Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Accident Evolution and Barrier Function (AEB) menyediakan metode untuk analisis
insiden dan kecelakaan yang memodelkan evolusi menuju insiden / kecelakaan sebagai
serangkaian interaksi antara manusia dan sistem teknis. (Hollnagel 2008)
Metode AEB untuk analisis insiden (kecelakaan) sebagai bagian dari rangkaian interaksi
antara manusia dan system teknis. Interaksi tersebut terdiri atas kegagalan, baik kegagalan
pemakaian atau eror yang dapat menghasilkan kecelakaan serta mengidentifikasi fungsi
barrier yang gagal/rusak dan berikan saran bagaimana meningkatkan barrier tersebut. AEB
model dikategorikan antara human error dan technical error di dalam suatu urutan kejadian
yang mengalami error. Hal tersebut merupakan tahap awal dalam pembentukan urutan error
dalam analisa AEB.
Accident Evolution and Barrier Function (AEB) menyediakan metode untuk analisis
insiden dan kecelakaan yang memodelkan evolusi menuju insiden / kecelakaan sebagai
serangkaian interaksi antara manusia dan sistem teknis. Interaksi terdiri dari kegagalan,
kegagalan fungsi atau kesalahan yang dapat menyebabkan atau mengakibatkan kecelakaan.
Metode ini memaksa analis untuk mengintegrasikan sistem manusia dan teknis secara
bersamaan ketika melakukan analisis kecelakaan.
Analisis AEB terdiri dari dua fase utama. Fase pertama adalah memodelkan evolusi
kecelakaan dalam diagram alir. AEB hanya memodelkan kesalahan dan bukan metode urutan
peristiwa. Fase kedua terdiri dari fungsi barrier analisis. Dalam fase ini, fungsi penghalang
diidentifikasi (tidak efektif dan / atau tidak ada). Fungsi penghalang yang sama dapat
dilakukan dengan berbeda sistem fungsi penghalang. Sejalan dengan itu, sistem fungsi
penghalang dapat melakukan fungsi penghalang yang berbeda. Tujuan penting dari analisis
AEB adalah untuk mengidentifikasi penghalang yang rusak fungsi, alasan mengapa tidak ada
fungsi penghalang atau mengapa yang sudah ada gagal, dan menyarankan peningkatan.
2.2 Sistem dan Komponen AEB Model
d. Barrier Function
Sebuah barrier mempunyai fungsi dapat mencegah timbulnya suatu kecelakaan
atau suatu insiden sehingga pada peristiwa berikutnya tidak terjadi kegagalan. Barrier
function selalu diidentifikasi mengenai kaitan terhadap system yang berfungsi mampu
melindungi dari suatu kecelakaan. Tujuan utama menggunakan metode AEB adalah
melakukan analisa dan identifikasi fungsi barrier yang rusak dan memberikan saran
bagaimana meningkatkan barrier tersebut. Ada 3 kategori barrier function :
1. Ineffective Barrier Function, dikatakan tidak efektif apabila tidak mampu
mencegah suatu perkembangan dan kemudian mengarah pada kecelakaan.
2. Non Exiting Barrier Function, tidak ada atau tidak berfungsi sehingga
perkembangan dari suatu kecelakaan tidak dapat dihentikan.
3. Effective Barrier Function, ini biasanya tidak masuk dalam AEB kecuali pada
akhir rantai urutan kejadian pada AEB model terjadi kesalahan.
Apabila terjadi suatu kecelakaan ataupun insiden hal ini dapat disebabkan oleh gagalnya
fungsi barrier entah mengalami kerusakan atau tidak bekerja secara efektif.
Simbol Fungsi
Error Event
1. Tahap Awal, adalah model evolusi kecelakaan diagram alir. Jalannya adalah
menggambarkan urutan secara kronologis, tidak dapat membiarkan lebih dari satu panah
mengarah pada kotak kesalahan atau tidak ada pada kotak,
2. Kedua mengenai fungsi barrier, pada tahap ini fungsi barrier dianalisa (tepat atau tidak
maupun ada atau tidak). Fungsi barrier merupakan evolusi dalam kecelakaan sehingga
pada event berikutnya dalam rantai tidak akan terjadi kecelakaan. Fungsi barrier selalu
diidentifikasi untuk melindungi.
