Anda di halaman 1dari 23

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANK SAMPAH

DI KOTA TANJUNGPINANG
TAHUN 2012-2016

Skripsi Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Bidang


Ilmu Pemerintahan

NASKAH PUBLIKASI

ANDI RIANSYAH
NIM. 130565201044

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANK SAMPAH DI KOTA
TANJUNGPINANG TAHUN 2012-2016

ANDI RIANSYAH
Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
program Bank Sampah Di Kota Tanjungpinang Tahun 2012-2016. Guna
mencapai hasil penelitian diatas penulis menggunakan teknik pengumpulan data
berupa penelitian pustaka dan penelitian lapangan dengan melakukan wawancara
dan pengamatan pada Badan lingkungan Hidup dan 6 pengelola Bank Sampah
yang berada di Kota Tanjungpinang. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis
secara deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian, diperolah kesimpulan yaitu:
Pelaksanaan program Bank Sampah Di Kota Tanjungpinang berjalan namun
dalam pelaksanaannya masih belum maksimal dikarenakan ada beberapa
hambatan yang menjadi pelaksanaan itu belum berjalan dengan baik diantaranya
menyangkut beberapa indikator aspek pelaksanaan program Bank Sampah berupa
strategi penerapan Bank Sampah yang belum maksimal, anggaran dana dalam
operasional, proses pemilahan sampah, persaingan harga sampah antara Bank
Sampah dengan pengempul dan pemasaran hasil produk sampah yang belum
berjalan. Adapun saran yang diberikan peneliti perlunya perhatian dan peran
antara Pemerintah Kota Tanjungpinang, BLH dan Dinas Kebersihan dan
Pertamanan mengenai pengambilan alih tata kelola sampah anorganik pada lapak
besar, melakukan kerjasama Government to Government dengan pemerintah
daerah lain mengenai penanganan sampah, peran dari Pemerintah Kota
Tanjungpinang mengenai pemasaran hasil produk Bank Sampah dan diperlukan
aturan perundangan daerah sebagai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
pada program Bank Sampah.

Kata Kunci :
Evaluasi, Pelaksanaan, Program Bank Sampah
EVALUATION OF WASTE BANK PROGRAM IMPLEMENTATION IN
TANJUNGPINANG CITY 2012-2016

ANDI RIANSYAH

Government Studies Program Faculty of Social and Political Sciences Maritime


University Raja Ali Haji

ABSTRACT

This study aims to find out how the implementation of the program
Garbage Bank In Tanjungpinang City Year 2012-2016. In order to achieve the
results of the above research authors use data collection techniques in the form of
literature research and field research by conducting interviews and observations
on the Environment Agency and 6 managers of Garbage Bank located in
Tanjungpinang City. The collected data is processed and analyzed by qualitative
descriptive. From the results of research, the conclusion is concluded:
Implementation of Garbage Bank program In Tanjungpinang City runs but in its
implementation is still not maximal because there are some obstacles that become
the implementation that has not run well including some indicators of
implementation aspects of Garbage Bank program in the form of strategy of Bank
Garbage application that has not Maximal, operational budget, waste sorting
process, price of garbage competition between garbage bank with collectors and
marketing of waste products that have not been run. The advice given researchers
the need for attention and roles between the City of Tanjungpinang, BLH and the
Department of Hygiene and the expropriation governance inorganic waste in
shanties great, do Government to Government collaboration with other local
governments regarding the handling of waste, the role of the City of
Tanjungpinang on Marketing of garbage bank products and required local laws
and regulations as a guideline for implementation and technical guidance in the
Garbage Bank program.

Keywords:

Evaluation, Implementation, Waste Bank Program


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampah selalu menjadi permasalahan rumit dari persoalan kesehatan


hingga isu sosial yang kerap menimbulkan konflik struktural antara pemerintah
dan rakyat, yang disebabkan kurangnya pemahaman atau cara pandang
masyarakat masih memandang sampah dari sisi negatif padahal tidak semua
sampah yang harus dimusnahkan, melainkan cara pandang atau pemahaman yang
harus di rubah, dimana sampah dilihat sebagai bahan baku yang potensial. Dalam
undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 sebagai landasan dan pedoman dari
pengelolaan sampah ditekankan bahwa sampah telah menjadi permasalahan
nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan
terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi
masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku
masyarakat. Bila masalah ini tidak mendapat perlakuan penanganan yang baik
sebagaimana mestinya jelas akan berdampak terhadap pencemaran lingkungan
serta berkurangnya nilai estetika.
Menurut Kementrian Lingkungan Hidup (2012) setiap harinya masyarakat
di Indonesia menghasilkan 490.000 ton perhari atau total 178.850.000 ton sampah
dalam waktu setahun. Seiring dengan berkembangnya kota Tanjungpinang maka
perkembangan kepadatan penduduk kota Tanjungpinang pun semakin meningkat,
hal tersebut tentu saja meningkatkan jumlah timbunan sampah yang dihasilkan
oleh masyarakat kota Tanjungpinang.
Sistem pengelolaan sampah dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle)

hadir sebagai solusi permasalahan persampahan. Maka dikeluarkannya Peraturan

Kementerian Lingkungan Hidup No 13 Tahun 2012 mengenai pedoman

pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recyle melalui Bank Sampah menjelaskan


