3 - Bagong PDF
3 - Bagong PDF
Bagong Suyanto
Dosen Sosiologi dan Peneliti Kemiskinan FISIP Universitas Airlangga
lulusan Unair (S1 dan S2)
Abstract
This paper assumes that poverty is not just lack of income and productive
assets. Poverty is also a trap, a combination of poverty burden, fragility,
impowermence, physical weakness, and alienation. To empower the poor
families, capital aid package is not sufficient. This paper suggests that the poor
families should be empowered by a more bas ic policy, which is a people-
oriented anti-poverty policy.
25
Bagong Suyanto, “Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4,
Oktober 2001, 25-42.
26
Bagong Suyanto, “Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4,
Oktober 2001, 25-42
27
Bagong Suyanto, “Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4,
Oktober 2001, 25-42.
28
Bagong Suyanto, “Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4,
Oktober 2001, 25-42
29
Bagong Suyanto, “Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4,
Oktober 2001, 25-42.
30
Bagong Suyanto, “Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4,
Oktober 2001, 25-42
bila dibagi rata dapat membebaskan Sejalan dengan itu, mereka hanya
semua anggota masyarakat dari mungkin keluar dari penjara
kemiskinan. kemelaratan melalui suatu proses
Kemiskinan buatan —dalam perubahan struktur yang mendasar.
banyak hal— terjadi bukan karena Kemiskinan struktural, biasa -
seorang individu atau anggota nya terjadi di dalam suatu
keluarga malas bekerja atau karena masyarakat di mana terdapat perbe-
mereka terus-menerus sakit. Berbe- daan yang tajam antara mereka
da dengan perspektif modernisasi yang hidup melarat dengan mereka
yang cenderung memvonis kemis - yang hidup dalam kemewahan dan
kinan bersumber dari lemahnya kaya raya. Mereka itu, walaupun
etos kerja, tidak dimilikinya etika merupakan mayoritas terbesar d ari
wirausaha atau karena budaya yang masyarakat, dalam realita tidak
tidak terbiasa dengan kerja keras, mempunyai kekuatan apa -apa
kemiskinan buatan dalam perbin - untuk mampu memperbaiki nasib
cangan di kalangan ilmuwan sosial hidupnya. Sedangkan minoritas
acapkali diidentikkan dengan pe- kecil masyarakat yang kaya raya
ngertian kemiskinan struktural. biasanya berhasil memonopoli dan
Menurut Selo Soemardjan (1980), mengontrol berbagai kehidupan,
yang dimaksud dengan kemiskinan terutama segi ekonomi dan politik.
struktural adalah kemiskinan yang Selama golongan kecil yang kaya
diderita oleh suatu golongan raya itu masih menguasai berbagai
masyarakat, karena struktur sosial kehidupan masyarakat, selama itu
masyarakat itu tidak dapat ikut pula diperkirakan struktur sosial
menggunakan sumber-sumber pen- yang berlaku akan bertahan.
dapatan yang sebenarnya tersedia Akibatnya terjadilah apa yang
bagi mereka. disebut dengan kemiskinan struk -
Secara teoritis, kemiskinan tural.
buatan atau kemiskinan struktural Golongan yang menderita
dapat diartikan sebagai suasana kemiskinan struktural itu, misal -
kemiskinan yang dialami oleh suatu nya terdiri dari para petani yang
masyarakat yang penyebab utama- tidak memiliki tanah sendiri, atau
nya bersumber, dan oleh karena itu para petani yang tanah miliknya
dapat dicari pada struktur sosial kecil sehingga hasilnya tidak
yang berlaku adalah sedemikian mencukupi untuk memberi makan
rupa keadaannya sehingga mereka kepada dirinya sendiri dan
yang termasuk ke dalam golongan keluarganya. Termasuk golongan
miskin tampak tidak berdaya untuk miskin lain adalah kaum buruh
mengubah nasibnya dan tidak yang tidak terpelajar dan tidak
mampu memperbaiki hidupnya. terlatih, atau apa yang dengan kata
Struktur sosial yang berlaku telah asing disebut unskilled labour.
mengurung mereka ke dalam Golongan miskin ini meliputi juga
suasana kemiskinan secara turun - para pengusaha tanpa modal dan
temurun selama bertahun -tahun. tanpa fasilitas dari pemerintah —
31
Bagong Suyanto, “Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4,
Oktober 2001, 25-42.
