Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN RESMI

MATERI : DRYING
KELOMPOK : 2/SELASA
PENYUSUN : 1. MONICA YULFARIDA (21030116130166)
2. DITA BAETI PRIDIANA (21030116120002)
3. REZKY FADHILAH (21030116120011)

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESMI

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS DIPONEGORO

Materi : Drying
Kelompok : 2/Selasa
Anggota : 1. Monica Yulfarida (21030116130166)
2. Dita Baeti Pridiana (21030116120002)
3. Rezky Fadhilah (21030116120011)

Semarang, November 2018


Mengesahkan,
Dosen Pembimbing

Dr. Ing Suherman, S.T., M.T.


NIP. 197608042000121002

ii
RINGKASAN

Pengeringan merupakan suatu proses penguapan cairan pada bahan baku


basah dengan pemberian panas. Pengeringan adalah operasi penting dalam
kimia pertanian, bioteknologi, makanan, polimer, keramik, farmasi, pulp dan
kertas, pengolahan mineral dan industri pengolahan kayu. Pengeringan berbagai
bahan baku diperlukan untuk satu atau beberapa alasan berikut: kebutuhan untuk
mudah menangani padatan bebas-mengalir, pengawetan dan penyimpanan,
penurunan biaya transportasi, mencapai mutu yang diinginkan produk, dan lain-
lain.
Pengeringan terjadi dengan penguapan cairan dengan memberikan panas
pada bahan baku basah. Seperti disebutkan sebelumnya, panas mungkin
disediakan oleh konveksi (pengeringan langsung), dengan konduksi (kontak atau
dengan pengeringan tidak langsung), radiasi atau volumetris dengan
menempatkan bahan basah dalam bidang frekuensi mikro atau radio
elektromagnetik. Lebih dari 85% pengeringan industri adalah jenis konvektif
dengan udara panas atau gas pembakaran langsung dengan media pengeringan.
Lebih dari 99% dari aplikasi melibatkan penghilangan air. Semua mode kecuali
dielektrik (microwave dan frekuensi radio) memasok panas pada batas objek
pengeringan sehingga panas harus berdifusi ke padat terutama oleh konduksi.
Bahan yang digunakan adalah buah pisang, buah pepaya, dan cabai yang
dipotong menjadi 64 bagian dengan luas (1x1x1) cm untuk pengeringan pada rak
dan 20 gram pengeringan pada oven untuk setiap sampelnya. Alat yang
digunakan adalah pengering rak batch (tray batch dryer), oven, timbangan,
cawan porselen, kurs tang, stopwatch, dan pisau. Cara kerjanya dibagi menjadi
dua yaitu untuk pengeringan rak sendiri adalah sampel diletakkan pada loyang
sebanyak 16 potongan dimana pengering rak terdapat 4 tay sehingga sekali
pengeringan rak satu sampel terdapat 64 potong sampel, lalu dalam interval
waktu 5 menit ditimbang beratmya dan di analisis selama 45 menit. Kedua adalah
pengeringan pada oven, pertama panaskan oven tersebut dengan suhu operasi
yang kita inginkan lalu dimasukkan 20 gram sampel di keringkan selama interval
30 menit di hitung beratnya sampai didapatkan berat pengeringan konstan.
Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa
semakin lama waktu pengeringan maka akan semakin kecil nilai kadar air,
sehingga kurva yang dihasilkan mengalami penurunan karena sumbu x adalah
waktu dan sumbu y adalah moisture content dimana semakin lama waktu maka
akan semakin kecil nilai moisture contentnya. Sementara nilai moisture content
dengan laju pengeringan adalah berbanding lurus, semakin besar nilai moisture
contentnya maka akan semakin besar juga nilai laju pengeringannya.
Dapat ditarik kesimpulan dari percobaan ini adalah kami dapat memahami
kinerja dari pengering rak dan oven bagaimana, bagaimana fenomena dalam
pengeringan dan dapat menjelaskan variabel-variabel serta data hasil
percobaannya bagaimana. Saran untuk praktikan selanjutnya adalah memahami
secara penuh mengenai drying dan dapat menganalisa data dengan cermat.

iii
SUMMARY

Drying is a process of evaporating liquids in wet raw materials with heat.


Drying is an important operation in agricultural chemistry, biotechnology, food,
polymers, ceramics, pharmaceuticals, pulp and paper, mineral processing and
wood processing industries. Drying various raw materials is needed for one or
more of the following reasons: the need to easily handle free-flowing solids,
preservation and storage, decreasing transportation costs, achieving the desired
quality of the product, and so on.
Drying occurs by evaporation of the liquid by giving heat to the wet raw
material. As mentioned earlier, heat may be provided by convection (direct
drying), by conduction (contact or by indirect drying), radiation or volumetric by
placing wet material in the field of micro frequency or electromagnetic radio.
More than 85% of industrial drying is a convective type with hot air or direct
combustion gases with drying media. More than 99% of applications involve
removal of water. All modes except dielectric (microwave and radio frequency)
supply heat to the limit of the drying object so that the heat must diffuse into the
solid especially by conduction.
The ingredients used were banana, papaya fruit, and chili which were cut
into 64 parts with an area (1x1x1) cm for drying on the shelf and 20 grams of
drying in the oven for each sample. The tools used are batch rack dryers (batch
dryer tray), ovens, scales, porcelain plates, exchange rates for forceps,
stopwatches, and knives. The way it works is divided into two, namely for drying
the rack itself is the sample placed on a baking sheet as many as 16 pieces where
the rack dryer is 4 tays so that once drying the rack one sample there are 64
pieces of sample, then in a 5 minute interval weighed and analyzed for 45
minutes. The second is drying in the oven, first heat the oven to the operating
temperature that we want and then put 20 grams of sample dried for 30 minutes
intervals calculated by weight until a constant drying weight is obtained.
From the results of the practicum, it was concluded that the longer the
drying time, the smaller the water content value, so that the resulting curve
decreases because the x axis is time and the y axis is moisture content, the longer
the time, the smaller the moisture content. While moisture content value with the
drying rate is directly proportional, the greater the moisture content value, the
greater the drying rate.
It can be concluded from this experiment that we can understand the
performance of the rack and oven dryer how, how the phenomenon in drying and
can explain the variables and the results of the experiment how. The suggestion
for the next practitioner is to fully understand drying and be able to analyze data
carefully.