2

tentang perlunya dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir

agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat dan aman bagi

masyarakat dan aman bagi lingkungan serta dapat mengubah perilaku masyarakat.

Maka dari itu hadirnya Permen LH nomor 13 Tahun 2012 mengenai pedoman

pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recyle melalui Bank Sampah adalah legal

standing atau landasan bagi bank sampah sebagai sebuah kebijakan.

Pengertian evaluasi menurut Charles O. Jones dalam Aprilia (2009) adalah

“evaluation is an activity which can contribute greatly to the understanding and

improvement of policy development and implementation” (evaluasi adalah

kegiatan yang dapat menyumbangkan pengertian yang besar nilainya dan dapat

pula membantu penyempurnaan pelaksanaan kebijakan beserta perkembangan

nya).

Dalam pelaksanaan pengelolaan sampah di kota Tanjungpinang saat ini,

belum dikelola secara maksimal sehingga di sebagian tempat Tanjungpinang

masih terlihat sampah yang berserakan dan masih kotor. Perda nomor 14 tahun

2009 kota Tanjungpinang menjelaskan bahwa pengelolaan sampah menjadi

tanggungjawab bersama antara pemerintah daerah dan masyarakat. Kegiatan

masyarakat dalam melaksanakan pengelolaan sampah meliputi pemeliharaan

kebersihan lingkungan nya masing-masing, baik secara pribadi maupun gotong

royong, pemilahan sampah menurut jenisnya, penyediaan tempat sampah sesuai

kebutuhan. Perda diatas maka jelas bahwa untuk mewujudkan lingkungan yang

bersih tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah tetapi juga partisipasi dari

masyarakat pun diharapkan demi terbentuknya pola hubungan yang sinergis.


3

Salah satu agar program agar peduli dan berpartisipasi dalam menciptakan

lingkungan yang bersih adalah Bank Sampah. Bank sampah adalah tempat untuk

mengumpulkan berbagai macam sampah yang telah dipisahkan sesuai dengan

jenisnya untuk disetorkan ke tempat bengkel kerja lingkungan atau yang lebih

dikenal dengan Bank Sampah, hasil setoran sampah akan ditabung dan dapat

diambil atau dicairkan dalam jangka waktu tertentu dengan mengadopsi prinsip

perbankan, jadi penyetor sampah akan mendapat buku tabungan. Bank sampah

merupakan salah satu alternatif mengajak warga untuk peduli dengan sampah dan

permasalahannya. Bank sampah merupakan sebuah sistem pengelolaan sampah

berbasis rumah tangga, dengan memberikan imbalan berupa uang tunai ataupun

voucher kepada warga yang memilah dan menyetorkan sejumlah sampah.

Sampah-sampah yang disetorkan ke bank sampah dibedakan beberapa jenis,

seperti sampah organik seperti sampah potongan sayuran, sisa masakan maupun

non organik seperti plastik, besi, dan lainnya. Dengan begitu sampah yang masih

dapat di daur ulang seperti bahan organik dapat dimanfaatkan untuk kompos

ataupun biogas. Sedangkan bahan non organik didaur ulang menjadi berbagai

perabotan seperti tas, sandal, dan lainnya.

Bank sampah Kota Tanjungpinang berada di beberapa tempat yaitu Bank

Sampah Cermai di Jalan Arif Rahman Hakim (Seijang) yang juga menyediakan

tanaman hias, kompos, tanah hitam dan kompos cair. Bank Sampah Ahmad

Potong Lembu yang terletak di Jalan Potong Lembu, Bank Sampah Dahlia di

Jalan Sultan Mahmud Gudang Hijau yang juga menyediakan tanaman hias,

kompos, tanah hitam dan kompos cair. Kemudian Bank Sampah Gurindam Seraya
4

di Jalan Terminal Sungai Carang Bt 10 yang juga menyediakan kompos, tanah

hitam dan kompos cair. Bank Sampah Kalpataru di Kantor Dinas Lingkungan

Hidup Kota Tanjungpinang yang buka setiap hari Sabtu, serta Bank Sampah

Semesta di Jalan Ganet.

