Anda di halaman 1dari 16

Tugas K3

Bencana Kebakaran

Oleh

I Gst. A. A. Cahaya Anjalina Putri 161200010

I Kadek Heman Agus Aswatama 161200012

K. Sri Satya Haridasami 161200020

Kadek Ayu Sri Purnawati 161200021

Luh Made Anggi Laksemi 161200025

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS


INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI
DENPASAR

2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebakaran termasuk masalah yang tidak dikehendaki kedatangannya. Kebakaran adalah suatu
peristiwa yang terjadi akibat tidak terkendalinya sumber energi. Penyebab kebakaran beragam
dari yang kecil sampai ke masalah yang besar. Di Indonesia sendiri kebakaran merupakan masalah
yang berat, disamping itu juga dikarenakan pengaruh iklim yang dapat membantu masalah
tersebut.

Ditinjau dari segi pengamanan (Security) kejadian kebakaran merupakan salah satu unsur
gangguan keamanan, sedangkan dari segi keselamatan (Safety) kejadian kebakaran merukan
kerugian (Loss). Seperti halnya gangguan keamanan atau kejadian kecelakaan yang terjadinya
secara tiba- tiba dan sulit diramalkan. Demikian juga kejadian kebakaran yang tidak di tanggulangi
akan mendatangkan kerugian harta benda dan kecelkaan manusia. Oleh karena itu kebakaran harus
di cegah dan apabila masih terjadi harus dipadamkan sedini mungkin.

Pencegahan dan penanggulangan akan berhasil bila kita telah memahami apakah sebenarnya
kebakaran tersebut. Oleh karena itu perlu adanya pengetahuan tentang cara menanggulangi
kebakaran. Dengan dibuatnya makalah ini agar mahasiswa mengetahui tentang penanggulangan
kebakaran secara umum.

1.2 Tujuan

 Untuk mengetahui definisi pemadaman kebakaran


 Untuk mengetahui faktor penyebab kebakaran
 Untuk mengetahui dampak kebarakan
 Untuk mengetahui alat-alat pemadaman kebakaran
 Untuk mengetahui metode pemadaman kebakaran
BAB II
PEMBAHASAN

Bahaya kebakaran adalah bahaya yang ditimbulkan oleh adanya nyala api yang tidak terkendali.
Kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu
bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api/ penyalaan.

Jadi api yang menyala di tempat-tempat yang dikehendaki seperti kompor, di perindustrian dan
tempat atau peralatan lain tidak termasuk dalam kategori kebakaran. Adapun definisi kebakaran
menurut Departemen Tenaga Kerja adalah “Suatu reaksi oksidasi eksotermis (terjadi karena
pemanasan) yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya
api atau penyalaan”. Sedangkan definisi kebakaran menurut Asuransi secara umum adalah
“Sesuatu yang benar-benar terbakar yang seharusnya tidak terbakar yang dibuktikan dengan
adanya nyala api secara nyata, terjadi secara tidak sengaja, tiba-tiba serta menimbulkan kecelakaan
atau kerugian”.

Sedangkan penanggulangan kebakaran adalah segala upaya untuk mencegah timbulnya kebakaran
dengan berbagai upaya pengendalian setiap perwujudan energi, pengadaan sarana proteksi
kebakaran dan sarana penyelamatan serta pembentukan organisasi tanggap darurat untuk
memberantas kebakaran.
Teori Api

Soehatman Ramli menjelaskan bahwa api tidak terjadi begitu saja tetapi merupakan suatu
proses kimiawi antara uap bahan bakar dengan oksigen dan bantuan panas. Teori ini dikenal
dengan segitiga api(fire triangle). Menurut teori ini kebakaran terjadi karena adanya tiga faktor
yang menjadi unsur api yaitu:

 Bahan bakar, yaitu unsur bahan bakar baik padat, cair atau gas yang dapat terbakar yang
bercampur dengan oksigen dari udara.
 Sumber, yaitu yang menjadi pemicu kebakaran dengan energi yang cukup untuk
menyalakan campuran antara bahan bakar dan oksigen dari udara.
 Oksigen, terkandung dalam udara. Tanpa adanya udara atau oksigen, maka proses
kebakaran tidak dapat terjadi.
Kebakaran dapat terjadi jika ketiga unsur api tersebut saling bereaksi satu dengan yang lainnya.
Tanpa adanya salah satu unsur tersebut, api tidak dapat terjadi. Bahkan masih ada unsur keempat
yang disebut reaksi berantai, karena tanpa adanya reaksi pembakaran maka api tidak akan
menyala terus-menerus. Keempat unsur api ini sering disebut juga Fire Tetra Hidran.

