Anda di halaman 1dari 3

BAB IX

PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dibuat sediaan infus dengan bahan aktif Glukosa.
Sediaan infus adalah sediaan steril mengandung obat yang dikemas dalam wadah 100
ml atau lebih. Glukosa merupakan monosakarida yang dapat diberikan secara peroral
maupun infus intravena sebagai pengobatan dalam deplesi cairan dan karbohidrat.
Dosis glukosa yang dapat digunakan adalah 2,5% sampai 11,5%, tetapi pada
umumnya digunakan dosis sebesar 5%.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menghitung osmolaritas dari glukosa.
Osmolaritas adalah konsentrasi larutan atau partikel terlarut perliter larutan.
Osmolaritas ditentukan oleh jumlah partikel terlarut per kilogram air. Dengan
demikian, osmolaritas menghasilkan tekanan osmotik yang akan mempengaruhi
pergerakan cairan. Osmolaritas yang didapat dari glukosa adalah 252 mosmol/L.
Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mengitung tonisitas larutan infuse
glukosa dengan menggunakan rumus penurunan titik beku, didapatkan hasil bahwa
larutan bersifat hipotonis. Sediaan infus yang bersifat hipotonis bila masuk kedalam
peredaran darah akan menyebabkan sel darah merah mengalami hemolysis (pecahnya
sel darah merah). Sehingga pada formula ditambahkan Natrium Cloridum (NaCl)
karena syarat sediaan infuse itu harus mutlak isotonis yang artinya larutan infuse
tersebut harus sama tekanan osmotiknya dengan tekanan osmotik dalam cairan tubuh
yang kadarnya sama dengan 0,9 % NaCl. Pemberian glukosa secara intravena dapat
menyebabkan iritas vena. Trombophlebitis dapat terjadi jika larutan infuse glukosa
memiliki pH yang rendah karena suhu tinggi selama pemanasan. Selanjutnya,
dilakukan penimbangan bahan-bahan yang akan digunakan dengan menggunakan
kaca arloji. Hal ini bertujuan untuk mencegah hilangnya volume bahan pada saat
pembuatan dan juga untuk tidak adanya penempelan atau sisa bahan bila ditimbang
selain diatas kaca arloji.
Pada pengerjaannya, pertama glukosa dilarutkan dengan aqua pro injeksi (a.p.i),
a.p.i yang digunakan dididihkan terlebih dahulu selama 10-15 menit, hal ini bertujuan
untuk menghilangkan CO2 dari a.p.i tersebut karena CO2 dalam suatu sediaan dapat
bereaksi dengan salah satu zat dan dapat membentuk endapan. A.p.i yang digunakan
harus terbebas dari pirogen sehingga ditambahkan karbon aktif saat didihkan. Pirogen
menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang nyata, demam, sakit badan, dan sebagainya.
Karbon aktif berfungsi untuk membebaskan sediaan dari senyawa pirogen. Sebelum
digunakan, a.p.i yang sudah didihkan bersama karbon aktif disaring menggunakan
kertas saring. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan partikel yang terdapat dalam
aqua pro injeksi.
Kemudian dalam wadah yang berbeda, NaCl dilarutkan dengan aqua pro injeksi
yang sudah ditambah karbon aktif sebanyak 5 mL. Setelah keduanya larut kemudian
larutan NaCl tersebut dicampurkan untuk membantu kelarutan glukosa. NaCl
berfungsi sebagai zat pengisotonis. Tambahkan aqua pro injeksi sampai 105 mL.
Kemudian campuran larutan tersebut dicek pHnya. Sifat glukosa yang stabil ada pada
pH 3,5 sampai 6,5. Jika glukosa berada pada kondisi basa, glukosa akan terurai
menjadi 5-hidroksi metil furfural yang berwarna coklat. Sediaan infus glukosa yang
dibuat menunjukkan pH 6. Hal ini sesuai dengan literature stabilitas sediaan infuse
glukosa yang memiliki rentang pH 3,5-6,5 Larutan yang kemudian dimasukkan
kedalam vial sebanyak 100 ml. Sediaan ini hanya digunakan untuk sekali pemakaian
sehingga tidak diperlukan penambahan pengawet pada pembuatannya. Selain itu,
penambahan pengawet juga dapat menimbulkan efek toksis karena jumlah pengawet
yang dibutuhkan besar karena volume infuse yang besar. Glukosa tidak stabil pada
pemanasan suhu tinggi karena dapat terjadi penurunan pH dan karamelisasi sehingga
sterilisasi dilakukan dengan cara panas basah (metode sterilisasi akhir).
Tujuan sterilisasi adalah menjamin sterilitas produk maupun karakteristik
kualitasnya, termasuk stabilitas produk. Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan
uap air bertekanan yaitu otoklaf pada suhu 121⁰C selama 15 menit untuk membunuh
mikroorganisme yang mungkin terdapat dalam larutan infus. Proses pemusnahan
mikroba menggunakan otoklaf yaitu melalui proses pendidihan air yang akan
menghasilkan uap air terkondensasi dan melepaskan panas 400 kkal. Panas tersebut
menembus wadah (vial), membuat larutan infuse mendidih, menghasilkan uap air,
melepaskan panas 400 kkal dan akhirnya membunuh mikroba yang mungkin
terkandung dalam sediaan.
Tujuan suatu sediaan dibuat steril, karena berhubungan langsung dengan darah
atau cairan tubuh dan jaringan tubuh lain yang pertahanannya terhadap zat asing tidak
selengkap pada saluran cerna atau gastrointestinal. Diharapkan dengan kondisi steril
dapat dihindari adanya infeksi sekunder.
BAB X
KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa formula
sediaan infuse glukosa tidak memenuhi syarat kejernihan, keseragaman volume, dan
jumlah sediaan.

1. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, formula yang dapat digunakan untuk
membuat larutan injeksi testosterone propionat dapat menggunakan pembawa minyak
menggunakan metode secara aseptik, Adapun hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa sediaan larutan injeksi yang dibuat memenuhi syarat kejernihan, ketengikan,
dan pH.

Anda mungkin juga menyukai