Dalam program Bank Sampah di Kota Tanjungpinang terbukti didukung

oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang melalui wawancara diatas yang berpedoman

melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012 tentang

Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, Dan Recycle Melalui Bank Sampah.

Kemudian acuan dalam hal peraturan daerah mengacu pada perwako nomor 27

tahun 2016 sebagai pendukung perda pengelolaan sampah. Dalam hal ini para

pelaksana program Bank Sampah di Tanjungpinang mendapat dukungan dari

Pemerintah Kota Tanjungpinang melalui SK (Surat Keputusan) dari Kepala Badan

Lingkungan Hidup untuk melaksanakan program Bank Sampah sebagai wadah

pengelolaan dan pemanfaatan sampah melalui peran aktif masyarakat. Sehingga

acuan pelaksana program Bank Sampah mengacu pada Permen LH No. 13 Tahun

2012 serta didukung pemerintah melalui SK (Surat Keputusan) Bank Sampah.

Maka dalam hal ini menjadi legal standing atau landasan bagi pelaksana dalam

menjalankan kebijakan atau program.

Saat ini dalam pelaksanaan program Bank Sampah dilapangan ada beberapa

Bank Sampah yang berhasil dalam menjalankan program tersebut diantaranya

Bank Sampah Amad di Jalan potong lembu dengan jumlah nasabah 420 nasabah

dengan jumlah sampah yang dikelola 96 ton/bulan dimana omset perbulan

mencapai 60jt dan jenis sampah yang dikelola yaitu pemilahan dan pengumpulan
5

produk daur ulang sampah. Namun ada beberapa Bank Sampah di Tanjungpinang

dalam pelaksanaannya terkendala atau macet dalam operasioanal diantaranya

Bank Sampah Gurindam Seraya dan Bank Sampah Dahlia. Dalam hal tersebut

perlu dilakukan evaluasi agar dapat mencari titik permasalahan yang menjadi

hambatan program tersebut.

Melihat pendapat evaluasi menurut Charles O. Jones dalam Aprilia (2009)

menjelaskan bahwa kegiatan evaluasi dapat mengetahui apakah pelaksanaan suatu

program sudah sesuai dengan tujuan utama, yang selanjutnya kegiatan evaluasi

tersebut dapat menjadi tolak ukur apakah suatu kebijakan atau program dapat

dikatakan layak diteruskan, perlu diperbaiki atau dihentikan kegiatannya.

Dikarenakan kesadaran masyarakat masih rendah terbukti, fakta bahwa

bertambahnya jumlah penduduk di Kota Tanjungpinang dimana menghasilkan

sampah sekitar 80 sampai 120 ton per hari, maka solusi Bank Sampah harusnya

tepat dalam pengurangan volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

baik pengelolaan terpadu sampah dari hulu ke hilir. Maka menurut pemahaman

penulis perlu dilakukan pengkajian dan analisa yang mendalam lagi mengenai

evaluasi pelaksanaan program Bank Sampah. Apakah telah sesuai antara

pemahaman ideal normatif dan kondisi aktual empirisnya. Sehingga penulis

tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul:

“EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANK SAMPAH DIKOTA

TANJUNGPINANG TAHUN 2012-2016”.


6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang dapat

dirumuskan sebagai berikut :

“Bagaimana pelaksanaan program Bank Sampah di Kota Tanjungpinang?”

C. Tujuan dan Manfaat

Sesuai dengan pokok-pokok masalah yang diajukan di atas, tujuan dan

manfaat penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut :

Tujuan :

“Untuk mengevaluasi pelaksanaan dari program Bank Sampah di Kota

Tanjungpinang.”

Manfaat :

1. Memperoleh hasil penelitian yang dapat dijadikan pertimbangan bagi

pemerintah untuk menjaga kelestarian lingkungan terutama dalam hal

pengelolaan sampah. Memberikan dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi

yang lebih baik terhadap masayarakat.

2. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah

penelitian mengenai pelaksanaan program Bank Sampah. Penelitian ini juga

diharapkan dapat menjadi acuan atau literatur bagi akademisi yang ingin

meneliti lebih jauh dari segi teoritis maupun segi praktis mengenai evaluasi

pelaksanaan program Bank Sampah.


7

D. Kerangka Teori

1. Pengertian Evaluasi Program

Pengertian evaluasi menurut Charles O. Jones dalam Aprilia (2009) adalah

“evaluation is an activity which can contribute greatly to the understanding and

improvement of policy development and implementation” (evaluasi adalah

kegiatan yang dapat menyumbangkan pengertian yang besar nilainya dan dapat

pula membantu penyempurnaan pelaksanaan kebijakan beserta perkembangan

nya).

