MATERI : DRYING
KELOMPOK : 2/SELASA
PENYUSUN : 1. MONICA YULFARIDA (21030116130166)
2. DITA BAETI PRIDIANA (21030116120002)
3. REZKY FADHILAH (21030116120011)
Materi : Drying
Kelompok : 2/Selasa
Anggota : 1. Monica Yulfarida (21030116130166)
2. Dita Baeti Pridiana (21030116120002)
3. Rezky Fadhilah (21030116120011)
ii
RINGKASAN
iii
SUMMARY
iv
PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan
hidayah-Nya, Laporan Resmi Praktikum Operasi Teknik Kimia materi “Drying”
dapat diselesaikan dengan lancar dan sesuai dengan harapan kami.
Tujuan dari penyusunan laporan adalah sebagai syarat dalam mengikuti
praktikum proses kimia. Penyusun menyadari sepenuhnya tanpa bantuan dan kerja
sama dari berbagai pihak maka laporan ini tidak akan dapat terselesaikan. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Ir. Didi Dwi Anggoro, M.Eng. selaku Dosen penanggung jawab
Laboratorium Operasi Teknik Kimia Departemen Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro Semarang tahun 2018.
2. Dr. Ing Suherman S.T., M.T. selaku Dosen pengampu materi Drying
Laboratorium Operasi Teknik Kimia Departemen Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro Semarang.
3. Marissa W., S.T., M.T., selaku Laboran Laboratorium Operasi Teknik
Kimia Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro Semarang tahun 2018.
3. Fahmi Rifaldi, selaku Koordinator Asisten Laboratorium Operasi Teknik
Kimia Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro Semarang tahun 2018.
4. Safira Siti Nadhilah H, Asisten Laboratorium Proses Kimia selaku
asisten jaga materi Drying.
5. Segenap asisten Laboratorium Operasi Teknik Kimia Departemen Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.
Laporan ini merupakan laporan terbaik yang saat ini bisa kami ajukan,
namun kami menyadari pasti ada kekurangan yang perlu kami perbaiki. Oleh
karena itu penulis menerima segala saran dan kritik yang berguna untuk perbaikan
laporan resmi ini.
Semarang, November 2018
Penyusun
v
DAFTAR ISI
vi
4.4. Aplikasi Proses Drying dalam Industri ......................................................................... 20
BAB V PENUTUP ................................................................................................................... 22
5.1. Kesimpulan ................................................................................................................... 22
5.2. Saran ............................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 23
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Hubungan drying time (hour) dengan total moisture content (lb) .............. 12
Tabel 3.2. Hubungan waktu, kandungan air rata-rata dan drying rate ......................... 12
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
DRYING
BAB I
PENDAHULUAN
1.3.Tujuan Praktikum
1. Mampu menyebutkan dan menjelaskan cara kerja dari alat pengering.
2. Mampu menjelaskan variabel – variabel operasi dalam pengeringan.
3. Mampu mengoperasikan alat.
4. Mampu mengambil data-data percobaan secara jujur dan mengolahnya.
5. Dapat menentukan critical moisture content pada zat padat yang
dikeringkan di dalam alat pengering.
6. Membuat grafik antara moisture content zat padat dengan kecepatan
pengeringan (drying rate dari zat yang dikeringkan).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengeringan
Pengeringan adalah operasi yang sangat kompleks yang melibatkan
perpindahan panas transien dan massa bersama dengan beberapa tingkat
proses, seperti transformasi fisik atau kimia yang pada gilirannya dapat
menyebabkan kualitas dalam produk serta mekanisme panas dan
perpindahahan massa. Perubahan fisik yang mungkin terjadi meliputi
penyusutan (shrinkage), penggembungan (puffing), kristalisasi, transisi kaca
(glass transition). Dalam beberapa kasus, diinginkan atau tidak diinginkan
reaksi kimia atau biokimia mungkin terjadi menyebabkan perubahan warna,
tekstur, bau atau properti lain dari produk padatan. Dalam pembuatan katalis,
misalnya kondisi pengeringan dapat menghasilkan perbedaan yang signifikan
dalam aktivitas katalis dengan mengubah luas permukaan internal.
Pengeringan terjadi dengan penguapan cairan dengan memberikan panas
pada bahan baku basah. Seperti disebutkan sebelumnya, panas mungkin
disediakan oleh konveksi (pengeringan langsung), dengan konduksi (kontak
atau dengan pengeringan tidak langsung), radiasi atau volumetris dengan
menempatkan bahan basah dalam bidang frekuensi mikro atau radio
elektromagnetik. Lebih dari 85% pengeringan industri adalah jenis konvektif
dengan udara panas atau gas pembakaran langsung dengan media
pengeringan. Lebih dari 99% dari aplikasi melibatkan penghilangan air.
