaffe

Tujuan : untuk mengetahui kadar creatinin dalam serum pasien.

Prinsip : Creatinin sodium picrate dalam suasana alkali akan diubah


menjadi senyawa creatinin picrate yang berwarna kuning
sampai jingga.

Reaksi :

Creatinin + Sodium Picrate alkali senyawa creatinin picrate

(kuning – jingga)

Alat dan bahan :

 Mikropipet
 Yellowtip
 Bluetip
 Fotometer
 Serum
 Reagen I creatinin (NaOH)
 Reagen II creatinin (Picrit Acid)
 Standart creatinin
Analis Kesehatan 74

Prosedur :

 Cara Manual
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Reagen dan serum dipipet sebagai berikut :
Blanko Standart Test
Reagen I (NaOH) 1000 ul 1000 ul 1000 ul
Reagen II
200 ul 200 ul 200 ul
(Picrit Acid)
Standart - 50 ul -
Serum - - 50 ul
3. Semua tabung dihomogenkan dan di inkubasi selama 60 detik.
4. Kadar creatinin dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang 492
nm.
 Cara Otomatis
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup.
3. Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum
yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
4. Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan
cara sebagai berikut :
o Pilih sampel → klik sampel request → masukkan ID dan nama
pasien → ubah tube type menjadi micro → pilih test (Creatinin) →
tekan ok.
5. Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada
sampel disk.
6. Pilih play untuk menjalankan sampel.
7. Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel → current atau history.

Perhitungan : Abs test 2 – Abs test 1 x kadar standart

Abs std 2 – Abs std 1

Nilai Normal : 0,4 – 1,4 mg/dl


Analis Kesehatan 75

Pembahasan :

 Pemeriksaan creatinin untuk mendiagnosa adanya penyakit yang


mengganggu fungsi ginjal.

16. Pemeriksaan Asam Urat

Metode : Uricase

Tujuan : untuk mengetahui kadar asam urat dalam serum pasien.

Prinsip : asam urat dalam spesimen akan di hidrolisa dalam enzim


uricase menghasilkan H2O2. H2O2 ini akan bereaksi dengan
Aminoantipyrin dibantu oleh enzim peroksidase (POD)
menghasilkan senyawa berwarna merah.

Reaksi :

Uric Acid + 2H2O + O2 uricase Allatoin + CO2 + H2O2

2H2O2 + 4-AAP + DHBS Hidrogen Peroxidase Quinoneimine + 4H2O

Alat dan bahan :

 Mikropipet
 Yellowtip
 Bluetip
 Fotometer
 Serum
 Reagen Uric Acid
Analis Kesehatan 76

Prosedur :

 Cara Manual
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Reagen dan serum dipipet sebagai berikut :
Blanko Standart Test
Reagen 1000 ul 1000 ul 1000 ul
Standar - 25 ul -
Serum - - 25 ul
3. Semua tabung dihomogenkan dan di inkubasi selama 10 menit pada suhu
ruang.
4. Kadar asam urat dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang 546
nm.
 Cara Otomatis
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup.
3. Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum
yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
4. Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan
cara sebagai berikut :
o Pilih sampel → klik sampel request → masukkan ID dan nama
pasien → ubah tube type menjadi micro → pilih test (URIC ACID
S) → tekan ok.
5. Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada
sampel disk.
6. Pilih play untuk menjalankan sampel.
7. Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel → current atau history.

Nilai Normal : 2,5 – 7,7 mg/dl

Pembahasan :

 Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin (bagian penting dari
asam nukleat pada DNA dan RNA).
Analis Kesehatan 77

 Asam Amino Purin terdapat dalam makanan antara lain: daging, jeroan,
kacang-kacangan, ragi, melinjo dan hasil olahannya.
 Pemeriksaan asam urat (uric acid) untuk mendiagnosa adanya kelainan
metabolisme.
 Peningkatan asam urat dalam serum dan urin bergantung pada fungsi ginjal,
metabolisme purin, serta asupan dari makanan.
 Peningkatan kadar asam urat terjadi pada alkoholik, leukemia, penyebaran
kanker, diabetes mellitus berat, gagal ginjal, gagal jantung kongestif,
keracunan timah hitam, malnutrisi, latihan yang berat.
 Penurunan asam urat terjadi pada anemia kekurangan asam folat, luka bakar,
kehamilan, dan Iain-Iain.

16. Pemeriksaan CK – NAC ( CK )

Metode : DGKC

Tujuan : Untuk mengetahui aktivitas enzyme creatinine kinase ( CK ).

Prinsip : CK mengkatalisaktivitas pembentukkan ATP dari creatinine


phosphate dan ADP, ATP dengan adanya hexokinase
memfosforilasikan glucose menjadi glucose – 6 – phosphate. Glucose
– 6 – phosphate dioksidasi menjadi phospho gluconate dan mereduksi
NAD + → NADH.

Reaksi : Creatinine phosphate + ADP CK Creatinine + ATP

Glucose + ATP HK G – 6 – Phosphate

G – 6 – Phosphate + NAD+ G-6-PDH G – Phosphoglukonat


+ NADH + H+

Alat dan Bahan :

 Mikropipet
 Yellowtip
 Bluetip
 Fotometer
 Serum
Analis Kesehatan 78

 Reagen CK

Prosedur :

 Cara Manual
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Dipipet kedalam tabung :
Test
Reagen CK 1000µl
Serum 25µl
3. Seluruh isi tabung dihomogenkan, lalu diinkubasi selama 5 menit pada
suhu ruang.
4. Hasil reaksi yang terjadi dibaca menggunakan fotometer pada panjang
gelombang 340nm pada suhu 37o C.
 Cara Otomatis
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel cup.
3. Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum
yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
4. Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan
cara sebagai berikut :
o Pilih sampel → klik sampel request → masukkan ID dan nama
pasien → ubah tube type menjadi micro → pilih test (CK-NAC) →
tekan ok.
5. Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada
sampel disk.
6. Pilih play untuk menjalankan sampel.
7. Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel → current atau history.
Perhitungan : CK ( IU/L) = ( Abs test/menit ) x faktor
Nilai normal :
 Perempuan : < 160 IU/L
 Laki laki : < 130 IU/L
Analis Kesehatan 79

Pembahasan :

Faktor yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium :

 Injeksi IM dapat menyebabkan peningkatan kadar CK/CPK total


 Hemolisis pada sampel
 Aktifitas berat dapat menyebabkan peningkatan kadar.
 Trauma dan tindakan bedah dapat meningkatkan kadar.

18. Pemeriksaan CKMB

Metode : DGKC

Tujuan : Untuk mengetahui aktivitas enzyme creatinine kinase


myoglobin darah manusia ( CK-MB ).

Prinsip : CK-MB teridiri dari 2 sub unit CK-M dan CK-B, dimana
sub unit CK-M dihambat oleh antibodi spesifik dan hanya
aktivitas sub unit CK-B yang setara dengan setengah
aktivitas iso enzim MB yang diperiksa dengan cara kinetik
enzimatik. Creatin phosphat dan ADP dengan adanya enzim
creatin kinase akan berubah menjadi creatin dan ATP,
dimana ATP ini bersama glukosa oleh enzim heksokinase
diubah menjadi glukosa-6-phosphat dan ADP. Glukosa-6-
phosphat bersama NADP oleh enzim G-6-P-DH akan
diubah menjadi gluconat-6-phosphat dan NADPH.
Aktivitas CK-B sebanding dengan perubahan NADP. Hasil
yang terukur kemudian dikonversikan dengan CKMB.

Alat dan bahan :

 Serum
 Reagen CK
 Fotometer
 Tabung reaksi
 Mikropipet
 Yellow tip dan blue tip
Analis Kesehatan 80

Prosedur :
 Cara Manual
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Dipipet kedalam tabung :
Test
Reagen CKMB 1000µl
Serum 25µl
3. Isi tabung dihomogenkan, lalu diinkubasi selama 1 menit pada suhu
ruang.
4. Hasil reaksi yang terjadi dibaca dengan menggunakan fotometer dengan
panjang gelombang 340nm pada suhu 37o C.
 Cara Otomatis
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Cup serum diberi identitas seperti dan diletakkan pada cuvet/ sampel
cup.
3. Serum dipipet sebanyak 500 ul kemudian dimasukkan pada cup serum
yang berada dalam cuvet/ sampel cup.
4. Masukkan ID pasien dan jenis pemeriksaan ke dalam komputer dengan
cara sebagai berikut :
o Pilih sampel → klik sampel request → masukkan ID dan nama
pasien → ubah tube type menjadi micro → pilih test (CKMB) →
tekan ok.
5. Tempatkan sampel sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan pada
sampel disk.
6. Pilih play untuk menjalankan sampel.
7. Untuk melihat hasil sampel, pilih sampel → current atau history.

Nilai normal : <24 IU/L

Pembahasan :

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menguji fungsi jantung.


Analis Kesehatan 81

18. Pemeriksaan Elektrolit

Gambar 3.7 Alat AVL 1980 electrolyte analyzer

Metode : ISE (Ion Selektif Electrolyte)

Tujuan : Untuk mengetahui kadar ion Na+, K+ dan Cl- dalam serum pasien.

Prinsip : metode ISE menggunakan reference elektroda yang mengandung


larutan elektrolit yang dapat berdioiasi dengan ion yang diperiksa
dan secara elektrik akan mengubah reaksi antara elektroda dan ion
tersebut menjadi arus yang stabil dan dapat ditampilkan dalam
bentuk digital.

Prosedur :

1. Alat dinyalakan dengan menekan tombol “ON” pada bagian belakang.


2. Tunggu beberapa saat hingga tertampil “Enter Code”, kode “Key”
dimasukkan lalu tekan “No” ditekan sampai huruf yang dikehendaki.
3. Tunggu beberapa saat hingga status alat “Na K Cl” “Ready”, menu “Daily
Maintenance” dipilih lalu tekan No. Di tekan sampai tertampil menu yang
diinginkan setelah itu tekan “Yes”.
4. Tekan “Yes” apabila tertampil pertanyaan “Perform Daily Cleaning?” dan
tunggu beberapa saat hingga tertampil perintah “Open Sampel Door”.
5. Tutup “Probe” dibuka lalu cairan cleaning Solution dihisap sampai terdengar
bunyi “BEEP” kemudian probe diseka dengan tissue sampai bersih lalu
ditutup (“Wipe Probe and Close Sampel Door”).
Analis Kesehatan 82

6. Setelah itu tunggu beberapa saat hingga tertampil pertanyaan kembali


“Remain In Daily Maintenance?” maka tekan “No” ditunggu hingga proses
Auto Calibration selesai dan tertampil “Na K Cl Ready”.
7. Penutup “Probe” dibuka dan ditunggu hingga muncul perintah “Insert
Sampel”. Setelah itu sampel dimasukkan hingga terdengar bunyi “BEEP”.
Kemudian probe diseka dengan tissue sampai bersih lalu probe ditutup
kembali.
8. Tunggu beberapa saat hingga hasil tertampil pada layar monitor atau cetak
pada thermal paper.

Setelah selesai digunakan, alat diposisikan pada keadaan “Standby” lalu menu
Operator Fuction dipilih dan tekan “No” dua kali. Tombol “yes” ditekan kemudian
menu standby dipilih dengan cara yang sama. Dengan cara ini alat tidak perlu
dimatikan dan dinyalakan berulang.

Nilai Normal :

Na+ : 135-147 mmol/gram

K+ : 3,5 – 5,20 mmol/gram

Cl- : 97-108 mmol/gram

Pembahasan :

Natrium

fungsinya sebagai penentu utama osmoloritas dalam darah pengaturan volume


ekstra.

Peningkatan natrium (hipernatremia) dalam darah terjadi bila ada kelebihan natrium
dalam kaitannya dengan air. Ada banyak penyebab hipernatremia, ini mungkin
termasuk penyakit ginjal, asupan air terlalu sedikit, dan kehilangan air akibat diare
dan / atau muntah.

Konsentrasi penurunan natrium (hiponatremia) terjadi setiap kali ada peningkatan


relatif dalam jumlah air tubuh relatif terhadap natrium. Hal ini terjadi dengan
beberapa penyakit pada hati dan ginjal, pada pasien dengan gagal jantung kongestif,
pada korban luka bakar, dan berbagai kondisi lainnya.
Analis Kesehatan 83

Kalium

fungsinya mempertahankan membran potensial elektrik dalam tubuh.

Peningkatan kalium dikenal sebagai hiperkalemia. Kalium biasanya diekskresikan


oleh ginjal, sehingga gangguan yang mengurangi fungsi ginjal dapat menyebabkan
hiperkalemia. Obat-obat tertentu juga dapat mempengaruhi individu untuk
hiperkalemia.

Hipokalemia, atau penurunan kalium, dapat timbul karena penyakit ginjal,


kehilangan berlebihan karena berkeringat berat, muntah, atau diare, gangguan
makan, obat-obatan tertentu, atau penyebab lainnya.

Klorida

fungsinya mempertahankan tekanan osmotik, distribusi air pada berbagai cairan


tubuh dan keseimbangan anion dan kation dalam cairan ekstrasel.

Peningkatan klorida (hyperchloremia): Ketinggian di klorida dapat dilihat dalam


diare, penyakit ginjal tertentu, dan kadang-kadang di overactivity kelenjar paratiroid.

Penurunan klorida (hypochloremia): Klorida biasanya hilang dalam urin, keringat,


dan sekresi lambung. Kerugian yang berlebihan dapat terjadi dari keringat berat,
muntah, dan kelenjar adrenal dan penyakit ginjal.

3.3.3 Imunoserologi

1. Pemeriksaan Widal

Gambar 3.8 Reagensia dan slide widal


Analis Kesehatan 84

Metode : ICT (Immunokromatografi Test)

Tujuan : Untuk mendeteksi adanya antibodi (Ab) yang terbentuk pada


tubuh penderita terhadap kuman Salmonella penyebab
penyakit demam tifoid.