Pada proses penyalaan, api mengalami empat tahapan mulai dari tahap permulaan hingga menjadi
besar, berikut penjelasannya:

1. Incipien Stage (Tahap Permulaan)


Pada tahap ini tidak terlihat adanya asap, lidah api atau panas, tetapi terbentuk partikel
pembakaran dalam jumlah yang signifikan selama periode tertentu
2. Smoldering Stage ( Tahap Membara)
Partikel pembakaran telah bertambah membentuk apa yang kita lihat sebagai “asap”. Masih
belum ada nyala api atau panas yang signifikan.
3. Flame Stage
Tercapai titik nyala dan mulai terbentuk lidah api. Jumlah asap mulai berkurang sedangkan
panas meningkat.
4. Heat Stage
Pada tahap ini terbentuk panas, lidah api, asap dan gas beracun dalam jumlah besar.
Transisi dari flame stage ke heat stage biasanya sangat cepat seolah-olah menjadi satu
dalam fase sendiri.

1.3 Proses Penjalaran Api

Kebakaran biasanya dimulai dari api yang kecil kemudian membesar dan menjalar ke daerah
sekitarnya. Penjalaran api menurut Ramli (2010) dapat melalui beberapa cara yaitu:

1. Konveksi
Yaitu penjalaran api melalui benda padat, misalnya merambat melalui besi, beton, kayu
atau dinding. Jika terjadi kebakaran di suatu ruangan maka panas dapat merambat melalui
dinding sehingga ruangan di sebelah akan mengalami pemanasan yang menyebabkan api
dapat merambat dengan mudah
2. Konduksi
Api juga dapat menjalar melalui fluida, misalnya air, udara atau bahan cair lainnya. Suatu
ruangan yang terbakar dapat menyebabkan panas melalui hembusan angin yang terbawa
udara panas ke daerah sekitarnya.
3. Radiasi
Penjalaran panas lainnya melalui proses radiasi yaitu pancaran cahaya atau gelombang
elektro magnetik yang dikeluarkan oleh nyala api. Dalam proses radiasi ini, terjadi proses
perpindahan panas (heat transfer) dan member panas ke objek penerimanya. Faktor inilah
yang sering menjadi penyebab penjalaran api dari suatu bangunan ke bangunan lain di
sebelahnya dapat merambat melalui dinding sehingga ruangan di sebelah

2.1 Definisi Pemadaman Kebakaran

Penanggulangan kebakaran atau pemadaman kebakaran adalah usaha menyadari atau mewaspadai
akan faktor-faktor yang menjadi sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil
langkah-langkah untuk mencegah kemungkinan tersebut menjadi kenyataan.

Penanggulangan kebakaran membutuhkan suatu program pendidikan dan pengawasan beserta


pengawasan karyawan, suatu rencana pemeliharaan yang cermat dan teratur atas bangunan dan
kelengkapannya, inspeksi/ pemeriksaan, penyediaan dan penempatan yang baik dari peralatan
pemadam kebakaran termasuk memeliharanya baik segi siap-pakainya maupun dari segi mudah
dicapainya.