Semua mode kecuali dielektrik (microwave dan frekuensi radio) memasok
panas pada batas objek pengeringan sehingga panas harus berdifusi ke padat
terutama oleh konduksi. Cairan harus berjalan ke batas materi sebelum
diangkut pergi oleh gas pembawa (atau oleh aplikasi vakum untuk
pengeringan non-konvektif).
Transportasi uap cair dalam padatan dapat terjadi oleh salah satu atau
lebih dari mekanisme transfer massa berikut:
- Difusi cair, jika padatan basah pada suhu di bawah titik didih cairan.
- Difusi uap, jika cairan menguap dalam bahan.
- Knudsen difusi, jika pegeringan dilakukan pada suhu dan tekanan yang
sangat rendah, misalnya dalam pengeringan beku.
- Difusi permukaan (mungkin walaupun tidak terbukti).
- Perbedaan tekanan hidrostatik ketika laju penguapan internal melebihi
laju transportasi uap melalui padatan ke lingkungan.
- Kombinasi dari mekanisme di atas.
langsung dengan permukaan panas, suhu zat padat tersebut selama periode
laju konstan adalah cembul basah udara.
-
Selama periode laju konstan laju pengeringan persatuan luas Rc dapat
ditaksir dengan ketelitian yang memadai dari korelasi-korelasi yang
dikembangkan untuk evaporasi dari permukaan zat cair bebas. Perhitungan
bisa didasarkan atas perpindahan massa persamaan 2.2 atau perpindahan
kalor persamaan 2.3, sebagai berikut:
𝑀𝑢.𝑘𝑦(𝑦𝑖−𝑦)𝐴
mu = (1−𝑦)𝐿
ℎ𝑦(𝑇−𝑇𝑖)𝐴
m = (2.3)
𝑋𝑖
-
dimana: mu = luas penguapan
A = luas permukaan
hy = koefisien perpindahan kalor
Mu = bobot molekul uap
T = suhu gas
Ti = suhu antarmuka
y = fraksi mol
yi = fraksi mol uap pada antarmuka
Xi = kalor laten pada suhu Ti
Bila udara itu mengalir sejajar dengan permukaan zat padat, koefisien
perpindahan kalor dapat ditaksir dengan dimensional.
hy = 0,0128 G0,8 (2.4)
dimana:
hy = koefisien perpindahan kalor
G = kecepatan massa, lb/ft2.jam
Bila aliran itu tegak lurus terhadap permukaan, persamaan itu adalah:
hy = 0,37 G0,37 (2.5)
Bila kadar uap air dinyatakan dalam basis basah (Xbb) maka:
𝑀𝐴𝑖𝑟 𝑀𝐴𝑖𝑟
Xbk =𝑀 =𝑀 (2.8)
𝑃𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑖𝑟+ 𝑀𝑃𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1.Rancangan Percobaan
3.1.1. Rancangan Praktikum
Operasi pengeringan
(interval 5 menit selama
45 menit) dan ditimbang
Analisa
Menimbang 20 gram
Analisa Kadar Air bahan sebelum proses
pengeringan dengan oven
b. Alat
- Pengering rak batch (tray batch dryer)
- Oven
- Timbangan
- Cawan porselen
- Stopwatch
- Pisau
3.4. Respon
Jenis bahan : Kentang
3.5. Data yang diperlukan
Massa bahan : Kentang
3.6. Prosedur Percobaan
Pengeringan pada Pengering Rak (Tray Batch Dryer)
1. Siapkan bahan yang akan dikeringkan.
2. Siapkan alat pengering rak (tray batch dryer) dan atur suhu hingga konstan
pada suhu sesuai variabel (50oC, 60oC atau 70oC)
3. Pengisian bahan ke dalam rak dengan susunan potongan 4x4 buah.
4. Operasi pengeringan dilakukan dengan menimbang sampel pada tiap rak
untuk memperkirakan jumlah air yang menguap setiap interval waktu 5
menit selama 45 menit. Pada saat bahan dikeluarkan dari alat tray dryer
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
90
80
70
Moisture Content (%)
60
50
Var 1 (50 C)
40
Var 2 (60 C)
30
Var 3 (70 C)
20
10
-
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)
Dimana,
m = massa air yang teruapkan
hy = koefisien perpindahan kalor
T = suhu gas pengering
Ti = suhu antarmuka
A = luas permukaan
Xi = kalor laten pada suhu Ti
Dapat terlihat bahwa semakin besar suhu gas pengering berbanding
lurus dengan massa uap air yang teruapkan sehingga semakin tinggi suhu
gas pengering yang digunakan maka massa uap air yang teruapkan
semakin banyak.