Prinsip : Serum direaksikan dengan antigen (Ag) Salmonella


(Salmonella typhi O, Salmonella typhi H dan Salmonella
paratyphi) kemudian diamati adanya aglutinasi. Apabila reaksi
positif (+) maka serum diencerkan beberapa kali dengan Nacl
0,85% dan direaksikan kembali dengan antigen. Yang
dilaporkan adalah pengenceran tertinggi yang masih
menimbulkan aglutinasi dengan antigen. Semakin tinggi
titernya, menandakan semakin parah infeksi kuman
Salmonella.

Reaksi :

Ag Salmonella + Ab pasien kompleks Ag Ab yang tandai

dengan adanya aglutinasi

Alat dan bahan :

 Mikropipet
 Yellowtip
 Slide widal
 Batang pengaduk
 Rotator
 Serum
 Reagen Salmonella O dan Salmonella H

Prosedur :

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Serum diteteskan pada 8 lingkaran, masing-masing 20 ul.
3. Masing-masing lingkaran ditambahkan 1 tetes Ag Salmonella (1 jenis
reagen untuk 1 lingkaran).
Analis Kesehatan 85

4. Serum dan Ag Salmonella dicampur dengan menggunakan batang


pengaduk.
5. Slide digoyangkan pada rotator selama 1 menit.
6. Lihat adanya aglutinasi.
7. Bila hasil positif (+) maka lakukan langkah-langkah seperti diatas
dengan volume serum 10 ul dan 5 ul.

Nilai Normal : Negatif (-)

Pembahasan :

 Pemeriksaan ini dilakukan pada penderita penyakit typhus atau


penderita yang di diagnosa menderita penyakit typhus.
 Gejala penyakit typhus adalah demam selama 3-5 hari ± 60 hari.
 Penularan bakteri Salmonella typhi dapat melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi.

2. Pemeriksaan CRP (C-Reaktif Protein)

Gambar 3.9 Reagensia dan slide CRP

Metode : ICT (Immunokromatografi Test)

Tujuan : Untuk mengetahui berbagai jenis infeksi dan kerusakan pada otot
jantung.

Prinsip : zat anti yang terdapat didalam serum direaksikan dengan antigen
CRP lalu diamati terbentuknya aglutinasi. Semakin jelas aglutinasi
yang terbentuk semakin tinggi jumlah zat anti yang terdapat dalam
serum.
Analis Kesehatan 86

Reaksi : Ag + Ab kompleks Ag Ab yang ditandai dengan

adanya aglutinasi

Alat dan bahan :

 Pipet pasteur
 Batang pengaduk
 Slide CRP
 Serum
 Reagen CRP

Prosedur :

 Kualitatif
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Reagen CRP diteteskan pada slide CRP sebanyak 1 tetes.
3. Serum dipipet dan diletakkan pada slide yang telah ada reagen CRP
sebanyak 1 tetes.
4. Slide di goyangkan pada rotator selama 8 menit pada kecepatan 1000 rpm
dan dilihat ada tidaknya aglutinasi.
5. Jika terdapat aglutinasi, serum diencerkan dengan Nacl 0,85% dengan
perbandingan 1:1.
 Semi Kuantitatif
1. Untuk setiap spesimen yang akan dites teteskan 0,05 ml larutan salin 0,9%
kedalam lingkaran 2-5 pada kartu reaksi. JANGAN MENYEBARKAN
LARUTAN SALIN DALAM LINGKARAN TEST.
2. Teteskan 0,05 ml spesimen yang akan diuji pada lingkaran 1 dikarty
reaksi.
3. Teteskan juga 0,05 ml spesimen pada lingkaran 2 yang sudah ada 0,05 ml
larutan salin. Kemudian lakukan seri pengenceran sampai lingkara 5.
Caranya dengan mencampur rata larutan salin dan spesimen pada
lingkaran 2 itu dengan pipet, kemudian pindahkan 0,05 ml cairan kedalam
lingkaran 3, campur rata lagi, dan pindahkan 0,05 ml kedalam lingkaran 4,
dan seterusnya sampai lingkaran 5. Buang 0,05 ml cairan dari lingkaran 5
Analis Kesehatan 87

setelah pengenceran berakhir. Hindari terjadinya gelembung – gelembung


udara pada saat pengenceran berlangsung.
4. Sebarkan cairan dalam masing – masing lingkaran itu dengan
menggunakan ujung pipet pengaduk yang datar. Mulailah dengan
pengenceran terbesar ( lingkaran 5 ) ke pengenceran terkecil (lingkaran 1).
5. Kocok cairan dalam botol penetes yang sudah diisi suspensi antigen CRP,
kemudian teteskan 1 tetes suspensi antigen ( ± 16 ul ) ke masing – masing
lingkaran yang berisi spesimen itu.
6. Letakkan kartu reaksi pada rotator atau shaker selama 8 menit pada
kecepatan 100 rpm. Baca hasil tes ini selama makroskopik dibawah
cahaya terang.

Interpretasi Hasil Uji Semi Kuantitatif :

Pengenceran terakhir yang masih menunjukkan adanya flokulasi menunjukkan


titer daripada spesimen yang diuji.

Contoh :

1 2 3 4 5

Lingkaran 1:1 1:2 1:3 1:4 1:5

Reaktif 1:2 R R N N N

Reaktif 1:8 R R R R N

Reaktif 1:16 R R R R

Catatan: tidak boleh menggunakan plasma pada pengenceran ini, bila hasil masih
menunjukkan adanya flokulasi lanjutkan pengenceran seperti berikut :

1. Siapkan pengenceran 1:16 pada serum yang akan diuji dengan mencampur
rata 0,1 ml serum yang akan diuji dengan mencampur rata 0,1 ml serum itu
dan 1,5 ml larutan salin 0,9%.
2. Pindahkan 0,05 ml serum yang sudah diencerkan 1:16 itu ke lingkaran 1 pada
kartu tes baru.
3. Lingkaran seri pengenceran pada lingkaran 2 sampai sesuai prosedur yang
sudah dijelaskan di atas ( langkah 3 – 6 ).
Analis Kesehatan 88

Nilai Normal Kualitatif : Negatif (-)

Pembahasan :

 Pemeriksaan dilakukan untuk mendiagnosa adanya kerusakan pada otot-otot


jantung dan infeksi lainnya.
 CRP adalah suatu reaktan fase akut yang meningkat konsentrasinya beberapa
jam setelah inisiasi proses peradangan (inflamasi).

3. Pemeriksaan ASTO/ASO

Metode : ICT (Immunokromatografi Test)

Tujuan : Untuk mengetahui adanya infeksi yang disebabkan oleh


Streptococcus β- hemolyticus yang terdapat dalam serum pasien.

Prinsip : Reagen latex Aso yang berisi pastikel-partikel lates yang dilapisis
streptolisin akan bereaksi dengan anti steptolisin pada serum yang
akan menimbulkan aglutinasi.

Alat dan bahan :

 Pipet pasteur
 Slide Asto
 Batang pengaduk
 Serum
 Reagen Asto

Prosedur :

 Kualitatif
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Serum diteteskan pada slide Asto sebanyak 1 tetes kemudian reagen asto
di teteskan pada slide yang telah terdapat serum sebanyak 1 tetes lalu
homogenkan.
3. Slide diputar pada rotator selama 8 menit denga kecepatan 1000 rpm.
4. Dilihat ada tidaknya aglutinasi.
Analis Kesehatan 89

 Semi Kuantitatif
1. Untuk setiap spesimen yang akan dites teteskan 0,05 ml larutan salin 0,9%
kedalam lingkaran 2-5 pada kartu reaksi. JANGAN MENYEBARKAN
LARUTAN SALIN DALAM LINGKARAN TEST.
2. Teteskan 0,05 ml spesimen yang akan diuji pada lingkaran 1 dikarty
reaksi.
3. Teteskan juga 0,05 ml spesimen pada lingkaran 2 yang sudah ada 0,05 ml
larutan salin. Kemudian lakukan seri pengenceran sampai lingkara 5.
Caranya dengan mencampur rata larutan salin dan spesimen pada
lingkaran 2 itu dengan pipet, kemudian pindahkan 0,05 ml cairan kedalam
lingkaran 3, campur rata lagi, dan pindahkan 0,05 ml kedalam lingkaran 4,
dan seterusnya sampai lingkaran 5. Buang 0,05 ml cairan dari lingkaran 5
setelah pengenceran berakhir. Hindari terjadinya gelembung – gelembung
udara pada saat pengenceran berlangsung.
4. Sebarkan cairan dalam masing – masing lingkaran itu dengan
menggunakan ujung pipet pengaduk yang datar. Mulailah dengan
pengenceran terbesar ( lingkaran 5) ke pengenceran terkecil (lingkaran 1).
5. Kocok cairan dalam botol penetes yang sudah diisi suspensi antigen
ASTO, kemudian teteskan 1 tetes suspensi antigen ( ± 16 ul ) ke masing –
masing lingkaran yang berisi spesimen itu.
6. Letakkan kartu reaksi pada rotator atau shaker selama 8 menit pada
kecepatan 100 rpm. Baca hasil tes ini selama makroskopik dibawah cahaya
terang.
7. Interpretasi Hasil Uji Semi Kuantitatif.
8. Pengenceran terakhir yang masih menunjukkan adanya flokulasi
menunjukkan titer daripada spesimen yang diuji.

Contoh :

1 2 3 4 5

Lingkaran 1:1 1:2 1:3 1:4 1:5


Reaktif 1:2 R R N N N
Reaktif 1:8 R R R R N
Reaktif 1:16 R R R R R
Analis Kesehatan 90

Catatan: tidak boleh menggunakan plasma pada pengenceran ini, bila hasil masih
menunjukkan adanya flokulasi lanjutkan pengenceran seperti berikut :

1. Siapkan pengenceran 1:16 pada serum yang akan diuji dengan mencampur
rata 0,1 ml serum yang akan diuji dengan mencampur rata 0,1 ml serum itu
dan 1,5 ml larutan salin 0,9%.
2. Pindahkan 0,05 ml serum yang sudah diencerkan 1:16 itu ke lingkaran 1 pada
kartu tes baru.
3. Lingkaran seri pengenceran pada lingkaran 2 sampai sesuai prosedur yang
sudah dijelaskan di atas ( langkah 3 – 6 ).

Nilai normal kualitatif : Negatif

Pembahasan :

 Pemeriksaan dilakukan untuk mendiagnosa penyaki yang disebabkan oleh


bakteri Streptococcus β- hemolyticus.

4. Pemeriksaan VDRL/ RPR

Gambar 3.10 Reagensia dan slide VRDL

Metode : ICT (Immunokromatografi Test)

Tujuan : Untuk penetapan secara kualitatif dalam mendeteksi adanya reaksi


Ab terhadap Ag non- Treponema pallidum.

Prinsip : Ag VDRL yang mengandung mikropartikel karbon untuk


memperjelas pengamatan reagen yang terdapat dalam spesimen
penderita sifilis.
Analis Kesehatan 91

Alat dan bahan :

 Pipet pasteur
 Batang pengaduk
 Kartu reaksi
 Rotator
 Serum
 Serum kontrol positif dan negatif
 Antigen RPR

Prosedur :

 Kualitatif
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Serum pasien diteteskan pada lingkaran kartu reaksi.
3. Serum kontrol positif dan negatif diteteskan pada masing-masing lingkarang
sebanyak 1 tetes.
4. Cairan suspensi Ag RPR dikocok dahulu sebelum diteteskan.
5. Ag RPR diteteskan pada serum-serum yang ada pada lingkaran kartu reaksi
sebanyak 1 tetes.
6. Kartu reaksi diputar pada rotator selama 8 menit dengan kecepatan 1500 rpm.
7. Lihat ada tidaknya aglutinasi.
 Semi Kuantitatif
1. Untuk setiap spesimen yang akan dites teteskan 0,05 ml larutan salin 0,9%
kedalam lingkaran 2-5 pada kartu reaksi. JANGAN MENYEBARKAN
LARUTAN SALIN DALAM LINGKARAN TEST.
2. Teteskan 0,05 ml spesimen yang akan diuji pada lingkaran 1 dikarty reaksi.
3. Teteskan juga 0,05 ml spesimen pada lingkaran 2 yang sudah ada 0,05 ml
larutan salin. Kemudian lakukan seri pengenceran sampai lingkara 5. Caranya
dengan mencampur rata larutan salin dan spesimen pada lingkaran 2 itu
dengan pipet, kemudian pindahkan 0,05 ml cairan kedalam lingkaran 3,
campur rata lagi, dan pindahkan 0,05 ml kedalam lingkaran 4, dan seterusnya
sampai lingkaran 5. Buang 0,05 ml cairan dari lingkaran 5 setelah
pengenceran berakhir. Hindari terjadinya gelembung – gelembung udara pada
saat pengenceran berlangsung.
Analis Kesehatan 92

4. Sebarkan cairan dalam masing – masing lingkaran itu dengan menggunakan


ujung pipet pengaduk yang datar. Mulailah dengan pengenceran terbesar (
lingkaran 5 ) ke pengenceran terkecil (lingkaran 1).
5. Kocok cairan dalam botol penetes yang sudah diisi suspensi antigen RPR,
kemudian teteskan 1 tetes suspensi antigen ( ± 16 ul ) ke masing – masing
lingkaran yang berisi spesimen itu.
6. Letakkan kartu reaksi pada rotator atau shaker selama 8 menit pada kecepatan
100 rpm. Baca hasil tes ini selama makroskopik dibawah cahaya terang.

Interpretasi Hasil Uji Semi Kuantitatif

Pengenceran terakhir yang masih menunjukkan adanya flokulasi menunjukkan


titer daripada spesimen yang diuji.