2.2 Faktor Penyebab Kebakaran

Berikut adalah beberapa faktor penyebab kebakaran, antara lain :

1. Kebakaran karena sifat kelalaian manusia, seperti : kurangnya pengertian pengetahuan


penanggulangan bahaya kebakaran; kurang hati menggunakan alat dan bahan yang dapat
menimbulkan api; kurangnya kesadaran pribadi atau tidak disiplin.
2. Kebakaran karena peristiwa alam, terutama berkenaan dengan cuaca, sinar matahari, letusan
gunung berapi, gempa bumi, petir, angin dan topan.
3. Kebakaran karena penyalaan sendiri, sering terjadi pada gudang bahan kimia di mana bahan
bereaksi dengan udara, air dan juga dengan bahan-bahan lainnya yang mudah meledak atau
terbakar.
4. Kebakaran karena kesengajaan untuk tujuan tertentu, misalnya sabotase, mencari keuntungan
ganti rugi klaim asuransi, hilangkan jejak kejahatan, tujuan taktis pertempuran dengan jalan
bumi hangus.

Klasifikasi Kebakaran adalah penggolongan atau pembagian atas kebakaran berdasarkan jenis
bahan bakarnya. Tujuannya agar supaya lebih mudah lebih cepat dan tepat dalam memilih jenis
pemadam yang akan digunakan untuk memadamkan api. Klasifikasi kebakaran yang diakui di
Indonesia berdasarkan : PERMEN NAKERTRANS : No. PE-04/MEN/1980. Tanggal 14 April
1980.

1. Kelas A : Bahan bakarnya bila terbakar meninggalkan abu dan arang


2. Kelas B : Bahan bakar cair
3. Kelas C : Kebakaran listrik
4. Kelas D : Kebakaran logam.

Kebakaran di Indonesia dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:

a. Kelas A
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat, misalnya kertas, kayu, plastik, karet,
busa dan lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: air, pasir, karung
goni yang dibasahi, dan Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia
kering.
b. Kelas B
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar berupa cairan, misalnya
bensin, solar, minyak tanah, spirtus, alkohol dan lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran
untuk kelas ini berupa: pasir dan Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung
kimia kering. Dilarang memakai air untuk jenis ini karena berat jenis air lebih berat dari pada
berat jenis bahan di atas sehingga bila kita menggunakan air maka kebakaran akan melebar
kemana-mana.
c. Kelas C
Kebakaran yang disebabkan oleh listrik. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa:
Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering. Matikan dulu sumber
listrik agar kita aman dalam memadamkan kebakaran.

2.3 Dampak Kebakaran

Berikut merupakan dampak dari kebakaran, antara lain:

1. Menghambat kelancaran pemerintahan/ pembangunan


2. Menghambat kelancaran perekonomian
3. Timbulnya pengangguran
4. Terganggunya stabilitas kamtibnas psikologi.

Peristiwa kebakaran memberikan efek bahaya antara lain:

 Asap
Asap adalah kumpulan partikel zat carbon ukuran kurang dari 0,5 micron sebagai hasil dari
pembakaran tak sempurna dan bahan yang mengandung karbon. Efeknya iritasi/ rangsangan
pada mata, selaput lendir pada hidung dan kerongkongan.
 Panas
Panas adalah suatu bentuk energi yang pada 300oF dapat dikatakan sebagai temperatur
tertinggi di mana manusia dapat bertahan/ bernafas hanya dalam waktu yang singkat. Efeknya
tubuh kehilangan cairan dan tenaga, luka bakar/ terbakar pada kulit dan pernafasan,
mematikan jantung.

 Nyala/ Flame
Nyala/ Flame biasa timbul pada proses pembakaran sempurna dan membentuk cahaya
berkilauan.
 Gas Beracun
Gas beracun antara lain:
1. Karbon Monoksida ridak berasa, tidak berbau, tidak berasa NAB 50 ppm
2. Sulfur Dioksida (SO2) sangat beracun, menyebabakna gejala lambat diri, kerusakan
sistem pernafasan seperti bronchitis
3. Hidrogen Sulfida (H2S) >NAB 10 ppm
4. Ammonia (MH3) >NAB 25 ppm
5. Hydrogen Sianida (HCN) >NAB 10 ppm
6. Acrolein (C3H4O) >NAB 0,1 ppm
7. Gas hasil pembakaran zat sellulosa (kertas, kayu, kain) seperti karbon monoksida,
formaldehida, asam formiat, asam karboksitat, metilalkohol, asam asetat, dan lain-lain
8. Gas hasil pembakaran plastik seperti karbon monoksida, asam klorida dan sianida,
nitrogen eksida, dan lain-lain
9. Gas hasil pembakaran karet seperti karbon monoksida, sulfur dioksida, dan asap tebal
10. Gas hasil pembakaran scilena seperti hidrogen sianida, gas amonia
11. Gas hasil pembakaran wool seperti karbon monoksida, hidrogen sulfida, sulfur dioksida,
dan hidrogen sianida
12. Gas hasil pembakaran hasil minyak bumi seperti karbon monoksida, karbon dioksida,
axcolin, dan asap tebal.