Evaluasi adalah suatu upaya untuk mengukur hasil atau dampak suatu

aktivitas, program, atau proyek dengan cara membandingkan dengan tujuan yang

telah ditetapkan, dan bagaimana cara pencapaiannya (Mulyono 2009). Sedangkan

menurut Rika Dwi K. (2009) evaluasi adalah sebuah proses dimana keberhasilan

yang dicapai dibandingkan dengan seperangkat keberhasilan yang diharapkan.

Perbandingan ini kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasikan fakto-faktor

yang berpengaruh pada kegagalan dan keberhasilan.

2. Dimensi dan Tahapan Evaluasi Program

Setelah kita menentukan objek evaluasi selanjutnya harus menentukan

aspek-aspek dari objek yang akan di evaluasi. Menurut Stake, 1967, Stufflebeam,

1959, Alkin 1969 (dalam Suharsimi, 2007) telah mengemukakan bahwa evaluasi

berfokus pada empat aspek yaitu:

a. Konteks

b. Input (masukan)

c. Proses
8

d. Produk (hasil)

Menurut Beni Setiawan (1999:20) Direktorat Pemantauan dan Evaluasi

Bapenas, tujuan evaluasi program adalah agar dapat diketahui dengan pasti

apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan

program dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan program dimasa

yang akan datang.

Menurut Beni Setiawan, (1999:20) dimensi utama evaluasi diarahkan

kepada hasil, manfaat, dan dampak dari program. Pada prinsipnya yang perlu

dibuat perangkat evaluasi yang dapat diukur melalui empat dimensi yaitu:

a. Indikator masukan (input)

b. Proses (process)

c. Keluaran (output)

d. Indikator dampak (outcome)

3. Bank Sampah

Bank sampah pertama di Indonesia adalah bank sampah yang di dirikan oleh

masyarakat Dusun Bandengan, Bantul di Yogyakarta dengan nama Gemah Ripah

menjadi pelopor bank sampah di Indonesia. Konsep bank sampah mulai banyak

dilakukan di Indonesia, dimana masyarakat dapat membawa sampah tertentu, lalu

bisa diolah menjadi bahan bermanfaat (Tjandra Yoga Aditama). Bank Sampah

merupakan salah satu alternatif mengajak warga peduli dengan sampah, yang

kosepnya mungkin dapat dikembangkan di daerah-daerah lainnya. Sistem

pengelolaan bank sampah sendiri berbasis rumah tangga, dengan memberikan


9

ganjaran berupa uang tunai atau kupon gratis kepada mereka yang berhasil

memilah dan menyetorkan sejumlah sampah.

Seperti halnya juga dalam dunia perbankan, untuk memasukkan data

maupun mengolah data transaksi, nasabah maupun data lainnya yang

menggunakan sistem yang belum terkomputerisasi kerap sekali terjadi kesalahan.

Apabila terjadi ketidak akuratan data, maka akan mempengaruhi terhadap proses

laporan terutama pada saat perhitungan profit dan pembukuan setiap tahunnya.

Sampah merupakan konsekuensi dari adanya kegiatan manusia yang begitu

beragam. Setiap kegiatan manusia pasti menghasilkan sampah. Jumlah atau

volume sampah berbanding lurus dengan tingkat konsumsi barang yang kita

gunakan sehari-hari, dan jenis sampah juga sangat tergantung dari material yang

kita konsumsi.

Bank Sampah dalam pelaksanaannya dapat mengurangi tingginya angka

sampah di masyarakat dan di TPA (tempat pembuangan akhir), karena masyarakat

memilah sampahnya sendiri, menukarkan sampahnya ke Bank Sampah dan

membuang sampah yang tidak termasuk di Bank Sampah. Dengan begitu volume

sampah yang ada di masyarakat dan di TPA (tempat pembuangan akhir) dapat

berkurang atau yang biasa disebut dengan reduce (pengurangan volume atau

jumlahnya). Bank Sampah dalam suatu kota juga mempunyai peranan penting

dalam meraih gelar adipura, karena penilaian tersebut melihat sejauh mana

masyarakat kotanya dalam mengelolah sampah rumah tangganya sendiri, dan

manfaat bank sampah ini mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar

sehingga mampu mengurangi angka pengangguran.