Tujuan penting dari AEB adalah untuk mengidentifikasi fungsi barrier yang rusak, alasan
tidak berfungsi dan menyarankan untuk perbaikan.
Pada system barrier terdapat beberapa klasifikasi yang dibagi menjadi beberapa. Berikut
adalah klasifikasi dari barrier yang sering ditemukan :
2.6 Kombinasi Metode Event and Causal Factors Chart (ECFC) dan Accident Evolution
and Barrier Function
Metode ECFC dan AEB merupakan metode analisis kecelakaan yang memiliki teknik
analisa yang berurutan kejadiannya, dua metode ini memiliki bentuk yang sama yaitu berupa
bentuk chart namun pada metode ECFC tidak disertai oleh analisis kegagalan pada barrier
maka dari itu tambahan AEB sebagai kombinasi dari ECFC sangat berguna dalam
kelanjutannya.
Adapun langkah-langkah dalam pengerjaan kombinasi antar 2 metode ini adalah sebagai
berikut :
DIAGRAM ALIR
BAB 4
KASUS KECELAKAAN
Kecelakaan 1
Kecelakaan terjadi pada tanggal 03 April 2013 sekitar pukul 16:45 WIB di daerah
sebelah timur Homo Silo Tuban 4. Kronologi kejadiannya adalah dimana korban sedang
melakukan pekerjaan perbaikan Bucket raw mill (354 BE2). Pada area tersebut juga terdapat
backet kiln (424 BE1 dan 424 BE2) yang masih dalam proses perbaikan. korban bermaksud
ingin membandingkan belt bucket raw mill dan belt bucket kiln(424 BE1) yang berbeda. Pada
saat kejadian berlangsung korban mengenakan pakaian kerja bagian lengan dengan tidak baik
(dilinting). Padahal diketahui bahwa perilaku tersebut dapat membahayakan korban apabila
kontak dengan benda sekitar yang mungkin dapat melukai korban. Setelah melakukan
perbandingan belt bucket raw mill dan belt bucket kiln (424 BE1). Korban berfikir-fikir dengan
melihat perbedaan di bucket kiln tepatnya korban berdiri di antara homo silo dan bucket kiln
(424 BE1), pada saat bersamaan sepasang mur dan baut jatuh, dan mengenai tangan korban.
Pada saat dilakukan wawancara korban beralasan tidak dapat menghindar karena lingkungan
kerja yang tidak terlalu luas dan berlokasi di area yang tinggi. Sehingga korban mengalami luka
sobek pada pergelangan tangan.
Kurang pengawasan Penerapan 5R
dari pihak kurang
manajemen
//2 //4
//1
Mur mengenai
Perbaikan bucket raw Korban membandingkan //3 Korban berdiri diantara Mur dan baut jatuh di pergelanganan tangan
mill sekaligus perbaikan belt bucket rawmill dan belt homo silo dan bucket kiln bawah antara homo silo dan dan mengalami luka
bucket kiln bucket kiln untuk membandingkan bucket kiln sobek pada
pergelangan tangan
Korban tidak
memperkirakan
potensi bahaya
sekitar
Kurang pengawasan
dalam melakukan
pekerjaan
Keterangan gambar
a. //1 termasuk ineffective barrier function, karena esadaran dan kewaspadaan pekerja
dalam melakukan pekerjaan yang aman kurang baik oleh karena itu mengakibatkan tidak
mampunya mencegah perkembangan dalam proses terjadinya kecelakaan. Sehingga perlu
dalam pengadaan safety briefing lebih ditingkatkan pemahaman pekerja dan dilakukan
pengawasan yang lebih ketat.
b. //2 termasuk ineffective barrier function, kesadaran pekerja dalam menggunakan pakaian
kerja aman yang disediakan kurang baik oleh karena itu perlu adanya pengawasan
mengenai alat pelindung diri pekerja digunakan dengan baik saat melakukan pekerjaan.
c. //3 termasuk ineffective barrier function, karena kurang pengawasan saat pekerjaan
berlangsung mengakibatkan pekerja tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur
kerja yang disediakan kemudian untuk perbaikan kedepannya seharusnya pihak
manajemen lebih mengawasi pekerja saat melakukan pekerjaan.
