Pembahasan Desain Industri Haki
Pembahasan Desain Industri Haki
PENDAHULUAN
1
Ranti Fauza Mayana, 2004, Perlindungan Desain Industri di Indonesia, Gramedia Widiasarana Indonesia,
Jakarta. Hal. 1
1
diperlukan, bukan saja karena untuk kepentingan pendesain semata akan tetapi
dimaksudkan juga untuk merangsang kreatifitas pendesain untuk terus menerus
menciptakan desain baru.
Tidak semua desain industri yang baru dapat diberikan hak atas desain
industri dan perlindungan hukum. Pasal 4 Undang-Undang Desain Industri
mengatur tentang desain industri yang tidak mendapat perlindungan, yakni
desain industri yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, ketertiban umum, agama, dan kesusilaan.2 Selain itu hak desain
industri baru akan diberikan kepada desain industri yang bersifat novelty (baru)
dan telah terdaftar. Hanya desain industri yang mempunyai kebaruan saja yang
diberikan perlindungan hukum dan dengan sendirinya dapat didaftarkan.
Pendaftaran merupakan syarat mutlak agar industri yang mempunyai kebaruan
dapat diberikan perlindungan hukum dalam jangka waktu tertentu. 3 Dampak
negatif dari persaingan adalah terciptanya persaingan usaha yang tidak sehat di
antara pelaku bisnis. Persaingan usaha tidak sehat diartikan sebagai persaingan
antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran
barang dan/atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan
hukum atau menghambat persaingan usaha. Demikian pula dalam bidang HAKI.
Banyak terjadi kasus-kasus pelanggaran HAKI yang merupakan salah satu
bentuk persaingan tidak sehat berupa penjiplakan, pemalsuan, dan praktik-
praktik tidak sehat lainnya. Tentu saja hal ini amat merugikan pemilik hak dan
negara.3 Hal ini dikhawatirkan terhadap pengusaha kecil yang tidak melakukan
pendaftaran dan malah pendaftaran desain industri dilakukan oleh beberapa
pengusaha menengah maupun besar dilakukan hanya demi untuk kepentingan
bisnis tanpa memperhatikan etika persaingan bisnis yang sehat. Pendaftaran
desain industri ditakutkan muncul dan berkembang dengan itikad tidak baik
(bad faith) karena desain-desain industri yang didaftarkan jika ternyata tidak
baru. Sertifikat desain industri bisa digunakan sebagai alas hak untuk
melakukan penuntutan baik secara pidana maupun perdata terhadap pihak-
pihak yang dianggap melanggar hak desain industri. Di dalam bidang milik
intelektual (Intelektual Property), ada bidang yang di khususkan berkenaan
dengan Ilmu Pengetahuan dan diterapkan dalam industri, dimana pengetahuan
dibidang ini sering disebut sebagai Hak Atas Kekayaan Industri. Yang utama
adalah hasil penemuan atau karya-karya yang dapat digunakan untuk
dieksploitasi dalam industri. Penggunaan di bidang industri inilah yang
2
Ranti Fauza Mayana, 2004, Perlindungan Desain Industri di Indonesia, Gramedia Widiasarana Indonesia,
Jakarta. Hal. 1
2
merupakan aspek terpenting dari Hak Atas Kekayaan Industri. Hak Atas
Kekayaan Industri dibagi menjadi lima bagian yaitu Paten, Merk, Desain
Industri, Rahasia Dagang, dan Desain. Dalam perkembangan perindustrian
untuk menciptakan produk industri memerlukan rancangan model sebuah
produk yang sering disebut desain industri dalam mengeluarkan produk tersebut
dipasaran. Dan untuk melindungi desain industri ini maka diperlukan pengaturan
tersendiri dalam Undang-Undang yang bersangkutan dengan desain industri
tersebut yaitu dalam Undang-Undang Nomer. 31 tahun 2000. Desain Industri
termasuk juga bagian dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Pengaturan
mengkhusus kepada desain industri terdapat pada Undang-Undang No. 31
Tahun 2000 tentang Desain Industri (UUDI 2000).4 Desain Industri termasuk
juga bagian dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Pengaturan mengkhusus
kepada desain industri terdapat pada Undang-Undang No. 31 Tahun 2000
tentang Desain Industri (UUDI 2000).3 Mengenai pelanggaran memakai desain
orang lain yang sudah terdaftar untuk barang dan jasa yang sejenis, diancam
dengan hukuman pidana dan denda pembayaran sejumlah uang yang telah
ditentukan.