10

Tujuan dibangunnya bank sampah sebenarnya bukan bank sampah itu

sendiri. Bank sampah adalah strategi untuk membangun kepedulian masyarakat

agar dapat ‘berkawan’ dengan sampah untuk mendapatkan manfaat ekonomi

langsung dari sampah. Jadi, bank sampah tidak dapat berdiri sendiri melainkan

harus diintegrasikan dengan gerakan 3R sehingga manfaat langsung yang

dirasakan tidak hanya ekonomi, namun pembangunan lingkungan yang bersih,

hijau dan sehat.

E. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Konteks (Visi, Misi dan Strategi Penerapan Bank Sampah)

Evaluasi konteks (context evaluation), evaluasi ini menggambarkan secara

jelas tentang tujuan program yang akan dicapai. Evaluasi konteks mencakup

analisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan program atau kondisi objektif

yang akan dilaksanakan. Berdasarkan Visi dan Misi Bank Sampah di

Tanjungpinang terdapat keberagaman visi dan misi antara satu Bank Sampah

dengan yang lainnya dalam hal ini peneliti menganalisis bahwa visi dan misi

disetiap Bank Sampah ini realistis berdasarkan dengan kondisi dan keadaan

permasalahan sampah di Kota Tanjungpinang yaitu permasalahan sampah

berdasarkan sumbernya/hulu yaitu sampah rumah tangga. Sehingga cakupan visi

dan misi dari setiap Bank Sampah ini bisa dijangkau oleh para pelaksana Bank

Sampah.

Bank sampah merupakan sebuah kreasi inovatif yang dilakukan oleh

masyarakat dalam memanfaatkan nilai ekonomi yang terkandung didalam

sampah, dan secara langsung dapat mengurangi sampah yang dibuang ke TPA dan
11

pada akhirnya akan memperpanjang usia TPA tersebut. Dalam hal ini dalam

pendirian Bank Sampah diperlukan strategi penerapan yang baik agar dalam

pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik.

Melihat observasi bahwa dalam hal ini Lurah se-Kota Tanjungpinang

belum mampu untuk mengelola sampah melalui pendirian Bank Sampah

dibuktikan dengan 18 Kelurahan hanya 3 kelurahan saja yang memiliki Bank

Sampah sehingga pihak BLH mengambil alih pembentukan Bank Sampah di Kota

Tanjungpinang hingga saat ini.

Peneliti menganalisis bahwa penyebab belum maksimal pelaksanaan

program Bank Sampah karena dari pihak Kelurahan belum melakukan

pembinaan, pengarahan secara terstruktur sehingga dalam pelaksanaanya BLH

sendiri yang turun tangan untuk mengatasi persoalan tersebut. Kemudian dalam

pelaksanaannya hingga saat ini BLH sendiri yang mengambil alih mengenai

pengarahan secara langsung ke masyarakat.

2. Input (Masukan)

Evaluasi Input merupakan evaluasi yang bertujuan menyediakan informasi

untuk menentukan bagaimana menggunakan sumber daya yang tersedia dalam

mencapai tujuan program. Evaluasi program input meliputi analisis personal yang

berhubungan dengan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang tersedia,

alternatif-alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai tujuan

program.

Berdasarkan data dari observasi di lapangan menunjukan bahwa terdapat

perbedaan antara beberapa Bank Sampah dalam menganggarkan pada program


12

Bank Sampah, peneliti menganalisis bahwa terjadinya perbedaan anggaran

tersebut berdasarkan dengan kesanggupan para pendiri/pelaksana masing-masing

dalam mendirikan Bank Sampah. Dalam hal ini Bank Sampah Amad

mengeluarkan modal yang besar dalam mendirikan Bank Sampah sehingga

berpengaruh pada hasil pendapatan dari program Bank Sampah.

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam

mencapai maksud dan tujuan. Dengan kata lain sarana lebih ditujukan untuk

benda-benda atau peralatan bergerak. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu

yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses. Dengan kata

lain prasarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang tidak bergerak contohnya

suatu gedung atau kantor.

Dari observasi dilapangan bahwa Bank Sampah Gurindam Seraya

mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kota Tanjungpinang melalui BLH berupa

sarana dan prasrana. Bantuan sarana berupa alat penunjang operasional Bank

Sampah seperti mesin rumput, timbangan, mesin pencacah sampah organik.

Sedangkan dalam prasarana seperti gedung, Bank Sampah Gurindam

mendapatkan fasilitas bangunan tempat Bank Sampah.