32
Bagong Suyanto, “Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4,
Oktober 2001, 25-42
33
Bagong Suyanto, “Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4,
Oktober 2001, 25-42.
34
Bagong Suyanto, “Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4,
Oktober 2001, 25-42
35
Bagong Suyanto, “Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4,
Oktober 2001, 25-42.
36
Bagong Suyanto, “Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4,
Oktober 2001, 25-42
faktor saja dari kombinasi faktor - lain, program IDT secara konsep -
faktor produksi yang harus secara sional menawarkan sesuatu yang
bersama-sama mensukseskan sua - relatif baru. Namun, sejumlah
tu usaha. Ada banyak contoh usaha penelitian menunjukkan dalam
yang berhasil tanpa dukungan praktek pelaksanaan program IDT
kredit, atau banyak usaha tidak relatif sama dengan program-
berkembang meskipun memperoleh program terdahulu, yakni meman -
bantuan kredit (Suyanto, 1992). dang kemiskinan sepertinya hanya
Kegagalan yang sering terjadi dalam sebagai sebuah persoalan keku -
memanfaatkan kredit biasanya rangan pendapatan.
disebabkan kegagalan dalam Memang, untuk jangka pen -
pemasaran hasil produksi, baik dek upaya pemberian bantuan
karena semata-mata kalah dalam melalui program IDT bisa
persaingan dengan pengusaha atau bermanfaat. Tetapi, untuk jangka
petani lain yang lebih kuat, maupun panjang sesungguhnya pemberian
karena sebab-sebab obyektif seperti bantuan ekonomi itu tidak akan
mutu hasil yang rendah dan bisa menyelesaikan masalah
sebagainya. Memang harus diakui kemiskinan secara tuntas. Banyak
bahwa kelemahan dalam pemasar - bukti memperlihatkan bahwa
an justru karena aspek pemasaran pemberian bantuan ekonomi saja
ini biasanya dianggap tidak sukar, ternyata justru melahirkan pro-
jadi diremehkan (Soekartawi, 1989). blem-problem baru yang tidak kalah
Kesulitan pelaksanaan pem- ruwetnya. Penelitian yang dilakukan
berian kredit secara efektif biasanya tim UGM (1994) tentang
mengalami beberapa hambatan, penggunaan dana IDT menemukan
misalnya karena amat beragamnya bahwa dana bantuan ini ternyata
kelompok sasaran yang hendak sebagian dipergunakan untuk
dijangkau, dan kesukaran meng - memperbaiki rumah, prasarana
kompromikan kriteria efisiensi dan desa, dan pembelian kendaraan.
efektivitas kredit. Berdasarkan Sementara itu, penelitian tim LPEM -
pengalaman di negara sedang FEUI (1994) menemukan adanya
berkembang, kredit lebih mudah kecenderungan bahwa anggota
dinikmati oleh petani menengah Pokmas menggunakan dana IDT
dan petani besar (Kasryno, 1984). untuk kegiatan konsumif, karena
Padahal jelas yang lebih memerlu - dana per anggota terlalu kecil.
kan adalah petani-petani kecil yang Kegagalan dalam pemanfaat-
tidak mampu membeli sarana an dana bantuan usaha bagi
produksi pertanian secara tunai. penduduk miskin —untuk sebagi-
Di Indonesia, salah satu an— memang terjadi akibat
bentuk pemberian modal usaha kesalahan pihak si miskin. Tetapi,
untuk memberdayakan masyarakat harus diakui bahwa kegagalan itu
miskin adalah melalui pelaksanaan terjadi tidak sepenuhnya karena
program IDT. Dibandingkan pro- kesalahan penduduk miskin itu
gram-program pembangunan yang sendiri —seperti karena mereka
37
Bagong Suyanto, “Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4,
Oktober 2001, 25-42.
38
Bagong Suyanto, “Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4,
Oktober 2001, 25-42
39
Bagong Suyanto, “Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4,
Oktober 2001, 25-42.
40
Bagong Suyanto, “Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4,
Oktober 2001, 25-42
41
Bagong Suyanto, “Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4,
Oktober 2001, 25-42.
42