3
Ibid, Hal. 29
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
John Hesket, Desain Industri, Rajawali, Jakarta, 1986, hlm. 33.
4
Dari pengertian ini tampak bahwa salah satu yang disebut dengan desain
industri itu adalah suatu kreasi bentuk, konfigurasi dan komposisi garis atau
warna yang memberikan kesan estetis dan dapat dipakai untuk menghasilkan
kerajinan tangan. Jelaslah, bahwa desain industri yang dihasilkan oleh pengrajin
sebenarnya masuk dalam cakupan desain industri sebagaimana yang
dirumuskan dalam UU Desain Industri. Ketika desain industri yang dihasilkan
oleh pengrajin, maka patutlah untuk diberikan perlindungan hukum.
Perlindungan hukum diberikan agar desain industri yang dihasilkan pengrajin
tidak ditiru atau dimanfaatkan oleh pihak lain yang tidak berhak. Untuk desain
industri yang dapat dilindungi hendaknya desain industri tersebut memenuhi
beberapa kriteria. Kriteria yang dimaksudkan meliputi pada:
a. Pertama, desain industri tersebut baru. Artinya, tidak sama dengan
pengungkapan yang telah ada sebelumnya;
b. Kedua, Tidak bertentangan dengan moralitas/kesusilaan;
c. Ketiga, merupakan satu desain industri/beberapa desain industri yang
merupakan satu kesatuan desain industri yang memiliki kelas yang sama
dan;
d. Keempat, desain industri yang didaftarkan tidak ditarik kembali
permohonannya.5
5
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Op. Cit, hlm. 199
5
selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuannya
kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut.
6
Muhammad Djumhana, Aspek-aspek Hukum Desain Industri di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,
1999, hlm. 62
6
2.3. Sistem Konstitutif dalam Perlindungan Desain Industri
7
Ibid, hlm. 200
8
Guy Tritton, Intellectual Property in Europe, Sweet and Maxwell, London, 1999, hlm. 89.
9
Ranti Fauza Mayana, Op.cit, hlm 96.
7
Berdasarkan pada ketentuan Pasal 9 UU Desain industri ditegaskan
bahwa hak eksklusif yang dimiliki oleh pemegang hak desain industri mencakup
pada: Pertama, hak untuk melaksanakan hak desain industri yang dimilikinya;
dan Kedua, hak untuk melarang orang lain yang tanpa persetujuannya
membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor, dan/atau mengedarkan
barang yang diberi hak desain industri.10 Hal yang harus diketahui meskipun
pemegang hak desain industri mempunyai hak eksklusif bukanlah berarti tidak
ada pembatasan. Sesungguhnya ada pembatasan yang diberikan oleh UU
Desain Industri. Pembatasan itu terletak tatkala desain industri yang telah
terdaftar tersebut dipakai untuk kepentingan penelitian dan pendidikan
sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pemegang hak desain
industri. Perlindungan terhadap Hak desain Industri diberikan untuk jangka
waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak Tanggal Penerimaan.
10
Muhamad Djumhana, Perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, PT
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm. 113
8
b. nama, alamat lengkap dan kewarganegaraan pendesaian;
c. nama, alamat lengkap dan kewarganegaraan pendesain ;
d. nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pemohon;
e. nama negara dan tanggal penerimaan permohonan pertama kali dalam
hal permohonan permohonan diajukan dengan hak prioritas.
11
Muhammad Djumhana, Op.cit, hlm.7.
9
Didalam Pasal 9 (1) UU Desain Industri, UU No 31 Tahun 2000, dijelaskan
bahwa Pemegang Hak Desain Industri memiliki hak eksklusif untuk
melaksanakan Hak Desain Industri yang dimilikinya dan untuk melarang orang
lain yang tanpa persetujuannya membuat, memakai, menjual, mengimpor,
mengekspor, dan/atau mengedarkan barang yang diberi Hak Desain Industri.