iv
PRAKATA

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan
hidayah-Nya, Laporan Resmi Praktikum Operasi Teknik Kimia materi “Drying”
dapat diselesaikan dengan lancar dan sesuai dengan harapan kami.
Tujuan dari penyusunan laporan adalah sebagai syarat dalam mengikuti
praktikum proses kimia. Penyusun menyadari sepenuhnya tanpa bantuan dan kerja
sama dari berbagai pihak maka laporan ini tidak akan dapat terselesaikan. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Ir. Didi Dwi Anggoro, M.Eng. selaku Dosen penanggung jawab
Laboratorium Operasi Teknik Kimia Departemen Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro Semarang tahun 2018.
2. Dr. Ing Suherman S.T., M.T. selaku Dosen pengampu materi Drying
Laboratorium Operasi Teknik Kimia Departemen Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro Semarang.
3. Marissa W., S.T., M.T., selaku Laboran Laboratorium Operasi Teknik
Kimia Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro Semarang tahun 2018.
3. Fahmi Rifaldi, selaku Koordinator Asisten Laboratorium Operasi Teknik
Kimia Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro Semarang tahun 2018.
4. Safira Siti Nadhilah H, Asisten Laboratorium Proses Kimia selaku
asisten jaga materi Drying.
5. Segenap asisten Laboratorium Operasi Teknik Kimia Departemen Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.
Laporan ini merupakan laporan terbaik yang saat ini bisa kami ajukan,
namun kami menyadari pasti ada kekurangan yang perlu kami perbaiki. Oleh
karena itu penulis menerima segala saran dan kritik yang berguna untuk perbaikan
laporan resmi ini.
Semarang, November 2018

Penyusun

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................................... ii
RINGKASAN ............................................................................................................................ iii
SUMMARY ............................................................................................................................... iv
PRAKATA.................................................................................................................................. v
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ........................................................................................................ 1
1.3. Tujuan Praktikum............................................................................................................ 1
1.4. Manfaat Praktikum.......................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 3
2.1. Pengeringan..................................................................................................................... 3
2.2. Laju Pengeringan ............................................................................................................ 4
2.3. Sorption Isoterm.............................................................................................................. 7
2.4. Pengeringan Rak ............................................................................................................. 8
BAB III METODE PERCOBAAN............................................................................................. 9
3.1. Rancangan Percobaan ..................................................................................................... 9
3.1.1. Rancangan Praktikum .......................................................................................... 9
3.1.2. Penetapan Variabel ............................................................................................... 9
3.2. Bahan dan Alat yang Digunakan .................................................................................. 10
3.3. Gambar Rangkaian Alat ................................................................................................ 10
3.4. Respon........................................................................................................................... 11
3.5. Data yang Diperlukan ................................................................................................... 11
3.6. Prosedur Percobaan....................................................................................................... 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 13
4.1. Hubungan Waktu Pengeringan Dengan Moisture Content ........................................... 13
4.2. Hubungan Moisture Content Dengan Laju Pengeringan .............................................. 15
4.3. Pengaruh Letak Tray ..................................................................................................... 18
4.4. Kurva Sorption Isoterm................................................................................................. 19

vi
4.4. Aplikasi Proses Drying dalam Industri ......................................................................... 20
BAB V PENUTUP ................................................................................................................... 22
5.1. Kesimpulan ................................................................................................................... 22
5.2. Saran ............................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 23
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Hubungan drying time (hour) dengan total moisture content (lb) .............. 12
Tabel 3.2. Hubungan waktu, kandungan air rata-rata dan drying rate ......................... 12

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kurva batch pada kondsi pengeringan konstan ......................................... 5


Gambar 2.2. Kurva sorption isoterm ............................................................................. 7
Gambar 2.3. Alat pengering rak ..................................................................................... 8
Gambar 3.1. Skema rancangan praktikum ..................................................................... 9
Gambar 3.2. Alat pengering rak (tray dryer) ............................................................... 11
Gambar 4.1. Hubungan waktu vs moisture content ..................................................... 13
Gambar 4.2. Hubungan waktu vs moisture content kentang pada referensi ................ 13
Gambar 4.3. Hubungan moisture content vs laju pengeringan .................................... 15
Gambar 4.4. Hubungan moisture content vs laju pengeringan pada referensi............. 15
Gambar 4.5. Hubungan waktu vs moisture content suhu 50oC ................................... 16
Gambar 4.6. Hubungan waktu vs moisture content suhu 60oC ................................... 17
Gambar 4.7. Hubungan waktu vs moisture content suhu 70oC ................................... 17
Gambar 4.8. Hubungan moisture content vs laju pengeringan suhu 50oC................... 18
Gambar 4.9. Hubungan moisture content vs laju pengeringan suhu 60oC................... 18
Gambar 4.10.Hubungan moisture content vs laju pengeringan suhu 70oC................... 19
Gambar 4.11.Adsorption isotherm kentang .................................................................. 20
Gambar 4.12.Kurva psikometrik ................................................................................... 21

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Laporan Sementara ......................................................................................................... A-1


Lembar Perhitungan........................................................................................................... B-1
Prosedur Analisis ............................................................................................................... C-1
Referensi
Lembar Asistensi

x
DRYING

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengeringan merupakan suatu proses penguapan cairan pada bahan baku
basah dengan pemberian panas. Pengeringan adalah operasi penting dalam
kimia pertanian, bioteknologi, makanan, polimer, keramik, farmasi, pulp dan
kertas, pengolahan mineral dan industri pengolahan kayu. Pengeringan
berbagai bahan baku diperlukan untuk satu atau beberapa alasan berikut:
kebutuhan untuk mudah menangani padatan bebas-mengalir, pengawetan dan
penyimpanan, penurunan biaya transportasi, mencapai mutu yang diinginkan
produk, dan lain-lain. Dalam banyak proses, pengeringan yang tidak benar
dapat menyebabkan kerusakan permanen pada kualitas produk dan karenanya
produk tidak dapat dijual.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, telah dipilih metode pengeringan untuk
proses pengambilan air dalam bahan padat. Pada percobaan ini akan diselidiki
mengenai waktu pengeringan, menentukan “critical moisture content” dan
menentukan rak (tray) yang efektif.

1.3.Tujuan Praktikum
1. Mampu menyebutkan dan menjelaskan cara kerja dari alat pengering.
2. Mampu menjelaskan variabel – variabel operasi dalam pengeringan.
3. Mampu mengoperasikan alat.
4. Mampu mengambil data-data percobaan secara jujur dan mengolahnya.
5. Dapat menentukan critical moisture content pada zat padat yang
dikeringkan di dalam alat pengering.
6. Membuat grafik antara moisture content zat padat dengan kecepatan
pengeringan (drying rate dari zat yang dikeringkan).