Dalam hal ini bantuan dalam pelaksanaan program Bank sampah melalui

BLH mendapatkan bantuan yang sifatnya seperti alat saja untuk menunjang proses

pelaksanaan program tersebut agar berjalan. Namun bantuan tersebut tidak setiap

tahun diberikan tetapi harus dianggarkan terlebih dahulu. Dan kemudian proses

penerimaan bantuan dinilai dengan aktifitas yang dilaksanakan oleh Bank Sampah

tersebut. Apakah terlihat aktivitasnya atau tidak


13

3. Proses

Evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan dalam praktik implementasi

kegiatan disebut dengan evaluasi proses. Untuk melihat apakah pelaksanaan

program sudah sesuai dengan strategi yang telah dilaksanakan tersebut, maka

perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi proses termasuk mengidentifikasi

permasalahan prosedur pada pelaksanaan program. Tujuan evalausi proses yaitu

mengidentifikasikan atau memprediksi dalam proses pelaksanaan, seperti cacat

dalam disain prosedur atau implementasinya (Badrujaman, 2009). Selanjutnya

dijelaskan pula bahwa evaluasi proses juga bertujuan untuk menyediakan

informasi sebagai dasar memperbaiki program, serta mencatat, dan menilai

prosedur kegiatan dan peristiwa.

Tujuan dari diadakannya program Bank Sampah selain menabung sampah

dan mendapatkan hasil secara ekonomi masyarakat juga dituntut untuk mandiri

dengan cara wajib melakukan pemilahan sampah melalui sumbernya yaitu sampah

rumah tangga dan memilah sampah berdasarkan dengan jenis sampah. Namun

temuan dilapangan membutktikan bahwa proses pemilahan yang terdapat di Bank

Sampah yang berada di Tanjungpinang masih dominan masyarakat yang belum

memilah sampahnya dari rumah tangga. Peneliti menganalisis bahwa masyarakat

belum peduli dan memahami cara mekanisme manabung Bank Sampah yang

dimulai dari cara pemilahan sampah berdasarkan sumbernya yang telah diatur

dalam Permen LH nomor 13 Tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reduce,

reuse dan recycle melalui Bank Sampah yang mana masyarakat dituntut memiliki
14

kemandirian dalam mengelola sampah secara komprehensif dari hulu yaitu rumah

tangga dengan cara pemilahan sampah berdasarkan dengan jenisnya.

4. Produk

Berdasarkan hasil dari data diatas menunjukan bahwa terdapat berbagai

macam jumlah sampah yang ditabung per bulan serta hasil uang yang ditabung

perbulan oleh nasabah di Kota Tanjungpinang. Hasil tertinggi dengan jumlah

sampah perbulan mencapai 200 ton-300 ton perbulan dengan jumlah uang yang

ditabung perbulannya mencapai Rp. 15.000.000 didapatkan oleh Bank Sampah

Amad. Hasil terendah dengan jumlah sampah perbulan 7-8Kg sampah anorganik

dan kemudian sampah organik sebulan mencapai 50Kg dengan jumlah uang yang

ditabung oleh nasabah perbulan mencapai Rp. 250.000- Rp 300.000 didapatkan

oleh Bank Sampah Gurindam Seraya yang notabene merupakan Bank Sampah

lama sedangkan Bank Sampah Amad merupakan Bank Sampah Baru.

Dari observasi dilapangan peneliti dapat menganalisis bahwa terjadinya

suatu perbedaan antara jumlah sampah yang ditabung perbulan dengan jumlah

uang yang ditabung oleh Nasabah Bank Sampah Amad dan Bank Sampah

Gurindam Seraya karena tingkat partisipasi aktif dari masyarakatnya untuk

menabung sampah hal ini dapat dibuktikan dengan jumlah penabung yang terdata

oleh peneliti.

Berdasarkan dari data perbandingan harga antara pengepul dengan Bank

Sampah serta berdasarkan alur distribusi sampah baik dari pengepul ataupun dari

Bank Sampahnya, peneliti dapat menganalisis bahwa terjadinya hambatan

program Bank Sampah ini dikarenakan oleh persaingan harga antara pengepul dan
15

Bank Sampah yang mana perbandingan harga pengepul jauh lebih besar dalam

memberikan harga sampah dibandingkan dengan Bank Sampah sehingga

masyarakat lebih menjual sampahnya langsung kepengepul dibandingkan dengan

Bank Sampah. Dari hasil observasi menunjukan bahwa harga sampah pada Bank

Sampah kalah saing dengan harga sampah yang ditawarkan oleh pengepul keliling

sehingga ini menjadi sebuah indikasi berkurangnya partisipasi masyarakat dalam

menabung di Bank Sampah.

Masyarakat lebih memilih langsung ke pengepul keliling. Pengepul keliling

selain menawarkan jasa jemput langsung keliling ke setiap rumah masyarakat,

harga sampah pengepul juga lebih tinggi dibandingkan dengan Bank Sampah.