Contoh :

1 2 3 4 5

Lingkaran 1:1 1:2 1:3 1:4 1:5

Reaktif 1:2 R R N N N

Reaktif 1:8 R R R R N

Reaktif 1:16 R R R R

Catatan: tidak boleh menggunakan plasma pada pengenceran ini, bila hasil masih
menunjukkan adanya flokulasi lanjutkan pengenceran seperti berikut :

1. Siapkan pengenceran 1:16 pada serum yang akan diuji dengan mencampur
rata 0,1 ml serum yang akan diuji dengan mencampur rata 0,1 ml serum itu
dan 1,5 ml larutan salin 0,9%.
2. Pindahkan 0,05 ml serum yang sudah diencerkan 1:16 itu ke lingkaran 1 pada
kartu tes baru.
3. Lingkaran seri pengenceran pada lingkaran 2 sampai sesuai prosedur yang
sudah dijelaskan di atas ( langkah 3 – 6 ).

Nilai Normal : negatif (-)


Analis Kesehatan 93

Pembahasan :

Pemeriksaan VDRL dilakukan untuk mendiagnosa penyakit sifilis yang disebabkan


oleh bakteri non-Treponema pallidum

5. Pemeriksaan Dengue Blood (IgG dan IgM Dengue)

Gambar 3.11 Strip dengue IgG dan IgM

Metode : ICT (Immunokromatografi Tes)

Tujuan : untuk mengetahui dan menentukan antibodi IgM atau IgG secara
kualitatif terhadap virus dengue di dalam serum atau plasma pasien.

Prinsip : IgG dan IgM yang spesifik akan mengikat protein kemudian
dilekatkan pada membran nitrocellulose sebagai dua garis pengetesan
pada rapid card, yaitu garis IgG dan IgM. Rekombinan dengue viral
protein yang telah dimurnikan berkonjugasi dengan partikel koloid
pada daerah sampel kemudian diluent diteteskan pada lubang diluent
agar dapat membawa sampel pada membrane arbsorben. Jika terdapat
antibodi terhadap virus dengue dari partikel yang berkonjugasi dengan
kompleks antigen-antibodi pada daerah pengetesan menghasilkan
garis IgG (T1) atau IgM (T2) atau IgG dan IgM yang berwarna.
Berubahnya warna pada daerah kontrol (merah menjadi biru)
menunjukan test card berfungsi dengan baik.
Analis Kesehatan 94

Reaksi :

Anti-human IgG & IgM + Ab dengue IgG/IgM + Ag dengue rekombinan +


konjugat goldbelled monoclonal anti dengue virus garis merah
muda

Prosedur :

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Serum diteteskan sebanyak 1 tetes ke dalam lubang sampel (S1).
3. Diluent diteteskan sebanyak 1 tetes (40-50 ul) pada lubang buffer (S).
4. Diamkan selama 20 menit, kemudian lihat garis yang terbentuk.

Interpretasi Hasil :

DENGUE DENGUE DENGUE DENGUE

ID _____ ID _____ ID _____ ID _____

C C C C

M M M M

G G G G

S1 S1 S1 S1

S S S S

Positif (+) Positif (+) Positif (+) Negatif (-)

IgG dan IgM IgM IgG

Nilai Normal : Negatif (-)

Pembahasan :

 Dengue merupakan flavirus yang disebarkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dan
Aedes Albopictus.
 Gejala dengue secara umum ditandai dengan demam yang mendadak, sakit
kepala, mual, nyeri pada persendian dan ruam.
 Pada infeksi primer dengue, antibodi IgM akan muncul terlebih dahlu dan
meningkat pada hari ke 3-5 dan biasanya bertahan di dalam tubuh hingga 30-
90 hari.
Analis Kesehatan 95

 Biasanya pada daerah endemik banyak pasien yang mengalami infeksi


sekunder, maka muncul antibodi IgG yang tinggi kemudian muncul IgM.

6. Pemeriksaan Dengue NS1

Gambar 3.12 Strip dengue NS1

Metode : ICT (Imunokromatografi Test)

Tujuan : untuk mendeteksi adanya Ag dengue NS1 yang dapat


menyebabkan penyakit DHF dalam serum pasien sejak hari
pertama sampai hari ketiga.

Prinsip : device yang berisi strip membrane yang sudah direkatkan


dengan Ag dengue NS1 pada garis test. Anti dengue NS1
berikatan dengan gold conjugate ditambahkan
serum/plasma/shole blood akan bergerak melewati membrane
mulai dari garis test sampai garis control.

Alat dan bahan :

 Rapid test dengue NS1


 Pipet pasteur
 Serum

Prosedur :

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Rapid test dibuka dari bungkusnya kemudian diberi identitas seperti no.
Pasien.
3. Serum diteteskan sebanyak 1 tetes pada lubang sampel “S”.
Analis Kesehatan 96

4. Buffer dengue diteteskan sebanyak 1 tetes pada lubang sampel “S” yang
sudah terdapat serum.
5. Rapid test di diamkan selama 15-20 menit kemudian rapid test dilihat ada
tidaknya garis pada tanda “C” dan “T”.

Interpretasi Hasil :

Dengue Dengue Dengue Dengue

ID ______ ID ______ ID ______ ID ______

C C C C

T T T T

S S S S

Negatif (-) Positif (+) Invalid

Nilai Normal : Negatif

Pembahasan :

 Demam dengue disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam


peredaran darah manusia melalui nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus.
 Salah satu gejala DHF adalah timbulnya ruam-ruam kemerahan pada kulit
 Pemeriksaan NS1 dilakukan untuk melihat antigen dengue yang dapat
dilihat pada hari ke 1 sampai ke 4.
Analis Kesehatan 97

7. Pemeriksaan TUBEX-TF

Gambar 3.13 Tubex® TF

Tujuan : untuk mengetahui adanya antigen salmonella/ IgM anti


salmonella pada serum pasien.

Prinsip : Serum yang dicampur 1 menit dengan larutan reagen brown


pada tabung berbentuk V yang juga berfungsi untuk
meningkatkan sensitivitas. Kemudian 2 tetes larutan reagen
blue dicampur selama 2 menit. Tabung ditempelkan pada skala
genetik. Kemudian pembacaan hasil didasarkan pada warna
akibat ikatan antigen dan antibodi. Yang akan menimbulkan
warna dan disamakan dengan warna pada skala genetik.

Alat dan bahan :

 Mikropipet
 Yellowtip
 Reaction well strip
 Serum
 Reagen TUBEX- TF

Prosedur :

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Kocok seluruh reagen dengan teliti sebelum digunakan.
3. Reaction well strip diletakkan tegak lurus diatas meja.
4. Brown reagen dipipet masing-masing sebanyak 45 ul ke semua wells.
Analis Kesehatan 98

5. Kontrol positif-kontrol negatif dan serum dipipet masing-masing sebanyak


45 ul dan dicampur dengan menggerakkan pipet naik turun sebanyak 10
kali dan diamkan 2 menit.
6. Blue reagen dipipet sebanyak 90 ul ke semua wells.
7. Reaction wells strip ditutup dengan sealling tape.
8. Miringkan reaction wells strip 90o dan kocok maju mundur selama 2
menit.
9. Weel strip diletakkan diatas skala magnetik untuk reaksi separasi.
10. Didiamkan selama 5 menit kemudian baca warna pada skala magnetik.
Jangan baca hasil pengujian lebih dari 5 menit.

Interpretasi hasil :

≤ 2 negatif : Tidak menunjukan infeksi demam tifoid

3 borderline : Tidak dapat disimpulkan

4 positif lemah : Infeksi demam tifoid

6-10 positif : Indkasi kuat infeksi

Indeterminated : Ketidak jelasan

8. Pemeriksaan HBsAg

Gambar 3.14 Strip HBsAg

Metode : ICT (Immunokromatografi Test)

Tujuan : untuk mengetahui adanya virus hepatitis B dalam serum pasien.


Analis Kesehatan 99

Prinsip : Reagensia berupa strip yang dilapisi dengan anti HBsAg maka akan
terlihat dua garis yang sejajar.

Alat dan bahan :

 Strip HBsAg
 Pipet pasteur
 Serum

Prosedur :

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Serum dipipet dengan pipet pasteur kemudian diteteskan pada lubang test
sebanyak 3 tetes.
3. HBsAg test di diamkan selama 15-20 menit.
4. Lihat garis yang terbentuk pada strip.

Interpretasi Hasil :

C C C

T T T

Positif (+) Negatif (-) Invalid

Pembahasan :

 HBsAg adalah penanda awal infeksi Hepatitis B. Bila HBsAg menetap dalam
darah > 6 bulan, berarti telah terjadi infeksi kronis.

9. Pemeriksaan HBsAg (ELISA)

Metode : Sandwich (ELISA)

Tujuan : Untuk mendeteksi adanya antigen HBS dalam serum pasien.

Prinsip : Reaksi antara fase padat yang direkatkan oleh anti HBS
kemudian ditambahkan serum yang mengandung antigen HBS
membentuk kompleks antigen-antibodi spesifik yang berlabel
enzym lalu di inkubasi dan kelebihannya akan dicuci oleh
wash solution kemudian direaksikan dengan substrat
Analis Kesehatan 100

kromogenik yang kemudian akan terbentuk warna biru lalu di


hidrolisis oleh enzym. Reaksi ini akan dihentikan oleh asam
kuat dan basa kuat akan terbentuk warna kuning.

Alat dan bahan :

 Mikropipet
 Yellowtip
 Mikroplate
 Serum
 Reagen anti-HBS Bio-tech

Prosedur :

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Serum dipiet sebanyak 50 ul kemudian dimasukkan ke smua mikroplate.
3. Conjugate ditambahkan ke mikroplate yang telah berisi serum sebanyak 50
ul (1 tetes) kemudian rotator selama 1 menit dan di inkubasi selama 30
menit pada suhu 37oC.
4. Cuvet dan ray diletakkan pada alat humanreader untuk di cuci
Penggunaan alat humanreader :
a) Pilih P2
b) Tekan “Row” → 1 → tekan “start”
c) Tunggu hingga berhenti sendiri
5. Cuvet tray diambil dan dikeprek sampai tidak ada cairan yang tersisa.
6. Substrat A dimasukkan ke semua mikroplate sebanyak 50 ul (1 tetes).
7. Substrat B dimasukkan ke semua mikroplate sebanyak 50 ul kemudian
inkubasi selama 10 menit suhu 37oC pada ruang gelap.
8. Stop solution ditambahkan sebanyak 50 ul ke semua mikroplate.
9. Hasil dibaca pada fotometer program 28.
Cara penggunaan alat :
Tekan Test → Tekan 28 → Enter hingga muncul Read → Tekan Read →
Tunggu beberapa menit

Nilai Normal : Negatif (-)


Analis Kesehatan 101

Pembahasan :

 Pemeriksaan dilakukan untuk mendiagnosa adanya Ag HBS (Hepatitis B)


dalam serum pasien.

10. Pemeriksaan Troponin-I

Metode : ICT (Immunokromatografi Test)

Tujuan : Untuk mengetahui secara kualitatif cardiac Troponin-I dalam serum.

Prinsip : Sample bermigrasi melalui absorbent conjugate antibody zat warna


yang mengikat troponin dalam spesimen membentuk kompleks
antigen antibodi. Kompleks antigen antibodi yang mengikat troponin
antibodi pada daerah reaksi (test) dibagian kiri jendela pengamat akan
menghasilkan garis berwarna merah muda ketika konsentrasi troponin
pada sample lebih dari 0,5 mg/ml.

Alat dan bahan :

 Serum
 Rapid troponin-I
 Mikropipet
 Yellow tip
 Timer

Prosedur :

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Serum diteteskan pada lubang sample sebanyak 25 µl.
3. 4 tetes diluent ditambahkan pada lubang sampel.
4. Rapid test troponin-I didiamkan selama 20 menit, kemudian hasil dibaca.
Analis Kesehatan 102

Interpretasi Hasil :

C C C C

T T T T

Positif (+) Negatif (-) Invalid

Pembahasan :

Peningkatan konsentrasi troponin tidak boleh digunakan sendiri untuk


mendiagnosa atau menyingkirkan serangan jantung, sebaiknya disertai
pemeriksan laboratorium lainnya, seperti CK-MB, LDH, CRP, dan AST. Di
samping itu, pemeriksaan fisik dan riwayat klinis juga penting.

Beberapa orang yang memiliki serangan jantung bisa saja memiliki kadar
troponin normal, dan beberapa orang dengan konsentrasi troponin meningkat
tidak memiliki cedera jantung yang jelas.

11. Pemeriksaan Anti HBs (ELISA)

Metode : Sandwich (ELISA)

Tujuan : Untuk mengetahui adanya antigen HBsAg dalam serum


pasien.