1.4 Manfaat Praktikum


1. Dapat mengetahui tray yang efektif pada pengering rak (tray dryer).

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2018 1


DRYING

2. Dapat mengetahui waktu dan temperatur pengeringan yang efisien.

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2018 2


DRYING

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengeringan
Pengeringan adalah operasi yang sangat kompleks yang melibatkan
perpindahan panas transien dan massa bersama dengan beberapa tingkat
proses, seperti transformasi fisik atau kimia yang pada gilirannya dapat
menyebabkan kualitas dalam produk serta mekanisme panas dan
perpindahahan massa. Perubahan fisik yang mungkin terjadi meliputi
penyusutan (shrinkage), penggembungan (puffing), kristalisasi, transisi kaca
(glass transition). Dalam beberapa kasus, diinginkan atau tidak diinginkan
reaksi kimia atau biokimia mungkin terjadi menyebabkan perubahan warna,
tekstur, bau atau properti lain dari produk padatan. Dalam pembuatan katalis,
misalnya kondisi pengeringan dapat menghasilkan perbedaan yang signifikan
dalam aktivitas katalis dengan mengubah luas permukaan internal.
Pengeringan terjadi dengan penguapan cairan dengan memberikan panas
pada bahan baku basah. Seperti disebutkan sebelumnya, panas mungkin
disediakan oleh konveksi (pengeringan langsung), dengan konduksi (kontak
atau dengan pengeringan tidak langsung), radiasi atau volumetris dengan
menempatkan bahan basah dalam bidang frekuensi mikro atau radio
elektromagnetik. Lebih dari 85% pengeringan industri adalah jenis konvektif
dengan udara panas atau gas pembakaran langsung dengan media
pengeringan. Lebih dari 99% dari aplikasi melibatkan penghilangan air.
Semua mode kecuali dielektrik (microwave dan frekuensi radio) memasok
panas pada batas objek pengeringan sehingga panas harus berdifusi ke padat
terutama oleh konduksi. Cairan harus berjalan ke batas materi sebelum
diangkut pergi oleh gas pembawa (atau oleh aplikasi vakum untuk
pengeringan non-konvektif).
Transportasi uap cair dalam padatan dapat terjadi oleh salah satu atau
lebih dari mekanisme transfer massa berikut:
- Difusi cair, jika padatan basah pada suhu di bawah titik didih cairan.
- Difusi uap, jika cairan menguap dalam bahan.

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2018 3


DRYING

- Knudsen difusi, jika pegeringan dilakukan pada suhu dan tekanan yang
sangat rendah, misalnya dalam pengeringan beku.
- Difusi permukaan (mungkin walaupun tidak terbukti).
- Perbedaan tekanan hidrostatik ketika laju penguapan internal melebihi
laju transportasi uap melalui padatan ke lingkungan.
- Kombinasi dari mekanisme di atas.

2.2. Laju Pengeringan


Berdasarkan pada pengeringan padatan basah pada kondisi pengeringan
yang tetap. Dalam kasus yang paling umum, setelah periode awal
penyesuaian, kadar air basis kering X menurun secara linier dengan waktu,
seiring dengan dimulainya penguapan. Hal ini dilanjutkan dengan penurunan
non-linier pada X hingga waktu tertentu, setelah selang waktu yang sangat
lama, padatan mencapai keseimbangan kadar air, X* dan proses pengeringan
pun berhenti. Kadar air bebas dapat didefinisikan sebagai:
-
Xf= (X – x*) (2.0)

Penurunan laju pengeringan hingga nol pada Xf = 0


N = (Ms/A) . (dX/dT) atau (Ms/A) . (dXf/dt) (2.1)

Di bawah kondisi pengeringan konstan. Disini, N (Kg.m -2.h-1) adalah


laju penguapan air, A merupakan luas permukaan penguapan (mungkin
berbeda dari luas perpindahan panas) dan Ms adalah massa padatan yang
kering. Jika A tidak diketahui, maka laju pengeringan dapat dinyatakan dalam
kg air yang diuapkan per jam.
-
Hubungan N vs X (atau Xf) disebut kurva laju pengeringan. Kurva ini
diperoleh berdasarkan kondisi pengeringan yang konstant. Perlu diperhatikan
dalam kondisi nyata, bahan yang kering pada umumnya dikontakkan pada
kondisi pengeringan yang berubah (misalnya pada kecepatan relatif gas padat
yang berbeda). Jadi perlu untuk mengembangkan metodologi untuk
interpolasi atau eksploitasi data laju pengeringan yang umum yang
menampilkan periode laju.

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2018 4


DRYING

Gambar 2.1 Kurva batch pada kondisi pengeringan konstan


Gambar 2.1 menunjukkan kurva laju pengeringan eksternal, dimana N =
Nc = konstan. Periode laju konstan diatur sepenuhnya oleh pemanasan
eksternal dan perpindahan massa di sebuah film air pada permukaan
penguapan. Periode pengeringan tidak dipengaruhi oleh jenis material yang
sedang dikeringkan. Banyak makanan dan produk pertanian, bagaimanapun
tidak menampilkan periode laju konstan sama sekali, karena laju perpindahan
panas, interval dan massa menentukan laju alir menjadi terekspose ke
permukaan penguapan.
-
Pada periode pengeringan laju konstan, laju pengeringan tidak tergantung
pada kandungan kebasahan. Selama periode ini, zat cair ini sedemikian basah
sehingga terdapat suatu film kontinyu pada keseluruhan permukaan, dan air
itu berperilaku seakan-akan tidak ada zat padat disitu. Jika zat padat itu tidak
berpori, air yang keluar dalam periode ini terutama adalah air permukaan
yang terdapat pada permukaan zat. Dalam zat padat berpori kebanyakan air
yang dikeluarkan pada periode laju konstan berasal dari bagian dalam
(interior) zat padat. Penguapan dari bahan berpori berlangsung menurut
mekanisme yang sama seperti penguapan dari thermometer cembul basah
pada dasarnya adalah suatu pengeringan laju konstan. Dalam keadaaan
dimana tidak ada radiasi atau perpindahan kalor konduksi melalui kontak