2.4 Alat-alat Pemadaman Kebakaran

Untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran perlu disediakan peralatan pemadam kebakaran
yang sesuai dan cocok untuk bahan yang mungkin terbakar di tempat yang bersangkutan.

1. Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana


a. Air, bahan alam yang melimpah, murah dan tidak ada akibat ikutan (side effect), sehingga
air paling banyak dipakai untuk memadamkan kebakaran. Persedian air dilakukan dengan
cadangan bak-bak iar dekat daerah bahaya, alat yang diperlukan berupa ember atau
slang/pipa karet/plastik.
b. Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga udara tidak masuk sehingga api
padam. Caranya dengan menimbunkan pada benda yang terbakar menggunakan sekop atau
ember

c. Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif untuk menutup kebakaran dini
pada api kompor atau kebakaran di rumah tangga, luasnya minimal 2 kali luas potensi api.

d. Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan untuk alat bantu penyelamatan dan
pemadaman kebakaran.

2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api
pada awal terjadinya kebakaran. Tabung APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis dan
konstruksinya. Jenis APAR meliputi : jenis air (water), busa (foam), serbuk kering (dry
chemical) gas halon dan gas CO2, yang berfungsi untuk menyelimuti benda terbakar dari
oksigen di sekitar bahan terbakar sehingga suplai oksigen terhenti. Zat keluar dari tabung
karena dorongan gas bertekanan. Konstruksi APAR sebagai berikut :
a. Petunjuk Pemilihan APAR

b. Karakteristik APAR :
 APAR jenis tertentu bukan merupakan pemadam untuk segala jenis kebakaran, oleh
karena itu sebelum menggunakan APAR perlu diidentifikasi jenis bahan terbakar.

 APAR hanya ideal dioperasikan pada situasi tanpa angin kuat, APAR kimiawi ideal
dioperasikan pada suhu kamar

 Waktu ideal : 3 detik operasi, 10 detik berhenti, waktu maksimum terus menerus 8
detik.

 Bila telah dipakai harus diisi ulang

 Harus diperiksa secara periodik, minimal 2 tahun sekali.

3. Alat Pemadam Kebakaran Besar


Alat-alat ini ada yang dilayani secara manual ada pula yang bekerja secara otomatis.
 Sistem hidran mempergu-nakan air sebagai pemadam api. Terdiri dari pompa, saluran air,
pilar hidran (di luar gedung), boks hidran (dalam gedung) berisi : slang landas, pipa kopel,
pipa semprot dan kumparan slang
 Sistem penyembur api (sprinkler system), kombinasi antara sistem isyarat alat pemadam
kebakaran.

 Sistem pemadam dengan gas.

Adapun Pedoman Singkat antisipasi dan tindakan pemadaman kebakaran :


1. Tempatkan APAR selalu pada tempat yang sudah ditentukan, mudah dijangkau dan mudah
dilihat, tidak terlindung benda/perabot seperti lemari, rak buku dsb. Beri tanda segitiga warna
merah panjang sisi 35 cm.

2. Siagakan APAR selalu siap pakai


3. Bila terjadi kebakaran kecil : bertindaklah dengan tenang, identifikasi bahan terbakar dan
tentukan APAR yang dipakai.

4. Bila terjadi kebakaran besar : bertindaklah dengan tenang, beritahu orang lain untuk
pengosongan lokasi, nyalakan alarm, hubungi petugas pemadam kebakaran.