Prinsip : Reaksi antara fase padat yang direkatkan oleh anti HBsAg
kemudian ditambahkan serum yang mengandung antigen
HBsAg membentuk kompleks antigen-antibodi spesifik yang
berlabel enzym lalu di inkubasi dan kelebihannya akan dicuci
oleh wash solution kemudian direaksikan dengan substrat
kromogenik yang kemudian akan terbentuk warna biru lalu di
hidrolisis oleh enzym. Reaksi ini akan dihentikan oleh asam
kuat dan basa kuat akan terbentuk warna kuning.
Analis Kesehatan 103

Alat dan bahan :

 Mikropipet
 Yellowtip
 Mikroplate
 Serum
 Reagen anti-HBsAg Bio-tech

Prosedur :

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Serum dipiet sebanyak 50 ul kemudian dimasukkan ke smua mikroplate.
3. Conjugate ditambahkan ke mikroplate yang telah berisi serum sebanyak 50
ul (1 tetes) kemudian rotator selama 1 menit dan di inkubasi selama 30
menit pada suhu 37oC.
4. Cuvet dan ray diletakkan pada alat humanreader untuk di cuci.
Penggunaan alat humanreader :
a) Pilih P1
b) Tekan “Row” → 1 → tekan “start”
c) Tunggu hingga berenti sendiri
5. Cuvet tray diambil dan dikeprek sampai tidak ada cairan yang tersisa.
6. Substrat A dimasukkan ke semua mikroplate sebanyak 50 ul (1 tetes).
7. Substrat B dimasukkan ke semua mikroplate sebanyak 50 ul kemudian
inkubasi selama 10 menit suhu 37oC pada ruang gelap.
8. Stop solution ditambahkan sebanyak 100 ul ke semua mikroplate.
9. Hasil dibaca pada fotometer program 27.
Cara penggunaan alat :
Tekan Test → Tekan 27 → Enter hingga muncul Read → Tekan Read →
Tunggu beberapa menit

Nilai Normal : Negatif (-)

Pembahasan :

 Pemeriksaan dilakukan untuk mendiagnosa adanya Ag HBsAg (Hepatitis


B) dalam serum pasien
Analis Kesehatan 104

12. Pemeriksaan Anti HIV

Metode : ICT (Imuno Chromatography Test)

Tujuan : Untuk penetapan kualitatif dalam mendeteksi Ab terhadap


HIV.

Prinsip : Penetapan kualitatif membran sistem imun dengan 2 antigen


untuk mendeteksi antibodi terhadap HIV pada serum manusia.

Alat dan bahan :

 ACON HIV
 Pipet tetes
 Serum
 Buffer

Prosedur kerja :

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Serum diteteskan sebanyak 1 tetes pada lubang sampel.
3. Buffer diteteskan pada lubang yang sama.
4. Hasil diamati setelah 10-15 menit.

Interpretasi hasil :

C C C C

T2 T2 T2 T2

T1 T1 T1 T1

Negatif Positif HIV I Positif HIV II Positif HIV I & II


Analis Kesehatan 105

13. Pemeriksaan HbA1C

Gambar 3.15 Clover A1*C

Metode : Boronate

Tujuan : Untuk mengetahui kadar glukosa dari pasien selama 3 bulan dalam
mendiagnosa suatu penyakit dan mengukur keteraturan dalam
pemakaian makanandari pasien.

Prinsip : Sejumlah sampel dihisap oleh ujung pipa kapiler pada reagent pack
dengan memasukkan reagen pack ke cartridge, darah akan melepaskan
Hb dan boronate bead mengikat glycated – Hb. Campuran sampel
darah diputar ke zona pengukuran cartridge, dimana jumlah total Hb
dalam sampel darah diukur dengan reflektansi dari fotosensor.

Alat dan Bahan :

 Check Cartridge
 Clover A1C
 Darah EDTA

Prosedur Kerja :

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Spesimen darah EDTA dihomogenkan.
3. Alat HbA1C dilakukan quality control sebelum dipakai.
Analis Kesehatan 106

4. Check Cartridge disiapkan.


5. Ujung cartridge di tempelkan pada spesimen darah yang akan diserap oleh
kapasitas dari alat check cartridge.
6. Kemudian dimasukkan kedalam check cartridge pada alat HbA1C.
7. Ikuti perintah alat yang tertera.
8. Hasil ditunggu selama 5 menit.
9. Hasil yang tertera pada alat merupakan hasil dari pemeriksaan HbA1C.

Nilai Normal : 4,5% - 6,3%

31. Pemeriksaaan AGD ( Analisa Gas Darah )

Gambar 3.16 pHox analyzer

Metode : Asam Basa

Tujuan : 1. Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa.

2.Mengetahui kondisi fungsi pernapasan dan kardiovaskular.

3. Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh.

Prinsip : Menggunakan sebuah kombinasi yang unik pada optic yang


bergerak maju dengan menerapkan teknologi elektroda,
mikroskoper adalah dasar alat untuk menganalisa sampel
Analis Kesehatan 107

darah. Analyzer pH, pCO2, pO2, SO3, HCT, HGB dalam darah
yang diberi antikoagulan.

Alat dan bahan :

 pHOx Analyzer
 Darah Arteri (dengan antikoagulan heparin)
Prosedur :
A. Cara penggunaan pHOx Analyzer
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Pada menu ready, “SYRINGE” ditekan.
3. Probe akan keluar otomatis, lalu sampel dimasukkan dibawah probe (
jarum semprit dilepaskan ).
4. “ASPIRATE” ditekan, setelah terdengar bunyi “BEEP” sampel segera
dikeluarkan dari probe.
5. Informasi dari sampel diisi, seperti suhu dan FIO2%, dan sampel ID.
6. “VIEW SAMPLE” ditekan untuk elihat hasil pemeriksaan.
7. Hasil akan tampak pada layar dan diprint secara otomatis.
8. Kemudian “HOME” ditekan untuk kembali ke “MENU READY”, dan
siap untuk pemeriksaan berikutnya.
B. Cara penggantian reagen pack :
1. Tekan “Menu” pada tampilan “Ready (home)”.
2. Arahkan panah untuk memilih “Change Cart Ridge”.
3. Tekan “Enter”.
4. Arahkan panah untuk memilih “Change Calibration Cart Ridge”.
5. Tekan “Enter”.
6. Tarik reagen pack yang lama, masukkan reagen pack yang baru setelah
mengocoknya selama ± 10 detik.
7. Tekan “Prime”.
8. Setelah priming, akan muncul pertanyaan : “Do you want to calibrate?
Tekan “Yes” untuk kalibrasi.
9. Setelah kalibrasi selesai, pastikan pH, pCO2, pO2, Hct tidak ada tanda
silang.
Analis Kesehatan 108

C. Calibrasi SO2/ Hb (External Kalibrasi) :


1. Tekan “Calibration” dari posisi “Ready (Home)”.
2. Arahkan panah ke bawah ke “External Two Standard Hb, SO2%
calibration”.
3. Tekan “Enter” akan muncul di monitor “Assay Value : Std # 1 : .....
masukkan nilai standard 1 (contoh 52,2) tekan “Enter”. Buka ampules
standard 1 masukkan dibawah jarum tekan “Continius” setelah terdengar
bunyi “Beep” tekan “Analyze”. Tunggu beberapa saat sampai alat selesai
melakukan pengukuran standard 1 kemudian akan muncul “Assay Value
: Std # 2 : .... masukkan nilai standard 2 (contoh 98,2) tekan “Enter”.
Buka ampules standard 2 masukkan dibawah jarum tekan “Continius”
setelah terdengar bunyi “Beep” tekan “Analyze”.
4. Setelah selesai melakukan pengukuran standard 2 di monitor akan
muncul “Ready” dan semua tanda silang hilang.
Catatan : Nilai standard 1 dan nilai standard 2 dilihat di kertas dalam
box SO2 Calibration Multipack, level 1, 2.
D. Cara melakukan Quality Control (QC)
1. Pada menu “Ready” tekan QC.
2. Pilih “Analyze QC” pada monitor tekan “Enter”.
3. Tekan “Next Control” sampai ketemu “External L-1”.
4. Tekan “Analyze”.
5. Setelah jarum keluar, masukkan control level 1 secepat mungkin
kemudian tekan “Continue”.
6. Setelah terdengar nada “Beep” keluarkan control dari jarum dan tekan
“Analyze” pada monitor.
7. Tunggu hasil print out dari komputer.
8. Ulangi prosedur mulai dari nomor 1 sampai 7 untuk melakukan control
level 2 dan level 3.
E. Maintenance
Sensor Medule Conditioning.
Untuk melakukan sensor medule conditioning dengan whoole blood dengan
cara sbb :
Analis Kesehatan 109

1. Isi syringe dengan whoole blood.


2. Tekan “Menu” pindahkan kunsor ke sensor conditioning kemudian tekan
“Enter”.
3. Masukkan syringe ke probe dan tekan “Continue”.
4. Setelah terdengar nada “Beep”, jauhkan syringe dari probe dan tekan
“Analyze”.
5. Akan muncul pesan, sensor conditionig in progress. Tunggu sampai nada
selesai muncul. Untuk membatalkan conditioning tekan “Cancel”.
6. Kalibrasi ulang dengan menekan “Calibration – Enter”.
Flowpath Cleaning
Untuk maintenance, air detektor tidak terkalibrasi, pO2 hasilnya rendah, QC
tidak masuk, lakukan flowpath cleaning/ deproteinizing :
1. Tekan “Menu” pindahkan kunsor ke Flowpath Cleaning – Enter.
2. Tunggu sampai pump berhenti, kemudian lepaskan Na Sensor dan ganti
dengan blank electrode.
3. Masukkan Ampule Deproteinizing Solution/ sampler preheater cleaning
ke probe, kemudian tekan “Continue”.
4. Setelah nada “Beep”, jauhkan ampule dari probe, kemudian tekan
“Analyze”.
5. Tunggu sampai flowpath cleaning selesai.
6. Pilih flowpath/ probe maintenance.
7. Buka kembali blank electrode dan ganti dengan Na Sensor.
8. Kalibrasi ulang dengan menekan “Calibration – Enter”.

Jika Mati Listrik

1. Setelah listrik hidup kembali di monitor akan muncul tanda silang dan
tulisan “Not Ready”.
2. Tekan “Menu”, turunkan kunsor ke Change Cart Ridge tekan “Enter”.
Pilih Change Calibration Cart Ridge tekan “Enter”.
3. Tekan “Prime” setelah prime ± ½ menit tekan “Cancel” 2x sampai proses
prime berhenti.
Analis Kesehatan 110

4. Kalau prime tidak mau, cabut reagen pack setelah itu masukkan kembali
baru kemudian prime di tekan kembali setelah ± ½ menit menit tekan
“Cancel” 2x sampai proses prime berhenti.
5. Setelah selesai tekan “Calibrate” kemudian “Enter”.
6. Setelah selesai calibrate pertama tekan calibrate lalu pilih nomor 2
(External standard Hb, SO2% calibrate).
Tekan “Enter” akan muncul di monitor “Assay Value : Std # 1 : .....
masukkan nilai standard 1 (contoh 52,2) tekan “Enter”. Buka ampules
standard 1 masukkan dibawah jarum tekan “Continius” setelah terdengar
bunyi “Beep” tekan “Analyze”. Tunggu beberapa saat sampai alat selesai
melakukan pengukuran standard 1 kemudian akan muncul “Assay Value :
Std # 2 : .... masukkan nilai standard 2 (contoh 98,2) tekan “Enter”. Buka
ampules standard 2 masukkan dibawah jarum tekan “Continius” setelah
terdengar bunyi “Beep” tekan “Analyze”.
7. Setelah selesai melakukan pengukuran standard 2 di monitor akan muncul
“Ready” dan semua tanda silang hilang.
Jika terjadi Bekuan/ Cloth pada jarum
1. Tekan “Menu” tekan “Service” akan muncul “System Test” tekan
“Enter”.
2. Pindah kunsor ke “Sampler” tekan “Enter”, pindahkan kunsor ke
“Syringe” tekan “Enter”.
3. Jarum otomatis akan keluar dari tempatnya.
4. Lepas selang W dan selang R yang berada di reference electrode.
5. Semprotkan syringe yang telah di isi dengan air melalui selang W dan
selang R ditutup dengan jari sehingga air mengalir dengan lancar melalui
flowcell dan keluar di jarum.
6. Setelah air keluar dengan lancar pasang kembali selang W dan selang R
yang dilepas kemudian tekan “Exit” kemudian “Home”.
7. Lakukan kalibrasi.
Analis Kesehatan 111

Nilai normal :

 Hb : 12,0 – 14,0 gr/dl


 HT : 40 – 48 %
 Suhu : 36°C
 pH : 7,350-7,450
 pCO2 : 35-45 mm/Hg
 pO2 : 69 – 116 mm/Hg
 HCO3 : 20 – 24 mmol/L
 TCO2 : 21,0 – 25,0 mmol/L
 BEecF : 3,3 – 1,2 mmol/L
 Beb : -3,3 – 1,2 mmol/L
 SO2% : 25 – 99 mmol/L
 SBC : 22 – 26 mmol/L

Pembahasan :

Pemeriksaan AGD merupakan pemeriksaan penting untuk mendiagnosis dan


memantau terapi pasien-pasien dengan gangguan keseimbangan asam basa,
oksigenisasi dan eliminasi karbondioksida dalam tubuh.

Pemeriksaan terdiri dari sekumpulan pemeriksaan yaitu : pH, tekanan parsial


karbondioksida (pCO2), tekanan parsial oksigen (pO2), Base Excess (BE), kadar
bikorbonat (HCO3) dan saturasi oksigen (SO2).

Penilaian hasil pemeriksaan AGD memberikan informasi tentang status asam


basa dan status oksigen dalam tubuh.
Analis Kesehatan 112

3.3.4. Pemeriksaan Urinalisa dan Feses

3.3.4.1. Makroskopis

1. Pemeriksaan warna urine

Tujuan : Untuk mengetahui warna urine sebagai


salah satu cara petunjuk pada kelainan klinik.
Prinsip : Urine dimasukkan kedalam tabung reaksi
yang bersih, tidak bergaris, transparan dan
dilihat dengan mata telanjang.