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2018 5


DRYING

langsung dengan permukaan panas, suhu zat padat tersebut selama periode
laju konstan adalah cembul basah udara.
-
Selama periode laju konstan laju pengeringan persatuan luas Rc dapat
ditaksir dengan ketelitian yang memadai dari korelasi-korelasi yang
dikembangkan untuk evaporasi dari permukaan zat cair bebas. Perhitungan
bisa didasarkan atas perpindahan massa persamaan 2.2 atau perpindahan
kalor persamaan 2.3, sebagai berikut:
𝑀𝑢.𝑘𝑦(𝑦𝑖−𝑦)𝐴
mu = (1−𝑦)𝐿

ℎ𝑦(𝑇−𝑇𝑖)𝐴
m = (2.3)
𝑋𝑖

-
dimana: mu = luas penguapan
A = luas permukaan
hy = koefisien perpindahan kalor
Mu = bobot molekul uap
T = suhu gas
Ti = suhu antarmuka
y = fraksi mol
yi = fraksi mol uap pada antarmuka
Xi = kalor laten pada suhu Ti
Bila udara itu mengalir sejajar dengan permukaan zat padat, koefisien
perpindahan kalor dapat ditaksir dengan dimensional.
hy = 0,0128 G0,8 (2.4)

dimana:
hy = koefisien perpindahan kalor
G = kecepatan massa, lb/ft2.jam
Bila aliran itu tegak lurus terhadap permukaan, persamaan itu adalah:
hy = 0,37 G0,37 (2.5)

laju perpindahan konstan Rc adalah:


Rc = Mv/A = hy(T-Ti) /λ (2.6)

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2018 6


DRYING

Dalam kebanyakan situasi ini sebagaimana disinggung terdahulu, suhu Ti


dapat diandaikan sama dengan udara cembul basah. Bila radiasi dari
lingkungan panas serta konduksi dari permukaan padat yang berada dengan
kontak dengan bahan itu tidak dapat diabaikan, maka suhu pada antarmuka
itu akan lebih besar dari suhu cembul basah, yi akan bertambah besar, dan
laju pengeringan sesuai dengan persamaan 2.2 akan meningkat pula
mengikutinya. Metode untuk menafsir efek-efek ini sudah ada.

2.3 Sorption Isoterm


Parameter yang menyatakan menyatakan berapa banyak air yang ada
dalam suatu padatan adalah kadar uap air (X). Kadar uap air ini bisa
dinyatakan dalam dua kondisi, yang pertama adalah kadar uap air basis kering
(Xbk), merupakan rasio antar berat air dibagi dengan berat padatan kering
adalah:
𝑀𝐴𝑖𝑟
Xbk=𝑀 (2.7)
𝑃𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔

Bila kadar uap air dinyatakan dalam basis basah (Xbb) maka:
𝑀𝐴𝑖𝑟 𝑀𝐴𝑖𝑟
Xbk =𝑀 =𝑀 (2.8)
𝑃𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑖𝑟+ 𝑀𝑃𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔

Hubungan antara Xbk dan Xbb adalah:


𝑋𝑏𝑏 𝑋𝑏𝑘
Xbk =1−𝑋𝑏𝑏atau Xbb =1+𝑋𝑏𝑘 (2.9)

Gambar 2.2 Kurva sorption isotherm

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2018 7


DRYING

2.4 Pengering Rak


Sebuah contoh pengering tampak ditunjukkan pada Gambar 2.3.
Pengering ini terdiri dari sebuah ruang dari logam lembaran yang berisi dua
buah sisi mendukung rak-rak. Setiap rak mempunyai sejumlah talam dangkal,
kira-kira 30 inchi2 dan tebal 2 sampai 6 inchi, yang penuh dengan bahan yang
akan dikeringkan. Udara panas disirkulasikan pada kecepatan 7 sampai 15
ft/sekon diantara talam dengan bantuan kapas C dan motor D, mengalir
melalui panas E. Sekat-sekat G membagikan udara itu secara seragam di atas
susunan talam tadi. Sebagian udara basah diventilasikan keluar melalui
pemasuk A. Rak-rak itu disusun di atas roda truck I, sehingga pada akhir
siklus pengeringan truck itu dapat ditarik keluar dari kaar dan dibawa ke
stasiun penumpahan talam.
Pengeringan talam sangat bermanfaat bila laju produksi kecil. Alat ini
dapat digunakan untuk mengeringkan segala macam bahan, tetapi karena
memerlukan tenaga kerja pemuatan dan pengosongan, biaya operasinya agak
mahal. Alat ini biasanya diterapkan untuk pengeringan bahan-bahan bernilai
tinggi seperti zat warna dan zat farmasi. Pengeringan dengan sirkulasi udara
menyilang lapisan zat padat biasanya lambat, dan siklus pengeringan pun
panjang yaitu antara 4 sampai 48 jam per tumpak.

Gambar 2.3 Alat pengering rak

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2018 8


DRYING

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1.Rancangan Percobaan
3.1.1. Rancangan Praktikum

Pengeringan pada Preparasi bahan


pengering rak

Siapkan alat pengering rak


dan atur suhu sesuai
variabel

Pengisian bahan ke rak


dengan ukuran 4x4 buah

Operasi pengeringan
(interval 5 menit selama
45 menit) dan ditimbang

Analisa

Menimbang 20 gram
Analisa Kadar Air bahan sebelum proses
pengeringan dengan oven

Pengeringan dengan suhu


110°C sampai kering

Gambar 3.1. Skema rancangan praktikum

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2018 9


DRYING

3.1.2 Penetapan Variabel

a. Variabel tetap : Kentang dengan luas permukaan sampel


(1 cm×1 cm×1 cm)
b. Variabel berubah : suhu 50 oC, 60 oC, dan 70 oC

3.2.Bahan dan Alat yang Digunakan


a. Bahan
Kentang dengan ukuran (1cmx1cmx1cm) disusun sebanyak 4x4 setiap tray.

b. Alat
- Pengering rak batch (tray batch dryer)
- Oven
- Timbangan
- Cawan porselen
- Stopwatch
- Pisau

3.3.Gambar Alat Utama


Alat yang digunakan:
1. Alat pengering rak (tray dryer)
2. Alat pemanas sebagai sumber udara panas (electrical heater)
Kedua alat ini dihubungkan satu sama lain dengan pipa agar udara panas
dapat masuk pada ruang tray dryer. Tray dryer terdiri dari 4 rak yang diisi zat
padat yang akan dipanaskan dan diletakkan dalam ruang tray dryer tersebut.
Alat tersebut sebagai berikut:

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2018 10


DRYING

Gambar 3.2 Alat pengering rak (tray batch dryer)

Perlengkapan lain yang dibutuhkan:

1. Timbangan yang teliti


2. Krus porselen lengkap dengan tutup
3. Sendok pengambilan sampel
4. Oven atau furnace untuk penguapan

3.4. Respon
Jenis bahan : Kentang
3.5. Data yang diperlukan
Massa bahan : Kentang
3.6. Prosedur Percobaan
Pengeringan pada Pengering Rak (Tray Batch Dryer)
1. Siapkan bahan yang akan dikeringkan.
2. Siapkan alat pengering rak (tray batch dryer) dan atur suhu hingga konstan
pada suhu sesuai variabel (50oC, 60oC atau 70oC)
3. Pengisian bahan ke dalam rak dengan susunan potongan 4x4 buah.
4. Operasi pengeringan dilakukan dengan menimbang sampel pada tiap rak
untuk memperkirakan jumlah air yang menguap setiap interval waktu 5
menit selama 45 menit. Pada saat bahan dikeluarkan dari alat tray dryer

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2018 11


DRYING

dan ditimbang, stopwatch dihentikan dan dihidupkan kembali saat bahan


dimasukan kembali ke alat tray dryer.
5. Setelah selesai, hasil percobaan dianalisa dan diambil kesimpulan.
AnalisaKadar Air
1. Menimbang 20 gram bahan yang akan dianalisa sebelum proses
pengeringan.
2. Memasukkan bahan ke dalam cawan porselen, lalu cawan beserta bahan
dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 110°C sampai kering lalu
ditimbang.
3. Hitung selisih berat bahan awal dan akhir serta didapat kadar air.
Tabel 3.1 Format tabel hubungan drying time (hour) dengan total
moisturecontent (lb)
No Drying time (hour) Total moisture content (lb)

4. Membuat tabel waktu, moisture rata-rata dalam kecepatan pengeringan.


Tabel 3.2 Format tabel hubungan waktu, kandungan air rata-rata dan
drying rate
Kandungan air rata-
No Waktu Drying rate(lb/hour.ft3)
rata(lb/lb)

5. Dari hasil pengolahan data diatas, kemudian digambarkan grafik hubungan


antara drying rate dengan moisture content.

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2018 12


DRYING

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hubungan Waktu Pengeringan Dengan Moisture Content

90
80
70
Moisture Content (%)

60
50
Var 1 (50 C)
40
Var 2 (60 C)
30
Var 3 (70 C)
20
10
-
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)

Gambar 4.1 Hubungan waktu vs moisture content

Gambar 4.2 Hubungan waktu vs moisture content kentang referensi

(Puttongsiri dkk, 2012)

Gambar 4.1 merupakan hasil percobaan yang didapatkan tray 4,


dimana dari kurva tersebut diketahui bahwa moisture content kentang akan

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2018 13


DRYING

terus menurun seiring berjalannya waktu pengeringan. Selain itu juga


dapat diketahui bahwa semakin tinggi suhu pengeringan maka moisture
content yang tersisa semakin kecil. Fenomena ini sesuai dengan literatur
yang ditunjukkan gambar 4.2. Hal ini dikarenakan saat udara pengering
kontak langsung dengan kentang, air di permukaan kentang akan
menguap. Penguapan ini terjadi karena kandungan air di udara pengering
mempunyai kelembaban yang cukup rendah. Udara kering yang dialirkan
ke sekeliling bahan menyebabkan tekanan uap air bahan lebih besar
daripada tekanan uap air pada sekeliling bahan. Perbedaan ini
menyebabkan terjadinya perpindahan massa air dari bahan menuju ke
sekeliling (Singh dan Pandey, 2012). Semakin tinggi suhu udara pengering
yang dialirkan akan semakin mempercepat proses penguapan air yang
terjadi dalam bahan. Selain itu dari persamaan 2.3:
ℎ𝑦(𝑇−𝑇𝑖)𝐴
m= (2.3)
𝑋𝑖

Dimana,
m = massa air yang teruapkan
hy = koefisien perpindahan kalor
T = suhu gas pengering
Ti = suhu antarmuka
A = luas permukaan
Xi = kalor laten pada suhu Ti
Dapat terlihat bahwa semakin besar suhu gas pengering berbanding
lurus dengan massa uap air yang teruapkan sehingga semakin tinggi suhu
gas pengering yang digunakan maka massa uap air yang teruapkan
semakin banyak.

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2018 14


DRYING

4.2. Hubungan Moisture Content Dengan Laju Pengeringan

8,00

Drying rate x 10^3 (gram/cm2.menit)


7,00

6,00

5,00

4,00 Var 1 (50 C)

3,00 Var 2 (60 C)


Var 3 (70 C)
2,00

1,00

-
50 55 60 65 70 75 80 85
Moisture Content (%)

Gambar 4.3 Hubungan moisture content vs laju pengeringan

Gambar 4.4 Hubungan moisture content vs laju pengeringan kentang


referensi (Kiranoudis dkk,1993)

Gambar 4.3 merupakan hasil percobaan kami, yang menunjukkan


bahwa semakin kecil moisture content maka laju pengeringan juga
semakin berkurang. Hal ini dikarenakan saat awal proses pengeringan
moisture content bahan tinggi yang mengindikasikan terdapat perbedaan

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2018 15


DRYING

tekanan uap air bahan dan sekeliling, namun saat terjadi penurunan
moisture content beda tekanan uap air menurun sehingga kecepatan
pengeringan ikut menurun (Singh dan Pandley, 2012). Selain itu, juga
dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu pengeringan maka laju
pengeringan semakin besar. Karena semakin tinggi suhu yang digunakan
maka semakin banyak air dalam bahan yang menguap, untuk jangka waktu
yang sama, sehingga laju pengeringan semakin besar. Sehingga waktu
yang diperlukan untuk mencapai moisture content yang sama akan
semakin sedikit (Kiranoudis dkk,1993).
Pada Gambar 4. terlihat bahwa pada sampel kentang tidak dialami
periode laju konstan. Periode laju konstan diatur sepenuhnya oleh
pemanasan eksternal dan perpindahan massa di sebuah film air pada
permukaan penguapan. Periode pengeringan tidak dipengaruhi oleh jenis
material yang sedang dikeringkan. Banyak makanan dan produk pertanian,
tidak menampilkan periode laju konstan sama sekali, karena laju
perpindahan panas, internal dan massa menentukan laju alir menjadi
terekspos ke permukaan penguapan.
4.3. Pengaruh Letak Tray

