Bencana Kebakaran
Oleh
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
Kebakaran termasuk masalah yang tidak dikehendaki kedatangannya. Kebakaran adalah suatu
peristiwa yang terjadi akibat tidak terkendalinya sumber energi. Penyebab kebakaran beragam
dari yang kecil sampai ke masalah yang besar. Di Indonesia sendiri kebakaran merupakan masalah
yang berat, disamping itu juga dikarenakan pengaruh iklim yang dapat membantu masalah
tersebut.
Ditinjau dari segi pengamanan (Security) kejadian kebakaran merupakan salah satu unsur
gangguan keamanan, sedangkan dari segi keselamatan (Safety) kejadian kebakaran merukan
kerugian (Loss). Seperti halnya gangguan keamanan atau kejadian kecelakaan yang terjadinya
secara tiba- tiba dan sulit diramalkan. Demikian juga kejadian kebakaran yang tidak di tanggulangi
akan mendatangkan kerugian harta benda dan kecelkaan manusia. Oleh karena itu kebakaran harus
di cegah dan apabila masih terjadi harus dipadamkan sedini mungkin.
Pencegahan dan penanggulangan akan berhasil bila kita telah memahami apakah sebenarnya
kebakaran tersebut. Oleh karena itu perlu adanya pengetahuan tentang cara menanggulangi
kebakaran. Dengan dibuatnya makalah ini agar mahasiswa mengetahui tentang penanggulangan
kebakaran secara umum.
1.2 Tujuan
Bahaya kebakaran adalah bahaya yang ditimbulkan oleh adanya nyala api yang tidak terkendali.
Kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu
bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api/ penyalaan.
Jadi api yang menyala di tempat-tempat yang dikehendaki seperti kompor, di perindustrian dan
tempat atau peralatan lain tidak termasuk dalam kategori kebakaran. Adapun definisi kebakaran
menurut Departemen Tenaga Kerja adalah “Suatu reaksi oksidasi eksotermis (terjadi karena
pemanasan) yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya
api atau penyalaan”. Sedangkan definisi kebakaran menurut Asuransi secara umum adalah
“Sesuatu yang benar-benar terbakar yang seharusnya tidak terbakar yang dibuktikan dengan
adanya nyala api secara nyata, terjadi secara tidak sengaja, tiba-tiba serta menimbulkan kecelakaan
atau kerugian”.
Sedangkan penanggulangan kebakaran adalah segala upaya untuk mencegah timbulnya kebakaran
dengan berbagai upaya pengendalian setiap perwujudan energi, pengadaan sarana proteksi
kebakaran dan sarana penyelamatan serta pembentukan organisasi tanggap darurat untuk
memberantas kebakaran.
Teori Api
Soehatman Ramli menjelaskan bahwa api tidak terjadi begitu saja tetapi merupakan suatu
proses kimiawi antara uap bahan bakar dengan oksigen dan bantuan panas. Teori ini dikenal
dengan segitiga api(fire triangle). Menurut teori ini kebakaran terjadi karena adanya tiga faktor
yang menjadi unsur api yaitu:
Bahan bakar, yaitu unsur bahan bakar baik padat, cair atau gas yang dapat terbakar yang
bercampur dengan oksigen dari udara.
Sumber, yaitu yang menjadi pemicu kebakaran dengan energi yang cukup untuk
menyalakan campuran antara bahan bakar dan oksigen dari udara.
Oksigen, terkandung dalam udara. Tanpa adanya udara atau oksigen, maka proses
kebakaran tidak dapat terjadi.
Kebakaran dapat terjadi jika ketiga unsur api tersebut saling bereaksi satu dengan yang lainnya.
Tanpa adanya salah satu unsur tersebut, api tidak dapat terjadi. Bahkan masih ada unsur keempat
yang disebut reaksi berantai, karena tanpa adanya reaksi pembakaran maka api tidak akan
menyala terus-menerus. Keempat unsur api ini sering disebut juga Fire Tetra Hidran.
Pada proses penyalaan, api mengalami empat tahapan mulai dari tahap permulaan hingga menjadi
besar, berikut penjelasannya:
Kebakaran biasanya dimulai dari api yang kecil kemudian membesar dan menjalar ke daerah
sekitarnya. Penjalaran api menurut Ramli (2010) dapat melalui beberapa cara yaitu:
1. Konveksi
Yaitu penjalaran api melalui benda padat, misalnya merambat melalui besi, beton, kayu
atau dinding. Jika terjadi kebakaran di suatu ruangan maka panas dapat merambat melalui
dinding sehingga ruangan di sebelah akan mengalami pemanasan yang menyebabkan api
dapat merambat dengan mudah
2. Konduksi
Api juga dapat menjalar melalui fluida, misalnya air, udara atau bahan cair lainnya. Suatu
ruangan yang terbakar dapat menyebabkan panas melalui hembusan angin yang terbawa
udara panas ke daerah sekitarnya.