Alat dan bahan :


 Tabung reaksi
 Urine
Cara kerja :

1. Disiapkan tabung centrifuge yang bersih, kering dan jernih.


2. Diisi tabung centrifuge dengan urine sebanyak ± 12 ml.
3. Diamati urine ditempat yang terang, kemudian catat
hasilnya.
4. Hasil yang diperoleh dapat dinyatakan sebagai berikut :
Tidak berwarna, kuning muda, kuning tua, kuning
bercampur merah, merah bercampur kuning, merah dan
putih seperti susu.
Warna normal : Warna antara kuning muda sampai kuning tua.
Pembahasan : Warna normal karena adanya urobilin dan
urobilinogen.
Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urine adalah :
 Merah
Penyebab patologik : hemoglobin, mioglobin,
porfobilinogen, porfirin.
Penyebab nonpatologik : banyak macam obat dan zat
warna, bit, rhubab (kelembak), senna.
Analis Kesehatan 113

 Oranye
Penyebab patologik : pigmen empedu.
Penyebab nonpatologik : obat untuk infeksi saliran kemih
(piridium), obat lain termasuk fenotiazin.
 Kuning
Penyebab patologik : urine yang sangat pekat, bilirubin,
urobilin.
Penyebab nonpatologik : wotel, fenasetin, cascara,
nitrofurantoin.
 Hijau
Penyebab patologik : biliverdin, bakteri (terutama
Pseudomonas).
Penyebab nonpatologik : preparat vitamin, obat psikoaktif,
diuretik.
 Biru
tidak ada penyebab patologik. Pengaruh obat : diuretik,
nitrofuran.
 Coklat
Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen
empedu.
Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
 Hitam atau hitam kecoklatan
Penyebab patologik : melanin, asam homogentisat,
indikans, urobilinogen, methemoglobin.
Pengaruh obat : levodopa, cascara, kompleks besi, fenol.
2. Pemeriksaan kejernihan urine
Tujuan : Untuk mengetahui kejernihan urine dan
menentukan apakah urin itu telah keruh pada
waktu dikeluarkan atau menjadi keruh setelah
dibiarkan.
Prinsip : Urine dimasukan dalam tabung yang bersih
dan transparan lalu dilihat kejernihannya
dengan mata biasa.
Analis Kesehatan 114

Alat dan bahan :


 Tabun reaksi
 Urine

Cara kerja :

1. Disiapkan tabung centrifuge yang bersih, kering dan jernih.


2. Diisi tabung centrifuge dengan urine sebanyak ± 12 ml.
3. Diamati urine di tempat yang terang, kemudian dicatat
hasilnya.
4. Hasil yang diperoleh dinyatakan sebagai berikut:
Jernih, agak keruh, keruh, dan sangat keruh.

3.3.4.2. Kimiawi

Gambar 3.17 urinter 720 plus

Metode : Carik celup

Tujuan : Untuk mengetahui zat-zat kimia yang


terkandung didalam urin, yang dipakai sebagai
indikator adanya penyakit tertentu.
Analis Kesehatan 115

Prinsip :

1. Glukosa : Uji ini berdasarkan pada reaksi enzim secara


berantai. Pertama, enzim glukosa oksidase
menjalankan proses oksidasi dari glukosa
sehingga terbentuk asam glukonat dan
hidrogen peroksida. Enzim kedua,peroksidase
dengan senyawa pewarna kalium iodida.
Senyawa ini akan teroksidasi membentuk
warna dari biru menjadi coklat kehijauan dan
dari coklat ke coklat tua.

2. Bilirubin : Uji ini didasarkan pada penggabungan antar


bilirubin dengan senyawa diazotized
dichloroaniline dalam suasana asam kuat.
Warna yang dihasilkan adalah coklat muda
sampai coklat kemerah-merahan.

3. Keton : uji ini didasarkan pada reaksi asam aseto


asetat dalam urin dengan senyawa nitropusida.
Warna yang dihasilkan adalah coklat muda
bila tdak terjadi reaksi dan ungu untuk hasil
positif.

4. Berat jenis : Uji ini didasarkan pada perubahan pKa dari


polielektrolit tertentu dengan perlakuan
tertentu terhadap konsentrasi ion. Dengan
adanya indikator, warna berubah dari biru tua
sampai hijau kekuningan dengan konsentrasi
ion yang semakin meningkat.

5. Darah samar : Uji ini didasarkan pada reaksi 3,3’5,5’-


tetramethylbenzidine dan cumene
hydroperoxydase melalui aktivitas
pseudoperoksidase dari hemoglobin. Warna
Analis Kesehatan 116

yang dihasilkan berkisar dari kuning kehijauan


hingga hijau kebiruan dan biru tua.

6. pH : Uji ini menggunakan indikator ganda (


methyle red dan bromthymil blue ) sehingga
dapat mencangkup seluruh pH urin. Warna
berkisar antara oranye hingga kuning
kehijauan dan hijau ke biruan.

7. Protein : Uji ini didasarkan pada perubahan warna dari


indikator tetra bromphenol blue bila terdapat
protein dalam spesimen. Reaksi positif
ditandai dengan perubahan warna dari kuning
kehijau hingg biru kehjauan.

8. Urobilinogen : Uji ini didasarkan pada modifikasi dari uji


reaksi Erlich dimana p-
diathylaminobenzaldehide bereaksi dengan
urobilinogen dari urin dalam suasan asam
kuat. Perubahan warna berkisar dari coklat
muda sampai merah muda.

9. Nitrit : Uji ini didasarkan pada reaksi asam para-


arsanilat dengan nitirit ( nitrit berasal dari
nitrat dalam makanan yang diubah oleh bakteri
dalam tubuh) dalam urin untuk membentuk
senyawa diazonium. Senyawa diazonium
tersebut bergabung dengan senyawa 1,2,3,4-
tetrahydrobenzo(h)quinolin dalam suasana
asam. Warna yang dihasilkan adalah merah
muda. Derajat warna merah muda yang
bagaimanapun dapat diartikan sebagai reaksi
positif.
Analis Kesehatan 117

10. Lekosit : Uji ini menunjukan adanya reaksi enzim


granulosit esterase. Enzim esterase
menghidrolisa derivatif dari naphyl ester.
Naphyl yang dihasilkan bersama dengan
garam diazonium akan menghasilkan warna
ungu.

Alat dan bahan :


 Urin pasien
 Strip celup AIM URI-TESTTM
 Tissue

Prosedur :

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Sample urin dihomogenkan, lalu dimasukkan kedalam tabung
centrifuge sebanyak ± 12 ml.
3. Strip dikeluarkandari botol kemudian botol ditutup rapat
kembali.
4. Strip tersebut diperiksa. Perubahan warna pada daerah reagen
dapat menandakan kerusakan dan strip tersebut tidak dapat lagi
digunakan.
5. Strip reagen dicelupkan seluruhnya kedalam urin selama tidak
lebih dari satu detik. Urin yang berlebihan bisa ditiriskan
dengan cara menyentuhkan strip ke tissue pada bagian salah
satu sisi strip.
6. Kemudian strip dibandingkan dengan cermat terhadap label
warna pada etiket botol dalam kondisi penerangan yang baik.
Waktu pembacaan yang tepat adalah 30-60 detik, atau strip
diperiksa pada alat.
Analis Kesehatan 118

Nilai normal :

a. Glukosa = (-) negatif


b. Protein = (-) negatif
c. Bilirubin = (-) negatif
d. Urobilinogen = (-) negatif
e. pH = 5,8 – 8,0
f. Berat jenis = 1000-1030
g. Darah samar = (-) negatif
h. Keton = (-) negatif
i. Nitrit = (-) negatif
j. Lekosit = (-) negatif

Pembahasan :

a. Glukosa
Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh
glomerulus muncul dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam).
Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai
ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang
menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus.
Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan
peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu
glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis
diabetes mellitus. Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip
diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan
zat warna.
b. Protein
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di
glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi
protein urine biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10
mg/dl dalam setiap satu spesimen. Lebih dari 10 mg/ml
didefinisikan sebagai proteinuria.
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat
karena perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet
Analis Kesehatan 119

yang tidak seimbang dengan daging dapat menyebabkan protein


dalam jumlah yang signifikan muncul dalam urin. Pra-
menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan jumlah
protein tinggi.
Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan
ekskresi albumin merupakan petanda yang sensitif untuk
penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit
glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi. Sedangkan
peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah
merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit
tubulointerstitiel. Dipsticks mendeteksi protein dengan indikator
warna Bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin tetapi
kurang sensitif terhadap globulin,protein Bence-Jones, dan
mukoprotein.
c. Bilirubin
Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin
direk (terkonjugasi), karena tidak terkait dengan albumin,
sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan ke
dalam urine bila kadar dalam darah meningkat. Bilirubinuria
dijumpai pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik
hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai
ikterik.
d. Urobilinogen
Empedu yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin
terkonjugasi mencapai area duodenum, tempat bakteri dalam
usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Sebagian besar
urobilinogen berkurang di faeses; sejumlah besar kembali ke
hati melalui aliran darah, di sini urobilinogen diproses ulang
menjadi empedu; dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan ke
dalam urine oleh ginjal.
Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila
fungsi sel hepar menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen
Analis Kesehatan 120

dalam saluran gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan


hepar untuk melakukan rekskresi.
Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi
hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia
hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim hepar (toksik
hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar),
penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi usus,
mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit. Urobilinogen urine
menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas,
penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya
sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang
berat.
Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau
minum atau dapat disebabkan oleh kelelahan atau sembelit.
Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil
urobilinogen.
e. pH
Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh
tubulus ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi
sekitar 6 di final urin. Namun, tergantung pada status asam-basa,
pH kemih dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH bervariasi sepanjang
hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa setelah
makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang
makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah yang
lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit gangguan
keseimbangan asam-basa jug adapt mempengaruhi pH urine.
Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan
terlalu lama, maka pH akan berubah menjadi basa. Urine basa
dapat memberi hasil negatif atau tidak memadai terhadap
albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen urine,
seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis. pH urine
yang basa sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi.
Analis Kesehatan 121

Urine dengan pH yang selalu asam dapat menyebabkan


terjadinya batu asam urat.
keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urine :

 pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik,


infeksi saluran kemih (Proteus atau Pseudomonas
menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia), terapi
alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi.

 pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam


pada anak), asidosis sistemik (kecuali pada gangguan fungsi
tubulus, asidosis respiratorik atau metabolic memicu
pengasaman urine dan meningkatkan ekskresi NH4+),
terapi pengasaman.

f. Berat Jenis (Specific Gravity, SG)


Berat jenis (ya;lng berbanding lurus dengan osmolalitas urin
yang mengukur konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan air
seni serta dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untuk
memekatkan dan mengencerkan urin. Defek fungsi dini yang
tampak pada kerusakan tubulus adalah kehilangan kemampuan
untuk memekatkan urine.
BJ urine yang rendah persisten menunjukkan gangguan
fungsi reabsorbsi tubulus. Nokturia dengan ekskresi urine malam
> 500 ml dan BJ kurang dari 1.018, kadar glukosa sangat tinggi,
atau mungkin pasien baru-baru ini menerima pewarna radiopaque
kepadatan tinggi secara intravena untuk studi radiografi, atau
larutan dekstran dengan berat molekul rendah. Kurangi 0,004
untuk setiap 1% glukosa untuk menentukan konsentrasi zat
terlarut non-glukosa.
g. Darah (Blood)
Pemeriksaan dengan carik celup akan memberi hasil positif
baik untuk hematuria, hemoglobinuria, maupun mioglobinuria.
Prinsip tes carik celup ialah mendeteksi hemoglobin dengan
Analis Kesehatan 122

pemakaian substrat peroksidase serta aseptor oksigen. Eritrosit


yang utuh dipecah menjadi hemoglobin dengan adanya aktivitas
peroksidase. Hal ini memungkinkan hasil tidak sesuai dengan
metode mikroskopik sedimen urine.
Hemoglobinuria sejati terjadi bila hemoglobin bebas dalam
urine yang disebabkan karena danya hemolisis intravaskuler.
Hemolisis dalam urine juga dapat terjadi karena urine encer, pH
alkalis, urine didiamkan lama dalam suhu kamar. Mioglobinuria
terjadi bila mioglobin dilepaskan ke dalam pembuluh darah akibat
kerusakan otot, seperti otot jantung, otot skeletal, juga sebagai
akibat dari olah raga berlebihan, konvulsi. Mioglobin memiliki
berat molekul kecil sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan
diekskresi ke dalam urine.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi:
 Hasil positif palsu dapat terjadi bila urine tercemar deterjen
yang mengandung hipoklorid atau peroksida, bila terdapat
bakteriuria yang mengandung peroksidase.
 Hasil negatif palsu dapat terjadi bila urine mengandung
vitamin C dosis tinggi, pengawet formaldehid, nitrit
konsentrasi tinggi, protein konsentrasi tinggi, atau berat jenis
sangat tinggi.