90
80
70
Moisture Content (%)

60
50 Tray 1
40 Tray 2
30 Tray 3
20 Tray 4

10
-
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)

Gambar 4.5. Hubungan waktu dengan moisture content pada suhu


50oC

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2018 16


DRYING

90
80
70

Moisture Content (%)


60
50 Tray 1
40 Tray 2
30 Tray 3
20 Tray 4

10
-
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)

Gambar 4.6. Hubungan waktu dengan moisture content pada suhu


60oC

90
80
70
Moisture Content (%)

60
50 Tray 1
40 Tray 2
30 Tray 3
20 Tray 4

10
-
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)

Gambar 4.7. Hubungan waktu dengan moisture content pada suhu


70oC

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2018 17


DRYING

8,00

Drying rate x 10^3 (gram/cm2.menit)


7,00

6,00

5,00
Tray 1
4,00
Tray 2
3,00 Tray 3
2,00 Tray 4
1,00

-
60 65 70 75 80 85
Moisture Content (%)

Gambar 4.8. Hubungan moisture content dengan laju pengeringan pada suhu
50oC

8,00
Drying rate x 10^3 (gram/cm2.menit)

7,00
6,00
5,00
Tray 1
4,00
Tray 2
3,00
Tray 3
2,00 Tray 4
1,00
-
60 65 70 75 80 85
Moisture Content (%)

Gambar 4.9. Hubungan moisture content dengan laju pengeringan pada suhu
60oC

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2018 18


DRYING

8,00

Drying rate x 10^3 (gram/cm2.menit)


7,00
6,00
5,00
Tray 1
4,00
Tray 2
3,00
Tray 3
2,00 Tray 4
1,00
-
60 65 70 75 80 85
Moisture Content (%)

Gambar 4.10. Hubungan moisture content dengan laju pengeringan pada suhu
70oC

Berdasarkan data hasil percobaan diatas, letak umpan tray dalam


operasi pengeringan menggunakan tray dryer berpengaruh terhadap moisture
content dan laju pengeringan bahan yang dikeringkan. Dari percobaan dapat
diketahui bahwa tray 2 menghasilkan kentang dengan percent moisture
content paling rendah yaitu sebesar 57% sedangkan pada tray yang lain
sebesar tray 1 dengan moisture content 63%,tray 3 dengan moisture content
58% dan tray 4 dengan moisture content sebesar 59%, sehingga dapat
dikatakan bahwa tray 2 merupakan tray yang paling efektif.
Fenomena ini dapat terjadi karena saat pengeringan berlangsung,
udara kering dari atas langsung menuju ke bawah dan melakukan kontak
dengan kentang pada tray 1 lalu turun menuju tray 2, 3, dan 4. Pada tray 1
udara kering melewati tray dengan cepat sehingga molekul air yang diambil
oleh udara tidak begitu banyak dan menyebabkan moisture contentnya tinggi.
Setelah melewati tray 1 udara kering menuju tray 2, 3, dan 4 secara perlahan
sehingga membuat moisture content pada tray 2, 3, dan 4 lebih rendah dari
tray 1, namun pada tray 2 uap air paling banyak diikat sehingga pada tray 3
dan 4 kandungan moisture contentnya lebih besar daripada tray 2 karena
kemampuan udara mengikat air di tray 3 dan 4 semakin menurun.

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2018 19


DRYING

4.4. Kurva Sorption Isoterm


Sorption isoterm adalah hubungan antara kadar air keseimbangan
bahan (dinyatakan sebagai masa air per satuan masa bahan kering) dan
aktivitas air, pada suhu tertentu. Data pada praktikum didapatkan pada hari
Rabu, 4 September 2018 di kawasan Semarang, memiliki kelembaban
sebesar 48% dengan suhu rata-rata 37oC. Bila dihubungkan dengan data
praktikum menggunakan kurva psikometrik, didapatkan data kelembaban
pada suhu pengeringan 50oC kelembaban sebesar 24%, pada suhu 60oC
kelembaban sebesar 15%, dan pada suhu 70oC kelembaban sebesar 9,2%.

Gambar 4.11 Adsorption isoterm kentang

Jika diplotkan kembali ke kurva sorption isoterm, didapat nilai


moisture content pada kentang pada suhu 60oC sebesar 0,015. Sedangkan
pada praktikum secara rata rata nilai moisture content adalah 0,02. Sehingga
jika pada hari itu pengeringan dilanjutkan hingga waktu yang lebih lama,
akan didapat moisture content maksimal.

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2018 20


DRYING

Gambar 4.12. Kurva psikometrik

4.5 Aplikasi Proses Drying dalam Industri


Proses pengeringan yang dilakukan selama ini menggunakan
peralatan pengering berbiaya tinggi freeze dryer, spray dryer, roller dryer,
maupun dehumidifier. Pengeringan dengan bentuk busa (foam), dapat
mempercepat proses penguapan air, dan dilakukan pada suhu rendah,
sehingga tidak merusak jaringan sel, dengan demikian nilai gizi dapat
dipertahankan (Kumalaningsih.dkk, 2005). Foam-mat drying adalah teknik
pengeringan bahan berbentuk cair dan peka terhadap panas melalui teknik
pembusaan dengan menambahkan zat pembuih. Pengeringan dengan bentuk

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2018 21


DRYING

busa (foam), dapat mempercepat proses penguapan air, dan dilakukan pada
suhu rendah, sehingga tidak merusak jaringan sel, dengan demikian nilai gizi
dapat dipertahankan. Metode foam-mat drying mampu memperluas area
interface, sehingga mengurangi waktu pengeringan dan mempercepat proses
penguapan (Raj Kumar dkk, 2005). Pembentukan foam tergantung berbagai
parameter, seperti komposisi dari cairan, metode pembusaan yang digunakan,
temperatur dan lama pembuihan. Metode pembuihan mempengaruhi kualitas
dan kuantitas foam.