5. Upayakan latihan secara periodik untuk dapat bertindak secara tepat dan tenang.

Adapun Fasilitas Penunjang Keberhasilan pemasdaman kebakaran juga ditentukan oleh


keberadaan fasilitas penunjang yang memadai, antara lain :
1. Fire alarm secara otomatis akan mempercepat diketahuinya peristiwa kebakaran. Beberapa
kebakaran terlambat diketahui karena tidak ada fire alarm, bila api terlanjur besar maka makin
sulit memadamkannya.

2. Jalan petugas, diperlukan bagi petugas yang datang menggunakan kendaraan pemadam
kebakaran, kadang harus mondar-mandir/keluar masuk mengambil air, sehingga perlu jalan
yang memadai, keras dan lebar, juga untuk keperluan evakuasi. Untuk itu diperlukan fasilitas
:

a. Daun pintu dapat dibuka keluar

b. Pintu dapat dibuka dari dalam tanpa kunci

c. Lebar pintu dapat dilewati 40 orang/menit

d. Bangunan beton strukturnya harus mampu terbakar minimal 7 jam.


2.5 Metode Pemadaman Kebakaran
 Pencegahan Bencana Kebakaran
1. Jangan membebani kabel kecil dengan banyak peralatan listrik.
2. Jangan menumpuk T- Kontak/ colokan listrik.
3. Jangan membiarkan kabel terkelupas.
4. Hindari kabel bersambungan & instalasi listrik yang semerawut.
5. Jauhkan jarak antara tabung elpiji dan minyak tanah/ bahan mudah terbakar lainnya.
6. Jangan membuang rokok yang masih membara.
7. Jangan membiarkan anak kecil bermain korek api.
8. Jangan mengurung orang didalam rumah.
9. Menutup/ mematikan tabung gas bila tidak dipakai.
10. Menyediakan Alat Pemadam Api, sebab semua kebakaran berasal dari api kecil yang tidak
dapat dipadamkan.

 Langkah-langkah penanggulangan kebakaran :

1. Jika terjadi kebakaran, langkah pertama yang harus dilakukan adalah memadamkan secara
langsung dengan alat pemadam yang sesuai yang diletakkan pada tempat terdekat.
2. Jika api tidak padam, panggil teman terdekat dan segera hubungi kepala gedung (fire
marshall).
3. Bunyikan alarm / tanda bahaya kebakaran jika api belum padam.
4. Apabila alarm otomatis berbunyi, bantu evakuasi (pengosongan gedung) melalui pintu darurat
dan segera lakukan pemadam dengan alat pemadam yang tersedia.
5. Hubungi unit pemadam kebakaran untuk minta bantuan dengan identitas yang jelas
6. Amankan lokasi dan bantu kelancaran evakuasi (pengosongan gedung) dan bantu kelancaran
petugas pemadam
7. Beritahu penolong atau petugas pemadam tempat alat pemadam dan sumber air
8. Utamakan keselamatan jiwa dari pada harta benda
 Penyelamatan diri :

1. Buat rencana penyelamatan diri, dengan menentukan sedikitnya dua jalur keluar dari setiap
ruangan. Ini bisa melalui pintu ataupun jendela, jadi perhatikan apakah pembatas ruangan
akan mengganggu rencana ini. Buatlah denah penyelamatan diri.
2. Persiapkan petunjuk arah di pintu darurat.
3. Saat kebakaran, sebenarnya asap yang membuat orang menjadi panik dan tidak dapat bernafas
dengan leluasa. Merangkaklah atau merunduk di bawah, tutup mulut dan hidung dengan kain
yang dibasahi.
4. Keluarlah dari pintu atau jendela yang terdekat menuju ke tempat yang aman. Pastikan bahwa
pintu dapat dengan cepat dibuka pada kondisi darurat, demikian pula jika harus
melalui jendela.
5. Apabila terjebak api, pastikan balut tubuh anda dengan selimut tebal yang dibasahi. Ini hanya
dilakukan sebagai pilihan terakhir apabila tidak ada jalan lain kecuali menerobos kobaran api.