Urine dari wanita yang sedang menstruasi dapat memberikan


hasil positif.
h. Keton
Badan keton (aseton, asam aseotasetat, dan asam β-
hidroksibutirat) diproduksi untuk menghasilkan energi saat
karbohidrat tidak dapat digunakan. Asam aseotasetat dan asam β-
hidroksibutirat merupakan bahan bakar respirasi normal dan
sumber energi penting terutama untuk otot jantung dan korteks
ginjal. Apabila kapasitas jaringan untuk menggunakan keton
sudah mencukupi maka akan diekskresi ke dalam urine, dan
apabila kemampuan ginjal untuk mengekskresi keton telah
Analis Kesehatan 123

melampaui batas, maka terjadi ketonemia. Benda keton yang


dijumpai di urine terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.
Ketonuria disebabkan oleh kurangnya intake karbohidrat
(kelaparan, tidak seimbangnya diet tinggi lemak dengan rendah
karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan
gastrointestinal), gangguan metabolisme karbohidrat (mis.
diabetes), sehingga tubuh mengambil kekurangan energi dari
lemak atau protein, febris.
i. Nitrit
Di dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil
metabolisme protein, yang kemudian jika terdapat bakteri dalam
jumlah yang signifikan dalam urin (Escherichia coli,
Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella, Proteus) yang megandung
enzim reduktase, akan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Hal ini
terjadi bila urine telah berada dalam kandung kemih minimal 4
jam.
Hasil negative bukan berarti pasti tidak terdapat bakteriuria
sebab tidak semua jenis bakteri dapat membentuk nitrit, atau urine
memang tidak mengandung nitrat, atau urine berada dalam
kandung kemih kurang dari 4 jam. Disamping itu, pada keadaan
tertentu, enzim bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit,
namun kemudian nitrit berubah menjadi nitrogen.
Spesimen terbaik untuk pemeriksaan nitrit adalah urine pagi
dan diperiksa dalam keadaan segar, sebab penundaan
pemeriksaan akan mengakibatkan perkembang biakan bakteri di
luar saluran kemih, yang juga dapat menghasilkan nitrit.
Faktor yang dapat mempengaruhi:

 Hasil positif palsu karena metabolisme bakteri in vitro


apabila pemeriksaan tertunda, urine merah oleh sebab
apapun, pengaruh obat (fenazopiridin).
 Hasil negatif palsu terjadi karena diet vegetarian
menghasilkan nitrat dalam jumlah cukup banyak, terapi
antibiotik mengubah metabolisme bakteri, organism
Analis Kesehatan 124

penginfeksi mungkin tidak mereduksi nitrat, kadar asam


askorbat tinggi, urine tidak dalam kandung kemih selama 4-
6 jam, atau berat jenis urine tinggi.

j. Lekosit
Lekosit netrofil mensekresi esterase yang dapat dideteksi
secara kimiawi. Hasil tes lekosit esterase positif mengindikasikan
kehadiran sel-sel lekosit (granulosit), baik secara utuh atau
sebagai sel yang lisis. Limfosit tidak memiliki memiliki aktivitas
esterase sehingga tidak akan memberikan hasil positif. Hal ini
memungkinkan hasil mikroskopik tidak sesuai dengan hasil
pemeriksaan carik celup.
Temuan laboratorium negatif palsu dapat terjadi bila kadar
glukosa urine tinggi (>500mg/dl), protein urine tinggi
(>300mg/dl), berat jenis urine tinggi, kadar asam oksalat tinggi,
dan urine mengandung cephaloxin, cephalothin, tetrasiklin.
Temuan positif palsu pada penggunaan pengawet formaldehid.
Urine basi dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
3.3.4.3. Pemeriksaan Sedimen Urine

Metode : mikroskopis

Tujuan : Untuk mencari unsur – unsur yang tidak bisa diamati


secara makroskopis dan juga tidak teridentifkasi
melalului reaksi kimia.

Prinsip : Sejumlah urin ditampung pada tabung centrifuge.


Kemudian diputar sampai didapatkan sedimen dan
sedimen tersebut diamati secra mikroskopis.

Alat dan bahan :

 Urine
 Centrifuge
 Mikroskop
 Objekglass
Analis Kesehatan 125

 Tabung centrifuge
 Deckglass

Prosedur :

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Membuat sedimen urin.
o Sample urin dihomogenkan lalu dimasukkan kedalam
tabung centrifuge sebanyak ±12ml.
o Kemudian diputar menggunakan centrifuge selama 5
menit dengan kecepatan 3500rpm. Penggunaan
centrifuge haruslah seimbang.
o Sedimen dipisahkan dari supernata dengan cara
membalikkan tabung centrifuge di limbah cair infeksius
atau di wastafel dengan air yang mengalir. Sehingga
didapatkan volume ± 0,5ml pada tabung centrifuge
tersebut.
3. Membuat sediaan
o Sedimen dihomogenkan. 1 tetes sedimen di teteskan
pada objekglass.
o Kemudiaan ditutup menggunakan deckglass sehingga
didapat sediaan yang rata tanpa gelembung udara.
4. Pengamatan
o Sediaan yang telah dibuat diletakkan pada meja benda
mikroskop.
o Sediaan diamati denan lensa objektif 10x(LPK) dan
40x(LPB).
o Sediaan diamati secara zigzag atau dididir pada setiap
lapang pandang (±12 lapang pandang).
Nilai normal :
1. Eritrosit = 0-1 / LPB
2. Leukosit = 1-3 / LPB
3. Silinder = Negatif (-) / LPK
4. Sel Epitel = Positif (+) / LPB
Analis Kesehatan 126

5. Kristal = Negatif (-)


6. Bakteri = Negatif (-)
7. Parasit = Negatif (-)
Pembahasan :
1. Eritrosit

Gambar 3.18 Eritrosit dalam urin

Eritrosit dalam air seni dapat berasal dari bagian


manapun dari saluran kemih. Secara teoritis, harusnya tidak
dapat ditemukan adanya eritrosit, namun dalam urine normal
dapat ditemukan 0 – 3 sel/LPK. Hematuria adalah adanya
peningkatan jumlah eritrosit dalam urin karena: kerusakan
glomerular, tumor yang mengikis saluran kemih, trauma
ginjal, batu saluran kemih, infeksi, inflamasi, infark ginjal,
nekrosis tubular akut, infeksi saluran kemih atas dan bawah
dll.

2. Leukosit

Gambar 3.18 Leukosit dalam urin

Lekosit berbentuk bulat, berinti, granuler, berukuran kira-


kira 1,5 – 2 kali eritrosit. Lekosit dalam urine umumnya adalah
neutrofil (polymorphonuclear, PMN). Lekosit dapat berasal
Analis Kesehatan 127

dari bagian manapun dari saluran kemih. Lekosit hingga 4 atau


5 per LPK umumnya masih dianggap normal. Peningkatan
jumlah lekosit dalam urine (leukosituria atau piuria) umumnya
menunjukkan adanya infeksi saluran kemih baik bagian atas
atau bawah, sistitis, pielonefritis, atau glomerulonefritis akut.
Leukosituria juga dapat dijumpai pada febris, dehidrasi, stress,
leukemia tanpa adanya infeksi atau inflamasi.

3. Sel Epitel

Gambar 3.19 Sel epitel

Epitel umumnya dalam jumlah yang lebih rendah dan berasal


dari permukaan kulit atau dari luar uretra. Signifikansi utama
mereka adalah sebagai indikator kontaminasi.

4. Silinder
Silinder (cast) adalah massa protein berbentuk silindris yang
terbentuk di tubulus ginjal dan dibilas masuk ke dalam urine.
Silinder terbentuk hanya dalam tubulus distal yang rumit atau
saluran pengumpul (nefron distal). Tubulus proksimal dan
lengkung. Silinder dibagi-bagi berdasarkan gambaran
morfologik dan komposisinya. Faktor-faktor yang mendukung
pembentukan silinder adalah laju aliran yang rendah,
konsentrasi garam tinggi, volume urine yang rendah, dan pH
rendah (asam) yang menyebabkan denaturasi dan precipitasi
protein, terutama mukoprotein Tamm-Horsfall. Mukoprotein
Tamm-Horsfall adalah matriks protein yang lengket yang terdiri
dari glikoprotein yang dihasilkan oleh sel epitel ginjal. Semua
benda berupa partikel atau sel yang terdapat dalam tubulus yang
abnormal mudah melekat pada matriks protein yang lengket.
Analis Kesehatan 128

a. Silinder hiali

Gambar 3.20 Silinder hialin


Silinder hialin atau silinder protein terutama terdiri dari
mucoprotein (protein Tamm-Horsfall) yang dikeluarkan
oleh sel-sel tubulus. Silinder ini homogen (tanpa struktur),
tekstur halus, jernih, sisi-sisinya parallel, dan ujung-
ujungnya membulat. Sekresi protein Tamm-Horsfall
membentuk sebuah silinder hialin di saluran pengumpul.
Silinder hialin tidak selalu menunjukkan penyakit klinis.
Silinder hialin dapat dilihat bahkan pada pasien yang sehat.
Sedimen urin normal mungkin berisi 0 – 1 silinder hialin
per LPL. Jumlah yang lebih besar dapat dikaitkan dengan
proteinuria ginjal (misalnya, penyakit glomerular) atau
ekstra-ginjal (misalnya, overflow proteinuria seperti dalam
myeloma).
Silinder protein dengan panjang, ekor tipis terbentuk di
persimpangan lengkung Henle's dan tubulus distal yang
rumit disebut silindroid (cylindroids).
b. Silinder Eritrosit

Gambar 3.21 Silinder eritrosit


Silinder eritrosit bersifat granuler dan mengandung
hemoglobin dari kerusakan eritrosit. Adanya silinder
eritrosit disertai hematuria mikroskopik memperkuat
diagnosis untuk kelainan glomerulus. Cedera glomerulus
Analis Kesehatan 129

yang parah dengan kebocoran eritrosit atau kerusakan


tubular yang parah menyebabkan sel-sel eritrosit melekat
pada matriks protein (mukoprotein Tamm-Horsfall) dan
membentuk silinder eritrosit.
c. Silinder Leukosit

Gambar 3.22 Silinder leukosit


Silinder lekosit atau silinder nanah, terjadi ketika
leukosit masuk dalam matriks Silinder. Kehadiran mereka
menunjukkan peradangan pada ginjal, karena silinder
tersebut tidak akan terbentuk kecuali dalam ginjal. Silinder
lekosit paling khas untuk pielonefritis akut, tetapi juga dapat
ditemukan pada penyakit glomerulus (glomerulonefritis).
Glitter sel (fagositik neutrofil) biasanya akan menyertai
silinder lekosit. Penemuan silinder leukosit yang bercampur
dengan bakteri mempunyai arti penting untuk pielonefritis,
mengingat pielonefritis dapat berjalan tanpa keluhan
meskipun telah merusak jaringan ginjal secara progresif.
d. Silinder Granula

Gambar 3.23 Silinder granula


Silinder granular adalah silinder selular yang mengalami
degenerasi. Disintegrasi sel selama transit melalui sistem
saluran kemih menghasilkan perubahan membran sel,
fragmentasi inti, dan granulasi sitoplasma. Hasil disintegrasi
Analis Kesehatan 130

awalnya granular kasar, kemudian menjadi butiran halus.


e. Silinder Lilin (Waxy Cast)

Gambar 3.24 Silinder lilin


Silinder lilin adalah silinder tua hasil silinder granular
yang mengalami perubahan degeneratif lebih lanjut.
Ketika silinder selular tetap berada di nefron untuk
beberapa waktu sebelum mereka dikeluarkan ke kandung
kemih, sel-sel dapat berubah menjadi silinder granular
kasar, kemudian menjadi sebuah silinder granular halus,
dan akhirnya, menjadi silinder yang licin seperti lilin
(waxy). Silinder lilin umumnya terkait dengan penyakit
ginjal berat dan amiloidosis ginjal. Kemunculan mereka
menunjukkan keparahan penyakit dan dilasi nefron dan
karena itu terlihat pada tahap akhir penyakit ginjal
kronis.
Yang disebut telescoped urinary sediment adalah
salah satu di mana eritrosit, leukosit, oval fat bodies, dan
segala jenis silinder yang ditemukan kurang lebih sama-
sama berlimpah. Kondisi yang dapat menyebabkan
telescoped urinary sediment adalah: 1) lupus nefritis 2)
hipertensi ganas 3) diabetes glomerulosclerosis, dan 4)
glomerulonefritis progresif cepat.
Pada tahap akhir penyakit ginjal dari setiap
penyebab, sedimen saluran kemih sering menjadi sangat
kurang karena nefron yang masih tersisa menghasilkan
urin encer.
Analis Kesehatan 131

5. Bakteri
Bakteri yang umum dalam spesimen urin karena banyaknya
mikroba flora normal vagina atau meatus uretra eksternal dan
karena kemampuan mereka untuk cepat berkembang biak di
urine pada suhu kamar. Bakteri juga dapat disebabkan oleh
kontaminan dalam wadah pengumpul, kontaminasi tinja, dalam
urine yang dibiarkan lama (basi), atau memang dari infeksi di
saluran kemih. Oleh karena itu pengumpulan urine harus
dilakukan dengan benar (lihat pengumpulan specimen urine)
Diagnosis bakteriuria dalam kasus yang dicurigai infeksi
saluran kemih memerlukan tes biakan kuman (kultur). Hitung
koloni juga dapat dilakukan untuk melihat apakah jumlah
bakteri yang hadir signifikan. Umumnya, lebih dari 100.000 / ml
dari satu organisme mencerminkan bakteriuria signifikan.
Beberapa organisme mencerminkan kontaminasi. Namun
demikian, keberadaan setiap organisme dalam spesimen
kateterisasi atau suprapubik harus dianggap signifikan.
6. Ragi

Gambar 3.25 Ragi


Sel-sel ragi bisa merupakan kontaminan atau infeksi jamur
sejati. Mereka sering sulit dibedakan dari sel darah merah dan
kristal amorf, membedakannya adalah bahwa ragi memiliki
kecenderungan bertunas. Paling sering adalah Candida, yang
dapat menginvasi kandung kemih, uretra, atau vagina
Analis Kesehatan 132

7. Trichomonas vaginalis

Gambar 3.26 Trichomonas vaginalis


Trichomonas vaginalis adalah parasit menular seksual yang
dapat berasal dari urogenital laki-laki dan perempuan. Ukuran
organisme ini bervariasi antara 1-2 kali diameter leukosit.
Organisme ini mudah diidentifikasi dengan cepat dengan
melihat adanya flagella dan pergerakannya yang tidak menentu.
8. Kristal
Kristal yang sering dijumpai adalah kristal calcium oxallate,
triple phosphate, asam urat. Penemuan kristal-kristal tersebut
tidak mempunyai arti klinik yang penting. Namun, dalam
jumlah berlebih dan adanya predisposisi antara lain infeksi,
memungkinkan timbulnya penyakit "kencing batu", yaitu
terbentuknya batu ginjal-saluran kemih (lithiasis) di sepanjang
ginjal – saluran kemih, menimbulkan jejas, dan dapat
menyebabkan fragmen sel epitel terkelupas. Pembentukan batu
dapat disertai kristaluria, dan penemuan kristaluria tidak harus
disertai pembentukan batu.
1. Kalsium Oksalat