d. //4 termasuk non exiting barrier function, karena tidak terdapat tanda peringatan tentang
“kejatuhan benda dari atas” seharusnya perlu dipasang karena atas pekerjaan korban
masih terdapat beberapa benda yang berpotensi jatuh.
e. //5 termasuk ineffective barrier function, karena tidk diterapkannya peraturan wajib 5R
dalam perusahaan dengan dapat dilihat dari lokasi kerja yang tidak rapi, maka dari itu
perlu pengawasan lebih terhadap lingkungan kerja agar kerapin dan diterapkannya 5R.
Kecelakaan 2
Kecelakaan terjadi pada tanggal 07 April 2013 sekitar pukul 23:30 WIB, adapun
kronologi kejadiannya adalah korban sedang melakukan pengawasan kegiatan pemasangan batu
bata oleh personil PT. SBG dengan alat bantu O-Ring. Setelah penggeseran O-Ring ke selatan
yang didorong dengan Forklift, posisi platform O-Ring menjadi tidak rata. Namun dalam
pelaksanaan pergeseran ini tidak adanya aba-aba dari luar untuk memberikan arahan kepada
operator untuk mengarahkan forklift. Korban bersama beberapa rekan PT. SBG bermaksud
mensetting posisi O-Ring dengan menarik Support O-Ring ke bawah. Kedua tangan korban
memegang pada support dan berpijak pada Brick yang sudah terpasang (kondisi permukaan
Brick melingkar sesuai diameter Kiln). Dalam laporan yang sudah tertera menjelaskan bahwa
koordinasi antar tim kurang, sehingga menyebabkan hal tersebut dapat terjadi, selain itu korban
juga tidak menggunakan alat pelindung diri sarung tangan. Kemudian dikarenakan pijakan yang
tidak rata, kaki korban yang menggunakan alat pelindung diri sepatu yang sudah tidak layak
pakai kemudian terpeleset dan secara spontan tangan kanan korban mencari pegangan support di
atasnya. Diatas support terpasang Fan yang tidak berpengaman (cover depan). Tangan kanan
korban memegang casing fan di area putaran blade,sehingga jari tangannya terkena blade Blade
Fan yang berputar dan mengalami luka.
Tidak terdapat
sign
//3
//1
Korban mengawasi Korban dan tim Tangan korban Korban terpeleset Jari tangan
O-Ring bergeser dan mensetting O-Ring memegang support
kegiatan pemasangan dan tangan korban korban terkena
posisi plat menjadi dengan menarik dan berpijak pada
batu bata dengan spontan memeganf blade fan yang
tidak rata. support O-Ring brick yang sudah
bantuan O-Ring fan berputar dan
kebawah terpasang
luka
//2 //6
//4
Tidak adanya aba-
aba dari luar Tidak menggunakan APD sepatu tidak
APD sarung tangan layak untuk dipakai
//1
Kondisi lingkungan
Pengawasan kerja licin
kurang
Keterangan gambar
Pada gambar
a. //1 termasuk ineffective barrier function, karena kurangnya pengawasan dari pihak
manajemen dalam melaksanakan pekerjaan, sehinggan kurang personil dalam
menjalankan pekerjaan, seperti tidak adanya pihak yang bagian aba-aba. Maka dari itu
untuk kedepannya perlu adanya perbaikan dalam system pengawasan.
b. //2 termasuk ineffective barrier function, karena pekerja tidak menggunakan alat
pelindung diri sarung tangan, padahal perusahaan telah menyediakan alat pelindung diri
untuk tiap pekerja, oleh karena itu untuk perbaikan kelanjutan pengawasan dalam
kedisiplinan penggunaan APD perlu ditingkatkan.
c. //3 termasuk non effective barrier function, karena tidak terdapat sign guna sebagai
penanda bahaya, maka dari itu pekerja tidak memperhatikan pegangan. Dikarenakan
sudah adanya kejadian, maka pihak manajeman harus lebih teliti dalam memberikan
penandaan pada tempat-tempat tertentu yang memiliki potensi bahaya bagi sekitar agar
tidak ada yang terlewat.