8,00
6,00
5,00
1,00
-
50 55 60 65 70 75 80 85
Moisture Content (%)
tekanan uap air bahan dan sekeliling, namun saat terjadi penurunan
moisture content beda tekanan uap air menurun sehingga kecepatan
pengeringan ikut menurun (Singh dan Pandley, 2012). Selain itu, juga
dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu pengeringan maka laju
pengeringan semakin besar. Karena semakin tinggi suhu yang digunakan
maka semakin banyak air dalam bahan yang menguap, untuk jangka waktu
yang sama, sehingga laju pengeringan semakin besar. Sehingga waktu
yang diperlukan untuk mencapai moisture content yang sama akan
semakin sedikit (Kiranoudis dkk,1993).
Pada Gambar 4. terlihat bahwa pada sampel kentang tidak dialami
periode laju konstan. Periode laju konstan diatur sepenuhnya oleh
pemanasan eksternal dan perpindahan massa di sebuah film air pada
permukaan penguapan. Periode pengeringan tidak dipengaruhi oleh jenis
material yang sedang dikeringkan. Banyak makanan dan produk pertanian,
tidak menampilkan periode laju konstan sama sekali, karena laju
perpindahan panas, internal dan massa menentukan laju alir menjadi
terekspos ke permukaan penguapan.
4.3. Pengaruh Letak Tray
90
80
70
Moisture Content (%)
60
50 Tray 1
40 Tray 2
30 Tray 3
20 Tray 4
10
-
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)
90
80
70
10
-
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)
90
80
70
Moisture Content (%)
60
50 Tray 1
40 Tray 2
30 Tray 3
20 Tray 4
10
-
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)
8,00
6,00
5,00
Tray 1
4,00
Tray 2
3,00 Tray 3
2,00 Tray 4
1,00
-
60 65 70 75 80 85
Moisture Content (%)
Gambar 4.8. Hubungan moisture content dengan laju pengeringan pada suhu
50oC
8,00
Drying rate x 10^3 (gram/cm2.menit)
7,00
6,00
5,00
Tray 1
4,00
Tray 2
3,00
Tray 3
2,00 Tray 4
1,00
-
60 65 70 75 80 85
Moisture Content (%)
Gambar 4.9. Hubungan moisture content dengan laju pengeringan pada suhu
60oC
8,00
Gambar 4.10. Hubungan moisture content dengan laju pengeringan pada suhu
70oC
busa (foam), dapat mempercepat proses penguapan air, dan dilakukan pada
suhu rendah, sehingga tidak merusak jaringan sel, dengan demikian nilai gizi
dapat dipertahankan. Metode foam-mat drying mampu memperluas area
interface, sehingga mengurangi waktu pengeringan dan mempercepat proses
penguapan (Raj Kumar dkk, 2005). Pembentukan foam tergantung berbagai
parameter, seperti komposisi dari cairan, metode pembusaan yang digunakan,
temperatur dan lama pembuihan. Metode pembuihan mempengaruhi kualitas
dan kuantitas foam.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Cara kerja dari alat pengering adalah dengan tray dryer dan oven yang
aliran siklusnya menyeluruh sehingga pengeringannya secara merata.
2. Variabel-variabel operasi dalam pengeringan pada praktikum ini adalah
jenis bahan dan massa bahan.
3. Mengoperasikan alat sesuai dengan cara kerja yang ada.
4. Mengambil data pada pengeringan rak sebanyak 10 data dan oven
sebanyak 10 data.
5. Critical moisture content pada zat padat berbanding lurus dengan waktu
pengeringan.
6. Moisture content dan laju pengeringan mengalami fluktuasi karena nilai
laju pengeringan mengalami kenaikan dan penurunan secara tidak konstan.
5.2. Saran
1. Melakukan pengecekan terhadap alat praktikum yang digunakan.
2. Pemotongan sampel dalam ukuran dan jumlah yang sama tiap tray.
3. Memperhatikan interval waktu yang digunakan dalam proses
pengeringan.