Gambar 3.27 Ca oxalat


Kristal ini umum dijumpai pada spesimen urine bahkan
pada pasien yang sehat. Mereka dapat terjadi pada urin dari
Analis Kesehatan 133

setiap pH, terutama pada pH yang asam. Kristal bervariasi


dalam ukuran dari cukup besar untuk sangat kecil. Kristal
ca-oxallate bervariasi dalam ukuran, tak berwarna, dan
bebentuk amplop atau halter. Kristal dapat muncul dalam
specimen urine setelah konsumsi makanan tertentu (mis.
asparagus, kubis, dll) dan keracunan ethylene glycol.
Adanya 1 – 5 ( + ) kristal Ca-oxallate per LPL masih
dinyatakan normal, tetapi jika dijumpai lebih dari 5 ( ++
atau +++ ) sudah dinyatakan abnormal.
2. Triple Fosfat

Gambar 3.28 Triple phosphat


Seperti halnya Ca-oxallate, triple fosfat juga dapat dijumpai
bahkan pada orang yang sehat. Kristal terlihat berbentuk
prisma empat persegi panjang seperti tutup peti mati
(kadang-kadang juga bentuk daun atau bintang), tak
berwarna dan larut dalam asam cuka encer. Meskipun
mereka dapat ditemukan dalam setiap pH, pembentukan
mereka lebih disukai di pH netral ke basa. Kristal dapat
muncul di urin setelah konsumsi makan tertentu (buah-
buahan). Infeksi saluran kemih dengan bakteri penghasil
urease (mis. Proteus vulgaris) dapat mendukung
pembentukan kristal (dan urolithiasis) dengan
meningkatkan pH urin dan meningkatkan amonia bebas.
Analis Kesehatan 134

3. Asam Urat

Gambar 3.29 Kristal asam urat


Kristal asam urat tampak berwarna kuning ke coklat,
berbentuk belah ketupat (kadang-kadang berbentuk jarum
atau mawar). Dengan pengecualian langka, penemuan
kristal asam urat dalam urin sedikit memberikan nilai klinis,
tetapi lebih merupakan zat sampah metabolisme normal;
jumlahnya tergantung dari jenis makanan, banyaknya
makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urin.
Meskipun peningkatan 16% pada pasien dengan gout, dan
dalam keganasan limfoma atau leukemia, kehadiran mereka
biasanya tidak patologis atau meningkatkan konsentrasi
asam urat.
4. Sistin (Cystine)

Gambar 3.30 Kristal cystin


Cystine berbentuk heksagonal dan tipis. Kristal ini muncul
dalam urin sebagai akibat dari cacat genetic atau penyakit
hati yang parah. Kristal dan batu sistin dapat dijumpai pada
cystinuria dan homocystinuria. Terbentuk pada pH asam
dan ketika konsentrasinya > 300mg. Sering
membingungkan dengan kristal asam urat. Sistin
crystalluria atau urolithiasis merupakan indikasi cystinuria,
yang merupakan kelainan metabolisme bawaan cacat yang
Analis Kesehatan 135

melibatkan reabsorpsi tubulus ginjal tertentu termasuk asam


amino sistin.
5. Leusin dan Tirosin

Gambar 3.31 Kristal leusin dan tirosin


Leusin dan tirosin adalah kristal asam amino dan sering
muncul bersama-sama dalam penyakit hati yang parah.
Tirosin tampak sebagai jarum yang tersusun sebagai berkas
atau mawar dan kuning. Leusin muncul-muncul berminyak
bola dengan radial dan konsentris striations. Kristal leucine
dipandang sebagai bola kuning dengan radial konsentris.
Kristal ini kadang-kadang dapat keliru dengan sel-sel,
dengan pusat nukleus yang menyerupai. Kristal dari asam
amino leusin dan tirosin sangat jarang terlihat di sedimen
urin. Kristal ini dapat diamati pada beberapa penyakit
keturunan seperti tyrosinosis dan "penyakit Maple Syrup".
Lebih sering kita menemukan kristal ini bersamaan pada
pasien dengan penyakit hati berat (sering terminal).
6. Kristal Cholesterol

Gambar 3.32 Kristal cholesterol


Kristal kolesterol tampak regular atau irregular , transparan,
tampak sebagai pelat tipis empat persegi panjang dengan
satu (kadang dua) dari sudut persegi memiliki takik.
Penyebab kehadiran kristal kolesterol tidak jelas, tetapi
diduga memiliki makna klinis seperti oval fat bodies.
Analis Kesehatan 136

Kehadiran kristal kolesterol sangat jarang dan biasanya


disertai oleh proteinuria.
7. Kristal lain
Berbagai macam jenis kristal lain yang dapat dijumpai
dalam sedimen urin misalnya adalah :
Kristal dalam urin asam :

 Natirum urat : tak berwarna, bentuk batang ireguler


tumpul, berkumpul membentuk roset.
 Amorf urat : warna kuning atau coklat, terlihat
sebagai butiran, berkumpul.

Kristal dalam urin alkali :

Gambar 3.33 Kristal Amonium urat

Amonium urat (atau biurat) : warna kuning-coklat, bentuk


bulat tidak teratur, bulat berduri, atau bulat bertanduk.

 Ca-fosfat : tak berwarna, bentuk batang-batang


panjang, berkumpul membentuk rosset.
 Amorf fosfat : tak berwarna, bentuk butiran-butiran,
berkumpul.
 Ca-karbonat : tak berwarna, bentuk bulat kecil, halter.

Secara umum, tidak ada intepretasi klinis, tetapi jika


terdapat dalam jumlah yang banyak, mungkin dapat
menimbulkan gangguan.
Analis Kesehatan 137

Banyak obat diekskresikan dalam urin mempunyai potensi


untuk membentuk kristal, seperti :

Gambar 3.34 Kristal Sulfadiazin Gambar 3.35 Kristal Sulfonamida

1. Pemeriksaan Kehamilan

Gambar 3.36 Pregna strip


Metode : Immunokromatografi Test (ICT)
Tujuan : Untuk mendeteksi adanya hormon HCG (Human Corionic
Gonadotropin) dalam urin secara kualitatif .
Prinsip : strip yang tersiri dari bantalan penyerap spesimen dan mengalir
melintasi daerah membran bantalan penyerap sisa reaksi bantalan
yang mengandung antibodi monoklonal mouse anti HCG yang di
konjugasikan dengan zat warna colloidal gold zona test pada daerah
membran di ikat dengan antibodi goat anti HCG dan zona kontrol
dengan goat anti mouse IgG.
Reaksi :
Urin diserap bantalan strip (Ab Monoklonal Mouse + anti HCG)

Ab Monoklonal Mouse + anti HCG konjugasi dengan zat warna Colloidal Gold
Analis Kesehatan 138

Alat dan bahan :

 Urin
 Pregna Strip

Prosedur :

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Strip di celupkan sampai batas yang ada selama 30-60 detik.
3. Strip diangkat dan di tiriskan.
4. Tunggu selama 2 menit dan lihat garis yang terbentuk pada strip.

Interpretasi Hasil :

C C C C

T T T T

Positif (+) Negatif (-) Invalid

Pembahasan :

Kira-kira sepuluh hari setelah sel telur dibuahi sel sperma di saluran Tuba
fallopii, telur yang telah dibuahi itu bergerak menuju rahim dan melekat pada
dindingnya. Sejak saat itula plasenta mulai berkembang dan memproduksi HCG
yang dapat ditemukan dalam darah serta air seni. Keberadaan hormone protein ini
sudah dapat dideteksi dalam darah sejak hari pertama keterlambatan haid, yang
kira-kira merupakan hari keenam sejak pelekatan janin pada dinding rahim.
Kadar hormon ini terus bertambah hingga minggu ke 14-16 kehamilan, terhitung
sejak hari terakhir menstruasi. Sebagian besar ibu hamil mengalami penambahan
kadar hormone HCG sebanyak dua kali lipat setiap 3 hari.
Analis Kesehatan 139

Peningkatan kadar hormon ini biasanya ditandai dengan mual dan pusing
yang sering dirasakan pada ibu hamil. Setelah itu kadarnya menurun terus secara
perlahan, dan hampir mencapai kadar normal beberapa saat setelah persalinan.
Tetapi adakalanya kadar hormone ini masih di atas normal sampai 4 minggu
setelah persalinan atau keguguran.

2. Pemeriksaan Amphetamin

Metode : Imunokromatografi Test (ICT)

Tujuan :Untuk mendeteksi adanya amphetamin dalam urin pasien.

Prinsip :Urin yang mengandung amphetamin akan mengikat antibody.


Kandungan amphetamin dalam urin yang kurang dari 1800 ng/dl tidak
akan mengikat antibody sehingga akan menampilkan garis berwarna
merah pada garis test.

Alat dan Bahan :

 ABON Amphetamin Rapid Test


 Pipet Tetes
 Urin

Prosedur Kerja :

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Rapid test amphetamin dibuka kemudian diberi identitas seperti no pasien.
3. Urin diteteskan ke lubang sampel sebanyak 3 tetes.
4. Rapid test didiamkan selama 5 menit kemudian hasil dibaca.
Analis Kesehatan 140

Interpretasi hasil :

AMP AMP AMP AMP

C C C C

T T T T

S S S S

Negatif (-) Positif (+) Invalid

3. Pemeriksaan Opiates ( Morphine )

Metode : Imunologikromatografi Test (ICT)

Tujuan : Untuk mendeteksi adanya morphine, opiates dan heroin dalam urin
pasien.

Prinsip : Urin yang mengandung morphine akan mengikat antibodi.


Kandungan morphine dalam urin yang kurang dari 300 ng/ml tidak
akan mengikat antibodi. Pada test ini morphine yang kandungannya
lebih dari 300 ng/ml dalam urin akan mengikat antibodi sehingga
akan menampilkan garis berwarna merah pada daerah test tersebut.

Alat dan Bahan :

 ACON MOR rapid test


 Pipet tetes
 Urin

Prosedur Kerja :

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. ACON MOR rapid test dibuka kemudian diberi identitas seperti no pasien.
3. Urin diteteskan pada lubang sampel sebanyak 3 tetes.
4. Rapid Test didiamkan selama 5 menit kemudian hasil dibaca.
Analis Kesehatan 141

Interpretasi hasil :

MOR MOR MOR MOR


C C C C

T T T T

S S S S

Negatif (-) Positif (+) Invalid

4. Pemeriksaan THC (Marijuana)

Metode : Immunokromatografi Test (ICT)

Tujuan : Untuk mengetahui adanya THC (Marijuana) dalam urine.

Prinsip : Urin yg mengandung marijuana akan mengikat antibodi.


Kandungan Marijuana dalam urin yang kurang dari 50 ng/ml
tidak akan mengikat antibodi pada test ini, sedangkan
kandungan marijuama yang lebih dari 50 ng/ml akan
berikatan dengan antibodi sehingga akan menampilkan garis
berwarna merah terang pada daerah garis test tersebut.

Alat dan bahan :

 Rapid test THC


 Pipet tetes
 Urine
Prosedur :
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Rapid test THC dibuka dari bungkusnya, kemudian diberi identitas seperti
nomor pasien.
3. Urine diteteskan pada lubang sampel sebanyak 3 tetes menggunakan pipet
tetes.
Analis Kesehatan 142

4. Rapid test didiamkan selama 5 menit kemudian hasil dibaca.


Interpretasi hasil :

THC THC THC THC


C C C C

T T T T

S S S S

Negatif (-) Positif (+) Invalid

Nilai Normal : Negatif (-)

Pembahasan :

 Nama lain : Ganja, cannabis, gele, marijuana, hash, cimeng, kangkung, oyen,
ikat, bang, labang, rumput, grass, dope, weed, hemp, Colombian, sinsemilia,
barang.
 Terdeteksi dalam urin tergantung pemakaian :
o 1 – 2 kali pakai, terdeteksi dalam urin 1 – 2 hari
o Perokok : 1 – 5 hari
o Perokok moderate (94 kali/minggu) s/d 5 hari.
o Perokok berat : s/d 10 hari
o Pengguna kronis : 14 – 18 hari

5. Pemeriksaan Feses Lengkap

Metode : Makroskopis dan Mikroskopis

Tujuan : Untuk mengetahui warna, konsistensi, lendir, darah, parasit dan


unsur-unsur yang tidak terlibat secara makroskopis dalam feses.

Prinsip :

 Makroskopis : Feses yang diperoleh diamati warna,


konsistensi, lendir, darah dan parasit.
Analis Kesehatan 143

 Mikroskopis : Bagian feses yang terlihat abnormal di ambil kemudian


di campur dengan pewarna eosin dan diamati secara mikroskopis.

Alat dan Bahan :

 Objek glass
 Deck glass
 Lidi
 Feses
 Pewarna eosin
 Mikroskop

Prosedur Kerja :

A. Makroskopis
1. Feses di dalam wadah penampung diamati seperti warna, lendir, darah
dan parasit.
2. Feses yang berada di dalam wadah penampung di sentuh dengan
menggunakan lidi untuk mengetahui konsistensinya.
3. Hasil yang telah diamati dicatat.
B. Mikroskopis
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Pewarna eosin diletakkan diatas objek glass sebanyak 1 tetes.
3. Feses diambil dengan menggunakan lidi sesuai kebutuhan kemudian
dicampur hingga merata.
4. Campuran feses dan pewarna eosin ditutup dengan cover glass.
5. Lihat unsur-unsur yang berada didalam feses dengan menggunakan
mikroskop dengan lensa objektif 10x (LPK) dan 40x (LPB).
6. Pemeriksaan unsur dilakukan secara zig-zag dan hasil dicatat.

