Anda di halaman 1dari 4

UPDATE KNOWLEDGE IN RESPIROLOGY & CRITICAL CARE

Indikasi dan Kontraindikasi Ventilasi


Noninvasif pada Perawatan di Rumah
Heri Kurniawan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM

Korespondensi: Dr. Heri Kurniawan


Email: herikurniawan.dr@gmail.com

Dewasa ini penggunaan ventilasi noninvasif gangguan pengeluaran karbondioksida, atau


semakin berkembang dan membuat penderita merasa keduanya. Untuk kepentingan rutin klinis, gagal napas
lebih nyaman. Perangkat ini menawarkan biaya didefinisikan sebagai tekanan oksigen arteri (PaO2)
perawatan yang lebih murah serta waktu perawatan kurang dari 60 mmHg (<8,0 kPa) dan/atau tekanan
yang lebih singkat dibandingkan dengan ventilasi karbondioksida arteri (PaCO2) lebih besar dari 45
invasif.1 Saat ini ventilasi noninvasif banyak digunakan mmHg (>6,0 kPa). Dari sudut pandang patofisiologi,
pada pasien rawat inap dengan gagal napas akut gagal napas dibedakan berdasarkan kompartemen
maupun kronik pada perawatan di rumah.2 sistem pernapasan yang terganggu. Kegagalan
fungsional dari paru sebagai perangkat pertukaran gas
SISTEM RESPIRASI (gagal napas tipe I) akan menyebabkan hipoksemia
arteri yang ditandai dengan kadar PaCO2 normal atau
Sistem pernapasan terdiri atas dua bagian, yaitu berkurang sebagai konsekuensi dari kompensasi
sistem pertukaran gas (paru) dan sistem ventilasi ventilasi. Sebaliknya, kegagalan pompa ventilasi
(pompa pernapasan). Masing-masing bagian dapat (gagal napas tipe II) yang dicetuskan oleh gangguan
terganggu secara independen. Pada gagal paru, terapi mekanis seperti hiperinflasi paru pada PPOK, kelainan
oksigen umumnya cukup memadai, kecuali jika sistem saraf pusat, atau disfungsi otot pernapasan
disertai akan menyebabkan peningkatan kadar PaCO2
dengan gangguan berat pada proses pertukaran gas. (hiperkapnia). Keadaan tersebut sering juga disertai
Sebaliknya, disfungsi dalam sistem ventilasi biasanya dengan hipoksemia akibat hipoventilasi alveolar.4
membutuhkan ventilasi mekanis (Gambar 1).3
INDIKASI PENGGUNAAN VENTILASI
NONINVASIF

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)


Studi oleh Vitacca dkk. pada tiga belas pusat
kesehatan dengan 236 pasien PPOK eksaserbasi akut
menyimpulkan bahwa ventilasi noninvasif mengurangi
angka kegagalan terapi sehingga mengurangi
kebutuhan akan tindakan intubasi. Vitacca menemukan
penurunan dari 27% menjadi 15% (p<0,05). Angka
Gambar 1. Sistem Respirasi (Sumber: Windisch W, Walterspacher
S, Siemon K, Geiseler J, Siter H. Guidelines for non-invasive mortalitas juga menurun dari 20% menjadi 10%
and invasive mechanical ventlaton for treatment of chronic (p<0,05).19
respiratory failure. Pneumologie 2010; 64:640-52)
Ventilasi noninvasif dapat dipertimbangkan
pada pasien PPOK eksaserbasi akut dengan asidosis
DEFINISI DAN PATOFISIOLOGI GAGAL NAPAS
respiratorik (pH <7,35; PaCO2 >6,0 kPa) yang
Gagal napas merupakan gangguan pertukaran tidak membaik dengan terapi medis standar dan
gas yang dapat disebabkan oleh gangguan oksigenasi, telah mendapat terapi oksigen selama satu jam