4. Cermati dalam pengukuran tiap variabel.
5. Pahami setiap langkah kerja dan teori untuk materi pengeringan.
DAFTAR PUSTAKA
Materi :
Drying
Disusun oleh :
2/SENIN
A-1
Oven
Berat Cawan Kosong = 30,869 gram
Rak Pengering
Berat Cawan Kosong : 30,868 gram
A. Pengering Rak (Tray Dryer)
1. Kentang T = 50oC (Berat, gr)
t (menit) Tray 1 Tray 2 Tray 3 Tray 4
0 18,339 18,802 18,384 18,742
5 17,821 16,900 17,653 15,534
10 16,799 15,290 16,560 14,504
15 15,9551 14,088 15,157 13,500
20 15,136 12,595 14,202 12,535
25 14,177 11,760 13,172 11,544
30 13,391 10,879 12,213 10,702
35 12,640 10,136 11,431 10,004
40 11,929 9,460 10,740 9,442
45 11,292 8,858 10,074 8,864
A-2
3. Kentang T = 60oC (Berat, gr)
Praktikan Asisten
Monica Y., Dita Baeti P., Rezky F. Safira Siti Nadhilah H A-3
21030116130166 21030116120002 21030116120011 NIM. 21030115140149
LEMBAR PERHITUNGAN
= 81,4%
• Menghitung luas permukaan sampel kentang
Sampel kentang berbentuk kubus yang tiap sisinya berukuran 1 cm. Setiap
tray terdiri dari 16 potong sampel kentang
Mbk = 3,411 g
Pada menit ke-5
W5 menit =17,821
𝑊𝑛−𝑊𝑏𝑘
X5 = 𝑥100%
𝑊𝑛
17,821−3,411
= 𝑋100%
17,821
= 80,69%
Dengan cara yang sama dapat dihitung W tiap waktu.
0 𝑊 −𝑊
𝑠 18,339−17,821
𝑁5 = 16×𝐴×∆𝑡 = 1 =0,06475 gram/cm2jam
16×6× 𝐽𝐴𝑀
12
B-1
W X N
t ( menit)
(gram) (%) (gram/cm2jam)
0 18,339 81,4 0
5 17,821 80,69 0,06475
10 16,799 79,69 0,13
15 15,9551 78,62 0,105
20 15,136 77,46 0,102
25 14,177 75,93 0,119
- Tray 2
Pada menit ke-0
𝑊𝑛−𝑀𝑏𝑘
X0 = 𝑥100%
𝑊𝑛
18,802−𝑀𝑏𝑘
81,4% = 𝑥100%
18802
= 79,48%
Dengan cara yang sama dapat dihitung W tiap waktu.
0 𝑊 −𝑊
𝑠 18,802−16,900
𝑁5 = 16×𝐴×∆𝑡 = 1 =0,24 gram/cm2jam
16×6× 𝐽𝐴𝑀
12
t W X N
(menit) (gram) (%) (gram/cm2jam)
0 18,802 81,4 0
5 16,900 79,31 0,24
10 15,290 77,13 0,201
15 14,088 75,18 0,15
20 12,595 72,24 0,19
25 11,760 70,26 0,104
30 10,879 67,86 0,11
35 10,136 65,49 0,093
40 9,460 63,03 0,0845
45 8,858 60,52 0,075
B-2
Tray 3
Pada menit ke-0
𝑊𝑛−𝑀𝑏𝑘
X0 = 𝑥100%
𝑊𝑛
18,384−𝑀𝑏𝑘
81,4% = 𝑋100%
18,384
Wbk = 3,419 gr
Pada W5 menit =17,653
17,653−3,419
X5 = 𝑋100%
17,653
= 80,6%
Dengan cara yang sama dapat dihitung W tiap waktu.
0 𝑊 −𝑊
𝑠 18,384−17,653
𝑁5 = 16×𝐴×∆𝑡 = 1 =0,091 gram/cm2jam
16×6× 𝐽𝐴𝑀
12
t W X N
(menit) (gram) (%) (gram/cm2jam)
0 18,384 81,4 0
5 17,653 80,6 0,091
10 16,560 79,35 0,136
15 15,157 77,44 0,17
20 14,202 75,92 0,119
25 13,172 74,04 0,128
30 12,213 72 0,0119
35 11,431 70,09 0,0977
40 10,740 68,16 0,086
45 10,074 66,06 0,083
- Tray 4
Pada menit ke-0
𝑊𝑛−𝑀𝑏𝑘
X0 = 𝑥100%
𝑊𝑛
18,742−𝑀𝑏𝑘
81,4% = 𝑋100%
18,742
B-3
15,534−3,486
X5 = 𝑋100%
15,434
= 77,55%
Dengan cara yang sama dapat dihitung W tiap waktu.
0 𝑊 −𝑊
𝑠 18,742−15,534
𝑁5 = 16×𝐴×∆𝑡 = 1 = 0,401 gram/cm2jam
16×6× 𝐽𝐴𝑀
12
t W X N
(menit) (gram) (%) (gram/cm2jam)
0 18,742 81,4 0
5 15,534 77,55 0,401
10 14,504 75,96 0,128
15 13,500 74,17 0,1255
20 12,535 72,18 0,1206
25 11,544 69,8 0,12
30 10,702 67,42 0,105
35 10,004 65,15 0,087
40 9,442 63,07 0,070
45 8,864 60,67 0,072
B-4
PROSEDUR ANALISIS
C-1
REFERENSI
DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO TANGGAL