Nilai Normal :

A. Makroskopis
 Warna : Coklat tua
 Konsistensi : Agak lunak dan mempunyai bentuk
 Lendir : Negatif
Analis Kesehatan 144

 Darah : Negatif
 Parasit : Negatif
B. Mikroskopis
 Lekosit : 0-3 / LPB
 Eritrosit : 0-1 / LPB
 Epitel : Negatif
 Bakteri : Negatif, apabila positif (+) hanya E.coli
 Jamur : Negatif
 Serat tumbuhan : Positif
 Telur cacing : Negatif
 Amoeba : Negatif

Pembahasan : Pemeriksaan ini untuk mengetahui ada tidaknya unsur-unsur


secara mikroskopis maupun makroskopis.

6. Pemeriksaan Darah Samar Feses/ FOB

Metode : Guajak

Tujuan : Untuk mengetahui adanya darah yang tidak dapat terlihat atau
terdeteksi secara makroskopis

Alat dan bahan :

 Tabung darah samar


 Feses
 Reagen I dan II darah samar

Prosedur :

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Pipet diputar kemudian feses dipipet sampai batas yang ditentukan.
3. Pipet diputar sampai sejajar dengan tanda “-“ dan tekan kebawah untuk
mengeluarkan feses dari pipet.
4. Nacl 0,9% dimasukkan sebanyak 1000 ul dengan bluetip melalui lubang
yang tersedia dan homogenkan.
Analis Kesehatan 145

5. Reagen I dan II ditambahkan masing-masing sebanyak 500 ul dengan


bluetip melalui lubang yang tersedia kemudian homogenkan.
6. Tunggu selama 1 menit dan lihat warna feses sesuai warna yang berada di
tabung.

Interpretasi hasil :

o Negatif : tidak berubah warna


o +2 : berwarna hijau muda
o +4 : berwarna hijau tua

3.3.5 Mikrobiologi

1. Pewarnaan Gram

Gambar 3.37 Bakteri Gram positif dan negatif

Tujuan : untuk mengetahui morfologi dan sifat bakteri

Prinsip : Gram positif :

Bakteri gram positif (+) akan mengikat zat warna


primer dengan bantuan lugol tidak dapat lepas pada
saat pencucian dengan alkohol 96% sehingga bakteri
tampak berwarna ungu.

Gram Negatif :

Bakteri gram negatif akan melepaskan zat warna


primer dengan pencucian dengan alkohol 96% dan
akan mengikat zat warna sekunder sehingga bakteri
tampak berwarna merah.
Analis Kesehatan 146

Alat dan bahan :

 Gentian Violet
 Lugol
 Alkohol 96%
 Safranin/fuchsin
 Rak pewarnaan
 Mikroskop
 Objekglass
 Pipet pasteur
 Secret vagina

Prosedur :

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Preparat yang sudah dibuat digenangi dengan larutan gentian violet
selamat 30 detik, lalu dicuci dengan air mengalir.
3. Preparat degenangi lagi denganlarutan lugol selama 1 menit untuk
menguatkan zat pewarna gentian violet, kemudian dicuci kembali
dengan air mengalir.
4. Warna preprat dilunturkan dengan menggenangi alkohol 96% selama
30 detik sampai warna ungu terlihat pucat, lalu dibilas dengan air
mengalir lagi.
5. Kemudian preparat digenangi dengan larutan safranin/fuchsin selama 1
menit lalu dibilas dengan air mengalir.
6. Preparat dikeringkan, alu diperiksa dibawah mikroskop.

Pembahasan :

 Pemeriksaan dilakukan untuk membedakan kuman berdasarkan


sifatnya.
 Pada bakteri gram positif lapisan lipidnya bakteri gram positif tipis dan
lapisan peptidoglikannya tebal sehingga bakteri akan menyerap zat
warna gentian violet.
Analis Kesehatan 147

 Pada bakteri gram negatif lapisan lipidnya tebal dan lapisan


peptidoglikannya tipis sehinggan bakteri akan menyerap zat warna
fuchsin.

2. Pewarnaan Bakteri Tahan Asam

Gambar 3.38 Bakteri Tahan Asam (BTA)

Metode : Zhiel-neelsen

Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri tahan asam


dalam sampel, seperti bakteri Mycobacterium tuberculosis

Prinsip : Bakteri tahan asam mempunyaui diding sel dengan pori-pori


yang sangat rapat dan sulit ditembus oleh zat warna. Bakteri
tahan asam akan menyerap zat warna carbol fuchsin. Bakteri
tidak tahan asam tidak akan menyerap zat warna carbol fuchsin
tetapi menyerap methylene blue.

Alat dan bahan :

 Objekglass
 Pensil kaca
 Rak pewarna
 Mikroskop
 Pinset
 Bunsen
 Lidi
 Minyak imersi
 Carbol fuchsin
 Spesimen Sputum
Analis Kesehatan 148

 Asam alkohol 3%
 Methylene blue

Prosedur :

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Objekglass diberi identitas pasien pada bagian ujungnya.
3. Spesimen diambil menggunakan lidipada bagian kental
(berkeju,berdarah) dan diletakkan pada tengah objekglass.
4. Spesimen diratakkan menggunakan lidi dan di tunggu hingga kering
lalu dilewatkan diatas api bunsen sebanyak 3x selama masing-masing
3-5detik.
5. Lalu sediaan diletakkan diatas rak pewarnaan dengan apusan dibagian
atas.
6. Carbol fuchsin diteteskan sampai menutupi seluruh objekglass.
7. Kemudian dipanaskan diatas api bunsen hingga keluar uap selama 3-5
menit tidak sampai mendidih dan didiamkan selama 2 menit dan
dicuci menggunakan air mengalir.
8. Asam alkohol 3% diteteskan agar warna merah fuchsin hingga, dan
dibilas dengan air mengalir.
9. Kemudian preparat digenangi dengan methylene blue selama 20detik ,
dibilas dengan air mengalir dan dibiarkan kering.
10. Diamati dibawah lensa mersi.

Interpretasi hasil

 BTA : berwarna Merah


 BTTA : berwarna Biru
Hasil Skala IUAT
Analis Kesehatan 149

3+ >10/LP
2+ 1-10/LP
1+ 10-99/100LP
± (ulangi) 1-9/100LP
Negatif 0/100LP
Pembahasan :

Pada pewarnaan BTA, sekali sitoplasma terwarnai, aka sel-sel organisme


seperti mikrobakteri menahan zat warna tersebut dengan erat. Organisme
yang dapat menahan zat warna carbol fuchsin dikatakan bakteri tahan asam
dan berwarna merah.Sedangkan organisme yang dapat dengan mudah zat
warna primer dilunturkan maka dikatakan bakteri tidak tahan asam dan
berwarna biru.
Pewarnaan ini dilakukan untuk membantu menegakan diagnosis dokter
penyakit Tuberculosis ( TBC ).
3.4 Pasca Analitik

Pasca Analitik ialah tahap akhir pemeriksaan yang dikeluarkan untuk


meyakinkan bahwa hasil pemeriksaan yang dikeluarkan benar – benar valid
atau benar. Tahap pasca analitik ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
sehingga jika terjadi kesalahan pada hasil pemeriksaan sangat sulit untuk
ditelusuri atau dilacak. Disamping faktor pengerjaan dari internal pada tahap
prasca analitik juga sangat tergantung pada kondisi pasien saat itu, kejujuran
dan kelengkapan pasien dalam memberi informasi, kondisi sampel itu sendiri,
suasana lingkungan dan bahan pembantu yang digunakan.

3.4.1 Pencatatan Hasil


Hasil pemeriksaan dicatat di masing-masing lembar kerja dengan
warna yang berbeda. Macam-macam warna lembar laporan harian
a. Hematologi : Merah
b. Kimia Urin : Hijau
Analis Kesehatan 150

c. Kimia Feses : Hijau


d. Kimia Darah : Kuning
e. Imunoserologi : Merah
Hasil yang keluar dicatat pada lembar laporan harian dan di cek
kembali, jika hasil abnormal petugas laboratorium akan melakukan
pemeriksaan ulang (duplo). Setelah diperiksa hasil dicacat dan
diserahkan kebagian imput data untuk diketik pada dan diprint.
3.4.2 Pelaporan

Gambar 3.38 Ruang input data


Hasil yang telah diserahkan ke bagian input akan diketik dan
dprint out kemudian diserahkan ke koordinator laboratorium
untuk diperiksa apakah hasil siap untuk dikeluarkan atau harus
dikonsultasikan kepada dokter patologi klinik selaku penanggung
jawab laboratorium. Setelah itu diberi paraf dan stample
laboratorium sebagai tanda bahwa hasil siap untuk diserahkan.
Pasien rawat jalan yang hendak mengambil hasil pemeriksaan
laboratorium harus menunjukan nota pengambilan yang telah
diberi No. Urut laboratorium. Untuk pasien rawat inap, hasil
pemeriksaan yang telah diparaf dan di stampel serahkan atau akan
diambil oleh perawat.

3.5 Penerapan K3 di Laboratorium


3.5.1 Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri (APD) dan alat bantu digunakan pada
laboratorium untuk menghindari/ meminimalisasi tertularnya suatu
penyakit :
Analis Kesehatan 151

1. Memakai Jas lab


2. Memakai sarung tangan
3. Memakai Masker
4. Memakai sepatu yang tertutup
5. Memipet dengan alat bantu (bulp)
6. Membuat preparat BTA dengan menggunakan alat bantu pinset
untuk memegang preparat yang telah dibuat
7. Tidak makan dan minum saat bekerja
8. Tidak tidur saat bekerja
9. Memakai pipet pasteur yang disposible
10. Membuang sampah infeksius pada tempat sampah yang telah
ditentukan
3.5.2 Pengolahan Limbah
Rumah sakit harum sisma medika membagi pengolahan limbah
sebagai berikut :
1. Menyediakan tempah sampah yang terbuat dari bahan plastik
dan dilapisi dengan kantong plastik berwarna sesuai dengan
jenis limbah masing-masing
a) Kantong plastik berwarna kuning digunakan untuk
limbah infeksius seperti jarum suntik, lanset, sarung
tangan, masker dan benda tajam lainnya
b) Kantong plastik berwarna hitam digunakan untuk
limbah non infeksius seperti kertas, sisa makanan,
plastik, alat tulis dan lain-lain
2. Pengolahan limbah padat
a) Limbah padat infeksius
Limbah padat infeksius ditampung pada tempat
sampah plastik yang dilapisi kantong plastik berwarna
kuning setelah itu diangkut dan ditampung ditempat
sampah sementara untuk dipisahkan dengan limbah
non infeksius kemudian limbah padat infeksius di
incenerator di tempat tertentu. Limbah ini setiap hari
Analis Kesehatan 152

diangkat minimal 3 kali sehari oleh petugas


kebersihan RS. Harum sisma medika
b) Limbah padat non infeksius
Limbah padat non infeksius ditampung pada tempat
sampah plastik yang dilapisi dengan kantong plastik
berwarna hitam setelah itu diangkat dan ditampung
ditempat sampah sementara untuk dipisahkan dengan
limbah infeksius. Limbah ini diangkat minimal 3 hari
sekali oleh petugas kebersihan RS. Harum sisma
medika
3. Limbah kimia
Limbah kimia yang berasal dari sisa regaen pemeriksaaan
kemudian dibuang ke wastafel khusus yang berhubungan
langsung dengan instalasi pengolahan limbah

BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Analis Kesehatan 153

Dari kegiatan praktek kerja industri (prakerin) di laboratorium klinik Rumah


Sakit Harum Sisma Medika yang dilaksanakan pada tanggal 21 Oktober 2013
sampai 13 Desember 2013. Dapat disimpulkan bahwa fasilitas, sarana dan
pelayanan di laboratorium sudah memenuhi syarat sebagai laboratorium rumah
sakit. Untuk pengambil sampel darah baik pasien rawat jalan maupun rawat
inap semua masih dilakukan oleh petugas analis di laboratorium. Hanya saja,
masih ada beberapa pemeriksaan yang dikirim keluar (rujukan).
4.2 Saran
Saran untuk laboratorium Rumah Sakit Harum Sisma Medika :
1. Dapat meningkatkan mutu dan kinerja kerja untuk menjadi semakin
baik
2. Menambahkan suatu pemeriksaan yang belum ada (dikirim keluar) di
laboratorium RS. Harum Sisma Medika agar menambah kelengkapan
pemeriksaan tanpa harus dikirim ke rumah sakit lain dan apabila ada
yang melaksanakan prakerin di laboratorium RS. Harum Sisma Medika
dapat mengerjakan pemeriksaan tersebut

Lampiran 1

Gambar-gambar alat

1. Centrifuge
Analis Kesehatan 154

2. Rak mikropipet, yelowtip dan bluetip

3. Oven

4. Rotator
Analis Kesehatan 155

5. Waterbath

Lampiran 2
Analis Kesehatan 156

Gambar-gambar ruangan

1. Ruang pengambilan sampel

2. Ruang pencatatan hasil

3. Ruang analisis kimia darah

4. Wastafel tempat cuci tangan


Analis Kesehatan 157

5. Wastafel tempat pembuangan limbah cair dan kimia

BIODATA SISWA
Analis Kesehatan 158

 Nama : Indah Dwi Oktaviani

NIS : 111210025

Kelas : XII CD

No. Hp : 089647292499

 Nama : Meliany Nurlita

NIS : 111210030

Kelas : XII CD

No. Hp : 083872663782

 Nama : Risma Marta Hatmanti

NIS : 111210040

Kelas : XII AB

No. Hp : 089635595554

 Nama : Tinitah Muslim Gifari Sekar Utami

NIS : 111210046

Kelas : XII AB

No. Hp : 089630899716

Anda mungkin juga menyukai