96
Indikasi dan Kontraindikasi Ventilasi Noninvasif pada Perawatan di Rumah

(Rekomendasi A).5 Home mechanical ventilation •• Hiperkapnia nokturnal dengan PaCO2 ≥50 mmHg,
(HMV) diperlukan pada pasien PPOK yang mengalami •• Hiperkapnia yang stabil pada siang hari namun
gagal napas kronik, penurunan kualitas hidup, serta terdapat peningkatan PTCCO2 ≥10 mmHg pada
minimal salah satu dari kriteria berikut:3 malam hari.
•• Hiperkapnia kronik siang hari dengan PaCO2 ≥50
mmHg, Obesity Hypoventilation Syndrome (OHS)
•• Hiperkapnia nokturnal dengan PaCO2 ≥55 mmHg, Continuous positive airway pressure (CPAP) dan
•• Hiperkapnia yang stabil pada siang hari dengan ventilasi noninvasif merupakan pilihan pertama terapi
PaCO2 46-50 mmHg namun meningkat ≥10 pada pasien OHS dengan gagal napas kronis. Alur
mmHg selama tidur, pemilihan terapi untuk OHS dijabarkan dalam Gambar
•• Hiperkapnia yang stabil pada siang hari 2.
dengan PaCO2 46-50 mmHg dan minimal dua
episode eksaserbasi akut disertai asidosis Deformitas Dinding Dada dan Penyakit Neuromuskular
respiratorik yang memerlukan perawatan dalam British Thoracic Society menemukan harapan
jangka waktu dua belas bulan berdasarkan hidup jangka panjang yang baik pada pasien
pertimbangan klinis memerlukan dukungan deformitas dinding dada yang mendapat bantuan
ventilasi pascaeksaserbasi akut. ventilasi di rumah dengan kesintasan lima tahun
sekitar 80%. Keputusan untuk menggunakan ventilasi
Restrictive Thoracic Diseases (RTD) noninvasif bergantung pada derajat berat kegagalan
Ventilasi noninvasif adalah pilihan pertama ventilasi, ada atau tidak adanya keterlibatan bulbar,
terapi pada pasien RTD dengan gagal napas kronis. dan ketersediaan pengobatan efektif lainnya, misal
Restrictive thoracic diseases biasanya meliputi kondisi pada miastenia gravis dan sindrom Guillain-Barré.
skoliosis, kifosis, pektus karinatum (dada burung) Ventilasi noninvasif diindikasikan pada kondisi akut
atau pektus ekskavatum (dada cekung), ankylosing atau kondisi akut pada gagal napas kronik dengan
spondylitis, penyakit pleura restriktif, sindrom hiperkapnia (Rekomendasi C).5
pascatuberkulosis, deformitas toraks pascatrauma,
atau deformitas toraks pascaoperasi. Ventilasi Decompensated Obstructive Sleep Apnea
noninvasif diindikasikan jika terdapat gejala gagal Ventilasi noninvasif telah digunakan dengan
napas kronik, penurunan kualitas hidup, dan minimal sukses pada kondisi ini. Pasien yang datang dengan
satu dari kriteria berikut: gagal nafas hiperkapnia akut harus dicoba dengan
•• Hiperkapnia kronik siang hari dengan PaCO2 ≥45 menggunakan NIV. Continuous positive airway pressure
mmHg, juga dapat digunakan untuk terapi decompensated
obstructive sleep apnoea. Jika pasien datang dengan
asidosis respiratorik (Rekomendasi C).5

Gambar 2. Pendekatan Terapi Ventlasi Noninvasif dan CPAP pada OHS (Sumber: Windisch W, Walterspacher S, Siemon K, Geiseler
J, Siter H. Guidelines for non-invasive and invasive mechanical ventlaton for treatment of chronic respiratory failure. Pneumologie
2010; 64:640-52)

Ina J CHEST Crit and Emerg Med | Vol. 2, No. 2 | Apr - Jun 2015 97
Heri Kurniawan

KONTRAINDIKASI PENGGUNAAN VENTILASI DAFTAR PUSTAKA


NONINVASIF
1. Hartawan D, Soesilowati D, Budiono U. Ventilasi mekanik
noninvasif. Jurnal Anestesiologi Indonesia 2010; 2(3):169-79.
Meski terbukti baik sebagai terapi suportif pada 2. Agency for Clinical Innovation Respiratory Network. Domiciliary
non-invasive ventilation in adult patients: a consensus
sejumlah penyakit sistem respirasi yang disertai gagal statement. Chatswood: ACI; 2012.
napas, ventilasi noninvasif tidak selalu dapat 3. Windisch W, Walterspacher S, Siemon K, Geiseler J, Sitter H.
Guidelines for non-invasive and invasive mechanical ventilation
digunakan pada semua kondisi. Berikut adalah for treatment of chronic respiratory failure. Pneumologie 2010;
sejumlah kondisi yang menjadi kontraindikasi 64:640-52.
pemakaiannya: 4. Budweiser S, Jörres S, Pfeifer M. Treatment of respiratory failure
in COPD. Int J Chron Obstruct Pulmon Dis 2008; 3(4):605-18.
•• Trauma/luka bakar pada wajah, 5. British Thoracic Society Guidelines. Non-invasive ventilation in
•• Riwayat operasi pada daerah wajah, saluran acute respiratory failure. Thorax 2002; 57:192-211.

pernapasan bagian atas, atau saluran pencernaan


bagian atas,
•• Obstruksi saluran napas bagian atas,
•• Ketidakmampuan melindungi jalan napas,
•• Hipoksemia yang mengancam jiwa,
•• Hemodinamik tidak stabil,
•• Penyakit komorbid berat,
•• Gangguan kesadaran atau agitasi,
•• Muntah,
•• Obstruksi usus,
•• Sekresi lendir yang berlebihan,
•• Konsolidasi fokal pada gambaran radiologi,
•• Pneumotoraks yang belum terdrainase.

PENGAWASAN PENGGUNAAN VENTILASI


NONINVASIF

Penggunaan ventilasi noninvasif membutuhkan


pengawasan agar keamanan dan kenyamanan pasien
tetap terjamin. Evaluasi klinis yang harus dinilai
meliputi pergerakan dinding dada, koordinasi antara
usaha napas dengan ventilator, penggunaan otot-
otot bantu pernapasan, denyut jantung, laju napas,
kenyamanan pasien, dan status mental. Selain itu,
saturasi oksigen dan tekanan gas darah arteri harus
rutin dinilai setelah satu jam penggunaan ventilasi
noninvasif bersamaan dengan analisis gas darah.
Seberapa sering penilaian harus diulang bergantung
pada perkembangan pasien. Bila tidak ada perbaikan
atau perkembangan sangat lambat, penilaian
harus lebih sering dilakukan untuk menentukan
fraksi oksigen (FiO2), mengatur ventilator, atau
menyesuaikan interface. Penilaian lebih lanjut
(dengan atau tanpa analisis gas darah) harus diambil
dalam waktu satu jam dari setiap perubahan FiO 2 atau
pengaturan ventilator.5

98 Ina J CHEST Crit and Emerg Med | Vol. 2, No. 2 | Apr - Jun 2015

Anda mungkin juga menyukai