Kemudian dari observasi lapangan menunjukan bahwa alur distribusi sampah

pada Bank Sampah lebih panjang alurnya dibandingkan dengan alur pengepul

sehingga peneliti dapat menganalisis bahwa semakin panjang alur dari

perpanjangan penjualan sampah maka makin sedikit pula harga jual serta daya

saing jual sampahnya sehingga berpengaruh langsung kepada tawaran harga yang

diberikan langsung oleh Bank Sampah. Dalam hal ini terlihat pada data tabel

perbandingan harga sampah yang mana harga jual sampah oleh pengepul lebih

besar dari Bank Sampah.

Peneliti menganalisis bahwa terdapat suatu kendala yang dihadapi para

pengelola Bank Sampah dalam hasil produk yaitu kendala dalam bidang

pemasaran produk. Dalam hal ini BLH sebagai pembina dan sebagai yang

mengarahkan pengelola untuk membuat hasil produk Bank Sampah belum


16

membantu melakukan pemasaran hasil produk Bank Sampah kepada masyarakat

ataupun instansi terkait.

Sehingga dalam pelaksanaanya pengelola Bank Sampah bergerak secara

mandiri dalam memasarkan produk Bank Sampahnya. Hal ini berdampak pada

rendahnya hasil penjualan produk sampah dimana dalam hal ini belum terdapat

adanya pangsa pasar yang membeli produk.

F. PENUTUP

1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil observasi dilapangan menunjukan bahwa pelaksanaan

program Bank Sampah di Kota Tanjungpinang berjalan namun dalam

pelaksanaannya masih belum maksimal dikarenakan ada beberapa hambatan yang

menjadi pelaksanaan itu belum berjalan dengan baik. Diantaranya menyangkut

beberapa indikator aspek pelaksanaan Bank Sampah:

1. Startegi Penerapan Bank Sampah

Dalam hal ini pendirian Bank Sampah yang dididirikan melalui SK Lurah

tergolong belum terlaksana secara maksimal dikarenakan para pelaksana Bank

Sampah ini hanya bergantung pada pemerintah saja. Dan apabila pemerintah tidak

mengawasi maka program tersebut tidak berjalan. Sedangkan dalam program

Bank Sampah ini dituntut untuk mandiri dalam mengelola Bank Sampah tetapi

tetap mendapatkan bantuan dari pemerintah. Sedangkan Bank Sampah dikelola

oleh inisiatif individu dianggap lebih efektif karena mereka lebih bekerja keras

sendiri mengenai pendirian, biaya-biaya operasional lainnya. Dalam hal ini sangat
17

berbeda dengan Bank Sampah yang polanya hanya mendapatkan bantuan dan

arahan dari Top Down (Pemerintah).

2. Anggaran Dana

Dalam input ini yang menjadi kendala adalah Bank Sampah yang dibentuk

oleh Kelurahan dan difasilitasi secara operasional dari sarana dan prasarananya

dalam menjalankan program Bank Sampah dinilai belum mampu melaksanakan

program dengan baik. Kemudian dari SDM pelaksananya apabila tidak adanya

suatu pengawasan yang dilakukan oleh Kelurahan maupun dari pihak BLH tidak

berjalan. Jadi apabila ada dana bantuan yang diberikan oleh pemerintah baru jalan

Bank Sampah. Padahal Bank Sampah dalam melaksanakan suatu program Bank

dituntut untuk mandiri dalam mengelolanya jadi seharusnya tanpa bantuan tetap

dari pemerintah pun harus berjalan

3. Pemilahan Sampah

Dalam pemilahan sampah ini masyarakat Tanjungpinang dominan belum

mengerti cara memilah sampah dengan baik terlihat dari banyaknya masyarakat

yang menabung sampah ke Bank Sampah dalam keadaan terpisah sehingga

membuat nilai/harga sampah menjadi berkurang. Padahal esensi dalam

pengelolaan sampah melalui sumbernya yaitu sampah rumah tangga dituntut

masyarakat dapat memilah sampah berdasarkan jenisnya. Kemudian dari proses

penyerahan sampah, Bank Sampah kalah saing dengan para pengepul/pemulung

keliling dalam mengambil sampah ke masyarakat. Cara penyerahan sampah yang

dilakukan pengepul/pemulung keliling dianggap praktis dan tidak merepotkan


18

masyarakat. sedangkan Bank Sampah menganjurkan masyarakatnya untuk

menyerahkan sampahnya di Bank Sampah.