Secara umum penelitian yang dilakukan bertujuan untuk


membandingkan dua metode pengeringan, yaitu tanpa foam-mat drying dan
dengan foam-mat drying sehingga diletahui kondisi operasi proses
pengeringan yang cukup optimal, untuk memperoleh produk pengeringan
spirulina yang berkualitas baik dan memiliki efisiensi proses yang tinggi.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa metode foam-mat drying
memberikan laju pengeringan yang lebih baik bila dibandingkan metode non
foam-mat drying. Sampel dengan komposisi foam agent (putih telur) 2,5 %
dan foam stabilizer (metil celulosa) 0,5 % menunjukkan laju pengeringan
yang paling tinggi jika dibandingkan dengan sampel lainnya (Asiah, 2012).

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2018 22


DRYING

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Cara kerja dari alat pengering adalah dengan tray dryer dan oven yang
aliran siklusnya menyeluruh sehingga pengeringannya secara merata.
2. Variabel-variabel operasi dalam pengeringan pada praktikum ini adalah
jenis bahan dan massa bahan.
3. Mengoperasikan alat sesuai dengan cara kerja yang ada.
4. Mengambil data pada pengeringan rak sebanyak 10 data dan oven
sebanyak 10 data.
5. Critical moisture content pada zat padat berbanding lurus dengan waktu
pengeringan.
6. Moisture content dan laju pengeringan mengalami fluktuasi karena nilai
laju pengeringan mengalami kenaikan dan penurunan secara tidak konstan.

5.2. Saran
1. Melakukan pengecekan terhadap alat praktikum yang digunakan.
2. Pemotongan sampel dalam ukuran dan jumlah yang sama tiap tray.
3. Memperhatikan interval waktu yang digunakan dalam proses
pengeringan.
4. Cermati dalam pengukuran tiap variabel.
5. Pahami setiap langkah kerja dan teori untuk materi pengeringan.

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2018 23


DRYING

DAFTAR PUSTAKA

Badger, W.L.and Banchero, J.T. Introduction to chemical engineering. Treyball.


R.E. Mass transfer operation.
Cheenkachorn, Kraipat, dkk. 2014. Drying of Papaya (Carica papaya L.) using a
Microwave-vacuum Dryer. World Academy of Science, Engineering and
Technology 69 20.
Dina, Sari Farah. 2017. Kinetika dan Efektifitas Pengeringan Cabai Merah
(Capsium Annum L) Menggunakan Pompa Kalor dan Gelombang Mikro.
Medan. Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan.
Harianto dan Tazwir. 2008. Studi teknik pengeringan gelatin ikan dengan alat
pengering kabinet. Badan Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan.
Md Zaki, Nurul Asyikin dkk. 2007. Drying Characteristics of Papaya (Carica
Papaya L.) During Microwave-Vacuum Treatment. Universiti Teknologi
Malaysia:Malaysia.
Meria, Ekadan Nazripah. 2010. Drying equipment: try dryer, spray dryer dan
drum dryer.
Mondaca, R. Lemus, dkk. 2007. Dehydration Characteristics Of Papaya (Carica
Pubenscens): Determination of Equilibrium Moisture Content and Diffusion
Coefficient. Universidad de La Serena:Chile.
Rahman, Arief Fazlul. 2017. Evaluasi Pengeringan Pisang Sale (Musa paradisiaca
L.) Pada Alat Pengering Hybrid (Surya-Listrik) Tipe Rak. Universitas
Mataram.
Tatang, Hidayat dkk. 1991. Pengeringan lada hitam dengan alat pengering tipe
bak. Balai.
Wade, N. C. Dkk. 2014. Comparative Study of Drying Characteristics in Chillies.
University, Parbhani(Mah).
Xinfeng, Ge. 2015. An Expirimental Study on Banana Slice Drying by
Microwave. Xuchang University:China.

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2018 24


LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA

Materi :

Drying

Disusun oleh :

2/SENIN

1. Monica Yulfarida (21030116130166)


2. Dita Baeti Pridiana (21030116120002)
3. Rezky Fadhilah (21030116120011)

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018

A-1
Oven
Berat Cawan Kosong = 30,869 gram
Rak Pengering
Berat Cawan Kosong : 30,868 gram
A. Pengering Rak (Tray Dryer)
1. Kentang T = 50oC (Berat, gr)
t (menit) Tray 1 Tray 2 Tray 3 Tray 4
0 18,339 18,802 18,384 18,742
5 17,821 16,900 17,653 15,534
10 16,799 15,290 16,560 14,504
15 15,9551 14,088 15,157 13,500
20 15,136 12,595 14,202 12,535
25 14,177 11,760 13,172 11,544
30 13,391 10,879 12,213 10,702
35 12,640 10,136 11,431 10,004
40 11,929 9,460 10,740 9,442
45 11,292 8,858 10,074 8,864

2. Kentang T = 60oC (Berat, gr)


t (menit) Tray 1 Tray 2 Tray 3 Tray 4
0 18,897 18,801 18,947 19,191
5 17,049 16,256 16,615 17,119
10 15,900 14,470 15,252 15,471
15 14,707 13,013 13,728 14,140
20 13,340 11,511 12,308 12,640
25 12,515 10,557 11,344 11,685
30 11,697 9,826 10,457 10,872
35 10,998 9,145 9,687 10,039
40 10,339 8,547 9,010 9,414
45 9,621 8,041 8,377 8,791

A-2
3. Kentang T = 60oC (Berat, gr)

t (menit) Tray 1 Tray 2 Tray 3 Tray 4


0 19,779 19,596 19,390 19,763
5 17,688 16,837 16,914 17,878
10 16,196 15,019 14,927 15,867
15 14,891 13,087 13,055 14,000
20 12,722 10,989 11,440 11,989
25 11,940 10,149 10,210 11,041
30 10,746 9,129 9,119 9,846
35 10,014 8,945 8,376 9,085
40 8,885 7,826 8,056 8,368
45 8,360 7,288 7,440 7,784

B. Kadar Air (Oven)


t (menit) Berat (gram)
0 16,264
30 13,031
60 10,086
90 7,416
120 5,511
150 4,677
180 4,146
210 3,913
240 3,786
270 3,7

Semarang, 3 September 2018

Praktikan Asisten

Monica Y., Dita Baeti P., Rezky F. Safira Siti Nadhilah H A-3
21030116130166 21030116120002 21030116120011 NIM. 21030115140149
LEMBAR PERHITUNGAN

• Analisa Kadar Air


𝑊𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑊𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
X0 = 𝑥100%
𝑊𝑎𝑤𝑎𝑙
20,001−3,725
= 𝑋100%
20,001