3. Radiasi
Penjalaran panas lainnya melalui proses radiasi yaitu pancaran cahaya atau gelombang
elektro magnetik yang dikeluarkan oleh nyala api. Dalam proses radiasi ini, terjadi proses
perpindahan panas (heat transfer) dan member panas ke objek penerimanya. Faktor inilah
yang sering menjadi penyebab penjalaran api dari suatu bangunan ke bangunan lain di
sebelahnya dapat merambat melalui dinding sehingga ruangan di sebelah
Penanggulangan kebakaran atau pemadaman kebakaran adalah usaha menyadari atau mewaspadai
akan faktor-faktor yang menjadi sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil
langkah-langkah untuk mencegah kemungkinan tersebut menjadi kenyataan.
Klasifikasi Kebakaran adalah penggolongan atau pembagian atas kebakaran berdasarkan jenis
bahan bakarnya. Tujuannya agar supaya lebih mudah lebih cepat dan tepat dalam memilih jenis
pemadam yang akan digunakan untuk memadamkan api. Klasifikasi kebakaran yang diakui di
Indonesia berdasarkan : PERMEN NAKERTRANS : No. PE-04/MEN/1980. Tanggal 14 April
1980.
a. Kelas A
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat, misalnya kertas, kayu, plastik, karet,
busa dan lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: air, pasir, karung
goni yang dibasahi, dan Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia
kering.
b. Kelas B
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar berupa cairan, misalnya
bensin, solar, minyak tanah, spirtus, alkohol dan lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran
untuk kelas ini berupa: pasir dan Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung
kimia kering. Dilarang memakai air untuk jenis ini karena berat jenis air lebih berat dari pada
berat jenis bahan di atas sehingga bila kita menggunakan air maka kebakaran akan melebar
kemana-mana.
c. Kelas C
Kebakaran yang disebabkan oleh listrik. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa:
Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering. Matikan dulu sumber
listrik agar kita aman dalam memadamkan kebakaran.
Asap
Asap adalah kumpulan partikel zat carbon ukuran kurang dari 0,5 micron sebagai hasil dari
pembakaran tak sempurna dan bahan yang mengandung karbon. Efeknya iritasi/ rangsangan
pada mata, selaput lendir pada hidung dan kerongkongan.
Panas
Panas adalah suatu bentuk energi yang pada 300oF dapat dikatakan sebagai temperatur
tertinggi di mana manusia dapat bertahan/ bernafas hanya dalam waktu yang singkat. Efeknya
tubuh kehilangan cairan dan tenaga, luka bakar/ terbakar pada kulit dan pernafasan,
mematikan jantung.
Nyala/ Flame
Nyala/ Flame biasa timbul pada proses pembakaran sempurna dan membentuk cahaya
berkilauan.
Gas Beracun
Gas beracun antara lain:
1. Karbon Monoksida ridak berasa, tidak berbau, tidak berasa NAB 50 ppm
2. Sulfur Dioksida (SO2) sangat beracun, menyebabakna gejala lambat diri, kerusakan
sistem pernafasan seperti bronchitis
3. Hidrogen Sulfida (H2S) >NAB 10 ppm
4. Ammonia (MH3) >NAB 25 ppm
5. Hydrogen Sianida (HCN) >NAB 10 ppm
6. Acrolein (C3H4O) >NAB 0,1 ppm
7. Gas hasil pembakaran zat sellulosa (kertas, kayu, kain) seperti karbon monoksida,
formaldehida, asam formiat, asam karboksitat, metilalkohol, asam asetat, dan lain-lain
8. Gas hasil pembakaran plastik seperti karbon monoksida, asam klorida dan sianida,
nitrogen eksida, dan lain-lain
9. Gas hasil pembakaran karet seperti karbon monoksida, sulfur dioksida, dan asap tebal
10. Gas hasil pembakaran scilena seperti hidrogen sianida, gas amonia
11. Gas hasil pembakaran wool seperti karbon monoksida, hidrogen sulfida, sulfur dioksida,
dan hidrogen sianida
12. Gas hasil pembakaran hasil minyak bumi seperti karbon monoksida, karbon dioksida,
axcolin, dan asap tebal.
Untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran perlu disediakan peralatan pemadam kebakaran
yang sesuai dan cocok untuk bahan yang mungkin terbakar di tempat yang bersangkutan.
c. Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif untuk menutup kebakaran dini
pada api kompor atau kebakaran di rumah tangga, luasnya minimal 2 kali luas potensi api.
d. Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan untuk alat bantu penyelamatan dan
pemadaman kebakaran.
b. Karakteristik APAR :
APAR jenis tertentu bukan merupakan pemadam untuk segala jenis kebakaran, oleh
karena itu sebelum menggunakan APAR perlu diidentifikasi jenis bahan terbakar.