d. //4 termasuk ineffective barrier function, karena lingkungan kerja kurang terawat (licin)
sehingga mempermudah terjadinya kecelakaan kerja tersebut, oleh karena itu perlu
adanya perbaikan untuk lingkungan kerja yang lebih terawat dan perlu dilakukan patrol
rutin untuk memastikan keadaan lingkungan kerja terawatt dengan baik.
e. //5 termasuk ineffective barrier function,karena tidak terdapat pengaman dekat fan
sehingga kecelakaan tiak dapat dicegah. Untuk perbaikan kedepannya perlu diberikan
pengaman disekitar fan atau diberikan penandaan bahaya disekitar fan.
f. //6 termasuk ineffective barrier function, karena alat pelindung diri sepatu, namun sudah
tidak layak pakai. Untuk perbaikan kedepannya memerlukan pengawasan dalam
penggunaan APD harus lebih diperketat.
Kecelakaan Kerja 3
Kronologi Kecelakaan
Kecelakaan terjadi pada tanggal 2 Agustus 2013 sekitar pukul 08.30 WIB di daerah
workshop pemeliharaan listrik dan instrument crusher dimana kronologi kejadiannya adalah
pada saat kejadian korban melakukan pemotongan besi siku di lokasi kerja dengan cutting wheel,
dimana alat yang digunakan sudah mempunyai beberapa kekurangan yang sekiranya butuh untuk
dimaintenance atau diganti. Korban merupakan pekerja baru yang memiliki pengalaman kerja
yang kurang. Cutting tersebut pecah setelah kontak dengan besi siku tersebut. Selain itu pekerja
juga tidak mematuhi Standart Operational Procedure mengenai bekerja aman yang sudah
disediakan di perusahaan. Pecahan batu cutting terlontar ke arah wajah korban, seketika pipi
bagian kanan mengalami luka sobek. Diketahui pekerja tidak memakai pelindung diri face shield
dikarenakan ketersediaan alat pelindung diri jenis tersebut sangat terbatas jumlahnya.
Pekerja baru Kurang Tidak tersedia
pengawasan pihak
manajemen
//3
Pengalaman kerja Pekerja tidak
korban kurang baik menggunakan APD
Pekerja tidak face shield
mematui prosedur
a. //1 termasuk ineffective barrier function karena pengalaman kerja korban dalam
melakukan cutting kurang sehingga menyebabkan perkembangan kecelakaan tidak
dapat dihindari. Maka dari itu perlu adanya pengawasan lebih mengenai pekerja
agar kecelakaan berlanjut tidak terjadi.
b. //2 termasuk ineffective barrier function karena alat yang digunakan ada namun
sudah tidak baik untuk dipakai. Oleh karena itu perkembangan kecelakaan tidak
dapat dihindari. Sehingga rekomendasi untuk kedepannya perlu adanya monitor
rutin mengenai alat kerja. Jika sekiranya masih bisa diperbaiki maka segera
dilakukan, demikian pula jika harus mengganti atau menghilangkan.
c. //3 termasuk ineffective barrier function, karena kurangnya pengawasan saat
pekerjaan berlangsung mengakibatkan pekerja tidak melakukan pekerjaan sesuai
prosedur kerja yang disediakan. Langkah untuk perbaikan kedepannya seharusnya
pihak manajemen harus lebih mengawasi pekerja saat bekerja.
d. //4 termasuk ineffective barrier function, karena prosedur kerja sudah disediakan
namun pekerja tidak mengindahkan dengan baik. Oleh karena itu perlu pengawasan
lebih kepada pekerja agar lebih mematuhi peraturan.
e. //5 termasuk ineffective barrier function, karenapekerja kurang waspada akan resiko
yang ada di sekitar yang dapat menimbulkan bahaya sehingga dalam pengadaan
safety briefing lebih ditingkatkan pemahaman pekerja dan dilakukan pengawasan
yang lebih ketat.
f. //6 termasuk ineffective barrier function, karena pekerja tidak menggunakan APD.
Hal ini dikarenakan jumlah APD face shield sangat terbatas jumlahnya . untuk
perbaikan ke depan perlu adanya pengadaan perbaruan APD yang sekiranya
dibutuhkan.