= 81,4%
• Menghitung luas permukaan sampel kentang
Sampel kentang berbentuk kubus yang tiap sisinya berukuran 1 cm. Setiap
tray terdiri dari 16 potong sampel kentang

Luas permukaan kentang = 6 x 16 cm


= 96 cm2
• Moisture Content
𝑊𝑛−𝑊𝑏𝑘
Xn = 𝑥100%
𝑊𝑛

a. Variabel 1 (suhu 50OC)


- Tray 1
Pada menit ke-0
𝑊𝑛−𝑀𝑏𝑘
X0 = 𝑥100%
𝑊𝑛
18,339−𝑀𝑏𝑘
81,4% = 𝑋100%
18,339

Mbk = 3,411 g
Pada menit ke-5
W5 menit =17,821
𝑊𝑛−𝑊𝑏𝑘
X5 = 𝑥100%
𝑊𝑛
17,821−3,411
= 𝑋100%
17,821

= 80,69%
Dengan cara yang sama dapat dihitung W tiap waktu.
0 𝑊 −𝑊
𝑠 18,339−17,821
𝑁5 = 16×𝐴×∆𝑡 = 1 =0,06475 gram/cm2jam
16×6× 𝐽𝐴𝑀
12

B-1
W X N
t ( menit)
(gram) (%) (gram/cm2jam)
0 18,339 81,4 0
5 17,821 80,69 0,06475
10 16,799 79,69 0,13
15 15,9551 78,62 0,105
20 15,136 77,46 0,102
25 14,177 75,93 0,119
- Tray 2
Pada menit ke-0
𝑊𝑛−𝑀𝑏𝑘
X0 = 𝑥100%
𝑊𝑛
18,802−𝑀𝑏𝑘
81,4% = 𝑥100%
18802

Mbk = 3,497 gram


Pada W5 menit =16,900
16,900−3,497
X5 = 𝑥100%
16,900

= 79,48%
Dengan cara yang sama dapat dihitung W tiap waktu.
0 𝑊 −𝑊
𝑠 18,802−16,900
𝑁5 = 16×𝐴×∆𝑡 = 1 =0,24 gram/cm2jam
16×6× 𝐽𝐴𝑀
12

t W X N
(menit) (gram) (%) (gram/cm2jam)
0 18,802 81,4 0
5 16,900 79,31 0,24
10 15,290 77,13 0,201
15 14,088 75,18 0,15
20 12,595 72,24 0,19
25 11,760 70,26 0,104
30 10,879 67,86 0,11
35 10,136 65,49 0,093
40 9,460 63,03 0,0845
45 8,858 60,52 0,075

B-2
Tray 3
Pada menit ke-0
𝑊𝑛−𝑀𝑏𝑘
X0 = 𝑥100%
𝑊𝑛
18,384−𝑀𝑏𝑘
81,4% = 𝑋100%
18,384

Wbk = 3,419 gr
Pada W5 menit =17,653
17,653−3,419
X5 = 𝑋100%
17,653

= 80,6%
Dengan cara yang sama dapat dihitung W tiap waktu.
0 𝑊 −𝑊
𝑠 18,384−17,653
𝑁5 = 16×𝐴×∆𝑡 = 1 =0,091 gram/cm2jam
16×6× 𝐽𝐴𝑀
12

t W X N
(menit) (gram) (%) (gram/cm2jam)
0 18,384 81,4 0
5 17,653 80,6 0,091
10 16,560 79,35 0,136
15 15,157 77,44 0,17
20 14,202 75,92 0,119
25 13,172 74,04 0,128
30 12,213 72 0,0119
35 11,431 70,09 0,0977
40 10,740 68,16 0,086
45 10,074 66,06 0,083

- Tray 4
Pada menit ke-0
𝑊𝑛−𝑀𝑏𝑘
X0 = 𝑥100%
𝑊𝑛
18,742−𝑀𝑏𝑘
81,4% = 𝑋100%
18,742

Wbk = 3,486 gram


Pada W5 menit =15,534

B-3
15,534−3,486
X5 = 𝑋100%
15,434

= 77,55%
Dengan cara yang sama dapat dihitung W tiap waktu.
0 𝑊 −𝑊
𝑠 18,742−15,534
𝑁5 = 16×𝐴×∆𝑡 = 1 = 0,401 gram/cm2jam
16×6× 𝐽𝐴𝑀
12

t W X N
(menit) (gram) (%) (gram/cm2jam)
0 18,742 81,4 0
5 15,534 77,55 0,401
10 14,504 75,96 0,128
15 13,500 74,17 0,1255
20 12,535 72,18 0,1206
25 11,544 69,8 0,12
30 10,702 67,42 0,105
35 10,004 65,15 0,087
40 9,442 63,07 0,070
45 8,864 60,67 0,072

B-4
PROSEDUR ANALISIS

A. Menentukan critical moisture content pada bahan yang dikeringkan di


tray dryer
1. Siapkan alat pengering rak (tray batch dryer) dan atur suhu hingga konstan
pada suhu sesuai variabel (50oC, 60oC atau 70oC)
2. Hitung berat cawan kosong.
3. Potong bahan yang ingin dikeringkan dengan ukuran 1x1 sebanyak 64
potong untuk 4 tray.
4. Hitung berat bahan sebanyak 16 potong untuk satu tray dengan cawan
porselin. Berat tiap tray sama toleransi berat hanya 0,5.
5. Pengisian bahan ke tiap tray dan masukkan ke dalam tray dryer.
6. Operasi pengeringan dilakukan dengan menimbang sampel tiap tray dengan
intrerval waktu 5 menit selama 45 menit dengan menggunakan stopwatch
dengan cara sampel dikeluarkan dari alat tray dryer dan ditimbang dengan
menggunakan cawan, lalu dilanjutkan untuk interval 5 menit berikutnya.

B. Menentukan critical moisture content pada bahan yang dikeringkan di


oven
1. Siapkan oven dan atur suhu hingga konstan pada suhu 110°C.
2. Hitung berat cawan kosong.
3. Potong bahan yang ingin dikeringkan dengan ukuran 1x1.
4. Hitung berat bahan sebanyak 20 gram.
5. Pengisian bahan di cawan dan masukkan ke dalam oven.
6. Operasi pengeringan dilakukan dengan menimbang sampel pada oven
dengan interval waktu 30 menit sampai di dapatkan berat sampel 3x
konstan.

C-1
REFERENSI
DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO TANGGAL

Anda mungkin juga menyukai