APAR hanya ideal dioperasikan pada situasi tanpa angin kuat, APAR kimiawi ideal
dioperasikan pada suhu kamar
Waktu ideal : 3 detik operasi, 10 detik berhenti, waktu maksimum terus menerus 8
detik.
4. Bila terjadi kebakaran besar : bertindaklah dengan tenang, beritahu orang lain untuk
pengosongan lokasi, nyalakan alarm, hubungi petugas pemadam kebakaran.
5. Upayakan latihan secara periodik untuk dapat bertindak secara tepat dan tenang.
2. Jalan petugas, diperlukan bagi petugas yang datang menggunakan kendaraan pemadam
kebakaran, kadang harus mondar-mandir/keluar masuk mengambil air, sehingga perlu jalan
yang memadai, keras dan lebar, juga untuk keperluan evakuasi. Untuk itu diperlukan fasilitas
:
1. Jika terjadi kebakaran, langkah pertama yang harus dilakukan adalah memadamkan secara
langsung dengan alat pemadam yang sesuai yang diletakkan pada tempat terdekat.
2. Jika api tidak padam, panggil teman terdekat dan segera hubungi kepala gedung (fire
marshall).
3. Bunyikan alarm / tanda bahaya kebakaran jika api belum padam.
4. Apabila alarm otomatis berbunyi, bantu evakuasi (pengosongan gedung) melalui pintu darurat
dan segera lakukan pemadam dengan alat pemadam yang tersedia.
5. Hubungi unit pemadam kebakaran untuk minta bantuan dengan identitas yang jelas
6. Amankan lokasi dan bantu kelancaran evakuasi (pengosongan gedung) dan bantu kelancaran
petugas pemadam
7. Beritahu penolong atau petugas pemadam tempat alat pemadam dan sumber air
8. Utamakan keselamatan jiwa dari pada harta benda
Penyelamatan diri :
1. Buat rencana penyelamatan diri, dengan menentukan sedikitnya dua jalur keluar dari setiap
ruangan. Ini bisa melalui pintu ataupun jendela, jadi perhatikan apakah pembatas ruangan
akan mengganggu rencana ini. Buatlah denah penyelamatan diri.
2. Persiapkan petunjuk arah di pintu darurat.
3. Saat kebakaran, sebenarnya asap yang membuat orang menjadi panik dan tidak dapat bernafas
dengan leluasa. Merangkaklah atau merunduk di bawah, tutup mulut dan hidung dengan kain
yang dibasahi.
4. Keluarlah dari pintu atau jendela yang terdekat menuju ke tempat yang aman. Pastikan bahwa
pintu dapat dengan cepat dibuka pada kondisi darurat, demikian pula jika harus
melalui jendela.
5. Apabila terjebak api, pastikan balut tubuh anda dengan selimut tebal yang dibasahi. Ini hanya
dilakukan sebagai pilihan terakhir apabila tidak ada jalan lain kecuali menerobos kobaran api.
3.1 Kesimpulan
Bahaya kebakaran adalah bahaya yang ditimbulkan oleh adanya nyala api yang tidak
terkendali
Pemadaman kebakaran adalah usaha menyadari atau mewaspadai akan faktor-faktor yang
menjadi sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk
mencegah kemungkinan tersebut menjadi kenyataan.
Beberapa faktor penyebab kebakaran karena sifat kelalaian manusia, peristiwa alam,
penyalaan sendiri, dan kesengajaan untuk tujuan tertentu
Berikut merupakan dampak dari kebakaran, antara lain menghambat kelancaran
pemerintahan/ pembangunan, menghambat kelancaran perekonomian, timbulnya
pengangguran, terganggunya stabilitas kamtibnas psikologi
Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana adalah air, pasir, karung goni, tangga.
APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api
pada awal terjadinya kebakaran
5 teori pemadaman api adalah cara pendinginan (Cooling), cara reduksi oksigen (Smothering),
pemindahan bahan bakar (Starvation), pemutusan rantai reaksi (Break Chain Reaction), dan
melemahkan (Dillution).
DAFTAR PUSTAKA
Higene Perusahaan dan Kesehatan kerja : Dr. Suma’mur PK, M.Sc, Gunung Agung,
Jakarta, Introduction to Industrrial Hygiene : Ronald M Scott, Lewis Publisher, London, 1995
Ergonomic Checkpoints : International Labour Office, Geneva, 1996
https://jokowarino.id/penyebab-dan-dampak-akibat-kebakaran-hutan/
https://jokowarino.id/penyebab-dan-dampak-akibat-kebakaran-hutan/
https://pemadamapi.wordpress.com/definisi-pengertian-kebakaran/bahaya-dampak-kebakaran