4. Persaingan harga antara Bank Sampah dan pengepul/pemulung keliling

Belum maksimalnya pelaksanaan Bank Sampah di Kota Tanjungpinang

terjadi lantaran adanya suatu persaingan harga jual sampah antara Bank Sampah

dan pengepul/pemulung keliling. Terlihat perbedaan yang mencolok antara harga

jual yang diberikan oleh pengepul/pemulung keliling sehingga masyarakat lebih

menjual sampah anorganiknya kepada pengepul/pemulung keliling karena lebih

dianggap harga jualnya pantas. Dalam hal ini harga sampah di Tanjungpinang

masih dimonopoli oleh lapak-lapak besar sehingga harga sampah di Bank Sampah

menjadi rendah.

5. Pemasaran Hasil Produk Bank Sampah

Belum maksimalnya Bank Sampah dalam menjalankan program secara

keseluruhan bahwa dalam hasil olahan Bank Sampah seperti olahan sampah

anorganik berupa kerajinan tangan belum ada pangsa pasar untuk memasarkan

hasil produk tersebut. Terbukti beberapa hasil kerajinan tangan yang dibuat oleh

beberapa Bank Sampah belum laku dan masih tersimpan digudang. Kemudian

dalam olahan pupuk organik yang dihasilkan oleh Bank Sampah, pemerintah

belum ada memasarkan hasil produk atau membeli produk mereka padahal Kota

Tanjungpinang saat ini sedang gencar-gencarnya membuat taman sehingga

diperlukan pupuk kompos untuk menanami sebuah tanaman di taman. Sehingga

dalam pelaksanaannya Bank Sampah hanya dapat berjalan ditempat saja dan

belum berkembangnya pola-pola inovatif Bank Sampah.


19

2. SARAN

Dengan mengacu pada temuan lapangan, pembahasan dan kesimpulan

mengenai evaluasi pelaksanaan program Bank Sampah di Kota Tanjungpinang

maka dituangkan beberapa saran kepada pihak pelaksana Bank Sampah terkait

dengan pelaksanaan program Bank Sampah sebagai berikut:

1. Perlu adanya perhatian yang serius dari Pemerintah Kota Tanjungpinang

melalui Badan Lingkungan Hidup dan juga Dinas Pertamanan dan

Kebersihan Kota Tanjungpinang mengenai pengambilan alih tata kelola

sampah anorganik yang mana pada saat ini sampah anorganik dalam

penjualannya masih dikuasai oleh lapak-lapak besar sehingga harga-harga

sampah di Bank Sampah masih dibawah harga lapak-lapak besar.

2. Diperlukan peran dari pemerintah mengenai pengelolaan sampah

anorganik untuk melakukan kerjasama antara Bank Sampah Induk untuk

membuka jalan kerjasama antara para vendor/pabrik pengolahan sampah

dari pihak pertama sehingga harga jual sampah menjadi lebih tinggi.

3. Melakukan kerjasama Government to Government antara pemerintah

dengan pemerintah di daerah lain terkait dengan Bank Sampah yang

sudah sukses dalam mengolah sampah plastik daur ulang sehingga harga

jual sampah lebih tinggi dan dapat membantu penghasilan tambahan

masyarakat.

4. Memfasilitasi dan memberikan bantuan pegelola Bank Sampah dengan

transportasi penunjang angkutan sampah serta memberikan fasilitas mesin

daur ulang sampah plastik yang mana belum ada di Tanjungpinang ini.
20

5. Diperlukannya sebuah sosialiasi kepada masyarakat secara menyeluruh

mengenai cara pemilahan sampah yang baik, sehingga masyarakat dapat

mengerti dan paham cara memilah sampah serta melakukan koordinasi

terkait antara pihak Kelurahan dan BLH mengenai pemecahan sampah

melalui Bank Sampah.

6. Perlu adanya peran dari Pemerintah Kota Tanjungpinang terkait dengan

produk kerajinan tangan dan pupuk yang dihasilkan oleh beberapa Bank

Sampah untuk memasarkan produk mereka ke daerah luar dan juga di

Kota Tanjungpinang ini.

7. Perlu adanya sebuah inovasi baru untuk menarik nasabah yang ingin

menabung di Bank Sampah seperti dengan cara menabung sampah bisa

ditukarkan dengan beras, pulsa ataupun bisa melakukan koperasi simpan

pinjam sehingga masyarakat dapat lebih tertarik menabung sampah di

Bank Sampah.

8. Sebagai panduan dalam pelaksanaan program Bank Sampah di Kota

Tanjungpinang, diperlukan aturan perundangan daerah sebagai petunjuk

pelaksanaan dan petunjuk teknisnya. Tidak hanya serta merta mengacu

pada Peraturan Kementrian Lingkungan Hidup No 13 Tahun 2012 yang

berlaku secara nasional.

Anda mungkin juga menyukai