Dikecualikan dalam hal ini adalah, pemakaian Desain Industri untuk kepentingan
penelitian dan pendidikan sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar
dari pemegang Hak Desain Industri.12
Menurut UU Desain Industri Pasal 31, hak desain industri dapat dialihkan
dengan cara:
a. pewarisan;
b. hibah;
c. wasiat;
d. perjanjian tertulis; atau
e. sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-
undangan.13
Segala bentuk pengalihan Hak Desain Industri akan dicatat dalam Daftar
Umum Desain Industri pada Direktorat Jenderal dengan membayar biaya
sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini. Pengalihan Hak Desain Industri
harus disertai dengan dokumen tentang pengalihan hak.14
Pengalihan Hak Desain Industri yang tidak dicatatkan dalam Daftar
Umum Desain Industri tidak berakibat hukum pada pihak ketiga. Pengalihan Hak
Desain Industri akan diumumkan dalam Berita Resmi Desain Industri. Meskipun
12
Ranti Fauza Mayana,Op. Cit, hlm. 52
13
Paul Torremans dan Jon Holyoak, Intellectual Property Law, Butterworths, London, 1998 ,hlm. 324
14
T. Black, Intellectual Property in Industry, Butterworths, London, 1989, hlm. 163
10
sudah dialihkan hak desainnya, tapi menurut UU Desain Industri pasal 32
dijelaskan bahwa Pengalihan Hak Desain Industri tidak menghilangkan hak
Pendesain untuk tetap dicantumkan nama dan identitasnya, baik dalam
Sertifikat Desain Industri, Berita Resmi Desain Industri, maupun dalam Daftar
Umum Desain Industri.
Sanksi atas pelanggaran Hak desain industri di atur dala UU Desain Industri
pasal 54 yang menerangkan bahwa : ” Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa
hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).”15
Hak Desain Industri diberikan untuk desain industri yang baru, Desain
Industri dianggap baru apabila pada tanggal penerimaan, desain industri
tersebut tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya,
meskipun terdapat kemiripan16. Pengungkapan sebelumnya, sebagaimana
dimaksud adalah pengungkapan desain industri yang sebelum :
15
Muhammad Djumhana, Op. cit, hlm. 213
16
6 Bambang Kesowo, Perlindungan Hukum Serta Langkah-Langkah pembinaan oleh pemerintah dalam
Bidang Hak Milik Intellektual, Jakarta, 1990, hlm 7
11
jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sebelum tanggal
penerimaannya, desain industri tersebut :
Hak Desain Industri dapat beralih atau dialihkan dengan cara pewarisan,
hibah, wasiat, perjanjian tertulis, atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh
peraturan perundang-undangan. Pengalihan hak desain industri tersebut harus
disertai dengan dokumen tentang pengalihan hak dan wajib dicatat dalam
daftar umum desain industri pada Ditjen HKI dengan membayar biaya
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.18 Pengalihan hak
desain industri yang tidak dicatatkan dalam daftar umum desain industri tidak
berakibat hukum pada pihak ketiga. Pengalihan hak desain industri tersebut
akan diumumkan dalam berita resmi desain industri.19
17
Soeparman, Andriensjah., 2013, Hak Desain Industri Berdasarkan Penilaian Kebaruan Desain Industri.,
PT. Alumni, Bandung,hlm 153
18
Sudaryat dan Sudjana, 2010, Hak Kekayaan Intelektual, Oase Media, Jakarta,hlm 87
19
Gautama, Sudargo dan Winata, Rizawanto., 2004, Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) Peraturan Baru
Desain Industri, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,hlm 174
12
Lisensi Hak Desain Industri
Pada dasarnya bentuk dan isi perjanjian lisensi ditentukan sendiri oleh
para pihak berdasarkan kesepakatan bersama, namun tidak boleh memuat
ketentuan yang melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti
ketentuan yang dapat menimbulkan akibat yang merugikan bagi perekonomian
Indonesia.22
20
Lindsey, Tim dkk., 2006, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, PT. Alumni, Bandung,hlm 83
21
Maulana, Insan Budi., 2010, A-B-C Desain Industri Teori Dan Praktek Di Indonesia, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung,hlm 67
22
Purba, Achmad Zen Umar., 2005, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, PT. Alumni, Jakarta,hlm 138
13
BAB III
KESIMPULAN
a. Hak desain industri adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara Republik
Indonesia kepada pendesain (pengrajin) atas hasil kreasinya
b. Dasar hukum desain industri yaitu Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000
tentang Desain Industri.
c. Desain Industri terdaftar dapat dibatalkan oleh Direktorat Jenderal atas
permintaan tertulis yang diajukan oleh pemegang Hak Desain Industri.
d. Sanksi atas pelanggaran Hak desain industri di atur dalam UU Desain Industri
pasal 54 yang menyebutkan bahwa dikenakan sanksi dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
14
DAFTAR PUSTAKA
15
16