Berikut ini adalah 5 teori pemadaman api:

1. Cara pendinginan (Cooling)


Salah satu cara dengan menurunkan temperatur bahan bakar sampai tidak menimbulkan uap /
gas kebakaran. Air adalah salah satu bahan pemadam yang baik dalam menyerap panas.
Pendinginan biasanya tidak efektif pada produk gas dan cairan mudah terbakar yang memiliki
flash poin dibawah suhu air. Oleh karena itu media air tidak dianjurkan. Membasahi bahan –
bahan yg mudah terbakar merupakan cara efektifdalam mencegah terjadinya kebakaran pada
bahan yg belum terbakar. Akan memerlukan waktu cukup lama untuk bisa terbakar karena air
harus diuapkan terlebih dahulu.
2. Cara reduksi oksigen (Smothering)
Dengan membatasi oksigen dalam proses kebakaran, api dapat padam. Proses ini biasanya
dengan menutup sumber api dengan karug goni basah (pemadaman tradisional) ataupun
dengan penyemprotan karbon dioksida yg dapat mengurangi oksigen dalam kebakaran
tersebut.
3. Pemindahan bahan bakar (Starvation)
Ini cukup efektif tapi dalam prakteknya mungkin sulit. Sebagai contoh, pemindahan bahan
bakar yaitu dengan menutup / membuka kerangan, memompa minyak ke tempat lain,
memindahkan bahan yg mudah terbakar dll. Cara lain dengan menyiram bahan bakar yang
terbakar dengan air atau membuat busa yg dapat menghentikan / memisahkan minyak dengan
pembakaran.
4. Pemutusan rantai reaksi (Break Chain Reaction)
Pertama kali, para ahli menemukan bahwa reaki rantai bisa menghasilkan nyala api. Pada
beberapa zat kimia mempunyai sifat memecah sehingga terjadi reaksi rantai oleh atom – atom
yang dibutuhkan oleh nyala api untuk tetap terbakar. Dengan tidak terjadinya reaksi atom –
atom ini, maka nyala api lama kelamaan padam.
5. Melemahkan (Dillution)
Cara ini sama halnya dengan smothering, hanya saja pada cara ini seperti mengurangi
konsentrasi dari setiap unsur pembentuk api (Heat, fuel, oxygen) dengan memadukan keempat
teori diatas.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Bahaya kebakaran adalah bahaya yang ditimbulkan oleh adanya nyala api yang tidak
terkendali
 Pemadaman kebakaran adalah usaha menyadari atau mewaspadai akan faktor-faktor yang
menjadi sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk
mencegah kemungkinan tersebut menjadi kenyataan.
 Beberapa faktor penyebab kebakaran karena sifat kelalaian manusia, peristiwa alam,
penyalaan sendiri, dan kesengajaan untuk tujuan tertentu
 Berikut merupakan dampak dari kebakaran, antara lain menghambat kelancaran
pemerintahan/ pembangunan, menghambat kelancaran perekonomian, timbulnya
pengangguran, terganggunya stabilitas kamtibnas psikologi
 Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana adalah air, pasir, karung goni, tangga.
APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api
pada awal terjadinya kebakaran
 5 teori pemadaman api adalah cara pendinginan (Cooling), cara reduksi oksigen (Smothering),
pemindahan bahan bakar (Starvation), pemutusan rantai reaksi (Break Chain Reaction), dan
melemahkan (Dillution).
DAFTAR PUSTAKA

Higene Perusahaan dan Kesehatan kerja : Dr. Suma’mur PK, M.Sc, Gunung Agung,

Jakarta, Introduction to Industrrial Hygiene : Ronald M Scott, Lewis Publisher, London, 1995
Ergonomic Checkpoints : International Labour Office, Geneva, 1996

https://jokowarino.id/penyebab-dan-dampak-akibat-kebakaran-hutan/

https://jokowarino.id/penyebab-dan-dampak-akibat-kebakaran-hutan/

https://pemadamapi.wordpress.com/definisi-pengertian-kebakaran/bahaya-dampak-kebakaran

Anda mungkin juga menyukai